Anda di halaman 1dari 11

Subang, 01 Juli 2019

Nomor :
Lampiran :
Perihal : Permohonan Pengajuan Jasa Reuse

Kepada Yth.
Pimpinan PT.AMN
Rs.PTPN VIII Subang
di
tempat

Dengan Hormat,

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Semoga Allah yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang meridhoi semua yang akan
kita lakukan dan kita semua dimasukkan dalam golongan orang–orang yang senantiasa
mendapatkan petunjuk Nya, Aamiin.            

 Dalam rangka menunjang kinerja pelayanan unit hemodialisa dan meningkatkan


mutu pelayanan terhadap pasien hemodialisa RS.PTPN VIII Subang. Dengan ini mengajukan
Jasa Reuse Dializer. Sebagai bahan pertimbangan Bapak / Ibu,  kami   lampirkan 1(satu) 
berkas proposal mengenai Jasa yang kami ajukan.

Demikian proposal ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Subang, 01 Juli 2019


Kepala Unit Hemodialisa

Agus Salim AMK

1
LAMPIRAN

Pengertian Dializer / Ginjal Pengganti


Dializer atau Ginjal Pengganti adalah satu bagian dari mesin hemodialisis yang
berbentuk tabung. Dialyzer memiliki dua bagian yang dipisahkan oleh membran. Satu
bagian berisi larutan dialisis, yang lain berisi darah pasien.
Pengertian Reuse Dializer
Pemakaian ulang dializer (reuse dializer) adalah suatu tindakan pemakaian dializer lebih
dari satu kali pada pasien yang sama. Tindakan reuse dializer pertama kali dilakukan
oleh Shaldon Pads tahun 1964, yaitu dengan menyimpan dializer di dalam lemari es
sampai dialisis berikutnya. Tehnik reuse dializer selanjutnya berkembang semakin baik
sejalan dengan bertambahnya pusat-pusat dialisis yang melaksanakan tindakan reuse
dializer ini.
Keuntungan Menggunakan Reuse Dializer
Menghemat anggaran biaya yang di keluarkan oleh rumah sakit
Resiko pemaparan reuse terhadap petugas reuse
Terlampir dalam bentuk makalah

2
BAB I

PENDAHULUAN

TUNJANGAN RESIKO PERAWAT NEFROLOGI

I. Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini
pelayanan khususnya dibidang Hemodialisa sangat tergantung dari kerjasama antara Dokter dan
staf dibagian unit Hemodialisa. Oleh karena itu diperlukan standar operasional agar pelayanan
diruangan unit HD dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Keberhasilan dalam penanganan pasien
Dialisis salah satunya adalah karena faktor perawat. Perawat dituntut menguasai perkembangan
ilmu dan tekhnologi serta ketrampilan untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu dan
komprehensif.

Didalam pelayanan Hemodialisis yang terlibat langsung dengan pasien, Perawat Ginjal
Intensif diharuskan meningkatkan standar safety dalam melakukan prosedur dialisis disetiap
ruangan Hemodialisa. Karena banyak faktor resiko yang harus dihadapi petugas Hemodialisa
terutama untuk perawat. Faktor yang dapat menimbulkan resiko diantaranya penggunaan formalin
pada dialiser yang secara langsung petugas menghirup bahan kimia tersebut dan dampaknya dalam
jangka panjang dapat menyebabkan penyakit yang serius. Adapun faktor yang lain dapat terjadi
penularan karena terjadinya kontak darah antar pasien maupun pasien dengan petugas HD yang
bisa menularkan dan mempermudah penyebaran Hepatitis C, Hepatitis B dan HIV.

Oleh karena besarnya resiko yang dihadapi dan mulianya hati perawat ginjal Intensif maka
kiranya dapat menjadi perhatian khusus terutama Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan.
Kiranya di masa yang akan datang perawat Hemodialisa dapat disejajarkan dengan profesi yang
lain mengingat berat dan tugasnya serta resiko yang harus dihadapi.

