ABSTRAK
yang rendah tentunya lebih buruk dalam dominan terhadap penyakit tertentu,
menangani masalah penyakit. seperti penyakit kronis tidak menular
Kemampuan akan kegiatan bisa menyerang siapa saja tanpa melihat
literasi kesehatan biasanya lebih dari status sosial maupun ekonomi
seseorang. Penyelesaian penyakit kronis Berdasarkan penjelasan diatas,
memerlukan pemahaman penderita untuk dapat mengetahui tingkat literasi
yang mencukupi penyakit tersebut kesehatan pada masyarakat tentunya
dengan dibantu oleh keluarga dalam perlu dilakukan penilaian maupun
mengatur diri, kepatuhan dalam penggambaran. Penggambaran literasi
megkonsumsi obat serta berhati – hati kesehatan berguna agar dapat
merubah gaya hidup. Literasi kesehatan mengetahui luasnya masalah dalam
yang digunakan ini salah satunya literasi kesehatan. Gambaran literasi
berkaitan erat dengan penyakit kronis kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
dan penyakit tidak menular (Non – membaca, berhitung dan memahami
Communicable disease) salah satunya pesan kesehatan. Hal tersebut sebagai
yaitu diabetes mellitus dimana penyakit langkah awal dalam penilaian literasi
ini seringkali ditemukan di masyarakat kesehatan. Keluarga beguna untuk
seluruh dunia. Diabetes Mellitus membantu perawatan serta pengambilan
sebagai penyakit kronis yang belum keputusan pada penyakit yang di derita
dapat disembuhkan, yang mungkin penderita dan keluarga juga harus
dilakukan adalah mengontrol dengan memiliki literasi kesehatan untuk
gaya hidup yang baik agar dapat mencegah dan memutuskan aliran atau
tercapai kualitas hidup yang lebih baik. jaringan pada penyakit diabetes mellitus
Hal tersebut akan lebih mudah bagi keluarga yang belum terkena
dilakukan dengan adanya dukungan dari penyakit tersebut, karena peran literasi
keluarga (Garcı´a-Pe´rez, Alvarez, kesehatan semakin penting dalam
Dilla, Gill-Guillen, & Orozco-Beltran, bidang promosi kesehatan karena
2013). berperan dalam pemberdayaan
masyarakat.
Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah diuraikan diatas,
maka masalah yang dikaji dalam
penelitian ini adalah bagaimana
gambaran tingkat literasi kesehatan
fungsional, interaktif dan kritis pada
dinyatakan normal dan >126 mg/dL glukosa plasma vena setelah berpuasa
adalah diabetes mellitus. Dengan sedikitnya 8 jam >126 mg/dL sudah
demikian pada seseorang dengan kadar cukup untuk membuat diagnosis terkena
diabetes mellitus. Sedangkan glukosa adalah gambaran pola makan atau
plasma vena sewaktu >200 mg/dL maka kebiasaan makan, meliputi jenis dan
seseorang tersebut sudah dapat disebut frekuensi makan.
memenuhi kriteria penyakit diabetes 2. Reaksi Terhadap
mellitus. Permasalahan
Permasalahan awal kedua dan Indikator reaksi terhadap
ketiga yaitu, mengenai pernyataan permasalahan penyakit diabetes, yaitu
penyakit diabetes mellitus bersifat tidak munculnya perasaan cemas dari pihak
menular dan disebabkan oleh pola keluarga mengetahui adanya salah satu
makan yang tidak sehat sekaligus anggota keluarga lain yang menderita
mengatur pola makan memperkecil penyakit diabetes mellitus. Kecemasan
terkena komplikasi penyakit diabetes atau anxieties merupakan rasa khawatir,
mellitus, dalam jurnal penelitian oleh takut yang tidak jelas akan sebabnya.
