Anda di halaman 1dari 38

i

CASE STUDY
TAMPONADE JANTUNG
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT (GADAR)

Oleh Kelompok : 3

RENI RAHMADANI, S.Kep (N.19.042)


ANITA ANGGARAINI, S.Kep (N.19.0 )

PRECEPTOR

…………………………………………….

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
2019/2020

i
ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
jualah, sehingga penyusunan case study ini dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya. Case study ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Gawat
Darurat (Gadar) profesi ners dngan case study “(Tamponade Jantung)”.
Penulis menyadari bahwa dalam upaya penyelesaian case study ini,
banyak mengalami berbagai kesulitan sehingga tidaklah mengherankan apabila
dalam case study ini masih banyak ditemukan kesalahan. Oleh karena itu, penulis
menyadari bahwa banyak mengalami kendala dan kesulitan. Namun, berkat
petunjuk, bimbingan dan nasehat dari dosen pembimbing sehingga tugas ini
terselesaikan dengan baik walaupun penuh dengan kekurangan.
 Penulis menyadari bahwa case study ini jauh dari kesempurnaan oleh
sebab itu saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun, sangat
diharapkan dan saya ucapkan terima kasih. Semoga case study ini bermanfaat
adanya.
Wassalamualaikum wr.wb

Polewali,
iii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian ................................................................................. 4
2. Anatomi Fisiologi...................................................................... 5
...................................................................................................
3. Etiologi...................................................................................... 6
4. Patofisiologi.............................................................................. 7
5. Manifestasi Klinis..................................................................... 8
6. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 8
7. Penatalaksanaan........................................................................ 11
8. Komplikasi................................................................................ 13
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ................................................................................ 14
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 16
3. Intervensi .................................................................................. 17
4. Implementasi ............................................................................ 20
5. Evaluasi .................................................................................... 20
BAB III ANALISA KASUS ........................................................................... 21
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ....................................................................................... 26
B. Patoflow Keperawatan .................................................................... 27
iv

C. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 28


D. Intervensi.......................................................................................... 29
E. Evaluasi ........................................................................................... 31
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................
B. Saran .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
v

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tamponade jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling
fatal dan memerlukan tindakan darurat. Terjadi pengumpulan cairan di
pericardium dalam jumlah yang cukup untuk menghambat aliran darah ke
ventrikel. (Mansjoer, dkk. 2001: 458) Jumlah cairan yang cukup untuk
menimbulkan tamponade jantung adalah 250 cc bila pengumpulan cairan
tersebut berlangsung cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut
berlangsung lambat, karena pericardium mempunyai kesempatan untuk
meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang bertambah
tersebut (Muttaqin, 2009: 137).
Insidens tamponade jantung di Amerika Serikat adalah 2 kasus per
10.000 populasi. Lebih sering pada anak laki-laki (7:3) sedangkan pada
dewasa tidak ada perbedaan bermakna (laki-laki:perempuan – 1,25:1).
Morbiditas dan mortalitas sangat tergantung dari kecepatan diagnosis,
penatalaksanaan yang tepat dan penyebab (Munthe, 2011).
Tamponade terjadi ketika ada akumulasi cairan pada ruang
pericardium. Ini mengakibatkan elevasi pada tekanan intracardiac, penurunan
diastole secara progresif dan berkelanjutan, mengurangi volume sekuncup
dan cardiac output. (ENA, 2000: 128). Tamponad terjadi bila jumlah efusi
pericardial menyebabkan hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan
diastolic ventrikel) (Panggabean, 2006: 1604).
Jadi tamponade jantung adalah kompresi pada jantung yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan
darah atau cairan dalam pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan
tersebut berlangsung cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut
berlangsung lambat) yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel
vi

disertai gangguan hemodinamik, dimana ini merupakan salah satu komplikasi


yang paling fatal dan memerlukan tindakan darurat.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas masalah
tamponade jantung, agar dapat memberikan manfaat baik dosen maupun
mahasiswa/i.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka dapat
dirumuskan  permasalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan tamponade jantung?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan tamponade
jantung?
3. Apa saja yang menjadi penyebab tamponade jantung?
4. Bagaimana perjalanan penyakit atau patofisiologi tamponade jantung?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari tamponade jantung?
6. Jenis pemeriksaan penunjang pada pasien tamponade jantung?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien tamponade jantung?
8. Apa saja yang menjadi komplikasi dari penyakit tamponade jantung?
9. Bagaimana asuhan keperawatan tamponade jantung?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :
a. Mahasiswa/i dapat mengerti tentang konsep asuhan keperawatan pada
pasien tamponade jantung.
b. Mahasiswa/i dapat mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan pada
pasien dengan tamponade jantung.

D. Manfaat Penulisan
Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan
yang hendak dicapai, maka manfaat yang dapat diharapkan dari penulisan
makalah ini adalah :
vii

1. Bagi Mahasiswa
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa memahami tamponade jantung.
2. Bagi Perawat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi bagi tenaga kesehatan khususnya perawat agar mengetahui
tamponade jantung dan mampu menerapkan asuhan keperawatannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat diaplikasikan pada
pelayanan kesehatan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan makalah ini  diharapkan bisa meningkatkan
pengetahuan dan sebagai bahan masukan bagi sekolah atau instansi
kesehatan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian Tamponade Jantung
Tamponade jantung merupakan salah satu komplikasi yang
paling fatal dan memerlukan tindakan darurat. Terjadi penngumpulan
cairan di pericardium dalam jumlah yang cukup untuk menghambat
aliran darah ke ventrikel. (Mansjoer, dkk. 2001)
viii

Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi


penekanan yang cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi
cairan, nanah, darah, bekuan darah, atau gas di perikardium, sebagai
akibat adanya efusi, trauma, atau ruptur jantung (Spodick, 2003)
Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade
jantung adalah 250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung
cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat,
karena pericardium mempunyai kesempatan untuk meregang dan
menyesuaikan diri dengan volume cairan yang bertambah tersebut
(Muttaqin, 2009)
Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa tamponade jantung adalah kompresi pada jantung yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat
pengumpulan darah atau cairan dalam pericardium (250 cc bila
pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 100 cc bila
pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat) yang menyebabkan
penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik, dimana
ini merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal dan memerlukan
tindakan darurat.

