1 Juni 2019
p-ISSN 2087-8389 e-ISSN 2656-4289 p. 85 - 100
website : http://journal.uinmataram.ac.id/index.php/elmidad email : elmidadpgmi@uinmataram.ac.id
Abstrak: Penelitian ini dilatar belakangi oleh lemahnya daya serap siswa sekolah dasar pada mata
pelajaran matematika, sedangkan daya serap berkaitan dengan kemampuan kognitif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan kognitif terhadap prestasi belajar matematika
siswa kelas V SDN Gugus 01 Kecamatan Selaparang tahun pelajaran 2018/2019. Untuk
pencapaian tujuan di atas, digunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif yang
termasuk dalam hubungan kausal (sebab-akibat). Metode pengambilan data menggunakan tes
objektif tipe multiple choice sebagai alat pengumpulan data kemampuan kognitif, sedangkan prestasi
belajar menggunakan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V SDN
Gugus 01 Kecamatan Selaparang yang berjumlah 255 orang dengan jumlah sampel sebanyak 72
orang yang diambil menggunakan teknik proportional random sampling. Hasil penelitian yaitu
kemampuan kognitif dan prestasi belajar Matematika siswa kelas V SDN gugus 01 Kecamatan
Selaparang tahun pelajaran 2018/2019 cenderung pada kategori sedang. Berdasarkan hasil analisis
regresi, nilai signifikansi pada tabel, yaitu 0.000 < taraf signifikansi 0,05 maka, Ha yang berbunyi
“Terdapat pengaruh kemampuan kognitif terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN
Gugus 01 Kecamatan Selaparang Tahun Pelajaran 2018/2019” diterima, dengan besar sumbangan
pengaruh kemampuan kognitif terhadap prestasi belajar Matematika siswa 87,3%.
PENDAHULUAN
Sepanjang kehidupan di dunia ini, sejak masih dalam kandungan sampai usia tua
bahkan sampai menjelang ajal, manusia selalu mengalami perubahan. Perubahan yang
terjadi pada diri manusia meliputi perubahan pada aspek fisik (motorik), emosi, kognisi,
psikoseksual, psikososial, moral, dan lain-lain. Perkembangan tiap aspek berjalan secara
bersamaan dengan harmonis mengikuti irama perkembangan individu.
Aspek kognitif memiliki perkembangan dalam fase-fase tertentu yang berbeda menurut
pendapat setiap ahli psikologi. Salah satu ahli psikologi teori perkembangan kognitif ialah
Jean Piaget. Menurut teori kognitif Piaget, anak pada usia siswa sekolah dasar (7-8 tahun
hingga 12-13 tahun) berada pada tahap operasional konkret. Dalam proses belajar, anak
mengalami kesulitan untuk memahami sesuatu yang bersifat abstrak, dengan kata lain anak
membutuhkan objek yang konkret agar bisa berpikir secara logis.1
1Sumanto, Psikologi Perkembangan Fungsi Dan Teori (Yogyakarta: Center For Academic Publishing
Kognitif adalah proses mental yang berhubungan dengan kemampuan dalam bentuk
pengenalan secara umum yang bersifat mental dan ditandai dengan representasi suatu objek
ke dalam gambaran mental seseorang apakah dalam bentuk simbol, tanggapan, ide atau
gagasan, dan nilai atau pertimbangan. Oleh karena itu, faktor kognitif mempunyai peranan
penting bagi keberhasilan belajar, karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu
berhubungan dengan mengingat dan berpikir.2
Keberhasilan belajar seorang siswa dapat diketahui berdasarkan prestasi belajar yang
diperoleh pada buku rapor yang ditunjukkan dengan nilai-nilai berupa angka dan atau
huruf. Prestasi belajar merupakan hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa
setelah melakukan aktivitas belajar. 3 Prestasi belajar dalam penilaian buku rapor selalu
mencakup tiga aspek. Salah satunya adalah aspek kognitif, dimana aspek ini sangat
menentukan prestasi yang akan diperoleh siswa karena kognitif merupakan proses
mengingat dan berpikir yang terjadi di dalam otak, sehingga diindikasikan kemampuan
kognitif dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Salah satu yang memberikan sumbangsih dalam prestasi belajar siswa adalah mata
pelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua
jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika
juga merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep matematika harus
dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu.
