Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum UCT

“PEMERIKSAAN URINE LAINNYA”

DI SUSUN OLEH :

Nama : NI KADEK ADELIA

Nim:711345319027

Tingkat : 2B

Mata Kuliah : UCT

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN

KESEHATAN KEMENKES MANADO

1
1. Protein Esbach

Tes Esbach merupakan pemeriksaan untuk menilai kadar protein dalam urin. Test esbach
merupakan pemeriksaan kuantitatif. Penetapan jumlah protein hanya jiika dilakukan dengan
timed spesimen, biasanya dipakai urine 24 jam atau urin 12 jam.

ALAT DAN BAHAN

 Tabung Esbach
 Sampel Urine 24 jam
 Reagen Esbach
 asam pikrat 1 gr
 asam citrat 2 gr
 aquadest 100 mL
 Reagen Tsuchiya
 asam fosfowolframat 1,5 gr
 alkohol 95% 93,5 ml

buat larutan dan tambahkan asam hidrochlorida pekat 5,0 ml

Disini sifat asam organik yang menyebabkan denaturasi dan pengendapan protein.

Cara esbach (modifikasi Tsuchiya)

1. Urin jernih yang dipakai harus bereaksi asam, jika perlu tambahlah beberapa tetes asam
acetat glacial kepada urin itu sehingga reaksinya menjadi asam.

2. Isilah tabung Esbach (albuminometer Esbach) terlebih dahulu dengan serbuk batu apung
sampai 3 mm tingginya, yaitu cukup banyak untuk meliputi dasar tabung, kemudian isilah
dengan urin setinggi garis bertandakan “U”

3. Tambahlah reagen Esbach atau reagen Tsuchiya kepada urin itu sampai garis tanda “R”

4. Sumbatlah tabung dan bolak-balikkan 12 kali (jangan dikocok)

5. Letakkanlah tabung itu dalam sikap tegak dan biarkan selama 1 jam.

2
6. Tingginya presipitat dibaca dan menunjukkan banyaknya gram protein per liter urin.

CATATAN

1. Penting diingat hasil penetapan dibaca dengan gram perliter urin; sebaiknya hasil
penetapan dilaporkan juga dengan jumlah gram protein yang dikeluarkan per 24 jam

2. Jika test kuantitatif terhadap protein 3+ atau 4+, maka urin harus diencerkan untuk
menjalankan penetapan menurut esbach umpamanya 2, 4,atau 8 kali. Faktor pengenceran
kemudian diperhitungkan dalam hasil penetapan

3. Tidak ada gunanya untuk melakukan penetapan ini jika urin hanya mengandung protein
sedikit , yaitu kurang dari 0,05% (0,5 gram per liter) yang terlihat dari hasil test kualitatif
yang hanya 1+ saja

4. Cara Esbach esbach yang asli berbeda sedikit dari modifikasi menurut Tsuchiya: tidak
diberikan serbuk serbuk batu apung dan hasil penetapan baru boleh dibaca lewat 18-24 jam

5. Cara esbach sebagai penetapan kuantitatif protein dalam urin sudah amat tua sebenarnya
tidak lagi sesuai dengan kemajuan laboratorium klinik masa kini. Baik ketelitian maupun
ketepatannya sangat rendah, sehingga hasilnya hanya merupakan pendekatan bealaka

keton

Zat-zat keton atau benda-benda keton dalam urin ialah aceton, asam aceto-acetat dan asam
beta-hidroxibutirat. Karena aceton, yaitu zat yang terpenting di antara benda-benda keton
bersifat mudah menguap , maka urin yang diperiksa harus segar; kalau urin dibiarkan asam
aceto-acetat berubah menjadi aceton, begitu pula asam beta-hidroxibutirat yang lebih dulu
menjadi asam acetot-acetat, sehingga zat-zat itu juga menghilang dari urin.

Cara Rothera (satu modifikasi)

Percobaan ini berdasar kepada reaksi antara nitroprussida dan asam aceto-acetat atau aceton
yang menyusun suatu zat berwarna ungu. Teristimewa terhadap asam aceto-acetat reaksi ini
peka sekali (positif sampai 1 : 400.000) ; terhadap acetot kepekaannya 1 : 20.000, sedangkan
asam beta-hidroxibutirat tidak dapat dinyatakan dengan reaksi ini

Reagen Rothera
3
- natriumnitroprussida 5 gr

- amoniumsulfat 200 gr

Cara kerja

1. Masukkanlah 5 ml urin ke dalam tabung reaksi. 2. Bubuhilah kira-kira 1 gram (sepucuk


pisau) reagens Rothera dan kocoklah sampai larut.

Cara kerja

3. Peganglah tabung dalam sikap miring dan berhati-hati alirkan atau teteskan sebanyak 1- 2
ml amoniumhidroxida pekat (28%) melalui dinding ke atas urin itu. Amoniumhidroxida itu
harus menyusun lapisan atas dari cairàn di dalam tabung.

4. Letakkan tabung dalam sikap tegak dan bacalah hasil liwat 3 menit,

5. Warna-ungu kemerah-merahan pada perbatasan kedua lapisan cairan menandakan adanya


zat-zat keton. Makin cepat warna itu terjadi dan makin tua warnanya, makin banyak juga
jumlah zat keton. Warna coklat diberi arti negatif. Karena kepada test ini tidak dapat
diberikan penilaian semikuantitatif secara teratur dan pasti, nyatakanlah hasil dengan positif
(+) atau negatif (-) saja.

catatan

Pentinglah untuk mamakai urin yang segar pada test ini. Perubahan asam aceto-acetat
menjadi acetot-acetat menjadi aceton dan menguapnya aceton dari urin yang dibiarkan
mngurangi kemungkinan hasil positif dalam urin yang mengandung zat-zat keton.

Cara Gerhardt Test ini berdasarkan kepada reaksi antara asam

aceto-acetat dari ferrichlorida yang menyusun zat berwarna seperti anggur port (warna
merahcoklat). Asam aceto-acetat sampai pengenceran 1 : 1000 dapat dinyatakan oleh reaksi
ini (jauh kurang peka dari reaksi rothera), sedangkan aceton dan asam beta-hidroxibutirat
tidak bereaksi. Karena itu penting menggunakan urin segar.

4
Cara kerja:

1.5 ml urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian diteteskan larutan ferrichlorida
10% ke dalam tabung itu sambil mengocok isi- nya. 2. Jika terbentuknya presipitat putih
ferrifosfat berhenti, saringlah cair- an itu. 3. Kepada filtrat diberikan beberapa tetes larutan
ferrichlorida lagi; perhatikanlah adanya warna merah coklat yang menandakan test ini positif.

Hasil test Gerhardt cukup dinilai dengan negatif (-) atau positif (+) saja. Untuk membedakan
hasil test yang positif palsu dari yang positif sejati, dapat dipergunakan cara di bawah ini
yang memakai sifat asam aceto acetat yang mudah menghilang sebagai dasar:

1. 5 ml urin diasamkan dengan asam acetat dan kemudian ditambah 5 ml aqua dest. 2.
Masaklah campuran itu sampai voluma menjadi 5 ml lagi. 3. Dinginkan dan jika perlu
saringlah.

4. Lakukan test Gerhardt dengan cairan itu (atau dengan filtratnya). 5. Jika hasil dengan urin
yang tidak dimasak positif dan test dengan urin yang dimasak menjadi negatif, maka test itu
positif sejati. Sebaliknya jika baik dengan urin yang tidak dipanasi dan dengan urin yang
dipa- nasi hasilnya positif, maka test itu sebenarnya berhasil positif palsu.

Catatan

1. Warna yang dicari mungkin samar-samar oleh presipitata ferrifosfat yang selalu terbentuk;
maka dianjurkan supaya menyaring cairan dan mencari warna itu di dalam filtrat

2. Warna merah anggur itu tidak hanya dapat ditimbulkan oleh asam aceto-acetat ; fenol,
salicylatsalicytat,antipyrin dan natriumbikarbonat juga memberikan warna serupa, hasil test
itu menjadi positif palsu. Jarang-jarang terjadi warna hijau, disebabkan oleh fenilalaline

3. Test gerhardt yang positif selalu harus disertai test rothera yang positif juga.

Ada juga carik celup yang dibuat untuk mendeteksi zatzat keton dalam urin; seperti pada test
Rothera carik celup juga memakai natrium nitroprussida sebagai dasar reaksi untuk
menimbulkan warna ungu. Sama juga seperti telah diterangkan, urin harus benar-benar segar
dan asam betahidroxibutirat tidak dapat dinyatakan.

Penilaian semikuantitatif juga mungkin diadakan berdasarkan tua- nya warna ungu yang
terjadi pada carik celup, meskipun perbedaan intensitas warna tidak sejelas seperti yang
dilihat pada test untuk albu- minuria dan glukosuria memakai carik celup; sebaiknya
dinyatakan negatif (-) atau positif (+) saja.

5
1. Urobilinogen

Saat bilirubin terkonjugasi diekskresi melalui saluran empedu ke dalam usus, bakteri usus
mengubah bilirubin menjadi kombinasi urobilinogen dan sterkobilinogen. Sebagian
urobilinogen direabsorbsi dari usus ke dalam darah, beredar kembali ke hati, dan
diekskresikan kembali ke

dalam usus lewat saluran empedu. Urobilinogen yang beredar-ulang yang mencapai usus juga
dioksidasi menjadi urobilin. Urobilinogen

tampak dalam urine karena, saat beredar dalam darah kembali ke hati, melewati ginjal dan
disaring oleh glomerulus. Dengan demikian,

sejumlah kecil urobilinogen-kurang dari 1 mg/dL atau unit Ehrlichnormal dijumpai dalam
urine.

Porfobilinogen

Porfobilinogen dikeluarkan dengan urin pada porphyria acuta intermittens, yaitu salah satu
penyakit yang termasuk golongan porfiria zat ini juga membentuk

warna merah pada reaksi dengan reagens menurut Wallace dan Diamond. Kalau disangka ada
porfobilinogen, lakukanlah pemeriksaan menurut Watson dan

Schwartz untuk menyatakannya. Perlu menggunakan urine segar karena dalam urin tua
porfobilinogen berubah menjadi porfobilin yang tidak bereaksi dengan Reagen tadi.

Reagen menurut Watson dan Schwartz merupakan satu modifikasi dari reagen ehrlich dan
susunannya adalah sebagai berikut : paradimetilaminobenzaldehida0,7 g; asam hidroklorida
pekat 150 ml;aquades 100 ml. Harus disimpan dalam botol berwarna coklat. Tes ini
menggunakan sebagai dasar sifat porfobilinogen yang tidak dapar larut dalam kloroform.

Alat dan Bahan

● Tabung Reaksi

● Reagen watson dan Reagen schwartz

● Natrium asetat

6
● Reagen wallace dan diamon

● Pipet Berskala

● Sampel Urine

Prosedur Kerja Urobilinogen

Kepada 10 ml Urine Didalam Urine Di Dalam Tabung Reaksi Dibubuhi 1 ml Reagens


Wallace Dan Diamond.Campur dan biarkan selama 3 – 5 menit ( Jangan lebih lama )

Hasil Pemeriksaan Ditentukan ssb : Lihatlah Dari Atas Ke Bawah Ke Dalam Tabung Reaksi
Itu Yang Didirikan Vertikal Dengan Sepotong Kertas Putih Di Bawahnya:

Jika Warna Merah Yang Terlihat Pada Cara Itu Hanya Samar – Samar Saja Percobaan Boleh
Dianggap Selesai

Jika Warna Merah Yang Terjadi Nampak Betul Lanjutkanlah Pemeriksaan Dengan
Pengencaran Urine

3 .Buatlah Deretan Pengenceran Dari Urine Itu Dari 10 x Sampai 100 x Atau Jika Perlu Lebih
Tinggi Lagi :

7
4. Dengan Memakai Urine Yang Diencerkan Itu Dilakukan Lagi Pemeriksaan Menurut
Wallace Dan Diamond Seperti Telah Diterangkan.

