Calista Roy
Calista Roy
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok situasi
atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori yang
terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pasa suatu
kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan
dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak
dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan
perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang
perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan
asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan
dan kerangka kerja dalam riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam
bidang keperawatan, salah satunya adalh model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya
menjelaskan empat macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia,
lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa
bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan
perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki
sistem adaptif yang selalu beradaptsi.
1.2 Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
a. Menjelaskan pengertian dan konsep dasar model keperawatan Callista Roy.
b. Mengetahui kelebihan dan kelemahan konsep dan teori model praktek Sister
Callista Roy.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Sumber Teori
Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun
pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari
datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu.
Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
1. Focal stimuli : Individu segera menghadap
2. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
3. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.
Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana menentukan stimulus
akan mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif. Sesuai dengan teori Helson,
adaptasi adalah proses yang berdampak positif terhadap perubahan lingkungan.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan
terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy
mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S.
Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever
penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas
keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga
rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa
untuk fungsi aturan mode.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstak dan dapat di
organisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide
untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori itu sendiri
merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola nyata atau suatu pernyataan
yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang du dasari oleh fakta-fakta yang
telah di obserfasi tapi kurang absolute atau bukti secara langsung.
Teori keperawatan menurut Barnum (1990) merupakan usaha-usaha untuk
menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Melalui teori keperawatan
dapat di bedakan apakah keperawatan termasuk disiplin ilmu atau aktivitas lainnya.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan
sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu
sendiri yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja dalam batas
kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan dalam
menentukan model praktek keperawatan, mengingat dalam model keperawatan mengandung
komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang di dasari sebuah model, adanya
tujuan praktek yang ingin di capai dalam memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua
pasien serta adanya pengetahuan dan keterampilan alam hal ini dibutuhkan oleh perawat
dalam mengembangkan tujuannya.
Teori keperawatan selain digunakan untuk menyusun suatu model yang berhubungan
dengan konsep keperawatan, juga memiliki karakteristik diantaranya
a. Teori keperawatan mengidentifikasi dan menjabarkan konsep khusus yang
berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keparawatan sehingga teori
keperawatan didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada di alam
b. Teori keperawatan juga digunakan berdasarkan alasan-alasan yang sesuai dengan
kenyataan yang ada
c. Teori harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan model konsep
keperawatan.
d. Dalam menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya umum sehingga
dapat digunakan pada kondisi apapun dalam praktek keperawatan\
e. Teori dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian keperawatan sehingga
dapat digunakan dalam pedoman praktek keperawatan.
3.3 Faktor Pengaruh Teori Keperawatan
Dalam pengembangan teori keperawatan saat ini terdapat beberapa pandangan
yang dapat mempengaruhi teori keperawatan itu sendiri diantaranya filosofi dari
Florence nigtingale, kebudayaan, system pendidikan, serta pengembangan ilmu
keperawatan.
1. Filosofi Florence Nigtingale
Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori
keprawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran
perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya
pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang yang sakit dikenal dengan teori
lingkungannya. Selain itu Florence juga membuat standar pada pendidikan
keparawatan serta standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang efisien. Beliau juga
membedekan praktek keperawatan dengan kedokteran dan perbedaan perawatan
pada orang yang sakit dengan yang sehat.
2. Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengharuh dala perkembangan teori-teori
keperawatan diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam memberikan
pelayanan keperawatan akan lebih baik dilkukan oleh wanita karena wanita
mempunyai jiwa yang sesuai dengan kebutuhan perawat, akan tetapi perubahan
identitas dalam proses telah berubah seiring dengan perkembangan keperawatan
sebagai profesi yang mandiri, demikian juga dahulu budaya perawat dibawah
pengawasan langsung dokter, dengan berjalannya dan diakuinya keperawatan
sebagai profesi mandiri, maka hak otonomi keperawatan telah ada sehingga peran
perawat dengan dokter bukan dibawah pengawasan langsung akan tetapi sebagai
mitra kerja yang sejajar dalam menjalankan tugas sebagai tim kesehatan.
3. System Pendidikan
Pada system pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan
teori keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan belum mempunyai sistem dan
kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi sekarang keperawatan telah memiliki
sistim pendidikan keperawatan yang terarah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit
sehingga teori-teori keperawatan juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan
keperawatan.
4. Pengembangan Ilmu Keperawatan
Pengembangan ilmu keperawatan di tandai dengan adanya pengelompokan
ilmu keperawatan dasar menjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan
komunitas yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang terus berkembang dan
tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun yang akan datang akan slalu ada
cabang ilmu keperawatan yang khusus ataw sub spesialisasi yang diakui sebagai
bagian ilmu keperawatan sehingga teori-teori keperawatan dapat di kembangkan
sesuai dengan kebutuhan atau lingkup bidang ilmu keperawatan.