Belajar matematika sangat diperlukan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
berikutnya. Dengan belajar matematika, kita akan belajar meningkatkan kemampuan
berfikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-
hari dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai
dengan baik oleh siswa, terutama sejak usia sekolah dasar. 4
Kenyataan yang ada sekarang, penguasaan matematika, baik oleh siswa sekolah dasar
(SD) maupun siswa sekolah menengah (SMP dan SMA), selalu menjadi permasalahan
besar. Hal ini terbukti dari hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahawa proses
2Ibid, h. 25.
3
Djamarah and Syaiful Bahri, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 24.
4Susanto, Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2013), h. 183.
86 Copyright © el-Midad : Jurnal PGMI 2019
Zakiah dan Fikratul Khairi, Pengaruh Kemampuan Kognitif Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas
V SDN Gugus 1 Kecamatan Selaparang
LANDASAN TEORI
1. Kemampuan Kognitif
a. Pengertian Kemampaun
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan
sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan. 6 R.M. Guion
mendefinisikan kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi
seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir, dalam segala situasi dan
berlangsung terus dalam periode waktu yang lama. Sedangkan menurut Uno, kemampuan
adalah merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran,
sikap, dan perilakunya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan
5Ibid, h. 191.
6Poerwadarminta W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2011), h. 742.
Copyright © el-Midad : Jurnal PGMI 2019 87
Zakiah dan Fikratul Khairi, Pengaruh Kemampuan Kognitif Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas
V SDN Gugus 1 Kecamatan Selaparang
atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk
mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.7
b. Pengertian Kognitif
Menurut Chaplin yang dikutip oleh Winda Gunarti mengemukakan bahwa “kognitif
adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk mengenal, menyangka,
membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai.8 Siti Marliah menyatakan bahwa
anak usia sekolah dalam perkembangan kognitifnya berada pada tahapan operasional
konkret yang dimulai dengan adanya berpikir logika matematikal. Piaget menjelaskan
melalui konsep konservasi, yaitu anak sudah mampu memahami bahwa sesuatu tidak akan
berubah dalam banyaknya atau jumlahnya bila dilakukan perubahan bentuk atau
pengaturan kembali.9
Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) seseorang.
Menurut Hamdani, kawasan kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan kegiatan
mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkat yang paling tinggi, yaitu
evaluasi.10 Sedangkan Azwar berpendapat bahwa dalam konstruksi tes prestasi belajar yang
mengukur kemampuan kognitif, taksonomi yang dijadikan acuan adalah taksonomi Bloom
domain kognitif dengan enam tingkatan taraf kompetensi. Tingkatan tersebut terdiri atas
knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), application (penerapan), analysis
(analisis), synthesis (sintesis), dan evaluation (evaluasi).11 Gunawan dkk, mengatakan bahwa
taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl, yakni:
mengingat (remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis
(analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create). 12
7Hamzah B Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif (Jakarta:
Matematika,” Makara Human Behavior Studies in Asia 10, no. 1 (2006): 29.
10Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 151.
11Azwar Saifuddin, Konstruksi Tes Kemampuan Kognitif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 46.
12Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berpikir (Bandung: Remaja
Komunikasi
Tingkatan Berpikir Tingkat Tinggi (communication
spectrum)
Menciptakan Menggeneralisasikan (generating), Negosiasi (negotiating),
(Creating) merancang (designing), memproduksi memoderatori
(producing), merencanakan kembali (moderating), kolaborasi
(devising) (collaborating)
Mengevaluasi Mengecek (checking), mengkritisi Bertemu dengan
(Evaluating) (critiquing), hipotesa (hypothesising), jaringan/mendiskusikan
eksperimen (experimenting) (net meeting), berkomentar
(commenting), berdebat
(debating)
Menganalisis Memberi atribut (attributeing), Menanyakan
(Analyzing) mengorganisasikan (organizing), (Questioning), meninjau
mengintegrasikan (integrating), ulang (reviewing)
mensahihkan (validating)
Menerapkan Menjalankan prosedur (executing), Posting, blogging,
(Applying) mengimplementasikan (implementing), menjawab (replying)
menyebarkan (sharing),
Memahami/ Mengklasifikasikan (classification), Bercakap (chatting),
mengerti membandingkan (comparing), menyumbang
(Understanding) menginterpretasikan (interpreting), (contributing), networking,
berpendapat (inferring)
Mengingat Mengenali (recognition), memanggil Menulis teks (texting),
(Remembering) kembali (recalling), mendeskripsikan mengirim pesan singkat
(describing), mengidentifikasi (identifying)
dari pengalaman.13 Sedangkan menurut Jatmiko, belajar juga dapat dipandang sebagai
sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses
belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi
personal.14 Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses (latihan dan pengalaman) yang mengarah pada suatu perubahan.
