a) Pemeriksaan 100 persen Pelaksanaan sampling dengan menggunakan metode pemeriksaan 100
persen membutuhkan waktu, tenaga dan biaya besar, namun tidak selalu diimbangi dengan 100
persen keberhasilan.
b) Samping berdasarkan teori statistik Pelaksanaan sampling berdasarkan teori statistik
membutuhkan biaya lebih rendah dibandingkan metode pemeriksaan 100 persen. Metode sampling
ini menggunakan teori statistik dalam pelaksanaannya, sehingga dapat memperkecil terjadinya
resiko. Metode sampling berdasarkan teori statistik memposisikan produser sebagai
penanggungjawab produk. Denagn demikian, produser harus mempertahankan mutu produk agar
selalu baik. Bila tidak, akan timbul permasalahan dan kerugian yang diakibatkan penolakan produk
oleh konsumen.
c) Sampling tidak berdasarkan teori statistik Metode sampling yang tidak berdasarkan teori statistik
umumnya tidak direkomendasi karena tidak memiliki dasar yang logis dalam pengambilan keputusan
untuk menerima atau menolak suatu produk. Hal ini dikarenakan tidak terdeteksinya resiko dari
sampling, menghasilkan fluktuasi mutu yang tinggi, dan keluar dari batas mutu yang dipersyaratkan
Petugas Pengambil Contoh Kebenaran hasil pengujian laboratorium sangat dipengaruhi oleh
kebenaran dalam pengambilan contoh oleh petugas pengambil contoh (PPC). Seorang Petugas
Pengambil Contoh harus mempunyai visi, kebijakan, sikap dan pengetahuan yang benar dalam
melakukan pengambilan contoh.
- Visi PPC dalam melakukan teknik pengambilan contoh harus mempunyai visi yaitu mengambil
contoh sesuai dengan kaidah yang berlaku dan dilaksanakan secara benar sesuai standar yang
berlaku tersebut. Beberapa kaidah dalam pengambilan sampel termuat dalam standar pengambilan
contoh diantaranya adalah:
a. SNI 0429-1998 - A: Petunjuk pengambilan contoh cairan dan semi padat
b. SNI 0428-1998 - A: Petunjuk pengambilan contoh padatan
c. SNI 03-7016-2004 - Tata Cara Pengambilan Contoh Dalam RangkaPemantauan Kualitas Air Pada
Suatu Daerah Pengaliran Sungai.
- Kebijakan (Wisdom) PPC dalam melakukan teknik pengambilan contoh harus bijaksana. Teknik
pengambilan contoh menuntut kebijakan petugas pengambil contoh dalam melakukan tugasnya
agar senantiasa menggunakan hati nurani yang bersih dan melakukan tugasnya secara bijak tanpa
dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan lain.
- Sikap PPC dalam melakukan teknik pengambilan contoh harus harus mempunyai sikap teliti,
cermat, hati-hati yang merupakan tuntutan sikap yang harus dimiliki seorang petugas pengambil
contoh.
- Pengetahuan “know and how” Petugas pengambil contoh harus memiliki ilmu yang cukup agar
dapat mengambil contoh dengan benar. Mereka tidak hanya dapat melakukan namun harus juga
tahu bagaimana melakukan pengambilan contoh yang benar dan mengapa melakukan pengambilan
contoh dengan cara tersebut.
Petugas yang mengambil sampel harus terampil, terlatih dan memahami prosedur pengambilan,
penanganan, dan pengiriman sampel sesuai dengan pedoman BSN 503-2000. Prosedur
pengambilan sampel bahan pangan harus memperhatikan:
- peralatan yang digunakanharus steril, terutama yangakan digunakan untuk uji mikrobiologis;
- pengambilan sampeldilakukan secara steril sesuaidengan standar operaional prosedur(SOP);
- secara fisik, sampeldapat berbentuk segar, beku,atau hasil olahan.
Untuk pengujianmikrobiologis, pengambilan sampel dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
- cara swab (ulas);
- cara excision (tusuk), atau
- rinse technique (diiris.
Cara ulas digunakan untuk mengambil sampel pada permukaan bahan pangan segar. Kapas (cotton
bud) steril diusapkan ke permukaan daging dengan luas 25-50 cm2. Kapas hasil usapan dimasukkan
ke dalam wadah yang berisi larutan pengencer. Sampel siap untuk diuji. Pengambilan sampel dengan
cara ditusuk dilakukan apabila bahan pangan dalam keadaan beku. Sampel diambil dengan
menggunakan bor khusus (cork borrer) yang ditusukkan ke bahan pangan sedalam 2 mm dari
permukaan. Dengan menghitung luas permukaan yang diambil dan volume larutan pengencer, maka
dapat ditentukan jumlah populasi mikroba per ml. Pengambilan sampel dengan cara diiris dilakukan
apabila bahan pangan yang akan diuji relatif kecil (≤ 2 kg). Sampel ditimbang secara aseptis lalu
dimasukkan ke dalam plastik steril dan ditambahkan pengencer steril sebanyak9 kali bobot sampel.
Pengambilan sampel sesuai prosedur harus dilakukan karena :
- bila sampel tidak mewakili lot hasilnya tidak dapat digunakan untuk menggambarkan seluruh lot;
- penolakan bahan pangan yang diakibatkan kesalahan pengambilan sampel akan berakibat
merugikan perdagangan ekspor;
- hasil analisa dari sampel yang tidak mewakili lot akan berdampak pada kesehatan apabila yang diuji
kandungan bakteri patogen, logam berat, dan residu pestisida;
- tidak ekonomis bila seluruh lot dianalisis
Penyimpanan arsip Sub sampel disimpan sebagai arsip atau back up sampel. Pemberian label
pada sub sampel dan dicatat untuk menjaga rantai ketelusurannya. Label yang diberikan harus
memuat minimal :
Deskripsi sampel
Nama dan alamat pemilik sampel
Informasi mengenai batch /lot/populasi dari sampel 249
Suhu pada saat pengambilan sampel
Keterangan lain
Uji yang akan dilakukan terhadap sampel
Membuang sampel yang tidak terpakai dan sisa sampel