Remaja
Remaja
Beberapa Permasalahan Remaja
Oleh Lilly H. Setiono
Team e-psikologi
Anak & Balita
Jakarta, 13 Agustus 2002
Remaja
Bagi sebagian besar orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah melewati
usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka.
Dewasa Kenangan terhadap saat remaja merupakan kenangan yang tidak mudah dilupakan,
sebaik atau seburuk apapun saat itu. Sementara banyak orangtua yang memiliki
anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak
Lanjut Usia
konflik yang dihadapi oleh orangtua dan remaja itu sendiri. Banyak orangtua yang
tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab
Keluarga di mata orangtua para anak remaja mereka masih belum siap menghadapi
tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal
Pengembangan Karir membawa mereka pada keinginan untuk mencari jatidiri yang mandiri dari pengaruh
orangtua. Keduanya memiliki kesamaan yang jelas: remaja adalah waktu yang kritis
Sosial & Budaya sebelum menghadapi hidup sebagai orang dewasa.
Sebetulnya, apa yang terjadi sehingga remaja merupakan memiliki dunia tersendiri.
Mengapa para remaja seringkali merasa tidak dimengerti dan tidak diterima oleh
Wirausaha
lingkungan sekitarnya?. Mengapa remaja seolah-olah memiliki masalah unik dan
tidak mudah dipahami?
Masalah Psikologis Dalam
Organisasi
Masa Remaja
Manajemen SDM Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya
usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu
Ruang Konseling dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan
atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi
pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia
Komunitas
11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang)
mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja
Komentar Anda dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia
nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda
Tentang Kami dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir
tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali
mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak
Hubungi Kami
tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun
seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan
sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti,
konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada
berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memhami remaja,
maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut.
Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara
biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang
anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis
hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan
pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing
Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang
pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak
lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating
Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara
cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak.
Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem
reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara
mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara,
otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone.
Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan
membawa mereka pada dunia remaja.
Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini,
idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan
masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan
banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka
mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima
informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan
menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan
operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat
banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai
tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada
tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang
digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai
dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak
banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya
perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga
diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja
sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas
perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja
sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus
sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis
masalah dan mencari solusi terbaik.
Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai
berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi
pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para
remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah
populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan,
perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang
kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa
bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan
mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih
banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang
selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai
melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan
dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan
beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali
membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu
saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja
berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan
ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada
di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola
pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari
sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini
diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan
sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa
remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi
itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi
tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja.
Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar,
jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak
lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak
masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu
memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak
mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif
jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua
yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja
itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu
memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja
tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua
dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru”
memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan
oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam. (Baca juga
artikel: Perkembangan Moral)
Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana
hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi
Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata
memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke
“sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal
yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali
dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari
di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut
belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan
yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan
terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat
mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau
mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat
memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja
cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan
mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan
bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan
tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya
dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”. Pada usia 16 tahun ke
atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering
dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa
orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang
dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu
diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah,
remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian
dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali
mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan
impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa
memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi
kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh
menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu
bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat
dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati-diri positif pada remaja. Kelak, ia akan
tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain
dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja
sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”;
berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan
membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan
masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi
remaja. (Baca juga artikel: Remaja & Tokoh Idola)
Salah satu topik yang paling sering dipertanyakan oleh individu pada masa remaja
adalah masalah "Siapakah Saya?" Pertanyaan itu sah dan normal adanya karena pada
masa ini kesadaran diri (self-awareness) mereka sudah mulai berkembang dan
mengalami banyak sekali perubahan. Remaja mulai merasakan bahwa “ia bisa
berbeda” dengan orangtuanya dan memang ada remaja yang ingin mencoba
berbeda. Inipun hal yang normal karena remaja dihadapkan pada banyak pilihan.
Karenanya, tidaklah mengherankan bila remaja selalu berubah dan ingin selalu
mencoba – baik dalam peran sosial maupun dalam perbuatan. Contoh: anak
seorang insinyur bisa saja ingin menjadi seorang dokter karena tidak mau
melanjutkan atau mengikuti jejak ayahnya. Ia akan mencari idola seorang dokter
yang sukses dan berusaha menyerupainya dalam tingkahlaku. Bila ia merasakan
peran itu tidak sesuai, remaja akan dengan cepat mengganti peran lain yang
dirasakannya “akan lebih sesuai”. Begitu seterusnya sampai ia menemukan peran
yang ia rasakan “sangat pas” dengan dirinya. Proses “mencoba peran” ini
merupakan proses pembentukan jati-diri yang sehat dan juga sangat normal.
Tujuannya sangat sederhana; ia ingin menemukan jati-diri atau identitasnya sendiri.
Ia tidak mau hanya menurut begitu saja keingingan orangtuanya tanpa pemikiran
yang lebih jauh.
Banyak orangtua khawatir jika “percobaan peran” ini menjadi berbahaya.
