Disusun oleh :
DZULHIDAYATI AS P1337420920007
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular semakin meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi
kejadian penyakit di masyarakat. Di Indonesia terjadi perubahan pola penyakit, yaitu dari
penyakit menular ke penyakit tidak menular, salah satunya adalah diabetes melitus (Dinas
Kesehatan Kota Semarang, 2018). Diabetes Melitus saat ini bukan hanya penyakit yang
identik dimiliki oleh kalangan orang kaya, namun sudah merambat sampai ke kalangan
menengah ke bawah. Banyak penderita tidak menyadari dirinya menderita Diabetes Melitus
(WHO, 2016)
Prevalensi Diabetes Melitus terus meningkat selama 3 dekade terakhir dan tumbuh paling
cepat di negara dengan penghasilan rendah dan menengah (WHO, 2016). Hasil Riskesdas
(2018) menunjukkan bahwa prevalensi penyakit tidak menular termasuk diabetes melitus
mengalami kenaikan dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2013. Prevalensi diabetes
melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5% berdasarkan pemeriksaan gula darah. Penderita lebih
tinggi pada wanita dengan persentase 12,7% untuk wanita dan 9,0% untuk laki-laki. Selain
itu pada daerah perkotaan terdapat 10,6% penderita diabetes dan pada pedesaaan terdapat
11,2%. Dilihat dari tingkat pendidikan, diabetes diderita oleh 17,2% orang yang tidak/belum
pernah sekolah dan 14,4% tidak tamat SD. Prevalensi di Jawa Tengah sendiri, diabetes
sebesar2,1% (Riskesdas, 2018).
Jumlah penderita dengan diabetes mengalami peningkatan yang terjadi dikarenakan
beberapa faktor diantaranya populasi pertumbuhan, peningkatan usia rata-rata populasi, dan
peningkatan prevalensi diabetes pada setiap usia. Dari data WHO, wanita kurang aktif
daripada laki-laki. Ketidakaktifan fisik sangat umum terjadi pada remaja, dengan 84% anak
perempuan dan 78% anak laki-laki tidak memenuhi persyaratan minimum untuk aktivitas
fisik untuk usia ini. Kelebihan berat badan atau obesitas telah meningkat di hampir semua
negara. Kegemukan dan obesitas adalah faktor risiko terkuat untuk Diabetes tipe 2 (WHO,
2016).
Diabetes merupakan penyebab penting kebutaan, gagal ginjal, amputasi tungkai bawah
dan konsekuensi jangka panjang lainnya yang berdampak signifikan pada kualitas hidup.
Ketika diabetes melitus tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan komplikasi yang
berkembang dan mengancam jiwa serta membahayakan kehidupan. Berjalannya waktu,
diabetes melitus dapat merusak pembuluh darah, jantung, ginjal, mata dan saraf, serta
meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan
berkurangnya aliran darah, kerusakan saraf, meningkatkan kemungkinan ulkus kaki, infeksi,
dan akhirnya harus amputasi (WHO, 2016).
Pada penatalaksanaannya Diabetes Melitus didukung 4 pilar yaitu edukasi, terapi nutrisi
medis, latihan jasmani dan terapi medis. Tujuan dari edukasi memiliki banyak faktor yang
berpengaruh, salah satunya yaitu pemilihan media pendidikan kesehatan yang sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai. Seseorang yang memberi penyuluhan dituntut untuk
menyediakan atau membuat media pendidikan kesehatan yang sesuai (Diah, Cahyo, dan
Martiningsih, 2014). Pengetahuan adalah hasil dari proses penginderaan manusia, atau hasil
pengetahuan seseorang pada objek melalui indera (telinga, mata, hidung dan sebagainya).
Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indera penglihatan (mata) dan
pendengaran (telinga) (Notoatmodjo, 2005). Kurang lebih 75%-87% pengetahuan diperoleh
melalui mata, sedangkan 13%-25% melalui indera lainnya (Notoatmodjo, 2012 ; Anggraini,
2018).
Saat ini kebanyakan orang rawan terkena penyakit DM dikarenakan pola hidup dan gaya
hidup yang tidak sehat, seperti mengkonsumsi junk food dan soft drink, kebiasaan merokok
dan kurang olahraga. Perilaku tidak sehat dari usia remaja dan tetap dilakukan sampai
dewasa akan memungkinkan dapat menderita DM.
