Anda di halaman 1dari 9

HIGEIA 1 (2) (2017)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


DI LABORATORIUM KIMIA

Dinda Nur Syakbania , Anik Setyo Wahyuningsih

Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,


Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus diupayakan bagi seluruh bidang kerja maupun
pendidikan salah satunya di laboratorium kimia. Laboratorium kimia merupakan tempat
Diterima Februari 2017
penelitian dan percobaan yang berpotensi menimbulkan suatu kecelakaan. Untuk meminimalisir
Disetujui Maret 2017 risiko akibat kerja maka diperlukan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di dalam
laboratorium. Penelitian ini bertujuan mengetahui penerapan program K3 di Laboratorium Kimia
Dipublikasikan April
SMK Yayasan Pharmasi Semarang. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
2017
dengan teknik pengambilan data observasi, wawancara dengan 3 informan, dan studi
________________ dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Keywords: Hasil penelitian ini menunjukkan dari 4 variabel yang terdiri dari faktor kimia, faktor fisik, faktor
Safety, Application K3, ergonomi, dan manajemen K3 dari 71 poin , sebanyak 54 poin (76,05%) terpenuhi atau sesuai
Laboratory dengan standar/peraturan dan 17 poin (23,94%) tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan standar.
____________________ Simpulan dari penelitian ini yaitu tingkat penilaian penerapan dikatagorikan baik menurut
Permenaker Nomor 26 Tahun 2014.

Abstract
___________________________________________________________________
Occupational Health and Safety (K3) should be pursued for t6he entire field of work or study one of them in the
chemical laboratory. Chemical laboratory is a place of research and experiments that could potentially cause an
accident. To minimize the risk of occupational would require the application of Health and Safety (K3) in the
laboratory. This study aims to determine the application of the K3 program at SMK Yayaysan Pharmasi
Semarang. This research uses descriptive method qualitative data collection techniques of observation,
interviews with three informants, and documentation study. the validity of test data using triangulation
techniques and triangulation techniques. The results of this study indicate that consists of 4 variables of
chemical factors, physical factors, ergonomic factors, and K3 management of 71 points, a total of 54 points
(76.05%) met or in accordance with the standards / regulations and 17 points (23.94% ) is not fulfilled or not
according to standard. The conclusions of this study are categorized either level assessment of the
implementation by Permenaker No. 26, 2014.

© 2017 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
e ISSN 1475-222656
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: dindasyakbania@yahoo.com

