Anda di halaman 1dari 12

Bab 5

Konsolidasi pada Anak perusahaan yang dimiliki

kurang dari kepemilikan penuh

A. Pengaruh Kepemilikan nonpengendali


Ketika anak perusahaan dimiliki kurang dari kepemilikan penuh Akan tetapi, prosedur
konsolidasi harus dimodifikasi sedikit untuk mengakui kepemilikan nonpengendali.
Perhitungan laba bersih dan saldo laba konsolidasi pun harus memasukkan kepemilikan
nonpengendali

B. Laba Bersih Konsolidasi


Laba bersih konsolidasi adalah bagian dari total laba perusahaan yang dialokasikan ke
pemegang saham induk perusahaan. Laba bersih konsolidasi dihitung dengan
menambahkan bagian induk atas laba anak-anak perusahaan, disesuaikan dengan
penghapusbukuan difenrensial atau penurunan nilai goodwill, dengan laba induk
perusahaan dari hasil operasinya sendiri (laba bersih induk perusahaan dikurangi
pendapatan investasi dari nak perusahaan baik dengan metode biaya atau ekuitas)
Perhitungan laba bersih konsolidasi dapat dilakukan dengan dua cara :
- Pendekatan tambahan (additive approach)
- Perhitungan residual (residual approach)
PT Idaman memiliki 80% saham PT Amanah, yang dibeli pada nilai bukunya. Selama
tahun 2001, PT Amanah melaporkan laba bersih Rp.25.000.000, sementara PT Idaman
melaporkan laba Rp.100.000.000 dan hasil operasinya sendiri dan pendapatan dengan
metode ekuitas sebesar Rp.20.000.000

Perhitungan Tambahan :
Laba operasi PT Idaman Rp.100.000.000
Laba bersih PT Amanah Rp.25.000.000
Proporsi Kepemilikan PT Amanah X0,80 20.000.000

Laba bersih konsolidasi Rp.120.000.000


Perhitungan Residual
Laba bersih PT Idaman Rp.120.000.000
Dikurangi : Pendapatan dari anak pers (20.000.000) Rp.100.000.000

Laba bersih PT Amanah 25.000.000


Rp.125.000.000
Dikurangi : Laba kepemilikan nonpengendali Rp.25.000.000

X0,20 (5.000.000)
Laba bersih konsolidasi Rp.120.000.000

C. Saldo Laba Konsolidasi


Saldo laba konsolidasi adalah bagian dari laba tidak terdistribusikan perusahaan yang
dikonsolidasi yang dimiliki oleh pemegang saham induk perusahaan.

PT Idaman membeli 80% Amanah pada 1 Januari 2001 dan mencatat investasi dengan
menggunakan ekuitas

PT Idaman PT Amanah

Saldo laba, 1 Januari 2001 Rp.400.000.000 Rp.250.000.000

Laba bersih, 2001 120.000.000 25.000.000

Dividen, 2001 (30.000.000) (10.000.000)

Saldo, 31 Desember 2001 Rp.490.000.000 Rp.265.000.000

Laba bersih, 2002 148.000.000 35.000.000

Dividen, 2002 (30.000.000) (10.000.000)

Saldo laba, 31 desember 2002 Rp.608.000.000 Rp.290.000.000


Saldo laba konsolidasi pada tgl.31 Desember 2002, dua tahun setelah tanggal
penggabungan

Saldo laba PT Idaman, 31 Desember 2001 Rp.608.000.000

Ekuitas akrual di PT amanah sejak akuisisi (Rp.25.000.000 + (48.000.000)


35.000.000)x0,80
Saldo laba PT Idaman dari hasil operasi sendiri, 31 Desember Rp.560.000.000
2002
Bagian PT Idaman atas laba bersih PT Amanah sejak akuisisi, 48.000.000
Rp.60.000.000 x 0,80
Saldo laba bersih, 31 Desember 2002 Rp.608.000.000

D. Format Kertas Kerja


Kertas kerja yang digunakan pada bab 4 dapat digunakan ketika kepemilikan pada
anak kurang dari seluruhnya, dengan memodifikasi minor. Klaim kepemilikan
nonpengendali atas laba dan aset anak perusahaan harus dimasukkan dalam kertas kerja.
Klaim kepemilikan nonpengendali atas laba anak perusahaan, yang dihitung sebesar
proporsi bagian kepemilikan nonpengendali atas laba anak perusahaan, dikurangkan di
bagian paling bawah kertas kerja pada bagian laporan laba rugi untuk memperoleh laba
bersih konsolidasi.