Salah satu intervensi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri yang timbul akibat
adanya neuropati diabetik adalah senam kaki diabetik yang berfungsi untuk memperbaiki
sirkulasi perifer akibat adanya gangguan vaskularisasi dan gangguan metabolisme glukosa
pada penderita DM. Senam kaki diabetik merupakan jenis olahraga sederhana yang cocok
untuk penderita DM dan menunjukkan efektifitas jika dilakukan secara rutin. Senam kaki
dilakukan 3-4 kali seminggu untuk mendapatkan hasil yang efektif. Peran kita sebagai
perawat adalah membimbing klien untuk melakukan senam kaki agar klien dapat melakukan
senam kaki secara mandiri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi dan penatalaksanaan klien dengan masalah Diabetes Mellitus.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi penatalaksanaan Diabetes Mellitus sebelum dilakukan intervensi
asuhan keperawatan.
b. Mengidentifikasi penatalaksanaan Diabetes Mellitus sesudah dilakukan intervensi
asuhan keperawatan.
c. Mengevaluasi respon klien selama pemberian asuhan keperawatan keluarga dengan
Diabetes Mellitus.
d. Untuk mengetahui respon dan evaluasi pada klien dengan masalah Diabetes Mellitus
setelah pemberian intervensi dan penerapan EBNP (Evidance Based Nursing
Practice) berupa terapi senam kaki diabetik
C. Manfaat
a. Untuk penerima manfaat
Penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat menjadi tambahan informasi dan
peningkatan derajat kesehatan dan evidence based nursing senam kaki diabetik dapat
sebagai terapi nonfarmakologis klien Diabetes Melitus pada penerima manfaat sekaligus
dapat meningkatkan kenyamanan.
b. Untuk Penulis
Memberikan gambaran pentingnya penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus dan
pemberian senam kaki diabetik dapat sebagai salah satu terapi nonfarmakologis klien
Diabetes Melitus pada penerima manfaat.
c. Untuk Perawat
1. Hasil penerapan evidence based nursing ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
intervensi mandiri bagi perawat maupun tenaga kesehatan lain dalam melakukan
homecare penanganan pasien dengan Diabetes Melitus menggunakan terapi
pemberian senam kaki diabetik.
2. Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di lingkup
keluarga dan komunitas.
3. Sebagai salah satu bacaan ilmiah penerapan evidence based nursing pada
keperawatan profesi.
BAB II
LAPORAN KASUS
B. Data umum
Hub Status Imunisasi
Jenis Pendidika Polio DPT Hep Campak KET
Nama kel. Umur
kelamin n BCG
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
KK
Ny. V P Istri 37 th S1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Fz L anak 12 th SMP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Fh L anak 8 th SD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Fi P anak 5 th TK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
1. Genogram
Keterangan:
klien laki-laki
perempuan menikah
2. Tipe keluarga
Keluarga Tn. Ms adalah tipe keluarga inti dengan 3 orang anak, 2 laki-laki dan 1
perempuan.
Tn. Ms menderita penyakit DM kurang lebih 13 tahun. Selama ini mengkonsumsi obat
metformin tetapi tidak teratur karena bosan dan juga sering lupa karena sibuk bekerja.
Kalau merasa tidak enak badan dan cek gula hasilnya tinggi (>300 mg/dL) baru minum
obat, dan kadang-kadang minum obat herbal atas anjuran teman atau tetangga.
3. Suku bangsa
Tn. Ms dan istrinya Ny. V bersuku Jawa
4. Agama
Keluarga Tn. Ms beragama islam yang taat.
5. Status sosial ekonomi
Tn. Ms adalah pegawai swasta dengan penghasilan > 10 jt per bulan dan istrinya adalah
ibu rumah tanggal. Pengeluaran per bulan kurang lebih 7-8 jt.
6. Aktivitas rekreasi keluarga
Tn. Ms libur kerja setiap hari kamis dan minggu. Kalau libur, Tn. Ms biasanya mengajak
keluarganya untuk keluar makan atau pergi rekreasi di sekitar Jayapura dan hal itu
dilakukan hampir setiap minggu. Kalau misalnya tinggal di rumah, biasanya karaoke
bersama keluarga.
