1594367283pendidikan Daerah Terpencil PDF
1594367283pendidikan Daerah Terpencil PDF
Penulis:
Mulyani Mudis Taruna
Editor:
Mustofa Asrori
Diterbitkan oleh:
LITBANGDIKLAT PRESS
Jl. M.H. Thamrin No. 6 Lantai 17 Jakarta Pusat
Telepon: 021-3920688
Fax: 021-3920688
Website: balitbangdiklat.kemenag.go.id
Anggota IKAPI No. 545/Anggota Luar Biasa/DKI/2017
Cetakan:
Pertama, November 2018
ISBN : 978-979-797-379-7
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
ii (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Kata Pengantar
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
iv (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
DAFTAR ISI
Bab 1
Mencari Format Pendidikan Agama .................................... 1
Bab 2
Pendidikan Agama dalam Kajian Teoritis .......................... 9
Mengapa Kurikulum Perlu Standar Nasional ...................... 14
Guru; Riwayatmu di Daerah Terpencil ................................. 17
Bahan ajar; Bagian dari mata pelajaran ................................. 19
Sarana dan prasarana pembelajaran ...................................... 20
Bab 3
Kajian Praktis Pendidikan Agama pada Lembaga
Pendidikan ................................................................................ 25
Kajian Praktis Pendidikan Agama;Sebuah Teknik Analisis
Data.............................................................................................. 29
Kajian Praktis Pendidikan Agama dalam Kajian Pustaka ... 31
Bab 4
Pendidikan Agama Antara Idealita Dan Realita Pada
Daerah Terpencil ...................................................................... 33
Madrasah Ibtidaiyah Annajmiyah Kec. Bojong Kab. Tegal. 34
Madrasah Hidayatul Mubtadiin Kec. Tonjong Kab. Brebes 50
Madrasah Al Hidayah Ngaren, Kec. Juwangi,
Kab. Boyolali ............................................................................. 57
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Kec. Juwiring Kab. Klaten .... 64
Profil Madrasah Ibtidaiyah Senet Kec. Selo Kab. Boyolali .. 69
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
v
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU 1 Cilangkap
Kec. Gumelar Kab. Banyumas ................................................. 71
Sekolah Dasar Negeri 1 Cilangkap Kec. Gumelar Kab.
Banyumas .................................................................................. 72
Madrasah Ibtidaiyah Al Anwar 01 desa Tempur
Kec. Keling Kab. Jepara ............................................................ 74
Madrasah Ibtidaiyah Al Anwar 02 Duplak Kec. Keling
Kab. Jepara .................................................................................. 75
Madrasah Tsanawiyah An Nawawi 04 Donorejo
Kec. Kaligesing Kab. Puworejo ............................................... 76
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Wonolelo Kec. Sawangan
Kab. Magelang ........................................................................... 80
Bab 5
Penyelenggaraan Pendidikan Agama pada Daerah
Terpencil .................................................................................... 83
Peran Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Agama ........................................................................................ 104
Peran Pemerintah terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Agama ........................................................................................ 107
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
Penyelenggaraan Pendidikan Agama .................................... 110
Bab 6
Model Penyelenggaraan Pendidikan Agama pada
Daerah Terpencil ..................................................................... 119
Standar Kompetensi Lulusan .............................................. 119
Standar Isi/Kurikulum Pendidikan Agama Islam ................ 120
Standar Proses dan Standar Penilaian ................................ 121
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan ....................... 122
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
vi (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Standar Sarana dan Prasarana ............................................ 123
Standar Pengelolaan ............................................................ 124
Standar Pembiayaan Pendidikan ......................................... 124
Peran Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Agama ....................................................................................... 126
Peran Pemerintah terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Agama ....................................................................................... 127
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
Penyelenggaraan Pendidikan Agama .................................... 128
Bab 7
Simpulan ................................................................................... 133
Model Penyelenggaraan Pendidikan Agama pada Daerah
Terpencil ..................................................................................... 133
Model Peran Masyarakat terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan Agama ................................................................... 134
Model Peran Pemerintah terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan Agama ................................................................... 134
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
Penyelenggaraan Pendidikan Agama .................................... 134
Saran............................................................................................ 135
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
vii
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
viii (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
BAB MENCARI FORMAT
I PENDIDIKAN
Bab 1 AGAMA
Mencari Format Pendidikan Agama
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
1
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
merebaknya teknologi informasi serta terjadinya interaksi
masyarakat desa dan kota memunculkan kesadaran
masyarakat untuk membangun peradaban baru melalui
lembaga pendidikan. Hal ini berlaku pada masyarakat dengan
tingkat ekonomi dan pendidikan yang rendah serta pada
masyarakat yang berada di wilayah pedesaan atau masyarakat
yang berada di daerah terpencil.
Kesadaran masyarakat untuk menyelenggarakan
lembaga pendidikan formal menunjukan adanya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya lembaga pendidikan formal
untuk meningkatkan sumber daya manusia. Dan kesadaran
ini muncul biasanya setelah terdapat tokoh masyarakat (tokoh
agama) yang kembali ke dusunnya setelah menimba ilmu di
luar desa. Di berbagai daerah terpencil di Jawa Tengah,
pendirian lembaga pendidikan formal seperti Madrasah
Ibtidaiyah (MI) diawali oleh ide dari anggota masyarakat yang
kembali setelah menimba ilmu di pondok pesantren maupun
di Perguruan Tinggi Islam di berbagai daerah.
Perkembangan lembaga pendidikan formal (MI) pada
awalnya berjalan apa adanya, namun demikian dengan
berjalannya waktu mulai tumbuh dengan melengkapi sarana
dan prasarana pembelajaran. Begitu juga tenaga pendidik dan
kependidikan mulai diperhatikan, yaitu dengan
menempatkan sesuai dengan kompetensinya. Bagi tenaga
pendidik yang belum memiliki legalitas ijazah setingkat
Sarjana S.1 diusahakan untuk melanjutkan pendidikan S.1.
dan bagi yang sudah memiliki gelar sarjana diupayakan untuk
mengikuti pendidikan profesi sebagai guru.
Usaha manajemen MI untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di MI dari berbagai kompetensi tenaga pendidik,
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
2 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
fasilitas pembelajaran selalu ada peningkatan. Namun
demikian, perhatian Pemerintah untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas masih perlu terus di dorong agar lembaga
pendidikan formal di daerah terpencil memiliki semangat
untuk mengembangkannya agar lebih berkualitas. Lembaga
pendidikan formal di daerah terpencil sering merasa iri
dengan lembaga pendidikan formal di daerah perkotaan.
Mereka berjalan apa adanya dengan fasilitas dan guru yang
serba terbatas, sementara itu, di MI di daerah perkotaan
dengan akses ke Kementerian Agama lebih mudah untuk
memperoleh pembinaan dan pembenahan fasilitas
pembelajaran.
Lembaga pendidikan formal di daerah terpencil adalah
aset bangsa yang membutuhkan banyak perhatian terutama
dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang sedang
berjalan.
Hal ini diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945
pasal 31 ayat 1 yang berbunya "Setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan" dan pasal 3 berbunyi "Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang".
Salah satu lembaga pendidikan formal yang masih
memerlukan perhatian Pemerintah adalah Madrasah/sekolah
yang masih berada dalam tingkat Wajardikdas 9 tahun, baik
MI/SD maupun MTs/SMP. Madrasah/Sekolah tersebut berada
di daerah terpencil yang letaknya jauh dari ibukota
Kabupaten, sulit dari jangkauan kendaraan, terisolir, tidak ada
angkutan umum, dan belum teraliri listrik dari PLN.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
3
Penyelenggaraan Madrasah/sekolah di daerah
terpencil terutama dalam aspek penyelenggaraan pendidikan
agama merupakan bentuk kepedulian masyarakat terpencil
dalam membangun masyarakat terhadap peningkatan Sumber
Daya Manusia (SDM). Peningkatan SDM ini tidak hanya pada
aspek pengetahuan umum saja melainkan juga
pengembangan dalam aspek pengetahuan agama. Hal ini
sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang SISDIKNAS Pasal 15 bahwa jenis pendidikan
mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
vokasi, keagamaan dan khusus.
Madrasah/sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
yang menyelenggarakan pendidikan agama merupakan
lembaga pendidikan formal yang ditegaskan dalam Pasal 17
ayat 2 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, yaitu bahwa
Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar dan madrasah atau
bentuk lain yang sederajat. Adapun kesamaan hak untuk
memperoleh pendidikan agama yang berkualitas pada tingkat
dasar merupakan kebutuhan bagi peserta didik meskipun
berada di daerah terpencil atau di daerah pedesaan.
Penjelasan tuntutan kesamaan pendidikan yang berkualitas ini
telah dituangkan dalam UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 pada
bab IV pasal 5 ayat (1) bahwa setiap warga negara mempunyai
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Amanat undang-undang ini dipertegas lagi pada ayat (3)
bahwa warga negara di daerah terpencil atau terbelakang
serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh
pendidikan layanan khusus.
Adanya tuntutan UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 di
atas menunjukan bahwa kedudukan peserta didik untuk
memperoleh pendidikan agama pada tingkat dasar di daerah
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
4 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
terpencil perlu medapat perhatian yang lebih serius. Hal ini
dikarenakan mereka memiliki hak dan kedudukan yang sama
sebagai warga negara Indonesia dalam memperoleh
pendidikan terutama dalam pemerolehan pendidikan agama
dan keagamaan. Padahal, apabila dilihat dari realitas yang ada
bahwa secara umum lembaga pendidikan terutama tingkat
dasar di daerah terpencil kurang mendapatkan perhatian yang
cukup dari pemerintah.
Dalam aspek pendidikan agama, terdapat beberapa
aspek yang menjadi persoalan dalam pelaksanaan dan
penanaman pendidikan agama. Menurut Khusnuddin, bahwa
diantara persoalan tersebut adalah;
1. Budaya guru yang menyajikan pembelajaran secara
tradisional menitikberatkan kepada aspek kognitif dengan
mengabaikan aspek afektif dan pembentukan sikap
2. Perhatian dan kepedulian terhadap upaya peningkatan
mutu berkaitan dengan upaya perubahan kurikulum
kurang
3. Kemampuan guru untuk menghubungkan relevansi mata
pelajaran pendidikan agama Islam dengan kehidupan
nyata sehari-hari perlu terus dibangun
4. Ketersediaan tenaga pendidikan yang memiliki kualifikasi
yang memadai dalam memberikan layanan pembelajaran
5. Penyediaan lahan dan prasarana yang layak untuk
penyelenggaraan pendidikan agama
6. Pembinaan dari instansi induk kurang memadai1.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
7
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
8 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
BAB PENDIDIKAN AGAMA
II DALAM KAJIAN
Bab 2 TEORITIS
Pendidikan Agama dalam Kajian Teoritis
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
9
Masyarakat yang berada di dusun tertinggal atau
terpencil secara umum memiliki kriteria tertentu. Kriteria
yang menjadi pokok dilihat dari aspek ekonomi masyarakat,
sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan
keuangan daerah, aksesibilitas, dan karakteristik
daerah.Dengan kriteria tersebut, bahwa paling tidak di
Indonesia masih terdapat 122 daerah yang termasuk dalam
kategori untuk tahun 2015 – 2019 (setkab.go.id/122 daerah ini
ditetapkan pemerintah sebagai daerah-tertinggal 2015.
didownload tanggal 13 April 2017).
Dari data di atas merupakan data yang menyebar di
seluruh wilayah di Indonesia, baik di Jawa maupun di Luar
Jawa. Adapun kriteria wilayah yang dijadikan dasar secara
makro pada tingkat yang lebih luas, yaitu Kabupaten ataupun
Kecamatan. Kriteria ini juga akan lebih terlihat pada tingkat
desa atau dusun, hal ini dikarenakan pada daerah yang
memiliki wilayah luas, maka semakin ke desa dan dusun
sebagai daerah terpencil akan mengalami kondisi yang lebih
memperihatinkan, yaitu tingkat ekonomi rendah, SDM
rendah, sarana dan prasarana umum sangat minimalis, dan
aksesibilitas menuju wilayah tersebut sulit untuk dijangkau.
Dalam perkembangan dewasa ini, daerah terpencil
khususnya di Jawa Tengah mengalami penyusutan, baik dari
segi jumlah maupun dari kriteria. Sebagai salah satu contoh,
bahwa dalam aspek aksesibilitas, beberapa desa maupun
dusun sudah bisa dijangkau meskipun dengan menggunakan
roda dua, aliran listrik sudah bisa dinikmati meskipun dengan
tenaga surya, pendidikan formal sudah diselenggarakan
sehingga dapat dijadikan dasar pengembangan SDM, dan
modal kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
pendidikan bagi manusia sudah mulai tinggi.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
10 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Adaptasi masyarakat daerah terpencil untuk
memperoleh kehidupan yang layak terus menggeliat. Bahkan
usaha untuk mengikuti dinamika perkembangan lembaga
pendidikan formal sudah mengikuti perkembangan secara
nasional. Contoh dari dinamika pengembangan tersebut
adalah penerapan kurikulum secara nasional, yaitu kurikulum
2013 (Kurtilas) berusaha untuk dilaksanakan meskipun secara
tertatih tatih, baik dari aspek tenaga pendidik dan
kependidikan maupun dari bahan ajar yang diperoleh dan
sarana dan prasarana. Keterbatasan ini nampaknya disikapi
dengan antusiaisme masyarakat daerah terpencil untuk
memperoleh pendidikan yang layak dan mampu beradaptasi
secara nasional di era global sekarang ini.
Adanya perubahan paradigma masyarakat daerah
terpencil terhadap pendidikan bergerak melalui proses yang
berkesinambungan, yaitu adanya usaha dari Pemerintah dan
usaha dari anggota masyarakat yang terdidik secara terus
menerus. Perubahan tersebut juga akan selalu terjadi seiring
dengan perkembangan sains dan ilmu pengetahuan serta
tingkat modernitas yang berkembang. Dengan demikian,
dalam konteks dunia pendidikan perubahan tersebut
merupakan keniscayaan dan dilakukan secara terencana dan
sistematis serta tidak asal-asalan. Bahkan juga dilakukan
langkah evaluatif selalu dilakukan. Menurut Winardi (2008;3)
perubahan yang tidak direncanakan terjadi secara spontan
atau secara acak maka perubahan tersebut dapat bersifat
merusak. Perubahan yang direncanakan merupakan sebuah
reaksi langsung terhadap persepsi seseorang tentang adanya
suatu celah kinerja (a performance gap) antara keadaan yang
diiginkan dan keadaan nyata.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
11
Dunia pendidikan formal di daerah terpencil juga
dituntut untuk mengalami perubahan sesuai dengan
peraturan yang terjadi dalam skup nasional. Tuntutan
perubahan tersebut tidak lepas dari adanya penetapan 8
standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan melalui PP
No. 19 tahun 2005 pada Bab 1 Pasal 1 ayat 1, yaitu Standar
nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dalam pasal ini juga ditetapkan adanya
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses,
Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Standar
Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Pembiayaan Pendidikan, dan Standar Penilaian Pendidikan
Selain standar nasional pendidikan di atas yang harus
dicapai oleh lembaga pendidikan formal berlaku bagi
madrasah dan sekolah, juga terdapat faktor yang
mengharuskan adanya perubahan, yaitu diberlakukannya
kurikulum secara nasional, adanya persyaratan menjadi
tenaga pendidik atau guru yang profesional dan kompeten,
dan berbagai persoalan pendidikan yang harus diikuti oleh
lembaga pendidikan formal. Kurikulum baru yang ditetapkan
dengan istilah kurikulum 2013 (Kurtilas) harus dilaksanakan
oleh madrasah/sekolah meskipun dilakukan secara bertahap
sambil menyelesaikan kurikulum sebelumnya, yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Sementara itu, guru sebagai tenaga pendidik paling
tidak harus memiliki kualifikasi pendidikan Sarjana S.1 dan
harus mengikuti pendidikan dan latihan (Diklat) Kurtilas.
Ketentuan kualifikasi guru ini tidak lepas dari profesionalitas
dan kompetensi guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Menurut Danim (2002;90) guru mempunyai
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
12 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
peranan penting dan merupakan kunci pokok bagi
keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Guru harus siap
melaksanakan pembelajaran di sekolah (madrasah) sesuai
dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
Prinsip penyelenggaraan pendidikan pada
madrasah/sekolah adalah untuk mengembangkan anak-anak
sebagai calon peserta didik memiliki kecerdasan dalam ilmu
pengetahuan. Begitu juga dalam penyelenggaraan Pendidikan
Agama Islam yang diberikan di madrasah/sekolah merupakan
pembelajaran praktis yang tidak hanya mengedepankan
kemampuan verbal melainkan juga membentuk sikap atau
perilaku yang baik. Menurut Mulyasa (2011;7), bahwa peran
sekolah (madrasah) dan guru yang pokok adalah
menyediakan dan memberikan fasilitas untuk memudahkan
dan melancarkan cara belajar siswa. Dan peran pendidikan
agama Islam menurut Fazlur Rahman yang dikutip oleh
Sutrisno adalah proses untuk menghasilkan manusia
(ilmuwan) yang integrative yang padanya terkumpul sifat-sifat
seperti kritis, kreatif, inovatif, progresif, adil, jujur, dan
sebagainya (Lestari, 2010;33-34)
Ada beberapa faktor yang menjadi pendukung
madrasah/sekolah mampu memberikan fasilitas pembelajaran
yang diharapkan, yaitu kurikulum yang dijadikan rujukan,
ketersediaan guru, bahan ajar dalam setiap mata pelajaran,
dan daya dukung Sarana dan prasarana pembelajaran.
Apabila keempat faktor tersebut tersedia dengan baik dan
dapat dipahami secara komprehensif, maka penyelenggaraan
pendidikan agama secara praktis dapat berjalan sesuai
dengan program madrasah/sekolah.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
13
Mengapa Kurikulum Perlu Standar Nasional
Kurikulum di Indonesia selalu mengalami perubahan
yang berlaku tanpa mengenal kondisi wilayah, sehingga pada
daerah terpencilpun harus mengikuti kurikulum yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Nasution (2008;3)
bahwa perubahan zaman menuntut kurikulum baru dan juga
pengertian baru mengenai makna kurikulum itu sendiri.
Pengertian kurikulum seperti ini berlaku bagi seluruh
lembaga pendidikan formal di seluruh Indonesia tanpa
terkecuali. Padahal menurut Ahmad Tafsir (1994;53), bahwa
kurikulum bukanlah sekedar rencana pembelajaran yang
tersusun dalam sejumlah mata pelajaran, melainkan
kurikulum adalah semua yang secara nyata terjadi dalam
proses pembelajaran di madrasah dan kurikulum ini akan
selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Menurut Khaerudin (2007:25), kurikulum dapat
berubah atau mengalami penyempurnaan sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan zaman. Oleh karena itu,
kurikulum akan mempengaruhi terhadap dinamika lembaga
pendidikan formal secara terus menerus seiring juga dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Menurut A. Ferry T.
Indratno yang disitir oleh Moh. Yamin (2009;15) bahwa
kurikulum adalah program dan isi dari suatu sistem
pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi
pengetahuan antargenerasi dalam masyarakat. Dalam
melakukan proses akumulasi pengetahuan ini diperlukan
prinsip-prinsip dalam penyusunan kurikulum.
Menurut Basri (2013;138), prinsip-prinsip kurikulum
antara lain;
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
14 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
1. Senantiasa bertautan dengan nilai pendidikan yang dianut,
misalnya berkaitan dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat dan ajaran agama
2. Bersifat holistik, integral, dan universal, artinya memiliki
kesatupaduan dengan berbagai tujuan yang berhubungan
dengan aspek ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, dan
ideologi negara.
3. Equilibrium atau keseimbangan, artinya kurikulum
mengarahkan pendidikan siswa ke arah pendidikan
jasmaniah dan rohaniah, dunia dan ukhrowi, serta material
dan spiritual.