Klaim kepemilikan nonpengendali atas aset anak perusahaan, yang dihitung sebesar
proporsi bagian kepemilikan nonpengendali atas aset anak perusahaan, ditambahkan di
bagian paling bawah kertas kerja pada bagian kredit neraca. Baik Klaim kepemilikan
nonpengendali atas laba maupun aset bersih dimasukkan ke dalam kertas kerja melalui
jurnal eliminasi dan di bawa ke kolom Konsolidasi

E. Penyusunan Neraca konsolidasi sesaat setelah akuisisi


PT Induk membeli saham biasa beredar dari PT Anak seharga Rp.310.000.000
1/1/x1 Biaya perolehan investasi Rp.200.000.000 Rp.310.000.000

80% Nilai Buku : 100.000.000 (240.000.000)

Saham Biasa-PT Anak Rp.300.000.000 Rp. 70.000.000

Saldo laba-PT Anak X 0,80

Bagian dari induk

Perbedaan antara nilai buku


dan harga perolehan

PTInduk mencatat akusisi saham di pembukuannya pada tanggal penggabungan usaha dengan ayat jurnal sbb :

(1)

Investasi pada saham PT Anak 310.000.000

Kas 310.000.000

(mencatat pembelian saham PT Anak)

PT Induk PT Anak

Aset Rp 40.000.000 Rp 50.000.000

Kas 75.000.000 50.000.000

Piutang Dagang 100.000.000 60.000.000

Persediaan 175.000.000 40.000.000

Tanah 800.000.000 600.000.000

Bangunan dan Peralatan (400.000.000) (300.000.000)

Akumulasi Penyusutan 310.000.000 ---------------------)

Invest pd shm PT Anak Rp.1.100.000.000 Rp. 500.000.000

Kewajiban dan Ekuitas Rp. 100.000.000 Rp. 100.000.000

Utang Dagang 200.000.000 100.000.000


Utang obligasi 500.000.000 200.000.000

Saham Biasa 300.000.000 100.000.000

Laba ditahan Rp.1.100.000.000 Rp.500.000.000

Nilai Buku Nilai Wajar Kenaikan Nilai 80% bagian PT


Wajar Induk

Persediaa 60.000.000 65.000.000 5.000.000 4.000.000


n
Tanah 40.000.000 50.000.000 10.000.000 8.000.000

Bangunan 300.000.000 360.000.000 60.000.000 48.000.000

400.000.000 475.000.000 75.000.000 60.000.000

(2)

Saham biasa - PT Anak 200.000.000

Saldo laba, 1 Januari 100.000.000

Deferensial 70.000.000

Inv pd shm PT Anak 310.000.000

kepemilikan nonpengendali 60.000.000

(mengeliminasi saldo investasi awal dan memunculkan kepemilikan non pengendali)

(3)

Persediaan 4.000.000

Tanah 8.000.000

Bangunan dan peralatan 48.000.000

Goodwill 10.000.000
Deferensial 70.000.000

(mengalokasikan diferensial)

F. Saldo laba Negatif anak perusahaan saat akuisisi


Induk perusahaan mungkin membeli anak perusahaan dengan akun Saldo laba bernilai
negatif atau memiliki saldo debit. Akumulasi defisit anak perusahaan saat akuisisi tidak
menimbulkan masalah khusus dalam proses konsolidasi.

Modal saham-anak Perusahaan xxx

Diferensial xxx

Saldo laba xxxx

Investasi pada anak perusahaan xxxx

(mengalokasikan diferensial awal)

G. Pelepasan aset anak perusahaan yang terkait diferensial


Apabila anak perusahaan melepaskan aset dan merupakan salah satu aset yang mendapat
alokasi diferensial dalam kertas kerja konsolidasi maka akan mempengaruhi laba metode
ekuitas yang dicatat induk perusahaan dan laba konsolidasi. Bagian sisa diferensial
pembelian yang belum diamortisasi yang terkait dengan aset yang dijual tersebut harus
dihapuskan oleh induk dalam metode ekuitas sebagai pengurang akun pendapatan dari
anak perushaan dan investasi. Dalam konsolidasi, bagian diferensial pembelian yang
belum diamortisasi harus sebagai penyesuaian atas laba konsolidasi

H. Inventory
Setiap persediaan yang terkait dengan persediaan akan dialokasikan ke persediaan selama
anak perusahaan masih memiliki persediaan tersebut. Pada periode dimana persediaan
tersebut dijual, diferensial yang terkait dengan persediaan akan dialokasikan ke harga
pokok penjualan.
- FIFO Inventory
Bila anak perusahaan menggunakan FIFO, unit persediaan yang ada pada tanggal
penggabungan usaha dianggap sebagai unit pertama yang dijual setelah
penggabungan usaha. Karenanya, diferensial umumnya dialokasikan ke harga pokok
penjualan pada periode setelah penggabungan.