3.4 Tujuan Teori Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan dan
pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin di capai diantaranya:
a. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang
kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik bentuk
tindakan atau bentuk model praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan
dapat teratasi.
b. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam
keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan
sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
c. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk memahami
berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat
memberikan dasar dalam penyelesaian berbagai masalah keperawatan
d. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi
keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan
dapat terus bertambah dan berkembang.
3.5 Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy
Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik
jika mengetahui filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengkaji
penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas serta keingintahuan tentang
gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis dan metode empiris.
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy memiliki
delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah
humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin
tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan
sesama dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari
solusi, bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan
selalu berjuang untuk mempertahankan integritas agar senantiasa bisa berhubungan
dengan orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang
bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
a. tujuan eksistensi manusia
b. gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
c. aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
d. nilai dan arti kehidupan.
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi dari
konsep mayor Callista Roy,
a. sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling
berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input,
control, proses, output dan umpan balik.
b. derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual
dan residual.
c. problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
d. stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.
e. stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi perubahan
tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
f. stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap
perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
g. regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui
neural, cemikal dan proses endokrin.
h. kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang
komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.
i. model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran, interdependensi
dan konsep diri.
j. respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam mencapai
tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
k. fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana
proses adaptasi dilakukan.
l. konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam
hubungannya di lingkungan sosial.
n. interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support sistem.
1.5.1 Model Konseptual Callista Roy
Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema
yang menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan individu,
kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Roy
dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu keperawatan
manusia, kesehatan dan lingkungan.
Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy :
Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek.
Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan
menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan
menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-
orang. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan
kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus
perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut
keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan
adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya, peningkatan
adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada
dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi
dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon
stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan
kesehatan.
Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif
manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input,
control, output dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan
sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk
mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai sistem yang adaptif mausia
digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan
yang saling berhubungan antar unit secara keseluruhan atau beberapa unit untuk
beberapa tujuan.
Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh
dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan konsep sehat
dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi adalah komponen pusat dalam
model keperawatan, dalam hal ini manusia digambarkan sebagai suatu sistem yang
adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dengan lingkungan ysng
terdiri dari dua proses, proses yang pertama dimulai dengan perubahan dalam
lingkungan internal dan eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme koping
yang menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di luar
manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem yang
adaptif.
3.5.2 TEORI PENEGASAN
Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu
Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognator dan regulator.
Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi peran
dan Interpendensi. Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap
empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi. Berikut penjelasan dari empat efektor yang telah disebutkan.
a. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis
tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang
kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,
pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan
yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat
yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki
dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy,
1991).
5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas
dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting
sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984
dalam Roy 1991).
6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam
Roy, 1991).
7. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik.
Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian
integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai
fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran
dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ
tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan
merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam
Roy,1991)
b. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik
pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini
berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the
physical self dan the personal self.
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan
pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah
operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-
etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau
takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
c. Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder
dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya
dimasyarakat sesuai kedudukannya
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih
sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam
menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan
bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif.
Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas,
sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas.
Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input)
pada manusia sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah
mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan
melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah
gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh
dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi,
proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk
didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.
4.1 Kesimpulan
` Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan, timbal balik dan out
come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam teori out come ditegaskan oleh
penulisnya sebagai “ konsep artikulasi yang baik dari seseorang sebagai pasien dan
perawat dalam mekanisme luar yang beraturan “ roy dalam mengaplikasikan konsep-
konsepnya yang berasal dari system dan disesuaikan kepada pasien yang telah
mempersembahkan artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan peralatan untuk
praktik, pendidikan, dan penelitian. Konsep-konsepnya tentang person (Roy menjelaskan
bahwa person bisa berarti individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan
masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik. Roy memandang person secara
menyeluruh atau holistik yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran
informasi bahan dan energi. Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan
menyebabkan perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan
ini individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi ) dan proses
kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat
4.2 Saran
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap
konsep dan model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu membandingkan
teori dan model praktik yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak
bertentangan dengan etika, norma dan budaya.
Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi
sehat atau sakit . Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal,
kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada
pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien
mengantisipasi perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping
yang lain.
Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap mampu
mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui
tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya
perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang
mengalami kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan
pasien untuk menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif
terhadap perubahan yang terjadi didalam dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan
bukanlah keadaan yang mudah untuk diterima. Jika perawat dapat berperan secara
maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan melaksanakan fungsi perannya secara
optimal.
DAFTAR PUSTAKA