4. Markatable yaitu kurikulum mudah dan laku di pasaran
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
5. Pengembangan bakat dan minat yang sepadan dengan
kebutuhan siswa
6. Mudah diterapkan dalam kehidupan
Dalam skala nasional, kurikulum disusun untuk semua
lembaga pendidikan formal dan memiliki aturan yang sama
terhadap semua lembaga pendidikan formal. Hal ini sesuai
dengan yang ditulis oleh Yulaelawati (2007;33) bahwa
kurikulum sebagai reproduksi kebudayaan adalah untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional di mana pemerintah
menuntut pendidik untuk membangun generasi yang
mempunyai peradaban dan martabat yang tinggi, bertahan,
berdaya saing, serta mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman.
Kurikulum yang disusun secara nasional tidak
membedakan aspek kewilayahan, yaitu diterapkan pada
semua wilayah, baik perkotaan, pedesaan maupun pada
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
15
daerah terpencil. Persoalannya adalah mungkinkah
perubahan kurikulum yang terjadi selalu mengikat lembaga
pendidikan formal di seluruh pelosok tanah air seketika?
Persoalan inilah yang kemudian menjadikan kurikulum 2013
diberlakukan secara bertahap. Hal ini dikarenakan ada
berbagai aspek yang harus terpenuhi untuk melaksanakan
sebuah kurikulum baru. Paling tidak menurut Ahmad
Aprillah (pimpinan umum LPM Pena FKIP Unram), bahwa
setidaknya ada tiga komponen penting yang ada dalam
kurikulum yaitu komponen tujuan pendidikan, komponen
proses, dan komponen evaluasi, sehingga Kurikulum boleh
berganti-ganti namun tujuan pendidikan yang dirumuskan
dalam kurikulum tidak boleh melenceng dari apa yang
diamanatkan pancasila dan UUD 1945 (www.academia.edu
tanggal 16 juni 2014).
Pada daerah terpencil, ketiga komponen diatas (tujuan,
proses, dan evaluasi) dapat dilaksanakan, hanya saja pada
komponen proses pembelajaran masih banyak hal yang masih
perlu didorong. Apalagi dalam K-13 standar proses yang
menjadi acuan adalah Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 65 Th. 2013, yaitu Proses Pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Dorongan terhadap pelaksanaan pendidikan di daerah
terpencil menjadi sangat penting karena secara kewilayahan,
teknologi informasi, maupun perangkat pembelajaran masih
sangat terbatas. Bahkan dari aspek kurikulum sering
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
16 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
mengalami hambatan atau ketertinggalan informasi.
Meskipun demikian, Pemerintah pusat atau Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nasional tetap memberlakukan
kurikulum dengan standar nasional dan tidak berusaha untuk
menyusun kurikulum yang khusus untuk daerah terpencil.
Begitu juga kurikulum Pendidikan agama Islam, Kementerian
Agama sudah memberlakukan Kurtilas tanpa terkecuali di
lembaga pendidikan formal di daerah terpencil.
Secara umum, kurikulum pendidikan agama Islam di
madrasah/sekolah telah menerapkan Kurtilas dan Pendidikan
agama Islam sebagai sumber dalam pembelajaran praktis di
madrasah/sekolah untuk daerah terpencil mulai ada
perbaikan. Hanya saja, pada sisi sisi tertentu masih terdapat
berbagai kekurangan. Kekurangan tersebut terutama buku
sebagai sumber bahan ajar yang berbasis BSE sulit untuk
diakses, tenaga pendidik yang menyampaikan bahan ajar
belum mengikuti diklat Kurtilas, dan manajemen pengelolaan
madrasah/sekolah terkesan apa adanya, serta fasilitas
pembelajaran yang dibutuhkan sesuai dengan capaian
kurikulum dan tujuan pendidikan nasional kurang terlenuhi.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
17
harus dimiliki, seperti daya dukung kemampuan verbal
(keimanan, pancasilais, dan normal secara kejiwaan) dan
menguasai materi bahan ajar sesuai dengan bidang studi atau
mata pelajaran masih sangat kurang.
Secara teoritis tenaga pendidik harus memiliki
kompetensi personal (pribadi), profesional, dan kompetensi
sosial kemasyarakatan.Kompetensi personal merupakan
kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran
agama, kemampuan menghormati dan menghargai antarumat
beragama, kemampuan berperilaku sesuai dengan norma,
aturan, dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat,
mengembangkan sifat terpuji, dan bersifat demokratis dan
terbuka terhadap pembaharuan dan kritik (sanjaya,2010;277-
278).
Sementara itu, kompetensi profesional yang berkaitan
langsung dengan peserta didik dalam PBM juga menjadi
sangat penting dimiliki. Menurut Sanjaya (2010;278), bahwa
kompetensi profesional dalam dunia pengajaran adalah
kompetensi yang sangat penting karena langsung
berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Contoh dari
kompetensi ini adalah kemampuan menguasai landasan
kependidikan, pemahaman dalam bidang psikologi
pendidikan, menguasai materi pelajaran, kemampuan
melaksanakan evaluasi pembelajaran, dan kemampuan
menyusun program pembelajaran.
Kemampuan lain yang cukup penting adalah
kemampuan sosial. Kemampuan ini pada daerah terpencil
tidak diragukan lagi. Asumsinya adalah kemauan untuk
mengajar di daerah terpencil merupakan nilai tersendiri secara
sosial kemasyarakatan. Kemauan tenaga pendidik mengajar
merupakan kepedulian untuk mencerdaskan masyarakat
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
18 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
terutama generasi bangsa. Kompetensi sosial ini berhubungan
dengan kemampuan tenaga pendidik sebagai anggota
masyarakat sekaligus makhluk sosial.
Harapan untuk memperoleh tenaga pendidik yang
handal, profesional, dan kompeten bagi daerah terpencil
masih berupa harapan panjang, hal ini dikarenakan untuk
menyiapkan ketersediaan tenaga pendidik sesuai dengan
kelas yang dimiliki di beberapa wilayah terpencil juga masih
kekurangan. Pada beberapa daerah terpencil sering
diinformasikan adanya kekurangan tenaga pendidik, sehingga
tenaga pendidik atau guru diserahkan kepada siapa saja
anggota masyarakat yang memiliki kesempatan mengajar dan
memiliki sedikit bekal untuk mengajar meskipun tidak
memiliki kompetensi sesuai dengan penguasaan mata
pelajaran. Padahal dalam konteks kekinian, seseorang untuk
menjadi guru lebih baik untuk dilakukan uji kompetensi.
Menurut Mulyasa (2011;188), bahwa pentingnya uji
kompetensi guru adalah sebagai alat untuk mengembangkan
standar kemampuan profesional guru, sebagai alat seleksi
guru, untuk mengelompokan guru, sebagai bahan acuan
dalam pengembangan kurikulum, sebagai alat pembinaan
guru, dan mendorong kegiatan hasil belajar. Melalui uji
kompetensi guru ini adalah untuk meningkatkan kualitas
guru itu sendiri.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
22 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
diperhitungkan setelah kualitas yang diharapkan dapat
terwujud. Madrasah bukan lagi menjadi lembaga pendidikan
formal nomor dua setelah lembaga pendidikan formal umum.
Lebih jauh, Manakar Madrasah sebagai lembaga pendidikan
formal yang setara dengan sekolah umum akan memiliki nilai
strategis dalam skup lembaga pendidikan nasional.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
23
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
24 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
BAB KAJIAN PRAKTIS PENDIDIKAN
Bab III
3 AGAMA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN
Kajian Praktis Pendidikan Agama pada Lembaga
Pendidikan
Buku ini merupakan hasil kajian penelitian yang
dilakukan di madrasah/sekolah wajar dikdas 9 tahun. Kajian
penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam yang diselenggarakan oleh madrasah/sekolah
yang berada di daerah terpencil atau daerah yang sulit
memperoleh jangkauan transportasi. Hal yang menarik dari
kajian ini adalah lokasi wilayah kajian yang berada di daerah
terpencil yang berada di 8 wilayah Kabupaten Provinsi Jawa
Tengah. Mengapa ini menjadi sangat penting adalah adanya
informasi awal baik dari Kementerian Agama Kabupaten
maupun dari para tokoh masyarakat. Informasi awal tersebut
antara lain;
1. Madrasah/sekolah tingkat wajardikdas 9 tahun berada di
daerah terpencil jauh dari ibukota Kabupaten atau berada
di daerah yang terisolir
2. Madrasah/sekolah berada di wilayah yang sulit dijangkau,
baik menggunakan kendaraan roda 4 maupun roda dua.
3. Tidak ada alat transportasi umum yang bisa menjangkau
madrasah/sekolah di daerah terpencil terutama untuk
sarana transportasi peserta didik.
4. Penyelenggaraan lembaga pendidikan formal MI/SD
maupun MTs/SMP di daerah terpencil secara umum
berjalan apa adanya atau dalam keterbatasan, baik dari
aspek tenaga pendidik, fasilitas pembelajaran, maupun dari
aspek pendukung pembelajaran lainnya,
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
25
5. Pelaksanaan pendidikan agama pada lembaga pendidikan
formal MI/SD maupun MTs/SMP di daerah terpencil tidak
atau kurang memperhatikan kompetensi guru maupun
materi pelajaran, dan
6. Kementerian Agama yang merupakan instansi induk bagi
pembinaan Madrasah maupun guru agama di SD maupun
SMP sering dinilai kurang aktif untuk mengadakan
pembinaan terhadap keberadaan madrasah maupun guru
agama.
7. Pengawas sebagai “tangan panjang” Kementerian Agama
sebenarnya telah melakukan tugas kepengawasan cukup
maksimal, akan tetapi kendala waktu dan lokasi menjadi
kurang efektif untuk melakukan tugas kepengawasan
secara rutin.
Melalui informasi awal ini dilakukan pemetaan dengan
berbagai pertimbangan diatas dan diputuskan untuk
menetapkan madrasah/sekolah menjadi inti kajian. Ke 8
madrasah/sekolah tersebut adalah MI Hidayatul Mubtadiin
Kabupaten Brebes, MI Annajmiyah, Kabupaten Tegal, MI Al
Hidayah Kabupaten Boyolali, MI Ma’arif dan MI Senet
Kabupaten Klaten, MI Ma’arif NU 1 dan SD N 1 Kabupaten
Banyumas, MI Al Anwar 01 dan 02 Kabupaten Jepara, MTs An
Nawawi 04 Kabupaten Purworejo, dan MI Ma’arif Kabupaten
Magelang.
Untuk memperoleh kajian yang lebih mendalam, maka
kajian ini juga mendesain rentang waktu yang digunakan
untuk menyusun Desain Operasional (DO), pembahasan DO,
studi kelayakan, penyelerasan DO dengan hasil studi
kelayakan, pengumpulan data, penyusunan draft hasil
penelitian, pembahasan draft hasil penelitian, dan desiminasi
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
26 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
hasil penelitian. Alur proses kegiatan penelitian tersebut
dianggap selesai setelah penyusunan buku sebagai wujud dari
karya ilmiah yang telah dipertanggungjawabkan.
Dalam kajian penelitian ini memfokuskan pada
Pendidikan Agama Islam (PAI) secara praktis. Oleh karena
itu, data penelitian lebih pada data yang bersifat kualitatif
yang terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer
terkait langsung dengan substansi penelitian, yaitu model
penyelenggaraan PAI di madrasah/sekolah, peran masyarakat
dalam penyelenggaraan PAI di madrasah/sekolah, peran
Pemerintah dalam penyelenggaraan PAI di madrasah/sekolah,
dan faktor pendukung dan penghambat dalam
penyelenggaraan PAI di madrasah/sekolah. Adapun data
sekunder merupakan data pendukung terselenggaranya
penyelenggaraan PAI di madrasah/ sekolah. Mengingat data
penelitian berupa data kualitatif, maka wujud data berupa
informasi lisan, tulis, aktivitas, dan kebendaan.
Sumber data penelitian diperoleh dari informan,
arsip/dokumen, dan kenyataan yang berproses. Informan
yang menjadi sumber data adalah Kasi Penma Kementerian
Agama Kabupaten, Kepala Madrasah/sekolah, Pengawas PAI,
Tenaga pendidik dan kependidikan di madrasah/sekolah,
tokoh masyarakat. Arsip dan dokumen sebagai data
pendukung berupa silabus, RPP, dan dokumen-dokumen
pendukung lainnya yang terkait dengan fokus penelitian,
Kenyataan yang berproses merupakan data yang sedang
dalam proses kegiatan, seperti pembelajaran PAI di kelas
dengan melihat kesesuaian RPP dengan praktek pembelajaran
PAI, interaksi keberagamaan dan keberagaman diantara
peserta didik dan diantara tenaga pendidik dan kependidikan
serta diantara seluruh warga sekolah dengan masyarakat.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
27
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini melalui wawancara, pengamatan, studi
dokumen, dan triangulasi data. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh data yang lebih mendalam dan akurat terkait
dengan penyelenggaraan PAI. Wawancara ini dilakukan
dengan Kepala madrasah/sekolah, guru, peserta didik,
pengawas, pejabat Kemenag Kabupaten, Yayasan, dan tokoh
masyarakat.
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh informasi
yang lebih akurat tentang model penyelenggaraan pendidikan
agama Islam yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di
luar kelas, teknik atau metode yang dikembangkan dalam
PBM pendidikan agama Islam, kinerja manajemen madrasah,
dan kondisi fasilitas madrasah/ sekolah. Wawancara
dilakukan secara bebas tidak terikat dengan mengedepankan
pada kontens atau substansi penelitian, meskipun demikian
telah disiapkan instrumen yang bersifat terbuka sehingga
memungkinkan untuk memperoleh data yang lebih luas dan
mendalam, yakni data berkaitan dengan penerapan 8 standar
nasional pendidikan, peran masyarakat dan pemerintah
dalam penyelenggaraan pendidikan agama Islam, dan faktor
pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan
pendidikan agma Islam.
Studi dokumen dilakukan untuk memperoleh data
terutama berkaitan dengan penyelenggaraan Pendidikan
Agama Islam dalam bentuk dokumen-dokumen. Adapun data
yang bersifat dokumentasi adalah silabus pembelajaran PAI,
RPP yang disusun guru berkaitan dengan mata pelajaran PAI,
hasil evaluasi pembelajaran, dokumen-dokumen lain yang
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
28 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
penyelenggaraan PAI. Studi dokumen ini menjadi sangat
penting terkait dengan data-data yang selama proses
berjalannya lembaga pendidikan formal dalam kurun waktu
tertentu. Adapun triangulasi data adalah untuk menguatkan
data-data hasil wawancara, pengamatan, dan studi dokumen,
sehingga kesahihan data dapat dipertanggungjawabkan dan
sifat data menjadi lebih akurat
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
29
Pengumpulan
Data
Penyajian Data
Reduksi
Data
Penarikan
Kesimpulan/
Verifikasi
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
30 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
madrasah/sekolah dari latar belakang berdirinya madrasah/
sekolah, visi dan misi, kurikulum yang dilaksanakan, sampai
pada lulusan. Penarikan kesimpulan sebagai tahap akhir dari
penelitian ini disinkronkan dengan rumusan penelitian dan
tujuan penelitian yang telah ditetapkan di awal penyusunan
desain penelitian.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
32 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
BAB PENDIDIKAN AGAMA ANTARA IDEALITA
IV DAN REALITA
BabPADA
4 DAERAH TERPENCIL
Pendidikan Agama Antara Idealita dan Realita pada Daerah
Terpencil
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
33
Madrasah Ibtidaiyah Annajmiyah Kec. Bojong Kab. Tegal
Salah satu Madrasah yang berada di wilayah terpencil
berbatasan antara Kabupaten Tegal dengan Kabupaten
Pemalang adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Annajmiyah yang
berada di jalan Desa Kajenengan Rt 01 Rw. 03 Bojong. MI
Annajmiyah memiliki No.Statistik Madrasah: 111233280163
dan NPSN 60713494 dengan No SK Pendirian
Kd.11.28/4/PP.00/3249/2011. MI ini berdiri tahun 2011 dengan
status madrasah Swasta. Menurut Kepala MI Annajmiyah –
Sobari – bahwa pendirian MI ini dilatarbelakangi oleh
banyaknya anak usia sekolah yang tidak sekolah.
MI Annajmiyah berada di dukuh Raki yang agak jauh
dari pusat desa Kajenengan dan kota kecamatan Bojong. Jarak
antara MI dengan kantor desa 1.5 km melewati dukuh krajan
dan jarak antar MI dengan kota Kecamatan 14 km. serta jarak
antara MI dengan Kabupaten Tegal 40 Km. Menurut Sobari
(Kepala MI dan alumni PGAN Pekalongan), bahwa
banyaknya anak usia sekolah yang tidak sekolah adalah
karena kondisi geografis yang sulit bagi anak untuk sekolah
yang berada diluar dukuh Raki. Alasan lain adalah secara
ekonomi, bagi masyarakat yang tidak memiliki kendaraan
motor sendiri secara otomatis tidak dapat mengantarkan
anaknya ke sekolah yang terdekat (SD Negeri). Meskipun
demikian terdapat beberapa peserta didik yang sekolah di MI
memiliki jarak lebih dari 1 sampai 2 km melintasi SD
Kajenengan 22.
2 Menurut salah satu wali murid bahwa anak yang jauh diantar oleh
orang tuanya dan pulangnya diantar oleh guru MI. Menurut pihak kepala
MI dan guru MI bahwa untuk pulangnya biasanya diantar guru secara
bergantian atau yang memiliki waktu.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
34 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Sejarah akan berdirinya madrasah ini adalah dari
adanya kegelisahan Sobari (alumni PGA) melihat anak-anak
usia sekolah yang belum sekolah. Ide mendirikan madrasah
ini ternyata ditolak oleh tokoh masyarakat (tokoh agama)
karena berbagai pertimbangan seperti kondisi ekonomi
masyarakat yang kurang memungkinkan. Namun demikian,
seiring dengan berjalannya waktu, Sobari menjadi kepala desa
Kajenengan. Dengan posisi seperti inilah, Sobari memiliki
“kekuasaan” untuk merealisasikan pendirian madrasah
tersebut dan membuat proposal pendirian serta membuka
pendaftaran siswa baru. Pada saat penerimaan siswa baru,
diangkat Bapak Basori sebagai Kepala MI pada tahun ajaran
2011/2012 dan bertempat di TPQ Miftahul Huda IV sebagai
pusat pembelajaran. Pada tahun ajaran 2012/2013 dan
2013/2014 pusat pembelajaran berpindah menggunakan
gedung madrasah salafiyah dan pada tahun ajaran 2014/2015
sampai sekarang kembali menggunakan gedung TPQ
Miftahul Huda IV dengan Kepala MI Bapak Sobari setelah
lepas jabatan dari Kepala Desa Kajenengan.
Setelah berdiri MI Annajmiyah ternyata respons
masyarakat cukup baik dan semua anak yang sudah memiliki
usia sekolah atau bahkan telah melebihi usia sekolah langsung
didaftarkan oleh orang tuanya. Bahkan dalam
perkembanganya terdapat beberapa siswa yang berasal dari
luar dukuh Raki dengan jarak paling jauh 2 km bersekolah di
MI Annajmiyah. Siswa yang dari luar dukuh Raki ketika
berangkat diantar orang tua dan ketika pulang diantar
seadanya guru (gratis) padahal lebih dekat ke SD bahkan
pulangnya melewati SD. Ada beberapa alasan menurut orang
tua, yaitu antara lain bagi masyarakat khususnya sekitar
dukuh Raki dan umumnya desa Kajenengan dan desa sekitar
adalah pendidikan agama di Madrasah lebih banyak
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
35
dibandingkan dengan di SD, tidak dipungut biaya dan
memiliki kegiatan keagamaan lebih banyak dibandingkan di
SD N terdekat.
Visi dari MI Annajmiyah adalah tersiapkannya anak
didik yang beriman dan bertaqwa, berprestasi, dan berakhlak
mulia. Adapun misi MI adalah 1). menciptakan generasi muda
yang beriman dan bertaqwa, dan 2) melayani masyarakat
dalam pendidikan dan pengajaran. Visi dan misi ini
disesuaikan dengan kultur masyarakat yang relegius dan
memiliki semangat untuk menanamkan pendidikan agama
yang kuat.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
36 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Tabel 4.1.
Ruang Sarana dan Prasarana Pembelajaran MI Annajmiyah
Jumlah
No Jenis Keterangan
Lokal
5 Ruang UKS Tidak ada, bahkan kotak untuk UKS yang berisi
obat juga tidak ada
6 Halaman Upacara Luas 300 Tiang bendera terbuat dari bambu dan
M2 sudah miring karena penyangganya
sudah gapuk
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
37
Catatan : Selain sarana dan prasarana dalam tabel 3.1 diatas
juga terdapat sarana mebeler 60 buah (30 baik, 10 rusak, dan
20 rusak berat), sarana kesenian 1 set, dan sarana olah raga 1
set. Hal yang cukup urgen akan tetapi tidak dimiliki adalah
sarana untuk MCK sehingga tenaga kependidikan maupun
peserta didik apabila akan membuang “hajat” harus pulang
terlebih dahulu atau menumpang di masjid Attaqwa yang
berada tidak jauh dari madrasah.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
39
Tabel 4.3.
Jumlah Peserta didik
2016/2017
NO KELAS
L P Jumlah
1 I 9 7 16
2 II 5 11 16
3 III 10 7 17
4 IV 11 9 20
5 V 10 11 21
6 VI 15 15 30
JUMLAH 51 54 120
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
40 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
a. Pengadaan keterampilan khusus
b. Pengayaan
c. Penambahan ekstra kurikuler
d. Pengadaan ruang kelas baru
e. Rehabilitasi berat/total volume 1 ruang
f. Pengadaan tembok keliling volume 400 m2
g. Pengadaan meubelair kelas dan kantor
h. Pengadaan sarana kegiatan
i. Pengembangan diri.
j. Apabila memungkinkan akan membangun gedung sendiri
karena sudah tersedia tanah dan material meskipun masih
jauh dari cukup.
Untuk merealisasikan program ke depan di atas,
madrasah menyusun strategi dengan upaya penggalangan
dana, mengangkat guru wiyata bakti, mengupayakan bantuan
beasiswa. Pada aspek penguatan kurikulum dengan
mengadakan penambahan alokasi jam pelajaran sampai
dengan jam ke Sembilan dan kesepuluh atau sore hari. Hal ini
sebenarnya sesuai dengan rancangan Menteri Pendidikan
Nasional yang menetapkan 5 hari sekolah.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
42 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Kementerian Agama. Persoalannya adalah apakah
penyelenggaraan pendidikan agama di MI Annajmiyah ini
menjadi penting ? hal ini dikarenakan sudah ada Taman
Pendidikan al Qur’an (TPQ) bahkan gedung/kelas yang
digunakan adalah gedung/kelas milik TPQ.
Dukuh Raki desa Kajenengan merupakan wilayah
yang dihuni oleh masyarakat yang rata-rata memiliki back
ground pendidikan agama, seperti saya sendiri (Kepala MI)
dulu SD Kajenengan, MTs N di Pemalang, PGA Pekalongan
dan Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Muhammadiyah
Kuningan di Comal. Dengan demikian, pendidikan agama
menjadi sangat penting dikembangkan melalui lembaga
pendidikan formal. Bahkan diantara alasan masyarakat
menyekolahkan anaknya di MI Annajmiyah ini adalah karena
adanya penyelenggaraan pendidikan agama.
Ada beberapa hal yang terus diperhatikan oleh Kepala
MI dalam penyelenggaraan pendidikan agama, yaitu;
1. dalam proses pembelajaran mata pelajaran pendidikan
Agama selalu diadakan pemantauan sehingga apabila ada
materi yang membutuhkan penjelasan, maka kepala MI
memberikan masukan,
2. Bagi guru PAI yang berlatarbelakang bukan Sarjana
Agama, maka diadakan kontrol dengan melihat langsung
pembelajaran dan apabila terdapat kekurangan dilakukan
diskusi secara informal.
3. Karena MI Annajmiyah tidak memakai LKS, penguatan
terhadap penyusunan RPP kepada guru terus dilakukan
terutama kesesuaian antara materi, metode dan alat peraga
yang ada, karena sementara ini alat peraga yang ada adalah
gambar-gambar praktek shalat, wudlu dan huruf hijaiyah.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
43
4. Penguatan materi pembelajaran pendidikan agama di kelas
rata-rata masih menggunakan metode ceramah, namun
demikian karena pembelajaran agama membutuhkan
praktek maka itu juga harus dipraktekan seperti shalat dan
wudlu.
5. Meskipun secara umum guru menggunakan metode
ceramah, akan tetapi setiap pembelajaran diawali pre test
untuk mengingatkan pembelajaran yang telah diterima
sebelumnya dan post test untuk menjajagi seberapa banyak
materi dapat diterima siswa. Dari hasil pengamatan PBM,
pelaksanaan Pre tes maupun post tes hanya berlangsung 2
sampai 3 menit dan dalam bentuk pertanyaan verbal.
6. Evaluasi pembelajaran selalu dilakukan, baik dalam bentuk
ulangan harian, penilaian tengah semester, Ulangan
Kenaikan Kelas (UKK), bahkan di madrasah ada evaluasi
dalam bentuk hafalan shalat, surat pendek, dan asmaul
husna
7. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, secara
periodik ( satu bulan sekali) setiap guru PAI aktif di KKG
dan aktif di KKM. Di samping itu, Pengawas selalu
mengadakan pemantauan dan diskusi kecil setiap bulan
sekali.
8. Membangun hubungan sosial antar guru, antar tendik,
yayasan, dan dengan stake holder secara intensif dalam
meningkatkan pendidikan agama terutama ketika
mengadakan PHBI.
Respon masyarakat dukuh Raki terhadap keberadaan
MI Annajmiyah semakin kuat setelah berjalan 6 tahun. Salah
satu bentuk respon adalah pengadaan lahan untuk
pembangunan gedung MI yang selama ini masih
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
44 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
menggunakan gedung TPQ. Untuk mengawali pembangunan
gedung adalah penyediaan lahan yang sudah dibeli seluas
1200 M2. dan dilanjutkan dengan menerima donatur dalam
bentuk material (batu dan pasir). Beberapa hal yang
melibatkan masyarakat dalam pengembangan MI Annajmiyah
selain menjadi penggerak berdirinya MI Annajmiyah adalah
sebagai berikut;
1. Pengadaan tanah terutama meratakan tanah yang masih
dalam bentuk lembah. Untuk meratakan tanah ini
dilakukan setiap hari jum’at dan berlangsung lebih dari 8
jum’at.
2. Mulai menerima material untuk membangun gedung, baik
batu, pasir maupun bata,
3. Ketika mengadakan PHBI selalu melibatkan masyarakat
terutama pendanaan apabila mengundang Penceramah
dari luar desa Kajenengan dan konsumsi serta penyiapan
tempat.
4. Dukungan masyarakat baik tokoh masyarakat/tokoh
agama maupun anggota masyarakat dengan jumlah 140 KK
ikut mensosialisasikan keberadaan MI Annajmiyah,
sehingga peserta didik yang sekolah di MI melintasi SD
Kajenengan dan juga lintas dukuh, yaitu dari dukuh Krajan
dan dukuh Nangka.
Dukungan masyarakat terhadap keberadaan MI
Annajmiyah ini juga dilakukan melalui dukungan moril dan
penyemangat dalam berbagai kegiatan keagamaan.
Masyarakat nampak mencoba untuk mendukung keberadaan
madrasah sesuai dengan kapasitas dan kapabiltasnya. Dengan
demikian, apabila sudah berkaitan dengan pembelajaran di
sekolah, baik kurikulum pendidikan agama maupun model
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
45
pendidikan agama yang diselenggarakan masyarakat
menyerahkan sepenuhnya pada pihak madrasah.
Kementerian Agama Kabupaten Tegal sebagai pihak
yang memberikan rekomendasi terhadap berdirinya MI
Annajmiyah memilik tanggungjawab yang cukup besar,
terutama dalam penyelenggaraan pendidikan, baik dari aspek
bantuan pendanaan, tenaga pendidik dan kependidikan,
fasilitas pembelajaran, maupun bantuan yang berkaitan
dengan kurikulum yang diterapkan dan pengadaan buku-
buku mata pelajaran pendidikan agama, yaitu al
Qur’an/Hadits, Fikih, SKI, maupun Akidah/Akhlak.
Bagi pengelola MI Annajmiyah, bantuan dari Kemenag
adalah sangat diperlukan terutama ijin operasional. Namun
demikian, dalam perkembangannya, MI membutuhkan peran
pemerintah (Kementerian Agama) lebih banyak agar kualitas
penyelenggaraan pendidikan semakin meningkat. Salah satu
yang sementara ini sangat membantu adalah adanya dana
BOS yang selama ini berjalan dengan baik, adanya guru yang
berhasil mengikuti sertifikasi, dan adanya pengawas dari
Kementerian Agama yang secara rutin datang untuk
mengadakan pembinaan.
Harapan peran atau keterlibatan Kementerian Agama
menurut Kepala MI sekarang ini seperti masa bodoh atau
tidak mau tahu terutama dalam aspek fasilitas. Hal ini
dibuktikan dengan adanya tanah yang belum mendapatkan
bantuan untuk membangun, padahal tanah sudah siap. Peran
Kemenag selain pencairan dana BOS dan pembinaan melalui
pengawas adalah hanya menerima laporan data dari MI untuk
kepentingan di data EMIS, padahal di data tersebut juga
sudah ditulis kekurangan MI tapi sampai sekarang belum
ditindaklanjuti.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
46 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Menurut Kepala MI, bahwa peran yang subtansial
memang telah dilakukan, yaitu pengawas madrasah yang
selalu aktif mengadakan pembinaan terutama cara menyusun
RPP, cara menghadap siswa yang nakal atau rewel. Namun
demikian, pada aspek lain masih dibutuhkan peran-peran lain
dari Kementerian Agama, yaitu 1). Membuat rumusan atau
konsep agar pengelola madrasah memiliki komitmen
pengelolaan dan pembelajaran MI menjadi lancar dan
dinamis, 2). Dukungan moral dan material (batu, pasir dan
kayu untuk pendirian bangunan), 3). Mendorong masyarakat
agar masyarakat juga tetap memiliki Komitmen untuk
menyekolahkan anaknya di MI meskipun sesungguhnya
masyarakat telah memiliki komitmen dasar dalam
penyelenggaraan madrasah ini. Peran Kementerian Agama
diharapkan masyarakat menjadi yakin bahwa
penyelenggaraan pendidikan agama di madrasah menjadi
perhatian pemerintah.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
47
Secara umum penyelenggaraan PAI di madrasah tidak
ada kendala yang berarti, hal ini terlihat dari program dan
prosedur pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan RPP dan
GBPP yang telah disusun berdasarkan hasil diskusi di tingkat
KKM maupun MGMP. Namun demikian, apabila ditelisik
lebih jauh, masih terdapat faktor yang menjadi pendukung
maupun penghambat terhadap penyelenggaraan pendidikan
agama. Faktor pendukung dan penghambat tersebut adalah
sebagai berikut.
Penyelenggaraan pendidikan agama pada madrasah
mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat. Hal ini
dikarenakan masyarakat wilayah dukuh Raki desa
Kajenengan merupakan masyarakat yang memiliki tingkat
relegiusitas tinggi dan memiliki kultur masyarakat yang
agamis. Dukungan dari masyarakat inilah yang menjadi faktor
yang sangat mendukung terhadap penyelenggaraan
pendidikan Agama. Faktor pendukung juga berasal dari
dalam atau internal madrasah, yaitu para guru rata-rata
adalah sarjana pendidikan agama Islam atau paling tidak
pernah memperoleh pendidikan agama dari pondok
pesantren.
Dengan modal dukungan masyarakat yang relegius
dan guru berlatarbelakang pendidikan Agama yang baik,
maka penyelenggaraan pendidikan agama dirasa sudah
cukup baik. Menurut Kepala MI, sementara ini belum ada
kegiatan yang luar biasa dalam penyelenggaraan PAI dan
seluruh kegiatan bersifat rutinitas tahunan. Mungkin pada
saat MI Annjmiyah telah memiliki gedung sendiri yang lebih
luas dari gedung TPQ ini, akan ada pembaharuan pendidikan,
baik dari aspek praktek pembelajaran, tujuan akhir dari
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
48 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
pembelajaran al Qur’an/Hadits yaitu hafal juz 30 setelah
selesai belajar di MI Annajmiyah, maupun dari praktek-
praktek ibadah dan membaca al Qur.an yang selama ini hanya
bisa membaca dan bisa shalat.
Secara operasional penyelenggaraan PAI di MI
Annajmiyah tidak ada persoalan, sehingga proses
pembelajaran PAI selama ini dapat berjalan sesuai dengan
materi yang menjadi target pembelajaran. Ada beberapa hal
yang menjadikan proses pembelajaran PAI dapat berjalan
sesuai dengan perencanaan awal, yaitu tenaga pendidik yang
sudah memiliki kualifikasi mengajar yaitu Sarjana S.1,
memiliki latarbelakang pendidikan keagamaan yang cukup
untuk mengajar pada madrasah tingkat wajar dikdas,
tersedianya buku paket PAI sesuai dengan kebutuhan peserta
didik, suasana pembelajaran yang cukup kondusif untuk
proses pembelajaran, dan terjadinya saling memberikan
masukan yang konstruktif antar Kepala MI dengan tenaga
pendidik maupun antar tenaga pendidik.
Penyelenggaraan PAI pada MI Annajmiyah secara
umum mengalami hambatan yang bersumber dari faktor
pendanaan. Dengan kondisi peserta didik yang secara
ekonomi kurang menguntungkan menjadikan peserta didik
tidak bisa belajar secara utuh seperti peserta didik di wilayah
perkotaan, hal ini dikarenakan di MI Annajmiyah tidak
menggunakan LKS. Hambatan lain adalah gedung yang
digunakan untuk PBM adalah milik TPQ sehingga pihak MI
Annajmiyah tidak terlalu bebas untuk memasang alat peraga
maupun mendesain ruang pembelajaran sesuai dengan
konteks materi.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
49
Madrasah Hidayatul Mubtadiin Kec. Tonjong Kab. Brebes
Berbeda dengan MI Annajmiyah yang berada di
Kabupaten Tegal, MI Hidayatul Mubtadiin berada di daerah
yang tidak jauh dari kota Kecamatan lama, yaitu hanya 1,5
km. dan berada tidak jauh dari jalan raya propinsi yang
menghubungkan antar Kabupaten Tegal dan Kabupaten
Banyumas. Menurut Aqsho (Kasi Penma Kemenag Kab.
Brebes) bahwa MI Hidayatul Mubtadiin berada di desa
Pecangakan Kecamatan Tonjong berada di daerah “terisolir”
karena tidak dapat dilalui dengan mobil roda 4 dan berada di
tengah-tengah antara sungai dan hutan yang berada dibawah
KPH Balapulang Kab. Tegal.
MI Hidayatul Mubtadiin adalah madrasah swasta
dengan NSM 111233290071 dan NPSN 60713791 beralamat di
desa Pecangakan RT 02 RW 08 desa Tonjong Kecamatan
Tonjong Kabupaten Brebes (52271). Adapun No. SK yang
terdaftar di Kementerian Agama adalah 001/Vii/S.Kep/1985
tertanggal 12/07/1985 dan No. SK ijin operasional WK/5-
6/4603/Pgm/MI/1987 tertanggal 30/11/1987 dan masih
menginduk pada madrasah Ta’allumusshibyan desa Pepedan
dan berafiliasi pada NU. Pada tahun 2012 MI ini terakreditas
B.
MI Hidayatul Mubtadiin dibawah kepemimpinan Drs.
Sumaryono berada di desa yang termasuk kategori daerah
pegunungan dengan latitude (lintang) -719322. Jarak MI
dengan Kemenag Kabupaten 50 dan jarak dengan SD terdekat
1 km. dan jarak ke MTs dan SMP sekitar 1,2 km. MI ini
menempati tanah seluas 450 m2 yang telah tersertifikat dan
telah dibangun gedung untuk pembelajaran dan perpustakaan
dengan halaman 50m dan lapangan olah raga 276 m belum
bersertifikat.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
50 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Tabel 4.4.
Kondisi Sarana dan Prasarana MI Hidayatul Mubtadiin
Jumlah Unit
Jumlah Ideal
Menurut
No yang
Jenis Sarana Prasarana Kondisi
. Seharusnya
Rusa
Baik Ada
k
1. Kursi Siswa 40 30 70
2. Meja Siswa 39 31 70
Kursi Guru di ruang
3. 2 9 11
kelas
Meja Guru di ruang
4. 2 9 11
kelas
5. Papan Tulis 3 4 7
6. Lemari di ruang kelas 3 7
7. Alat Peraga PAI
Meja Pingpong (Tenis
8. 1 1
Meja)
9. Laptop 1
10. Personal Komputer 3
11 Printer 3
12 Lemari Arsip 3
13 Kotak Obat (P3K) 1
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
51
Tabel 4.5.
Data Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
52 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Penyelenggaraan Pendidikan Agama pada MI Hidayatul
Mubtadiin
MI Hidayatul Mubtadiin pada awalnya merupakan
madrasah tingkat dasar yang diselenggarakan sebagai bagian
dari madrasah Ta’allumusshibyan yang berada di desa
Pepedan sekitar 5 Km arah perjalanan. Madrasah ini berafiliasi
pada organisasi keagamaan Nahdlotul ‘Ulama (NU). Dalam
perkembangannya, MI Hidayatul Mubtadiin mencoba untuk
berdiri sendiri dan terpisah dengan induk madrasah
Ta’allumusshibyan. Menurut Sumaryono, bahwa dengan
berdiri sendiri diharapkan dapat terwujud lembaga
pendidikan keagamaan yang berkualitas. Apalagi sejak tahun
tahun 2012 MI telah terakreditas B.
Visi MI adalah terselenggaranya pendidikan tingkat
dasar berciri khas Islam kebanggaan masyarakat. Sedangkan
misi yang dikembangkan adalah 1. Menyelenggarakan
pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian prestasi
akademik dan non akademik, 2. Mewujudkan pembelajaran
dan pembiasaan dalam mempelajari Al Qur’an dan
menjalankan ajaran agama Islam, 3. Mewujudkan
pembentukan karakter Islami yang mampu
mengaktualisasikan diri dalam masyarakat, 4. Meningkatkan
pengetahuan dan profesionalisme tenaga kependidikan sesuai
dengan perkembangan dunia pendidikan, dan 5.
Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efesien,
transparan dan akuntabel.
Semangat mengembangkan madrasah di wilayah yang
“terisolir”3 ini terus berjalan, sehingga masyarakat yang
3Wilayah ini berada tidak jauh dari kota Kecamatan akan tetapi letak
wilayah dusun Pecangakan berada diantara hutan dibawah KPH
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
53
berada di wilayah yang jauh dari sekolah lain tidak
mengalami kesulitan untuk memperoleh pendidikan yang
layak. MI Hidayatul Mubtadiin ini memberikan layanan pada
masyarakat untuk memperoleh pendidikan bagi anak-anak
dengan lebih mudah. Menurut salah seorang warga, bahwa
sebenarnya sudah ada sekolah dasar (SD) negeri Pecangakan,
akan tetapi lokasi agak jauh yaitu di dusun Karanganjog dan
harus melewati hutan yang kadang masih terdapat celeng
(babi hutan).