2. Anatomi Fisiologi Sistem Jantung


Pericardium merupakan kantung elastis membran yang dilapisi
oleh membran serosa skuamosa sederhana dan diisi dengan cairan serosa
yang membungkus jantung dan aorta serta pembuluh darah besar lainnya
dan menjadi jangkar jantung di mediastinum; kantung sendiri terdiri dari
lapisan fibrosa (dengan lampiran ke diafragma, sternum, dan kartilago
kosta) dan lapisan parietalis dalam serosa sedangkan lapisan serosa
viseral meluas ke permukaan eksternal dari miokardium, itu berfungsi
sebagai penghalang pelindung dari penyebaran infeksi atau peradangan
dari struktur yang berdekatan ke dalam ruang perikardial dan berfungsi
ix

untuk mengandung jantung dan batas overfilling dari ruang; lapisan


membran serosa mengeluarkan cairan perikardial yang melumasi
permukaan jantung seperti cekungan dan tonjolan dalam ruang
perikardial. Dibagi menjadi dua lapisan yaitu : (Darling, 2012)

a. Pericardium Visceral (Epicardium)


Lapisan yang mengelilingi jantung, dan melekat padanya,
adalah perikardium visceral, atau epikardium. Jantung dapat
meluncur dengan mudah pada perikardium viseral, sehingga
memungkinkan untuk berkontraksi dengan bebas. Perikardium
viseral memiliki lapisan luar dari sel mesothelial datar, yang terletak
di stroma jaringan penunjang fibrocollagenous. Jaringan penunjang
ini mengandung serat elastis, serta arteri besar yang memasok darah
ke dinding jantung, dan cabang vena besar yang membawa darah
dari dinding jantung (Darling, 2012)
b. Pericardium Parietalis
Lapisan luar dari pericardium, yang disebut perikardium
parietalis, terdiri dari lapisan luar yang kuat, jaringan ikat tebal
(disebut perikardium fibrosa) dan lapisan serosa dalam (pericardium
serosa). Lapisan fibrosa perikardium parietalis melekat pada
diafragma dan berdifusi dengan dinding luar dari pembuluh darah
besar yang memasuki dan meninggalkan jantung. Dengan demikian,
perikardium parietalis membentuk kantung pelindung yang kuat
untuk jantung dan berfungsi juga untuk jangkar dalam mediastinum.
Lapisan serosa dari perikardium parietalis, sebagian besar terdiri dari
mesothelium bersama-sama dengan jaringan ikat kecil, membentuk
epitel skuamosa sederhana dan mengeluarkan sejumlah kecil cairan
(biasanya sekitar 25 sampai 35 ml), yang membuat dua lapisan
perikardium dari bergesekan sama lain dan menyebabkan gesekan
selama kontraksi otot jantung. Di bagian atas jantung, lapisan viseral
x

lipatan atas bergabung dengan lapisan parietalis. Flip ini disebut


refleksi pericardium (Darling, 2012)

Gambar 1 Penampang Jantung dan Pericardium

3. Etiologi
a. Perikarditis
b. Neoplasma
c. Uremia
d. Kanker paru end-stage
e. Miokard infark akut
f. Perdarahan ke dalam ruang pericardial akibat trauma, operasi, atau
infeksi 

4. Patofisiologi
Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi perikardium
menyebabkan hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan
diastolik ventrikel) penyebab tersering adalah neolasma dan uremi.
(Panggabean 2006:364). Neoplasma menyebabkan terjadinya
pertumbuhan sel secara abnormal pada otot jantung. Sehingga terjadi
hiperplasia sel yang tidak terkontrol, ynag menyebabkan pembentukan
xi

massa (tumor). Hal ini yang dapat mengakibatkan ruang pada kantong
jantung (perikardium) dengan lapisan paling luar jantung (epikardium).
Uremia juga mengakibatkan temponade jantung(price, 2005 :945).
Dimana orang yang mengalami uremia di dalam darahnya terdapat toksik
metabolik yang dapat menyebabkan inflamasi ( dalam hal ini inflamasi
terjadi pada perikardium). Selain itu, temponade jantung juga dapat di
sebabkan akibat trauma tumpul / tembus. Jika trauma ini mengenai ruang
perikardium akan terjadi perdarahan sehingga darah banyak terkumpul di
ruang perikardium. Hal ini mengakibatkan jantung terdesak oleh
akumulasi cairan tersebut

Gambar 2 Tamponade Jantung


5. Manifestasi Klinis
a. Gejala yang muncul bergantung kecepatan akumulasi cairan
perikardium. Bila terjadi secara lambat dapat memberi kesempatan
mekanisme kompensasi seperti takikardi, peningkatan resistensi
vascular perifer dan peningkatan volume intravaskular. Bila cepat,
maka dalam beberapa menit bisa fatal. 
b. Tamponade jantung akut biasanya disertai gejala peningkatan
tekanan vena jugularis, pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi
<30mmHg, tekanan sistolik <100mmHg, dan bunyi jantung yang
melemah.
xii

c. Sedangkan pada yang kronis ditemukan peningkatan tekanan vena


jugularis, takikardi, dan pulsus paradoksus (gambaran lain yang
menandai perubahan yang tidak terduga tekanan vena). 