Nurlaili Haida Kurnia Putri dan Kecemasan ini berupa kekuatan yang
Muhammad Atoillah Isfandiari yang besar untuk menggerakkan tingkah laku
berjudul “Hubungan Empat Pilar baik normal maupun menyimpang yang
Pengendalian Diabetes Mellitus Tipe 2 terganggu dari kedua –duanya
dengan Rerata Kadar Gula Darah” merupakan pernyataan, penampilan,
(2013) juga menyatakan bahwa penjelmaan dari pertahanan terhadap
penyakit diabetes mellitus merupakan kecemasan (Gunarso, 2003 :27).
penyakit tidak menular yang mengalami Sedangkan menurut Musfir (2005 : 512)
peningkatan terus menerus dari tahun ke menyatakan bahwa kecemasan berupa
tahun. Selain penyakit diabetes mellitus kondisi kejiwaan yang penuh dengan
ini tidak menular, terjadi karena kekhawatiran dan ketakutan akan apa
dipengaruhi oleh pola makan yang yang bisa mungkin terjadi, baik
tidak sehat juga. Pengaturan makan berkaitan dengan permasalahan yang
terbatas maupun hal – hal lainnya.
Selain itu, kecemasan juga dapat
dikatakan perasaan tertekan dan tidak
tenang serta berpikiran kacau dengan
disertai banyak penyesalan. Hal ini
sangat berpengaruh pada tubuh
pelayanan yang memiliki berbagai alat prakter dokter atau puskesmas terdekat.
medis yang lengkap yang berada Memanfaatkan pelayanan kesehatan
disekitar lingkungan masyarakat, dasar akan menghasilkan manfaat bagi
misalnya rumah sakit umum, tempat individu dengan meningkatkan
pengetahuan mengenai resiko dan radio, televisi, surat kabar, buku,
pelayanan kesehatan yang sesuai majalah, internet dan lain sebagainya.
dengan tindakan, begitu pula dengan 2. Reaksi Terhadap
keluarga maupun masyarakat lain dapat Permasalahan
meningkatkan partisipasi dalam Pada tingkat literasi kesehatan
program kesehatan (Nutbeam, 2000). interaktif ini terdapat reaksi keluarga
1.4.2 Tingkat Literasi Kesehatan terhadap permasalahan penyakit
Interaktif (Level of Interactive diabetes mellitus, yaitu pertama,
Health Literacy) dengan menunjukkan reaksi yang
1. Pemilihan Jenis Sumber biasa saja atau tidak cemas. Kedua,
Informasi mereka berusaha mencari informasi
Indikator dari pemilihan jenis baru tentang penyakit diabetes
sumber informasi yaitu ada yang mellitus tersebut. Ketiga, dengan
menggunakan media cetak dan juga melengkapi informasi yang
menggunakan media elektronik. Disini dibutuhkan. Dan keempat, bisa juga
keluarga akan memulai berinteraksi langsung bertindak memberikan
dengan berbagai sumber informasi pertolongan kepada penderita di awal
guna dalam menemukan informasi terkena penyakit diabetes mellitus.
yang dibutuhkan. Menurut Hang In 3. Memanfaatkan Pelayanan
Noh, et. Al (2009) menyatakan bahwa Kesehatan Lanjut
seseorang dalam menemukan sebuah Tingkat literasi kesehatan ini
informasi selain berdiskusi dengan terdapat indikator untuk
pihak lain juga dapat dilakukan memanfaatkan pelayanan kesehatan
melalui berbagai sumber diantaranya lanjut dengan berbagai pilihan, seperti
pertama, keluarga memilih untuk
memanfaatkan berkonsultasi dengan
tenaga kesehatan (dokter, perawat
maupun bidan) secara lebih intensif
agar mengerti bagaimana cara
merawat penderita, mengatur pola
makan yang benar, rutin untuk cek
darah sewaktu dan lain sebagainya.
cetak seperti dimasukkan dalam koran, aksi, tindakan atau adanya mekanisme
majalah kesehatan atau brosur. suatu sistem. Implementasi ini bukan
7. Implementasi Resep Obat sekedar aktivitas melainkan suatu
Indikator implementasi kegiatan yang terencana dan untuk
merupakan berfokus pada aktivitas, mencapai tujuan kegiatan (Usman,
2002). Implementasi resep obat ini barang ke konsumen yang biasanya
bisa dikatakan dengan memiliki akan dimulai dengan membentuk
kemampuan dan pemahaman tentang brand awareness (Kotler et.al, 2005).