Da Kamar Tidur
pu
r
6M Kamar Ruang
Mandi
Dapur Tamu
6M
Keluarga Tn.Ms tinggal di rumah sewa yang berbagi dinding dengan tetangga
sebelahnya dengan jenis bangunan permanen dan berlantai keramik..Ventilasi rumah
≤ 20%.
b. Pembuangan air kotor
Air kotor dibuang lewat SPAL
c. Pembuangan sampah
Di rumah ada tempat sampah tertutup, dan sampah rumah tangga di ambil setiap hari
oleh petugas sampah.
d. Sanitasi
Kondisi rumah tampak kurang bersih, terlihat debu dilantai dan kursi tamu.
e. Sumber pencemaran
Tidak ada
f. Sumber air minum
Sumber air bersih Tn, Ms adalah PAM tapi untuk keperluan memasak dan minum
sehari-hari membeli air isi ulang yang direbus.
g. Jamban
Keluarga Tn Ms mempunyai jamban keluarga berbentuk leher angasa dan tampak
bersih.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Hubungan dengan tetangga sangat baik, kalau ada salah satu punya hajat, yang lainnya
akan membantu baik tenaga maupun material.
3. Mobilitas geografi keluarga
Dalam aktifitas sehari-hari untuk mengantar anak sekolah atau berbelanja biasanya
menggunakan motor, kadang juga mobil pribadi.
F. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Dalam berkomunikasi sehari-hari dengan istri menggauanakan bahasa jawa dan bahasa
Indonesia, tapi untuk berkomunikasi dengan anak-anak menggunakan bahasa Indonesia.
2. Struktur dan kekuatan keluarga
Tn. Ms berperan sebagai kepala rumah tangga dan bekerja sebagai karyawan swasta,
sedang istrinya seorang ibu rumah tangga. Kalau ada masalah apapun, Tn. Ms selalu
beruding dengan istrinya untuk mencari jalan keluar.
3. Struktur peran (formal dan informal)
Tn. Ms adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab mencari nafkah untuk memenuhi
semua kebutuhan rumah tangga dan istrinya adalah ibu rumah tangga yang bertugas
mengurus anak dan semua keperluan rumah tangga lainnya
G. Nilai atau Norma Keluarga
1. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Tn. Ms dalam mendidik anak-anaknya selalu berdasarkan aturan agama yang di
anutnya yaitu islam. Anaknya semua bersekolah di sekolah islam,
b. Fungsi sosial
Tn. Ms adalah tipe orang yang tegas, tapi tidak galak. Kalau ada anaknya yang
berbuat salah, selalu di tergur dan dinasehati untuk tidak mengulang kesalahannya.
2. Fungsi perawatan kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
Tn. Ms mengidap DM sudah kurang lebih 13 tahun, dan kalau ada anggota keluarga
yang sakit, akan cepat berobat ke dokter praktek mandiri dekat rumahnya.
b. Mengambil keputusan tentang tindakan yang tepat
Bila ada salah satu anggota keluarga yang, Tn. Ms akan berunding dengan istrinya
untuk mencari pengobatan yang tepat.
c. Merawat angota keluarga yang sakit
Kalau ada anggota keluarga yang sedang sakit, setiap Tn. Ms dan istri akan saling
membantu untuk merawat yang sakit.
d. Memelihara lingkungan rumah
Rumah Tn.Ms tampak kurang bersih dan tidak rapi, banyak tumpukan barang dan
mainan anak-anak di ruang tamu dan dapur.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Rumah Tn. Ms lebih dekat dengan praktek dokter mandiri dari pada puskesmas
maupun Rumah Sakit, sehingga kalau sakit akan di bawa ke dokter praktek.
3. Fungsi reproduksi
Istri Tn. Ms mengikuti kontrasepsi MOW saat melahirkan anak ke tiganya atas
persetujuan suaminya karena merasa sudah cukup dan juga karena sudah tiga kali Section
Caesar saat melahirkan anak-anaknya.
4. Fungsi ekonomi
Saat ini hanya Tn. Ms yang bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangganya. Dengan penghasilan yang ada, keluarga Tn. Ms masih bisa menabung.
130/80 110/70
TD Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji
mmHg mmHg
BB 65 kg 75 kg 70 kg 51 kg 23 kg
J. Harapan keluarga
Keluarga berharap, gula darah Tn. Ms dapat turun kalau bias menjadi normal kembali, dan
semua anggota keluarga dalam keadaan sehat.