II. Tujuan

Tindakan Perawat Hemodialisa yang penuh dengan resiko dalam melaksanakan tugasnya
mendapat perlindungan dan penghargaan serta pengakuan terhadap apa yang telah dilakukan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGARUH PENGGUNAAN ZAT KIMIA

Sejarah Reuse Dimulai tahun 1964 oleh Sheldon.Di Amerika 80% Center HD
melakukan reuse. Reuse dapat dilakukan dengan cara manual dan automatis ( renatron). Di
Indonesia dimulai tahun 1980 dan meningkat pada tahun 1998.

Formalin biasanya dipakai dalam pemrosesan Dialiser Reuse.. Bahan ini biasanya digunakan
sebagai antiseptik, germisida, dan pengawet. Formalin mempunyai banyak nama kimia
diantaranya adalah : formol, metylene aldehyde, paraforin.

Adapun penggunaan formalin dapat membahayakan, karena terdapat dua jalan masuk kedalam
tubuh yaitu dapat melalui mulut dan pernafasan. Formalin sangat berbahaya jika terhirup ,
mengenai kulit dan tertelan. Formalin dalam kandungan yang tinggi dapat bereaksi secara kimia
dengan hampir semua zat didalam sel, sehingga dapat menekan fungsi sel, sehingga
menyebabkan kematian sel dan kerusakan organ. Dapat bersifat karsinogenik, dan dapat
menyebabkan Kanker. Penelitian pada tikus dan anjing dalam jangka panjang secara bermakna
dapat menyebabkan Karsinoma saluran cerna seperti Adenocarpylorus.

Dampak dari penggunaan formalin :

 Luka bakar pada kulit


 Iritasi saluran pernafasan
 Reaksi alergi
 Bahaya kanker.

Proses dialiser ulang dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti formalin, H2O2, dan
Hipoclorite harus dilakukan dengan menerapkan prinsip kewaspadaan universal yang ketat,
sehingga resiko-resiko terhadap perawat yang melakukan dapat dihindari.

4
2.2 RESIKO TERJADINYA INFEKSI

a. Hepatitis B
Kemungkinan terjadinya kontak darah antar pasien maupun petugas HD dengan
pasien dapat mempermudah penyebaran Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV. Faktor resiko
utama transmisi Hepatitis B diruangan HD adalah pasien pengidap Hepatitis B, tidak adanya
Isolasi mesin HD dan kurang dari 50 % pasien belum mendapatkan Imunisasi. Diperlukan
Universal Precautions yang ketat agar perawat HD terhindar dari segala resiko-resiko
tersebut.

Tindakan Dialisis telah diidentifikasikan sebagai faktor resiko penularan Virus


Hepatitis. Virus ini dapat ditemukan dengan titer yang sangat tinggi didalam darah dan cairan
tubuh pasien dengan infeksi kronik virus ini ( > 10 8 virus particles per mm). Permukaan
lingkungan kerja yang terkontaminasi Virus Hepatitis B merupakan reservoir untuk transmisi
VHB. Permukaan lingkungan yang terkontaminasi oleh darah yang mengandung VHB masih
teap infeksius 1 minggu pada suhu 25 derajat celcius.

Cara penularan VHB diruang HD dapat melalui kontaminasi darah dengan alat
kesehatan, alat kesehatan yang dipakai bersama-sama, melalui petugas yang menangani
pasien HbsAg positif dan negatif secara bersamaan.

Mitsui dkk melaporkan bahwa tusukan jarum bekas pasien dapat menularkan virus pada
petugas HD.

b. Hepatitis C
Universal precautions yang ketat dapat mencegah transmisi hepatitis C di Unit
Hemodialisis yang tidak memakai mesin yang dikhususkan dan tidak ada isolasi khusus untuk
pasien dengan anti HCV positif. Hal ini terbukti dari hasil penelitian multisenter di Belgia
dengan pemantauan 54 bulan meliputi 963 pasien dari 15 unit HD. Angka kematian lebih
tinggi lebih tinggi pada pasien gagal ginjal terminal dengan Hepatitis C dibandingkan dengan
yang tidak dengan Hepatitis C.