resep obat maka dapat Pada penelitian oleh Dr. Satibi, M.Si.,
mengimpelentasi obat – obat dengan Apt (2014) juga membahas adanya
melakukan pengadaan obat secara pengadaan obat yang berjudul
berkelanjutan dan dapat menyimpan “Manajemen Obat di Rumah Sakit”.
obat –obatan sesuai dnegan jenis Pengadaan merupakan suatu proses
ataupun dosis obatnya. kegiatan yang bertujuan supaya
Pada indikator ini terdapat dua sediaan farmasi tersededia dengan
kegiatan untuk mencapai tujuan, jumlah dan jenis yang sesuai dengan
diantaranya yaitu pertama dengan kebutuhan pelayanan. Proses
melakukan pengadaan obat secara pengadaan diantaranya aspek
berkelanjutan. Pengadaan barang dan perencanaan, teknis pengadaan,
jasa tidak bisa lepas dari konsep bisnis penerimaan, dan penyimpanan
yang mana melibatkan banyak pihak (Mashuda, 2011).
yang saling terkait. Proses pengadaan Pengadaan yang efektif adalah
barang dan jasa awalya dimulai dari suatu proses mengatur cara, teknik,
ikhisar pengusaha untuk memenuhi dan kebijakan yang ada untuk
permintaan konsumen yang kemudian membuat suatu keputusan tentang obat
diawali dengan proses produksi – obatan yang akan diadakan, baik
disusul dengan proses pengenalan jumlah ataupun sumbernya.
Pengadaan yang ekonomis, selain
menjamin persyaratan mutu, manfaat
dan keamanan maka harus menjamin
ketersediaan dalam jenis dan jumlah
yang tepat dan harga yang ekonomis.
Menurut Quick, et al (2012),
menyatakan bahwa siklus manajemen
obat mencakup empat tahap, sebagai
berikut : seleksi (selection), pengadaan
(procurement), distribusi
(distribution), dan penggunaan (use). supaya dari masing – masing obat dapat
Masing – masing tahap dalam siklus dikelola secara optimal.
manajemen obat saling terkait,
1.5 PENUTUP
sehingga harus dikelola dengan baik
1.5.1 Kesimpulan tingkat literasi kesehatan kritis ini
Pada sub bab ini, peneliti akan menggambarkan diantara kedua tingkat
menyajikan beberapa kesimpulan yang literasi kesehatan diatas yang juga
berhasil diperoleh peneliti berdasarkan mencerminkan kemampuan yang
pernyataan pada kuesioner, temuan data dimiliki serta adanya pertimbangan
pada bab III dan analisis data pada bab informasi yang diperoleh kemudian dari
IV, mengenai gambaran tingkat literasi hasil informasi yang telah diperolehnya
kesehatan keluarga penderita penyakit serta menguasai informasi maka
diabetes mellitus di Surabaya, sebagai selanjutnya akan di sharingkan kepada
berikut : pertama tingkat literasi masyarakat lain supaya mendapatkan
kesehatan fungsional, kedua tingkat informasi tambahan yang sesuai dengan
literasi kesehatan interaktif, dan ketiga permaslaahannnya terdapat prosentase
tingkat literasi kesehatan kritis. Tingkat 5,6% dengan frekuensi 5 responden.
literasi kesehatan fungsional Hasil tersebut menyatakan bahwa
menggambarkan cerminan dari keluarga penderita penyakit diabetes
kemampuan dasar yang dimiliki oleh mellitus sebagian besar menduduki pada
seseorang terdapat prosentase 7,9% posisi tingkat literasi kesehatan
dengan frekuensi 7 responden. Tingkat interaktif, dimana mereka mampu
literasi kesehatan interaktif mengembangkan keterampilan dan
menggambarkan dari cerminan kemampuan yang dimiliki secara
kemampuan pribadi yang telah dimiliki pribadi dalam lingkungannya dengan
individu dan yang didapatkan berbagai cara yaitu dapat menentukan
dilingkungan untuk dipertimbangkan pemilihan jenis sumber informasi,
informasinya terdapat 86,5% dengan reaksi terhadap permasalahan,
frekuensi 77 responden. Sedangkan memanfaatkan pelayanan kesehatan
lanjut dan dapat memahami resep atau
label obat dari tenaga kesehatan.