Prestasi belajar menurut Arifin, adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam proses
belajar yang dihasilkan dari tes beberapa bidang studi sehingga mendapatkan hasil/skor. 15
Maria Cleopatra menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil evaluasi peserta didik
dengan menggunakan alat penilaian setelah dilakukan proses pembelajaran secara terencana
baik materi maupun waktunya serta prestasi belajar yang diinginkan disesuaikan dengan
jenis dan fungsinya dalam penilaian atau pengukuran16
Prestasi belajar matematika adalah hasil pengukuran pada mata pelajaran matematika
dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, angka maupun
kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.
Prestasi belajar di dalam satuan pendidikan dapat dilihat dari buku rapor siswa.
13Roida Eva Flora Siagian, “Pengaruh Minat Dan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Matematika,” Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 2, no. 2 (2015): 124.
14Jatmiko, “Eksperimen Model Pembelajaran Think-Pair-Share Dengan Modul(Tps-M) Terhadap
Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Minat Belajar,” JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika) 3, no.
2 (2015): 418.
15Astuti Anggraini and Leonard, “Peran Kemampuan Komunikasi Matematika Terhadap Prestasi Belajar
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut
:
1) Kecerdasan (inteligensi). Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
2) Jasmaniah atau faktor fisiologis. Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya
sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.
3) Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda
dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh.
4) Minat. Jika seorang siswa menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan
senang hati tanpa rasa beban.
5) Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki sesorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang.
6) Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non
sosial. Yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, staf
administrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-
lain. Adapun yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah, tempat tinggal,
dan waktu belajar.
4. Batas Minimal Prestasi Belajar
Menurut Hamdani, menetapkan batas minimal keberhasilan belajar siswa berkaitan
dengan upaya peningkatan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat
keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, yaitu:
a. Norma skala angka dari 0-10;
b. Norma skala angka dari 0-100.
Angka terendah menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar (passing grade) skala
0-10 adalah 5,5, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60. Pada prinsipnya, jika
seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari
setengah instrumen evaluasi dengan benar, ia dianggap telah memenuhi target minimal
keberhasilan belajar.
5. Pengukuran Prestasi Belajar.
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat
ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. Di Indonesia,
kegiatan menilai prestasi belajar bidang akademik di sekolah dicatat dalam buku laporan
yang disebut rapor. Menurut Sumadi Suryabrata, rapor merupakan perumusan terakhir
yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama
masa tertentu. Melalui rapor dapat diketahui prestasi belajar seorang siswa berhasil atau
gagal dalam suatu mata pelajaran.
a. Matematika
Fathani mendeskripsikan Matematika sebagai berikut:
1) Matematika sebagai struktur yang terorganisasi. Matematika merupakan suatu
bangunan struktur yang terorganisasi, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi
aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk
didalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan corolly/sifat).
2) Matematika sebagai alat (tool). Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam
mencari solusi pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3) Matematika sebagai pola pikir deduktif. Artinya, suatu teori atau pernyataan dalam
matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif
(umum).
4) Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking). Matematika memuat cara
pembuktian yang shahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat
penalaran matematika yang sistematis.
5) Matematika sebagai bahasa artifisial. Bahasa matematika baru memiliki arti bila
dikenakan pada suatu konteks.
6) Matematika sebagai seni yang kreatif. Penalaran yang logis dan efisien serta
perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka
matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya seni berpikir yang kreatif.18
b. Tujuan Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar
18Fathani, Matematika Hakikat Dan Logika (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 23.
92 Copyright © el-Midad : Jurnal PGMI 2019
Zakiah dan Fikratul Khairi, Pengaruh Kemampuan Kognitif Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas
V SDN Gugus 1 Kecamatan Selaparang
Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa
mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran
matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika.