Kekhawatiran itu memang memiliki dasar yang kuat. Dalam proses “percobaan
peran” biasanya orangtua tidak dilibatkan, kebanyakan karena remaja takut jika
orangtua mereka tidak menyetujui, tidak menyenangi, atau malah menjadi sangat
kuatir. Sebaliknya, orangtua menjadi kehilangan pegangan karena mereka tiba-tiba
tidak lagi memiliki kontrol terhadap anak remaja mereka. Pada saat inilah,
kehilangan komunikasi antara remaja dan orangtuanya mulai terlihat. Orangtua dan
remaja mulai berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda sehingga salah paham
sangat mungkin terjadi.
Salah satu upaya lain para remaja untuk mengetahui diri mereka sendiri adalah
melalui test-test psikologis, atau yang di kenal sebagai tes minat dan bakat. Test
ini menyangkut tes kepribadian, tes intelegensi, dan tes minat. Psikolog umumnya
dilatih untuk menggunakan alat tes itu. Alat tes yang saat ini umum diberikan oleh
psikolog di Indonesia adalah WISC, TAT, MMPI, Stanford-Binet, MBTI, dan lain-lain.
Alat-alat tes juga beredar luas dan dapat ditemukan di toko buku atau melalui
internet; misalnya tes kepribadian.
Walau terlihat sederhana, dampak dari hasil test tersebut akan sangat luas. Alat
test psikologi dapat diibaratkan sebuah pisau lipat yang terlihat sekilas tidak
berbahaya; namun di tangan orang yang “bukan ahlinya” atau yang kurang
bertanggung-jawab, alat ini akan menjadi sangat berbahaya. Alat test jika
diinterpretasikan secara salah atau tidak secara menyeluruh oleh orang yang tidak
berpengalaman atau tidak memiliki dasar ilmu yang cukup untuk mengartikan
secara obyektif akan membuat kebingungan dan malah membawa efek negatif.
Akibatnya, para remaja akan merasa lebih bingung dan lebih tidak merasa yakin
akan hasil tes tersebut. Oleh karena itu sangatlah dianjurkan untuk mencari
psikolog yang memang sudah terbiasa memberikan test psikologi dan memiliki Surat
Rekomendasi Ijin Praktek (SRIP), sehingga dapat menjamin obyektivitas test
tersebut.
Satu hal yang perlu diingat adalah hasil test psikologi untuk remaja sebaiknya tidak
ditelah mentah-mentah atau dijadikan patokan yang baku mengingta bahwa masa
remaja meruipakan masa yang snagat erat dengan perubahan. Alat test ini tidak
semestinya dijadikan buku primbon atau acuan kaku dalam penentuan langkah
untuk masa depan, misalnya dalam mencari sekolah atau mencari karir yang cocok.
Seringkali, seiring dengan perkembangan remaja dan perubahan lingkungan
sekitarnya, konklusi yang diterima dari hasil test bisa berubah dan menjadi tidak
relevan lagi. Hal ini wajar mengingat bahwa minat seorang remaja sangat labil dan
mudah berubah.
Sehubungan dengan explorasi diri melalui internet atau media massa yang lain,
remaja hendaknya berhati-hati dalam menginterpretasikan hasil-hasil yang di dapat
dari test-test psikologi online melalui internet. Harap diingat bahwa banyak
diantara test tersebut masih sebatas ujicoba dan belum dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Selain itu dibutuhkan kejujuran untuk
mampu menerima diri apa adanya sehingga remaja tidak mengembangkan identitas
"virtual" yang berbeda dengan diri yang asli. (baca juga artikel: Explorasi Diri
Melalui Internet)
Selain beberapa dimensi yang telah disebutkan diatas, masih ada dimensi-dimensi
yang lain dalam kehidupan remaja yang belum sempat dibahas dalam artikel ini.
Salah satu dari dimensi tersebut diantaranya adalah dimensi sosial.
http://www.e-psikologi.com/remaja/130802.htm
Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk
masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia
12 pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya kebudayaan lain, namun secara
umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka.
Perkembangan fisik
Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan mulainya pubertas.
Aktivitas kelenjar pituitari pada saat ini berakibat dalam sekresi hormon yang meningkat, dengan efek
fisiologis yang tersebar luas. Hormon pertumbuhan memproduksi dorongan pertumbuhan yang cepat,
yang membawa tubuh mendekati tinggi dan berat dewasanya dalam sekitar dua tahun. Dorongan
pertumbuhan terjadi lebih awal pada pria daripada wanita, juga menandakan bahwa wanita lebih dahulu
matang secara seksual daripada pria. Pencapaian kematangan seksual pada gadis remaja ditandai oleh
kehadiran menstruasi dan pada pria ditandai oleh produksi semen. Hormon-hormon utama yang
mengatur perubahan ini adalah androgen pada pria dan estrogen pada wanita, zat-zat yang juga
dihubungkan dengan penampilan ciri-ciri seksual sekunder: rambut wajah, tubuh, dan kelamin dan suara
yang mendalam pada pria; rambut tubuh dan kelamin, pembesaran payudara, dan pinggul lebih lebar
pada wanita. Perubahan fisik dapat berhubungan dengan penyesuaian psikologis; beberapa studi
menganjurkan bahwa individu yang menjadi dewasa di usia dini lebih baik dalam menyesuaikan diri
daripada rekan-rekan mereka yang menjadi dewasa lebih lambat.