1.5.2 Saran
Berdasarkan hasil temuan data
dan analisis data dari penelitian
“Tingkat Literasi Kesehatan Keluarga
Penderita Penyakit Diabetes Mellitus di
Andrulis, D.P & Brach, C. 2007. Intergrating Literacy, Culture, and Language to
Improve Health Care Quality for Diverse Populations. Am J Health
Behav., 31 (Suppl.1), S122-133.
Arisman, 2010. Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia : Konsep, Teori, dan
Penanganan Aplikatif. Jakarta : EGC.
Berkman, N., Terry, D., & McCormack, L. (2010). Health Literacy : what is it?
Journal of Health Communication, 15,9-19.
Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial : Format – Format Kuantitatif dan
Kualitatif. Surabaya : Airlangga Univeristy Press
Menular.
Friedman, M.M Bowden, V R. & Jones, E.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga. Edisi 5. Jakarta : EGC.
Garci`a-Pe`rez, L., Alvarez, M., Dilla, T., Gill-Guilen, V., & Orozco-Beltran, D.
2013. Adherence to therapies in patients with type 2 diabetes. Journal of
Diabetes Therapy, 4, 175-194.
Gambaran Umum RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya. Diakses dari http://rs-
soewandhi.surabaya.go.id/
Kardika, et.al. 2013. Preanalitik dan Interpretasi Glukosa Darah Untuk Diagnosis
Diabetes Mellitus. Universitas Udayana : Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran.
Kulthau, Carol C. (1991). Inside The Search Process : Information Seeking From
The User’s Perspective. Journal of The American Society For Information
Science. 42(5):361-371/1991.
Ng, E., Omariba, DW. 2010. Health Literacy and Immigrants in Canada :
Determinants and effects on Health Outcomes, Canadian Council on
Learning, Canada.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Nutbeam, D. 2008. The evolving concept of health literacy. Social Science &
Medicine, 67,2072-2078.
Putri, Nurlaili Haida Kurnia & Isfandiari, M. A. 2013. Hubungan Empat Pilar
Pengendalian Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Rerata Kadar Gula Darah.
Universitas Airlangga : Fakultas Kesehatan Masyarakat Surabaya.
Quick, J.P., Rankin, J.R., Laing, R.O., O’Cornor, R.W., 2012. Managing Drug
Supply, The Selection, Procurement, Distribution and Use od
Pharmaceutical. Third Edition. Kumarin Press, Conecticus USA.
Ratzan, S.C. 2001. Health Literacy : Communication for the public good, Health
Promotion International, 16(2), 207-214.
Sari, Ratih Kusuma. 2013. Literasi Informasi pada Pasien Penyakit Kronis
(HIV/AIDS). Surabaya : RSUD Dr. Soetomo.
Sorensen, K., et al, 2012. Health Literacy and Public Health : a Systematic Review
and Integration of Definition and Models. BMC Public Health
Subagyo, P. Joko. 1997. Metode Penelitian : Dalam Teori dan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Sunaryo, Tri & Sudiro. 2014. Pengaruh Senam Diabetik Terhadap Penurunan
Resiko Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Perkumpulan Diabetik. Kementerian Kesehatan : Politeknik Kesehatan
Surakarta.
Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Wardhani, RR Klaudia Crista. 2008. Hubungan Antara Pola Makan Dengan Depresi
Pada Penderita Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)
Tanpa Komplikasi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta : Fakultas
Psikologi.