49
Dinda Nur Syakbania dan Anik Setyo Wahyuningsih/Program Keselamatan dan/HIGEIA 1 (2) (2017)

PENDAHULUAN Tempat kerja atau usaha-usaha yang dimaksud


dalam undang-undang tidak harus selalu
Indonesia merupakan salah satu negara mempunyai motif ekonomi atau motif
dengan jumlah penduduk tertinggi di dunia, keuntungan, tetapi dapat merupakan usaha-
jumlah yang tinggi ini pula diimbangi dengan usaha sosial seperti sekolah kejuruan, usaha
tingginya jumlah pekerja dimana mencapai rekreasi dan dirumah-rumah sakit, dimana
114,63 juta orang, sebanyak 42,38 juta orang dipergunakan instalasi-instalasi listrik dan
(36,97%) bekerja pada sektor formal dan 72,25 mekanik yang berbahaya (Pemerintah RI,
juta orang (63,03%) bekerja pada sektor 1970).
informal (Badan Pusat Statistik, 2014). Sekolah kejuruan menjadi salah satu
Berdasarkan ILO tahun 2016 setiap 15 detik, tempat yang harus menerapkan Undang-undang
seorang pekerja meninggal dari kecelakaan kerja nomor 1 tahun 1970, karena selain penuh
atau penyakit. Setiap 15 detik, 153 pekerja dengan risiko kecelakaan kerja yang berpotensi
mengalami kecelakaan yang berhubungan tersendiri berupa ancaman kerugian dari
dengan pekerjaan. Setiap hari, 6300 orang berbagai sisi juga siswa diharapkan dapat
meninggal akibat kecelakaan kerja atau penyakit menerapkan K3 dengan benar setelah terjun ke
yang berhubungan dengan pekerjaan lebih dari dunia kerja. Dalam mengantisipasi masalah
2,3 juta kematian pertahun. tersebut, pendidikan menengah kejuruan
Dengan tingginya kasus tersebut maka sebagai wadah pembentukan sumber daya
diperlukannya penerapan Keselamatan dan manusia yang terampil harus berusaha untuk
Kesehatan Kerja (K3), K3 merupakan salah satu menghasilkan tenaga kerja yang berkemampuan
bidang kesehatan masyarakat yang sesuai kebutuhan dunia industri. Sehingga
memfokuskan perhatian pada masyarakat diharapkan siswa dapat menyesuaikan diri
pekerja baik yang berada di sektor formal untuk memenuhi tuntutan kerja di dunia
maupun yang berada di sektor informal (Depkes industri. Termasuk penerapan keselamatan dan
RI, 2003). Perlindungan tenaga kerja meliputi kesehatan kerja (K3) yang merupakan hal
aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan penting untuk dilakukan disebuah proses
keselamatan, peliharaan moral kerja serta produksi dalam suatu industri (Krisiyanti,
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia 2011).
dan moral agama. Tenaga kerja harus Praktek kerja industri diperlukan di
memperoleh perlindungan dari berbagai soal sekolah kejuruan agar siswa lebih memahami
disekitarnya dan pada dirinya yang dapat pekerjaan, kompetensi serta aturan-aturan di
menimpa dan menggganggu dirinya serta industri sehingga siswa siap memasuki dunia
pelaksanaan pekerjaannya. kerja. Dalam pelaksanaan praktik kerja industri,
Keselamatan pada dasarnya adalah siswa yang tergolong ke dalam pekerja usia
kebutuhan setiap manusia dan menjadi naluri muda rentan mengalami kecelakaan dan terkena
dari setiap makhluk hidup. Kondisi perburuhan penyakit akibat kerja, baik di tempat melakukan
yang buruk dan angka kecelakaan yang tinggi pekerjaan maupun di laboratorium sekolah.
mendorong berbagai kalangan untuk berupaya Kecelakaan kerja di tempat kerja yang terjadi
meningkatkan perlindungan bagi tenaga kerja dapat berbahaya, baik dalam proses produksi
(Fitriana dan Anik, 2017). maupun bagi keselamatan dan kesehatan para
Menurut Undang-Undang nomor 1 tahun siswa. Setiap proses produksi di tempat kerja
1970 ayat 1 menunjukan bahwa dengan memiliki potensi bahaya (hazard) untuk
perumusan ini ruang lingkup bagi berlakunya menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat
undang-undang ini jelas ditentukan oleh 3 unsur kerja. Potensi bahaya jika dibiarkan tanpa ada
yaitu tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi pengendalian akan menyebabkan terjadinya
suatu usaha, adanya tenaga kerja yang bekerja kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
disana, adanya bahaya di tempat kerja itu. (Andriani, 2014).

50
Dinda Nur Syakbania dan Anik Setyo Wahyuningsih/Program Keselamatan dan/HIGEIA 1 (2) (2017)

Laboratorium merupakan salah satu Contoh kecelakaan kerja di laboratorium


tempat berkembangnya ilmu pengetahuan kimia seperti yang di akses dari Metro
melalui berbagai penelitan dan percobaan, Sindonews tanggal 14 April 2016 terjadi ledakan
dalam kegiatan penelitian/percobaan tentunya di Laboratorium Kimia, lantai 2 Gedung
menggunakan bermacam-macam jenis alat dan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI)
bahan kimia untuk menunjang kegitannya dan Depok diduga kuat karena keteledoran
beberapa fasilitas pendukung lainnya seperti air, mahasiswa yang lupa mengontrol suhu labu
gas, listrik dan almari asam tentunya alat, bahan destilasi hingga mencapai 100 derajat celcius
kimia dan fasilitas laboratorium beserta dan mengering sehingga mengakibatkan 15
aktivitasnya sangat berpotensi dalam mahasiswa terluka, dan yang dikutip dari
menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan Antaranews tanggal 14 April 2016 terjadi
(Amanah, 2011). insiden kecelakaan kerja ledakan pada seorang
Kondisi sarana prasarana laboratorium ahli kimia di Gedung Pusat Laboratorium
pada masing-masing institusi berbeda-beda. Forensik Mabes Polri. Ledakan terjadi saat
Dimana ada Institusi yang memiliki kondisi sedang bekerja, tiba-tiba tangki berukuran tiga
laboratorium yang lengkap, namun ada Institusi liter yang digunakan memanaskan untuk analisa
lain yang memiliki kondisi laboratorium sangat logam meledak. Ledakan ini mengakibatkan
minim. Hal ini akan mempengaruhi kualitas ahli kimia tersebut mengalami luka bakar pada
proses pembelajaran praktik di laboratorium. bagian tangan dan bajunya karena hembusan
Kesenjangan yang terjadi ini akibat tidak api kecil, selain itu juga menyebabkan
adanya standar laboratorium pendidikan tenaga kerusakan kaca pintu yang pecah dan ledakan
kesehatan. Oleh karena itu perlu disusun tersebut mengeluarkan asap putih yang keluar
standar laboratorium agar lulusan yang dari jendela dan aroma bau terbakar tercium.
dihasilkan mempunyai kompetensi sesuai yang Potensi bahaya yang terjadi di
akan dicapai dalam kurikulum. laboratorium kimia diantaranya saat
Dalam rangka peningkatan mutu dan pengambilan reagen dari lemari asam potensi
akuntabilitas pendidikan tenaga kesehatan yang bahaya yang terjadi seperti keracunan, sesak
mampu menghadapi tantangan sesuai dengan nafas, iritasi mata, iritasi kulit, dan luka bakar.
tuntutan nasional dan global perlu disiapkan Kemudian pada saat pengisian buret potensi
acuan bagi institusi pendidikan tenaga bahaya yang terjadi sepeti luka, iritasi mata, dan
kesehatan (Diknakes), berupa Standar tertelan bahan kimia. Penggunaan oven dan
Laboratorium Pendidikan Tenaga Kesehatan, kompor potensi bahaya yang ada seperti
agar Laboratorium di institusi pendidikan terpapar panas, kebakaran, penggunaan gelas
terstandar untuk menunjang proses ukur yang sudah menggumpal mengakibatkan
pembelajaran yang berkesinambungan luka gores. Pengambilan reakgen dari
(Kemekes, 2010). Selain itu juga di lihat dari lemari/gudang penyimpanan bahan kimia
Keputusan Menteri Kesehatan Republik potensi bahaya yang terjadi ada pusing, mual,
Indonesia Nomor 605/MENKES/SKNI1 tahun sakit tenggorokan, iritasi mata, dan sesak nafas
2008 tentang Standar Balai Laboratorium (Amanah, 2011).
Kesehatan dan Balai Besar Laboratorium Upaya penganggulangan potensi bahaya
Kesehatan yang bertujuan supaya setiap antara lain dengan cara administrasi pembuatan
laboratorium memiliki standar yang baik. prosedur K3 manual, engeneering/rekayasa
Standar tersebut meliputi standar ketenagaan, seperti pemasangan alarm pada lemari asam,
standar sarana, prasarana dan alat, standar subtitusi dengan penggantian alat yang sudah
media dan reagen, keselamatan dan kesehatan pecah dengan alat yang baru, mengganti bahan
kerja laboratorium serta pencatatan dan kimia yang berbahaya/berisiko dengan bahan
pelaporan (Kemenkes, 2008). kimia yang tidak terlalu berbahaya namun

