1. Dosen, Teknisi, dan Mahasiswa yang sedang melaksanakan kegiatan PBM praktik harus
menyesuaikan dengan jadwal waktu yang sudah ditentukan.
2. Keterlambatan masuk mahasiswa mengikuti PBM praktik lebih dari 10 menit akan dicatat
dan dikenakan sanksi, dan bagi yang tidak masuk tetapi belum terkena peraturan
akademik harus mengganti pada hari yang lain.
3. Kegiatan praktik mahasiswa di luar jadwal yang sudah ditentukan harus seizin Ketua
Jurusan/ Ketua Bengkel/ Ketua Program Studi.
4. Kegiatan PBM praktik harus diawali dan diakhiri dengan APEL.
5. Keluar masuk Laboratorium/ Bengkel harus seizin dosen atau teknisi yang sedang
bertugas.
6. Penggunaan bahan praktik harus mengisi format bon bahan dan diajukan kepada teknisi.
7. Semua pelaksana kegiatan di Laboratorium/ Bengkel harus menyimpan dan
menempatkan alat sesuai dengan tempatnya.
8. Mahasiswa yang merusakkan alat karena kelalaian/ kesengajaan harus mengganti.
9. Mahasiswa harus bertanggungjawab terhadap kebersihan ruangan dan alat.
10. Mahasiswa yang sedang melakukan PBM praktik harus memakai seragam praktik dan
perlengkapan keselamatan kerja sesuai jenis job yang dikerjakan.
11. Dosen dan Teknisi yang sedang bertugas harus memakai seragam praktik.
12. Peminjaman peralatan di luar kegiatan praktik tetapi dalam satu jurusan harus mengisi
format peminjaman dan seizin teknisi.
13. Peminjaman peralatan di luar Jurusan Teknik Mesin tetapi masih dalam lingkungan FT,
harus seizin Ketua Jurusan.
14. Peminjaman peralatan di luar lingkungan Fakultas, harus seizin Dekan.
15. Dosen dan Teknisi yang sedang bertugas di Laboratorium/ Bengkel harus
bertanggungjawab terhadap semua pelaksanaan kegiatan di Laboratorium/ Bengkel.
16. Mahasiswa yang sedang tidak melaksanakan kegiatan praktik terjadwal di Laboratorium/
Bengkel dilarang memasuki bengkel, kecuali seizin teknisi dan dosen yang sedang
bertugas.
Work Preparation (WP), atau dalam istilah industri disebut dengan istilah Work Plan
(Rencana Kerja) harus dipersiapkan dan dibuat oleh mahasiswa sebelum melaksanakan
praktik berdasarkan arahan dan bimbingan dosen pengampu. Dokumen WP tersebut memuat
informasi tentang: identitas mahasiswa, nama atau jenis job/ pekerjaan yang akan dikerjakan,
sub pekerjaan atau tahap-tahap yang harus dilakukan, mesin/ peralatan yang digunakan,
parameter pemesinan bubut yang harus dipenuhi, estimasi waktu yang diperlukan tiap tahap
pekerjaan, aspek keselamatan kerja dan prosedur atau petunjuk kerja lain yang diperlukan
untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai gambar kerja pada job sheet yang telah
ditentukan.
Karena WP sebagai rencana kerja dan bukan laporan praktik, maka harus disusun
sebelum memulai kerja praktik. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
mempersiapkan pembuatan WP agar lebih efektif dan efisien:
1. Mencermati gambar kerja
Gambar kerja yang disediakan pada job sheet dicermati dengan seksama
khususnya mengenai ukuran/ dimensi atau bahkan terkait toleransi ukuran dan tanda-
tanda pengerjaan bila ada.
2. Mengindentifikasi jenis/ sub pekerjaan
Bentuk atau profil hasil akhir benda kerja yang harus dikerjakan sesuai gambar kerja
menjadi fokus utamanya. Proses identifikasi jenis pekerjaan ini misalnya dalam gambar
kerja tersebut terdapat pekerjaan bubut muka, pembubutan poros bertingkat, perlu adanya
chamfer, pembuatan alur atau bahkan pembuatan ulir. Dari jenis pekerjaan tersebut maka
akan dapat pula diidentifikasi alat potong dan peralatan pendukung lain yang diperlukan
selama proses penyelesaian benda kerja tersebut.
3. Memperkirakan urutan kerja
Agar dapat diperoleh hasil yang optimal dan waktu yang efisien maka urutan kerja
yang tepat menjadi hal yang sangat penting. Harus diperhatikan agar sesedikit mungkin
melakukan bongkar pasang pencekaman benda kerja sehingga menghemat waktu dalam
melakukan setting benda kerja. Akan menjadi penting pengerjaan satu sisi benda kerja
sampai selesai baru kemudian membalik benda kerja untuk mengerjakan pekerjaan yang
selanjutnya sampai selesai juga. Sehingga dengan cukup membalik satu kali benda kerja
maka pekerjaan dapat diselesaikan dengan sempurna.