II. Analisa data
No Data (Symtom) Etiologi (Etiology) Masalah (Problem)
1 DS : Kurang terpapar Manajemen
1) Tn Ms mengatakan terasa tebal informasi dan Kesehatan Tidak
dan kram-kram pada tangan dan kompleksitas program Efektif
telapak kaki. perawatan/pengobatan
2) Tn Ms mengatakan minum obat
tidak teratur dan minum obat
herbal juga atas anjuran teman
dan tetangganya.
3) Tn. Ms mengatakan badannya
terasa capai, sering kencing (10
kali/hari)
4) Istri Tn Ms mengatakan sering
mengingatkan tapi tidak
didengarkan oleh suaminya
DO :
1) GDS: 365 mg/dL
2) Tidak ada luka pada tangan dan
kaki
3) Tidak ada oedema pada tangan
dan kaki
TUK 3 Subyektif :
Edukasi kesehatan ( I.12383 ) Tn Ms dan istri mengatakan
1. Jelaskan faktor risiko sudah mengerti tentang faktor
yang dapat risiko, komplikasi dan
mempengaruhi kesehatan manfaat dari senam kaki
(hiperglikemi). diabetes.
2. Jelaskan tentang
komplikasi diabetes Obyektif :
melitus. 1. Tn Ms dan istri bisa
3. Jelaskan memfaat latihan menjelaskan kembali
senam kaki diabetes penyebab dan faktor
4. Ajarkan senam kaki risiko diabetes mellitus
diabetes. 2. Tn Ms dan istri bisa
menjelaskan kembali
manfaat senam kaki
diabetes.
3. Tn Ms dan istri bisa
mempraktekan senam
kaki diabetes.
TUK 4 Subyektif
Edukasi kesehatan ( I.12383 ) 1. Tn Ms dan istri
1. Jelaskan cara pemantauan mengatakan sudah
glukosa darah mandiri mengerti cara mengecek
dan pemahaman hasil gula darah secara mandiri.
glukosa darah. 2. Tn Ms dan istri
mengatakan sudah tahu
kadar gula darah yang
normal, tinggi ataupun
rendah.
Obektif
1. Tn Ms dan istri tampak
mempraktekan sendiri
cara mengecek gula
darah.
2. Tn Ms dan istri bisa
menilai kriteria kadar gula
darah yang di cek
TUK 5 Subyektif
Edukasi kesehatan ( I.12383 ) Tn Ms dan istri mengatakan
1. Informasikan sarana dan sudah mengerti harus pergi
fasilitas kesehatan yang kemana kalau Tn Ms ada
ada dilingkungan keluhan yang tidak bisa
keluarga diatasi di rumah.
2. Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan yang Obyektif
ada Semua anggota keluarga Tn
Ms mempunyai jaminan
kesehatan BPJS
2 Kode : D.0117 TUK 1 Subyektif Puji
Pemeliharaan Eduksi keselamatan rumah Tn Ms dan istri menyatakan
kesehatan tidak (I.12385) bersedia untuk di ajarkan
efektif 1. Identifikasi kesiapan dan cara menjaga rumah tetap
berhubungan kemampuan menerima aman bagi anggota
dengan informasi keluarganya
ketidakcukupan
sumber daya Obyektif
Tn Ms dan keluarga
menjawab semua pertanyaan
dengan baik dan apa adanya.
TUK 2 Subyektif
Eduksi keselamatan rumah Tn Ms dan keluarga
(I.12385) menyatakan ada waktu sore
1. Sediakan meteri dan hari untuk di ajarkan tentang
media pendidikan keselamatan rumah.
keselamatan rumah
2. Jadwalkan pendidikan Obyektif
kesehatan sesuai Tn Ms dan keluarga tampak
kesepakatan menanyakan arti keselamatan
3. Berikan kesempatan rumah.
bertanya
TUK 3 Subyektif :
Eduksi keselamatan rumah 1. Tn Ms dan istri
(I.12385) mengatakan sudah
1. Informasikan pentingnya mengerti tentang
penerangan yang cukup keselamatan rumah
didalam dan luar rumah. 2. Tn Ms dan istri
2. Anjurkan memastikan mengatakan mulai besok
barang pada area akan mengajak seluruh
terjangkau anggota keluarga untuk
3. Anjurkan memastikan merapikan rumahnya.
kabel-kabel terpasang
dengan baik di dinding Obyektif :
1. Tn Ms dan istri tampak
mengangguk-angguk
tanda mengerti.