51
Dinda Nur Syakbania dan Anik Setyo Wahyuningsih/Program Keselamatan dan/HIGEIA 1 (2) (2017)

dengan fungsi yang sama dan penggunaan alat Rumusan masalah dari penelitian ini
pelindung diri (Amanah, 2011). yaitu bagaimana penerapan program K3 di
SMK Yayasan Pharmasi Semarang Laboratorium Kimia SMK Yayasan Pharmasi
merupakan salah satu SMK dengan prodi Semarang. Tujuan umum dari penelitian ini
Kimia Industri, Farmasi, dan Pemasaran yaitu tentang penerapan program K3 di
dengan visi “Sekolah unggulan yang Laboratorium Kimia SMK Yayasan Pharmasi
menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia dan Semarang. Sedangkan tujuan khususnya yaitu
professional di bidang farmasi untuk mengetahui potensi bahaya yang terdapat dalam
mengahadapi tantangan di era global”. SMK laboratorium kimia dan mengetahui penerapan
Yayasan Pharmasi merupakan salah satu program K3 sebagai upaya pengendalian bahaya
sekolah yang lulusannya sebagai calon tenaga sesuai dengan persyaratan di Laboratorium
kerja yang professional di bidangnya. Di SMK Kimia SMK Yayasan Pharmasi Semarang.
Yayasan Pharmasi terdapat 3 Laboratorium
yaitu Laboratorium Kimia, Laboratorium METODE
Biologi dan Fisika, dan Laboratorium Resep
(Farmasetika). Dalam kegiatan praktikum di Penelitian difokuskan pada penerapan
laboratorium banyak menggunakan mesin dan program K3 di Laboratorium Kimia SMK
alat-alat yang mempunyai potensi bahaya Yayasan Pharmasi. Jenis dan rancangan
(hazard) yang dapat mengakibatkan kecelakaan penelitian menggunakan metode deskriptif
kerja seperti suhu panas, lingkungan kerja, kualitatif untuk mengetahui data lebih
posisi kerja yang tidak ergonomis, debu, zat mendalam mengenai Penerapan Program K3 di
kimia berbahaya, dan perilaku saat bekerja. Laboratorium Kimia SMK Yayasan Pharmasi
Menurut penuturan dari Kepala Semarang. Penelitian kualitatif digunakan oleh
Laboratorium pada tanggal 14 April 2016 SMK peneliti yang bermaksud meneliti sesuatu secara
Yayasan Pharmasi juga menerapkan K3 yang mendalam.
bertujuan untuk mengurangi potensi bahaya di Penelitian ini dilaksanakan di
sekolah contohnya seperti mengsubtitusi bahan laboratorium kimia SMK Yayasan Pharmasi
kimia yang berbahaya dengan bahan kimia yang Semarang. Sumber informasi dalam penelitian
kurang berbahaya, pelabelan pada zat kimia, adalah dari data primer. Data primer dalam
penyimpanan zat kimia pada gudang penelitian ini meliputi pengamatan (observasi)
penyimpanan, adanya lemari asam, adanya dan wawancara, serta data sekunder yang
SOP (Standar Operasional Prosedur) berupa dokumen-dokumen yang terdapat di
laboratorium/penggunaan alat yang SMK Yayasan Pharmasi Semarang. Data
berdasarkan pada direkotorat pembinaan primer dari penelitian ini diperoleh dengan
sekolah menengah kejuruan oleh Kemendikbud, melakukan pengamatan (observasi ke
aturan penggunaan dan penyimpanan bahan laboratorium kimia, wawancara dengan kepala
kimia (MSDS), penggunaan Alat Pelindung Diri laboratorium kimia).
(APD) pada saat siswa praktek, melalukan Dalam penelitian ini terdapat 1 informan
pelatihan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) utama dan 2 informan triangulasi yaitu
oleh guru, karyawan dan satpam, penerapan K3 laboran/tenaga bantu laboratorium kimia dan
juga di berikan kepada siswa dengan adanya siswa. Data sekunder dalam penelitian ini ialah
mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan yang terdapat pada instansi sekolah SMK
Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH), Yayasan Pharmasi Semarang meliputi profil
menggunakan ISO 17025 tentang persyaratan sekolah, struktur organisasi, dan dokumentasi
umum kompetensi laboratorium pengujian dan lain terkait dengan Laboratorium Kimia SMK
laboratorium kalibrasi, OHSAS 18001 tentang Yayasan Pharmasi Semarang.
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan Instrumen yang digunakan dalam
kerja. penelitian ini adalah lembar observasi dan