Apabila melihat awal berdirinya MI Hdayatul
Mubtadiin berada dibawah MI Ta’allumusshibyan desa
Pepedan, maka penekanan dalam pembelajaran lebih
menekankan pada pendidikan agama ditambah dengan
Azwaja sebagai ciri dari madrasah yang dikelola oleh Ormas
NU. Begitu juga dalam penerapan kurikulum memiliki
kecenderungan sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh
Kementerian Agama.
Kecenderungan penyelenggaraan pendidikan agama
pada MI ini setelah tidak lagi menginduk pada MI
Ta’allumusshibyan desa Pepedan menurut Kepala MI adalah
selalu mengikuti kurikulum Pemerintah. Meskipun demikian,
kultur NU masih sangat kental dalam praktek-praktek
pendidikan agama terutama pada praktek mata pelajaran
Balapulang Kab. Tegal dan apabila akan keluar dusun Pecangakan melewati
sungai Glagah jarak yang paling dekat dengan kota kecamatan lama atau
memutar lewat tengah hutan menuju jalan lintas ke Bumiayu. Dari aspek
letak geografis, wilayah ini juga kurang menguntungkan karena posisi tanah
yang tidak rata/bertebing, mudah longsor, dan sulit dijangkau. Mata
pencaharian masyarakat adalah pencari daun jati dan apa saja yang ada di
hutan maupun dikebunan untuk dijual. Pada sisi yang lain masih terdapat
binatang celeng (Babi hutan) yang sering mengganggu anggota masyarakat
maupun anak ketika berangkat atau pulang sekolah.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
54 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
ibadah sholat (fiqh). Sementara itu, dari aspek tenaga
pendidik, sudah tidak lagi ada keterkaitan dengan NU,
melainkan berjalan tidak berbeda dengan MI pada umumnya.
Kepala MI hanya bersifat menyampaikan kepada Kementerian
Agama terkait dengan tenaga pendidik apabila ada
kekurangan, disamping itu Kepala MI juga selalu
mendampingi tenaga pendidik apabila ada kepentingan yang
diperlukan serta selalu memberikan motivasi agar tenaga
pendidik memiliki integritas dan komitmen dalam pengajaran
agar selalu ada inovasi.
Perhatian Kepala MI dalam penyelenggaraan
pendidikan agama di kelas menurut beberapa guru cukup
intens, sehingga tidak jarang Kepala MI selalu mengadakan
kontrol terhadap guru yang sedang melakukan proses
pembelajaran di kelas terutama dengan metode dan alat
peraga yang digunakan dalam pembelajaran. Hasil dari
kontrol inilah menjadi bahan untuk mengadakan evaluasi
meskipun dilakukan secara tidak formal, seperti alat peraga
yang ada sangat kurang untuk proses pembelajaran
pendidikan agama.
Proses pendampingan Kepala MI terhadap guru dalam
proses pembelajaran nampaknya tidak secara cermat dikontrol
dengan RPP yang telah disusun. Kepala MI hanya melakukan
pengecekan dan membaca secara sepintas untuk selanjutnya
ditanda tangani. Sedangkan pelaksanaan di kelas dalam PBM
tidak menjadi perhatian Kepala MI. Kepala MI juga tidak
memperhatikan secara cermat metode yang digunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran, alat peraga yang digunakan
dalam PBM tersebut, alat yang digunakan dalam PBM, dan
dinamika yang terjadi dalam PBM di dalam kelas.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
55
Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam Penyelenggaraan
pendidikan Agama pada MI Hidayatul Mubtadiin
Pendirian MI Hidayatul Mubtadiin tidak lepas dari ide
dan gagasan para tokoh masyarakat, ketua RT dan ketua RW
dukuh Pecangakan. Menurut Sumaryono, pada saat pendirian
bantuan yang diterima antara lain uang, material, tenaga,
konsumsi, ide, dll. Harapan masyarakat dengan berdirinya MI
ini adalah menjadikan lembaga pendidikan yang memiliki
fungsi untuk kebutuhan dunia dan akherat. Meskipun
demikian, urusan kegiatan pembelajaran, materi pelajaran,
dan aktifitas pembelajaran secara umum diserahkan
sepenuhnya kepada pihak madrasah. Sementara itu,
Pemerintah (kementerian Agama) sebagai instansi induk
melakukan pembinaan melalui Pengawas secara rutin, yaitu
paling sedikit satu bulan sekali. Menurut Sumaryono,
pembinaan oleh pengawas boleh dikatakan rutin dilakukan
sehingga mudah untuk berkonsultasi tidak harus datang ke
Kementerian Kabupaten Brebes.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
56 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
untuk dicarikan solusinya, yaitu masih terdapatnya orang tua4
yang tidak peduli dengan anak-anaknya untuk berangkat
sekolah dengan disiplin waktu, memotivasi anak berangkat ke
madrasah dan memotivasi anak untuk belajar di rumah.
4 Orang tua disini bukan berarti orang tua kandung melainkan orang
tua asuh. Masyarakat desa Pecangakan yang masih berada di usia produktif
rata-rata mencari kerja diluar kota, seperti di Jakarta sehingga putra-
putrinya diasuh oleh kakek dan neneknya. Padahal kakek nenek kurang
perhatian terhadap pendidikan bahkan sibuk mencari kayu atau daun jati
untuk dijual. Kondisi seperti inilah terkesan bahwa masih terdapat orang
tua yang kurang mendisiplinkan anaknya untuk berangkat sekolah.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
57
anak-anak bisa memperoleh pendidikan formal sekaligus
menjadi manusia muslim yang beriman menjalankan perintah
Allah dan menjauhi larangan serta mau menjalankan syariat
Islam.
Di antara tokoh masyarakat yang secara langsung
sebagai penggerak adalah Kepala dusun Kalitlawah (nama
panggilanya-Mbah Dul Rohim) dan tokoh Islam mbah
Ngadenan, Supangat, dan Bapak Bakri menyepakati
berdirinya lembaga pendidikan formal Madrasah Diniyah
(sekolah Arab) pada tahun 1967 dengan nama Madrasah
Diniyah Alhidayah. Madrasah Diniyah inilah yang pada
akhirnya menjadi rintisan untuk mengumpulkan anak-anak
belajar bersama dalam sebuah lembaga pendidikan meskipun
masih bertempat di rumah Pak Nur Suratin. Adapun sarana
dan prasarana hanya mengandalkan apa yang ada pada saat
itu. Bahkan tenaga pendidik (guru) dilakukan oleh anggota
masyarakat yang peduli dan memiliki kemampuan, seperti
Bapak Supangat, Bapak Tikno, dan Bapak Subardi.
Sepuluh tahun kemudian, sudah mulai ada kepedulian
dari masyarakat secara lebih luas yaitu pada tahun 1977,
masyarakat secara bergotong royong mulai membangun
sekolah di atas tanah mbah Kawiyah. Bangunan sekolah
tersebut permanen hanya saja bahan yang digunakan berupa
kayu jati hasil meminta bantuan ke pihak perhutani. Luas
lokal bangunan yang didirikan dengan ukuran 5x15 meter
yang terdiri dari 4 lokal. Dari 4 lokal tersebut diberi sekat
menjadi 6 lokal sesuai dengan kebutuhan siswa yang sudah
mencapai kelas 1 sampai kelas 6. Proses pembangunan dan
penyelenggaraan madrasah ini diikuti dengan pendirian
Yayasan Alhidayah agar semua administrasi dapat tertata.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
58 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Dengan demikian, Madrasah Diniyah Alhidayah berada
dibawah Yayasan Pendidikan Al Hidayah Nurul Muttaqin.
MI Al Hidayah merupakan MI yang berada di daerah
terpencil dan harus dijangkau dengan kendaraan pribadi.
Untuk mencapai kota Kecamatan Juwangi harus ditempuh
dengan jarak kurang lebih 9 km dan harus melewati kawasan
hutan jati milik perhutani desa Ngaren dan dusun Kalitlawah.
Sementara itu, untuk mencapai ibukota Kabupaten Boyolali
berbatasan dengan Kabupaten Grobogan harus ditempuh
dengan jarak kurang lebih 50 km. Meskipun demikian, usaha
madrasah untuk merekrut siswa dari luar wilayah dukuh
tersebut terus dilakukan. Paling tidak menurut pengelola
madrasah, bahwa anak-anak yang berada di luar wilayah
dusun Katliwah, yaitu daerah sekitar diharapkan mau
bersekolah di madrasah Alhidayah.
Kondisi madrasah dengan apa adanya dan fasilitas
sangat terbatas tidak lepas dari faktor ekonomi orang tua
siswa. Secara umum, masyarakat Juwangi adalah petani
dengan lahan bukan milik sendiri. Model bertaninya
masyarakat Katliwah dan sekitarnya berpindah-pindah
disesuaikan dengan program kegiatan perhutani dan
kecocokan tanaman yang ditanam. Masyarakat Katliwah
hanya bisa menanam jagung ketika kawasan hutan jati habis
ditebang. Saat menunggu peremajaan pohon jati oleh
Perhutani masyarakat sekitar kawasan hutan mulai menanam
pohon jagung. Pekerjaan ini diwilayah setempat dinamakan
Janggleng5.
ditebang dan pada saat menunggu peremajaan hutan jati kembali itulah
baru bisa menanam jagung dikenal dengan istilah Janggleng. Padahal
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
59
Pekerjaan petani yang tidak memiliki lahan sendiri
sering mengalami kesulitan ketika tidak ada kawasan yang
bisa ditanami. Kondisi ini berjalan secara alamiah dan telah
difahami oleh masyarakat, sehingga masyarakat sudah bisa
memprediksi ketika tidak ada lahan yang bisa ditanami, maka
akan mencari pekerjaan keluar desa atau kecamatan, bahkan
keluar kota. Bagi orang tua yang masih cukup energik akan
melakukan boro (kebiasaan bekerja diluar kota) dan mencari
pekerjaan yang bisa dilakukan, akan tetapi bagi yang sudah
tua (kakek –nenek) akan tetap di rumah dan mengasuh anak-
anak yang ditinggal orang tuanya. Sistem pengasuhan inilah
berpengaruh terhadap siswa-siswi MI yang diasuh, seperti
dalam belajar kurang maksimal dan lebih suka bermain.
Visi MI Al Hidayah adalah terbentuknya manusia
Muslim yang beriman, bertaqwa, berpengetahuan, cerdas,
berbudi luhur dan berguna bagi nusa, bangsa dan negara.
Adapun misinya adalah mengusahakan agar para siswa
menjadi manusia muslim yang beriman, bertaqwa,
berpengetahuan, cerdas, berbudi luhur dan berguna bagi
nusa, bangsa, dan negara. Visi dan misi ini dirumuskan
dengan semangat untuk meningkatkan sumber daya manusia
di wilayah dusun Katliwah dan tidak ada lagi anak-anak yang
tidak sekolah. Melalui visi dan misi ini penyelenggaraan
pendidikan bagi peserta didik tidak ditarik biaya atau gratis.
Bahkan bagi siswa baru kelas 1 yang masuk disediakan oleh
penyelenggara (yayasan) sejumlah 4 setel seragam, yaitu
pramuka merah putih, batik ciri khas MI Alhidayah, dan satu
stel baju olah raga. Daya tarik ini juga untuk menarik lulusan
siswa RA melanjutkan di MI Alhidayah.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
61
Struktur Organisasi MI Al Hidayah
Struktur organisasi MI Al Hidayah adalah sebagai
berikut.
Kepala Dewan/Komite
SEKOLAH
Guru Kelas
Guru
AGAMA/PENJASKES/P
RAMUKA Penjaga
Siswa
Masyarakat Sekitar
Fasilitas Pendidikan
Peningkatan penyelenggaraan pendidikan MI
Alhidayah merambah pada pemenuhan fasilitas. Kesadaran
masyarakat dan profesionalitas madrasah pada akhirnya
mendukung kelengkapan fasilitas pembelajaran. Di antara
fasilitas yang dimiliki MI Al Hidayah adalah sebagai berikut.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
63
1. Ruang Kepala Sekolah dan Guru. Ruang ini masih menjadi
satu
2. Ruang Kelas 1 sampai dengan kelas 6
3. Buku pegangan peserta didik berjumlah 321 eks, buku
pendukung peserta didik 162 eks., buku pegangan guru 22
eks., buku Pendukung Guru 29., Jumlah buku di
Perpustakaan 726 eks.
4. Telah tersedia meja belajar siswa sesuai dengan kebutuhan,
yaitu 67 buah meja, 93 buah kursi, 5 papan tulis untukapur,
1 papan tulis 1 white board, dan beberapa alat peraga
pembelajaran pendidikan Agama berupa Huruf Hijaiyah,
potongan surat, gambar wudhu, gambar sholat.
5. Alat Tulis di papan dan penghapus, seperti Kapur dan
spidol.
6. Alat Peraga Pembelajaran Pendidikan Agama : Huruf
Hijaiyah, potongan surat, gambar wudhu, gambar sholat.
Jenis Praktek Pembelajaran Agama yang dilakukan : Sholat,
Wudhu, Adzan, Haji
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
65
diselenggarakan oleh masing-masing MI. Kekhususan tujuan
MA Al Ma’arif yang masuk dalam kurikulum pembelajaran
adalah memberikan bekal pada lulusan tentang pendidikan
Islam Ahlussunan wal jamaa’ah dan kedepan siswa dapat
menumbuhkembangkan Nahdlotul Ulama sehingga lulusanya
mampu melestarikan dan mengembangkan kebudayaan
nasional serta budaya Nahdlotul Ulama di dalam menghadapi
budaya dari luar negeri.
Manajemen MI Ma’arif ini dikelola secara profesional,
yaitu terdapat tenaga pendidik yang berjumlah 16 guru. Dari
ke 16 guru telah sertifikasi berjumlah 12 guru dan 4 guru
belum sertifikasi. Status guru tersebut adalah 14 guru yayasan
dan 2 guru PNS. Dari aspek pendidikan, jumlah guru yang S.1
atau S.2 adalah 15 guru dan yang belum S.1 berjumlah 1 guru.
Adapun untuk Keadaan Peserta didik tahun pelajaran
2016/2017 pada tabel berikut.
Tabel 4.6.
Keadaan Peserta didik tahun pelajaran 2016/2017
Kelas Jumlah Peserta Pekerjaan Orang Tua
Didik
Laki- Perempuan PNS Petani Buruh Lainya
laki
I 29 29 1 - 32 26
II 36 28 - - 34 30
III 30 15 - 6 27 13
IV 19 16 - 6 27 13
V 11 10 - - 11 10
VI 10 12 - 4 10 8
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
66 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Salah satu persoalan MI Ma’arif merupakan MI yang
berada di wilayah yang kurang menguntungkan adalah
karena tidak alat transportasi umum yang melintas di depan
madrasah. Kondisi inilah yang menjadikan masyarakat tidak
menyekolahkan di MI tersebut. Untuk memberikan fasilitas
pada masyarakat, maka pengelola Madrasah bekerjasama
dengan pemiliki mobil membuat program antar jemput siswa.
Melalui Program inilah pada akhirnya jumlah siswa
bertambah secara signifikan, bahkan melebihi kapasitas kelas.
Problem kemudian muncul, yaitu bagaimana
mengatasi jumlah siswa yang semakin bertambah. Padahal
kelas baru yang dibangun di atas tanah wakaf dan
bekerjasama dengan toko bangunan belum siap. Dari sinilah,
pengelola mengambil jalan keluar dengan menyewa rumah
penduduk sekitar untuk dijadikan kelas. Sementara itu, untuk
tempat ibadah sebagai praktek shalat siswa MI Ma’arif dapat
menggunakan mushala yang ada di belakang madrasah milik
masyarakat sekitar.
Ada hal yang menarik dari keunggulan madrasah
sehingga masyarakat dari luar desa tertarik. Keunggulan
tersebut adalah peserta didik setelah selesai mampu membaca
al Qur’an dengan tartil dan benar. Teknik yang dilakukan oleh
madrasah adalah pada pagi hari sebelum pelajaran, siswa
membaca surat-surat dalam al Qur’an. Di samping itu, praktek
salat dhuha dan salat berjamaah luhur.
Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif
Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif
Kwarasan Juwiring adalah sebagai berikut.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
67
Yayasan Lembaga Pendidikan
Ma’arif NU
Sekertaris Bendahara
Dewan Guru
Siswa
Penjaga/ Layanan
Khusus
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan yang dimiliki MI Ma’araif
Kwarasan secara subtansi sudah terpenuhi, seperti ruang
Kepala MI, ruang tenaga pendidik, ruang Kelas berjumlah 11
kelas (I s.d VI), ruang Perpustakaan jadi satu dengan ruang
tenaga pendidik, serta sarana dan prasarana Pembelajaran
PAI, seperti buku pendukung peserta didik, buku pegangan
guru, buku Pendukung Guru, meja/kursi belajar peserta didik,
papan tulis / white board, alat tulis di papan, kapur dan spidol,
alat Peraga Pembelajaran Pendidikan Agama seperti huruf
Hijaiyah, potongan surat, gambar wudhu, gambar sholat, dan
perlengkapan untuk Praktek Salat.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
68 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Madrasah Ibtidaiyah Senet Kec. Selo Kab. Boyolali
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
69
menyekolahkan putra-putrinya di MI Senet. Program lain
yang menunjang pembelajaran PAI merupakan usulan dari
orang tua siswa. Menurut Suwoto (Ketua Komite) bahwa
orangtua peserta didik mengusulkan agar siswa sampai kelas
6 juga dapat menghafal do’a dan juz ‘amma. Hal ini bisa
dilakukan dengan teknik sebelum dimulai pelajaran agar
membaca doa belajar dan sebelum pulang agar membaca
surat-surat dari juz ‘amma. Soliditas dalam pengelolaan MI
Senet ini nampak dari adanya Integrasi antara Yayasan,
Komite Madrasah, Kepala Madrasah dan Dewan guru untuk
melaksanakan visi dan misi madrasah menjadi faktor yang
utama untuk mencapai kegiatan pembelajaran PAI.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
70 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Tabel 4.7.
Keadaan Peserta didik tahun pelajaran 2016/2017
Kelas Jumlah Peserta Didik Pekerjaan Orang Tua
Lak Peremp Juml PN Peta Bur Lain
i- uan ah S ni uh ya
laki
I - 4 4 - 4 - -
II 5 - 5 - 5 - -
III 3 - 3 - 3 - -
IV 1 8 9 - 9 - -
V 4 2 6 - 6 - -
VI - - 0 - - - -
Juml 13 14 27 - 27 - -
ah
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
72 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
merupakan sekolah umum dengan kurikulum mengikuti
kurikulum Pemerintah, yaitu kurikulum 2013. Dalam
kurikulum ini juga terdapat penyelenggaraan PAI yang
berbeda dengan pada madrasah. Penyelenggaraan PAI pada
sekolah adalah Pendidikan Agama dan budi pekerti yang
diajarkan 3 jam pelajaran dalam 1 minggu.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
73
Tabel 4.9.
Keadaan Peserta didik tahun pelajaran 2016/2017
Kelas Jumlah Peserta Didik
Laki- Perempuan Jumlah total
laki
I 6 5 11
II 5 4 9
III 4 6 10
IV 1 5 6
V 4 3 7
VI 3 5 8
Total 23 28 51
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
76 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Pendirian MTs secara formal termaktub dalam Nomor
Induk//NPSN MTs yang telah terakreditasi ini 20363620
dengan dokumen Kurikulum K-13 dan kurikulum 2006. Visi
dan misi MTs An Nawawi 04 adalah bertaqwa, berprestasi
dan berakhlak Mulia.
Pendirian MTs ini bagi masyarakat sekitar menjadi
sangat penting dan menumbuhkan semangat untuk
melanjutkan anaknya ke sekolah dengan jenjang yang lebih
tinggi. Beberapa hal yang menjadi keberatan orang tua siswa
menjadi terkurangi, seperti biaya sekolah yang relatif bisa
diminimalisir, transportasi yang murah karena dapat
dilakukan dengan jalan kaki, dan letak geografis yang
strategis dapat dijangkau oleh masyarakat sekitar desa
Donorejo.