5
BAB III.

PEMBAHASAN

a. Pengaruh Penggunaan Zat kimia


Dari berbagai resiko yang ada, peran perawat disamping sebagai pelaksana juga
diharuskan menerapkan kewaspadaan universal, agar resiko tersebut dapat dihindari. Imunitas
berperan penting dalam berdampaknya pengaruh formalin dalam tubuh kita. Dalam
konsentrasi yang rendah formalin akan larut dan dibuang bersama cairan, fomalin sulit
dideteksi dalam darah.

Pengaruh dan dampak penggunaan formalin dalam jangka pendek :

 Bersin-bersin
 Radang tonsil
 Radang tenggorokan
 Sakit dada
 Cepat merasa lelah
 Jantung berdebar-debar
 Diare, mual dan muntah
Reaksi pada kulit ditandai dengan :

 Perubahan warna
 Kulit menjadi merah
 Mengeras dan mati rasa
Reaksi pada mata :

 Iritasi mata
Terjadi gangguan saluran pernafasan :

 Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan


 Dapat menyebabkan kerusakan radang paru dan odem paru
Penanganan bila terpapar Formalin yaitu dengan cara :

 Cuci dan bersihkan dengan air sabun


 Bila terkena mata cuci dan bilas dengan air
 Segera ke Dokter untuk pengobatan lebih lanjut

6
Pencegahan dilakukan dengan menerapkan standar kewaspadaan universal dan bekerja sesuai
dengan SOP, yaitu dengan cara memakai alat perlindungan diri agar terhindar dari resiko-
resiko tersebut.

b. Resiko Terjadinya Infeksi


Dalam keterangan diatas telah disebutkan faktor-faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kerja dan produktifitas petugas HD. Oleh sebab itu pencegahan harus
dilakukan agar petugas HD terhindar dari resiko berbagai penyakit tersebut. Hal tentang kiat-
kiat agar kita terhindar dari resiko tingggi penularan infeksi, diantaranya dengan :

1. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum melakukan tindakan medik ataupun
tindakan non medik pada tiap pasien.
2. Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap melakukan penusukan atau penarikan
jarum pada tiap pasien.
3. Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap membersihkan luka ataupun bagian
mukosa.
4. Memakai sarung tangan baru sekali pakai, setiap memegang semua peralatan pasien.
5. Setiap staf yang melakukan penusukan dengan jarum, penarikan jarum dan aktifitas yang
berkaitan dengan darah, harus memakai masker pelindung mulut, kacamata pelindung
dan memakai plastik pelindung baju.
6. Setelah selesai melakukan penusukan, penarikan jarum,pembersihan luka atau bagian
mukosa atau setelah selesai memegang peralatan pasien, sarung tangan dilepas dan
dibuang ketempat khusus.
c. Cara penularan dan pencegahan
Penularan dan faktor resiko yang menyebabkan berbagai macam infeksi tersebut dapat melalui :
 Frekuensi transfusi darah yang cukup tinggi
 Melalui bekas luka trauma jarum suntik
 Kontrol standar pencegahan infeksi yang tidak benar
 Cairan filtrat dialisis
 Kontak antar pasien maupun dengan petugas HD
 Melalui mesin Dialisis
 Melalui dialiser + proses pakai ulang dialiser
Oleh sebab itu dilakukan pencegahan dan penanganan yang sesuai dengan SOP, antara lain :
a. Semua staf yang aktif melayani pasien HD, harus diperiksa HBsAg dan anti HCV
setiap 6 bulan
b. Imunisasi dengan vaksin Hepatitis B harus dilakukan pada setiap staf diruangan HD

7
c. Staf yang melayani pasien dengan HBsAg positif , tidak melayani pasien dengan
HBsAg negative pada hari yang sama
d. Pemeriksaan HIV secara berkala harus dilakukan pada semua staf rung HD, bila
diruang HD ada pasien terinfeksi HIV.