Keluhan dan gejala yang mungkin ada yaitu adanya jejas trauma
tajam dan tumpul di daerah dada atau yang diperkirakan menembus
jantung, gelisah, pucat, keringat dingin, peninggian vena jugularis, pekak
jantung melebar, suara jantung redup dan pulsus paradoksus. Trias
classic beck berupa distensis vena leher, bunyi jantung melemah dan
hipotensi didapat pada sepertiga penderita dengan tamponade. (Mansjoer,
dkk. 2000)

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen  dada
Menunjukkan gambaran   “water   bottle-shape   heart”,  
kalsifikasi perkardial.

1) Kardiomegali bentuk bulat atau segitiga, dengan gambaran paru


yang bersih
2) Foto lateral kadang terlihat double fat stripe

Gambar 4. Foto Thorax AP : Jantung membesar berbentuk botol

b. Laboratorium
xiii

Pemeriksaan laboratorium disesuaikan dengan etiologi


terjadinya tamponade jantung, misalnya pemeriksaan berikut :
1) Peningkatan creatine kinase dan isoenzim pada MI dan trauma
jantung.
2) Profil renal dan CBC  uremia dan penyakit infeksi yang
berkaitan dengan pericarditis
3) Protrombin time (PT)   dan aPTT (activated partial
thromboplastin time)  menilai resiko perdarahan selama
intervensi misalnya drainase perikardial.
c. Elektrokardiografi (EKG)
1) Didapatkan  PEA  (Pulseless  Electric  Activity), sebelumnya
dikenal sebagai Electromechanical  Dissociation,  merupakan
dimana pada  EKG  didapatkan irama sedangkan pada perabaan
nadi tidakditemukan pulsasi. PEA  Amplitude gelombang P dan
QRS berkurang pada setiap gelombang berikutnya.
2) PEA   dapat ditemukan pada tamponade jantung,   tension
pneumothorax, hipovolemia, atau ruptur jantung.
3) Dengan EKG 12 lead berikut suspek tamponade jantung :
 Sinus tachycardia
 Kompleks QRS Low-voltage
 Electrical alternans : kompleks QRS alternan, biasanya
rasio 2:1, terjadi karena pergerakan jantung pada ruang
pericardium. Electrical ditemukan juga pada pasien dengan
myocardial ischemia, acute pulmonary embolism, dan
tachyarrhythmias.
 PR segment depression

4) EKG juga digunakan untuk memonitor jantung ketika


melakukan aspirasi perikardium.
xiv

Gambar 5. Hasil EKG

d. Echocardiografi
Meskipun echocardiografi menyediakan informasi yang
berguna, tamponade jantung adalah diagnosis klinis. Berikut ini
dapat diamati dengan echocardiografi 2-dimensi :
1) Zona ruang bebas posterior dan anterior ventrikel kiri dan di
belakang atrium kiri : Setelah operasi jantung, suatu
pengumpulan cairan lokal posterior tanpa efusi anterior yang
signifikan dapat terjadi dan dapat membahayakan cardiac
output.
2) Kolapsnya diastolic awal dari dinding bebas ventrikel kanan
3) Kompresi end diastolic / kolapsnya atrium kanan
4) Plethora vena cava inferior dengan inspirasi minimal atau tidak
kolaps
5) Lebih dari 40% peningkatan inspirasi relatif dari sisi kanan
aliran
6) Lebih dari 25% penurunan relatif pada aliran inspirasi di katup
mitral

e. Pulse Oksimetri
Variabilitas pernapasan di pulse-oksimetri gelombang
dicatat pada pasien dengan paradoksus pulsus. Dalam kelompok
kecil pasien dengan tamponade, Stone dkk mencatat peningkatan
xv

variabilitas pernapasan di pulsa-oksimetri gelombang pada semua


pasien. Ini harus meningkatkan kecurigaan untuk kompromi
hemodinamik. Pada pasien dengan atrial fibrilasi, pulsa oksimetri-
dapat membantu untuk mendeteksi keberadaan paradoksus pulsus.
f. USG FAST
Untuk mendeteksi cairan di rongga perikardium.
 
7. Penatalaksanaan
Pada keadaan ini dapat dilakukan perikardiosintesis. Sebuah
jarum berongga ukuran 16 sepanjang 6 inci ditusukkan di bawah
prosesus xifoideus dan diarahkan ke apeks jantung. Jarum tersebut
kemudian dihubungkan dengan alat EKG 12 sadapan melalui klem
aligator untuk membantu menentukan apakah jarumnya mengenai
jantung. Defleksi yang tajam akan terlihat pada pola EKG.
Perikardiosintesis dapat disertai dengan denyut jantung false-positive
yang signifikan karena klinisi bisa saja mengaspirasi darah yang berasal
dari ventrikel kanan sendiri. Petunjuk yang akan mengarahkan
pengambilan keputusan adalah bahwa darah yang bersal dari kantong
perikardium biasanya tidak akan membeku. Yang paling baik,
perikardiosistesis adalah prosedur yang bersifat sementara untuk
memperbaiki fungsi jantung sambil menunggu pembedahan. Di beberapa
rumah sakit, lubang atau jendela pada selaput perikardium dibuat secara
darurat di UGD oleh dokter bedah atau dokter spesialis kardiotoraks.
(Oman, 2008)
xvi

Gambar 6. Perikardiosintesis

Penatalaksanaan pra rumah sakit bagi temponade cardio pada


tingkat EMP-A memerlukan transportasi cepat ke rumah sakit. Ini
merupakan satu dari beberapa kedaruratan yang harus ditransport dengan
sirine dan lampu merah. 
Perhatian ketat harus dicurahkan untuk menghindari pemberian cairan
berlebihan ke pasien. Sering sukar membedakan antara temponade
pericardium dan “tension pneumotoraks” tanpa bantuan radiograph. EMT
harus cermat mengamati penderita dan mengingatkan dokter di rumah
sakit terhadap kemungkinan tamponade pericardium. 
Pada tingkat paramedic EMT, setelah diagnositik dan konsultasi
ke dokter rumah sakit, tamponade pericardium dapat diaspirasi. Aspirasi
dapat dilakukan dengan menggunakan jarum interkardiak untuk suntikan
ephineprin, dengan hanya menarik penuh semprit yang kosong.
Pendekatannya dari subxifoid, menuju scapula kiri tepat seperti suntikan
intrakardia. Perbedaannya dalam memasukkan jarum selanjutnya.
Pemasukan jarum harus dihentika tepat setelah memasuki kantong
pericardium, sebelum masuk ke ventrikel (lihat gambar). Identifikasi
lokasi ujung jarum dengan tepat dapat dibantu dengan menempatkan
sadapan V elektrograf ke batang baja. Jarum ini dengan klem “alligator”.
Sewaktu jarum dimasukkan, segera dapat diketahui arus luka sewaktu
xvii

ujung jarum menyentuh miokardium. Dengan menarik mundur sedikit ke


kantong pericardium, EMT kemudian dapat mengaspirasi darah tanpa
mencederai myocardium. 
Seratus lima puluh sampai 250 ml darah di kantong pericardium
sudah cukup untuk menimbulkan tamponade berat. Pengambilan
beberapa milliliter bisa mengurangi tekanan yang memungkinkan
peningkatan curah jantung pasien, peningkatan tekanan darah distal dan
penurunan tekanan di sisi kanannya. Prasat ini (mengeluarkan 50-75 ml
darah) merupakan tindakan yang menyelamatkan nyawa pada tamponade
berat. Harus diingat bahwa terapi ini bukan definitif melaikan hanya
suatu tindakan sementara sampai penderita bisa dibawa ke kamar operasi,
tempat dapat dilakukan perikardiotomi formal sebelum penatalaksanaan
difinitive masalah jantung dengan anastesi lokal.
Perlukaan pada pembuluh darah jantung dan struktur vaskuler
intertoraks ditangani dalam masa pra rumah sakit seperti syok hemoragik
lainnya dengan pakaian anti syok dan infus IV. (Boswick, 1997 : 80).
Pemberian oksigen sesuai indikasi juga diperlukan untuk pasien
tamponade, agar mencegah terjadinya hipoksia jaringan akibat oksigen
yang tidak adekuat karena penurunan curah jantung.

8. Komplikasi
a. Gagal jantung
b. Syok kardiogenik
c. Henti jantung
d. Penimbunan cairan di paru-paru (edema paru)
e. Kematian

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
xviii

Data Subyektif 
1) Riwayat Penyakit Sekarang
a) Cedera tumpul atau cedera tembus pada dada, leher
punggung atau perut.
b) Perbaikan pada lesi jantung. 
c) Dispnea
d) Cemas
e) Nyeri dada
f) Lemah 
2) Riwayat Kesehatan
a) Penyakit jantung
b) Penyakit infeksi dan neoplastik.
c) Penyakit ginjal
Data Obyektif
1) Airway
Tidak ditemukan adanya tanda dan gejala. 
2) Breathing
a) Takipnea 
b) Tanda kusmaul: peningkatan tekanan vena saat inspirasi
ketika bernafas spontan
3) Circulation
a) Takikardi
b) Peningkatan volume vena intravaskular.
c) Pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg,
tekanan sistolik <100mmHg
d) Pericardial friction rub
e) Pekak jantung melebar
f) Trias classic beck berupa: distensis vena leher, bunyi
jantung melemah / redup dan hipotensi didapat pada
sepertiga penderita dengan tamponade.
g) Tekanan nadi terbatas
xix

h) Kulit lembab, bibir, jari tangan dan kaki sianosis


4) Disability
a) Penurunan tingakat kesadaran

b. Pengkajian Sekunder
1) Exposure
a) Adanya jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada.
2) Five Intervensi
a) Foto thorax menunjukkan pembesaran jantung
b) EKG menunjukkan electrical alternas atau amplitude
gelombang P dan QRS yang berkurang pada setiap
gelombang berikutnya
c) Echocardiografi adanya efusi pleura
Hasil pemeriksaan Echocardiografi pada tamponade jantung
menunjukkan :
 Kolaps diastole pada atrium kanan 
 Kolaps diastole pada ventrikel kanan
 Kolaps pada atrium kiri
 Peningkatan pemasukan abnormal pada aliran katup
trikuspidalis dan terjadi penurunan pemasukan dari
aliran katup mitral > 15 %
 Peningkatan pemasukan abnormal pada ventrikel kanan
dengan penurunan pemasukan dari ventrikel kiri
 Penurunan pemasukan dari katup mitral .
 Pseudo hipertropi dari ventrikel kiri 
 Pemeriksaan Doppler: Analisis Doppler terhadap tanda
morfologi jantung dapat membantu dalam menegakkan
keakuratan diagnosa klinis dan mendukung
pemerikasaan laboraturium dari pola hemodinamik
pada tamponade.
xx

d) Give Comfort
 Tidak terdapat tanda dan gejala
e) Head to Toe
 Kepala dan wajah: pucat, bibir sianosis
 Leher: peninggian vena jugularis
 Dada: ada jejas trauma tajam dan tumpul di daerah
dada, tanda kusmaul, takipnea, bunyi jantung
melemah / redup dan pekak jantung melebar
 Abdomen dan pinggang: tidak ada tanda dan gejala
 Pelvis dan perineum: tidak ada tanda dan gejala
 Ekstrimitas: pucat, kulit dingin, jari tangan dan kaki
sianosis
f) Inspeksi Back / Posterior Surface
 Tidak ada tanda dan gejala

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea,
tanda kusmaul.
b. Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai
dengan distensi vena jugularis, perubahan EKG, TD menurun, kulit
dingin, pucat, jari tangan dan kaki sianosis, 
c. Perfusi jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal,
gastrointestinal) tidak efektif b.d suplai O2 menurun ditandai dengan
nadi lemah, TTV abnormal, penurunan kesadaran, kulit pucat,
sianosis, akral dingin.

3. Intervensi
xxi

Dx 1 : Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan


takipnea, tanda kusmaul.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit
diharapkan pola nafas efektif dengan kriteria hasil :
 Takipnea tidak ada 
 Tanda kusmaul tidak ada
 TTV dalam rentang batas normal (RR : 16 – 20 X/ mnt).
Intervensi
a. Pantau ketat tanda-tanda vital terutama frekuensi pernafasan
Rasional: Perubahan pola nafas dapat mempengaruhi tanda-tanda
vital
b. Monitor isi pernafasan, pengembangan dada, keteraturan pernafasan,
nafas bibir dan penggunaan otot bantu pernafasan
Rasional: Pengembangan dada dan penggunaan otot bantu
pernapasan mengindikasikan gangguan pola nafas
c. Berikan posisi semifowler jika tidak kontrainndikasi
Rasional: Mempermudah ekspansi paru
d. Ajarkan klien nafas dalam
Rasional: Dengan latihan nafas dalam dapat meningkatkan
pemasukan oksigen
e. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Oksigen yang adekuat dapat menghindari resiko kerusakan
jaringan
f. Berikan obat sesuai indikasi
Rasional: Medikasi yang tepat dapat mempengaruhi ventilasi
pernapasan

Dx 2 : Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai


dengan distensi vena jugularis, perubahan EKG, TD menurun, kulit
dingin, pucat, jari tangan dan kaki sianosis.
xxii

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 10 menit


diharapkan curah jantung ke seluruh tubuh adekuat dengan
Kriteria hasil :
 TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140
mmHg).
 Nadi perifer teraba kuat
 Suara jantung normal.
 Sianosis dan pucat tidak ada.
 Kulit teraba hangat
 EKG normal
 Distensi vena jugularis tidak ada.
Intervensi
a. Monitor TTV berkelanjutan
Rasional: TTV merupakan indicator keadaan umum tubuh (jantung)
b. Auskultasi suara jantung, kaji frekuensi dan irama jantung
Rasional: Perubahan suara, frekuensi dan irama jantung dapat
mengindikasikan adanya penurunan curah jantung
c. Palpasi nadi perifer dan periksa pengisian perifer
Rasional: Curah jantung yang kurang mempengaruhi kuat dan
lemahnya nadi perifer
d. Kaji akral dan adanya sianosis atau pucat
Rasional: Penurunan curah jantung menyebabkan aliran ke perifer
menurun
e. Kaji adanya distensi vena jugularis
Rasional: Tamponade jantung menghambat aliran balik vena
sehingga terjadi distensi pada vena jugularis
f. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Oksigen yang adekuat mencegah hipoksia
g. Berikan cairan intravena sesuai indikasi atau untuk akses emergency.
Rasional: Mencegah terjadinya kekurangan cairan
xxiii

h. Periksa EKG, foto thorax, echocardiografi dan doppler sesuai


indikasi.
Rasional: Pada tamponade jantung, terjadi abnormalitas irama
jantung dan terdapat siluet pembesaran jantung
i. Lakukan tindakan perikardiosintesis.
Rasional: Dengan perikardiosintesis cairan dalam ruang pericardium
dapat keluar

Dx 3 : Perfusi jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal,


gastrointestinal) tidak efektif b.d suplai O2 menurun ditandai dengan
nadi lemah, TTV abnormal, penurunan kesadaran, kulit pucat, sianosis,
akral dingin.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 15 menit
diharapkan perfusi jaringan adekuat dengan
kriteria hasil :
 Nadi teraba kuat
 TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140
mmHg)
 Tingkat kesadaran composmentis
 Sianosis atau pucat tidak ada
 Nadi teraba lemah, terdapat sianosis, 
 Akral teraba hangat 
Intervensi :
a. Awasi tanda-tanda vital secara intensif
Rasional: Perubahan tanda-tanda vital seperti takikardi akibat dari
kompensasi jantung untuk memenuhi suplai O2
b. Pantau adanya ketidakadekuatan perfusi (kulit : dingin dan pucat,
sianosis)
Rasional: Menunjukkan adanya ketidakadekuatan perfusi jaringan
c. Pantau GCS
xxiv