Secara sosial kemasyarakatan, kondisi masyarakat desa
Donorejo hidup rukun dan damai, meskipun dilihat dari
heterogenitas keberagamaan terdapat 7 KK yang beragama
Nasrani dan memiliki gereja. Hubungan antar anggota
masyarakat cukup komunikatif dan saling mendukung
terutama untuk kepentingan bersama. Bahkan ketika
pendirian MTs ini dibantu oleh kepala SDN yang Nasrani.
Kepala MTs An Nawawi 04 dijabat oleh Simun,S.Pd.I.
Jumlah Tenaga Pendidik secara keseluruhan 17 orang dibantu
oleh tenaga Kependidikan sebagai tenaga administrasi yang
hanya berjumlah 1 orang. Jumlah peserta didik secara
keseluruhan 105 siswa yang terdiri atas Kls VII/a (18 siswa),
Kls VII/b (17 siswa), Kls VIII (27 siswa), Kls IX/a (20 siswa),
dan Kls IX/b (23 siswa).
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
77
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana MTs An Nawawi antara lain
ruang Kepala madrasah, ruang tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan, ruang kelas berjumlah 6 ruang, ruang
Perpustakaan, masjid, dan ruang untuk UKS. Sarana
pembelajaran yang telah tersedia antara lain buku pegangan
peserta didik, buku pendukung pegangan guru, buku di
Perpustakaan dengan jumlah 1000 eks., meja dan kursi
belajar siswa sesuai kebutuhan, papan tulis / white board, alat
tulis di papan (kapur, spidol, dan penghapus), alat Peraga
Pembelajaran Pendidikan Agama, dan Masjid Madrasah.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
78 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Tabel 4.11.
Keadaan peserta didik dalam Tiga Tahun Terakhir
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
79
Tabel 4.12
Perubahan Masyarakat setelah berdiri MTS
Kondisi sebelum Kondisi sesudah Perubahan
a. Minimnya a. Kepedulian masyarakat a. Mampu
Pengetahuan terhadap lembaga bersaing
Agama pendidikan yang berbasis dengan
b. Masih bersifat agama dalam Lembaga
kejawen menuntaskan wajar 9 Pendidikan
Tahun yang lain
c. Banyak
Ibu/Anak usia b. Terwujudnya karakter b. Banyak
dewasa belum siswa yang mandiri, prestasi yang
berjilbab trampil dan berakhlak di peroleh
mulia c. Hubungan
d. Belum banyak
majlis Taklim c. Hampir semua Ibu/Anak sosial
dewasa semakin
berjilbab/berkerudung membaik
d. Hampir semua kelompok
RT tergabung dalam
Majlis Taklim
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
83
Pengelolaan, 7) Standar Pembiayaan Pendidikan, 8) Standar
Penilaian Pendidikan
Dari ke 8 standar nasional pendidikan tersebut harus
dipenuhi oleh Madrasah/sekolah sebagai penyelenggaraan
lembaga pendidikan formal. Selain 8 standar nasional
pendidikan yang dijadikan acuan dalam penelitian ini, juga
memfokuskan pada Keputusan Menteri Agama No. 165
Tahun 2014 tentangKurikulum 2013 Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab pada Madrasah.
Berikut hasil penelitian yang dapat dideskripsikan dengan
data yang diambil dari sejumlah madrasah/sekolah yang
berada di daerah terpencil.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
85
Pendidikan Agama Islam, baik fiqih, aqidah/akhlak, al
Qur’an/Hadits maupun SKI pada dimensi sikap secara umum
sudah dapat tercapai, seperti memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, dan
berilmu. Pada dimensi pengetahuan Agama Islam yang
dicapai peserta didik secara umum seperti peserta didik
memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, seni, dan
budaya yang ada, serta pada dimensi keterampilan, peserta
didikmemiliki kemampuan pikir pada tataran konkret sesuai
dengan yang ditugaskan kepadanya.
Untuk melihat SKL yang telah dicapai oleh
madrasah/sekolah dari subjek penelitian adalah pada tabel
berikut.
Tabel 5.1.
Pencapaian Standar Kompetensi Lulusan Madrasah/Sekolah
di daerah Terpencil di Jawa Tengah
Nama SKL kelompok SKL Muatan Lokal Keterangan
Satuan mapel PAI (SKL Plus)
Pendidikan
(SP)
MI Sesuai dengan Asmaul Husna, Direncanakan peserta
Annajmiyah SKL Pemerintah doa-doa pendek, didik lulus hafal juz 30,
(2011) mahfudlot
MI Sesuai dengan Peserta didik lulus sudah mampu memaca al
Hidayatul SKL Pemerintah Qur’an dengan tartil (beaik dan benar)
Mubtadiin sesuai -
(1985) Kurikulum 2013
MI Al Sesuai dengan program target hafal Juz Amma.
Hidayah SKL Pemerintah Hafal asmaul husna
sesuai Siswa bisa membaca Al Qur’an dengan
Kurikulum 2013 mengerti tanda-tanda baca (harokatnya)
MI Al Sesuai dengan Mengikuti bahan program target hafal Juz
Ma’arif SKL Pemerintah yang di buku Paket Amma
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
86 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Kwarasan sesuai Siswa bisa membaca Al
(1974) Kurikulum 2013 Qur’an dengan mengerti
tanda-tanda baca
(harokatnya)
MI Senet Sesuai dengan Mengikuti bahan Usulan orantua hafal juz
(1968) SKL Pemerintah yang di buku Paket ama diafal sebelum
sesuai pulang dan doa belajar.
Kurikulum 2013
MI Ma’arif Sesuai dengan Peserta didik lulus Anak dapat melakukan
NU 1 SKL Pemerintah mampu shalat wajib, dhuha, dan
Banyumas sesuai mempraktekan jumatan secara terartur
Kurikulum 2013 shalat wajib,
dhuha, dan jenazah
SD N 1 Sesuai dengan Menambah dengan
Banyumas SKL Pemerintah praktek shalat
sesuai wajib dan sunnah
Kurikulum 2013
MI Al Sesuai dengan Siswa mampu Ijazah syahadah hafalan
Anwar 01 SKL Pemerintah menyelesaikan ditunda sampai siswa
desa meskipun seluruh mapel PAI, hafal juz 30 Yasin
Tempur Kec. masih paham Aswaja,
Keling menggunakan BTA, hafal Yasin,
Jepara Kurikulum 2006 Juz ‘Amma, dan
Nahwu-shorof,
tafsir al Qur’an
MI Al Sesuai dengan Sama dengan MI Al Ijazah syahadah hafalan
Anwar 02 SKL Pemerintah Anwar 01 ditunda sampai siswa
dukuh meskipun hafal juz 30 Yasin
Duplak Kec. masih
Keling menggunakan
Jepara Kurikulum 2006
MTs An Sesuai dengan hafalan Asmaul Ditargetkan peserta
Nawawi 04 SKL Pemerintah Husna, bacaan didik mampu mengenal
Puworejo sesuai shalat, do’a-doa, dan menguasai sifat-sifat
Kurikulum 2013 dan hafalan surat Allah, do’a-do’a serta
pendek mampu menjalankan
shalat dengan bacaan
yang benar
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
87
MI Ma’arif Sesuai dengan Menambah dengan Target peserta didik
Magelang SKL Pemerintah hafalan surat lulus hafal juz 30,
sesuai pendek dan doa
Kurikulum 2013
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
88 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Tabel 5.2.
Standar Isi Madrasah/Sekolah di daerah Riset di Jawa Tengah
Nama Kuri Standar Isi Beban belajar Beban belajar Kalender Keterangan
Satuan kulu Plus Plus akademik
Pendidikan m
MI K-13 Hafalan 2 Jam dalam 1 beban belajar Mengikuti Tambahan jam
Annajmiya Asmaul minggu padatambahan diluar Pemerintah belajar tidak
h Husna, setiap Mapel jam beban jam tertulis di
(2011) Yasin, Surat sesuai beban belajar dokumen
pada Juz 30 belajar dari
Pemerintah kurikulum
diluar SI Pemerintah adalah 15 menit tetapi menjadi
Pemerintah sebelum jam kebiasaan yang
pertama setiap ditopang
hari dan dengan
sebelum pulang instruksi kepala
setiap hari. madrasah
Kegiatan PBM
ini tidak secara
tertulis
MI K-13 Sesuai buku 2 Jam dalam 1 Tidak ada Mengikuti Pembelajaran
Hidayatul pegangan minggu pada Pemerintah hanya terfokus
Mubtadiin guru dan setiap Mapel pada materi
(1985) siswa dalam PAI yang ada di
mapel PAI
MI Al K-13 Sesuai buku 2 Jam dalam 1 Tidak ada Mengikuti Pembelajaran
Hidayah pegangan minggu pada Pemerintah terfokus pada
(1967) guru dan setiap Mapel materi yang ada
siswa dalam PAI di mapel PAI
dan praktek
wudlu, shalat
dan cara
bertamu dan
menerima tamu
MI Al K-13 Sesuai buku 2 Jam dalam 1 Tidak ada Mengikuti “Kiblatnya”
Ma’arif pegangan minggu pada Pemerintah adalah
Kwarasan guru dan setiap Mapel Ahlussunnah Wal
(1974) siswa dalam PAI Jama’ah An
Nadliyyah dan
target hafal Juz
Amma
MI Senet K-13 Sesuai buku 2 Jam dalam 1 Penambahan Mengikuti Tadarrus dan
(1968) pegangan minggu pada jam pelajaran Pemerintah Praktek shalat
guru dan setiap Mapel untuk tadarrus
siswa dalam PAI dan praktek
shalat
MI Ma’arif K-13 Praktek 2 Jam dalam 1 Tidak ada Mengikuti Tambahan jam
NU shalat wajib minggu pada Pemerintah belajar tidak
Cilangkap dan sunnah setiap Mapel tertulis di
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
89
Banyumas dalam PAI dokumen
kurikulum
tetapi menjadi
kebiasaan yang
ditopang
dengan
instruksi kepala
madrasah
SD N 1 K-13 Bebas buta 3 Jam dalam 1 Tidak ada Mengikuti Pembelajaran
Cilangkap aksara Arab minggu pada Pemerintah hanya terfokus
Gumelar setiap Mapel pada materi
Banyumas dalam PAI yang ada di
mapel PAI
MI Al K- Aswaja, 2 Jam dalam 1 Terdapat Mengikuti Tambahan jam
Anwar 01 2006 BTA, minggu pada penambahan Pemerintah belajar ada yang
desa Hafalan setiap Mapel jam belajar akan tetapi tidak tertulis di
Tempur Yasin dan dalam PAI diluar jam yang KTSP dokumen
Kec. Keling Juz ‘Amma, ditetapkan kurikulum
Jepara dan Nahwu- Pemerintah tetapi menjadi
shorof, tafsir kebiasaan yang
al Qur’an ditopang
untuk kelas dengan
6) instruksi kepala
madrasah
MI Al K- Sama Sama dengan Sama dengan Sama Sama dengan
Anwar 02 2006 dengan pada pada MI Al pada MI Al dengan pada MI Al
Keling MI Al Anwar 01 Anwar 01 pada MI Al Anwar 01
Jepara Anwar 01 Anwar 01
MTs An K-13 hafalan 2 Jam dalam 1 Terdapat Mengikuti
Tambahan jam
Nawawi 04 Asmaul minggu pada penambahan Pemerintah
belajar ada yang
Donorejo Husna, setiap Mapel jam belajar tidak tertulis di
Kaligesing shalat, do’a- dalam PAI diluar jam yang dokumen
Puworejo doa, dan ditetapkan kurikulum
surat pendek Pemerintah tetapi menjadi
kebiasaan yang
ditopang
dengan
instruksi kepala
madrasah
MI Ma’arif K-13 Menambah 2 Jam dalam 1 Terdapat Mengikuti Tambahan jam
Wonolelo dengan minggu pada penambahan Pemerintah belajar tidak
Sawangan hafalan surat setiap Mapel jam belajar tertulis tetapi
Magelang pendek dan dalam PAI diluar jam yang menjadi kebia-
doa ditetapkan saan yang
Pemerintah ditopang
dengan
instruksi kepala
madrasah
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
90 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Standar Proses dan Standar Penilaian
Secara ideal, proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan
keteladanan. Namun demikian, tidak semua idealita tersebut
dilaksanakan oleh madrasah/sekolah sebagai subjek
penelitian.
Hal yang selalu dilakukan oleh madrasah/sekolah
dalam standar proses ini adalah melakukan perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran.
Tabel 5.3.
Standar Proses dan standar Penilaian Madrasah/Sekolah di
daerah Terpencil di Jawa Tengah
Nama Satuan Perencanaan Proses Pelaksanaan Standar Pengawasan
Pendidikan Proses Penilaian Proses
(SP)
MI a. Untuk Perencanaan a. Mengikuti a. Penilaian a. Mengikuti
Annajmiyah PBM PAI sesuai PBM Peme- diawali dari model
(2011) Pemerintah, meliputi rintah, seperti ulangan pengawasan
silabus, RPP dari pembukaan, harian, UTS, Pemerintah
KKM, Perencanaan inti dan US dan UKK b. Untuk hafalan
Penilaian dan penutup (mengikuti diserahkan
pembelajaran b. Pelaksanaan Pemerintah) kepada guru
b. Untuk perencanaan PBM asmaul b. Hafalan kelas masing-
pembelajaran husna dilak- Asmaul husna masing (Kepala
tambahan, seperti sanakan saat penilaian madrasah/sekol
Asmaul Husna, siswa akan dilakukan ah tidak
hafalan surat pendek, masuk kelas dengan cara mengecek
hafalan shalat tidak berbaris dicek hafalan hafalan)
dirancang secara dipimpin oleh oleh guru
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
91
khsus seperti RPP ketua kelas kelas satu
Pemerintah tetapi persatu
menjadi sebuah dengan peri-
pembiasaan yang ode tidak
didukung instruksi ditentukan
Kepala madrasah (tergantung
guru kelas.
Untuk juz 30
penilian
hafalan juga
maju satu
persatu
MI Hidayatul Untuk Perencanaan PBM Mengikuti PBM c. Penilaian Mengikuti model
Mubtadiin PAI sesuai Pemerintah, Peme- rintah, diawali dari pengawasan
(1985) meliputi silabus, RPP seperti ulangan Pemerintah
dari KKM, Perencanaan pembukaan, inti harian, UTS,
Peni laian dan dan penutup US dan UKK
pembelajaran (mengikuti
Pemerintah)
Untuk Perencanaan PBM Pelaksanaan Penilaian Dilakukan
PAI sesuai Pemerintah, proses belajar diawali dari supervisi oleh
meliputi silabus, RPP sesuai dengan ulangan harian, kepala MI yaitu
MI Al
dari KKM, Perencanaan perencanaan UTS, US dan mengontrol alat
Hidayah
Penilaian dan UKK pembelajaran
(1967)
pembelajaran (RPP, Prota,
promes) dan
supervisi kelas
Semua kegiatan PBM Pelaksanaan Penilaian Kepala MI selalu
berdasar pada proses belajar diawali dari mengontrol
MI Al Ma’arif
perencanaan sesuai sesuai dengan ulangan harian, kelengkapan
Kwarasan
dengan visi dan misi perencanaan UTS, US dan proses KBM
(1974)
UKK (Silabus, RPP, LKS
dan alat peraga)
MI Senet Semua kegiatan PBM Pelaksanaan Penilaian Kepala MI selalu
(1968) berdasar pada proses belajar diawali dari mengontrol
perencanaan sesuai sesuai dengan ulangan harian, kelengkapan
dengan visi dan misi perencanaan UTS, US dan proses KBM
UKK (Silabus, RPP, LKS
dan alat peraga)
MI Ma’arif Semua kegiatan PBM Pelaksanaan Penilaian Kepala MI selalu
NU berdasar pada proses belajar diawali dari mengontrol
Banyumas perencanaan sesuai sesuai dengan ulangan harian, kelengkapan
dengan visi dan misi perencanaan UTS, US dan proses KBM
UKK (Silabus, RPP, LKS
dan alat peraga)
SD N 1 Untuk Perencanaan PBM Pelaksanaan Penilaian Kepala sekolah
Cilangkap PAI sesuai Pemerintah, proses belajar diawali dari mengontrol
Gumelar meliputi silabus, RPP, sesuai dengan ulangan harian, kelengkapan pro-
Banyumas Perencanaan Penilaian perencanaan UTS, US dan ses belajar (Silabus,
dan pembelajaran UKK RPP, LKS)
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
92 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
MI Al Anwar a. Untuk Perencanaan a. Mengikuti a. Penilaian a. Mengikuti
01 Jepara PBM PAI sesuai PBM Peme- diawali dari model
Pemerintah, meliputi rintah, seperti ulangan pengawasan
silabus, RPP dari pembukaan, harian, UTS, Pemerintah
KKM, Perencanaan inti dan US dan UKK b. Untuk hafalan
Penilaian dan penutup (mengikuti diserahkan
pembelajaran b. Pelaksanaan Pemerintah) kepada guru
b. Untuk perencanaan PBM asmaul b. Hafalan kelas masing-
pembelajaran husna dilak- Asmaul masing (Kepala
tambahan, seperti sanakan saat husna madrasah/sekol
Asmaul Husna, siswa akan penilaian ah tidak
hafalan surat pendek, masuk kelas dilakukan mengecek
hafalan shalat tidak berbaris dengan cara hafalan)
dirancang secara dipimpin oleh dicek hafalan
khsus seperti RPP ketua kelas oleh guru
Pemerintah tetapi kelas satu
menjadi sebuah persatu
pembiasaan yang dengan peri-
didukung instruksi ode tidak
Kepala madrasah ditentukan
(tergantung
guru kelas.
Untuk juz 30
penilian
hafalan juga
maju satu
persatu
MI Al Anwar Sama dengan MI Al Sama dengan MI Sama dengan MI Sama dengan MI
02 Jepara Anwar 01 Al Anwar 01 Al Anwar 01 Al Anwar 01
MTs An Perencanaan dalam Pelaksanaan PBM Meskipun Kepala Madrasah
Nawawi 04 bentuk Silabus disusun sesuai dengan Pernecanaan dan sering
Donorejo oleh MGMP silabus dan RPP Pelaksanaan mengadakan PBM
Kaligesing yang disusun PBM
Puworejo menggunakan
K-13 akan tetapi
penilaian masih
menggunakan
Kuruikulum
2006
MI Ma’arif Perencanaan dalam Pelaksanaan PBM Meskipun Kepala Madrasah
Wonolelo bentuk Silabus disusun sesuai dengan Pernecanaan dan sering
Sawangan oleh KKM silabus dan RPP Pelaksanaan mengadakan PBM
Magelang yang disusun PBM
menggunakan
K-13 akan tetapi
penilaian masih
menggunakan
Kuruikulum
2006
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
93
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.Kualifikasi akademik yang dimaksudkan
di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yaitu minimal sarjana S.1 dan
hal ini dapat dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Kompetensi tenaga pendidik sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
diharapkan tidak sekedar menguasai bahan ajar yang
tercantum dalam mata pelajaran, melainkan juga menguasai
berbagai model atau metode pembelajaran dan mengikuti
perkembangan pendidikan secara global agar tidak tertinggal
dengan sekolah lain yang berada di perkotaan. Akan tetapi
karena keterbatasan finansial dan komunikasi maka idealitas
yang diharapkan untuk mencapai standar pendidik dan
kependidikan sulit dijangkau. Standar pendidik dan
kependidikan yang dimaksud meliputi:Kompetensi pedagogik,
Kompetensi kepribadian, Kompetensi profesional; dan
Kompetensi sosial.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
94 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Tabel 4.4.
