Anda di halaman 1dari 24

CASE STUDY

DEMENSIA
STASE KEPERAWATAN JIWA

OLEH :
KELOMPOK V

ARMAN ( N.19.007 )
PARANITA ( N.19.039 )
DESI RATNASARI ( N.19.009 )

PRECEPTOR

…………………………………………….

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat-Nya
dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan tugas denagan judul
(DEMENSIA)
Dalam penulisan tugasini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan pembuatan
tugasini dandapat memanfaatkan sebagaimana mestinya.
Semoga segala bantuannya dibalas oleh Allah SWT dengan sesuatu yang lebih baik. Penulis
menyadari akan berbagai keterbatasan dan kelemahan yang ada pada penulis, sehingga tidak
menutup kemungkinan terhadap kekurangan, kelemahan bahkan mungkin kesalahan dalam
penulisan tugasini. Semoga tugas ini dapat memenuhi fungsinya dengan baik. Sekian dan terima
kasih atas kami ucapannya.

Polewali. 26 juni 2020

Kelompok 5
DAFTAR ISI

SAMPUL Halaman

KATA PENGANTAR...............................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................

B. Rumusan Masalah.................................................................

C. Tujuan

1. TujuanUmum...................................................................

2. TujuanKhusus..................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori Demensia ....................................................

BAB III ANALISA KASUS

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian...........................................................................

B. Patowflow............................................................................

C. Diagnosa keperawatan.........................................................

D. Intervensi keperawatan........................................................

E. Evaluasi keperawatan..........................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan

mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien

atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunikasi (Stuart,

2007).

Dalam UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal (4) disebutkan setiap orang

mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat Kesehatan yang optimal. Definisi

sehat menurut Kesehatan dunia Wordl Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan

sejahtera yang meliputi fisik, mental dan social yang tidak hanya bebas dari penyakit atau

kecacatan.

Manusia akan beradaptasi terhadap keseimbangan melalui mekanisme penanganan

yang dipelajari pada masa lampau. Apabila manusia berhasil beradaptasi dengan masa

lampau, berarti ia telah mempelajari aktivitas mekanisme penanganan yang adekuat untuk

beradaptasi terhadap kesulitan yang lebih kompleks di masa mendatang dan bias

menyebabkan terjadinya keadaan yang mempunyai pengaruh buruk terhadap kesehatan jiwa

atau gangguan jiwa.

Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah Kesehatan utama diberbagai Negara

maju, modern dan industry. Hasil riset WHO diperikarikan pada setiap saat, 450 juta orang

diseluruh dunia terkena dampak permasalahn jiwa, saraf maupun perilaku dan jumlahnya

terus meningkat. Lebih jauh lagi dikatakan bahwa satu dari lima orang dewasa pernah

mengalami gangguan jiwa dari jenis biasa sampai yang serius (Rizki, 2012).
Di Rumah Sakit Indonesia ,Sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan

jiwa yaitu halusinasi dengar, 20% mengalami halusinasi penghlihatan dan 10% mengalami

halusinasi penciuman, pengecap dan perabaan.

Salah satu masalah dalam keperawatan jiwa adalah Demensi. Demensia merupakan

jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai dampak yang membahayakan bagi fungsi

kognitif lansia. Demensia adalah keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat

dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari (Nugroho,

2014). Kriteria demensia yaitu kehilangan kemampuan intelektual, termasuk daya ingat yang

cukup berat, sehingga dapat mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan (Santoso&Ismail,

2013).

Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang

menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi

sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Demensia bukanlah suatu penyakit yang spesifik.

Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kumpulan gejala yang

bisa disebabkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi otak. Seorang penderita

demensia memiliki fungsi intelektual yang terganggu dan menyebabkan gangguan dalam

aktivitas sehari-hari baik dari pola aktivitas, pola nutrisi, pola tidur maupun hubungan

dengan orang sekitarnya. Penderita demensia juga kehilangan kemampuan untuk

memecahkan masalah, mengontrol emosi, dan bahkan bisa mengalami perubahan

kepribadian dan masalah tingkah laku seperti mudah marah dan berhalusinasi. Seseorang

didiagnosa demensia bila dua atau lebih fungsi otak,seperti ingatan dan keterampilan

berbahasa menurun secara signifikan tanpa disertai penurunan kesadaran (Turana, 2015).