5.Hasil Pemeriksaan Dilaporkan Dengan Menyebut Pengenceran Tertinggi Yang Masih


Memperlihatkan Warna Merah Dan Juga Menyebut Pengenceran Yang Tidak Menimbulkan
Warna Merah Lagi.Contoh Pengenceran 1 : 40 Positif , 1 : 50 Negatif.

Hasil pemeriksaan harus divaca dalam waktu paling lama 5 menit, karena jika dibiarkan
warna merah akan menjadi lebih merah lagi dan mencapai puncaknya liwat 30 menit.

Dalam keadaan normal urin memberi reaksi positif sampai pada pengenceran 20x sedangkan
yang diencerkan 40x

berhasil negatif. Kalau urin dalam pengenceran lebih dari 40x pengenceran masih beraksi
positif, itulah tanda ekstreso

urobilinogen (atau kromogen lain-lain) bertambah banyak. Jika warna merah hanya timbul
dalam urin yang tidak

diencerkan atau dalam urin yang diencerkan kurang dari 20x, mungkin kesresi urobilinogen
kurang dari normal.

Prosedur kerja porfobilinogen

Cara Watson dan Schwartz 1. Masukkanlah 2,5 ml urin segar ke dalam tabung 2. Tambahlah
sekaligus 2,5 ml reagensWatson dan Schwarte dan kocok segera kuat-kuat.

3. Tepat 15 detik setelah pemberian reagens itu ditambah 5 ml larutan natrium asetat jenuh

4. Bubuhilah sekarang 5 ml chloroform, kocoklah kuat kuat dan biarkan chloroform itu
berpisah dari lapisan atas (atau pusinglah tabung)

5. Apabila lapisan atas merah warnanya, reaksi terhadap porfobilinogen positif.

Larutan natrium asetat jenuh (natrium asetat 150 g ; aquadest 100 ml) dipakai untuk
menghentikan reaksi. Urobilinogen (dan juga indol dan skatol) akan menjadi merah pada
reaksi initetapi akan tinggal dalam lapisan chloroform. Urobilin,Porfobilin dan porfirin-
porfirin tidak bereaksi . Karena perubahan porfobilinogen menjadi porfobilin

8
mudah terjadi, pentinglah untuk memakai urin segar. Kalau dikehendaki larutan merah yang
berisi porfobilinogen boleh diperiksa dengan spektroskop akan terlihat garis

absorpsi pada 625 nm. (Garis absorpsi untuk indol-inDol dalam larutan chloroform terdapat
pada 570 nm).

Jika diperlukan pemeriksaan terhadap porfirin total bersama koproporfirin dan uroporfirin
dalam urin, pemeriksaan itu dapardilakukan dengan ekstraksi koproporfirin

memakai ethylether, sedangkanuroporfiein dapat diekstraksi memakai ethylacetat. Cara -cara


itu tidak diterangkan lebih lanjut.

2. Indikan dan darah samar

Indikan berasal dari pertumbuhan bakteri, sering di usus kecil. Indican merupakan indole
diproduksi oleh bakteri pada suatu asam amino tryptophan dalam usus. Kebanyakan indol
dibuang dalam kotoran. Sisanya akan diserap dan di metabolisme serta diekskresi sebagai
indicant dalam urin. asam amino triptofan dalam usus, bukan berasal dari katabolisme
protein dalam tubuh. Ekskresi indikan kedalam urin member gambaran proses
pembusukan dalam usus. Pada keadaan normal, dalam sehari diekskresi 10-20 mg.
Variasi ekskresi terutama ditentukan oleh jenis makanan. Makanan tinggi protein akan
meningkatkan ekskresi indikan dalam urin dan sebaliknya pada makanan tinggi
karbohidrat.