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Madrasah/Sekolah di daerah Terpencil di Jawa Tengah
Nama Satuan Pendidikan MA/SMA S.1 / Keterangan
(SP) /SMK S.2
MI Annajmiyah (2011) 3 6 Kepala MI belum selesai S.1.
MI Hidayatul Mubtadiin 1 8 Sertifikasi 7
(1985) Belum sertifikasi 2
MI Al Hidayah (1967) - 8/1 Sertifikasi 6
Belum sertifikasi 3
MI Ma’arif Juwiring 1 15 Sertifikasi 12
(1974) Belum sertifikasi 4
MI Senet (1968) 2 5 Sertifikasi 2
Belum sertifikasi 5
MI Ma’arif NU Banyumas - 10 Sertifikasi 7
Belum sertifikasi 3
SD N 1 Banyumas 2 9 -
MI Al Anwar 01 desa 4 8 - Hafidz/oh, mampu membaca
Tempur Jepara kitab kuning
- Sertifikasi 7 dan belum
sertifikasi 6
MI Al Anwar 02 dukuh 6 5 - Hafidz/oh, mampu membaca
Duplak Jepara kitab kuning
- Sertifikasi 3 dan belum
sertifikasi 8
MTs An Nawawi 04 1 17/1 - Hafalan Asmaul Husna,
shalat, do’a-doa, dan surat
pendek
- Sertifikasi 5 orang, belum
sertifikasi 13,
MI Ma’arif Magelang 1 7 - Menambah dengan hafalan
surat pendek dan doa Guru
PNS ada 2 orang.
- Guru TPG 2 orang, TFG 3
orang, dan belum S1 1 orang
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
95
Standar Sarana dan Prasarana,
Keterbatasan standar sarana dan prasarana
madrasah/sekolah pada subjek penelitian bisa difahami
karena secara ekonomi masyarakat dan komunikasi dengan
Kementerian sebagai institusi yang membina sulit dijangkau.
Meskipun demikian upaya agar sarana dan prasarana sesuai
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 tahun
2007 tetap dilakukan. Keterbatasan sarana dan prasana
penyelenggaraan pendidikan di madrasah/sekolah daerah
terpencil adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5.
Standar Sarana dan Prasarana Madrasah/Sekolah di daerah
Terpencil di Jawa Tengah
Nama Satuan 17 28 Rombel
Pendidikan (SP)
MI Annajmiyah Tidak ada Lengkap 6 (kelas 1=16, 2=16, 3=17,
(Berdiri tahun perpustakaan, 4=20, 5=21, 6=30)
2011)
MI Hidayatul Lengkap Lengkap 6 (kelas 1=5, 2=7, 3=11,
Mubtadiin (1985) 4=10, 5=9, 6=9)
MI Al Hidayah Lengkap Lengkap 6 (kelas 1=18, 2=12, 3=14,
(1967) 4=16, 5=17, 6=16)
MI Ma’arif Perpustakaan Lengkap 6 (kelas 1=58, 2=64, 3=45,
Juwiring (1974) satu ruang guru 4=35, 5=21, 6=22)
MI Senet (1968) Ruang Kepala Lengkap 6 (kelas 1=4, 2=5, 3=3,
MI dan Guru 4=9, 5=6, 6=0)
MI Ma’arif NU Lengkap Lengkap 6 (kelas 1=17, 2=18, 3=21,
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
96 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Cilangkap 4=13, 5=10, 6=10)
SD N 1 Cilangkap Lengkap Lengkap 6 (kelas 1=11, 2=9, 3=10,
Gumelar Banyumas 4=6, 5=7, 6=8)
MI Al Anwar 01 Tidak ada Lengkap 6 (kelas 1=21, 2=15, 3=17,
desa Tempur perpustakaan 4=26, 5=20, 6=21)
Jepara
MI Al Anwar 02 Lengkap Lengkap 6 (kelas 1=9, 2=6, 3=10,
dukuh Duplak 4=7, 5=7, 6=7)
Jepara
MTs An Nawawi Lengkap Cukup 5 (Kls VIIA: 18, Kls VIIB:17,
04 Donorejo Kls VIII: 27, Kls IXA: 20, Kls
Puworejo IXB: 23)
MI Ma’arif Kurang Kurang 6 (Kls1: 28, Kls 2: 22, Kls
Wonolelo Lengkap lengkap III: 17, Kls IV: 23, Kls V:
Sawangan 20 dan Kls VI: 16)
Magelang
Standar Pengelolaan,
Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni
standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar
pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan
oleh Pemerintah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia yang berkaitan dengan Standar
Pengelolaan adalah permen No 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Pada pasal 1 (1) Setiap satuan
pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan
yang berlaku secara nasional. Untuk mengetahui standar
pengelolaan madrasah/sekolah subjek penelitian adalah pada
tabel berikut.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
97
Tabel 4.6.
Standar Pengelolaan Madrasah/Sekolah di daerah Terpencil di
Jawa Tengah
Nama Standar Pengelolaan PAI Keterangan
Satuan
Pendidikan
(SP)
MI PAI yang diajarkan Visi dan misi serta
Annajmiyah merupakan pengejawantahan strukutur dan
dari visi dan misi madrasah, pembagian tugas tidak
(Berdiri
Pembagian tugas PAI, ekstra ditampilkan di ruang
tahun 2011)
kurikuler PAI, Kemitraan kantor
PAI, Kepemimpinan,
Investasi sarpras PAI, biaya
pengembangan pendidikan
PAI
MI PAI yang diajarkan Visi dan misi serta
Hidayatul merupakan pengejawantahan strukutur, pembagian
Mubtadiin dari visi dan misi madrasah, tugas, dan moto
Pembagian tugas PAI, ekstra penyemangat
(1985)
kurikuler PAI, Kemitraan ditampilkan di ruang
PAI, Kepemimpinan, kantor dan dinding
Investasi sarpras PAI, biaya strategis
pengembangan pendidikan
PAI
MI Al PAI yang diajarkan - Visi, Misi, dan tujuan
Hidayah merupakan pengejawantahan dipasang di ruangan
(1967) dari visi dan misi madrasah, dan ditulis dengan cat
Pembagian tugas PAI, ekstra di tembok sekolah,
kurikuler PAI, Kemitraan sehingga bisa dibaca
PAI, Kepemimpinan, oleh setiap orang yang
Investasi sarpras PAI, biaya lewat didepan
pengembangan pendidikan
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
98 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
PAI sekolah.
- diruang guru dan
kepala sekolah yang
menjadi satu dipasang
struktur organisasi
madrasah, tugas
masing-masing guru,
keterangan diri guru,
dll
MI Ma’arif PAI yang diajarkan - Diruang kepala
Juwiring merupakan pengejawantahan sekolah dipasang viei,
(1974) dari visi dan misi madrasah, misi, dan tujuan
Pembagian tugas PAI, ekstra madrasah.
kurikuler PAI, Kemitraan
- diluar tembok teras
PAI, Kepemimpinan,
sekolah ada papan
Investasi sarpras PAI, biaya
penerimaan Dana BOS
pengembangan pendidikan
(sehingga transparansi
PAI
pendanaan sekolah
ada)
- Dirunag guru
ditempel bermacam
keterangan yang
berkaitan dengan data
guru
- diruang guru ditempel
tanda bel yang
mengartikan waktu
jam pelajaran dimulai,
jam istirahan, dan jam
pulang sekolah; dll
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
99
dari visi dan misi madrasah, menjadi satu dipasang
Pembagian tugas PAI, ekstra Visi, Misi, dan tujuan,
kurikuler PAI, Kemitraan struktur organisasi
PAI, Kepemimpinan, madrasah, tugas
Investasi sarpras PAI, biaya masing-masing guru,
pengembangan pendidikan keterangan diri guru,
PAI dll
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
100 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
MI Al Sudah lengkap, yaitu Terpampang di dinding
Anwar 02 terdapat visi, misi, rencana kantor
dukuh kerja Madrasah, kurikulum,
Duplak desa kalender
Tempur Kec. pendidikan/akademik,
Keling struktur organisasi
Jepara madrasah, pembagian tugas,
peraturan akademik, tata
tertib madrasah, kode etik
madrasah, dan biaya
operasional.
MTs An PAI yang diajarkan Visi dan misi serta
Nawawi 04 merupakan pengejawantahan strukutur dan
Donorejo dari visi dan misi madrasah, pembagian tugas tidak
Kaligesing Pembagian tugas PAI, ekstra ditampilkan di ruang
Puworejo kurikuler PAI, Kemitraan kantor
PAI, Kepemimpinan,
Investasi sarpras PAI, biaya
pengembangan pendidikan
PAI
MI Ma’arif PAI yang diajarkan Visi dan misi serta
Wonolelo merupakan pengejawantahan strukutur, pembagian
Sawangan dari visi dan misi madrasah, tugas, dan moto
Magelang Pembagian tugas PAI, ekstra penyemangat
kurikuler PAI, Kemitraan ditampilkan di ruang
PAI, Kepemimpinan, kantor dan dinding
Investasi sarpras PAI, biaya strategis
pengembangan pendidikan
PAI
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
101
Standar Pembiayaan Pendidikan,
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,
biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan
pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal
sebagaimana dimaksud meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan, Gaji pendidik
dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat
pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
biaya operasional pendidikan tak langsung berupa daya
listrik, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya.
Bagi madrasah/sekolah yang berada di daerah
terpencil cukup sulit untuk memenuhi seluruh standar
pembiayaan. Faktor pendapatan masyarakat dengan standar
ekonomi menengah ke bawah menjadi faktor utama tidak
terpenuhinya standar layanan pendidikan tersebut. Standar
pembiayaan pendidikan pada subjek penelitian adalah sebagai
berikut
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
102 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Tabel 4.7.
Standar Pembiayaan Pendidikan Madrasah/Sekolah di daerah
Terpencil di Jawa Tengah
Nama Satuan Biaya Pendidikan Keterangan
Pendidikan (SP)
MI Annajmiyah Tidak terdapat rencana kerja dengan Untuk PHBI
(2011) anggaran khusus untuk kegiatan PAI, terencana karena
seperti pembelaian buku-buku PAI, siklus tahunan dan
Honor untuk penambahan jam PAI, tidak direncanakan
media pembelajaran PAI, dana untuk angaran karena
PHBI. Biaya operasional anggaran lebih
mengandalkan dana BOS menekankan pada
peran masyarakat
MI Hidayatul Tidak terdapat rencana kerja dengan Peserta didik gratis
Mubtadiin anggaran khusus untuk kegiatan PAI, dari biaya pendidikan
(1985) seperti pembelaian buku-buku PAI,
Honor untuk penambahan jam PAI,
media pembelajaran PAI, dana untuk
PHBI. Biaya operasional
mengandalkan dana BOS
MI Al Hidayah Tidak terdapat rencana kerja dengan anggaran khusus untuk
(1967) kegiatan PAI, seperti pembelaian buku-buku PAI, Honor
untuk penambahan jam PAI, media pembelajaran PAI, dana
untuk PHBI. (semua dana untuk kegiatan madrasah berasal
dari dana BOS, dan tidak ada infak bulanan sama sekali dari
siswa)
MI Ma’arif Tidak terdapat rencana kerja dengan anggaran khusus untuk
Juwiring (1974) kegiatan PAI, seperti pembelaian buku-buku PAI, Honor
untuk penambahan jam PAI, media pembelajaran PAI, dana
untuk PHBI. (semua dana untuk kegiatan madrasah berasal
dari dana BOS dan infak bulanan kelas satu dan dua)
MI Senet (1968) Tidak terdapat rencana kerja dengan anggaran khusus untuk
kegiatan PAI, seperti pembelaian buku-buku PAI, Honor
untuk penambahan jam PAI, media pembelajaran PAI, dana
untuk PHBI. (semua dana untuk kegiatan madrasah berasal
dari dana BOS, dan tidak ada infak bulanan sama sekali dari
siswa)
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
103
MI Ma’arif NU Tidak terdapat rencana kerja dengan Masyarakat dan wali
Gumelar anggaran khusus untuk kegiatan PAI, siswa memberi
Banyumas seperti pembelaian buku-buku PAI, bantuan dana setiap
Honor untuk penambahan jam PAI, ada kegiatan
media pembelajaran PAI, dana untuk keagamaan
PHBI.
SD N 1 Tidak terdapat rencana kerja dengan Masyarakat dan wali
Cilangkap anggaran khusus untuk kegiatan PAI, siswa memberi
Banyumas seperti pembelaian buku-buku PAI, bantuan dana setiap
Honor untuk penambahan jam PAI, ada kegiatan
media pembelajaran PAI, dana untuk keagamaan
PHBI.
MI Al Anwar Biaya pendidikan dari BOS, bantuan Masyarakat memberi
01 Jepara pemerintah, masyarakat, makan siang guru
dan TU setiap hari
secra bergiliran
MI Al Anwar Biaya pendidikan dari BOS, bantuan Masyarakat memberi
02 Jepara pemerintah, masyarakat, makan siang guru
dan TU setiap hari
secra bergiliran
MTs An Tidak terdapat rencana kerja dengan Peserta didik gratis
Nawawi 04 anggaran khusus kegiatan PAI, seperti dari biaya pendidikan
Puworejo pembelaian buku-buku PAI, Honor
untuk penambahan jam PAI, media
pembelajaran PAI, dana untuk PHBI.
MI Ma’arif Sama dengan MTs An Nawawi Peserta didik gratis
Magelang dari biaya pendidikan
Tabel 4.8.
Peran Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Agama
Satuan Bentuk Peran Keterangan
Pendidikan Masyarakat terkait
dengan PAI
MI Masyarakat tidak tidak Masyarakat tidak terlibat dalam
Annajmiyah memberikan usulan penyusunan kurikulum
(2011) terhadap madrasah/ sekolah dan
penyelenggaraan PAI menyerahkan sepenuhnya pada
kecuali pada kegiatan madrasah
PHBI
MI Hidayatul Masyarakat tidak tidak memberikan usulan terhadap
Mubtadiin penyelenggaraan PAI kecuali pada kegiatan PHBI
(1985)
MI Al SKL : Mengusulkan Mengapresiasi perilaku anak
Hidayah agar lulusan madrasah dalam kegiatan keagamaan
(1967) hafal juz 30, do’a-do’a, (Orang tua secara formal maupun
surat yasin. tidak formal melaporkan progres
hafalan siswanya pada madrasah,
seperti cek hafalan, shalat 5
waktu)
MI Ma’arif SKL : Mengusulkan Mengapresiasi perilaku anak
Juwiring agar lulusan madrasah dalam kegiatan keagamaan
(1974) hafal juz 30, do’a-do’a, terutama dalam shlat 5 waktu
surat yasin.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
105
MI Senet SKL : Mengusulkan Mengapresiasi perilaku anak
(1968) agar lulusan madrasah dalam kegiatan keagamaan
hafal juz 30, do’a-do’a, (Orang tua melaporkan progres
surat yasin. hafalan siswanya pada madrasah,
seperti cek hafalan, shalat 5
waktu,
MI Ma’arif Masyarakat tidak tidak Masyarakat menyerahkan
NU Gumelar memberikan usulan penyelenggaraan PAI pada
Banyumas terhadap madrasah kecuali pada acara
penyelenggaraan PAI PHBI
SD N 1 Masyarakat tidak tidak Masyarakat menyerahkan
Cilangkap memberikan usulan penyelenggaraan PAI pada
Banyumas terhadap sekolah
penyelenggaraan PAI
MI Al Anwar SKL : Mengusulkan Mengapresiasi perilaku anak
01 Jepara agar lulusan madrasah dalam kegiatan keagamaan
hafal juz 30, do’a-do’a, (Orang tua melaporkan progres
surat yasin, mampu hafalan siswanya pada madrasah,
membaca kitab kuning, seperti cek hafalan, shalat 5
dan menguasai waktu,
nahwu/sharaf.
MI Al Anwar SKL : Mengusulkan Mengapresiasi perilaku anak
02 Jepara agar lulusan madrasah dalam kegiatan keagamaan
hafal juz 30, do’a-do’a, (Orang tua melaporkan progres
surat yasin, mampu hafalan siswanya pada madrasah,
membaca kitab kuning, seperti cek hafalan, shalat 5
dan menguasai nahwu/ waktu,
sharaf.
MTs An Masyarakat Masyarakat memandang bahwa
Nawawi 04 tidak a. Cara beribadah sudah sesuai syariat
Puworejo memberika padahal sebelumnya tidak
n usulan b. Masyarakat sudah memahami hukum
terhadap Islam seperti Wajib, Hukum, Sunah,
penyelengg Mubah dan Makruh padahal sebelumnya
araan PAI tidak
c. Sebelum ada MTs anak usai sekolah
hanya bermain dan tidak mengenal
mengaji, bahkan jarang yang berpakaian
muslim sekarang sudah.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
106 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
d. Kehidupan masyarakat cenderung agamis
e. Mengurangi tindak kejahatan, tidak orang
berjudi secara terang terangan. Mungkin
malu ataupun sudah tahu bahwa
perbutanya bertentangan dengan nilai-
nilai Islam
f. Output paham sopan santun, sadar
kewajiban beragama
MI Ma’arif Masyarakat Masyarakat memandang bahwa
Magelang tidak a. Jam belajar anak untuk mempelajari
memberika agama semakin banyak, sehingga jam
n usulan untuk bermain menjadi kurang
terhadap b. Mendapatkan ilmu baik umum maupun
penyelengg agama
araan PAI c. Dusun menjadi lebih berwibawa karena
ada sekolah formal
d. Dusun menjadi rame dengan kegiatan
keagamaan
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
107
Tabel 4.9.