Menurut Alzheimer’s Disease International (2015), demensia merupakan suatu sindroma

penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional,

sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Demensia
sendiri dapat memunculkan gejala-gejala neuropsikiatrik sehingga dapat menyebabkan

penderita kesulitan untuk mengatur pola tidur, sehingga penderita mengalami gangguan pola

tidurnya. Lebih dari 80% penduduk usia lanjut menderita penyakit fisik yang mengganggu fungsi

mandirinya. Sejumlah 30% klien yang menderita sakit fisik tersebut menderita kondisi komorbid

psikiatrik, terutama depresi dan anxietas maupun demensia. Sebagian besar usia lanjut yang

menderita penyakit fisik dan gangguan mental tersebut menderita gangguan tidur.

Terdapat 46,8 juta orang dinyatakan terkena demensia di dunia (World Alzheimekanr

Report, 2015). Sedangkan di Asia terdapat 22,9 juta penderita demensia dan di Indonesia pada

tahun 2015 lansia yang menderita demensia diperkirakan sebesar 1,2 juta jiwa, dan masuk dalam

sepuluh Negara dengan demensia tertinggi di dunia dan di Asia Tenggara 2015 dan usia diatas

60 tahun merupakan usia yang rentan terkena demensia Menurut Alzheimer’s Disease

International (2015). Data yang didapatkan dari dinas kesehatan didapatkan bahwa penderita

demensia di Malang sebesar 2800 lansia terkena demensia (Dinkes provinsi jawa timur, 2014).

Data lansia yang berada di Griya Asih Lawang pada tahun 2017 sebanyak 22 lansia dan terdapat

yang mengalami tanda dan gejala demensia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi Demensia?
2. Apakah penyebab dan gejala Demensia?
3. Apakah patofisiologi Demensia?
4. Apakah pemeriksaan penunjang pada Demensia?
5. Apakah penatalaksanaan klien dengan Demensia?
6. Apa sajakah komplikasi dari Demensia?
7. Apakah asuhan keperawatan pasien dengan Demensia?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan Demensia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi Demensia.
b. Menyebutkan dan memahami penyebab dan gejala Demensia.
c. Mengetahui dan memahami patofisiologis Demensia.
d. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada Demensia.
e. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan Demensia.
f. Mengetahui dan memahami komplikasi dari Demensia.
g. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan Demensia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Alkoholisme


1. Definisi
Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya
sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial. Demensia
merupakan sindrom klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori
yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. (Wahjudi,
2008).
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan gejala
yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan tingkah laku sehingga
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari penderita (Aspiani, 2014).
Demensia adalah penyakit degerative neurologic yang progresif dan
permanen (ireversibel) yang dimulai secara bertahap dan dicirikan oleh kehilangan
fungsi kognitif secara bertahap serta gangguan perilaku dan afek (Suddarth, 2011).
2. Penyebab dan Gejala
Menurut Wahjudi (2008), sampai sekarang penyebab demensia masih belum
diketahui secara pasti, namun diduga berkaitan dengan :
a. Faktor genetik
b. Radikal bebas
c. Akibat infeksi virus
d. Pengaruh lingkungan lain
e. Hipertensi sistolik
f. Kurang pendidikan
g. Depresi
h. Gangguan imunitas
3. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan
saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sekitar 10% pada penuaan antara umur 30-
70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-
kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri.
Penyakit degenerative pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya,
serta gangguan nutrisi, metabolic dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung
dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskema,
infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan
mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal. Di samping itu, kadar
neurotransmitter di otak yang di perlukan untuk proses konduksi saraf juga akan
berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya
pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir,
emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang
terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat
berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut
demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).
4. PatoflowKeperawatan

Faktor predisposisi: virus lambat, proses autoimun,


keracunan alumunium dan genetik.

penurunan Metabolisme dan aliradan aliran darah di


korteks parietalis superior

Degenerasi neuron kolinergik

Kekusutan neurofibrilar yang


Hilangnya serat saraf kolinergik di
difusdifus
korteks serebrum

Terjadi plak
senilis Kelainen neuro transmiter Penurunan sel neuron kolinergik yang
berproyeksi ke hipokampus dan
amigdala