2. Tn Ms dan istri tampak
bersemangat untu segera
merapikan rumahnya.
TUK 4 Subyektif
Eduksi keselamatan rumah Tn Ms dan istri mengatakan
(I.12385) akan membersihkan lantai
1. Anjurkan untuk setiap hari dan mengatur
memastikan lantai bersih ulang barang-barang yang
dan rapi bebas dari berserakan
barang-barang berserakan
2. Ajarkan cara meletakan Obeyektif
barang di rumah agar -
memudahkan dalam
bergerak.
TUK 5 Subyektif
Eduksi keselamatan rumah Tn Ms dan istri mengatakan
(I.12385) sudah mengerti harus pergi
1. Berikan nomor kontak kemana kalau Tn Ms ada
instansi/ fasilitas layanan keluhan yang tidak bisa
emergensi (nomor Unit diatasi di rumah.
Pelayanan Cepat/IGD,
polisi dan pemadam Obyektif
kebakaran) Tn Ms dan istri tampak
2. Anjurkan menggunakan senang mendapatkan
fasilitas kesehatan informasi tentang nomor
terdekat dengan rumah. instansi/ fasilitas layanan
emergensi (nomor Unit
Pelayanan Cepat/IGD, polisi
dan pemadam kebakaran)
VII. Evaluasi
No Diagnose kepewatan Evaluasi Paraf
1 Kode : D.0116 Subyektif : Puji
Manajemen kesehatan Tn Ms dan Ny V mengatakan sudah mengerti
tidak efektif tentang penyakit diabetes melitus dan cara senam
berhubungan dengan kaki diabetes.
kurang terpapar Obyektif :
informasi dan 1. Tn Ms dan Ny V bisa menjelaskan kembali
kompleksitas program penyebab dan faktor risiko diabetes mellitus
perawatan/pengobatan 2. Tn Ms dan Ny V bisa mempraktekan senam
kaki diabetes.
Asesmen :
1. Keluarga Tn Ms mampu mengenali masalah
kesehatan pada Tn Ms
2. Keluarga Tn Ms mampu mengambil keputusan
dengan tepat terhadap masalah kesehatan Tn Ms
3. Keluarga Tn Ms mampu merawat Tn Ms
dengan keluhan neuropati perifer
4. Keluarga Tn Ms mampu memodifikasi
lingkungan untuk menjamin Tn Ms tetap sehat
5. Keluarga Tn Ms mampu memanfaatkan fasilitas
layanan kesehatan terdekat dengan rumah.
Planning :
Motivasi Tn Ms dan keluarga untuk tetap patuh
dalam penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu mengatur
pola makan (diet), olah raga secara teratur, minum obat
secara teratur, perawatan kaki/senam kaki, rutin
melakukan pemeriksaan kadar gula darah mandiri di
rumah, datang ke layanan kesehatan terdekat bila
keluhan bertambah berat.
2 Kode : D.0117 Subyektif : Puji
Pemeliharaan kesehatan Tn Ms dan Ny V mengerti tentang keselamatan
tidak efektif rumah
berhubungan dengan Obyektif :
ketidakcukupan sumber 1. Lantai rumah tampak bersih, tidak terlihat debu
daya di meja maupun kursi
2. Barang-barang tersusun rapi di ruang kosong
belakang rumah
3. Tidak tampak mainan anak-anak yang
terhambur.
Asesmen :
1. Keluarga mampu mengenali masalah kesehatan
pada Tn Ms
2. Keluarga mampu mengambil keputusan yang
tepat terhadap masalah kesehatan Tn Ms
3. Keluarga mampu merawat Tn Ms yang
mempunyai masalah kesehatan diabetes mellitus
4. Keluarga mampu memodifikasi lingkurngan
untuk menjamin Tn Ms tetap kesehatan
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
layanan kesehatan terdekat dengan rumah
Planning :
Motivasi Tn Ms dan keluarga untuk tetap menjaga
kebersihan dan kerapian rumahnya agar tidak
membahayakan seluruh anggota keluarga.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini Mahasiswa akan membahas kesenjangan antara konsep dan aplikasi
Asuhan Keperawatan Keluarga tahap perkembangan pada keluarga Tn. Ms
meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada keluarga Tn. Ms dilakukan pada tanggal 21
Oktober 2020 yang meliputi identifikasi data umum, tahap perkembangan
keluarga, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping
keluarga, pemeriksaan fisik dan harapan keluarga. Hal tersebut sesuai dengan
teori pengkajian pada kegiatan asuhan keperawatan yang paling penting
diperhatikan bagi para pihak yang terlibat seperti perawat, yakni pengkajian
keperawatan.
Pengkajian menurut Gartinah, dkk (2014:32) adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Pengkajian lanjut
Gartinah merupakan langka pertama untuk mengumpulkan semua informasi
yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien, Gartinah, dkk
(2014:33).
Data lain yang dilakukan pada keluarga Tn. Ms didapatkan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan tidak hanya dilakukan pada Tn. Ms tetapi dilakukan pemeriksaan
juga pada Ny. V, Anak I, II dan III.
2. Diagnose keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif
yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis
keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks
tentang data yang dikumpulkan dari Klien, Keluarga, Rekam Medik dan
Pemberi pelayanan keperawatan yang lain (Ambarwati dan Wulandari,
2014:48)
Diagnosis keperawatan yang muncul pada penderita Diabetes Mellitus menurut
(SDKI, Edisi 1. 2016) terjadi sesuai dengan masakah antara lain :
a. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga Tn. Ms
berhubungan dengan kurang terpapar informasi dan kompleksitas program
perawatan atau pengobatan
b. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakcukupan
sumber daya
3. Intervensi atau Perencanaan
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Ambarwati dan
Wulandari, 2010:86).
Beri penjelasan dan penyuluhan edukasi kesehatan pada keluarga Tn. Ms
mengenai identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,
identifikasi faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
hidup sehat, faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan (hiperglikemi),
komplikasi dibetes mellitus, manfaat latihan senam kaki diabetes dan ajarkan
senam kaki diabetes, informasikan sarana dan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungan keluarga serta anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan terkait masalah DM, motivasi
keluarga untuk melakukan perawatan pada anggota keluarga yang menderita
DM dengan cara senam kaki diabetic, olahraga secara teratur, minum obat
secara teratur, motivasi keluarga untuk melakukan senam kaki diabetik.
Keluarga mampu melakukan senam kaki diabetik karena bisa melancarkan
aliran darah, melemaskan otot secara mandiri. Sebagian besar rencana
keperawatan dilakukan sesuai dengan teori yang ada, namun ada beberapa
yang tidak direncanakan sesuai dengan teori. Rencana keperawatan yang tidak
direncanakan perawat berdasarkan teori yang ada untuk mengatasi masalah
resiko terjadinya injuri dari aspek psikomotorik yaitu mendemonstrasikan
senam kaki diabetic untuk penderita diabetes mellitus.
4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan tahap proses
keperawatan dimana perawat memberikan intervensi keperawatan langsung
dan tidak langsung terhadap klien (Potter & Perry, 2016).
Memberikan pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus yang meliputi
penyuluhan edukasi kesehatan pada keluarga Tn. Ms mengenai identifikasi
kesiapan dan kemampuan menerima informasi, identifikasi faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup sehat, faktor resiko
yang dapat mempengaruhi kesehatan (hiperglikemi), komplikasi dibetes
mellitus, manfaat latihan senam kaki diabetes dan ajarkan senam kaki diabetes,
informasikan sarana dan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
serta anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat
untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan
kondisi klien (Potter & Perry, 2016).
Evaluasi untuk diagnose secara verbal keluarga mampu menyebutkan
penyuluhan edukasi kesehatan pada keluarga Tn. Ms mengenai identifikasi
kesiapan dan kemampuan menerima informasi, identifikasi faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup sehat, faktor resiko
yang dapat mempengaruhi kesehatan (hiperglikemi), komplikasi dibetes
mellitus, manfaat latihan senam kaki diabetes dan ajarkan senam kaki diabetes,
informasikan sarana dan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
serta anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Respon afektif
mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah resiko injuri,
keluarga mampu melaksanakan 3 seimbang (senam kaki diabetic, olahraga
secara teratur, minum obat secara teratur) cara perawatan pada penderita DM.
Respon psikomotorik keluarga mampu melaksanakan senam kaki diabetic
secara mandiri.
BAB IV
PENUTUP