52
Dinda Nur Syakbania dan Anik Setyo Wahyuningsih/Program Keselamatan dan/HIGEIA 1 (2) (2017)

pedoman wawancara. Lembar observasi ini triangulasi yaitu teknik yang memanfaatkan
digunakan untuk mencatat hasil obervasi di sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk
lapangan agar mengetahui penerapan program keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
K3 yang dilaksanakan di Laboratorium Kimia terhadap data itu. Triangulasi diartikan sebagai
dibandingkan dengan standar acuan yang teknik pengumpulan data yang bersifat
digunakan dalam penelitian. Pedoman menggabungkan dari berbagai teknik
wawancara berisi petunjuk secara garis besar pengumpulan data dan sumber data yang telah
tentang proses dan isi wawancara untuk ada.
menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan Dalam penelitian ini peneliti
dapat seluruhnya tercakup. Wawancara ini menggunakan teknik triangulasi teknik dan
digunakan untuk mengetahui bagaimana triangulasi sumber. Triangulasi teknik, berarti
penerapan program K3 di Laboratorium Kimia peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
SMK Yayasan Pharmasi Semarang. Saat yang berbeda-beda untuk mendapatkan data
wawancara berjalan dengan lancar maka di dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan
perlukan bantuan alat-alat seperti: alat perekam, observasi partisipatif, wawancara mendalam,
buku catatan, dan kamera supaya wawancara dan dokumentasi untuk sumber daya yang sama
dapat terekam dengan baik. secara serempak. Triangulasi sumber berarti
Teknik pengumpulan data merupakan untuk mendapatkan data dari sumber yang
langkah yang paling strategis dalam penelitian, berbeda-beda dengan teknik yang sama.
karena tujuan utama dari penelitian adalah Penelitian ini pemeriksaan keabsahan data
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik dilakukan dengan cara membandingkan dan
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mengecek data dari informan yang berbeda
mendapatkan data yang memenuhi standar data yaitu: dari kepala laboraotirum kimia, tenaga
yang diterapkan. Teknik pengumpulan data bantu laboratorium, dan siswa yang menjadi
dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan) sasaran penerapan K3 dengan menggunakan
interview (wawancara), dokumentasi. observasi, wawancara serta studi dokumentasi.
Pengamatan (Observasi) adalah suatu prosedur Analisis data dalam penelitian kualitatif,
yang terencana, yang antara lain melihat dan dilakukan pada saat pengumpulan data
mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu berlangsung dan setelah pengumpulan data
yang ada hubungannya dengan masalah yang dalam periode waktu tertentu. Pada saat
akan diteliti. Pada penelitian ini, dilakukan wawancara, analisis data sudah dilakukan
wawancara dengan kepala laboratorium kimia terhadap jawaban yang diberikan oleh
SMK Yayasan Pharmasi Semarang. informan. Apabila jawaban dari informan
Prosedur penelitian dalam penelitian ini setelah dianalisis terasa belum memuaskan,
dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap pra maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi
lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap sampai tahap tertentu, sehingga diperoleh data
analisis data. Penelitian dimulai dengan yang dianggap kredibel.
melakukan pengamatan melihat keadaan Teknik analisis data dalam penelitian ini
laboratorium dan mengamati bahaya apa saja meliputi reduksi data, penyajian data, dan
yang ada di area laboratorium, menggali verifikasi. Mereduksi data berarti merangkum,
informasi yang dilakukan melalui proses memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
wawancara dengan kepala laboratorium kimia, pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
laboran/tenaga bantu laboratorium, dan siswa. polanya. Dengan demikian data yang telah
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah direduksi akan memberikan gambaran yang
penerapan program K3. Variabel terikat dalam lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
penelitian ini adalah laboratorium kimia. melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
Teknik pemeriksaan keabsahan data mencarinya bila diperlukan. Setelah data
dalam penelitian ini menggunakan teknik direduksi, maka langkah selanjutnya