Kehilangan kemampuan menyelesaikan


Perubahan kemampuan Tingkah laku aneh dan kacau,
masalah, perubahan mengawasi
merawat diri sendiri dan cenderung mengembara,
keadaan yang kompleks dan berfikir
mempunyai dorongan
abstrak, emosi stabil, pelupa, dan apatis
melakukan kekerasan.
1. Defisit perawatan
diri
( makan,minum, 3. gangguan proses pikir.
berpakaian dan 2. Resiko tinggi trauma
4. kerusakan interaksi sosial.
5. kerusakan komunikasi verbal.
6. koping tidak efektif.
7. ketidakseimbangan nutrisi
,kurang dari kebutuhan
tubuh.
5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Wahjudi (2008), berikut adalah pemeriksaan diagnostik untuk


klien demensia.
a. CT Scan untuk melihat serebral ventrikel dan pembesaran ruang subaraknoid,
atropi otak.
b. MRI sama dengan CT Scan.
c. Biopsi otak untuk membuktikan adanya neurofibrillary tangles dan neuritis
plague
d. Pemeriksaan skrinning neuropsikologis atau kognitif MMSE (Mini Mental
State Examination), skrinning selama 7 menit. Pemeriksaan SPMSQ (Short
Portable Mental Status Questionnaire) juga bisa dilakukan

6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Umum
1) Terapi elektrokonvulsif
2) Monitor tanda vital dan jantung
3) Support nutris dan cairan
4) Diet cair atau lunak
5) Fisioterapi, occupational terapi
b. Pengobatan
1) Antipsikotik seperti Haloperidol
2) Sedative-hypnotiv :Chloral hydrate
3) Agen Antiansietas : Lorazepam, diazepam (valium)
4) Antidepresan
5) Laksatif (Tarwoto, 2013)
c. Terapi Farmakologi
1) Anti-oksidan, vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuning telur,
margarine, kacang-kacangan, minyak sayur, bisa menurunkan resiko
demensia Alzheimer. Vitamin C dapat mengurangi radikal bebas (misalnya
sayuran, stroberi, melon, tomat, dan brokoli).
2) Obat anti-inflamasi

3) Obat penghambat asetilkolin esterase (misalnya Exelon).


d. Terapi Non Farmakologi
1) Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga
2) Program harian untuk klien
3) Istirahat yang cukup
4) Reality orientation training atau orientasi realitas
5) Rehabilitasi
6) Terapi musik
7) Terapi rekreasi (Wahjudi, 2008)
8) Brain Gym atau Senam Otak (Feny, 2016)
9) Terapi Puzzle (Dyah, 2015)