Rasional: Penurunan perfusi terutama di otak dapat mengakibatkan


penurunan tingkat kesadaran
d. Anjurkan untuk bed rest/ istirahat total
Rasional: Menurunkan kebutuhan oksigen

4. Implementasi
Dilakukan sesuai intervensi dan kondisi pasien

5. Evaluasi
Hasil dari evaluasi dari yang diharapkan dalam pemberian
tindakan keperawatan melalui proses keperawatan pada klien dengan
Malpresentasi berdasarkan tujuan pemulangan adalah :
a. Pola nafas efektif
b. Curah jantung ke seluruh tubuh adekuat
c. Perfusi jaringan adekuat
xxv

BAB III

ANALISA KASUS

STUDI KASUS 3

SKENARIO

Anda adalah perawat pelaksana di unit perawatan jantung tingkat menengah di


rumah sakit besar. Salah satu pasien di unit tersebut adalah R.J., yang dirawat
pada pukul 13.00 setelah kecelakaan mobil di mana ia mengalami luka memar di
dada dan patah tulang rusuk keempat dan kelima di sisi kirinya. Sekitar 2000 jam,
istrinya mendatangi Anda di ruang perawat dan berkata, "Sepertinya suamiku baru
saja mengalami serangan jantung. Ayo cepat! " Dia mengikuti Anda ke kamarnya,
di mana Anda menemukannya tertelungkup di lantai. Dia bernapas dan
mengalami sianosis dari leher ke atas. Denyut nadinya cepat tapi sangat lemah.
1. Apa tindakan pertama Anda?
Jawaban :
Tindakan pertama yang harus dilakukan
a. Baringkan pasien secara perlahan
b. Jangan gerakkan pasien jika tidak diperlukan
c. Kendurkan atau buka pakaian yang ketat
d. Periksa denyut nadi dan jantung

2. Perawatan langsung apa yang akan Anda berikan kepada R.J.?


Jawaban :
Perawatan langsung yang akan diberikan yaitu pemberian oksigen, resusitasi
cairan untuk hipovolemia dan hipotensi, kecuali adanya edema paru, diikuti
dengan pemberian segera medikamentosa seperti vasopresor dan inotropik
untuk mempertahankan tekanan darah dan curah jantung, yang disingkat
dengan VIP : V (Ventilasi: pemberian oksigen), I (Infus : terapi cairan), dan P
xxvi

(pompa: pemberian obat vasoaktif). Serta pasien harus segara dirawat diruang
inttensif seperti ICU.

3. Mengingat diagnosis yang diterima R.J., diagnosis banding apa yang Anda
pertimbangkan?
Jawaban :
Diagnosa banding Tamponade Jantung adalah Perikarditis

4. Tiba-tiba, Anda teringat istri R.J., yang dengan cemas menunggu Anda di
kamar. Apa yang akan kamu lakukan?
Jawaban :
Melakukan komunikasi terapeutik kepada istri R.J dengan menenangkan
keluarga bahwa kondisi pasien akan baik-baik saja dengan istri R.J yang terus
khusu’ berdoa dengan mendoakan kesembuhan pasien, dan mengajarkan
teknik relaksasi nafas dalam agar istri R.J dapat tenang.

PERKEMBANGAN KASUS
Tim kode tiba.Ahli bedah trauma R.J. sedang berkeliling di unit Anda ketika kode
dipanggil, dan dia berlari ke kamar.R.J. diintubasi, dan kunci saline normal diubah
menjadi IV Ringer laktat pada "open lebar".Ahli bedah trauma mengenali triad
Beck dan meminta jarum dan semprit jantung. Dia memasukkan jarum di bawah
proses xifoid dan menyedot 75 mL darah yang tidak tertutup.
5. Apa itu triad Beck, dan apa penyebabnya?
Jawaban :
Triad Beck adalah tekanan darah rendah dan denyut nadi lemah karena
volume darah yang dipompa jantung berkurang. Detak jantung cepat disertai
suara jantung yang melemah akibat adanya timbunan cairan di dalam ruang
perikardium.
Penyebab triad beck adalah riwayat serangan jantung, gagal ginjal, infeksi,
kanker paru-paru, cedera akibat benturan maupun cedera akibat luka tusuk,
luka tembak pada area dada, dan penyakit lupus.
xxvii

6. Jelaskan alasan ahli bedah melakukan perikardiosentesis


Jawaban :
Alasannya dilakukan prikardiosintesis diperlukan untuk : mengatasi
tamponade jantung. Gangguan medis ini merupakan kondisi yang
mengancam jiwa akibat akumulai cairan di pericardium, sehingga otot-otot
jantung tidak dapat memompa atau tidak dapat berfungsi dengan baik.

7. Apa pentingnya ahli bedah menyedot darah yang tidak membeku?


Jawaban :
Pentingnya dilakukan penyedotan karena darah yang tidak membeku bsa jadi
buruk jika darah tersebut menggumpal dan penggumpalan darah bisa
menghalangi darah ke otak dann menyebabkan stroke.

8. Dokter memerintahkan dopamin IV untuk "dimulai dengan 4 mcg / kg / menit


dan titrasi untuk mempertahankan TD sistolik lebih dari 100 mm Hg." Apa
alasan untuk pesanan ini?
Jawaban :
Alasannya karena obat ini bekerja pada otot jantung sehingga dapat
meningkatkan denyut jantung, dan kontraktlitas jantung, kontraktilitas
jantung yang pada akhirnya dapat meningkatkan curah jantung dan tekanan
darah.