Peran Pemerintah terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Agama
Satuan Bentuk Peran Pemerintah Keterangan
Pendidikan terkait dengan PAI
MI 1. Kementeraian Agama Belum semua
Annajmiyah mengirim buku pegangan guru PAI
guru dan siswa untuk PAI didampingi
2. Kemenag melalui Pengawas dalam
mendampingi implementasi implementasi
K-13 PAI yang meliputi ; KI PAI K-13,
(Kompetensi Inti), Standar meskipun
Proses, SKL, dan Standar demikian
Penilaian Pengawas
3. Kementerian melalui mendampingi
Pengawas mengontrol guru PAI dalam
pelaksanaan kurikulum 2013 PBM PAI di
terutama untuk penilaian madrasah 1 bulan
yang masih menggunakan sekali
model kurikuum 2006
MI 1. Kementeraian Agama Semua guru PAI
Hidayatul mengirim buku pegangan didampingi
Mubtadiin guru dan siswa untuk PAI dalam
(1985) 2. Kemenag melalui Pengawas implementasi
mendampingi implementasi PAI K-13 dan
K-13 PAI yang meliputi ; KIPengawas
(Kompetensi Inti), Standar mendampingi
Proses, SKL, dan Standar guru PAI dalam
Penilaian PBM PAI di
madrasah 1 bulan
sekali
MI Al 1. Kementeraian Agama mengirim buku pegangan
Hidayah guru dan siswa untuk PAI
(1967) 2. Kemenag melalui Pengawas mendampingi
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
108 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
implementasi K-13 PAI yang meliputi ; KI
(Kompetensi Inti), Standar Proses, SKL, dan
Standar Penilaian
MI Ma’arif 1. Kementeraian Agama mengirim buku pegangan
Juwiring guru dan siswa untuk PAI
(1974) 2. Kemenag melalui Pengawas mendampingi
implementasi K-13 PAI yang meliputi ; KI
(Kompetensi Inti), Standar Proses, SKL, dan
Standar Penilaian
MI Senet 1. Kementeraian Agama mengirim buku pegangan
(1968) guru dan siswa untuk PAI
2. Kemenag melalui Pengawas mendampingi
implementasi K-13 PAI yang meliputi ; KI
(Kompetensi Inti), Standar Proses, SKL, dan
Standar Penilaian
MI Ma’arif 1. Kementeraian Agama -Guru PAI
NU 01 mengirim buku pegangan terkadang
Gumelar guru dan siswa untuk PAI didampingi
Banyumas 2. Kemenag melalui Pengawas Pengawas
mendampingi implementasi terutama terkait
PAI yang meliputi ; KI dengan PAI K-13
(Kompetensi Inti), Standar
Proses, SKL, dan Standar
Penilaian
SD N 1 1. Kementeraian Agama Guru PAI
Cilangkap mengirim buku pegangan terkadang
Banyumas guru dan siswa untuk PAI didampingi
2. Kemenag melalui Pengawas dalam
mendampingi implementasi implementasi
K 2006 PAI yang meliputi ; PAI K 2006 dan
KI (Kompetensi Inti), Standar Pengawas
Proses, SKL, dan Standar mendampingi
Penilaian guru PAI dalam
PBM PAI di
madrasah
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
109
meskipun hanya
sesekali dalam 1
tahun
MI Al Anwar Kementeraian Agama mengirim buku pegangan
01 Jepara guru dan siswa untuk PAI, tetapi MI masih
melaksanakan Kurikulum 2006
MI Al Anwar Sama dengan MI Al Anwar 01
02
MTs An Kementeraian Agama mengirim Belum semua
Nawawi 04 buku PAI pegangan guru guru PAI
Puworejo didampingi
dalam
implementasi
PAI K-13
MI Ma’arif 1. Kementeraian Agama Semua guru PAI
Magelang mengirim buku pegangan didampingi
guru dan siswa untuk PAI dalam
2. Kemenag melalui Pengawas implementasi
mendampingi implementasi PAI K-13
K-13 PAI yang meliputi ; KI,
Standar Proses, SKL, dan
Standar Penilaian
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
111
MI Al Hidayah Sama dengan di atas Sama dengan yang diatas
(1967)
MI Ma’arif (1974) Sama dengan di atas Sama dengan yang diatas
MI Senet (1968) Sama dengan di atas Sama dengan yang diatas
MI Ma’arif NU Sama dengan di atas Sama dengan yang diatas
SD N 1 Banyumas Sama dengan di atas Sama dengan yang diatas
MI Al Anwar 01 Sama dengan di atas Masih menggunakan
kurikulum 2006
MI Al Anwar 02 J Sama dengan di atas Masih menggunakan
kurikulum 2006
MTs An Nawawi 1. Menyediakan buku- 1. Pendampingan dilakukan
04 buku PAI baik yang kurang intensif
utama maupun yang 2. Sulitnya memperoleh
penunjang bantuan yang mendukung
2. Mendampingi guru PAI penyelenggaraan PAI,
dalam implementasi K- seperti bantuan alat
13 PAI peraga, tempat ibadah
3. Memfasilitasi usulan
sertifikasi guru PAI
4. Memberi ijin guru PAI
untuk studi lanjut
MI Ma’arif Sama dengan di atas Sulitnya memperoleh
Magelang bantuan yang mendukung
penyelenggaraan PAI,
seperti bantuan alat peraga,
tempat ibadah
Tabel.4.11
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penyelenggaraan
Pendidikan Agama dari Masyarakat
Satuan Pendukung Penghambat
Pendidikan
MI 1. Memfasilitasi praktek Masih terdapat anggota
Annajmiyah ibadah di mushalla/masjid masyarakat yang kurang
di lingkungan masyarakat peduli terhadap
2. Memberikan dukungan kegiataan keagamaan
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
112 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
dalam penyelenggaraan yang diselenggarakan
PHBI oleh madrasah
3. Penyediaan tanah wakaf
untuk sarana dan
prasarana madrasah
cukup kuat
4. Penyaluran ide/gagasan
masyarakat dalam
pengembangan madrasah
cukup kuat.
MI 1. Memfasilitasi praktek Masih terdapat anggota
Hidayatul ibadah di mushalla/masjid masyarakat yang kurang
Mubtadiin di lingkungan masyarakat peduli terhadap
(1985) 2. Memberikan dukungan kegiataan keagamaan di
dalam penyelenggaraan madrasah
PHBI
MI Al 1. Memfasilitasi praktek Masih terdapat anggota
Hidayah ibadah di mushalla/masjid masyarakat yang kurang
(1967) di lingkungan masyarakat peduli terhadap
2. Memberikan dukungan kegiataan keagamaan
dalam penyelenggaraan yang diselenggarakan
PHBI oleh madrasah/sekolah
3. Penyaluran ide dan
gagasan masyarakat
terhadap pengembangan
madrasah cukup kuat.
MI Ma’arif 1. Memfasilitasi praktek Masih terdapat anggota
Juwiring ibadah di mushalla/masjid masyarakat yang kurang
(1974) di lingkungan masyarakat peduli terhadap
2. Memberikan dukungan kegiataan keagamaan
dalam penyelenggaraan yang diselenggarakan
PHBI oleh madrasah
3. Penyaluran ide dan
gagasan masyarakat
terhadap pengembangan
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
113
madrasah cukup kuat.
MI Senet 1. Memfasilitasi praktek Masih terdapat anggota
(1968) ibadah di mushalla/masjid masyarakat yang kurang
di lingkungan masyarakat peduli terhadap
2. Memberikan dukungan kegiataan keagamaan
dalam penyelenggaraan yang diselenggarakan
PHBI oleh madrasah
3. Penyaluran ide dan
gagasan masyarakat
terhadap pengembangan
madrasah cukup kuat.
MI Ma’arif 1. Memfasilitasi praktek Masih terdapat anggota
NU Gumelar ibadah di mushalla/masjid masyarakat yang kurang
Banyumas di lingkungan masyarakat peduli terhadap
2. Memberikan dukungan kegiataan keagamaan
dalam penyelenggaraan yang diselenggarakan
PHBI oleh madrasah
3. Penyaluran ide dan
gagasan masyarakat
terhadap pengembangan
madrasah cukup kuat.
SD N 1- -
Cilangkap
Banyumas
MI Al 1. Memfasilitasi praktek ibadah di mushalla/masjid di
Anwar 01 lingkungan masyarakat
Jepara 2. Memberikan dukungan dalam penyelenggaraan
PHBI
3. Penyediaan tanah wakaf untuk sarana dan
prasarana madrasah cukup kuat
4. Penyaluran ide dan gagasan masyarakat terhadap
pengembangan madrasah cukup kuat.
MI Al 5. Sama dengan MI Al -
Anwar 02 Anwar 01
Jepara
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
114 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
MTs An 1. Memfasilitasi praktek Masih terdapat anggota
Nawawi 04 ibadah di mushalla/masjid masyarakat yang kurang
Puworejo di lingkungan masyarakat peduli terhadap
2. Memberikan dukungan kegiataan keagamaan
dalam penyelenggaraan yang diselenggarakan
PHBI oleh madrasah/sekolah
3. Penyediaan tanah wakaf
untuk sarana dan
prasarana madrasah
cukup kuat
4. Penyaluran ide dan
gagasan masyarakat
terhadap pengembangan
madrasah cukup kuat.
MI Ma’arif 1. Memfasilitasi praktek Masih terdapat anggota
Magelang ibadah di mushalla/masjid masyarakat yang kurang
di lingkungan masyarakat peduli terhadap
2. Memberikan dukungan kegiataan keagamaan
dalam penyelenggaraan yang diselenggarakan
PHBI oleh madrasah/sekolah
3. Penyediaan tanah wakaf
untuk sarana dan
prasarana madrasah
cukup kuat
4. Penyaluran ide dan
gagasan masyarakat
terhadap pengembangan
madrasah cukup kuat.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
115
Tabel.4.12
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penyelenggaraan
Pendidikan Agama dari Madrasah/sekolah
Satuan Pendukung Penghambat
Pendidikan
MI 1. Seluruh guru PAI 1. Madrasah belum
Annajmiyah merupakan Sarjana memiliki gedung
Pendidikan Islam / S.Pd.I sendiri, sehingga
2. Seluruh guru memiliki terdapat kelas
kompetensi dalam yang kurang
pengajaran PAI representatif dan
3. Semangat kebersamaan masih ada yang
pengelola madrasah dalam menggunakan
penyelenggaraan PAI baik rumah penduduk
dari aspek kurikulum 2. Madrasah tidak
maupun dari kegiatan memiliki fasilitas
penunjang PAI seperti PHBI untuk praktek
4. Semangat peserta didik wudlu maupun
dalam mengikuti PAI di shalat
kelas maupun dalam 3. Madrasah tidak
praktek ibadah memiliki alat
peraga yang
menunjang
penyelenggaraan
PAI
MI Hidayatul Sama dengan di atas -
Mubtadiin
(1985)
MI Al Sama dengan di atas -
Hidayah
(1967)
MI Ma’arif Sama dengan di atas -
Juwiring
(1974)
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
116 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
MI Senet Sama dengan di atas -
(1968)
MI Ma’arif Sama dengan di atas Belum memiliki
NU Gumelar mushala sehingga
Banyumas praktek shalat masih
di masjid
masyarakat
SD N 1 Guru PAI merupakan Sarjana Belum memiliki
Cilangkap Pendidikan Islam / S.Pd.I dan mushala untuk
Banyumas didukung oleh kepala sekolah praktek yang
permanen sehingga
masih menggunakan
bagian dari ruang
yang ada
MI Al Anwar 1. Sebagian besar guru PAI merupakan Sarjana
01 Jepara Pendidikan Islam / S.Pd.I
2. Sebagian besar guru menguasai ilmu yang
berhubungan dengan bahasa Arab.
3. Sebagian guru tidak hanya hafal juz 30 tapi hafal
30 juz
4. Semangat kebersamaan pengelola madrasah
dalam penyelenggaraan PAI baik dari aspek
kurikulum maupun dari kegiatan penunjang PAI
seperti PHBI
5. Semangat peserta didik dalam mengikuti PAI di
kelas maupun dalam praktek ibadah
MI Al Anwar Sama dengan di atas
02 Jepara
MTs An 1. Seluruh guru PAI Madrasah kurang
Nawawi 04 merupakan Sarjana memiliki fasilitas
Puworejo Pendidikan Islam / S.Pd.I untuk praktek PAI
2. Seluruh guru memiliki sesuai dengan
kompetensi dalam kurikulum PAI
pengajaran PAI Madrasah kurang
3. Semangat kebersamaan memiliki alat peraga
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
117
pengelola madrasah dalam yang menunjang
penyelenggaraan PAI baik penyelenggaraan
dari aspek kurikulum PAI
maupun dari kegiatan
penunjang PAI seperti PHBI
4. Semangat peserta didik
dalam mengikuti PAI di
kelas maupun dalam
praktek ibadah
MI Ma’arif 1. Seluruh guru PAI merupakan Sarjana Pendidikan
Magelang Islam / S.Pd.I
2. Seluruh guru memiliki kompetensi dalam
pengajaran PAI
3. Semangat kebersamaan pengelola madrasah dalam
penyelenggaraan PAI baik dari aspek kurikulum
maupun dari kegiatan penunjang PAI seperti PHBI
Semangat peserta didik dalam mengikuti PAI di
kelas maupun dalam praktek ibadah
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
118 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
BAB MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
VI AGAMA PADABabDAERAH
6 TERPENCIL
Model Penyelenggaraan Pendidikan Agama pada Daerah
Terpencil
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
120 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
terdapat audio visual, pembelajaran tersebut dapat dilakukan
dengan media tersebut karena sudah cukup banyak
pembelajaran sharaf dan nahwu ditampilkan melalui audio
visual. Dengan demikian, semua siswa dapat belajar langsung
tanpa harus meminjam buku temanya. Di samping itu, hasil
pembelajaran dapat lebih optimal.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
123
Standar Pengelolaan
Dari 11 subjek penelitian, yaitu 9 Madrasah Ibtidaiyah
(MI), 1 Sekolah Dasar (SD), dan 1 Madrasah Tsanawiyah
(MTs) secara keseluruhan dalam penyelenggaraan PAI terkait
Standar Pengelolaan telah sesuai dengan visi dan misi
madrasah/sekolah. Dalam penerapan pembelajaran juga telah
sesuai dengan rancangan awal. Meskipun demikian, terdapat
beberapa kegiatan penunjang PAI yang bersifat tidak
dirancang secara terstruktur terutama dalam kegiatan
penunjang, seperti kegiatan dalam rangka PHBI. Dalam
pelaksanaan PHBI, madrasah/sekolah di daerah terpencil
selalu melibatkan anggota masyarakat. Dengan demikian,
seluruh kegiatan PHBI terintegrasi dengan kegiatan
masyarakat. Madrasah/sekolah rata-rata hanya memfasilitasi
ketika rapat atau sebagai sekretariat panitia.
Integrasi kegiatan PHBI bagi madrasah/sekolah di
daerah terpencil/terisolasi adalah hal yang biasa karena
masyarakatnya merupakan masyarakat paguyuban atau
gemeinschaft dimana seluruh anggotanya memiliki ikatan batin
yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Kekuatan solidaritas
masyarakat menjadi kekayaan bagi Madrasah/sekolah untuk
terus mengembangkan madrasah dan kondisi seperti ini tidak
dimiliki oleh madrasah/sekolah yang berada di daerah
perkotaan. Apalagi madrasah/sekolah tersebut telah memiliki
akses yang lebih luas melalui internet.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
125
Peran Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Agama
Peran masyarakat dalam penyelenggaraan PAI
berkaitan dengan kurikulum atau bahan ajar bersifat pasif dan
menyerahkan sepenuhnya pada madrasah/sekolah. Peran
masyarakat dalam penyelenggaraan PAI biasanya dilakukan
hanya dalam bentuk ide / gagasan yang diusulkan secara
individual atau secara tidak formal. Misalkan terkait dengan
SKL yang diharapkan lulusan madrasah hafal juz 30, do’a do’a
dan surat Yasin. Meskipun ide/gagasan yang disampaikan
pada madrasah dilakukan tidak secara formal akan tetapi bagi
madrasah tetap diupayakan untuk dilakukan. Hal ini berbeda
dengan peran masyarakat terhadap penyelenggaraan PAI di
SD N1 sebagai subjek penelitian yang pasif dan menyerahkan
sepenuhnya pada guru agama di sekolah.
Ada perbedaan antara madrasah (MI) dan sekolah
(SD) dimana pada madrasah masyarakat seperti memiliki
sehingga selalu siap apabila dibutuhkan oleh madrasah dan
memiliki kepedulian dengan memberikan ide, sedangkan
pada sekolah seluruhnya diserahkan pada sekolah. Perbedaan
ini tidak terlalu bermasalah karena kesadaran pada
masyarakat sudah cukup tinggi dan menganggap sekolah
(SD) adalah dikelola langsung oleh Pemerintah sedangkan MI
adalah lahir dari masyarakat sehingga yang perlu memelihara
dan mengembangkan adalah masyarakat. Hal ini masih dapat
berjalan dengan baik karena belum terkontiminasi oleh arus
global yang bisa menciptakan individualisme.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
126 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Peran Pemerintah terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Agama
Peran Pemerintah dalam penyelenggaraan PAI di
madrasah/sekolah secara umum hanya memfasilitasi terutama
dalam penyediaan buku-buku PAI. Dari 11 subjek penelitian,
yaitu 9 Madrasah Ibtidaiyah (MI), 1 Sekolah Dasar (SD), dan 1
Madrasah Tsanawiyah (MTs) secara keseluruhan dalam
penyelenggaraan PAI terdapat perbedaan terutama dalam
pembinaan yang tidak secara intensif dilakukan. Pengawas
pendidikan agama secara intensif telah melakukan pembinaan
hanya saja skala waktunya 1 bulan sekali, sehingga ketika
dibutuhkan untuk konsultasi agak kesulitan. Sementara itu,
kebutuhan madrasah/sekolah terutama untuk fasilitas yang
mendukung pembelajaran PAI agak kesulitan diperolah dari
Kementerian Agama. Upaya Kementerian Agama sebenarnya
cukup optimal dalam memperhatikan madrasah di daerah
terpencil/terisolir, yaitu tidak hanya menyediakan buku PAI,
akan tetapi dari aspek profesioanlitas mendampingi/
mengikutsertakan guru dalam kurikulum 2013, memfasilitasi
usulan sertifikasi guru PAI, dan memberi ijin guru PAI untuk
studi lanjut.
Di era digital sekarang ini sebenarnya tidak ada
kesulitan untuk mengadakan komunikasi karena semua
Kepala Madrasah dan Guru di madrasah/sekolah telah
memiliki alat komunikasi berupa HP. Hanya saja
“keberanian” Kepala madrasah/sekolah untuk secara
langsung berkomunikasi dengan Kepala Kementerian tidak
berani, sehingga hanya bisa melalui pengawas. Padahal
pengawas sendiri memiliki wilayah kerja yang cukup luas dan
sulit dijangkau sehingga intensitas komunikasinya akan tetap
terbatas.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
127
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penyelenggaraan
Pendidikan Agama dari Pemerintah
Penyelenggaraan PAI di madrasah/sekolah sebagai
subjek penelitian mendapat dukungan dari Pemerintah
(Kementerian Agama) terutama dalam menyediakan buku-
buku PAI baik yang utama maupun yang penunjang,
mendampingi guru PAI dalam implementasi K-13,
merekomendasikan mengikuti Diklat ketika dibutuhkan,
memfasilitasi usulan sertifikasi guru PAI, dan memberi ijin
guru PAI untuk studi lanjut. Faktor pendukung juga diberikan
pada madrasah yang masih menerapkan kurikulum 2006,
yaitu MI Al Anwar 01 dan 02 sehingga pelaksanaan
penyelenggaraan secara prinsip tidak terkendala.
Selain faktor pendukung juga masih terdapat faktor
yang menjadi hambatan dalam penyelenggaraan PAI oleh
madrasah/ sekolah di wilayah terpencil/terisolir. Faktor yang
menjadi hambatan antara lain pendampingan oleh Pengawas
yang kurang maksimal karena terkendali luasnya wilayah
kerja pengawas. Kondisi ini menjadikan terhambatnya
penerapan kurikulum 2013 secara penuh padahal penerapan
kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diinstruksikan
oleh Pemerintah (Kemenag). Akibat dari persoalan ini, maka
terdapat madrasah yang sudah menggunakan kurikulum 2013
akan tetapi model penilaian tetap menggunakan model yang
diterapkan pada kurikulum 2006. Disamping itu masih
terdapat madrasah yang tetap menggunakan kurikulum 2006,
karena sulitnya memperoleh informasi untuk mengikuti
Diklat K-13, seperti pada MI Al Anwar 01 dan 02. Hambatan
lain yang semestinya dapat diselesaikan oleh Pemerintah
adalah bantuan alat peraga untuk praktek PAI. Akibat dari ini
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
128 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
adalah terhambatnya kegiatan pendukung penyelenggaraan
PAI maupun kegiatan praktek keagamaan.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
129
yang lain juga sadar perlunya pendidikan bagi anak-anak
sebagai generasi penerus bangsa. Hal yang sering menjadi
bahan pembicaraan adalah keinginan melanjutkan studi bagi
guru yang berasal dari pondok pesantren sehingga memiliki
ijazah formal untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih
tinggi. Disinilah meskipun tenaga pendidik di
madrasah/sekolah di daerah terpencil akan tetapi keinginan
untuk menjadi profesional dan kompeten cukup baik. Hanya
saja karena keterbatasan biaya dan transportasi akan
mengalami kesulitan. Kesadaran ini sangat wajar karena
meskipun menjadi guru di desa terpencil akan tetapi cara
berfikir sudah mengglobal.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
131
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
132 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
BAB SIMPULAN
VII Bab 7
Simpulan
Saran
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
135
rombongan belajar 15;1 meskipun sudah ada catatan
khusus atau ada pengecualian dengan bukti tertulis daerah
tersebut sebagai daerah terpencil/terisolir dari pihak
Pemerintah desa maupun dari Kemenag.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
136 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
137
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 65 Th.