7. Komplikasi
Menurut Kushariyadi (2010), berikut adalah komplikasi demensia.
a. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh
b. Ulkus diabetikus
c. Infeksi saluran kencing
d. Pneumonia
e. Kejang
f. Kontraktur Sendi
g. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
h. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan
peralatan
BAB III
ANALISA KASUS CASE STUDY
KASUS
Anda adalah perawat yang melakukan triase di departemen gawat darurat. Sore ini,
seorang wanita membawa ayahnya, K.B., yang berusia 72 tahun. Anak perempuan itu
melaporkan bahwa, selama setahun terakhir, ia memperhatikan ayahnya semakin memiliki
masalah dengan kapasitas mentalnya. Perubahan ini telah berkembang secara bertahap tetapi
tampaknya semakin buruk. Kadang-kadang dia waspada, dan di waktu lain dia tampak
bingung, tertekan, dan menangis. Dia melupakan hal-hal dan melakukan hal-hal yang tidak
biasa, seperti menempatkan susu di lemari dan gula di lemari es. Pagi ini, dia pikir itu malam
hari dan bertanya-tanya apa yang dilakukan putrinya di rumahnya. Dia tidak bisa
menuangkan kopinya sendiri, dan sepertinya dia semakin gelisah. K.B. melaporkan bahwa
dia mengalami masalah memori selama setahun terakhir dan, kadang-kadang, kesulitan
mengingat nama anggota keluarga dan teman. Tetangganya menemukannya di jalan 2 hari
yang lalu, dan K.B. tidak tahu di mana dia. Ulasan riwayat medis masa lalunya penting untuk
hiperkolesterolemia dan arteri koroner  penyakit. Dia mengalami infark miokard 5 tahun yang
lalu. Tanda-tanda vital K.B hari ini semuanya dalam batas normal.
1. Apa saja perubahan kognitif yang terlihat pada sejumlah pasien lanjut usia?  
Jawab :
a) Proses penuaan akibat kinerja otak.
b) Faktor usia.
2. Anda tahu bahwa perubahan terkait usia fisiologis pada lansia dapat memengaruhi fungsi
kognitif. Sebutkan dan bahas satu.
Jawab :
Perubahan kognitif pada lansia dapat diketahui dari beberapa fungsinya yaitu :
1. Memori atau daya ingat, yaitu menurunnya daya ingat yang merupakan salah satu
fungsi kognitif. Ingatan jangka panjang tidak terlalu mengalami perubahan, namun
untuk ingatan jangka pendek mengalami penurunan.
2. IQ, salah satu fungsi intelektual yang dapat mengalami penurunan dalam hal
mengingat, menyelesaikan masalah, kecepatan respon juga tidak fokus.
3. Kemampuan belajar juga bisa menurun, karena menurunnya beberapa fungsi organ
tubuh. Hal ini mengapabanyak dianjurkan lansia banyak berlatih dan terapi dalam
meningkatkan kemampuan belajar walau butuh waktu.
4. Kemampuan pemahaman juga pada lansia bisa menurun, hal ini yang menjadi salah
satu perubahan kognitif pada lansia yang mulai menurun. Seperti fokus dan daya ingat
yang mulai mengendur.
5. Sulit memecahkan masalah, dalam hal memecahkan masala, lansia juga agak sukar
untuk melakukan hal tersebut. Hal ini dikarenakan sistem fungsi organ yang menurun
sesuai dengan usia.
6. Pengambilan keputusan juga begitu lambat, karena secara kognitif peranan yang mulai
menurun dan berkurang.
7. Perubahan motivasi dalam diri, yang baik itu motivasi yang kognitif dan efektif dalam
memperoleh suatu yang cukup besar. Namun motivasi tersebut seringnya kurang
memperoleh dukungan karena kondisi fisik dan juga psikologis.
3. Untuk setiap perilaku yang tercantum, tentukan apakah itu terkait dengan delirium (DL)
atau demensia (DM).
a. Bertahap dan serangan berbahaya
b. Halusinasi atau delusi
c. Tiba-tiba, timbulnya gejala akut
d. Gangguan fungsional bersifat progresif.
e. Ketidakmampuan untuk melakukan ADL
f. Interaksi yang tidak koheren dengan orang lain
g. Pasien dapat menunjukkan perilaku berkeliaran.
h. Gangguan perilaku sering memburuk di malam hari.
Jawab :
Demensia ( DM )
a. Bertahap dan serangan berbahaya
Perubahan pada kapasitas mental semakin berkembang dan memburuk.
b. Halusinasi atau delusi
Delusi, sebab pagi hari dia pikir itu malam hari dan bertanya-tanya apa yang dilakukan
putrinya dirumahnya.
c. Tiba-tiba, timbulnya gejala akut
seperti menempatkan susu di lemari dan gula di lemari es.
d. Gangguan fungsional bersifat progresif.
Kadang-kadang dia waspada, dan di waktu lain dia tampak bingung, tertekan, dan
menangis.
e. Ketidakmampuan untuk melakukan ADL

Dia tidak bisa menuangkan kopinya sendiri.


f. Interaksi yang tidak koheren dengan orang lain.
K.B. melaporkan bahwa dia mengalami masalah memori selama setahun terakhir dan,
kadang-kadang, kesulitan mengingat nama anggota keluarga dan teman.
g. Pasien dapat menunjukkan perilaku berkeliaran.
Tetangganya menemukannya di jalan 2 hari yang lalu, dan K.B. tidak tahu di mana
dia.
h. Gangguan perilaku sering memburuk di malam hari.
K.B menganggap malam hari itu pagi hari dan K.B berkeliaran, dia tidak tahu dia
dimana.
4. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh putri, menurut Anda K.B. menunjukkan
tanda-tanda delirium atau demensia? Jelaskan.  
Jawab :
K.B menunjukkan tanda-tanda demensia,karena dia melakukan hal-hal yang tidak biasa,
seperti menempatkan susu di lemari dan gula di lemari es. Pagi Hari dia pikir itu malam
hari dan bertanya-tanya apa yang dilakukan putrinya di rumahnya. Dia tidak bisa
menuangkan kopinya sendiri. Demensia bukan penyakit spesifik, tetapi merupakan
sekelompok kondisi yang ditandai dengan penurunan setidaknya dua fungsi otak seperti
hilangnya memori dan kemampuan menilai.
5. Anda tahu bahwa ada empat jenis utama demensia yang menyebabkan perubahan kognitif.
Sebutkan dua jenis demensia ini.  
Jawab:
1. Demensia pada penyakit alzheimer.
2. Demensia vaskular.
6. Bagaimana tingkat atau derajat penurunan demensia ditentukan?
Jawab:
Tingkat atau derajat penurunan demensia ditentukan dengan cara melakukan terapi khusus
seperti;
 Terapi stimulasi kognitif.
 Terapi okupasi
 Terapi ingatan
 Rehabilitasi kognitif.
Selain terapi-terapi di atas, untuk menjaga kualitas hidup penderita demensia,
diperlukan dukungan dari keluarga atau kerabat, mengkonsumsi obat-obatan.
7. Sejumlah tes diagnostik telah dipesan untuk K.B. Dari tes yang terdaftar, mana yang akan
digunakan untuk mendiagnosis demensia?
Jawab :
EEG dan MRI adalah jenis tes yang paling umum dijalankan untuk mendiagnosis gejala
yang menyerupai demensia.
8. Perubahan neuroanatomik apa yang terlihat pada individu dengan penyakit Alzheimer?  
Jawab:
 Penurunan daya ingat yang ringan.
 perubahan suasana hati dan perilaku.
 Kebingungan tentang kejadian-kejadian yang baru-baru terjadi.
 Kebingungan dalam persepsi waktu dan tempat.
9. Sebutkan setidaknya tiga intervensi yang akan Anda rencanakan untuk K.B.
Jawab :
1. Identifikasi kesulitan dalam melakukan aktivitas perawatan diri 9 perawatan
rambut,kulit,kuku, berpakaian dan berdandan), personal hygiene ( mandi dan
menggosok gigi ), dan eliminasi ( BAK dan BAB ).
2. Buat jadwal aktivitas yang mencakup periode istirahat setelah melaksanakan aktivitas.
Jangan menganjurkan klien tidur siang apabila berakibat efek negatif terhadap tidur
pada malam hari.
3. Bantu anggota keluarga untuk mengidentifikasi dan mendiskusikan perasaan mereka
mengenai situasi.

KEMAJUAN STUDI KASUS


K.B. boleh pulang dan menemui dokter perawatan utamanya 2 hari kemudian. K.B.
menerima resep untuk donepezil (Aricept) 5 mg PO / hari di malam hari. Ketika Anda
meninjau resep dengan putri K.B, dia memberi tahu Anda bahwa dia “bersemangat” karena
dia tidak tahu ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit Alzheimer.

10. Bagaimana Anda merespons?


Jawab :
Menjelaskan cara mengkonsumsi obat yang telah di resepkan, dan mengingatkan kepada
putri K.B bahwa obatnya di minum pada malam hari.
Dua minggu kemudian, anak perempuan K.B. menelepon kantor dokter dan menyatakan,
“Saya menyadari bahwa obat Aricept tidak akan menyembuhkan ayah saya, tetapi tidak ada
perbaikan sama sekali. Apakah kita membuang-buang uang? ”
11. Apa jawaban terbaik untuk pertanyaannya?
Jawab :
Menjelaskan tentang penyakit yang diderita oleh ayahnya, bahwa penyakit tersebut
bukanlah penyakit yang spesifik tetapi merupakan kondisi yang ditandai dengan
penurunan fungsi otak seperti hilangnya memori dan kemampuan menilai. Perawatan
dapat membantu , namun penyait ini tidak dapat disembuhkan, kronisnya dapat bertahan
selama bertahun-tahun atau seumur hidup.
BAB IV

STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Pertemuan Ke-1

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

a. Data Subjektif

1) Putri klien mengatakan bahwa klien tampak bingung, tertekan, dan menangis.