9. Jelaskan bagaimana Anda akan mentitrasi infus dopamine


Jawaban :
Cara mentitrasi infus dopamine yaitu injeksi dipamine harus dilarutkan dalam
arutan pengencer dan diberikan secara infus intravena. Laurtan yang basa
digunakan adalah NaCl 0,9%, Dextrose 5%, dan Ringer Laktat. Larutkan
200-400 mg dopamin adalah 250-500 mL larutan infus, tergantung dari
konsentrasi yang diinginkan.
xxviii

Dopamine cenderung sttabil dalam 24 jam setelah diencerkan dalam cairan


intravena streil, namun tetap disarankan untuk mengencerkan dopamin sesaat
sebelum dopamin akan diberikan.

10. Mengidentifikasi empat temuan penilaian yang akan menunjukkan bahwa


R.J. telah menanggapi tindakan langsung Anda.
Jawaban :
a. Curah jantung meningkat
b. Tidak mengalami kesulitan bernapas/normal
c. Tidak adanya sianosis
d. Denyut nadi normal

PERKEMBANGAN KASUS
R.J. dipindahkan ke unit perawatan intensif toraks (TICU) untuk observasi.
11. Saat tim mempersiapkan pemindahan R.J., Anda pergi menemui istri R.J.
untuk berterima kasih padanya karena telah memberi tahu Anda tentang
keadaan darurat begitu cepat dan untuk memberi tahu dia apa yang telah
terjadi. Secara singkat, dan dalam istilah awam, bagaimana Anda akan
menjelaskan apa yang terjadi dengan suaminya?
Jawaban :
Perawat akan menjelaskan dengan baik istri R.J/pasien dengan bahasa yang
mudah dia mnegerti bahwa suaminya mengalami sianosis darai atas leher
serta denyut nadi cepat dan sangat lemah/ kondisi pasien menurun. Perawat
memberitahukan istri R.J/pasien agar tidak panik mnegenai kondisi pasien
dan banyak berdoa.

12. Saat Anda berdua bangun untuk pergi, Ny. J. tiba-tiba berubah pucat dan
berkata dia merasa sangat pusing. Apa yang akan kamu lakukan?
Jawaban :
Perawat segera bergegas ke kamar Tn. R. J dan melihat kondisi pasien apa
yang menyebabkan Ny. Jtiba-tiba pusing dan pucat, tindakan yang
xxix

selanjutnya dilakukan perawat segera mengecek cairan infus dan obat yang
telah diberikan kepada Tn. R.J lalu perawat memanggil dokter untuk
menanyakan kondisi Tn. R.J untuk segera ditangani lebih lanjut
xxx

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnese
a. Identitas
1) Nama : Tn. R.J
2) TTL/Umur :-
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Diagnosa Mds : Tamponade Jantung
b. Keluhan Utama:
Kesulitan bernapas
c. Riwayat Keluhan Utama:
Mengalami luka memar di dada dan patah tulang rusuk keempat dan
kelima di sisi kirinya
d. Keluhan Yang Menyertai
Kesulitan bernapas disertai sianosis dari leher ke atas, denyut nadinya
cepat tapi sangat lemah.
2. Pemeriksaan Penunjang
EKG
3. Pengobatan
Dopamin IV 4 mcg / kg / menit
xxxi

B. Patoflow keperawatan

Efek, inflamasi, tumor, invasi bakteri


ke pericardium, dsb Paska operasi jantung, masa pendarahan
memanjang, trauma tembus jantung
Perlengkeletan, kalsifikasi

Rupture jantung, pembentukan


Perikardirtis konstriktif eksudat ke perikardium

Akumulasi cairan pada perikard Efusi erikardium

Tamponade jantung

Tekanan cairan intrapericardium pada ruang


jantung T, gangguan pengisian
Retensi cairan di paru ↑

Volume end diastolic ventrikel ↓ Tekanan vena ↑

Udema paru, sesak

Volume sekuncup ↓ Tekanan vena


Ggn. Pertukaran gas jugularis ↑

Penurunan curah jantung

Tekanan vena sistemik


Aliran darah ke Perfusi jaringan perifer meningkat, efusi pleura
Koroner edema, ansietas

Serebral, pe↓ Ginjal, suplai↓


Iskemik miokard kesadaran, stroke urin output ↓ AKI

Ggn. rasa nyaman Ggn. perfusi jaringan


Nyeri dada perifer (serebral, ginjal)
xxxii

C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea, tanda
kusmaul
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai
dengan distensi vena jugularis, perubahan EKG, TD menurun, kulit
dingin, pucat, jari tangan dan kaki sianosis.
i

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Nursing Outcome Classsification Nursing Intervention Classification (Bulechek,


(Moorhead, Marion, Maas, & Elizabeth, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013)
2013)