Menurut Almira Amir, pembelajaran matematika adalah sebuah upaya untuk mendorong,
mendukung dan memfasilitasi peserta didik dalam mempelajari matematika. Matematika
merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol, maka konsep matematika harus
dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu.19
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Matematika adalah tingkat
keberhasilan dari proses belajar (latihan dan pengalaman) pada materi pelajaran Matematika
yang ditunjukkan berupa nilai, simbol, huruf, angka ataupun kalimat dalam bentuk buku
laporan atau rapor siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif
yang termasuk dalam hubungan kausal (sebab-akibat). Metode pengambilan data
menggunakan tes objektif multiple choice (soal pilihan ganda) sebagai alat pengumpulan data
variabel kemampuan kognitif, sedangkan variabel prestasi belajar menggunakan
dokumentasi. Penelitian ini dilakukan pada Siswa Kelas V SDN Gugus 01 Kecamatan
Selaparang pada tahun 2018/2019. Analisis data yang digunakan yaitu dengan menguji
asumsi statistik menggunakan aplikasi SPSS 16 for Windows, kemudian melakukan uji
normalitas data hingga persamaan regresi linier sederhana.
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Hasil Pengumpulan Data Kemampuan Kognitif
19Almira Amir, “Pembelajaran Matematika SD Dengan Menggunakan Media Manipulatif Oleh,” Forum
Paedagogik VI, no. 01 (2014): 75.
Copyright © el-Midad : Jurnal PGMI 2019 93
Zakiah dan Fikratul Khairi, Pengaruh Kemampuan Kognitif Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas
V SDN Gugus 1 Kecamatan Selaparang
Data variabel kemampuan kognitif diperoleh melalui tes teori pada materi matematika
kelas V Semester II yang diberikan kepada 72 responden dengan jumlah item sebanyak 23
soal. Adapun skor yang digunakan dalam tes tersebut adalah 0 sampai dengan 100. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan kognitif siswa kelas V SDN Gugus 01
Kecamatan Selaparang sebagian besar berada dalam tingkat kemampuan kognitif dengan
kategori sedang. Sebanyak 15 orang siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif sangat
tinggi, 10 orang siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif tinggi, 29 orang siswa memiliki
tingkat kemampuan kognitif sedang, 6 orang siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif
rendah, dan 12 orang siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif sangat rendah (Gambar
1).
20
15
10
5
0
52 - 58 59 - 65 66 - 72 73 - 79 80 - 86 87 - 93
Kemampuan Kognitif
30
25
Jumlah Siswa 20
15
10
0
65 - 70 71 - 76 77 - 82 83 - 88 89 - 94 95 - 100
Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan diagram pada Gambar 2, data hasil prestasi belajar dari 72 responden
yang terkumpul, sebagian besar siswa memiliki prestasi belajar matematika dengan kategori
sedang, sebanyak 11 orang siswa mendapatkan prestasi dengan kategori sangat tinggi, 19
orang siswa mendapatkan prestasi dengan kategori tinggi, 26 orang siswa mendapatkan
prestasi dengan kategori sedang, 10 orang siswa mendapatkan prestasi dengan kategori
rendah, dan 6 orang siswa mendapatkan prestasi dengan kategori sangat rendah.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis bisa dilakukan dengan analisisis statistik parametrik menggunakan uji
regresi linier sederhana dan koefisien determinasi sebagai berikut:
a. Persamaan Regresi Linier Sederhana.
Sebelum menghitung persamaan regresi linier sederhana, peneliti melakukan analisis
data variabel X (kemampuan kognitif) dan variabel Y (prestasi belajar matematika)
menggunakan SPSS 16 for Windows untuk memudahkan memperoleh nilai a dan b. berikut
merupakan tabel output hasil analisis menggunakan SPSS.