Bila terjadi peningkatan proses pembusukan dalam usus atau bila ada stagnasi isi usus
juga akan terjadi peningkatan ekskreslin dikanurin. Peningkatan indikan dalam urin juga
dapat ditemukan bila ada dekomposisi protein dalam tubuh oieh bakteri, seperti gangren.
Indikan dalam urin dapat ditetapkan dengan uji Obermeyer.

Kondisi tingginya tingkat indicant dalam urin :

 Penyakit usus
  Hypochlorhydria
  Achlorhydria
 Diverticulosis jejunum
  Scleroderma
  Postgastrectomy 

9
 Pancreatic ketidak cukupan
 Hypermotilitas dari usus kecil

Cara obermeyer

Prinsip Percobaan :

Prinsip percobaan ini didasarkan pada ada tidaknya suatu indikan di dalam urin, dimana
gugus indoksil akan dioksidasi oleh pereaksi obermeyer yang mengandung FeCl3 dalam HCl
pekat sehingga terbentuklah warna biru indigo yang dapat larut dalam suatu kloroform.

Alat dan Bahan :

 Tabung Reaksi
 Pipet Tetes
 Chloroform
 Sampel Urine
 Reagen Obermayer : ferrichlorida 2g, asam hidrochlorida pekat (38%) 1000 ml.

Prosedur Kerja :

1. Masukkanlah 3 mL urin kemudian 3 mL reagens Obermayer ke dalam tabung reaksi dan


campur baik baik

2. Panasilah berhati hati tabung itu sampai isinya menjadi panas (Jangan sampai mendidih)

3. Tambahkan 2ml Chloroform dan bolak balikan tabung itu beberapa kali, jangan di kocok
kuat kuat

4. Biarkan tabung dalam sikap vertikal agar chloroform berpisah dan menjadi lapisan bawah

5. Adanya warna biru yang jelas dalam lapisan Chloroform menandakan jumlah indikan
dalam urin bertambah

Catatan :  Urine normal mungkin menjadikan lapisan chloroform agak biru muda. Semakin
banyak indikan, semakin tua warna chlorofom itu.

 Beberapa zat warna yang mengganggu reaksi pada uji obermayer antara lain Jodida dan
thymol menimbulkan warna merah-ungu. Hexamin , formalin, dan bilirubin mengganggu
reaksi ini. (Bilirubin dapat ditiadakan dengan memakai calciumhidroxida padat.)

10
 Jumlah indikan dalam urin bertambah banyak pada obstruksi dalam usus kecil dan proses
lain-lain yang mendatangkan pembusukan protein; ada kalanya zat itu juga bertambah tanpa
adanya proses patologis setelah

 Darah samar

TEST TERHADAP DARAH SAMAR Test ini menggunakan sifat hemoglobin sebagai
peroxidasa yang mencerai hidrogen peroxida dan mengoxidasi benzidine atau guajac menjadi
zat berwarna biru.

Alat dan Bahan :

A. Cara Benzidine Basa

- Sampel Urine

- Tabung Reaksi

- Pipet Tetes

- benzidine basa

- asam asetat glasial larutan hidrogen peroxida 3%

B. Cara benzidine dihidrochlorida/ tetrametiltadine asam asetat glasial

- Sampel Urine

- Tabung Reaksi

- Pipet Tetes

- benzidine dihidrochlorida/ tetrametiltadine asam asetat glasial larutan hidrogen peroxida


3%

Alat dan Bahan :

C. Cara Guajac

- Sampel Urine

- Tabung Reaksi

11
- Pipet Tetes

- asam acetat dacial

- serbuk guajac

- alkohol 95%

- H202 3%

D. Cara Carik Celup

- Sampel Urine

- Strip Carik Celup

A. Cara dengan benzidine basa

1. Masaklah sejumlah urin dalam tabung reaksi dan biarkan dingin kembali.

2. Ke dalam tabung reaksi lain diisi benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.

3. Tambahlah 3 ml asam asetat glasial, kocok sampai benzidine itu larut dengan
meninggalkan beberapa kristal yang tidak larut, tanda sudah jenuh. Jika perlu ditambah
sedikit benzidine basa lagi, sehingga jenuh.