Perkembangan intelektual
Tidak ada perubahan dramatis dalam fungsi intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk
mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Psikolog Perancis Jean Piaget
menentukan bahwa masa remaja adalah awal tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat
dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan/deduksi. Piaget beranggapan bahwa
tahap ini terjadi di antara semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman terkait mereka.
Namun bukti riset tidak mendukung hipotesis ini; bukti itu menunjukkan bahwa kemampuan remaja untuk
menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul.
Perkembangan seksual
Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-jawab atas munculnya dorongan seks.
Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan
pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Namun sejak tahun 1960-an, aktivitas seksual telah
meningkat di antara remaja; studi akhir menunjukkan bahwa hampir 50 persen remaja di bawah usia 15
dan 75 persen di bawah usia 19 melaporkan telah melakukan hubungan seks. Terlepas dari keterlibatan
mereka dalam aktivitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik pada, atau tahu tentang, metode Keluarga
Berencana atau gejala-gejala Penyakit Menular Seksual (PMS). Akibatnya, angka kelahiran tidak sah dan
timbulnya penyakit kelamin kian meningkat.
Perkembangan emosional
Psikolog Amerika G. Stanley Hall mengatakan bahwa masa remaja adalah masa stres emosional, yang
timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Psikolog Amerika
kelahiran Jerman Erik Erikson memandang perkembangan sebagai proses psikososial yang terjadi
seumur hidup.
Tugas psikososial remaja adalah untuk tumbuh dari orang yang tergantung menjadi orang yang tidak
tergantung, yang identitasnya memungkinkan orang tersebut berhubungan dengan lainnya dalam gaya
dewasa. Kehadiran problem emosional bervariasi antara setiap remaja.
http://situs.kesrepro.info/krr/materi/remaja.htm
Menstruasi
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina
yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan
seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat
membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada
berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh.
Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 - 50 tahun, sekali lagi
tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk
bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita.
Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang
daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari
bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita
tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya
untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang
dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur,
lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin
yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur
untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai
bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan
intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta
akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau
mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil,
menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan
tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi
dengan pemeriksaan darah sederhana.
Kecuali jika seorang gadis telah dipersiapkan akan kedatangan menstruasi, hal ini bisa menjadi saat yang
mengecewakan baginya. Anak-anak perempuan yang tidak mengenal tubuh mereka dan proses
reproduksi dapat mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan hukuman
akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi
sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat menstruasi
pertama mereka. Bahkan saat menstruasi akhirnya dikenali sebagai proses yang normal, perasaan kotor
dapat tinggal sampai masa dewasa. Namun, dalam tahun-tahun belakangan ini pendidikan anatomi dan
fisiologi yang lebih baik telah menjadikan penerimaan akan menstruasi. Malahan banyak wanita yang
melihat menstruasi dengan bangga sebagai proses yang hanya terjadi pada wanita. Beberapa keluarga
bahkan memiliki perayaan khusus untuk menghormati kedewasaan seorang wanita muda.
Meskipun begitu, banyak wanita mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum
periode menstruasi mereka datang. Kira-kira setengah dari seluruh wanita menderita akibat dismenore,
atau menstruasi yang menyakitkan. Hal ini khususnya sering terjadi awal-awal masa dewasa. Gejala-
gejala dari gangguan menstruasi dapat berupa payudara yang melunak, puting susu yang nyeri, bengkak,
dan mudah tersinggung. Beberapa wanita mengalami gangguan yang cukup berat seperti keram yang
disebabkan oleh kontraksi otot-otot halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian tengah perut, gelisah,
letih, hidung tersumbat, dan ingin menangis. Dalam bentuk yang paling berat, sering melibatkan depresi
dan kemarahan, kondisi ini dikenal sebagai gejala datang bulan atau PMS, dan mungkin membutuhkan
penanganan medis.
Dalam beberapa kasus pengadilan di Inggris dan Perancis, para pengacara telah menggunakan
keberadaan PMS untuk berargumentasi mengenai turunnya kemampuan saat melakukan perbuatan
kriminal. Di masa lalu, PMS dianggap sebagai kondisi psikosomatik, dan berlanjut menjadi subyek
tertawaan, sekarang PMS dikenal memiliki sebab organik. Beberapa pengobatan telah diciptakan untuk
mengatasi gejala-gejala PMS.
Beberapa wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore, atau kegagalan
bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam
faktor termasuk stres, hilang berat badan, olahraga berat secara teratur, atau penyakit. Sebaliknya,
beberapa wanita mengalami aliran menstruasi yang berlebihan, kondisi yang dikenal sebagai menoragi.
Tidak hanya aliran darah menjadi banyak, namun dapat berlangsung lebih lama dari periode normal.
Sikap terhadap menstruasi dapat berbeda pada setiap masyarakat. Banyak masyarakat yang
memandang wanita sebagai terkontaminasi atau tercemar saat menstruasi dan tidak mengikutsertakan
mereka dalam kegiatan-kegiatan masyarakat karena takut akan ikut tercemar. Menstruasi adalah satu
dari banyak pembenaran yang telah diberikan untuk menghalangi wanita memasuki peran-peran
keagamaan pada beberapa agama. Ritual pembersihan di akhir menstruasi dianjurkan pada beberapa
masyarakat. Namun, masyarakat lain menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dan tidak
menghukum atau menghalangi wanita saat mereka mengalaminya.
