Contoh:
Skor ulangan Matematika bagi 20 orang siswa adalah sebagai berikut:
A = 45 F = 70 K = 75 P = 78
B = 50 G = 81 L = 75 Q = 74
C = 39 H = 75 M = 69 R = 65
D = 61 I = 68 N = 60 S = 49
E = 63 J = 46 O = 73 T = 60
Hanya dengan melihat deretan skor yang masih bererakan ini, kita belum dapat
menentukan ranking atau kedudukan seorang dalam kelompoknya. Untuk itu maka skor-skor
tersebut terlebih dahulu tenitu kita harus susun, urut dari skor yang paling tinggi sampai ke skor
yang paling rendah, dengan urutan kebawah. Setelah itu kita tentukan urutan nomor dari
atas , yaitu nomor 1,2,3,4,5 dan setrusnya sampai semua siswa memperoleh nomor. Perlu
diingat disini bahwa apabila ada dua atau tiga orang yang kebetulan memiliki skor yang
sama , harus diberi nomor atau ranking yang sama pula, yaitu rata-rata dari urutan orang-
orang yang memiliki skor sama tersebut.
Untuk memahami bagaimana menentukan simle rank / ranking sederhana,marilah kita
kita urutkan dulu skor-skor A sampai dengan T.
Perhatian:
1) Siswa yang mempunyai skor sama , juga ranking sama, sehingga ada nomor yang
tidak digunakan sebagai nomor urut.
2) Rank terakhir selalu sama dengan nomor urut siswa atau banyaknya siswa dalam
kelompok, kecuali ada beberapa siswa yang mempunyai persamaan skor.
Di dalamkelompok , maka PR hanya berkisar antara 1 sampai 100, tidak pernah ada PR
100, karena tidak ada siswa yang mengalahkan dirinya sendiri. Cobalah untuk
siswa yang mempunyai SR1 sampai dengan 100.
3. Standar Deviasi
Adalah: penentuan kedudukan dengan membagi kelas atas kelompok-kelompok.
Tiap kelompok dibatasi oleh suatu standar Deviasi tertentu. Penentuan kedudukan dengan
standar Deviasi dapat dilakukan dengan 2 cara , yaitu:
a. Pengelompokan atas 3 rangking
Langkah-langkah dalam menentukan kedudukan siswa dalam 3 ranking.
Menjumlah skor semua siswa
Mencari nilai rata-rata (mean) dan simpangan bak (Deviasi standar atau standar
Deviasi)
Menentukan batas-batas kelompok.
Kelompok atas adalah semua siswa yang mempunyai skor sebanyak
skor rata-rata plus satu standar Deviasi keatas
Kelompok sedang adalah semua siswa yang mempunyai skor antara -1
SD dan +1 SD
Kerlompok kurang adalah semua siswa yang memppunyai skor – 1 SD
dan yang kurang dari itu.
Mencari Mean (X)
Jadi, untuk mencari nilai rata-rata, tinggal menjumlah semua skor , kemudian dibagi
dengan banyaknya siswa yang memiliki skor itu.
Mencari Standar Deviasi
Jika macam skor hanya sedikit dan tiap skor dimiliki oleh beberapa orang maka
diadakan pengelompokan skor. Contoh:
Skor 30 orang siswa adalah:
188
Dari data yang ada maka Mean =6,27
30
Kelompok atas: semua siswa yang mempunyai skor 7,39 ke atas, yaitu skor 8 (4 orang). Kelompok
sedang: semua siswa yang mempunyai skor antara 5,15 dan 7,39 (20 orang) Kelompok bawah:
semua siswa yang mempunyai skor 5,15 ke bawah (6 orang)
Untuk ranking 11, dengan skala 0, adalah siswa yang memiliki skor lebih kecil dari ‒
2,25
Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dapat menggunakan
berbagai macam skala,diantaranya :
Dari data di atas selanjutnya di hitung dengan langkah-langkah yang telah disebutkan
sebelumnya :
c. Skala Sebelas (standard eleven / stanel/ eleven points standard) Nilai standar berskala
sebelas adalah rentangan nilai standar mulai dari 0 sampai 10. Jadi akan ada 11 butir nilai
standar, yaitu nilai 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,dan 10. Nilai standar berskala 11 ini biasanya
digunakan pada lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah. Patokan yang dipakai
pada pengubahan skor menjadi stanel adalah
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam pengubahan skor menjadi stanel adalah
sebagai berikut :
Mencari (menghitung) nilai rata-rata hitung yang mencerminkan prestasi kelompok
dan mencari deviasi standar yang mencerminkan variasi dari skor-skor mentah
yang dicapai siswa.
Mengkonversi skor mentah menjadi nilai standar berskala sebelas.
Membuat tabel konversi
Melakukan konversi skor mentah menjadi nilai standar berskala sebelas.
Contoh praktisnya sama dengan pengkonversian dengan skala lima. Perbedaannya
hanya terletak pada saat mengkonversi skor mentah patokannya menggunakan patokan di atas
sehingga nilai akhir yang di dapatkan berupa angka.
63−50
Suryo yang mempunyai skor 63, maka z−score−nya= =+1,10
11,78
37−50
Mita yang mempunyai skor 37, maka z−score−nya= =−1,10
11,78
Melihat keadaan nilai kelima siswa tersebut, Tini menduduki tempat teratas dengan
jumlah nilai paling banyak. Sedangkan Ani memiliki jumlah nilai yang sedikit sehingga
menduduki tempat paling bawah. Dengan menggunakan z-score, ketentuannya bisa
kebalikannya.
Contoh: Nilai Matematika Tini adalah 90. Rata-rata nilai Matematika tersebut 50,
dengan SD31,48. Maka z-score Tini adalah:
Dengan cara yang sama dapat dicari z-score masing-masing siswa untuk seluruh Bidang
Studi, dan hasilnya seperti berikut:
Terbukti bahwa Tini yang semula menduduki tempat paling atas dan Ani di tempat
yang paling bawah, setelah dihitung dengan z-score kedudukannya menjadi terbalik. Dengan
menggunakan z-score, kita tidak akan dipengaruhi oleh jumlah nilai dalam menentukan
kedudukan dari siswa yang memiliki jumlah nilai yang sama. Dengan angka-angka z-score
yang diperoleh, berupa angka-angka desimal dan tanda plus-minus. Kita dapat menggunakan
T-Score untuk mempermudahnya. T-score yaitu angka skala yang menggunakan Mean = 50
dan SD = 10. Skala T-score dapat dicari dengan cara mengalikan z-score dengan 10 (z.10),
kemudian ditambah 50.
Maka tabel z- skore 5 bidang studi dari 5 siswa diganti menjadi tabel T-skore sebagai berikut: