Anda di halaman 1dari 11

Pengantar

Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh


denganjalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee telah dijaawab
betul dengan memperhatikan bobot jawaban betulnya. Sedangkan nilai adalah angka (bisa juga
huruf ) yang merupakan hasil ubahan skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainya,
serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Pada dasarnya nilai melambangkan
kemampuan yang telah ditunjukan testee terhadap materi atau bahan yang diujikan.
1. Rangking Sederhana
Yang dimaksud kedudukan siswa dalam kelompoknya adalah letak seorang siswa
dalam urutan tingkatan. Dalam istilah yang umum, disebut ranking. Untuk dapat diketahui
ranking dari siswa-siswa disuatu kelas maka harus diadakan pengurutan nilai siswa-siswa
tersebut yang paling atas sampai yang paling bawah. Sehingga dengan mudah dapat
ditentukan nomor yang menunjukan kedudukan siswa dalam tingkatannya.
Simple rank (Rangking sederhan): adalah urutan yang menunjukan
letak/kedudukan seseorang dalam kelompoknya dan dinyatakan dengan nomor/ angka
biasa.
Contoh:
Simple rank: adalah urutan yang menunjukan letak/kedudukan seseorang dalam
kelompoknya dan dinyatakan dengan nomor/ angka biasa.

Contoh:
Skor ulangan Matematika bagi 20 orang siswa adalah sebagai berikut:
A = 45 F = 70 K = 75 P = 78
B = 50 G = 81 L = 75 Q = 74
C = 39 H = 75 M = 69 R = 65
D = 61 I = 68 N = 60 S = 49
E = 63 J = 46 O = 73 T = 60

Hanya dengan melihat deretan skor yang masih bererakan ini, kita belum dapat
menentukan ranking atau kedudukan seorang dalam kelompoknya. Untuk itu maka skor-skor
tersebut terlebih dahulu tenitu kita harus susun, urut dari skor yang paling tinggi sampai ke skor
yang paling rendah, dengan urutan kebawah. Setelah itu kita tentukan urutan nomor dari
atas , yaitu nomor 1,2,3,4,5 dan setrusnya sampai semua siswa memperoleh nomor. Perlu
diingat disini bahwa apabila ada dua atau tiga orang yang kebetulan memiliki skor yang
sama , harus diberi nomor atau ranking yang sama pula, yaitu rata-rata dari urutan orang-
orang yang memiliki skor sama tersebut.
Untuk memahami bagaimana menentukan simle rank / ranking sederhana,marilah kita
kita urutkan dulu skor-skor A sampai dengan T.

TABEL SIMPLE RANK DARI 20 ORANG SISWA

Perhatian:
1) Siswa yang mempunyai skor sama , juga ranking sama, sehingga ada nomor yang
tidak digunakan sebagai nomor urut.
2) Rank terakhir selalu sama dengan nomor urut siswa atau banyaknya siswa dalam
kelompok, kecuali ada beberapa siswa yang mempunyai persamaan skor.

2. Percentile Rank (Rangking Presentase)


Percentile Rank / Ranking presentase adalah: kedudukan seseorang dalam
kelompok, yang menunjukan banyaknya presentase yang berada dibawahnya.
Contoh:
Jika seorang siswa memiliki PR (Percentile Rank) 85 ini menunjukan bahwa kecakapan
siswa tersebut sama atau melebihi 85%dari seluruh kelompok. Dengan PR , lebih dapat
diketahui gambaran kecakapan siswa, karena angka ranking menunjukan besarnya
presentase siswwa dalam kelompok itu yang berhasil dilampaui. Jika hanyasimple rank ,
hanya diketahui nomor, tanpa menunjukan banyaknya individu yang masuk dalam kelompok.
Mingkin A mempunyai ranking 15 , tampaknya nomor kecil, tetapi siapa tahu bahwa seluruh
kelompok memang hanya terdiri dari 15 orang, hingga A termasuk juru kunci.
Cara menentukan PR.
1. Menentukan dahulu SR (Simple Rank)
2. Mencari banyaknya siswa dalam kelompok itu, yang ada di bawahnya.
3. Mengalikan dengan 100, setelah dibagi dengan kelompok.
Contoh:Dengan kelompok yang terdapat pada table simple rank untuk 20 orang siswa P
menduduki ranking 8 dalam simle rank (SR) . maka banyaknya siswa yang ada dibawahnya
adalah (20-8) atau 12 orang.
12
PR untuk F adalah x 100=60
20
Ini berarti bahwa siswa F itu letaknya dalam kelompok mengalahkan sebanyak 60% Untuk
prestasi yang bersangkutan. Dengan contoh di atas dapat dikatakan bahwa untuk
menentukan PR kita tidak boleh menentukan SR terlebih dahulu.
Rumus untuk menentukan PR adalah:

Di dalamkelompok , maka PR hanya berkisar antara 1 sampai 100, tidak pernah ada PR
100, karena tidak ada siswa yang mengalahkan dirinya sendiri. Cobalah untuk
siswa yang mempunyai SR1 sampai dengan 100.

3. Standar Deviasi
Adalah: penentuan kedudukan dengan membagi kelas atas kelompok-kelompok.
Tiap kelompok dibatasi oleh suatu standar Deviasi tertentu. Penentuan kedudukan dengan
standar Deviasi dapat dilakukan dengan 2 cara , yaitu:
a. Pengelompokan atas 3 rangking
Langkah-langkah dalam menentukan kedudukan siswa dalam 3 ranking.
 Menjumlah skor semua siswa
 Mencari nilai rata-rata (mean) dan simpangan bak (Deviasi standar atau standar
Deviasi)
 Menentukan batas-batas kelompok.
 Kelompok atas adalah semua siswa yang mempunyai skor sebanyak
skor rata-rata plus satu standar Deviasi keatas
 Kelompok sedang adalah semua siswa yang mempunyai skor antara -1
SD dan +1 SD
 Kerlompok kurang adalah semua siswa yang memppunyai skor – 1 SD
dan yang kurang dari itu.
Mencari Mean (X)

Jadi, untuk mencari nilai rata-rata, tinggal menjumlah semua skor , kemudian dibagi
dengan banyaknya siswa yang memiliki skor itu.
Mencari Standar Deviasi

Jika macam skor hanya sedikit dan tiap skor dimiliki oleh beberapa orang maka
diadakan pengelompokan skor. Contoh:
Skor 30 orang siswa adalah:

Untuk menghitung Mean dan Standar Deviasi dapat menggunakan rumus


tersebut atau melalui tabel berikut:
Tabel Skor Siswa

Apabila dilalui tabel ini, maka digunakan rumus-rumus yang lain

Sedangkan rumus Standar Deviasi adalah:

188
Dari data yang ada maka Mean =6,27
30

Batas kelompok bawah sedang adalah: 6,27 – 1,12 = 5,1,

Batas kelompok sedang atas adalah 6,27 + 1,12 = 7, 39

Kelompok atas: semua siswa yang mempunyai skor 7,39 ke atas, yaitu skor 8 (4 orang). Kelompok
sedang: semua siswa yang mempunyai skor antara 5,15 dan 7,39 (20 orang) Kelompok bawah:
semua siswa yang mempunyai skor 5,15 ke bawah (6 orang)

b. Pengelompokan atas 11 ranking


Lanjutan dari penjelasan bab-bab sebelumnya, berikut terdapat 11 rank ( tingkat ) yaitu:
 Ranking 1: Kelompok siswa dengan nilai 10
 Ranking 2 : Kelompok siswa dengan nilai 9
 Ranking 3 : Kelompok siswa dengan nilai 8
 Ranking 4 : Kelompok siswa dengan nilai 7 dan seterusnya.

Untuk sekadar mengingatkan kembali batas-batas setiap ranking, di bawah ini di


deretkan lagi standar Deviasi untuk tiap skala.

 Skala nilai 10 : Mean + (2,25) SD


 Skala nilai 9 : Mean + (1,75) SD
 Skala nilai 8 : Mean + (1,25) SD
 Skala nilai 7 : Mean + (0,75) SD
 Skala nilai 6 : Mean + (0,25) SD
 Skala nilai 5 : Mean ‒ (0,25) SD
 Skala nilai 4 : Mean ‒ (0,75) SD
 Skala nilai 3 : Mean ‒ (1,25) SD
 Skala nilai 2 : Mean ‒ (1,75) SD
 Skala nilai 1 : Mean ‒ (2,25) SD

Untuk ranking 11, dengan skala 0, adalah siswa yang memiliki skor lebih kecil dari ‒
2,25

Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dapat menggunakan
berbagai macam skala,diantaranya :

a. Skala lima (stanfive)


Nilai standar berslaka lima atau yang sering dikenal dengan istilah huruf A, B, C, D dan E.
Pengubahan skor mentah menjadi nilai berskala 5 atau huruf, menggunakan patokan
sebagai berikut :

Jika dilukiskan dalam bentuk kurva simetrik adalah sebagai berikut :


Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengubah skor mentah menjadi nilai berskala
lima.
 menyajikan skor-skor mentah hasil ujian kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
 mencari nilai rata-rata hitung yang melambangkan prestasi kelompok, dan mencari
deviasi standar yang menyajikan variasi dari skor-skor mentah hasil ujian.
 mengubah skor mentah menjadi nilai berskala lima, dengan menggaunakan patokan
diatas.
 mengkonversi skor-skor mentah yang dimiliki masing-masing individu testee menjadi
nilai berstandar lima.

Dari data di atas selanjutnya di hitung dengan langkah-langkah yang telah disebutkan
sebelumnya :

Selanjutnya mengubah skor mentah menjadi standar skala lima

Selanjutnya adalah membuat tabel konversi.


Dari tabel di atas diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai 59 ke atas berhak
mendapatkan nilai A, jadi dengan cara seperti itu siswa yang mendapat nilai jelek sekalipun
nilainya bisa terangkat jika rata-rata kelasnya memang tergolong rendah
b. Skala sembilan (stannine).
Nilai standar berskala sembilan dimana rentang nilainya mulai dari 1 sampai dengan 9
(tidak ada nilai 0 dan nilai 10). Pengubahan skor mentah menjadi nilai berstandar sembilan
menggunakan patokan sebagai berikut :

Dalam bentuk kurva simetrik adalah :

c. Skala Sebelas (standard eleven / stanel/ eleven points standard) Nilai standar berskala
sebelas adalah rentangan nilai standar mulai dari 0 sampai 10. Jadi akan ada 11 butir nilai
standar, yaitu nilai 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,dan 10. Nilai standar berskala 11 ini biasanya
digunakan pada lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah. Patokan yang dipakai
pada pengubahan skor menjadi stanel adalah
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam pengubahan skor menjadi stanel adalah
sebagai berikut :
 Mencari (menghitung) nilai rata-rata hitung yang mencerminkan prestasi kelompok
dan mencari deviasi standar yang mencerminkan variasi dari skor-skor mentah
yang dicapai siswa.
 Mengkonversi skor mentah menjadi nilai standar berskala sebelas.
 Membuat tabel konversi
 Melakukan konversi skor mentah menjadi nilai standar berskala sebelas.
Contoh praktisnya sama dengan pengkonversian dengan skala lima. Perbedaannya
hanya terletak pada saat mengkonversi skor mentah patokannya menggunakan patokan di atas
sehingga nilai akhir yang di dapatkan berupa angka.

4. Standar Score atau z-Score


Yaitu angka yang menunjukan perbandingan perbedaan score seseorang dari Mean
dengan Standar Deviasinya. Standar Scorelebih mempunyai arti dibandingkan dengan score
itu sendiri karena telah dibandingkan dengan suatu standar yang sama. Untuk menentukan z-
score harus diketahui: rata-rata skor dari kelompok dan Standar Deviasi dari skor-
skor tersebut.
Rumusnya:

Contoh: Dari 10 orang siswa tercatat skornya sebagai berikut:


50 55 63 60 37
45 70 30 40 50
500
Rata-rata skore = =50
10
Maka SD=√ 2638,8−2,500=11,78

63−50
Suryo yang mempunyai skor 63, maka z−score−nya= =+1,10
11,78

37−50
Mita yang mempunyai skor 37, maka z−score−nya= =−1,10
11,78

Penerapan z-score ini banyak digunakan dalam menentukan kejuaraan seseorang


apabila kebetulan jumlah nilainya sama. Berikut terdapat 5 orang siswa yang mempunyai
variasi nilai yang unik tetapi jumlahnya yang sama:

Nilai Untuk Bidang Studi Dari 5 Orang Siswa

Melihat keadaan nilai kelima siswa tersebut, Tini menduduki tempat teratas dengan
jumlah nilai paling banyak. Sedangkan Ani memiliki jumlah nilai yang sedikit sehingga
menduduki tempat paling bawah. Dengan menggunakan z-score, ketentuannya bisa
kebalikannya.
Contoh: Nilai Matematika Tini adalah 90. Rata-rata nilai Matematika tersebut 50,
dengan SD31,48. Maka z-score Tini adalah:

Dengan cara yang sama dapat dicari z-score masing-masing siswa untuk seluruh Bidang
Studi, dan hasilnya seperti berikut:
Terbukti bahwa Tini yang semula menduduki tempat paling atas dan Ani di tempat
yang paling bawah, setelah dihitung dengan z-score kedudukannya menjadi terbalik. Dengan
menggunakan z-score, kita tidak akan dipengaruhi oleh jumlah nilai dalam menentukan
kedudukan dari siswa yang memiliki jumlah nilai yang sama. Dengan angka-angka z-score
yang diperoleh, berupa angka-angka desimal dan tanda plus-minus. Kita dapat menggunakan
T-Score untuk mempermudahnya. T-score yaitu angka skala yang menggunakan Mean = 50
dan SD = 10. Skala T-score dapat dicari dengan cara mengalikan z-score dengan 10 (z.10),
kemudian ditambah 50.

Contoh: z-score +1,20 = T-score 62


z-score −0,80 = T-score 42

Maka tabel z- skore 5 bidang studi dari 5 siswa diganti menjadi tabel T-skore sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai