BAB 1
Konduksi
Perpindahan Panas
2
Gambar 1.1 Volume control untuk analisis aliran lewat sebuah nosel
Konduksi
3
Pada gambar tersebut daerah I ditempati oleh sistem pada saat t, daerah II
ditempati oleh sistem pada saat t + t , dan daerah III adalah daerah yang sama
Gambar 1.2 Hubungan antara sebuah sistem dan sebuah volume kontrol dalam
suatu medan aliran fluida.
E t t EII t t EIII t t
E t EI t EIII t
E t t E t
EIII t t EII t t EIII t EIII t EI t
t t
dengan menyusun kembali dan mengambil limitnya pada saat t 0 didapat
E t t E t E III t t E III t E II t t EI t
lim t
lim
t
lim
t
t 0 t 0 t 0 .............(1.1)
Penghitungan limit dari ruas kiri akan menghasilkan
Perpindahan Panas
4
E t t E t dE
lim
t 0 t
dt
Pada ruas kanan persamaan (1.1), limit pertama menjadi
E III t t E III t dE III
lim
t 0 t dt
yaitu laju perubahan dari energi total sistem, karena volume yang ditempati oleh
sistem tersebut pada saat t 0 adalah volume kontrol yang sedang ditinjau.
Limit kedua di kanan persamaan (1.1):
EII t t EI t dE II
lim t
t 0 = dt
menyatakan laju energi neto yang meninggalkan melewati permukaan kontrol di
Persamaan (1.2) akan diterapkan pada volume kontrol umum yang ditunjukkan
pada gambar 1.3.
Konduksi
5
Laju pertambahan panas dan kerja yang dilakukan oleh volume kontrol
Q W
dan
dinyatakan sebagai dt dt luasan yang kecil dA pada permukaan kontrol.
Laju energi yang meninggalkan volume kontrol lewat dA dapat dinyatakan
rumus sebagai berikut :
e v . n dA
c.s
Perpindahan Panas
6
temperatur, densitas, dan semacamnya di semua titik dalam daerah kondusi tidak
bergantung pada waktu.
Sekarang perhatikan sebuah pesawat udara yang terbang melewati udara
dengan laju konstan , seperti pada gambar 1.4.
Bila diamati dari sistem koordinat x’,y’,z’ yang bergerak dengan kecepatan
konstan. Kondisi alirannya tidak tergantung pada waktu di setiap titik di dalam
medan alirannya tersebut, sehingga alirannya adalah aliran tunak bila dipandang
dari sistem koordinat yang bergerak.
Kondisi tunak (steady state ) ini terjadi apabila tidak terjadi perubahan
temperatur pada sistem disebabkan tidak terjadinya akumulasi energi panas pada
sistem, sehingga kesetimbangan energi panas dirumuskan sebagai:
laju energi panas ke keluar laju energi panas ke dalam
dari volume kontrol dari volume kontrol
=0
1.4 Persamaan Laju Konduksi Panas Steady State pada Bidang Datar
Pada umumnya dinding penyekat panas mempunyai bentuk bidang datar.
Konduksi
7
T A Q T B Q = f1 (TA, TB , TA, batang)
Gambar 1.6 Dua sistem yang dihubungkan oleh sebuah mistar logam
Perpindahan energi sebagai kalor oleh hantaran di antara dua sistem. Secara
Jadi
f 2
Q TA TB ..............................................1.4
T A TB TA TB 0
Perpindahan Panas
8
sebuah fungsi dari keadaan kesetimbangan. Karena Q 0 jika TA > TB, sifat ini
haruslah positif.
Konduksi
9
Perpindahan Panas
T
10
4
1.5 Konduksi Panas Satu Dimensi Pada Bidang Datar Berlapis
Medium bidang datar yang menkonduksikan panas umumnya tidak tunggal,
tetapi terdiri atas beberapa lapis.
(T 2−T 1 )
Q1=−k 1 A 1 … … … … … … … … … . ( 1.10 )
∆ x1
−Q 1 . ∆ x 1
( T 2−T 1) =
k1 A 1
(T 3−T 2)
Q 2=−k 2 A 2 .............................. (1.11)
∆ x2
−Q . ∆ x 2
( T 3−T 2 )= 2
k2 A2
sehingga beda temperatur antara kedua sisi lapisan II adalah:
Laju aliran panas yang melalui lapisan III dirumuskan sebagai :
(T 4 −T 3 )
Q3=−k 3 A 3 .........................
∆ x3
Konduksi .... (1.12)
11
( T 2−T 1) + ( T 3 −T 2 ) + ( T 4 −T 3 ) =¿
Q 1 . ∆ x1 Q 2 . ∆ x 2 Q 3 . ∆ x 3
− ( k 1 A1
+
k2 A 2
+
k3 A 3 )
Karena besar laju perpindahan panas pada setiap lapisan sama besar, maka
persamaan tersebut dapat dirumuskan menjadi:
∆ x1 ∆ x2 ∆ x3
1 1
(
( T 4 −T 1 ) =−Q k A + k A + k A
2 2 3 3
)
Laju perpindahan kalor melalui bidang datar berlapis dapat dirumuskan sebagai:
−( T 4−T 1 )
Q= ............................. (1.13)
∆ x1 ∆ x 2 ∆ x 3
( + +
k 1 A1 k 2 A 2 k 3 A 3 )
Dalam parameter resistansi thermal, maka persamaan laju perpindahan kalor
pada bidang datar berlapis dapat dirumuskan sebagai :
−( T 4−T 1 )
Q= ............................. (1.14)
( R1 + R2 + R3 )
dengan R = resistansi thermal lapisan datar.
Perpindahan Panas
12
Transfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak tanpa pembangkit kalor
yang terjadi pada silinder panjang berongga dapat dirumuskan sebagai berikut:
SQ 0
bentuk dt , yang menujukkan bahwa laju transfer panas kedalam
volume kontrol adalah sama dengan laju keluarnya dengan kata lain Q = q =
konstan
Karena aliran panas akan memiliki arah yang radial, variabel bebasnya
adalah r, sehingga bentuk persamaannya adalah laju Fourier:
Konduksi
13
dT
qr kA
dr
Dengan menulis A = 2 rL , persamaan tersebut menjadi
dT
qr k (2rL )
dr
Di mana qr adalah konstanta yang dapat dipisahakan dan dipecahkan sebagai
berikut :
r0 T
dr 0
qr 2kL dT
r1
r T1
r0
q r ln 2kL T0 T1
r1
2kL
qr T1 T0
ln
r0
r1
………………(1.15)
T1 T0
qr
R
dimana: R = resistansi thermal silinder
1
Ln 0
r
r1
R = 2kL
Contoh soal :
Perpindahan Panas
14
Sebuah pipa baja yang mempunyai diameter dalam 1,88 cm dan tebal dinding
0,391 cm (k = 42,90 W/m) masing-masing mengalami temperatur dalam dan
temperatur luar, berturut-turut 367 K dan 344 K . Cari laju aliran panas per feet
panjang pipa dan hitung juga fluks panasnya berdasarkan luas permukaan dalam
dan luas permukaan luar.
Penyelesaiannya :
Gambar 1.11 Konduksi panas dalam arah radial dengan temperatur permukaan
yang uniform
Dengan menggunakan persamaan (1.15) kita tinggal memasukkan nilai-
nilai numeri yang diberikan., kita mendapatkan :
2kL
qr T0 T1
r0
ln
r1
2 42,90W / m . K 367 344 K
ln 2,66
= 1,88
= 17,860 W/m atau 18,600 Btu/hr.ft
Jadi laju aliran panas pipa baja adalah 17,860 W/m atau 18,600 Btu/hr.ft
Luas permukaan dalam dan permukaan luar per satuan panjang pipa adalah :
A0 = п (1,88)(10-2)(1) = 0,059 m2/m atau 0,194 ft2/ft
A1 = п (2,662)(10-2)(1) = 0,084 m2/m atau 0,275 ft2/ft
Sehingga kita dapatkan :
qr 17,860
302,7 kW / m 2
A0 0,059 atau 95.500 Btu/hr.ft2
Konduksi
15
qr 17,860
212,6 kW / m2
A1 0,084 atau 67.400 Btu/hr.ft2
Jadi luas permukaan dalam pipa baja adalah 302,7 kW/m2 atau 95.500 Btu/hr.ft2
Dan luas permukaan luar pipa baja adalah 212,6 kW/m2 atau 67.400 Btu/hr.ft2
Perpindahan Panas
16
(T 2−T 1)=
−Q1 . ln
r1 ( )
Laju perpindahan panas2konduksi
k 1 πL pada lapis II adalah :
−2 k 2 πL(T 4 −T 3 )
Q 2= ............................(1.17)
r4
ln ( )
r 3 antara permukaan dalam dan luar pipa adalah:
Perbedaan temperatur
r4
(T 4−T 3 )=
−Q2 . ln
r3 ( )
2 k 2 πL kedua lapisan pipa dijumlahkan, maka akan
Apabila perbedaan temperatur
diperoleh persamaan sebagai berikut:
r2 r
( T 2−T 1 ) + ( T 4−T 3 )=
−Q1 . ln
r1 ( )
−
Q2 . ln 4
r3( )
2 kkalornya
Karena laju perpindahan 1 πL 2 kstate
steady 2 πL maka besar laju pada kedua lapis
pipa sama besar Q 1=Q 2=Q, dan permukaan luar pipa I berjari-jari r 2berimpit
dengan permukaan dalam pipa II yang berjari r 3sehingga r 2=r 3. Karena itu
temperatur permukaan dalam pipa II sama dengan temperatur permukaan luar
pipa I T 2=T 3 , sehingga persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi:
−( T 4−T 1 )
Q=
r2 r4 ............................(1.18)
( ( ) ( ))
ln
r1
+
ln
2 k 1 πL 2 k 2 πL
r3
r2 r4
( ( ) (
( T 4 −T 1 ) =−Q
) ) ln
r1
+
ln
r3
..................................(1.19)
2 k 1 πLresistansi
Sehingga dalam parameter 2 k 2 πLthermal (R), dapat dirumuskan menjadi :
−( T 4 −T 1 )
Q=
( R1 + R2 )
Konduksi
17
Laju perpindahan kalor yang terjadi pada dinding dengan bentuk bola dapat
dirumuskan sebagai berikut:
dT
q r 4kr 2
dr
Perpindahan Panas
18
r2 T2
dr
q r∫ 2 =−4 πk ∫ dT
r r
1 T 1
4k T1 T2
qr
1 1
r1 r2
yang dapat juga dirumuskan sebagai:
4 k r 1 r2
qr T T
r2 r1 1 2 ………………...(1.21)
atau dirumuskan dalam bentuk:
T 1 −T 2
q r=
r 2 −r 1 ………………..........….....(1.22)
4 πk r 2 r 1
Sehingga dapat dirumuskan dalam bentuk umum:
T 1−T 2
q r= ………………........................(1.23)
R
Dimana R = resistansi thermal bola berongga
T 1−T 2
R= ............................................(1.24)
4 πk r 1 r 2
Contoh soal :
Satu bola copper dengan massa 4700 gr dan radius 5 cm diselubungi lapisan
isolasi dengan tebal 5 cm (di jari-jari luar 10 cm). termal konduktivitas dari
isolasi itu k = 0,002 kal/s.cm oC dan permukaan luar dipertahankan pada
temperatur20oC. panas jenis copper 0,093.
a. Bila copper bersuhu 100oC. berapa arus panas yang melalui isolasi?
b. Kira-kira berapa lama waktunya untuk mendinginkan coppe dari 100 oC-
99oC?