1. Pola nafas tidak efektif b.d Tujuan : setelah diberikan asuhan 1. Pantau ketat tanda-tanda vital terutama frekuensi
hiperventilasi ditandai keperawatan selama 1 p;x 15 menit pernafasan
dengan takipnea, tanda diharapkan pola nafas efektif dengan 2. Monitor isi pernafasan, pengembangan dada,
kusmaul. kriteria hasil : keteraturan pernafasan, nafas bibir dan
DS : ’’ klien mengalami  Takipnea tidak ada  penggunaan otot bantu pernafasan
kesulitan bernapas"  Tanda kusmaul tidak ada 3. Berikan posisi semifowler jika tidak
 TTV dalam rentang batas normal kontrainndikasi
DO : (RR : 16 – 20 X/ mnt). 4. Ajarkan klien nafas dalam
“klien terlihat kesulitan 5. Berikan oksigen sesuai indikasi
bernapas” 6. Berikan obat sesuai indikasi
2. Penurunan curah jantung Tujuan : setelah diberikan asuhan 1. Monitor TTV berkelanjutan
b.d perubahan sekuncup keperawatan selama 3 x 10 menit 2. Auskultasi suara jantung, kaji frekuensi dan
jantung ditandai dengan diharapkan curah jantung ke seluruh irama jantung
distensi vena jugularis, tubuh adekuat dengan 3. Palpasi nadi perifer dan periksa pengisian perifer
perubahan EKG, TD Kriteria hasil : 4. Kaji akral dan adanya sianosis atau pucat
menurun, kulit dingin,  TTV dalam batas normal (Nadi : 60- 5. Kaji adanya distensi vena jugularis
pucat, jari tangan dan kaki 100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg). 6. Berikan oksigen sesuai indikasi
sianosis.:  Nadi perifer teraba kuat 7. Berikan cairan intravena sesuai indikasi atau
DS : ’’ klien mengalami  Suara jantung normal. untuk akses emergency.
ii

sianosis dari leher ke atas  Sianosis dan pucat tidak ada. 8. Periksa EKG, foto thorax, echocardiografi dan
dan denyut nadinya cepat  Kulit teraba hangat doppler sesuai indikasi.
tapi sangat lemah"  EKG normal 9. Lakukan tindakan perikardiosintesis.
 Distensi vena jugularis tidak ada.
DO :
- “ klien terlihat sianosis
pada bagian sekitar
leher”
i

E. Evaluasi
Proses keperawatan sering digambarkan sebagai proses bertahap. Proses
keperawatan dikatakan efektif bila pencapaian hasil teridentifikasi dan
dievaluasi sebagai penilaian pada status pasien (Heather, 2015)

No. Diagnosa Evaluasi


Keperawatan

1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan perawatan terkait Pola nafas


efektif b.d tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan
hiperventilasi takipnea, tanda kusmaul pada pasien
ditandai dengan menunjukkan :
takipnea, tanda 1. Pernapasan pasien membaik tidak
kusmaul. mengalami takipnea.

2. Penurunan curah Setelah dilakukan perawatan terkait


jantung b.d perubahan Penurunan curah jantung b.d perubahan
sekuncup jantung sekuncup jantung ditandai dengan distensi
ditandai dengan vena jugularis, perubahan EKG, TD menurun,
distensi vena kulit dingin, pucat, jari tangan dan kaki
jugularis, perubahan sianosis mengenai penyakitnya pada pasien
EKG, TD menurun, menunjukkan :
kulit dingin, pucat,
jari tangan dan kaki 1. Tekanan darah pasien stabil, tidak pucat
sianosis. dan tidak adanya sianosis sianosis
ii

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bersadarkan pemaparan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
tamponade jantung adalah kompresi pada jantung yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan
dalam pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung
cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat) yang
menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik,
dimana ini merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal dan
memerlukan tindakan darurat.
Keluhan dan gejala yang mungkin ada yaitu adanya jejas trauma
tajam dan tumpul di daerah dada atau yang diperkirakan menembus jantung,
gelisah, pucat, keringat dingin, peninggian vena jugularis, pekak jantung
melebar, suara jantung redup dan pulsus paradoksus. Trias classic beck
berupa distensis vena leher, bunyi jantung melemah dan hipotensi didapat
pada sepertiga penderita dengan tamponade. (Mansjoer, dkk. 2000)

B. Saran
Penulis berharap, semoga mahasiswa dapat mengerti bagaimana
asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien yang mengalami tamponade
jantung, dan paham bagaimana patofisiologi yang terjadi pada pasien yang
mengalami penyakit tersebut. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan
tindakan keperawatan.
iii

DAFTAR PUSTAKA

Boswick, John A. 1997. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC.

Braunwald, Eugene. dkk. 2001. Essential Atlas of Heart Diseases. 2nd Ed.
Philadelphia : Current Medicine.

Darma, Surya. 2009. Sistematika Interpretasi EKG Pedoman Praktis. Jakarta :


EGC. 

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.

ENA. 2000. Emergency Nursing Core Curiculum. 5th Ed. USA : WB. Saunders
Company.

Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta :
EGC.

Mansjoer, A., dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid pertama. Edisi ketiga.
Jakarta : Media Aesculapius.

Mansjoer, A., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid kedua. Edisi ketiga.
Jakarta : Media Aesculapius.

Moore, Keith. L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Nichols, David G. dkk. 2006. Critical Heart Disease in Infant and Children.
iv

Second Edition. USA : Elsevier.


Oman, K. S. 2000. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Terjemahan Andry
Hartono. 2008. Jakarta : EGC.

Panggabean M. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen


Ilmu Penyakit Dalam.

Price, S. A. 2000. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Vol. 2.


Edisi 6. Jakarta : EGC 

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 :


Definisi & Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.

Smeltzer,C.S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan


Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC

Artini, Aryik. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tamponade Jantung.


http://ayikrik2.blogspot.com/2010/04/askep-tamponade-jantung.html, 11
Maret 2015

Natiqah, Rabbi. (2012). Tamponade Jantung.


https://natiqahdr.wordpress.
com/2012/01/13/tamponade-jantung/. 11 Maret 2015

Arum, Christy. (2014). Asuhan Keperawatan Tamponade Jantung.


http://dokterosfanty.blogspot.com/2014/06/tamponadejantung-tamponade-
jantung.html. 11 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai