PENDAHULUAN
Asites :
Akumulasi cairan yang berlebihan di ruang
intraperitoneal (rongga serosa) oleh berbagai sebab. Normal ruang intra peritoneal hanya berisi 1110 ml cairan untuk membasahi lapisan atau tunika serosa. Keseimbangan cairan intraperitoneal tergantung tekanan koloid osmotik dalam kapiler, permeabilitas dinding kapiler dan tekanan hidrostatik.
METODE :
Pengambilan sampel cairan asites dilakukan dengan punksi abdominal/peritoneal : Indikasi punksi abdominal : Indikasi Terapeutik : Untuk mengurangi tekanan intra abdominal. Indikasi Diagnostik : Untuk menentukan diagnosis dan penanganan.
Persiapan pasien :
Jelaskan tujuan tes dan cara pengambilan sampel. Penjelasan yang tepat mengenai tujuan dan cara kerja membantu menimbulkan sikap koperatif dari penderita dan memudahkan dalam melakukan tindakan. Buat surat persetujuan tindakan. Monitor tanda vital (tensi,nadi) penderita sebelum, selama dan sesudah pengambilan sampel.
TES MAKROSKOPI
1. Volume 2. Warna dan Kejernihan 3. Berat jenis 4. Bekuan
1. Volume
Pra analitik : Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus Prinsip tes : makin besar volume cairan asites menunjukkan besarnya penekanpenekan-an organ intraperitoneal 5,6,7,8 Alat : Gelas ukur .
Analitik :
Cara kerja : melihat besarnya volume cairan asites pada gelas ukur 5,6,7,8 Pasca analitik : Interpretasi : Volume cairan menunjukkan beratnya penyakit dan besarnya penekanan intra abdominal 5,6,7,8
Pasca analitik
Interpretasi :
Warna transudat biasanya kekuningkekuningkuningan dan jernih sedang eksudat dapat berbedaberbeda-beda Bilirubin memberi warna kuning Darah berwarna merah atau coklat Pus memberi warna putih-kuning dan putihkeruh Chylus putih seperti susu dan keruh
Analitik
Cara kerja : BJ yang diukur dengan menggunakan hidrometer atau urinometer, hasil pembacaan pada urinometer dikoreksi dengan temperatur ruangan seperti pada urinalisa
Suhu kamar suhu tera x 0,001 + BJ pd hidrometer
BJ = ------------------------------------------------------------3 Suhu kamar : Suhu ruangan saat pemeriksaan. Suhu tera : suhu yang tertulis pada alat ~ Pengukuran BJ dengan refraktometer
Cara Kerja : Bersihkan permukaan prisma refraktometer dengan kain yang lembab, kemudian dengan kain kering. Tutup dengan penutupnya, pegang secara horisontal. Teteskan 1 tetes cairan asites pada lekukan penutup prisma. Arahkan alat ke arah sumber sinar. Fokuskan eye piece, langsung baca skala dimana terlihat batas antara gelap dan terang . Pasca analitik : Interpretasi : BJ cairan ascites (transudat) umumnya e 1,018. Bila >1,018 menunjukkan adanya proses inflamasi (eksudat) .
4. Bekuan
Pra analitik
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus Prinsip tes : fibrinogen menyebabkan sampel membeku. Alat : tabung yang jernih.
Analitik
Cara kerja : biarkan sampel selama 1 jam, kemudian lihat apakah ada bekuan atau tidak.
Pasca analitik
Interpretasi : Bekuan ( + ) : eksudat : ada proses peradangan Bekuan ( - ) : transudat
B. TES KIMIA
Tujuan tes: Membedakan transudat dan eksudat Pemeriksaan Kimia mencakup : Tes Rivalta (Tes Seromusin/tes protein kualitatif) Tes protein kuantitatif Tes glukosa kuantitatif Tes LDH (Laktat Dehidrogenase) kuantitatif
Prinsip tes: Penambahan asam asetat glacial pada cairan akan menimbulkan terjadinya penggumpalan protein, yang terlihat sebagai kekeruhan .
Alat dan bahan : gelas ukur pipet tetes asam asetat glacial aquades. Analitik Cara kerja :
Campurkan asam asetat glasial 2 tetes dalam aquades 100 ml. Teteskan setetes cairan asites pada permukaan larutan tersebut.