4. Tambahkan 2 ml urin kedalam tabung reaksi yang berisi tadi, campur. 5. Tambahkan 1 ml
larutan hidrogen peroxida 3% (H2O2); campur. 6. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit (jangan
lebih lama).

B. Cara dengan benzidine

dihidrochlorida dan dengan tetrametilbenzidine Cara ini sama seperti yang diterangkan untuk
benzidine basa de- gan perbedaan memakai benzidine dihidrochlorida atau tetrametil-
benzidine sebagai pengganti benzidine basa sedangkan urin tidak perlu dimasak lebih dulu.

C. Cara dengan guajac

12
 Taruhlah 4 ml urin dalam tabung, tambah beberapa tetes asam acetat dacial dan
campurlah.
 Ke dalam tabung dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac. kemudian 2 ml alkohol
95%, campur.
 Tuanglah campuran guajac dan alkohol ke dalam tabung berisi urin;
 Tambahlah 2 ml hydrogen peroksdida 3% (H2O2) ke campuran itu.
 Bacalah hasil dalam waktu 5 menit. Penilaian semikuantitatif sama seperti
diterangkan untuk benzidine.

Interprestasi hasil yang sangat samarKetiga macam test tadi dapat menilai hasilnya
sebagai berikut:

semi kuantitaf -> tidak ada perubahan warna atau warna negatif samar hijau.

Positif + -> hijau

Positif ++ -> Biru bercampur Hijau

Positif +++ -> Biru

Positif ++++ -> Biru Tua Hasil Test harus di baca dalam waktu 5 menit karena warnanya
setelah itu akan berubah

D. Cara dengan carik celup

Bagian dari carik celup untuk mencari darah samar biasanya mengandung tetrametil-
benzidine atau orthotolidine bersama semacam peroxida organis, sehingga warna yang
muncul pada reaksi positif juga bervariasi dari hijau sampai biru tua. Penilaian
semikuantitatif juga dapat diberikan, kejadian reaksi positif palsu dan negatif palsu sama
juga seperti reaksi yang memakai tabung reaksi.

3. Kultur urine

Kultur urine adalah metode pemeriksaan untuk mendeteksi adanya bakteri di dalam urine,
sebagai pertanda dari infeksi saluran kemih. Selain mendeteksi keberadaan bakteri, kultur
urine juga dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri penyebab infeksi.

13
Bila bakteri pada urin berkembang biak, maka akan terlihat pertumbuhan koloni pada
kultur urin yang jumlahnya dapat dihitung untuk menentukan apakah jumlahnya sudah
sampai pada tahap sebagai penyebab infeksi saluran kemih atau belum  colony forming
unit (cfu).

Pengkajian Kultur Urine

• Kultur urin dapat diterapkan ketika seseorang memiliki gejala yang menunjukkan
kemungkinan infeksi saluran kemih (ISK), seperti:

• 1. Keinginan kuat dan gigih untuk buang air kecil

• 2. Sensasi terbakar saat buang air kecil

• 3. Urin yang keruh dan berbau

• 4. Nyeri punggung bagian bawah

Keberhasilan kultur urine

Keberhasilan dalam kultur urin sangat dipengaruhi oleh : (1) Pengumpulan Spesimen,
Pengiriman dan Penanganan Spesimen, (2) Pemeriksaan Langsung, (3) Pengaturan
Kultur, (4) Pemeriksaan Media Kultur, (5) Interpretasi Hasil Kultur.

Keberhasilan dalam kultur urin sangat dipengaruhi oleh : (1) Pengumpulan Spesimen,
Pengiriman dan Penanganan Spesimen, (2) Pemeriksaan Langsung, (3) Pengaturan
Kultur, (4) Pemeriksaan Media Kultur, (5) Interpretasi Hasil Kultur.