Syamsul Arifin
Perkembangan masa remaja
Masalah remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun) sampai usia sekitar
delapan belas-masa tranisisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa
sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Ada sejumlah alasan untuk ini:
1. Remaja mulai menyampaikan kebebasanya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri.
Tidak terhindarkan, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan ia dari
keluarganya.
2. Ia lebih mudah dipengaruhi teman-temannya dari pada ketika masih lebih muda. Ini berarti
pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang
berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang
umum adalah mode pakaian, potongan rambut atau musik, yang semuanya harus mutakhir.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya.
Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber
perasaan salah dan frustasi.
4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya
meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua.
Ada sejumlah kesulitan yang sering dialami kaum remaja yang betapapun menjemukan bagi mereka dan
orang tua mereka, merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini.
Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain :
1. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri
tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya-periang berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar
ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Itu hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus
dalam kesulitan, kesulitan di sekolah atau kesulitan dengan teman-temannya.
2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan
bangkitnya birahi adalah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks sendiri juga
merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi
jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual.
3. Membolos
4. Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan agresif. Sebabnya mungkin
bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar
adalah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila terlalu keras
atau terlalu lunak-dan sering tidak ada sama sekali
5. Penyalahgunaan obat bius
6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofrenia.
Apa yang harus anda lakukan bila anda merasa cemas terhadap anak remaja anda
Langkah pertama adalah bertanya kepada diri sendiri apakah perilaku yang mencemaskan itu adalah
perilaku yang normal pada anak remaja. Misalnya adalah pemurung, suka melawan, lebih senang sendiri
atau bersama teman-temannya dari pada bersama anda. Anak remaja anda ingin menunjukan bahwa ia
berbeda dengan anda. Hal ini dilakukan dengan berpakaian menurut mode mutakhir, begitu pula dengan
kesenanganya pada potongan rambut dan musik. Semua itu sangat normal, asal perilaku tersebut tidak
membahayakan, anda tidak perlu prihatin.
Tindakan selanjutnya adalah menetapkan batas dan mempertahankannya. Menetapkan batas itu sangatlah
penting, tetapi batas-batas itu haruslah cukup lebar untuk memungkinkan eksplorasi yang sehat.
Bila perilaku anak anda membahayakan atau melampaui batas-batas yang anda harapkan, langkah
berikutnya adalah memahami apa yang tidak beres.
Depresi dan perilaku yang membahayakan diri selalu merupakan respon terhadap stres yang tidak
dapat diatasinya.
Anak remaja yang berperilaku atau suka membolos seringkali akibat meniru dan mengikuti teman-
temannya, dan merupakan respon dari sikap orang tua yang terlalu ketat atau terlalu longgar.
Minum-minuman alkohol dan menghisap ganja biasanya merupakan respon terhadap stres dan
akibat meniru teman. Masalah seksual paling sering mencerminkan adanya kesulitan diri didalam
proses pendewasaan.
Secara umum masalah yang terjadi pada remaja dapat diatasi dengan baik jika orang tuanya termasuk orang
tua yang "cukup baik". Donald winnicott, seorang psikoanalisis dari Inggris memperkenalkan istilah "good
enough mothering" ia menggunakan istilah ini untuk mengacu pada kemampuan seorang ibu untuk
mengenali dan memberi respon terhadap kebutuhan anaknya, tanpa harus menjadi ibu yang sempurna.
Sekarang laki-laki pun telah "diikutsertakan", sehingga cukup beralasan untuk membicarakan tentang
"menjadi orang tua yang cukup baik"
Tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik, secara garis besar adalah:
1. memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok; sandang, pangan dan kesehatan
2. memberikan ikatan dan hubungan emosional, hubungan yang erat ini merupakan bagian penting
dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak.
3. Memberikan sutu landasan yang kokoh, ini berarti memberikan suasana rumah dan kehidupan
keluarga yang stabil.
4. Membimbing dan mengendalikan perilaku.
5. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini diperlukan untuk membantu anak
anda matang dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri. Sebagian besar orang tua
tanpa sadar telah memberikan pengalaman-pengalaman itu secara alami.
6. Mengajarkan cara berkomunikasi, orang tua yang baik mengajarkan anak untuk mampu
menuangkan pikiran kedalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan, mengutarakan
gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara tentang hal-hal yang terkadang sulit untuk dibicarakan
seperti ketakutan dan amarah.
7. Membantu anak anda menjadi bagian dari keluarga.
8. Memberi teladan.
Daftar pustaka
Lask, Bryan. Memahami dan mengatasi masalah anak. 1985. Gramedia. Jakarta
http://www.ipin4u.esmartstudent.com/psiko.htm
Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Menstruasi Pertama (Menarche) Pada Siswi SMP
Harapan Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2006
Keyword : remaja,mentruasi
Url : http://www.helvetia.ac.id/library
NIM : 0304072
Judul : Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Menstruasi Pertama (Menarche) Pada Siswi
SMP Harapan Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2006
ABSTRAK
Menjadi remaja berarti mengalami proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan
menimbulkan kecemasan,lonjakan pertumbuhan badani dan organ reproduksi adalah masalah
besar yang mereka hadapi terutama wanita.menarche adalah peristiwa paling penting pada
remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah di mulai. Datangnya menarche justru
membuat sebagian remaja takut dan gelisah dan menganggap bahwa darah haid adalah suatu
penyakit.