Analitik
Cara kerja Semiotomatik Pipetkan kedalam tabung-tabung sbb: tabungLarutan Blanko reagen Blanko standar standar sampel Blanko sampel 2,5 ml 50 ul 2,5 ml 50 ul 2,5 ml 50ul 2,5 ml 50 ul -
Reagen biuret Reagen blanko Biuret Protein Standar 100g/l Sampel pasien Akuades
2,5 ml 50 ul
Perhitungan Semiotomatik : Kadar Protein : T x 100 g/l S T = Absorban sampel - absorban blanko sampel absorban blanko reagen S = Absorban standar absorban blanko standar absorban blanko reagen
b. Cara otomatis
Pra analitik Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus. Prinsip tes: Protein + Cu+ CuCuProtein kompleks Pembacaan dilakukan dengan fotometer
Analitik
Cara kerja : Masukkan 500 ul sampel cairan asites ke dalam tabung mikro. Letakkan tabung mikro pada rak tabung. Siapkan reagen pada rak reagen masukkan dalam alat otomatis Cobas Mira. Buat program untuk pemeriksaan protein. Selanjutnya pemeriksaan berjalan secara otomatis.
Pasca analitik :
Interpretasi : Kadar protein < 3 mg/dl : transudat Kadar protein > 3 mg/dl : eksudat.
Prinsip tes :
HK Glukosa + ATP G-6-P + ADP Heksokinase mengkatalisasi fosforilase glukosa menjadi glukosa-6 glukosa-fosfatase oleh ATP G-6-PDH G-6-P + NADP gluconate-6-P + NADPH gluconate+H Konsentrasi glukosa diukur dengan fotometer.
Analitik
Cara Kerja : Masukkan 500 ul sampel cairan asites ke dalam tabung mikro. Letakkan tabung mikro pada rak tabung. Siapkan reagen pada rak reagen masukkan dalam alat otomatis Cobas Mira. Buat program untuk pemeriksaan. Selanjutnya pemeriksaan berjalan secara otomatis.
Pasca analitik:
Interpretasi : Kadar glukosa = glukosa plasma: transudat Kadar glukosa > glukosa plasma : eksudat
4.
Pra Analitik Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus. Prinsip tes : Kinetik UV Pyruvate + NADH + H+ LDH LLLaktat + NAD+ NADH akan mengoksidasi secara langsung dengan bantuan aktivasi LDH dan diukur dengan fotometer.
Analitik
Cara kerja : Masukkan 500Ql sampel cairan asites ke 500Q dalam tabung mikro. Letakkan tabung mikro pada rak tabung. Siapkan reagen pada rak reagen masukkan dalam alat otomatis Cobas Mira. Kalau terjadi kesukaran dalam membedakan eksudat dan transudat maka biasanya dilakukan tes LDH.10
Pasca analitik
Interpretasi : Bila kadar LDH kurang dari 200IU/l adalah transudat Kadar LDH sama atau lebih dari 200IU/l adalah eksudat.
Tes Alkali fosfatase Dilakukan bila ada dugaan ruptur gaster, nilai alkali fosfatase >10 IU/l. 5 3. Tes Laktat Dilakukan bila ada dugaan peritonitis bakterial. Nilai laktat pada peritonitis bakterial 4,44mmol/l. 5 4. Tes Ureum Kreatinin Dilakukan bila ada dugaan asites yang disebabkan oleh ruptur traktur urinarius, misalnya pada ruptur buli-buli. Pada ruptur bulibulibuli-buli didapatkan nilai ureum kreatinin cairan asites lebih dari ureum kreatinin serum.
2.
5. Tes Amonia
Dilakukan bila ada dugaan asites yang disebabkan oleh perforasi ulkus peptik, ruptur appendiks, strangulasi usus dan ruptur buli-buli. Nilai amonia bulicairan asites pada keadaan tersebut lebih dari amonia serum. 6. Tes Bilirubin Dilakukan bila ada dugaan asites yang disebabkan oleh oleh ruptur vesica fellea, nilai bilirubin lebih dari 6,0mg/dl.
C. TES MIKROSKOPI
1.
Hitung Jumlah sel Tujuan : Membedakan transudat dan eksudat. Hitung jumlah lekosit dilakukan bila diduga cairan asites tersebut bersifat eksudatif . Pra Analitik :
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus. Prinsip tes : menghitung jumlah sel lekosit pada cairan asites
Pasca analitik :
Interpretasi : Lebih dari 80% transudat dan kurang dari 20 % eksudat menunjukkan jumlah lekosit < 1000/mm 3 Jumlah lekosit > 10.000/mm 3 dijumpai pada pankreatitis. Jumlah lekosit 25-100.000/mm3 dijumpai 25pada peritonitis bacterial Jumlah lekosit 5-10.000/mm3 dijumpai pada 5peritonitis TB
Analitik
Cara kerja : Encerkan cairan asites dengan larutan Hayem dengan pengenceran 200 kali. Hasil pengenceran diteteskan pada kamar hitung, kemudian dibaca di bawah mikroskop pada lima kotak eritrosit, hasil perhitungan dikali 10.000/mm3.
Pasca analitik
Interpretasi : ~ jumlah eritrosit >100.000/mm3 menunjukkan adanya trauma atau keganasan. ~ Bila jumlah eritrosit <100.000/mm3 kemungkinan eritrosit berasal akibat punksi percobaan.
3. Hitung Jenis
Pra analitik Persiapan sampel : sampel disentrifus kemudian yang diambil adalah sedimennya. Prinsip tes: Perbedaan morfologi lekosit dan daya serap masing-masing jenis lekosit masingterhadap zat warna. Untuk membedakan jenis inflamasi akut atau kronis maka dilakukan pemeriksaan hitung jenis sel. Untuk membedakan jenis inflamasi akut atau kronis maka dilakukan pemeriksaan hitung jenis sel .
Analitik
Cara kerja : Sedimen cairan asites dibuat hapusan kemudian biarkan kering. Fiksasi dengan metil alkohol dan setelah kering diwarnai dengan Giemsa selama 20 menit. Kemudian bilas dengan air mengalir. Hasilnya dibaca di bawah mikroskop.6,7,8
Pasca analitik
Interpretasi : Hitung 100 sel lekosit, bila PMN (polimorfonuklear) >50% p inflamasi akut Limfosit >50% p inflamasi kronis.
D. TES MIKROBIOLOGI
a.
Pewarnaan Gram Pra analitik Persiapan sampel : sampel ditempatkan dalam tabung yang steril (tabung kaca dengan sterilisasi autoklaf, tabung plastik dengan ultraviolet, dapat diperoleh di bagian mikrobiologi) tanpa antikoagulan. Prinsip tes: bakteri akan menyerap zat warna tertentu yaitu kristal violet. Dengan penguatan lugol, bakteri Gram positif akan tetap mengikat warna ungu meskipun ada penambahan alkohol dan fuschin/safranin, sedangkan bakteri Gram negatif akan melepaskan warna ungu dengan adanya penam-bahan alkohol akan mengikat penamsafranin atau fuchsin menjadi warna merah.
Cat Gram A : Kristal violet (warna ungu) 2 gram Alkohol 96% 20 cc Amonium oxalat 1 % dalam aqua 80 cc Cat Gram B: Jodium (warna coklat) 1 gram Kalium jodida. .. .2 gram Aquades . 300 cc Cat Gram C : Aceton (tdk berwarna) 30 cc Alkohol 70 cc Cat Gram D : Safranin .1 gram Alkohol 96% 10 cc Aquades .90 cc
Analitik
Cara kerja : Buatlah sediaan di atas kaca objek, keringkan pada suhu kamar dan panaskan di atas api 3 4 menit. Dinginkan. Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan. Preparat yang telah siap dicat digenangi dengan cat Gram A selama 1- 3 menit. 1Kuman Gram (+) dan Gram (-) akan (berwarna ungu, kemudian cat dibuat dan tanpa dicuci. Kemudian digenangi cat Gram B selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir.
Tetesi / dicelup cat Gram C sampai warna dilunturkan Kemudian ditetesi dengan cat Gram D selama 12 1 menit. Gram D merupakan warna kontras maka bakteri Gram (+) yang telah mengikat cat gram A tidak mampu mengikat Gram D, sehingga bakteri tetap berwarna ungu, sedangkan bakteri Gram (-) yang (telah dilunturkan oleh cat Gram C (bakteri tidak berwarna), akan mengikat warna cat Gram D sehingga bakteri akan berwarna merah. Cuci dengan air dan keringkan di udara. Setelah kering lihat di bawah mikroskop pembesaran 100 x menggunakan minyak emersi.
Pasca analitik
Interpretasi : Gram positif (+) : bakteri akan berwarna ungu, bentuknya jelas (batang atau kokus) Gram negatif (-) : bakteri akan berwarna (merah, bentuknya jelas (batang atau kokus )
Analitik
Cara kerja : Buatlah sediaan di atas kaca objek, keringkan pada suhu kamar dan panaskan di atas api 3 4 menit. 3 Dinginkan. Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan. Preparat yang telah siap, dicat dan digenangi dengan cat ZN A, kemudian dipanasi dengan lampu sampai menguap tetapi tidak mendidih. Bakteri yang tahan asam dan yang tidak tahan asam akan berwarna merah. Tunggu selama 5 menit kemudian dicuci dengan air Kemudian preparat ditetesi dengan cat ZN B. Bakteri yang tahan asam akan tetap berwarna merah, sedang yang tidak tahan asam menjadi tidak berwarna.
