Anda di halaman 1dari 2

Rahardian Aji Pamungkas

195020207111089

Mengalisis UU Cipta Kerja Final

Pada halaman 414 – 418 terjadi perubahan dan penghapusan pasal-pasal yang berisi tentang
Penyiaran dan Pertahanan Keamanan. Berikut analisis dari pasal-pasal tersebut.

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4252) diubah:

1. Pasal 16

Warga negara asing dapat menjadi pengurus Lembaga Penyiaran Swasta sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), hanya untuk bidang keuangan dan bidang teknik.

2. Pasal 25

Lembaga Penyiaran Berlangganan memancarluaskan atau menyalurkan materi siarannya secara


khusus kepada pelanggan melalui radio, televisi, multi-media, atau media informasi lainnya.

3. Pasal 33

Penyelenggaraan penyiaran dapat diselenggarakan setelah memenuhi Perizinan Berusaha dari


Pemerintah Pusat. Lembaga penyiaran wajib membayar biaya Perizinan Berusaha sebagaimana
dimaksud pada ayat(1) diatur berdasarkan zona/daerah penyelenggaraan penyiaran yang ditetapkan
dengan parameter tingkat ekonomi setiap zona/daerah.

4. Pasal 34 dihapus.
5. Pasal 55 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 55

Setiap orang yang melanggar ketentuan dikenai sanksi administratif. Sanksi administratif berupa :
Teguran tertulis , Penghentian sementara mata acara yang bermasalah setelah melalui tahap
tertentu, Pembatasan durasi dan waktu siaran, Denda administrative, Pembekuan kegiatan siaran
untuk waktu tertentu, Tidak diberi perpanjangan Perizinan Berusaha penyelenggaraan penyiaran;
dan/atau, Pencabutan Perizinan Berusaha penyelenggaraan penyiaran.

6. Pasal 57

Setiap orang yang melanggar Pasal 30 ayat (1), Pasal 36 ayat (5) atau Pasal 36 ayat (6) yang
dilakukan untuk penyiaran radio, dipidana dengan dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau
denda paling banyak Rp1.500.000.000,00. Setiap orang yang melanggar Pasal 30 ayat (1), Pasal 36
ayat (5), atau Pasal 36 ayat (6) yang dilakukan untuk penyiaran televisi, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp10.000.000.000,00.

7. Pasal 58
Setiap orang yang melanggar Pasal 33 ayat (1) untuk penyiaran radio, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00.Setiap orang yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) untuk penyiaran televisi
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00

8. Di antara Pasal 60 dan Pasal 61 disisipkan 1 pasal yakni Pasal 60A Pasal 60A

Migrasi penyiaran dari teknologi analog ke teknologi digital. Migrasi penyiaran televisi terestrial dari
teknologi analog ke teknologi digital sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penghentian siaran
analog diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahun sejak mulai berlakunya Undang-Undang ini.

Pertahanan dan Keamanan

Pasal 74 Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri
Pertahanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 05, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5343), diubah :

1. Pasal 11

Badan Usaha Milik Negara; dan/atau Badan Usaha Milik Swasta yang ditetapkan oleh Pemerintah
sebagai pemadu utama (lead integrator) yang menghasilkan alat utama sistem senjata dan/atau
mengintegrasikan semua komponen utama, komponen, dan bahan baku menjadi alat utama.

2. Pasal 21

Rancangan rencana induk jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diajukan
kepada DPR untuk mendapatkan pertimbangan.

3. Pasal 38

Dalam kegiatan produksi Industri Pertahanan wajib mengutamakan penggunaan bahan mentah,
bahan baku, dan komponen dalam negeri.Dalam kegiatan produksi dapat dikembangkan 2 fungsi
produksi Industri Pertahanan. Industri Pertahanan dalam kegiatan produksi harus terlebih dahulu
memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.

4. Pasal 52

Kepemilikan modal atas industri alat utama, dimiliki oleh badan usaha milik negara dan/atau badan
usaha milik swasta yang mendapat persetujuan dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertahanan. Badan usaha milik negara dan badan usaha milik swasta harus
menerapkan sistem pengawasan diterapkan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertahanan.

Anda mungkin juga menyukai