BAB IV
PENGAJUAN TUNJANGAN RESIKO
Perhitungan

Diketahui :
a. Jumlah Pasien hemodialisa 18 orang . Dalam 1 bln jumlah tindakan HD sebanyak 150
kali
b. Harga 1 Dializer baru Rp.200.000
c. Reuse Dializer 6X/pasien
d. Jumlah Tindakan Hemodialisa perbulan
25 hari X 6 pasien/hari (Dializer Reuse) = 150 Dializer Reuse /Tindakan HD
e. Harga 1X Tindakan HD Rp.737.000

Pembelian BHP = Harga dializer Baru X Jumlah tindakan / bulan


= 200.000 x 150 tindakan
= Rp 30.000.000 (Pembelian Dializer Baru)
Dan fakta di lapangan dengan dilakukannya Reuse kita dapat menekan jauh
lebih hemat mengunakan 20 Dializer Baru dengan 150 Tindakan dalam 18
pasien selama 1 bulan
Dengan dilakukannya tindakan reuse
Jumlah Dializer X harga Dializer baru
20 x Rp.200.000 = Rp. 4.000.000 (Lebih Hemat)
Jadi keuntungan yang diperoleh
Rp. 30.000 000 – Rp.4000.000 = Rp. 26. 000 000 (Laba)
Pengajuan JTR = Laba RS X 20%
= Rp.26.000.000 X 20 %
= Rp. 5.200.000 / Bulan

8
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam keterangan diatas sudah diketahui bermacam-macam tentang resiko perawat dibagian
Hemodialisa. Dalam melaksanakan tugasnya perawat HD bertanggung jawab bukan hanya kepada
pasien saja, tetapi harus bertanggung jawab terhadap dirinya dan keluarganya. Oleh sebab itu wajar
dan sepantasnya petugas dibagian Hemodialisa mendapat tunjangan khusus yaitu tunjangan resiko
tindakan Hemodialisa. Oleh sebab itu mohon dukungan dan kerjasamanya untuk bersama-sama
membahas dan menghasilkan kesepakatan tentang diusulkannya Tunjangan Resiko bagi petugas HD.

Dalam hal ini tentu berkaitan dengan mutu kualitas pelayanan Hemodialisa
RS.PT.Perkebunan Nusantara VIII Subang agar aspirasi kami agar dapat ditampung dan dibicarakan
bersama. Dan agar pertemuan-pertemuan yang diadakan ini bukan hanya sekedar kegiatan rutinitas,
akan tetapi menghasilkan suatu hasil yang berguna bagi RS.PT.Perkebunan Nusantara VIII Subang.

Mengingat berat tugas dan fungsinya serta resiko yang dihadapi untuk pengajuan
tunjangan resiko tersebut agar perawat Dialisis dapat sejajar dengan profesi-profesi yang lain dan
diakui sebagai perawat profesional.

9
BAB V

PENUTUP

Demikian Pengajuan yang dapat kami sampaikan, masih banyak kekurangan-


kekurangan tentunya. Kiranya Perawat Dialisis semakin bersatu dan semakin meningkatkan
ilmu dan pengetahuan seiring dengan kemajuan teknologi dizaman ini dan dapat berguna bagi
kemajuan RS.PT.Perkebunan Nusantara VIII Subang pada khususnya. Ibarat tiada gading
yang tak retak, maka kami mohon saran dan kritikan yang bersifat membangun agar dapat
memajukan dunia keperawatan dibidang Dialisis. Sekian dan terimakasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

 Rekomendasi Pengendalian Infeksi Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis C dan Human


Imunodeficiency Virus pada unit Hemodialisis di Indonesia, PERNEFRI, JAKARTA 2006.
 Judarwanto W, Pengaruh Formalin bagi system tubuh, Jakarta 2006
 www center health.com
 www sahabat ginjal.com

11

Anda mungkin juga menyukai