Penyelesaian :
Konduksi
19
20oC
r0
100oC
r
10
Perpindahan Panas
20
Laju perpindahan panas pada bola berongga berlapis, dapat dirumuskan sebagai
berikut:
−4 k 1 π r 2 r 1 (T 2 −T 1 )
Q 1= ..................................(1.25)
x1
sehingga beda temperatur antara kedua permukaannya adalah:
−Q1 . x1 .............(1.26)
(T 2−T 1)=
4 k1 π r2 r1
−4 k 2 π r 4 r 3( T 4 −T 3)
Q 2= .......................(1.27)
x2
sehingga beda temperatur antara kedua permukaannya adalah:
.....................(1.28)
−Q 2 . x2
(T 4−T 3 )=
4 k2 π r4 r3
Jika persamaan (1.26) dan (1.28) dijumlahkan, maka akan diperoleh persamaan
sebagai berikut:
−Q1 . x1 Q2 . x 2
( T 2−T 1) + ( T 4−T 3 )= −
4 k1 π r2 r1 4 k2 π r 4 r3
....(1.29)
Konduksi
21
Karena seluruh kalor yang dipindahkan melalui lapisan I akan dipindahkan oleh
1 = Q2 = Q).
lapis II, maka jumlah kalor dipindahkan kedua lapisan sama besar (Q
( T 4−T 1 )
Q=−
(( x1
+
x2
4 k1 π r2 r1 4 k2 π r4 r3 ) ) .........................(1.31)
1.10 Transfer panas satu dimensi dalam keadaan tunak dengan sumber
kalor.
Perhatikan suatu dinding datar dengan sumber kalor yang terbagi rata
seperti pada gambar 1.18. Tebal dinding diarah X ialah 2L, sedang dimensi di
kedua arah lain dianggap cukup besar sehingga aliran kalor dapat di andalkan
satu dimensi. Kalor yang dibangkitkan persatuan volume adalah q , dan kita
andaikan pula bahwa konduksi termal tidak berubah dengan suhu. Sehingga
keadaan ini dapat terjadi jika arus listrik dialirkan melalui bahan penghantar.
Perpindahan Panas
22
Konduksi
23
Contoh soal :
Suatu fluida T 340 K yang konduktivitas listriknya rendah dipanaskan
0
oleh sebuah pelat besi yang panjang, dengan tebal 15 mm dan lebar 75 mm.
panas dibangkitkan secara seragam didalam panas dengan laju q = 1000000
W/m3 dengan mengalirkan arus listrik melalui pelat itu. Tentukanlah konduktansi
permukaan satuan yang diperlukan untuk mempertahankan suhu pelat tersebut
dibawah 420 0K! (k = 43 W/m.K)
Penyelesaiannya :
Dengan mengabaikan panas yang terbuang dari tepi-tepi pelat, maka berlaku
persamaan (1.36) dan beda suhu antara bidang tengah dan permukaan adalah :
q L2 q L2
TI T0 T1
T0 = 2 k atau 2k
1000000 W / m 0,0075 m 2
3
=
2 43 W / m K
Perpindahan Panas
24
= 0,65 0K
Jatuh suhu di dalam besi begitu rendah karena konduktivitasnya tinggi (k = 43
W/m.K) dari persamaan (1.37) kita mendapatkan :
h
qL 1000000 W / m3 0,005 m 94W / m2 .K
T0 T = 420 340 K
1.11 Konduksi Steady State Dua Arah
Dalam banyak kasus yang terjadi, terutama di proses-proses yang
dilakukan di industri, perpindahan kalor secara konduksi steady state terjadi
dalam dua arah.
Ada dua cara untuk menyelesaikan terjadinya perpindahan panas secara
konduksi steady state, yaitu:
a) Analisa Numeris ( cara relaksasi)
b)
Konduksi
25
(T b 3−T b 2)
Q 3=k . z . ∆ y .
∆x
(T −T b 2)
Q4 =k . z . ∆ x . C 2
∆y
dengan z = lebar sektor
Perpindahan Panas
26
Konduksi
27
∆T
q=kA
∆y
Untuk pembagian elemen dengan ukuran sisi yang sama, maka beda suhu
antar sisi elemen adalah:
Perpindahan Panas
28
( T 1−T 2 )
∆T=
N
dimana: N = jumlah pembagian elemen dalam arah aliran kalor
sehingga laju aliran kalor pada tiap elemen setebal 1 satuan dengan
panjang sisi ∆ x adalah:
( T 1 −T 2 )
q=k ( ∆ x .1 )
N .∆ y
Untuk jumlah pembagian dalam arah tegak lurus aliran kalor selebar ∆y(
∆ y =∆ x )sebanyak M, maka laju aliran kalor total melalui seperempat
bagian benda adalah:
Q=M . q
( T 1−T 2 )
Q=k . M . ( ∆ x . 1 )
N .∆ y
Jadi laju perpindahan kalor total sebesar:
M
Q=k ( T −T 2 ) … … … … … … … … ...(1.41)
N 1
M
dimana disebut sebagai conduction shape factor (S), sehingga laju
N
perpindahan pada benda dapat dinyatakan dalam persamaan:
Q=kS ( T 1−T 2)
Konduksi
29
Perpindahan Panas
30
Konduksi
31
q̇+
−k ( ∂∂ Tx ❑
x+ ∆ x −
∂T
❑
∂x x )= ρ c ∂T
p
∆x ∂t
untuk ∂ x ≈ 0 , akan diperoleh persamaan:
∂2 T ∂T
q̇+ k 2
=ρ c p
∂x ∂t
yang dapat juga dirumuskan sebagai:
∂T q̇ k ∂2 T
= +
∂ t ρ c p ρ c p ∂ x2
Perpindahan kalor konduksi unsteady state dapat dirumuskan menjadi:
∂T ∂2 T q̇
=α 2
+ .........................(1.39)
∂t ∂ x ρ cp
Jika dalam sistem tidak terjadi pembangkitan energi kalor, maka q̇=0
sehingga persamaan dapat dirumuskan sebagai:
∂T ∂2 T dT d 2 T
= 2 atau = .................(1.40)
∂t ∂x dt dx 2
Perpindahan Panas
32
T =T 1 , t=t , x=2 H
2H
T0 at t=0
T at t=t
T1 T1
x
0 H 2H
T 1−T 1
Y=
T 1−¿T =0 , t=t , x=0 ¿
0
T 1−T 1
Y=
T 1−¿T =0 , t=t , x=2 H ¿
0
Y =e−a αt ¿
Konduksi
33
Perpindahan Panas
34
y
z
Konduksi x
35
k k
m= dan m=
h x1 h x1
αt
X=
x 12
dimana: x = letak titik terhadap pusat benda
x1 = jarak permukaan benda terhadap pusat
α = diffusitas benda
k = konduktivitas benda
h = koefisien konveksi fluida sekitar benda
t = lamanya waktu pendinginan/pemanasan
Nilai parameter yang diketahui digunakan untuk menentukan nilai
parameter lainnya dengan memplotkan pada diagram Gurney dan Lurie
pada gambar 1.41 atau diagram Heisler pada gambar 1.42.
Perpindahan Panas
36
Konduksi
37
Perpindahan Panas
38
Konduksi
39
Perpindahan Panas
40
Konduksi
41
Perpindahan Panas
42
Dari gambar 1.34 terlihat adanya distribusi temperatur pada slab saat t,
mulai dari T 1 sampai dengan T f . Temperatur yang berbeda antar elemen slab,
menimbul kan kesetimbangan kalor pada titik dalam slab, sehingga dalam waktu
∆ t berlaku:
laju kalor masuk = laju kalor keluar + laju akumulasi kalor
atau
laju kalor masuk - laju kalor keluar = laju akumulasi kalor
kA kA m
(T −T n)t −
∆ x n−1
( T −T n+1 )t = ∆ t c p ( (T n)t +∆ t −(T n )t )
∆x n
kA kA (A.∆ x). ρ
(T n−1−T n)t − ( T n−T n+1 )t = c p ( (T n)t +∆ t −(T n )t )
∆x ∆x ∆t
Sehingga temperatur pada posisi n dapat setelah selang waktu ∆ t dapat
dirumuskan dalam bentuk persamaan:
1
(T ) + ( M −2 ) ( T n )t +(T n−1 )t ]
M [ n+ 1 t
(T n)t +∆ t =
( ∆ x)2
dimana : M= dengan nilai M ≥ 2
α∆t
Untuk M =2 akan diperoleh persamaan:
Konduksi
43
1
(T ) + (2−2 ) ( T n )t +(T n−1)t ]
2 [ n +1 t
(T n)t +∆ t =
Perpindahan Panas