53
Dinda Nur Syakbania dan Anik Setyo Wahyuningsih/Program Keselamatan dan/HIGEIA 1 (2) (2017)

menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, dapat diberi batasan pada proses-proses yang
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dalam sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya
flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering pada bagian kimiawi dan fisik komposisi suatu
digunakan untuk menyajikan data dalam zat.
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang Berdasarkan hasil penelitian, penelitian
bersifat naratif. Melalui penyajian data, maka ini dibahas dalam penerapan 4 variabel yang
data akan terorganisasikan, tersusun dalam pola terdiri atas: faktor kimia, faktor ergonomi,
hubungan, sehingga akan semakin mudah faktor fisik dan manajemen laboratorium.
dipahami. Pembahasan variable dapat dilihat pada tabel 1.
Langkah ketiga dalam analisis data Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan
kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan studi dokumentasi yang dilakukan peneliti di
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan laboratorium kimia SMK Yayasan Pharmasi
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila Semarang diperoleh hasil penerapan pada faktor
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang kimia yang terdiri atas 14 poin, yang diketahui
mendukung pada tahap pengumpulan data bahwa 11 poin (78,5%) sesuai dengan standar
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang Kemenkes RI Standar Laboratorium Farmasi
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh tahun 2010 dan Kepmenkes RI no. 605 tahun
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat 2008 meliputi (1) Tenaga bantu laboratorium
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan membantu memelihara alat dan bahan secara
data, maka kesimpulan yang dikemukakan rutin; (2) Mengemas, menempatkan, menjaga,
merupakan kesimpulan yang kredibel. mengamankan peralatan dan bahan praktisi; (3)
Membersihkan peralatan; (4) Mengganti
HASIL DAN PEMBAHASAN peralatan secara berkala; (5) Penyimpanan alat
dan bahan sesuai jenisnya; (6) Lemari asam; (7)
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, Menyimpan alat dan bahan yang berat dan
eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan berbahaya; (8) Peralatan dihindarkan dari bahan
ilmiah yang berhubungan dengan ilmu fisika, (9) Pelabelan pada bahan kimia; (10) penyimpa
kimia, dan biologi ataupun ilmu lain bahan kimia di tata secara alfabetis; (11) bahan
dilakukan. Laboratorium biasanya digunakan kimia tidak langsung terkena cahaya matahari.
untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan- Sebanyak 3 poin (21,5%) tidak sesuai
kegiatan tersebut secara terkendali. dengan standar Kemenkes RI Standar
Laboratorium dapat diartikan dari kata Laboratorium Farmasi tahun 2010 dan
“labortory”. Menurut menteri Pendidikan dan Kepmenkes RI no. 605 tahun 2008 meliputi : (1)
Kebudayaan Indonesia No.134/0/1983, yang Ruang pemeliharaan dan penyimpanan alat
dimaksud dengan laboratorium adalah sarana hanya tersedia kipas angin daqn exhaust
penunjang jurusan dalam studi yang seharusnya ruangan per AC, (2) Catatan tanggal
bersangkutan, dan sumber unit daya dasar botol pertama dibuka untuk mengetahui sudah
untuk mengembangkan ilmu dan pendidikan. berapa lama dan kadaluarsanya, (3) hanya
Dalam pendidikan laboratorium adalah tempat memiliki beberapa MSDS untuk bahan kimia
proses belajar mengajar melalui meode sebaiknya dilengakpi untuk semua bahan kimia.
praktikum yang menghasilkan praktikum hasil Sehingga tingkat penilaian penerapan
pengalaman belajar. dikategorikan baik menurut Permenaker Nomor
Laboratorium kimia pada sekolah farmasi 26 Tahun 2014 (Kemenkes RI, 2010; Kemenkes
bertujuan untuk mengolah dan menghasilkan RI, 2008; Kemenakertrans, 2014).
bahan-bahan kimia diantaranya industri pupuk, Hasil penerapan pada faktor ergonomi
asam sulfat, soda, bahan peledak, peptisida, cat, yang terdiri atas 20 poin, yang diketahui bahwa
deterjen dan lain-lain. Penggunaan bahan kimia 17 poin (85%) sesuai dengan standar Kemenkes

54
Dinda Nur Syakbania dan Anik Setyo Wahyuningsih/Program Keselamatan dan/HIGEIA 1 (2) (2017)

Tabel 1. Penerapan 4 Variabel Penelitian


Kesesuaian
No Komponen Sesuai Tidak sesuai Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Faktor Kimia 78,5 21,5 Sebanyak 11 poin sesuai dengan standar
dan 3 poin tidak sesuai dengan standar.

2. Faktor Ergonomi 85 15 Sebanyak 17 poin sesuai dengan standar


dan 3 poin tidak sesuai dengan standar.

3. Faktor Fisik 80 20 Sebanyak 4 poin sesuai dengan standar


dan 1 poin tidak sesuai dengan standar.

4. Manajemen K3 68,75 31,25 Sebanyak 22 poin sesuai dengan standar


dan 10 poin tidak sesuai dengan standar.

RI Standar Laboratorium Farmasi tahun 2010, tersedia 1m setiap peserta didik; (2) Jarak ujung
OHSAS 18001, ISO 17025 dan Kepmenkes RI meja berdampingan seharusnya 1,5m pada
no. 605 tahun 2008 meliputi (1) Tenaga bantu laboratorium jarak ujung meja hanya 1m; (3)
laboratorium bertanggung jawab alat yang Lebar pintu ganda hanya 80cm yang seharusnya
digunakan; (2) Ruang laboratorium terpisah masing-masing lebarnya 90cm. Sehingga tingkat
dengan ruang administrasi; (3) Setiap penilaian penerapan dikategorikan memuaskan
laboratorium memiliki ruangan Ruang menurut Permenaker Nomor 26 Tahun 2014.
pengelolaan laboratorium, Ruang praktek Hasil penerapan pada faktor fisik yang
peserta didik, Ruang kerja dan persiapan dosen terdiri atas 5 poin, yang diketahui bahwa 4 poin
dan guru, Ruang/ tempat penyimpanan alat, (80%) sesuai dengan standar Kemenkes RI
Ruang/ tempat penyimpanan bahan; (4) Bentuk Standar Laboratorium Farmasi tahun 2010 dan
ruang laboratorium persegi panjang; (5) Dinding Kepmenkes RI no. 605 tahun 2008 meliputi (1)
tembok berwarna terang dan tidak luntur; (6) Ventilasi mengalir dari udara luar yang bersih ke
Dinding tidak tembus cairan dan tahan dalam gedung supaya sirkulasi udara didalam
desinfektan; (7) Lantai terbuat dari bahan yang ruangan baik dan ruangan tidak menjadi pengap
kuat; (8) Lantai tidak berekasi dengan bahan (2) Suhu 24⁰C (3) Cahaya matahari tidak
kimia.; (9) Lantai terang, rata dan tidak licin; langsung masuk kedalam laboratorium, karena
(10) Plafon terbuat dari bahan yang kuat; (11) matahari dapat merusak zat kimia (4)
Plafon berwarna terang dan mudah di Pencahayaan 500 lux. Sebanyak 1 poin (20%)
berisihkan; (12) Tinggi plafon; (13) Pintu harus tidak sesuai dengan standar Kemenkes RI
kuat, rapat dan dapat mencegah masuknya Standar Laboratorium Farmasi tahun 2010 dan
serangga, dan binatang lainnya; (14) Meja Kepmenkes RI no. 605 tahun 2008 meliputi (1)
laboratorium terbuat dari bahan yang kuat; (15) Luas ventilasi alamiah hanya memenuhi 6%
Meja harus kedap air dan tahan bahan kimia; persen dari luas ruangan sedangkan seharusnya
(16) Sudut meja tumpul dan tidak lancip; (17) luas ventilasi minimum 15-20% luas lantai
Tinggi meja (Kemenkes RI, 2010; Kemenkes laboratorium. Sehingga tingkat penilaian
RI, 2008; Kemenakertrans, 2014; OHSAS, penerapan dikategorikan baik menurut
2007; BSN, 2005). Permenaker Nomor 26 Tahun 2014.
Sebanyak 3 poin (15%) tidak sesuai Hasil penerapan pada faktor manajemen
dengan standar Kemenkes RI Standar K3 yang terdiri atas 32 poin, yang diketahui
Laboratorium Farmasi tahun 2010 dan bahwa 22 poin (68,75%) sesuai dengan standar
Kepmenkes RI no. 605 tahun 2008 meliputi : (1) OHSAS 18001, ISO 17025, Kemenkes RI
Luas ruang 1 peserta didik 2,5m namun hanya Standar Laboratorium Farmasi tahun 2010,