2) Putri klien mengatakan bahwa klien melupakan hal-hal dan melakukan hal-hal

yang tidak biasa, seperti menempatkan susu di lemari dan gula di lemari es.

3) Putri klien mengatakan bahwa klien menganggap pagi hari menjadi malam hari.

4) Klien mengatakan bahwa dia mengalami masalah memori selama setahun

terakhir dan, kadang-kadang kesulitan mengingat nama anggota keluarga dan

teman.

b). Data Objektif

1. klien tampak cemas

2. klien tampak gelisah

3. klien tampak bingung

2. DiagnosaKeperawatan Jiwa

Gangguan Proses Pikir berhubungan dengan Kehilangan Memori/ingatan yang

ditandai dengan klien merasa susah untuk mengingat.

3. Tindakan Keperawatan

Sp 1 Klien ;
Membina Hubungan saling percaya, mengidentifikasi perubahan dan perkembangan

masalah memori ingatan.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orientasi :

a). Salam terapiutik

“Assalamu’alaikum, selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Arman, Saya perawat

yang sekarang lagi bertugas di ruang perawatan ini, jadi selama bertugas, saya akan

merawat Bapak” Boleh saya tahu nama Bapak siapa? Dan senangnya di panggil

apa ?

b). Evaluasi / validasi

 Bagaimana perasaan bapak K.B saat ini ?

 apakah ada perasaan gelisah, cemas dan yang membuat bapak bingung ?

c). Kontrak

 Topik

“Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan apa yang

membuat bapak gelisah, cemas dan apa yang membuat bapak tampak bingung ,”

Apakah Bapak K.B Setuju?

 Waktu

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

Atau jika tidak keberatan waktunya bias bapak saja yang sesuaikan selama

bapak merasanyaman dan ingin berbincang-bincang, saya akan menjadi

pendengar yang baik dan jikalau memungkinkan saya akan member solusi dari

masalah yang sedang bapak alami”

 Tempat
Bagaimana kalau kita berdiskusi diruangan ini saja Bapak K.B ?Apakah Bapak

setuju?

2. Fase Kerja

Selamat Pagi Bapak K.B, bagaimana perasaan Bapak ?Apakah Bapak K.B masih

merasa cemas dan gelisah? Apakah bapak K.B masih bingung? Maukah bapak K.B

memberi tahukan ke saya apa yang membuat bapak K.B merasa cemas dan gelisah ?

maukah bapak memberitahukan ke saya apa yang membuat bapak bingung? Bapak K.B

bisa bercerita apa saja, yang membuat bapak meras cemas,gelisah dan membuat bapak

bingung saya akan senantiasa mendengarkan, apabila bapak K.B membutuhkan sesuatu

bapak bisa memanggil saya.

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi

1). Evaluasi Subjektif

“Bagaimana perasaan Bapak K.B setelah berbincang-bincang tentang kecemasan

dan kegelisahan serta yang membuat Bapak bingung?”

2). Evaluasi Objektif

“Coba bapak jelaskan apa yang membuat bapak merasa cemas,gelisah dan yang

membuat bapak bingung?”

b. Tindak Lanjut

“Untuk keluarga klien diharapkan untuk selalu mengawasi Bapak K.B .

c. Kontrak yang akan dating

“Apakah besok Bapak K.B Bersedia untuk berbincang-bincang lagi dengan saya ?”

“ Bapak K.B ingin kita berdiskusi dimana ? Bagaimana kalau diruangan ini lagi ?”

“ Waktunya ± 15 menit yah Bapak ?”

“Baiklah kalau begitu saya permisi dulu Bapak ,selamat pagi “


Pertemuan Ke-2

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

Klien tenang dan kooperatif, ada kontak mata saat berbicara

2. Diagnosa Keperawatan Jiwa

Gangguan Proses Pikir berhubungan dengan Kehilangan Memori/ingatan yang

ditandai dengan klien merasa susah untuk mengingat.