- LIFO Inventory
Bila anak perusahaan menggunakan LIFO, unit persediaan pada tanggal
penggabungan usaha dianggap masih ada dalam persediaan anak perusahaan. Hanya
jika jumlah persediaan menurun di bawah jumlah persediaan pada tanggal
penggabungan usaha, maka sebagian dari diferensial dialokasikan ke harga pokok
penjualan .

I. Fixed Assets
Diferensial pembelian terkait dengan tanah yang dimiliki anak perusahaan akan
ditambahkan ke saldo tanah dalam kertas kerja konsolidasi setiap menyusun neraca
konsolidasi. Jika anak perusahaan menjual tanah tersebut, maka dalam diferensial akan
kerja diperlakukan sebagai penyesuaian atas keuntungan atau kerugian dari penjualan
tanah di periode terjadinya penjualan.

J. Differential Assigned to Liabilities


Dengan perubahan suku bunga yang cukup besar selama dekade terakhir, perusahaan
sering menemukan bahwa kewajiban yang diasumsikan dalam kombinasi bisnis memiliki
nilai wajar yang berbeda dari nilai buku mereka. Seperti aset yang diperoleh, liabilitas
yang diasumsikan dalam kombinasi tipe pembelian harus dinilai pada nilai wajarnya. Jadi,
bagian dari perbedaan yang timbul dalam kertas kerja konsolidasi sering kali berkaitan
dengan kewajiban. Selisih yang timbul dari kewajiban harus diamortisasi mirip dengan
amortisasi premi obligasi atau diskonto obligasi, sebagaimana berlaku.
BAB 6

TRANSFER ANTARPERUSAHAAN :

ASET TIDAK LANCAR

A. Transfer antarperusahaan
Transfer antarperusahaan adalah transaksi antarperusahaan yang berelasi. Sebagai
contoh adalah PT Indofood SUkses Makmur yang mentransfer dan anak perusahaannya
terlibat dalam berbagai transaksi satu sama lain, termasuk penjualan bahan baku, produk
pabrikasi dan jasa transportasi.

B. Gambaran Umum Mengenai Entitas Konsolidasi


Entitas konsolidasi adalah agregasi dari sejumlah perusahaan yang berbeda.
Laporan keuangan yang disusun oleh masing-masing afiliasi dikonsolidasikan menjadi
satu laporan keuangan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi dari seluruh
entitas ekonomi seakan-akan merupakan perusahaan tunggal.

C. Eliminasi Transfer Antarperusahaan


PSAK 65 “Laporan Keuangan Konsolidasian” menyebutkan saldo antarperusahaan,
pembelian dan penjualan serta pengeluaran/beban sebagai contoh dari saldo
antarperusahaan dan transaksi yang harus dieliminasi. Tidak ada perbedaan antara anak
perusahaan yang dimiliki penuh dan anak perusahaan yang tidak dimiliki penuh
sehubungan dengan eliminasi transfer perusahaan. Konsolidasi berfokus pada konsep
Entitas Tunggal, Bukan Presentase Kepemilikan.

D. Eliminasi Laba Dan Rugi yang Belum Terealisasi


Perusahaan umumnya mencatat transaksi afiliasi menggunakan dasar yang sama dengan
transaksi non-afiliasi, termasuk pengakuan laba dan rugi. Laba dan rugi dari penjualan
suatu barang ke pihak yang berelasi umumnya dianggap terealisasi pada saat penjualan
dan perspektif perusahaan penjual, tetapi untuk tujuan konsolidasi laba tersebut belum
dianggap terealisasi sampai terealisasi, biasanya melalui penjualan ke pihak yang tidak
berelasi. Laba belum terealisasi dari transfer antarperusahaan ini disebut laba
antarperusahaan yang belum terealisasi.

E. Transfer Jasa Antarperusahaan


Perusahaan yang berelasi sering kali membeli jasa dari satu perusahaan ke perusahaan
lainnya. Jenis jasa antarperusahaan tersebut dapat bermacam-macam yaitu pembelian jasa
konsultan, jasa rekayasa serta pemasaran, dan jasa pemeliharaan merupakan contoh jasa
yang sering terjadi. Pada saat suatu perusahaan membeli jasa dari pihak yang berelasi,
umumnya pembeli mencatatnya sebagai beban dan penjual mencatatnya sebagai
pendapatan. Pada saat penyusunan laporan keuangan konsolidasi, beban dan pendapatan
tersebut harus dieliminasi.
Umumnya pendekatan yang lebih sederhana digunakan dalam eliminasi transaksi
antarperusahaab dengan mengasumsikan bahwa jasa tersebut menguntungkan periode
sekarang, dan karenanya setiap laba perusahaan atau jasa tersebut telah terealisasi pada
periode dilakukannya transfer. Oleh karena itu, tidak ada ayat jurnal eliminasi sehubungan
dengan transfer pada periode berjalan diperlukan di periode berikutnya sebab laba
antarperusahaan dianggap telah terealisasi pada periode transfer.

F. Transfer Aset Berupa Tanah


Pada saat transfer aset tidak lancar terjadi, penyesuaian sering kali diperlukan dalam
penyusunan laporan keuangan konsolidasian selama tanah tersebut masih dimiliki oleh
perusahaan pembeli.

G. Gambaran Umum Proses Eliminasi Laba


Transfer tanah yang lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai bukunya memerlukan
perlakuan khusus dalam proses konsolidasi. Keuntungan dan kerugian entitas penjual
harus dieliminasi karena tanah tersebut masih dimiliki oleh entitas konsolidasi, dan tidak
ada keuntungan atau kerugian yang dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasi
sampai tanah tersebut dijual ke pihak di luar entitas konsolidasi.

H. Alokasi Eliminasi Laba Belum Terealisasi


Keuntungan atau kerugian dari transfer antarperusahaan diakui oleh afiliasi penjual dan
menjadi hak pemegang saham afiliasi tersebut. Penjualan yang terjadi dari induk
perusahaan ke anak perusahaan disebut penjualan downstream, setiap keuntungan atau
kerugian dari transfer tersebut menjadi hak pemegang saham induk perusahaan.
Sedangkan penjualan dari anak perusahaan ke induk perusahaan disebut penjualan
upstream, yaitu setiap keuntungan dan kerugian menjadi hak pemegang saham anak
perusahaan. Jika anak perusahaan dimiliki penuh, maka semua keuntungan atau kerugian
pada akhirnya menjadi hak induk perusahaan sebagai satu-satunya pemegang saham. Akan
tetapi, jika anak perusahaan tidak dimiliki penuh, maka keuntungan atau kerugian dari
penjualan upstream harus dibagi antara induk perusahaan dan pemegang saham non-
pengendali.

I. Pendapatan Kepentingan Nonpengendali


Laba yang dialokasikan ke kepentingan nonpengendali adalah bagian proporsional
kepentingan nonpengendali atas laba terealisasi anak perusahaan dalam transaksi dengan
pihak eksternal dari entitas konsolidasi.

J. Eliminasi Laba Belum Terealisasi Setelah Tahun Pertama


Pada periode timbulnya laba belum terealisasi dari penjualan antarperusahaan, ayat
jurnal eliminasi kertas kerja digunakan dalam proses konsolidasi untuk menghilangkan
pengaruh keuntungan atau kerugian yang dicatat oleh penjual dan menyesuaikan jumlah
aset yang dilaporkan menjadi harga semula yang dibayarkan oleh afiliasi penjual. Tiap
periode setelahnya selama aset tersebut masih dimiliki oleh afiliasi pembeli, saldo aset
yang dilaporkan dan klaim pemegang saham dari afiliasi penjual harus disesuaikan untuk
menghilangkan pengaruh dari keuntungan atau kerugian belum terealisasi