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 29.492 2.424 12.167 .000
Kemampuan
.729 .033 .934 21.896 .000
Kognitif
a. Dependent Variable: Prestasi belajar
menggunakan bantuan SPSS 16 for Windows. Adapun hasil output SPSS disajikan sebagai
berikut:
Tabel 3. Hasil Output Nilai R Square Pada Analisis Regresi
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan kognitif terhadap
prestasi belajar Matematika siswa kelas V SDN Gugus 01 Kecamatan Selaparang Tahun
Pelajaran 2018/2019. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan peneliti menggunakan
Persamaan Regresi dengan bantuan SPSS 16 for Windows, diperoleh persamaan: Y = 29,492
+ 0,729X. Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa nilai koefisien regresi (b) adalah positif
(0,729). Karena nilai koefisien regresi bernilai positif (+), maka dapat dikatakan bahwa
kemampuan kognitif berpengaruh positif terhadap prestasi belajar Matematika siswa kelas
V SDN Gugus 01 Kecamatan Selaparang Tahun Pelajaran 2018/2019. Dengan demikian
semakin tinggi kemampuan kognitif maka prestasi belajar Matematika siswa semakin
meningkat.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Sumanto faktor kognitif mempunyai
peranan penting bagi keberhasilan belajar, karena sebagian besar aktivitas dalam belajar
Copyright © el-Midad : Jurnal PGMI 2019 97
Zakiah dan Fikratul Khairi, Pengaruh Kemampuan Kognitif Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas
V SDN Gugus 1 Kecamatan Selaparang
selalu berhubungan dengan mengingat dan berfikir. Maka siswa yang menggunakan
kemampuan kognitifnya secara optimal akan mampu memberikan pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika.
Kemampuan kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi merupakan
jenjang berpikir yang diawali dengan proses mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Kemampuan kognitif yang dimiliki
seseorang selalu berbeda-beda sesuai dengan tahap perkembangannya. Sedangkan
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-
hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan belajar matematika seseorang akan diajarkan untuk
bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif.
Hal ini berarti bahwa siswa yang mampu mengoptimalkan kemampuan kognitifnya
dengan baik maka akan dapat meningkatkan prestasi belajarnya pada mata pelajaran
matematika. Dari hasil penelitian ini besarnya sumbangan pengaruh kemampuan kognitif
terhadap prestasi belajar matematika siswa ditunjukkan dengan hasil perhitungan koefisien
determinasi (KD). Setelah dianalisis, ternyata variabel kemampuan kognitif memberikan
sumbangan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa sebesar 87,3% dan sisanya
sebesar 12,7% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian
ini. Data hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kemampuan kognitif
memberikan sumbangan pengaruh yang besar terhadap kenaikan prestasi belajar
matematika
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Sumanto, yang mengatakan bahwa
kognitif adalah proses mental yang berhubungan dengan kemampuan dalam bentuk
pengenalan secara umum yang bersifat mental dan ditandai dengan representasi suatu objek
ke dalam gambaran mental seseorang apakah dalam bentuk simbol, tanggapan, ide atau
gagasan, dan nilai atau pertimbangan.20 Oleh karena itu, faktor kognitif mempunyai
peranan penting bagi keberhasilan belajar, karena sebagian besar aktivitas dalam belajar
selalu berhubungan dengan mengingat dan berpikir.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Almira. “Pembelajaran Matematika SD Dengan Menggunakan Media Manipulatif
Oleh.” Forum Paedagogik VI, no. 01 (2014).
Anggraini, Astuti, and Leonard. “Peran Kemampuan Komunikasi Matematika Terhadap
Prestasi Belajar Matematika Siswa.” Jurnal Formatif 2, no. 2 (2015).
Cleopatra, Maria. “Pengaruh Gaya Hidup Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajara
Matematika.” Formatif : Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 5, no. 2 (2015).
Djamarah, and Syaiful Bahri. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathani. 2012. Matematika Hakikat Dan Logika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Flora Siagian, Roida Eva. “Pengaruh Minat Dan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi
Belajar Matematika.” Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 2, no. 2 (2015).
Gunarti, Winda. 2008. Metode Pengembangan Perilaku Dan Kemampuan Dasar Usia Dini. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Jatmiko. “Eksperimen Model Pembelajaran Think-Pair-Share Dengan Modul(Tps-M)
Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Minat Belajar.” JIPM (Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika) 3, no. 2 (2015).
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2012. Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berpikir. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Saifuddin, Azwar. 2016. Konstruksi Tes Kemampuan Kognitif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumanto. 2014. Psikologi Perkembangan Fungsi Dan Teori. Yogyakarta: Center For Academic
Publishing Service.
Susanto. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Tambunan, Siti Marliah. “Hubungan Antara Kemampuan Spasial Dengan Prestasi Belajar
Matematika.” Makara Human Behavior Studies in Asia 10, no. 1 (2006).
Uno, Hamzah B. 2014. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif
Dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
W.J.S, Poerwadarminta. 2011. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.