Setelah itu preparat segera diangkat dan dicuci dengan air. Genangi preparat dengan ZN C selama 2 menit, bakteri yang tahan asam tidak akan mengikat warna ZN C, tetapi yang tidak tahan asam akan mengikat warna biru. Cuci preparat dengan air dan dikeringkan dalam temperatur kamar. Keringkan dan lihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x meng-gunakan mengminyak emersi.
Pasca analitik:
Interpretasi: - Basil tahan asam Basil terlihat berwarna merah. - Basil tidak tahan asam Basil berwarna biru.
E. PETANDA TUMOR
Carcinoembryonic Antigen (CEA) ~ Metode Semi otomatis Pra analitik
Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus. Persiapan sampel : sampel yang digunakan adalah serum atau plasma, hindari sampel yang hemolisis. Prinsip tes : Enzyme immunoassay berdasarkan prinsip Sandwich
Bahan : manikmanik-manik ( bead ) larutan TMB Substrate : 8 TMB (Tetramethylbenzidine ) larutan TMB Buffer : 10 substrate buffer Stopping solution : Sulphuric acid 5 % Larutan standar 3 a 3 f, kontrol.
Analitik
Cara kerja : a. Otomatis (Cobas Core) (Cobas Core) Pada prinsipnya pemeriksaan CEA cara otomatis sama dengan cara semioto-matis. semiotoPerbedaannya antara lain : 1. Semua tahap reaksi pada pemeriksaan serta pengukuran dilakukan oleh alat Cobas Core secara otomatis 2. Pada tahap reaksi enzimatik tidak dibutuhkan stopping solution 3. Alat Cobas Core akan mengeluarkan hasil berupa lembar print out.
b. Semiotomatis Reaksi imunologi : pipet sesuai skema di bawah ini (volume dalam L) Spesimen /sampel
Standar 3a Standar 3b Standar 3c Standar 3d Standar 3e Standar 3 f Kontrol Sampel pasien Anti CEA Conyugate Manik 200 1 200 1 200 1 200 1 200 1 200 1 200 1
Tabung reaksi S1 S2 S3
50 50 50
S4
S5
S6
RB
50 50 50 50 50 200 1
Tutup tabung reaksi dan inkubasi pada inkubator Cobas EIA 37 0 C 30 menit kemudian kocok. Hindari dari cahaya terang Angkat tutup tabung dan cuci dengan menggunakan Cobas EIA Washer
Reaksi enzimatik : 10 menit sebelum akhir reaksi imunologik, siapkan larutan kerja substrate tambahkan 250 L larutan kerja substrat pada semua tabung reaksi, termasuk RB dan inkubasi selama 15 menit pada 37 0 C pada inkubator Cobas EIA . Selanjutnya kocok dan jauhkan dari cahaya terang. Tambahkan stopping solution 1 ml pada semua tabung reaksi, campur dengan baik. Setelah 1 jam, baca absorban dari standar, kontrol dan sampel pasien, serta reagen blank pada fotometer 450 nm. ~ Nilai rujukan CEA14 : < 2,5 ng/ml ~ Nilai range alat Cobas Core : 0 50 ng/ml
Pasca analitik
Interptretasi : Jika nilai > 50 ng/ml, sampel harus diencerkan 1:10 dan 1:100, sebagai berikut : Pengenceran 1 : 10 p 20 l sampel + 180 l diluent I Cobas Core Pengenceran 1 : 100p 20 l dari 100p pengenceran I:10 + 180 l diluent I Cobas Core Pada penyakit neoplasma, dijumpai kadar CEA hingga 5 ng/ml. Pada keganasan umumnya dijumpai kadar CEA lebih 10 ng/ml. Pemantauan kadar CEA untuk mengetahui respons terhadap terapi dan progresivitas
Nilai >20 ng/ml preoperasi berprognosis kurang baik, oleh karena menun-jukkan menuntingkat keganasan yang tinggi dan adanya metastase. Dalam klinik untuk mendiagnosis, nilai CEA ditunjang dengan tes lain dan keterangan klinis pasien
Eksudat
muda purulen, mengandung darah Chyloid (bervariasi). lebih atau sama dengan 1,018 Bekuan spontan oleh adanya Fibrinogen sama atau lebih dari 3mg/dl kurang dari glukosa plasma sama atau lebih dari 200IU/l Positif >1000/mm3(netrofil pada infeksi akut, limfosit pada infeksi kronik) positif