4. Membuat atau memberi tanda urutan pekerjaan pada gambar kerja
Untuk mempermudah pengecekan langkah kerja sebagaimana pada point c di atas
maka dapat dilakukan dengan membuat tanda urutan nya pada gambar kerja. Hal ini agar
tidak ada sub pekerjaan yang terlewat yang pada akhirnya akan sangat mengganggu
seluruh proses penyelesaian pekerjaan.
5. Secara keseluruhan susunan WP tersebut di atas merupakan SOP Pemesinan Bubut,
maka harus memilki ciri dengan susunan kata-kata dalam kalimatnya yang lugas, simpel,
dengan kata kerja yang sifatnya operasional (kata perintah).
Berikut ini adalah contoh format work preparation yang digunakan dalam praktik pengecoran
logam.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Semester: WORK PREPARATION (WP)
No. Dokumen: No. Revisi: 01 Tanggal Terbit: Oktober 2020 Halaman 5 dari
...
………………………………………… …………………………………………
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
No. Dokumen: No. Revisi: 01 Tanggal Terbit: Oktober 2020 Halaman 6 dari ...
1. Kompetensi
Mahasiswa terampil membuat cetakan dan melakukan pengecoran tanpa inti
2. Sub Kompetensi
a. Membuat cetakan pola pelat.
b. Membuat cetakan pasir dengan pengikat organik.
c. Melakukan pengecoran logam alumunium tanpa inti.
4. Keselamatan Kerja
a. Memakai pakaian kerja (APD).
b. Jauhkan benda-benda yang mudah terbakar.
c. Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya.
d. Bertanya kepada instruktur apabila mengalami kesulitan.
e. Membersihkan alat dan bahan setelah digunakan,
f. Mengembalikan alat dan bahan setelah digunakan.
g. Membersihkan area praktik atau area kerja.
5. Langkah Kerja
a. Pergunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan benar.
b. Persiapkan bahan, alat, dan mesin yang digunakan.
c. Membuat Cetakan
1) Papan cetakan diletakkan pada lantai yang rata dengan pasir yang tersebar
mendatar.
2) Pola dan rangka cetakan untuk drag diletakkan di atas papan cetakan. Rangka
cetakan harus cukup besar sehingga tebal pasir 30 mm sampai 50 mm. Lalu
tentukan letak saluran turun.
3) Taburkan bahan pemisah pada permukaan pola.
4) Pasir muka yang telah diayak ditaburkan untuk menutupi permukaan pola dalam
rangka cetak. Lapisan pasir muka dibuat setebal 30 mm (Gambar 1 (1)).
5) Pasir cetak ditimbun di atasnya dan dipadatkan dengan penumbuk. Dalam
penumbukan harus dilakukan dengan hati-hati agar pola tidak terdorong langsung
oleh penumbuk. Kemudian pasir yang tertumpuk melewati tepi atas dari rangka
cetak digaruk dan cetakan diangkat bersama pola dari papan cetakan (Gambar 1
(2)).
6) Cetakan dibalik dan diletakkan pada papan cetakan, lalu rangka cetakan untuk kup
dipasang di atasnya, kemudian bahan pemisah ditaburkan di permukaan pisah dan
di permukaan pola (Gambar 1 (3)).
7) Batang saluran turun atau pola untuk penambah dipasang, kemudian pasir muka
dan pasir cetak dimasukkan dalam rangka cetak dan dipadatkan (Gambar 1 (4)).
Kemudian jika rangka cetak tidak memiliki pen dan kuping, maka rangka cetak
harus ditandai agar tidak keliru dalam penutupannya. Selanjutnya kup dipisahkan
dari drag dan diletakkan mendatar pada papan cetakan (Gambar 1 (5)).
8) Pengalir dan saluran dibuat dengan mempergunakan lanset. Jika pola untuk
pengalir dipasang sebelumnya yang bersentuhan langsung dengan pola utama,
maka tidak perlu dibuat dengan lanset (Gambar 1 (6)).
9) Pola diambil dari cetakan dengan pengangkat pola.
10) Inti dipasang pada rongga cetakan kemudian kup dan drag ditutup (Gambar 1 (7)).
Pembuatan cetakan selesai.