2013
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014
Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015
PP No. 19 tahun 2005
Puslitbang Penda Badan Litbang dan Diklat Keagamaan
Kementerian Agama RI pada tahun 2010. “manajemen
madrasah dalam rangka peningkatan mutu”.
setkab.go.id/122 daerah ini ditetapkan pemerintah sebagai
daerah-tertinggal 2015. didownload tanggal 13 April
2017).
Sudarwan Danim, 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya
Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Pustaka
Setia. Bandung.
Tim Peneliti dari Balai Penelitian dan Pengembangan Agama
Semarang pada tahun 2014. “Tiga Pilar Manajemen
Menuju Madrasah Ideal”.
Wina Sanjaya.2010. Kurikulum dan Pembelajaran;Teori dan
Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group.
Jakarta.
Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran; Filosofi
Teori dan Aplikasi. Pakar raya. Jakarta.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
138 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Terima kasih kepada :
Prof. Dr. Koeswinarno M.Hum (Kepala Balai Litbang Agama
Semarang
Mukhtaruddin (Penyuplai data)
Alikhudrin (Penyuplai data)
Isnanto (Penyuplai data)
Lilam Kadarin (Penyuplai data)
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
139
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
140 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Lampiran Hasil Desiminasi
POLICY BRIEF
MENAKAR PENDIDIKAN AGAMA PADA DAERAH
TERPENCIL DI JAWA TENGAH
(Studi pada Madrasah/sekolah Wajardikdas di daerah
Terpencil Provinsi Jawa Tengah)
Summary
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi berdampak terhadap kesadaran masyarakat yang
sebelumnya tidak menghendaki lembaga pendidikan formal,
sekarang menghendaki lembaga pendidikan formal.
Kesadaran baru ini muncul pada masyarakat yang berada
dalam kultur tradisional pada wilayah pedesaan atau daerah
terpencil. Realitas ini menunjukkan adanya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya lembaga pendidikan formal
untuk meningkatkan sumber daya manusia.
Kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan formal di
daerah terpencil belum terpenuhi secara optimal.
Permasalahan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan formal
di daerah terpencil antara lain adalah letaknya jauh dari
ibukota Kabupaten, sulit dari jangkauan kendaraan umum,
tidak ada angkutan umum, sarana prasarana yang belum
lengkap, dan jaringan internet sulit diperoleh sehingga proses
input database simpatika dan emis sulit diakses. Sementara itu,
pihak pemerintah seperti Kementerian Agama Kabupatan
atau Dinas Pendidikan masih belum optimal dalam
memfasilitasi lembaga pendidikan formal yang ada di daerah
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
141
penyelenggaraan Pendidikan Agama pada lembaga
pendidikan formal pada daerah terpencil, (2) mendeskripsikan
peran masyarakat terhadap Penyelenggaraan pendidikan
Agama pada daerah terpencil, (3) mendeskripsikan peran
pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan Agama di
daerah terpencil, dan (4) apa faktor pendukung dan
penghambat dalam Penyelenggaraan pendidikan Agama pada
daerah terpencil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat
satuan pendidikan yang menyelanggarakan pendidikan
formal dengan menerapkan kurikulum dan pembelajaran
melebihi dari standar yang ditetapkan pemerintah, seperti
dalam bentuk muatan lokal dengan menambah materi / bahan
ajar hafalan Asmaul Husna, Surat Yasin, surat pendek, juz 30
setelah lulus, dan mampu membaca tafsir atau kitab kuning;
Satuan Pendidikan telah menerapkan kurikulum 2013 akan
tetapi dalam penilaian masih menggunakan model kurikulum
2006; terdapat penyelenggara dan guru PAI yang belum
menyelesaikan sarjana S.1. dan belum sertifikasi; dan
madrasah/sekolah kesulitan untuk memenuhi rasio
pembelajaran 15:1 sesuai dengan yang diatur dalam PP No. 74
tahun 2008 pasal 17; (2) terdapat peran masyarakat dalam
penyelenggaraan PAI pada madrasah/sekolah di daerah
terpencil dengan berbagai variasi, seperti permintaan
masyarakat agar peserta didik memiliki banyak hafalan Al
Qur’an/Hadist; (3) peran pemerintah dalam pendampingan
madrasah/sekolah kurang intensif sehingga penerapan
kurikulum 2013 belum optimal, bahkan masih terdapat
madrasah yang menggunakan kurikulum 2006; dan (4)
fasilitas untuk ruang belajar dan praktek pembelajaran PAI
masih terbatas, seperti ruang kelas, media pembelajaran yang
masih kurang, perpustakaan.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
142 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Isu Strategis
1. Isu berkaitan dengan Model Penyelenggaraan
Pendidikan di daerah Terpencil
a. Berdasar data penelitian pada beberapa madrasah
subjek penelitian, ditemukan madrasah/sekolah telah
menyelenggarakan kurikulum muatan lokal sebagai
penguatan pendidikan agama. Sementara Kementerian
Agama hanya memberikan tunjangan serifikasi pada
guru yang mengajar pada mata pelajaran yang ada di
kurikulum pemerintah.
b. Ditemukan bahwa data jumlah siswa di daerah
terpencil rata-rata masih kurang dari 10 perkelas.
Sehingga kebanyakan madrasah jumlah siswanya
tidak memenuhi rasio 15:1, sementara dalam PP No. 74
tahun 2008 pasal 17 menuntut rasio jumlah peserta
didik harus 15:1. Hal ini berdampak terhadap
tunjangan sertfikasi sulit didapatkan oleh guru di
daerah terpencil.
c. Sebagian besar madrasah/sekolah yang digunakan
sebagai subjek penelitian telah menggunakan
Kurikulum 2013, namun data di lapangan ditemukan
masih terdapat guru yang mengajar PAI menggunakan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tahun 2006.
Hal ini dikarenakan guru yang mengajar PAI belum
memperoleh pelatihan K-13.
2. Isu berkaitan dengan peran masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan di daerah terpencil.
a. Berdasar data penelitian pada beberapa
madrasah/sekolah subjek penelitian, ditemukan bahwa
sebagian besar sarana dan prasarana
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
143
madrasah/sekolah di daerah terpencil merupakan
sumbangan atau peran dari masyarakat.
b. Masih banyak siswa pada madrasah/sekolah di daerah
penelitian yang belum memperoleh Kartu Indonesia
Pintar (KIP), padahal mereka sangat berhak
menerimanya. Mestinya KIP merupakan salah satu
penopang biaya pendidikan siswa. Kementerian
agama diharapkan terlibat aktif dalam mewujudkan
KIP di daerah terpencil. Jika siswa memperoleh KIP,
diharapkan beban masyakat untuk biaya penidikan
menjadi lebih ringan.
c. Masih banyak fasilitas untuk pendidikan agama di
daerah riset milik masyarakat, karena itu diharapkan
pemerintah lebih memperhatikan penyelenaggaraan di
daerah terpencil.
3. Isu berkaitan dengan peran pemerintah terhadap
penyelenggaraan pendidikan agama di daerah
terpencil.
a. Hasil Penelitian menunjukan bahwa peran pemerintah
dalam memfasilitasi madrasah/sekolah dalam bidang
sarana prasarana masih belum memadai. Padahal
konstitusi amandemen UUD 1945 pasal 31 ayat 4
mengamanatkan kewajiban pemerintah untuk
mengalokasikan biaya pendidikan sekurang-
kurangnya 20% dari APBN maupun APBD khususnya
pendidikan dasar. Pengalokasian anggaran pendidikan
ini adalah untuk peningkatan mutu dan kinerja
pendidikan9. Realitas yang ada pada madrasah/sekolah
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
145
Latar Belakang
Realitas penyelenggaraan pendidikan pada lembaga
pendidikan formal (madrasah/sekolah) telah menjadi
kesadaran masyarakat. Pendidikan yang membawa adanya
perubahan peradaban yang lebih baik sudah mulai
diupayakan oleh lembaga pendidikan formal yang ada di
daerah terpencil. Penyelenggaraan Pendidikan Agama
sebagai bagian dari kurikulum yang harus dilaksanakan oleh
madrasah/sekolah menjadi sebuah keniscayaan dan
dilaksanakan sesuai standar kurikulum Pemerintah bahkan
menambah dengan kurikulum Plus yang kontributif untuk
membangun karakter anak bangsa. Sementara itu, amanat
UUD 1945 terkait anggaran pendidikan 20 % belum dirasakan
manfaatnya oleh madrasah/sekolah yang berada di daerah
terpencil terutama dalam penyelenggaraan pendidikan agama
sebagai sumber pendidikan karakter. Madrasah/sekolah di
daerah terpencil masih harus berjuang tidak hanya
peningkatan kualitas pembelajaran akan tetapi juga harus
berjuang penyediaan sarana dan prasarana serta tenaga
pendidik dan kependidikan yang profesional dan kompeten.
Di lain pihak sertifikasi guru dan kuota rombongan belajar
pembelajaran 15:1 sesuai dengan yang diatur dalam PP No. 74
tahun 2008 pasal 17 masih sulit dipenuhi.
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
146 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
2. Peraturan Pemerintah Nomor.74 tahun 2008 tentang Guru,
menegaskan peran strategis guru sebagai pendidik
profesional dalam meningkatkan mutu pendidikan dan
kuota rombel pembelajaran pada madrasah/sekolah wajar
dikdas 15:1.
Rekomendasi Kebijakan
1. Kepada Pemerintah
a. Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan secara bersama-sama membuat kebijakan
terkait dengan rasio pembelajaran 15:1 untuk madrasah
dan 20:1 khusus untuk madrasah/sekolah yang berada
di daerah terpencil, agar rasio 15:1 atau 20:1 tidak
dipertimbangkan sebagai bagian dari penerimaan
tunjangan sertifikasi guru, khususnya di Kementerian
Agama. Hal ini disebabkan jumlah siswa di daerah
terpencil terbatas.
b. Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan secara bersama-sama membentuk tim
khusus pendampingan terhadap madrasah/sekolah
yang berada di daerah terpencil.
c. Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan perlu memberikan perhatian khusus untuk
guru-guru di daerah terpencil, karena sebagian besar
guru pada madrasah/sekolah di daerah terpencil belum
diangkat menjadi PNS, maka pemerintah perlu
mengangkat Guru PNS dari daerah setempat (bukan
dari daerah luar).
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
147
d. Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan perlu terus mengupayakan bantuan bagi
madrasah/sekolah di daerah terpencil dalam sarana dan
prasarana terutama pada madrasah/sekolah yang belum
memiliki gedung meskipun telah tersedia tanah dari
masyarakat.
e. Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayan perlu mempertimbangkan pendampingan
penguatan kurikulum lokal (plus) yang dikembangkan
oleh madrasah/sekolah untuk pendidikan karakter
menjadi mata pelajaran yang diakui sebagai bagian dari
sertifikasi guru PAI.
f. Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan perlu mempertimbangkan guru mapel
muatan lokal agama menjadi bagian dari guru yang
berhak memperoleh tunjangan sertifikasi karena
muatan lokal tersebut sudah termasuk dalam
kurikulum madrasah/sekolah.
2. Kepada Madrasah/Sekolah
a. Pihak madrasah/sekolah perlu secara aktif untuk
mendapatkan akses pendidikan, baik dari aspek
penerapan kurikulum pendidikan Agama yang sedang
diberlakukan maupun dalam menjaring informasi
perkembangan regulasi yang ditetapkan oleh
Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
b. Pihak madrasah/sekolah perlu secara aktif untuk
memperoleh pembinaan dari Kementerian Agama
sebagai institusi induk dengan memanfaatkan
Pengawas secara optimal
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
148 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Referensi
Policy brief ini disusun berdasarkan laporan hasil penelitian
Tim Penelitian yang dilakukan oleh Mulyani Mudis
Taruna (Ketua), Muhtaruddin (Anggota), Ali Khudrin
(Anggota), Lilam Kadarin (Anggota), Isnanto (Anggota)
dan dibawah bimbingan Supervisor (Yusriati).
http://bem.rema.upi.edu/ “alokasi anggaran untuk pendidikan
pada APBD dan APBN (Download tanggal 18 Juli 2017).
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
149
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
150 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
INDEKS
A K
afektif, 5, 85
Kementerian Agama, 3, 7, 17, 25, 26,
agen pembelajaran, 94
27, 31, 42, 46, 47, 50, 54, 55,
Ahmad Tafsir, 14, 137
127, 128, 138, 141, 143, 147, 148
Asmaul Husna, 61, 86, 87, 89, 90, 91,
keterampilan, 41, 84, 85, 86
93, 95, 119, 133, 142
KIP, 144
Aswaja, 74, 87, 90, 119
KKG, 44
KKM, 44, 48, 91, 92, 93, 121
B Kompetensi kepribadian, 94
Kompetensi pedagogik, 94
beban belajar, 88, 89, 120
kompetensi personal, 18
boro, 60, 83
KTSP, 12, 33, 74, 88, 90, 138
Budaya, 5, 22
kurikulum 2006, 33, 74, 75, 77, 112,
Buku Sekolah Elektronik, 20, 107
121, 128, 133, 135, 142
kurikulum nasional, 33
D kurikulum PAI, 33, 72, 117, 120
kurikulum tingkat satuan
Daerah Terpencil, 6, 17, 33, 56, 83, pendidikan, 88, 120
119, 133
dana BOS, 46, 103, 125
L
E LKS, 43, 49, 92
local wisdom, 33
ekonomi rendah, 10
EMIS, 46
M
G madrasah, 4, 6, 12, 13, 14, 17, 20,
22, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 34, 35,
GBPP, 48 36, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 47,
gemeinschaft, 124 48, 49, 50, 53, 54, 56, 58, 59, 61,
63, 65, 67, 70, 71, 72, 73, 74, 75,
H 78, 80, 81, 83, 84, 85, 86, 88, 89,
90, 91, 93, 96, 97, 98, 99, 100,
home schooling, 57 101, 102, 103, 104, 105, 106,
107, 108, 109, 110, 112, 113,
I 114, 115, 116, 117, 118, 119,
120, 121, 122, 123, 124, 125,
individualisme, 126 126, 127, 128, 129, 130, 133,
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
151
134, 135, 138, 142, 143, 144, P
145, 146, 147, 148
Madrasah Diniyah, 58, 59 PAI K-13, 108, 109, 110, 134
Madrasah Ibtidaiyah, 2, 20, 31, 34, PBM, 18, 28, 44, 49, 55, 89, 91, 92,
40, 64, 67, 69, 71, 74, 75, 80, 93, 108, 109, 121, 133, 134
119, 120, 121, 122, 123, 124, PBM PA, 91, 92, 93, 108, 109, 134
127, 133 pembelajaran PA, 27, 28, 33, 49, 70,
Madrasah Ibtidaiyah Senet, 69
72, 75, 100, 103, 104, 125, 127,
MGMP, 48, 93, 121
MI Al Anwar, 26, 74, 75, 87, 88, 90, 131, 142
93, 95, 97, 100, 101, 104, 106, Pendidikan Agama, 1, 5, 6, 9, 13, 20,
110, 112, 114, 117, 119, 121, 25, 27, 28, 29, 31, 33, 41, 47, 53,
123, 128 64, 68, 73, 78, 83, 84, 86, 88, 104,
MI Al Hidayah, 26, 57, 59, 60, 62, 63, 105, 107, 108, 110, 111, 112,
86, 89, 92, 95, 96, 98, 103, 105, 116, 119, 120, 126, 127, 128,
108, 112, 113, 116 129, 130, 133, 134, 137, 142,
MI Annajmiyah, 26, 34, 35, 36, 37, 145, 146
38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, Pendidikan Agama Islam, 13, 20, 25,
47, 49, 50, 86, 89, 91, 95, 96, 98,
27, 28, 84, 86, 88, 120
103, 105, 108, 111, 112, 116,
119, 123, 130 pendidikan formal, 2, 3, 4, 6, 10, 11,
MI Hidayatul Mubtadiin, 5, 26, 50, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 25,
51, 53, 54, 56, 85, 86, 89, 92, 95, 26, 29, 42, 43, 57, 58, 76, 83, 84,
96, 98, 103, 105, 108, 111, 113, 122, 129, 141, 142, 146
116, 123, 137 pendidikan nasional, 3, 15, 17, 23,
MI Ma’arif, 26, 64, 66, 67, 71, 80, 87, 94
88, 89, 90, 92, 93, 95, 96, 97, 99, pengawas, 28, 30, 46, 47, 56, 127,
100, 101, 103, 104, 105, 106, 128
107, 109, 110, 112, 113, 114, pengetahuan, 2, 4, 11, 13, 14, 53,
115, 116, 117, 118
65, 69, 84, 85, 86, 141
MIM PK, 65
modernitas, 11 Perguruan Tinggi Islam, 2
MTs An Nawawi, 26, 76, 77, 78, 79, persaingan global, 22
87, 90, 93, 95, 97, 101, 104, 106, peserta didik, 4, 13, 16, 18, 20, 21,
110, 112, 115, 117 22, 25, 27, 28, 34, 38, 39, 40, 42,
Mulyasa, 13, 19, 137 45, 49, 52, 56, 60, 62, 63, 64, 67,
68, 69, 70, 72, 73, 74, 76, 77, 78,
N 79, 84, 86, 87, 88, 91, 102, 116,
117, 118, 119, 123, 130, 136,
Nahdlotul Ulama, 64, 66 142, 143
Nasution, 14, 137
pondok pesantren, 2, 48, 71, 130
nilai kompetitif, 22
psikologi pendidikan, 18
NKRI, 33
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
152 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
R Standar Pengelolaan, 12, 84, 97, 98,
124
RPP, 27, 28, 43, 47, 48, 55, 85, 91, Standar Penilaian Pendidikan, 12, 84
92, 93, 121, 134, 143 Standar Proses, 12, 83, 91, 108, 109,
110, 121
Standar Sarana dan Prasarana, 12,
S 83, 96, 123
satuan pendidikan, 6, 16, 33, 84, 85, struktur kurikulum, 88, 120
91, 97, 102, 119, 130, 133, 134, sumber daya manusia, 1, 2, 10, 60,
142 141
sekolah, 3, 4, 6, 7, 12, 13, 17, 20, 21,
22, 23, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, T
33, 34, 35, 39, 41, 42, 45, 52, 54,
57, 58, 60, 64, 72, 73, 77, 81, 83, teknologi informasi, 2, 16, 96, 111,
84, 85, 86, 88, 91, 92, 93, 94, 96, 123, 141
97, 98, 99, 102, 104, 105, 106, tenaga pendidik, 2, 5, 11, 12, 17, 18,
107, 110, 113, 115, 116, 117, 19, 21, 25, 27, 32, 38, 42, 46, 49,
120, 121, 122, 123, 124, 125, 55, 58, 62, 63, 66, 68, 70, 71, 73,
126, 127, 128, 129, 130, 133, 75, 78, 94, 110, 122, 130, 146
134, 135, 141, 142, 143, 144,
145, 146, 147, 148
sertifikasi, 46, 52, 62, 66, 70, 73, 74,
U
76, 78, 95, 111, 112, 122, 127, UKK, 44, 91, 92, 93
128, 133, 142, 145, 146, 147, 148 UU Sisdiknas, 4
sikap, 5, 13, 21, 84, 86 UUD 1945, 16, 144, 146
Sistem sosial, 21
sistem tradisional, 120
Standar Isi, 12, 83, 88, 89, 120
W
Standar Kompetensi Lulusan, 12, 83, Winardi, 11
84, 85, 86, 119
Standar Pembiayaan Pendidikan, 12,
84, 102, 103, 124 Y
Standar Pendidikan dan Tenaga Yasin, 74, 87, 89, 90, 119, 126, 133,
Kependidikan, 12, 83 142
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
153
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
154 (Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
Pendidikan Agama dalam Konstelasi Global pada Daerah Terpencil di Jawa Tengah
(Studi Menakar Pendidikan Agama di Daerah Terpencil
155