K. Pelepasan Aset di Kemudian Hari


Keuntungan antarperusahaan belum terealisasi dari penjualan aset antarperusahaan
dianggap terealisasi pada saat aset tersebut dijual kembali ke pihak eksternal. Untuk
tujuan, keuntungan atau kerugian yang diakui oleh afiliasi yang menjual ke pihak eksternal
harus disesuaikan dengan keuntungan atau kerugian antarperusahaan belum terealisasi.
Walaupun laba yang dilaporkan penjual dari penjualan eksternal berdasarkan pada biaya
perolehan afiliasi tersebut, keuntungan atau kerugian yang dilaporkan oleh entitas
konsolidasi berdasarkan biaya perolehan aset dari entitas konsolidasi, yaitu biaya
perolehan yang terjadi oleh afiliasi yang membeli aset tersebut semula dari pihak luar.
L. Transfer Antarperusahaan Berupa Aset Disusutkan
Laba antarperusahaan belum terealisasi dari aset disusutkan atau diamortisasi
dianggap akan terealisasi secara bertahap selama sisa umur ekonomis aset tersebut
bersamaan dengan penggunaannya oleh afiliasi pembeli dalam menghasilkan pendapatan
dari pihak non-afiliasi. Pengaruhnya bagian dari keuntungan atau kerugian belum
terealisasi menjadi terealisasi setiap periode sering dengan manfaat yang didapat dari aset
tersebut dan potensi jasanya berkurang.

M. Perubahan Estimasi Umur Aset Setelah Transfer


Pada saat aset disusutkan ditransfer antarperusahaan, perubahan estimasi sisa umur
ekonomis dapat terjadi. Sebagai contoh, perusahaan pengakuisisi mungkin menggunakan
aset tersebut untuk proses produksi yang berbeda atau frekuensi penggunaan berubah. Jika
terjadi perubahan estimasi sisa umur aset disusutkan pada saat transfer antarperusahaan,
maka perlakuannya sama dengan jika perusahaan tersebut terjadi pada saat aset tersebut
masih terdapat pada pemikiran afiliasi yang mentransfer.

N. Penjualan Upstream
Perlakuan laba belum terealisasi dari penjualan antarperusahaan arus ke atas sama
dengan perlakuan untuk penjualan downstream kecuali laba belum terealisasi, dan
pengakuan realisasi berikutnya harus dialokasikan antara pemilik entitas induk
(kepentingan pengendali) dan kepentingan nonpengendali.

O. Transfer Aset Sebelum Akhir Tahun


Pada kasus dengan transfer aset antarperusahaan terjadi selama periode berjalan
bukan pada akhir periode, sebagian dari keuntungan atau kerugian antarperusahaan
dianggap terealisasi pada periode transfer. Jika hal ini terjadi, maka ayat jurnal eliminasi
kertas kerja akhir tahun tersebut harus memasukkan pengaruh beban penyusutan dan
akumulasi penyusutan. Jumlah penyesuaian ini sama dengan selisih antara penyusutan
yang dicatat oleh pembeli dan penyusutan yang seharusnya dicatat oleh penjual untuk
periode yang dimulai dari saat penjualan antarperusahaan.
P. Transfer Antarperusahaan Berupa Aset Diamortisasi
Hak produksi, paten dan jenis aset takberwujud lain dapat dijual ke perusahaan
afiliasi. Akuntansi untuk aset takberwujud biasanya berbeda dengan akuntansi aset
berwujud dalam hal amortisasi. Aset takberwujud umunya dilaporkan sebesar saldo sisa
yang belum diamortisasi sampai penggunaan akun kontra.

Q. Transfer Aset Tidak Lancar Antarperusahaan-Metode Ekuitas Disesuaikan Penuh


dan Metode Biaya
Induk perusahaan dapat menggunakan pencatatan akuntansi atas anak perusahaan
menggunakan salah satu dari metode. Selama anak perusahaan tersebut dikonsolidasi
metode akuntansi anak perusahaan di pembukuan induk perusahaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap laporan keuangan konsolidasi.
- Metode Ekuitas Disesuaikan Penuh
Untuk perusahaan yang memilih untuk mencatat investasinya menggunakan metode
ekuitas disesuaikan penuh untuk mencatat bagian proporsional dari laba dan dividen
anak perusahaan. Selain itu bagian dividen dan laba antarperusahaan dari transaksi
antarperusahaan dihilangkan dari laba induk perusahaan pada periode penjualan
antarperusahaan dengan mengurangi akun investasi dan laba yang diterima oleh
perusahaan.

- Metode Biaya
Apabila menggunakan metode biaya untuk akuntansi investasi pada anak perusahaan,
untuk perusahaan mencatat dividen yang diterima dari anak perusahaan selama periode
berjalan sebagai pendapatan. Dalam metode biaya, tidak ada jurnal yang dibuat untuk
mencatat bagian induk perusahaan atas laba anak perusahaan yang tidak
didistribusikan, amortisasi selisih atau menghilangkan laba antarperusahaan yang
belum terealisasi.

Anda mungkin juga menyukai