6. Lampiran
a. Gambar Pola
b. Lembar Penilaian
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
No. Dokumen: No. Revisi: 01 Tanggal Terbit: Oktober 2020 Halaman 9 dari ...
a. Gambar Pola
•
No. Dokumen: No. Revisi: 01 Tanggal Terbit: Oktober 2020 Halaman 10 dari ...
b. LEMBAR PENILAIAN
70 % C. Produk
1. Ø158,75 mm 1 – 10
2. Ø152,87 mm 1 – 10
3. 19,05 mm 1 – 10
4. 11,9 mm 1 – 10
5. Visual 1 – 30
10 % D. Waktu
1. Sesuai alokasi 8
2. Lebih cepat dari alokasi 10
3. Lebih lambat dari alokasi 6
100 % 100
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
No. Dokumen: No. Revisi: 01 Tanggal Terbit: Oktober 2020 Halaman 11 dari
...
1. Kompetensi
Mahasiswa terampil membuat cetakan dan melakukan pengecoran dengan inti
2. Sub Kompetensi
a. Membuat cetakan pola belah.
b. Membuat cetakan pasir dengan pengikat organik.
c. Melakukan pengecoran logam alumunium dengan inti.
4. Keselamatan Kerja
a. Memakai pakaian kerja (APD).
b. Jauhkan benda-benda yang mudah terbakar.
c. Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya.
d. Bertanya kepada instruktur apabila mengalami kesulitan.
e. Membersihkan alat dan bahan setelah digunakan,
f. Mengembalikan alat dan bahan setelah digunakan.
g. Membersihkan area praktik atau area kerja.
5. Langkah Kerja
a. Pergunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan benar.
b. Persiapkan bahan, alat, dan mesin yang digunakan.
c. Membuat Inti
1) Perhatikan pola inti pada lampiran gambar kerja dan buatlah kotak inti.
2) Campurkan 3-7% natrium silikat, 0,5-2% Tir (atau 0,5-1,5% bubuk kayu) dan pasir
silika, lalu aduk sampai merata.
3) Pasir dipadatkan ke dalam kotak inti dan lubang angin dibuat dengan
mempergunakan jarum-jarum.
4) Kotak inti ditutup dan jarum-jarum ditarik sehingga terjadi lubang-lubang.
5) Gas CO2 dialirkan melalui lubang-lubang dengan tekanan 1,0 sampai 1,5 kgf/cm2
6) Keluarkan inti dari kotak inti.
4) 5)
2) 3)
d. Membuat Cetakan
1) Papan cetakan diletakkan pada lantai yang rata dengan pasir yang tersebar
mendatar.
2) Pola dan rangka cetakan untuk drag diletakkan di atas papan cetakan. Rangka
cetakan harus cukup besar sehingga tebal pasir 30 mm sampai 50 mm. Lalu
tentukan letak saluran turun.
3) Taburkan bahan pemisah pada permukaan pola.
4) Pasir muka yang telah diayak ditaburkan untuk menutupi permukaan pola dalam
rangka cetak. Lapisan pasir muka dibuat setebal 30 mm (Gambar 2 (1)).
5) Pasir cetak ditimbun di atasnya dan dipadatkan dengan penumbuk. Dalam
penumbukan harus dilakukan dengan hati-hati agar pola tidak terdorong langsung
oleh penumbuk. Kemudian pasir yang tertumpuk melewati tepi atas dari rangka
cetak digaruk dan cetakan diangkat bersama pola dari papan cetakan (Gambar 2
(2)).
6) Cetakan dibalik dan diletakkan pada papan cetakan, dan setengah pola lainnya
bersama-sama rangka cetakan untuk kup dipasang di atasnya, kemudian bahan
pemisah ditaburkan di permukaan pisah dan di permukaan pola (Gambar 2 (3)).
7) Batang saluran turun atau pola untuk penambah dipasang, kemudian pasir muka
dan pasir cetak dimasukkan dalam rangka cetak dan dipadatkan (Gambar 2 (4)).
Kemudian jika rangka cetak tidak memiliki pen dan kuping, maka rangka cetak
harus ditandai agar tidak keliru dalam penutupannya. Selanjutnya kup dipisahkan
dari drag dan diletakkan mendatar pada papan cetakan (Gambar 2 (5)).
8) Pengalir dan saluran dibuat dengan mempergunakan lanset. Jika pola untuk
pengalir dipasang sebelumnya yang bersentuhan langsung dengan pola utama,
maka tidak perlu dibuat dengan lanset (Gambar 2 (6)).
9) Pola diambil dari cetakan dengan pengangkat pola.
10) Inti dipasang pada rongga cetakan kemudian kup dan drag ditutup (Gambar 2 (7)).
Pembuatan cetakan selesai.