55
Dinda Nur Syakbania dan Anik Setyo Wahyuningsih/Program Keselamatan dan/HIGEIA 1 (2) (2017)

Kepmenkes RI no. 605 tahun 2008 meliputi: (1) pendidikannya seharusnya DIII sesuai
Membuat sistem manajemen K3 meliputi bidangnya (3) Menurunkan risiko hirarki
adanya struktur organisasi laboratorium, upaya pengendalian: eliminasi belum dilakukan karena
pencegahan mengurasi risiko bahaya, terdapat tidak bisa bahan kimia asli dihilangkan dalam
SOP, peraturan di laboratorium, MSDS jika praktikum, subtitusi dalam bahan kimia
memerlukan (2) Menerapkan, memelihara dan berbahaya beberapa sudah di gantikan dengan
meningkatkan sistem manajemen K3 (3) yang tidak terlalu berbahaya dengan fungsi yang
Laboratorium atau organisasi induknya sama, pengendalian teknik untuk tempat kerja
merupakan suatu kesatuan yang secara legal yang lebih nyaman menggunakan meja dari
dapat di pertanggungjawabkan (4)Menetapkan bahan keramik, pengendalian admisitrasi
struktur organisasi dan manajemen terdapat tata tertib laboratorium yang di tempel
laboratorium (5) Kepala unit laboratorium didinding, aturan didalam laboratorium, label
bertanggung jawab terhadap kegiatan di yang di tempel pada zat kimia. Namun tidak
laboratorium (6) Administrator, penanggung terdapat poster yang tanda bahaya yang
jawab dan tenaga bantu laboratorium dipasang, Penggunaan APD di lakukan sebelum
membantu semua kegiatan di laboratorium (7) saat siswa masuk ke dalam ruang laboratorium.
Pelatihan sesuai dengan risiko-risiko K3 salah APD yang di gunakan seperti jas lab, hairnet,
satunya pelatihan pemadaman api dengan masker, dan sarung tangan (4) Tidak
APAR dan DIKLAT terkait dengan tersedianya eyewash dan shower, penempatan
laboratorium (8) Mencatat, menyelidiki dan eyewash dan shower seharusnya berada pada
menganalisis insiden-insiden (9) Terdapat 2 pintu keluar, serta tidak terhalang benda-benda
APAR diruang laboratorium (10) Tersedia bak supaya cepat saat penanganannya (5) Tanda
cuci tangan dan air mengalir (11) Penghisap peringatan daerah berbahaya (6) Tidak terdapat
udara (12) Keamanan dan pengamanan jaringan pintu darurat, hanya terdapat 1 pintu keluar
instalasi listrik (13) Penggadaan air bersih utama dilaboratorium. Pintu darurat/pintu
mengalir dan jernih (14) Terdapat gas elpiji keluar tidak boleh terhalang benda, pintu keluar
(15)Tempat dan pelabelan/tanda pada tabung harus didesain dapat berayun dari posisi/jika
gas (16) Petugas mengerti menggunakan alat membuka dalam posisi mendorong dengan
pelindung diri dan mengatasi bila ada tinggi 2,5m dan langsung menuju ke tempat
kecelakaan di laboratorium (17) Menyediakan evakuasi yang aman (7) Tidak tersedia lemari
peraturan dan prosedur di dalam laboratorium APD, pelektakan lemari APD untuk
(18) Semua petugas mengetahui tentang penyimpanan APD yang penting sebaiknya
keadaan darurat serta prosedur-prosedur didalam ruang administrasi sedangkan untuk
evakuasi (19) Menggunakan alat pelindung diri penyimpanan APD siswa dilekatakkan di dalam
(APD) (20) Menggunakan jas/mantel selama loker, (8) Detektor asap, (9) Blower, dan (10)
praktikum berlangsung di laboratorium (21) denah evakuasi sehingga tingkat penilaian
Rambut panjang diikat dengan rapi ke belakang penerapan di katagorikan baik menurut
(22) Terdapat perlengkapan P3K (Kemenkes RI, Permenaker Nomor 26 Tahun 2014.
2010; Kemenkes RI, 2008; Kemenakertrans,
2014; OHSAS, 2007; BSN, 2005). PENUTUP
Sebanyak 10 poin (31,25) belum sesuai
dengan standar OHSAS 18001, ISO 17025, Simpulan dari ini adalah dari variabel
Kemenkes RI Standar Laboratorium Farmasi penelitian yang terdiri atas faktor kimia, faktor
tahun 2010 meliputi: (1) Pendidikan ergonomi, faktor fisik, dan manajemen K3 di
administrator hanya DIII dengan jurusan analis laboratorium dari poin yang dibahas Faktor
seharusnya S1/DVI sarjana sains terapan (2) Kimia yang tidak sesuai/tidak memenuhi
Pendidikan tenaga bantu laboratorium hanya standar terdiri atas: ruang pemeliharaan dan
lulusan SMK jurusan Kimia Industri, minimal penyimpanan alattidak berAC; tidak terdapat