Cepat lambatnya menarche tergantung pada faktor gizi , genetik dan psikologis dari remaja
tersebut. Usia menarche terjadi antara umur 10-16 tahun dengan siklus yang terjadi secara
periodik antara 21-60 hari. Berdasarkan latar belakang diatas dilakukan penelitian yang bersifat
deskriptif untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang menarche pada siswi SMP
Harapan, Desa Paya Bakung tahun 2006 dengan data yang diperoleh melalui kuesioner dengan
jumlah sampel sebanyak 52 responden, penelitian ini dilakukan pada tanggal 05-19 juni 2006.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan responden yang
disebabkan karena responden dari segi fisik dan psikologis belum matang, informasi yang
kurang dari orang tua, dan sulitnya mencari informasi karena letak desa yang masih jauh dari
perkotaan. Sehingga di sarankan kepada remaja untuk
meningkatkan minat baca yang berhubungan dengan menarche dan meningkatkan pengetahuan
remaja tentang masalah kesehatan.
Deskripsi Alternatif :
NIM : 0304072
Judul : Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Menstruasi Pertama (Menarche) Pada Siswi
SMP Harapan Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2006
ABSTRAK
Menjadi remaja berarti mengalami proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan
menimbulkan kecemasan,lonjakan pertumbuhan badani dan organ reproduksi adalah masalah
besar yang mereka hadapi terutama wanita.menarche adalah peristiwa paling penting pada
remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah di mulai. Datangnya menarche justru
membuat sebagian remaja takut dan gelisah dan menganggap bahwa darah haid adalah suatu
penyakit.
Cepat lambatnya menarche tergantung pada faktor gizi , genetik dan psikologis dari remaja
tersebut. Usia menarche terjadi antara umur 10-16 tahun dengan siklus yang terjadi secara
periodik antara 21-60 hari. Berdasarkan latar belakang diatas dilakukan penelitian yang
bersifat deskriptif untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang menarche pada
siswi SMP Harapan, Desa Paya Bakung tahun 2006 dengan data yang diperoleh melalui
kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 52 responden, penelitian ini dilakukan pada tanggal
05-19 juni 2006.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan responden yang
disebabkan karena responden dari segi fisik dan psikologis belum matang, informasi yang
kurang dari orang tua, dan sulitnya mencari informasi karena letak desa yang masih jauh dari
perkotaan. Sehingga di sarankan kepada remaja untuk
meningkatkan minat baca yang berhubungan dengan menarche dan meningkatkan pengetahuan
remaja tentang masalah kesehatan.
Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and
Stress).Karena mereka mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau
terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi
kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.
b. Menurut (Yulia S. D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, 1991) istilah asing yang sering digunakan untuk
menunjukkan masa remaja antara lain :
1) Puberty (bahasa inggris) berasal dari istilah latin pubertas yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang
dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki-lakian. Pubescence dari kata pubis (pubic hair) yang berarti rambut
(bulu) pada daerah kemaluan (genetal) maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan
tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan.
2) Adolescentia berasal dari istilah latin adolescentia yang berarti masa muda yang terjadi antara 17 - 30
tahun yang merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang
ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Proses perkembangan psikis remaja
dimulai antara 12 - 22 tahun.
MENCARI UANG SECARA CEPAT + HALAL RaHasiA CepaT Kaya Dari InterneT
Ayo Bergabunglah!!! Jika Anda Tertarik untuk Tips-Tips Mudah dan sederhana, Dapatkan income jut
KumpulBlogger.com
c. Menurut Santrock (1998) mendefinisikan pubertas sebagai masa pertumbuhan tulang-tulang dan
kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja.
d. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 1998) usia remaja antara 12 sampai usia 23 tahun.
e. Menurut Erikson masa remaja adalah masa yang akan melalui krisis dimana remaja berusaha untuk
mencari identitas diri (Search for self - Identity) (Dariyo, 2004)
2. Pubertas
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi
seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun
dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada cewek pubertas ditandai dengan menstruasi pertama
(menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah. Kini, dikenal adanya pubertas dini
pada remaja. Penyebab pubertas dini ialah bahwa bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang
mirip dengan hormon estrogen. Hormon ini diketahui sangat berperan dalam mengatur perkembangan seks
wanita.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja
putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat
besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon
(gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-
Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon
tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak
lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang
pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah
sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem
reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll.
Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan
dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal
pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif)
merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal
operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan
masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka
berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi
menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan
sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan
kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar
mereka.
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah
dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984)
menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar
biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama.
Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah,
pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah
dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam
kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena
mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka
mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan
diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka
sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran.
Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan
tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya
jika ia terlihat unik dan “hebat”. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang
dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar
bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun
dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi
tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk
menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak
memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka
tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang
diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang
dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan
rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati-diri positif pada
remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain
dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana
menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari
untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para “idola”nya untuk
menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja.
Kaum remaja Indonesia saat ini mengalami lingkungan sosial yang sangat berbeda daripada orangtuanya.
Dewasa ini, kaum remaja lebih bebas mengekspresikan dirinya, dan telah mengembangkan kebudayaan
dan bahasa khusus antara grupnya.
Menurut Utomo, kaum remaja kelas menengah di Jakarta yang diteliti pada tahun 1999 terlihat lebih
dibaratkan dalam sikap-sikapnya terhadap busana, musik, film-film, makanan maupun seksualitas.
Keadaan kaum remaja di DI Yogyakarta dapat dikatakan mirip dengan keadaan digambarkan Dra. Utomo.
Walaupun begitu norma-norma agama masih merupakan soal penting antara kebanyakan remaja diteliti di
studi lapangan ini. Soal gengsi dan tekanan teman sebaya dianggap cukup penting antara kaum remaja,
sampai orangtua dan guru sekolah khawatir tentang ‘ikut-iktuan’ perilaku tidak sehat. Sikap-sikap kaum
remaja atas seksualitas dan soal seks ternyata lebih liberal daripada orangtuanya, dengan jauh lebih
banyak kesempatan mengembangkan hubungan lawan jenis, berpacaran, sampai melakukan hubungan
seks.
Menurut PKBI, ‘akibat derasnya informasi yang diterima remaja dari berbagai media massa, memperbesar
kemungkinan remaja melakukan praktek seksual yang tak sehat, perilaku seks pra-nikah, dengan satu atau
berganti pasangan’. Saat ini, kekurangan informasi yang benar tentang masalah seks akan memperkuatkan
kemungkinan remaja percaya salah paham yang diambil dari media massa dan teman sebaya. Akibatnya,
kaum remaja masuk ke kaum beresiko melakukan perilaku berbahaya untuk kesehatannya.
http://perpus-akmr.blog.co.uk/2008/11/15/remaja-dan-pubertas-5040366
Minggu, 2008 Juni 01
Dilihat dari siklus kehidupan, masa remaja merupakan masa yang paling sulit untuk dilalui oleh individu.
Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang paling kritis bagi perkembangan pada tahap-tahap kehidupan
selanjutnya. Mengapa dikatakan demikian? Ini dikarenakan pada masa inilah terjadi begitu banyak
perubahan dalam diri individu baik itu perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan dari ciri kanak-
kanak menuju pada kedewasaan. Pada wanita ditandai dengan mulainya menstruasi atau buah dada yang
membesar. Pada pria antara lain ditandai dengan perubahan suara, otot yang semakin membesar serta
mimpi basah. Dalam kondisi berbagai perubahan di atas, remaja biasanya tidak mau lagi dikatakan
sebagai kanak-kanak namun remajapun belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa jika dilihat dari
berbagai kesiapan yang mereka miliki. Berbagai perubahan fisik yang terjadi pada remaja merupakan
proses yang alamiah, yang akan dilalui oleh semua individu. Namun seringkali ketidaktahuan remaja
terhadap perubahan itu sendiri membuat mereka hidup dalam kegelisahan dan perasaan was-was.
Ditambah dengan perubahan konsep diri dan pencarian identitas diri maka akan banyak permasalahan
yang muncul jika mereka tidak dibimbing dengan baik untuk melewati masa tersebut. Proses pencarian
identitas diri tersebut harus mendapat bimbingan dari orang sekelilingnya agar mereka dapat tumbuh
menjadi remaja yang bertanggung jawab.
Kamu tidak akan hamil jika melakukan hubungan seks hanya satu kali?
Pertanyaan di atas sering dilontarkan oleh para remaja termasuk juga oleh mereka yang telah menikah.
Tentu saja perempuan dapat hamil walaupun hanya melakukan hubungan seks satu kali saja dengan
catatan bahwa hubungan seks itu dilakukan pada saat masa subur dan kedua-duanya memiliki alat dan
sistem reproduksi yang baik (tidak mandul).
http://mycunk03.blogspot.com/2008/06/tumbuh-kembang-remaja.html
Pertumbuhan Fisik & Kesehatan Remaja
May 26, 2008 · Filed under Child Development · Tagged Child Development, Child Health & Nutrition
1. Definisi Remaja
Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak
ke masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan fisik karena pubertas serta perubahan kognitif dan sosial.
Menurut Seifert dan Hoffnung (1987), periode ini umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa
pertumbuhan fisik, yaitu sekitar usia 20 tahun.
Ada dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama – yang dicetuskan oleh
psikolog G. Stanley Hall – : adolescence is a time of “storm and stress “. Artinya, remaja adalah masa yang
penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik,
intelektual dan emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada
yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya (Seifert & Hoffnung, 1987). Dalam
hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan di masa remaja penuh dengan
konflik. Keyakinan ini tercermin dari teori mereka tentang perkembangan manusia.
Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang
digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik
terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan
kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya.
Bila dikaji, kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja yang mengalami kondisi
yang benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan tersebut (selalu penuh konflik atau selalu dapat
beradaptasi dengan baik). Kebanyakan remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh konflik atau dapat
beradaptasi dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif).
Seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik (tinggi dan berat badan) yang sangat pesat pada usia remaja
yang dikenal dengan istilah growth spurt. Growth spurt merupakan tahap pertama dari serangkaian
perubahan yang membawa seseorang kepada kematangan fisik dan seksual.
Pada usia 12 tahun, tinggi badan rata-rata remaja putra USA sekitar 150, sementara remaja putri sekitar
154 cm. Pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja putra USA sekitar 177 cm, sedangkan remaja putri
hanya 163 cm. Kekepatan pertumbuhan tertinggi pada remaja putri terjadi sekitar usia 11 – 12 tahun,
sementara pada remaja putra, dua tahun lebih lambat. Pada masa pertumbuhan maksimum ini, remaja
putri bertambah tinggi badannya sekitar 3 inci, sementara remaja putra bertambah lebih dari 4 inci per
tahunnya (Marshall, dalam Seifert & Hoffnung, 1987).
Seperti halnya tinggi badan, pertumbuhan berat badan juga meningkat pada usia remaja. Pertumbuhan
berat badan ini lebih sulit diprediksi daripada tinggi badan, dan lebih mudah dipengaruhi oleh diet, latihan
fisik, dan pola hidup.
Pada usia remaja, tubuh remaja putri lebih berlemak daripada remaja putra. Selama masa pubertas, lemak
tubuh remaja putra menurun dari sekitar 18 – 19 % menjadi 11 % dari bobot tubuh. Sementara pada
remaja putri, justru meningkat dari sekitar 21 % menjadi sekitar 26 – 27 % (Sinclair, dalam Seifert &
Hoffnung, 1987).
Saat ini, remaja mengalami perubahan fisik (dalam tinggi dan berat badan) lebih awal dan cepat berakhir
daripada orang tuanya. Kecenderungan ini disebut trend secular. Sebagai contoh, seratus tahun yang lalu,
remaja USA dan Eropa Barat mulai menstruasi sekitar usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar 12 – 14 tahun.
Di tahun 1880, laki-laki mencapai tinggi badan sepenuhnya pada usia 23 – 24 tahun dan perempuan pada
usia 19 – 20 tahun, sekarang laki-laki mencapai tinggi maksimum pada usia 18 – 20 dan perempuan pada
usia 13 – 14 tahun.
Trend secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya faktor kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang
lebih baik. Sebagai contoh, meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan kesehatan, serta
menurunnya angka kesakitan (morbiditas) di usia bayi dan kanak-kanak.
4. Pubertas
Pubertas adalah periode pada masa remaja awal yang dicirikan dengan perkembangan kematangan fisik dan
seksual sepenuhnya (Seifert & Hoffnung, 1987). Pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan pada ciri-
ciri seks primer dan sekunder.
Ciri-ciri seks primer memungkinkan terjadinyanya reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini meliputi perubahan
pada vagina, uterus, tube fallopi, dan ovari. Perubahan ini ditandai dengan munculnya menstruasi pertama.
Pada pria, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada penis, scrotum, testes, prostate gland, dan seminal vesicles.
Perubahan ini menyebabkan produksi sperma yang cukup sehingga mampu untuk bereproduksi, dan
perubahan ini ditandai dengan keluarnya sperma untuk pertama kali (biasanya melalui wet dream).
Ciri-ciri seks sekunder meliputi perubahan pada buah dada, pertumbuhan bulu-bulu pada bagian tertentu
tubuh, serta makin dalamnya suara. Perubahan ini erat kaitannya dengan perubahan hormonal. Hormon
adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin, kemudian dilepaskan melalui aliran darah menuju
berbagai organ tubuh.
Kelenjar seks wanita (ovaries) dan pria (testes) mengandung sedikit hormon. Hormon ini berperan penting
dalam pematangan seksual. Kelenjar pituitary (yang berada di dalam otak) merangsang testes dan ovaries
untuk memproduksi hormon yang dibutuhkan. Proses ini diatur oleh hypothalamus yang berada di atas
batang otak.
Pertumbuhan fisik yang sangat pesat pada masa remaja awal ternyata berdampak pada kondisi psikologis
remaja, baik putri maupun putra. Canggung, malu, kecewa, dll. adalah perasaan yang umumnya muncul
pada saat itu.
Hampir semua remaja memperhatikan perubahan pada tubuh serta penampilannya. Perubahan fisik dan
perhatian remaja berpengaruh pada citra jasmani (body image) dan kepercayaan dirinya (self-esteem).
Ada tiga jenis bangun tubuh yang menggambarkan tentang citra jasmani, yaitu endomorfik, mesomorfik
dan ektomorfik. Endomorfik banyak lemak sedikit otot (padded). Ektomorfik sedikit lemak sedikit otot
(slender). Mesomorfik sedikit lemak banyak otot (muscular).
Remaja merupakan usia paling sehat dibanding kanak-kanak dan dewasa karena sedikitnya penyakit yang
dialami kelompok usia ini. Akan tetapi, remaja memiliki resiko kesehatan paling tinggi karena faktor
kecelakaan, alkohol, narkoba, hamil diluar nikah, kebiasaan makan (diet) dan perilaku hidup sehat yang
buruk
Referensi :
Seifert, K.L. & Hoffnung, R.J. (1987). Child and Adolescent Development. Boston : Houghton Mifflin Co.