6. Lampiran
a. Gambar Kerja Mengecor Logam
b. Lembar Penilaian
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Semester: Job Sheet Praktik Pengecoran Logam 300 Menit
No. No. Revisi: Tanggal Terbit: Oktober Halaman 14 dari
Dokumen: 01 2020 ...
b. LEMBAR PENILAIAN
70 % B. Produk
1. R 15 mm 1–5
2. R 40 mm 1–5
3. R 45 mm 1–5
4. R 145 mm 1–5
5. R 105 mm 1–5
6. R 65 mm 1–5
7. Hole Ø70 1–5
8. 23 mm 1–5
9. Visual 1 – 30
10 % C. Waktu
1. Sesuai alokasi 8
2. Lebih cepat dari alokasi 10
3. Lebih lambat dari alokasi 6
100% 100
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Semester: Job Sheet Praktik Pengecoran Logam 300 Menit
No. No. Revisi: Tanggal Terbit: Oktober Halaman 16 dari
Dokumen: 01 2020 ...
1. Kompetensi
Mahasiswa mampu membuat cetakan dan melakukan pengecoran logam.
2. Sub Kompetensi
a. Membuat cetakan pola pelat.
b. Membuat cetakan pasir dengan pengikat organik.
c. Melakukan pengecoran logam alumunium dengan kerumitan tertentu.
4. Keselamatan Kerja
a. Memakai pakaian kerja (APD).
b. Jauhkan benda-benda yang mudah terbakar.
c. Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya.
d. Bertanya kepada instruktur apabila mengalami kesulitan.
e. Membersihkan alat dan bahan setelah digunakan,
f. Mengembalikan alat dan bahan setelah digunakan.
g. Membersihkan area praktik atau area kerja.
5. Langkah Kerja
a. Pergunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan benar.
b. Persiapkan bahan, alat, dan mesin yang digunakan.
c. Membuat Cetakan
1) Papan cetakan diletakkan pada lantai yang rata dengan pasir yang tersebar
mendatar.
2) Pola dan rangka cetakan untuk drag diletakkan di atas papan cetakan. Rangka
cetakan harus cukup besar sehingga tebal pasir 30 mm sampai 50 mm. Lalu
tentukan letak saluran turun.
3) Taburkan bahan pemisah pada permukaan pola.
4) Pasir muka yang telah diayak ditaburkan untuk menutupi permukaan pola dalam
rangka cetak. Lapisan pasir muka dibuat setebal 30 mm (Gambar 3 (1)).
5) Pasir cetak ditimbun di atasnya dan dipadatkan dengan penumbuk. Dalam
penumbukan harus dilakukan dengan hati-hati agar pola tidak terdorong langsung
oleh penumbuk. Kemudian pasir yang tertumpuk melewati tepi atas dari rangka
cetak digaruk dan cetakan diangkat bersama pola dari papan cetakan (Gambar 3
(2)).
6) Cetakan dibalik dan diletakkan pada papan cetakan, lalu rangka cetakan untuk kup
dipasang di atasnya, kemudian bahan pemisah ditaburkan di permukaan pisah dan
di permukaan pola (Gambar 3 (3)).
7) Batang saluran turun atau pola untuk penambah dipasang, kemudian pasir muka
dan pasir cetak dimasukkan dalam rangka cetak dan dipadatkan (Gambar 3 (4)).
Kemudian jika rangka cetak tidak memiliki pen dan kuping, maka rangka cetak
harus ditandai agar tidak keliru dalam penutupannya. Selanjutnya kup dipisahkan
dari drag dan diletakkan mendatar pada papan cetakan (Gambar 3 (5)).
8) Pengalir dan saluran dibuat dengan mempergunakan lanset. Jika pola untuk
pengalir dipasang sebelumnya yang bersentuhan langsung dengan pola utama,
maka tidak perlu dibuat dengan lanset (Gambar 3 (6)).
9) Pola diambil dari cetakan dengan pengangkat pola.
10) Inti dipasang pada rongga cetakan kemudian kup dan drag ditutup (Gambar 3 (7)).
Pembuatan cetakan selesai.
6. Lampiran
c. Gambar Pola
d. Lembar Penilaian
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Semester: Job Sheet Praktik Pengecoran Logam 300 Menit
No. No. Revisi: Tanggal Terbit: Oktober Halaman 19 dari
Dokumen: 01 2020 ...
a. Gambar Pola
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
No. Dokumen: No. Revisi: 01 Tanggal Terbit: Oktober 2020 Halaman 21 dari ...
b. LEMBAR PENILAIAN
70 % B. Produk
1. Ø252,10 mm 1–5
2. Ø242,25 mm 1–5
3. Ø180,10 mm 1–5
4. Ø94 mm 1–5
5. Ø72,30 mm 1–5
6. Ø33,35 mm 1–5
7. 113,25 mm 1–5
8. 19,80 mm 1–5
9. 45,65 mm 1–5
10. 12,25 mm 1–5
11. Ø190 mm 1–5
12. Ø72,85 mm 1–5
13. 19,85 mm 1–5
14. Visual 1–5
10 % C. Waktu
1. Sesuai alokasi 8
2. Lebih cepat dari alokasi 10
3. Lebih lambat dari alokasi 6
100% 100