56
Dinda Nur Syakbania dan Anik Setyo Wahyuningsih/Program Keselamatan dan/HIGEIA 1 (2) (2017)

catatan tanggal botol pertama kali dibuka; DAFTAR PUSTAKA


tersedia MSDS, Faktor Ergonomi tidak
sesuai/tidak memenuhi standar terdiri atas: luas Amanah. 2011. Identifikasi Bahaya dan Penilaian
ruang 1 peserta didik 2,5m; jarak ujung meja Risiko (Risk Assessment) di Laboratorium
berdampingan seharusnya 1,5m; lebar pintu Lingkungan. Tesis. Semarang: Fakultas
ganda lebarnya 90cm, Faktor Fisik tidak Teknik Universitas Diponegoro
Antaranews. 2011. Ledakan di Gedung Pusat
sesuai/tidak memenuhi standar terdiri atas: luas
Laboratorium Forensik Mabes Polri
ventilasi minimum 15-20%; luas lantai
BSN. 2005. Standar Nasional Indonesia 03-6197 Tahun
laboratorium dan Manajemen K3 tidak 2000 Tentang Konservasi Energi pada Sistem
sesuai/tidak memenuhi standar terdiri atas Pencahayaan. Jakarta: BSN (Badan
pendidikan administrator S1/DVI sarjana sains Standardisasi Nasional)
terapan; pendidikan minimal DIII sesuai BSN. 2005. ISO 17025 tentang Persyaratan Umum
bidangnya; menurunkan risiko hirarki Kompetensi Laboratorium Pengujian dan
pengendalian: eliminasi belum dilakukan, Laboratorium Kalibrasi. Jakarta: BSN (Badan
subtitusi dalam bahan kimia berbahaya Standardisasi Nasional)
Fitriana, L. dan Wahyuningsih, A.S. 2017.
beberapa sudah di gantikan dengan yang tidak
Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan
terlalu berbahaya dengan fungsi yang sama,
Dan Keselamatan Kerja (SMK3) Di PT.
pengendalian teknik untuk tempat kerja yang Ahmadaris. HIGEIA, 1(1):30-35
lebih nyaman menggunakan meja dari bahan Kemendiknas RI. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan
kramik, pengendalian admisitrasi terdapat tata Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar
tertib laboratorium yang di tempel didinding, Sarana Prasarana Sekolah Pendidikan Umum.
aturan didalam laboratorium, label yang di Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
tempel pada zat kimia. Namun tidak terdapat Kemenakertrans RI. 2014. Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2014 Tentang
poster yang tanda bahaya yang dipasang,
Penyelengaraan Penilaian penerapan Sistem
Penggunaan APD di lakukan sebelum saat
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
siswa masuk ke dalam ruang laboratorium.
Jakarta: Kementerian Ketenagakerjaan dan
APD yang di gunakan seperti jas lab, Transmigrasi RI
hairnet, masker, dan sarung tangan; tidak Kemenkes RI. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan
tersedianya eyewash dan shower; tanda Republik Indonesia Nomor
peringatan daerah berbahaya; tidak terdapat 605/MENKES/SKNI1|2008 tentang Standar
pintu darurat; tidak tersedia lemari APD; tidak Balai Laboratorium Kesehatan dan Balai Besar
tersedia detektor asap, tidak menggunakan Laboratorium Kesehatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI
blower, laboratorium hanya menggunakan kipas
Kemenkes RI. 2010. Kementerian Kesehatan
angin dan exhaust; tidak memiliki denah
Republik Indonesia tentang Standar Laboratorium
evakuasi hanya ada safety sign untuk jalur Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
evakuasi. Krisdiyanti. 2011. Identifikasi Bahaya dan Upaya
Laboratorium Kimia SMK Yayasan Penanganannya pada Praktek Membatik Untuk
Pharmasi Semarang pada tingkat penilaian Penerapan Keselamatan dam Kesehatan Kerja di
penerapan dikatagorikan baik menurut SMK Negeri 2 Sewon. Skripsi. Yogyakarta:
Permenaker Nomor 26 Tahun 2014. Fakultas Teknik Universitas Negeri
Saran yang diberikan kepada peneliti Yogyakarta.
Metro Sindonews. 2015. Kecelakaan Ledakan di
selanjutnya sebaiknya menambah variabel
Laboratorium UI
lainnya agar lebih mengetahui bagaimana
OHSAS 18001. 2007. Sistem manajemen Keselamatan
penerapan keselamatan dan kesehatan kerjanya dan Kesehatan Kerja.
dan memperluas area penelitian bukan hanya di Pemerintah RI. 1970. Undang-Undang Republik
laboratorium kimia saja namun juga pada Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang
laboratorium lainnya dan sebagai sumber data Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
untuk penelitian selanjutnya. Pemerintah RI

57

Anda mungkin juga menyukai