Pengumpulan Spesimen, Transport dan Penanganan - Tipe spesimen dan pengumpulan


meliputi : Urine pancar tengah (midstream urine)

 Urin diambil melalui kateter


 Urine dari kateter yang telah terpasang Urine suprapubik Sistoskopi urin

Nefrostomi urin

-Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengiriman dan penanganan spesimen adalah :
Urin pada suhu kamar harus segera dikultur dalam 2 jam setelah pengumpulan spesimen,
urin pada suhu 4 C dapat dikultur sampai 24 jam, urin pada media transport yang sesuai

14
pada suhu ruang dapat dikultur sampai 24-72 jam, dan spesimen urin 24 jam tidak dapat
digunakan untuk kultur karena adanya pertumbuhan bakteri.

- Transportasi spesimen dan penanganan

1.Urine pada suhu kamar harus dibiakkan dalam waktu 2 jam dari pengambilan.
2.Urinedapat disimpan 24 jam sebelum kultur jika didinginkan pada 4ºC. Semakin rendah
suhu menghambat pertumbuhan bakteri dan menjaga jumlah koloni yang stabil.

3.Urinedapat ditempatkan dimedia transportasi yang sesuai dan diadakan pada suhu
kamar hingga 24-72 jam (memverifikasi dengan paketinsertmedia). Penyimpanan lama
dapat menurunkan jumlah koloni.

4.Dua puluh empat (24) jam spesimen urin yang tidak dapat digunakan untuk kultur
karena pertumbuhan bakteri yang berlebihan.

2) Pemeriksaan Langsung

• Pewarnaan Gram yang merupakan bagian dari kultur urin

• Tes skrining lainnya misalnya urinalisis rutin yang hasilnya berhubungan dengan kultur
urin

3) Pengaturan Kultur

• Media meliputi : BAP, MAC, dan Anaerobic BAP

• Jumlah Koloni : spesimen urin yang sudah tercampur ditaruh dimedia kultur dan
selanjutnya dilihat dari jumlah koloni yang tumbuh

• Media Inkubasi : meliputi pengaturan suhu, kelembaban dan waktu

4) Pemeriksaan Media Kultur

• Koloni yang tumbuh dilihat jumlahnya dan jenis koloninya tergantung dari
organismenya yang tumbuh

• Harus dapat dibedakan koloni yang tumbuh dari organisme patogen atau kontaminan

5) Interpretasi Hasil Kultur

Penentuan jumlah koloni yang sangat tergantung dengan teknik pengambilan spesimmen

15
Hasil kultur perlu dibandingkan dengan hasil pewarnaan gram.

Kultur urin membutuhkan waktu 3 hari

Hari 1 -> kultur urin pada media

Hari 2 -> melihat pertumbuhan koloni lalu lakukan tes sensitivitas

Hari 3 -> membaca hasil tes sensitivitas

Bahan pemeriksaan -> urin pagi porsi tengah (mid stream)

Media yang digunakan -> Mueller Hinton agar, Mac Conkey agar, Blood agar

Hari Pertama

 Siapkan urin dalam wadah steril


 Sediakan media Mueller Hinton/Mac Conkey piring petri
 Ambil spesimen dengan ose lalu tanamkan dipermukaan media (pada waktu
menanam tutup pelat dibuka sedikit saja untuk menghindari kemungkinan
kontaminasi)
 Eramkan dalam inkubator selama 24 jam

Hari Kedua

 pemeriksaan lanjutan (reaksi biokimia) untuk penentuan jenis bakteri Ambil


koloni yang tumbuh pada media -> buat di dalam cawan
 Lihat dalam media apakah dijumpai pertumbuhan bakteri -> bakteri dapat diambil
sedikit untuk pewarnaan Gram dan juga untuk
 Bila ada pertumbuhan, hitung jumlah koloni yang tumbuh yang akan dikalikan
dengan volume urin yang diambil ose dan jumlah tersebut dinyatakan colony
forming unit / ml urin
 Ambil tabung reaksi dengan menambah larutan NaCl 0,9 % sebanyak 2 Sudah ,5
– 5 ml
 Kocok tabung berisi suspensi sehingga kekeruhan tampak merata menjadi
suspensi

16
 Kemudian secara aseptik tuangkan suspensi dari tabung tadi kedalam petri yang
berisi Mueller Hinton agar yang baru dan biarkan selama 15 menit Buang sisa
suspensi ke dalam wadah yang telah diisi lysol
 Letakkan satu persatu disk antibiotik diatas permukaan media yang dituangkan
suspensi bakteri tadi (sensitivity test)

Hari Ketiga

Baca hasil sensitivity test dengan mengukur diameter zona jernih (zona hambat) pada
pelat antibiotik

Tuliskan hasil kepekaan antibiotik dengan mengukur diameter zona

dengan menggunakan jangka sorong hambat :

< 5 mm -> resisten

5-10 mm -> semi resisten

> 10 mm -> sensitif

4. Reaksi Diazo Menurut Ehrlich

Dengan menggunakan zat-zat sama seperti dipakai untuk penetapan bilirubin dalam serum
darah , dapat dilakukan test dizao ini dalam beberapa keadaan masih mempunyai arti klinik

Cara

 Masukkan 2,5 ml larutan A dan 1 tetes larutan B ke dalam tabung reaksi


 Campur Tambah sekarang 2,5 ml urin
 Campur Bubuhilah amonia 10 % sebanyak 5 ml atau lebih supaya lingkungan menjadi
lindi Kocoklah tabung kuat-kuat
 Reaksi dianggap postif jika busa yang terjadi jelas merah atau merah jambu.

Urin normal berhasil negatif pada test ini . Aceton menyebabkan reaksi positif palsu ,
Sedangkan sejumlah natrium-nitrit yang berlebihan mungkin menjadikan reaksi ini negatif
palsu

17
Hasil positif sejati mungkin didapat pada tuberculosis paru paru yang lanjut pada typhus
abnominalis dan pada morbili pada thypus abdominalis reaksi ini menjadi negatif lewat
minggu kedua dari penyakit.

Meskipun tes diazo menurut ehrlich dalam urin merupakan satu test yang sudah tua ia
dipertahankan dalam buku mengingat banyak laboratorium kesehatan yang sederhana
memerlukan tes-tes sederhana dalam menjalankan tugasnya.

Metode nauman

PENGERTIAN

Percobaan ini dilakukan di samping test Schlesinger jika disentuh bahwa fluoresensi keras
yang didapat pada test itu tidak disebabkan oleh urobilin.

Percobaan menurut Naumann ini menggunakan sifat urobilin (dan beberapa macam derivat
indol lain) yang larut dalam chloroform sedangkan riboflavin hanya dapat larut dalam air.

ALAT DAN BAHAN

 Centrifuge
 Tabung centrifuge
 Tabung reaksi
 Pipet
 HCL pekat
 Tincura iodii Alkohol 95% Zinkacetat
 Amonium hidroksida Sampel urin
 Kloroform

PROSEDUR KERJA

1) 5 mL urine, 5 mL chloroform, 5 tetes hidrochlorida pekat dan 1 tetes tinctura iodii


dicampur dan dikocok dalam tabung centrifuge dan lakukan pemusingan

2) Lapisan bawah, yaitu chloroform dipisahkan dari lapisan atas. (Chloroform akan
menggandung urobilin dan lapisan cairan atas akan mengandung riboflafin).

18
3) Lapisan chloroform yang telah dipisahkan ditambahkan alkohol 95% kira-kira setengah
dari volume chloroform,

4) Tambahkan juga 0.1g zink asetat dan 1 tetes amonium hidroksida pekat; kocoklah dan
saringlah.

5) Filtrat yang dihasilkan akan diperiksa terhadap adanyafluoresensi, jika ada fluoresensi
mata

Catatan

Pada test Naumann zat-zat riboflavin, fluorescein, eosin dan ery tirosin yang semuanya
menyebabkan fluoresensi akan didapat dalamlapisan air saja.

Di dalam lapisan chloroform didapat urobilin dan beberapa derivat indol, yaitu indol dan
skatol. Indol dan skatol tidak membuat fluoresensi pada test dengan zinc acetat.

19

Anda mungkin juga menyukai