Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

Disusun oleh:
SITI AMINAH DWI WAHYUNI
P1337420920170

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020
I. KONSEP DASAR
A. KELUARGA
1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,


dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986 ). Keluarga adalah dua atau lebih
individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya. Bailon dan Maglaya ( 1978 )

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI
( 1988 ). saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI,1988). Jadi dapat
disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu
rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain
yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota
dalam rangka mencapai tujuan bersama. 
2. Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga
a. Tradisional :
1) The nuclear family (keluarga inti): keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak.
2) The dyad family: keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa
anak) yang hidup bersama dalam satu rumah
3) Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah
tua dengan anak sudah memisahkan diri
4) The childless family: keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang
disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada
wanita
5) The extended family (keluarga luas/besar): keluarga yang terdiri
dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti
nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek),
keponakan, dll)
6) The single-parent family (keluarga duda/janda): keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
7) Commuter family: kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua
yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga
pada saat akhir pekan (week-end)
8) Multigenerational family: keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
9) Kin-network family: beberapa keluarga inti yang tinggal dalam
satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan
barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar
mandi, televisi, telpon, dll)
10) Blended family: keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya
11) The single adult living alone / single-adult family: keluarga yang
terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati
b. Non-Tradisional
1) The unmarried teenage mother: keluarga yang terdiri dari orang
tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2) The stepparent family: keluarga dengan orangtua tiri
3) Commune family: beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)
yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan
anak bersama
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family: keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
5) Gay and lesbian families: seseorang yang mempunyai persamaan
sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital
partners)
6) Cohabitating couple: orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu
7) Group-marriage family: beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah
saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,
termasuk sexual dan membesarkan anaknya
8) Group network family: keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
9) Foster family: Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya
10) Homeless family: keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental
11) Gang: sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.
3. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga

Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun


secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman,
199:

a. Pasangan baru (keluarga baru)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan


membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)
keluarga masing-masing :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan


2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak

b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)

Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi


kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :

1) Persiapan menjadi orang tua


2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan keluarga
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

c. Keluarga dengan anak pra-sekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun :

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,


privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling
repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

d. Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :

1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan


2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga

e. Keluarga dengan anak remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah
orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa :

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,


mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari
jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar


2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

g. Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :

1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan

h. Keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya
meninggal :

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan


2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
4. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1999) dalam Sudiharto (2007), lima fungsi dasar
keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih
serta, saling menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar
berperan di lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kekampuan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

B. KONSEP DASAR HIPERTENSI


1. Definisi Hipertensi          
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu
yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita
sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur
tekanan darah kita secara teratur.

        Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.        

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang
dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi,
biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya
terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga
kali dalam jangka beberapa minggu.

2. Etiologi Hipertensi
a. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1) Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat
diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan
hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong
Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain
lain. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia
esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke
penderita hipertensi esensial.
b. Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di
dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan pada setiap detiknya
2) Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia
lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap
denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
3) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan
fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat.
Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri
mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan
darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.

c. Berdasarkan faktor pemicu,

Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol seperti umur, jenis
kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan
riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada
kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga
banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah
satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik
mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.

Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,


kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan
ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara
stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis
adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah
saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah


secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti,
akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan
dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi


Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan
terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan
hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan
membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita
obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.
3. Klasifikasi Hipertensi

Tekanan sistolik dan diastolik dapat bervariasi pada tingkat individu.


Namun disepakati bahwa hasil pengukuran tekanan darah yang lebih besar dari
140/90 mmHg adalah hipertensi (WHO, 1999 dan JNC, 2007). Tabel
pengklasifikasian hipertensi dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC7 (Joint National Committee 7)


Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

4. Manifstasi Klinik

Sebagian besar penderita hipertensi tidak menampakkan gejala hingga


bertahun-tahun. Jika hipertensinya sudah bertahun-tahun dan tidak diobati bisa
menimbulkan gejala seperti: (Ruhyanudin, 2007).
a. Gelisah
b. Nadi Cepat
c. Sukar Tidur
d. Sesak Nafas
e. Sakit Kepala
f. Lemah dan Lelah
g. Rasa Pegal di bahu
h. Jantung berdebar-debar
i. Pandangan menjadi kabur
j. Mata berkunang-kunang
(Ruhyanudin, 2007)
5. Pathway
6. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko
seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiofaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi
dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin
dapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Penjajakan pertama
Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah yang
dihadapi oleh keluarga.
b. Pengumpulan data: mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk
mengukur masalah kesehatan ,status kesehatan, kesanggupan keluarga
dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga .
1) Struktur dan sifat anggota keluarga
a) Anggota –anggota keluarga dan hubungan dengan kepala keluarga.
b) Data demografi : umur,jenis kelamin, kedudukan dalam keluarga.
c) Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga,
d) Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat
berkumpul atau menyebar.
e) Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan.
f) Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam perselisihan
yang nyata ataupun tidak nyata.
g) Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan makan
dan penggunaan waktu senggang
(2) Faktor sosial budaya dan ekonomi
a) Pekerjaan
b) Penghasilan
c) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer
d) Jam kerja ayah dan ibu
e) Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya
(3)Faktor lingkungan
a) Perumahan
(1) Luas rumah
(2) Pengaturan dalam rumah
(3) Persediaan sumber air
(4) Adanya bahan kecelakaan
(5) Pembuangan sampah
b) Macam lingkungan / daerah rumah
c) Fasilitas social dan lingkungan
d) Fasilitas transportasi dan kesehatan
(4) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
b) Upaya pencegahan terhadap penyakit
c) Sumber pelayanan kesehatan
d) Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari
petugas kesehatan.
e) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
c. Cara pengumpulan data
1) Oservasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara langsung.

a) Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga.


b) Komunikasi dari tiap anggota keluarga
c) Peran dari tiap anggota keluarga
d) Keadaan rumah dan lingkungan
2) Wawancara: dapat mengetahui hal-hal :
a) Aspek fisik
b) Aspek mental
c) Sosial budaya
d) Ekonomi
e) Kebiasaan
f) Lingkungan

3) Studi dokumentasi antara lain


a) Perkembangan kesehatan anak
b) Kartu keluarga
c) Catatan kesehatan lainnya
4) Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
dan keperawatan antara lain :
a) Tanda-tanda penyakit
b) Kelainan organ tubuh

2. ANALISA DATA

Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan Typologi masalah dalam
family health care.

Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :

a) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat


memungkinkan terjadinya penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam
mencapai potensi kesehatan.
Contoh :
(1) Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi
(2) Masalah nutrisi terutama dalam
pengaturan diet
b) Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam
memantapkan kesehatan.
Contoh:
(1) Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi
(2) Siapakah yang menderita penyakit hipertensi
c) Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut
terlampau banyak dari indivdu atau keluarga dalam hal penyesuaian
maupun sumber daya mereka.
Contoh :
Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan keluarga yang muncul dapat bersifat actual, resiko
dan sejahtera dengan penjabaran sebagai berikut :
1) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data yang ditemukan yaitu
dengan ciri dari pengkajian tanda dan gejala dari gangguan kesehatan,
seperti : nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
2) Resiko (Ancaman Kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang tetapi belum terjadi gangguan, misalnya
lingkungan rumah kurang bersih, stimulasi tumbuh kembang yang tidak
adekuat, 38 seperti : resiko cidera berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan rumah.
3) Wellness (Keadaan Sejahtera)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Khusus untuk diagnose
keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi
(ADP, 2013).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada hipertensi yaitu:
a) Ketidakpatuhan pola makan
b) Gangguan pemeliharaan kesehatan anggota keluarga
c) Gangguan rasa nyaman (Nyeri)
d) Resiko terjadi komplikasi
e) Resiko cidera
Menurut Achjar (2010, p. 21), etiologi dari diagnosa keperawatan
keluarga mengacu pada ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan
lima tugas keluarga yaitu:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi :
a. Persepsi terhadap keparahan penyakit
b. Pengertian
c. Tanda dan gejala
d. Faktor penyebab
e. Persepsi keluarga terhadap masalah
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi :
a. Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.
b. Masalah dirasakan keluarga.
c. Keluarga menyerah terhadap masalah yag dialami.
d. Sifat negatif terhadap masalah kesehatan.
e. Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
f. Informasi yang salah.
c) Ketidakmampuan keluarga merawat keluarga yang sakit, meliputi:
a. Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit.
b. Sifat dan perkembangan perawatan keluarga yang
dibutuhkan.
c. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga.
d. Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi:
a. Manfaat pemeliharaan lingkungan.
b. Pentingnya higyene sanitasi.
c. Upaya pencegahan penyakit.
e) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan, meliputi:
a. Keberadaan fasilitas kesehatan.
b. Keuntungan yang didapat.
c. Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan.
d. Pengalaman keluarga yang kurang baik.
e. Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga.

4. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH


Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan sistim
scoring berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai berikut
No Kriteria Skala Bobot Skoring Rasional
1 Sifat Masalah 1
- Aktual 3
- Resiko 2
- Potensial/ weliness
1
2 Kemungkinan 2
Masalah dapat diubah
- Mudah
- Sebagian 2
- Tidak dapat 1
0
3 Potensial Masalah 1
untuk dicegah
- Tinggi
- Cukup 3
- Rendah 2
1
4 Menonjolnya Masalah 1
- Segera 2
- Tidak perlu segera
- Tidak dirasakan 1
0
Total
Skoring :
a) Tentukan skor untuk tiap criteria
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

c) Jumlahkanlah skor untuk semua criteria ,skor tertinggi 5 sama


dengan seluruh bobot
5. INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi adalah suatu proses merumuskan tujuan yang diharapkan sesuai


prioritas masalah keperawatan keluarga, memilih strategi keperawatan yang tepat,
dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan
kebutuhan klien. Perawat perlu menyeleksi sumber-sumber dalam keluarga yang
dapat dimanfaatkan, serta memprioritaskannya(Sudiharto, 2007).

a. Penetapan tujuan (ADP, 2013)


1) Tujuan jangka panjang
Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah pada kemandirian
klien (mengatasi problem NANDA). Tujuan umum ini lebih mengarah
kepada kemandirian klien dan keluarga sebagai sasaran asuhan
keperawatan keluarga. Dalam masalah ini setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 kali tatap muka diharapkan klien menjadi patuh
dalam melakukan terapi diet hipertensi.
NOC :
Ketidakpatuhan akan menurun, yang dibuktikan oleh :
a) Perilaku ketaatan
b) Performa pemberi asuhan : perawatan langsung
c) Performa pemberi asuhan : perawatan tidak langsung
d) Perilaku kepatuhan
e) Motivasi
f) Perilaku terapi : penyakit atau cedera
2) Tujuan jangka pendek
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang
dihubungkan dengan keadaan yang mengancam kehidupannya
(mengatasi 5 tugas kesehatan keluarga).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga dapat
menunjukkan perilaku dengan indicator :
a) Melaporkan penggunaan strategi untuk menghilangkan perilaku
tidak sehat dan memaksimalkan kesehatannya.
b) Menjelaskan alas an penyimpangan.
c) Menimbang resiko atau keuntungan dari perilaku kesehatan.
d) Menggunakan layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
e) Patuh pada pengobatan dan program penanganan.
b. Penetapan Kriteria dan Standart
1) Kriteria
Merupakan gambaran factor petunjuk tercapainya tujuan dalam tiga
domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor.
2) Standart
Merupakan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan
dengan pelaksanaan sebenarnya yang berfokus pada keluarga, singkat
dan jelas, dapat diobservasi dan diukur, realistik, dan ditentukan oleh
perawat serta keluarga.
Hal ini mengacu pada kemandirian keluarga dalam melakukan lima
fungsi perawatan kesehatan keluarga yang terdiri dari, mengenal masalah
kesehatan, memelihara lingkungan yang sehat, merawat anggota keluarga
yang sakit, memgambil keputusan yang tepat dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
c. Intervensi
Intervensi sangat bergantung pada etiologi.
Intervensi ketidakpatuhan menurut NANDA NIC NOC adalah sebagai
berikut :
1) Aktivitas Keperawatan
a) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhan
tentang hospitalisasi serta hubungan dengan pemberi layanan
kesehatan.
b) Berikan dukungan emosi kepada anggota keluarga untuk
membantu mereka mempertahankan hubungan positif dengan
pasien.
c) Berikan penguatan positif terhadap kepatuhan untuk mendukung
perilaku positif yang terus-menerus.
d) Buat kontak tertulis dengan pasien, dan evaluasi perilaku patuh
secara berkelanjutan.
e) Gali bersama klien kemungkinan kendala untuk mengubah
perilaku.
f) Identifikasi bersama klien strategi yang paling efektif untuk
mengubah perilaku.
g) Bantu pasien dalam merumuskan rencana yang sistematik untuk
mengubah perilaku (termasuk penguatan dan penghargaan intrinsic
maupun ekstrinsik).
h) Bantu pasien dalam mengidentifikasi keberhasilan sekecil apapun.
2) Penyuluhan untuk pasien atau keluarga
a) Bantu klien atau keluarga memahami kebutuhan untuk mematuhi
program terapi dan konsekuensi akibat ketidakpatuhan.
b) Informasikan kepada klien sumber-sumber komunitas yang sesuai
dan orang yang dapat dihubungi.
c) Berikan instruksi tertulis tentang manfaat dan lokasi aktivitas
pelayanan kesehatan, jika perlu.
3) Aktivitas kolaboratif
a) Konsultasikan dengan dokter tentang kemungkinan perubahan
program pengobatan untuk mendukung kepatuhan pasien.
b) Koordinasikan rujukan kepada penyedia layanan kesehatan yang
relevan, jika perlu.
c) Identifikasi dan fasilitasi komunikasi di antara penyedia layanan
kesehatan dan pasien dan keluarga, jika perlu.
d) Koordinasikan dan jadwalkan waktu yang diperlukan oleh
masing-masing pelayanan untuk memberikan perawatan, jika
perlu.
e) Lakukan kontak tindak lanjut dengan pasien, jika perlu.
f) Bantu individu melengkapi formulir untuk mendapatkan
bantuan, seperti pemondokan dan bantuak keuangan, jika perlu.
4) Intervensi NIC
a) Dukungan Pemberi Asuhan
b) Edukasi Kesehatan
c) Panduan system kesehatan
d) Fasilitasi pembelajaran
e) Penetapan tujuan bersama
f) Kontrak pasien
g) Bantuan modifikasi diri
h) fasilitasi tanggung jawab diri
i) penyuluhan : proses penyakit )
j) penyuluhan : individual
6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat
keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Menurut
Mubarak dkk (2012, p.108), tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal
dibawah ini :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah yang sedang
dihadapi oleh keluarga.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jika tidak melakukan
tindakan, megidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan
alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
d. Membantu keluarga bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat
dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan
melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan
cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
dan membantu keluarga menggunakan fasilitas tersebut.
7. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi menurut Ali (2010, p. 81), adalah upaya untuk menentukan apakah
seluruh proses sudah berjalan dengan baik. Alasan mengapa perawat harus menilai
tindakan mereka, yaitu :
a. Untuk menghilangkan atau menghentikan tindakan tidak berguna.
b. Untuk menambah ketepatgunaan tindakan keperawatan.
c. Sebagai bukti tindakan keperawatan serta sebagai alasan mengapa
biaya keperawatan tinggi.
d. Untuk mengembangkan profesi perawat dan menyempurnakan praktik
keperawatan.
Metode yang sering dipakai untuk mengevaluasi keperawatan keluarga
adalah :
a. Observasi langsung.
b. Memeriksa laporan atau catatan.
c. Wawancara atau kuesioner.
d. Latihan simulasi.

Langkah-langkah dalam evaluasi adalah sebagai berikut :


a. Tetapkan data dasar (baseline) dari masalah kesehatan individu atau
masalah keluarga.
b. Rumuskan tujuan keperawatan khusus dalam bentuk hasil klien.
c. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi.
d. Tentukan metode/teknik evaluasi serta sumber data.
e. Bandingkan keadaan nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan
standar untuk evaluasi.
f. Carilah penyebab dari intervensi yang kurang memuaskan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC,

Doane, G. H., & Varcoe, C. (2005). Family Nursing as Relational Inquiry:


Developing Health Promoting Practice. Philadelphia: Lippincott : USA.

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC,

Ervin, N.E. (2002). Advanced community health nursing practice: population


focused care. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan keluarga: Teori dan praktik. Jakarta: EGC.

Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3 rd edition.
Oxford: Oxford University Press

Green, L.W & Kreuteur, M.W. (1991). Health promotion planning: An


educational and environmental approach. London: Mayfield Publishing
Company.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Kemenkes RI. (2012). Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta. McMurray, A.


(2003). Community health and wellness: a socioecological approach.
Toronto: Mosby.

Kholifah, S.N & Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga & Komunitas.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Setiawati, Santun dkk. (2005). Tuntunan Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.


Bandung:Rizqi press

Soeparman dkk,2007  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta


Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

Anda mungkin juga menyukai