3. Tindakan Keperawatan

Membantu pasien latihan mengungkapkan perasaannya apa yang ada di

pikirannya,meminta dengan baik, menolak dengan baik.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orientasi :

“Assalamu’alaikum, selamat pagi pak, masih ingat dengan saya”. “Bagus Bapak yah

saya Arman, sesuai dengan janji saya kemarin, hari ini kita ketemu lagi”

“ bagaimana perasaan bapak hari ini, nampaknya bapak terlihat sangat segar pagi ini.”

“Seperti yang saya katakan kemarin bagaimana kalau kita berbincang-bincang disini

saja dengan waktu kurang lebih 15 menit”

“ Apakah bapak masih cemas dan gelisah ? coba katakan apa yang membuat bapak

masih merasa cemas dan gelisah ?”

2. Fase Kerja

Sekarang kita bahas apa yang membuat bapak masih merasa cemas dan gelisah,

apabila bapak masih merasa cemas dan gelisah bapak bisa melakukan ibadah atau bersikir ,

atau bapak bisa mengajak teman atau keluarga bapak mengobrol.

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Bapak K.B setelah berbincang-bincang dengan saya?”

b. Tindak Lanjut

Untuk keluarga klien diharapkan untuk selalu mengawasi Bapak K.B

c. Kontrak yang akan dating

“Apakah besok Bapak K.B Bersedia untuk berbincang-bincang lagi dengan saya ?”

“Bapak K.B ingin kita berdiskusi dimana ? Bagaimana kalau diruangan ini lagi ?”

“Waktunya ± 15 menit yah Bapak K.B?”

“Baiklah kalau begitu saya permisi dulu ya Bapak “


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang

menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Demensia bukanlah suatu penyakit

yang spesifik. Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan

kumpulan gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi

otak. Seorang penderita demensia memiliki fungsi intelektual yang terganggu dan

menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik dari pola aktivitas, pola

nutrisi, pola tidur maupun hubungan dengan orang sekitarnya. Penderita demensia

juga kehilangan kemampuan untuk memecahkan masalah, mengontrol emosi, dan

bahkan bisa mengalami perubahan kepribadian dan masalah tingkah laku seperti

mudah marah dan berhalusinasi. Seseorang didiagnosa demensia bila dua atau lebih

fungsi otak,seperti ingatan dan keterampilan berbahasa menurun secara signifikan tanpa

disertai penurunan kesadaran.


DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif


Dalam Riset Keperawatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Arif, M. (2012). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 1. Jakarta:
Trans Info Media.
Aspiani, Y. R. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 2. Jakarta:
CV. TRANS INFO MEDIA.
Bickley, & Lynn, S. (2008). Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan : Buku
Saku Edisi ke 5. Jakarta: EGC.
Boedhi-Darmojo. (2009). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut Edisi 4. Jakarta:
FKUI.
Chairunnisa, S. A. (2013). Pola Konsumsi Pangan, Aktivitas Fisik, Riwayat
Penyakit, Riwayat Demensia Keluarga, Dan Kejadian Demensia Pada Lansia di
Panti Werdha Tresna Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan, 130.
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penilitian). Jakarta: CV. Trans Info Media.
Dyah, N. N. (2015). Pengaruh Terapi Puzzle Terhadap Tingkat Demensia Lansia
Di Wilayah Krapakan Caturharjo Pandak Bantul. Naskah Publikasi, 6-11.
Feny, T. A. (2016). Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) Terhadap Kejadian
Demensia Pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit
Budi Luhur Kasongan Bantul. Naskah Publikasi, 13-14.
Gleadle, J. (2007). Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Infodatin Kemenkes RI. (2014). Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI , 1.
Kemenkes RI. (2016). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dipetik
Februari 16, 2017, dari MENKES: LANSIA YANG SEHAT, LANSIA YANG
JAUH DARI DEMENSIA:
http://www.depkes.go.id/article/print/16031000003/menkes-lansia-yang-sehat-
lansia-yang-jauh-dari-demensia.html

Anda mungkin juga menyukai