Anak Remaja
Masa remaja ditandai dengan beberapa perubahan, misalnya perubahan fisik, emosi dan tingkah laku.
Penyuluh perlu menekankan bahwa penting bagi orang tua untuk mengamati perubahan ini.
1. PERUBAHAN FISIK
Kapan tepatnya mulai terjadi perubahan fisik?
Perubahan fisik umumnya terjadi pada usia 9 sampai 12 tahun, namun perlu ditekankan bahwa ada
perbedaan pada setiap anak. Terkadang ada anak yang merasa tidak senang karena terlambat
dibandingkan teman-temannya.
Awal perubahan anak laki-laki dan perempuan juga berbeda. Biasanya anak perempuan matang lebih
dulu sehingga anak laki-laki merasa terganggu karena anak perempuan menjadi lebih tinggi dari mereka.
Di antara anak perempuan, anak yang perkembangan fisiknya lebih awal juga sering merasa “berbeda” di
antara teman-teman sekelasnya.
* bertambah besarnya ‘penis’ (batang kemaluan) dan buah zakar pada sekitar umur 11 atau 12 tahun
* tumbuh bulu di perut bagian bawah, diikuti dengan pertumbuhan rambut di ketiak, dan akhirnya di
wajah. Perubahan suara yang biasanya terjadi pada umur 14 atau 15 tahun
* Perubahan proporsi tubuh dimana bahu melebar tetapi panggul tidak.
* Tinggi dan berat badan bertambah dengan pesat pada kebanyakan anak laki-laki umur 12-15 tahun.
* Pertumbuhan fisik (berat dan tinggi badan) yang sangat cepat pada usia antara 9 sampai 12 tahun.
Namun setelah 12 tahun, pertumbuhan tinggi dan berat badan mulai lambat. Menjelang umur 15 atau 16
tahun sudah tidak ada penambahan tinggi badan lagi.
* Tanda-tanda seksualitas sekunder pada kebanyakan anak perempuan mulai tampak pada umur 9 - 12
tahun. Pinggul membentuk dan panggul melebar, buah dada membesar dan rambut di bagian bawah
perut dan di ketiak tumbuh. Perubahan-perubahan itu biasanya (tidak selalu) terjadi mengikuti urutan itu.
* Suara anak perempuan menjadi lebih ‘kaya’ dan ‘penuh’, tetapi tidak begitu mencolok seperti pada laki-
laki;
* Menstruasi pertama biasanya terjadi setelah buah dada telah mulai membesar dan telah tumbuh bulu di
sekitar alat vital.
Perlu dingatkan bahwa awal munculnya tanda-tanda seksualitas sekunder bisa berbeda-beda dari
individu ke individu, namun biasanya yang tumbuh lebih awal, menstruasi juga terjadi lebih dahulu.
Baik remaja laki-laki maupun perempuan sangat peduli terhadap perubahan-perubahan dalam tubuhnya.
Mereka membanding-bandingkannya dengan teman-teman untuk melihat apakah dirinya normal atau
tidak. Untuk penampilannya, mereka butuh pendapat orang lain, terutama pendapat orang tua. Kalau
berbeda dengan teman-temannya, mereka ingin orang tuanya memberi keyakinan bahwa perbedaan itu
tidak apa-apa; jadi bukan karena ada sesuatu yang salah pada diri mereka.
Dalam kondisi inilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan
anak dan menjelaskan bahwa sesungguhnya kesemuanya itu adalah suatu proses alamiah yang
normaldan membantu anak agar mereka dapat menerima keadaan diri mereka seperti apa adanya.
Masalah yang tadinya sudah tidak dipedulikan lagi, kini dipikirkan lagi dengan cara yang berbeda
sehingga mereka menjadi gundah. Remaja mengekspresikan perubahan emosi ini dalam banyak cara
yang unik seperti “menggantung perasaan” (merasa tidak nyaman tetapi tidak segera berbuat sesuai atau
mengambil keputusan), meledak-ledak (marah tak karuan, senang sampai loncat-loncat), menarik diri
(menutup diri, tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa), menolak bicara (diam walaupun punya pendapat
dan pikiran sendiri).
Dalam hal ini penyuluh mungkin perlu mengingatkan orang tua agar menyadari apa yang dituntut dari
anak remajanya, serta mencari tahu bagaimana reaksi anak remajanya atas tuntutan-tuntutan orang tua.
Orang tua perlu memberi pengertian bahwa pada masa remaja, mereka memang seringkali sudah dapat
diberi tanggung jawab terutama yang berkaitan dengan kemandiriannya, tetapi dianggap belum cukup
pengalaman untuk hal yang lebih rumit sehingga perlu bimbingan orang tua.
Pada kasus yang parah, remaja membutuhkan penanganan yang khusus dan tepat, tidak hanya dari
orang tuanya tetapi juga bantuan orang lain. Bisa dengan mengikuti kursus, bimbingan karir dari
profesional atau konseling dengan “orang yang dituakan, dipercaya, dianggap peduli dan bersikap netral”
seperti PakDe/BuDe/Uwak, Uztad/Romo, guru sekolah, Pak RT/RW, Pak Lurah dan lain sebagainya.
http://www.anakku.net/forum/mengenali-berbagai-perubahan-pada-remaja