Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No.

2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-235


 

Analisa Penggunaan Sinyal Radar Bentuk Pulsa dan


Gelombang Kontinyu untuk Target Bergerak dengan
Model Clutter Terdistribusi Rayleigh
Fery Gustomo dan Suwadi
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
e-mail: suwadi@ee.its.ac.id2)

Abstrak— Radar (Radio, Detection, and Ranging) mampu Radar dengan bentuk sinyal berupa gelombang kontinyu
mendeteksi target untuk mendapatkan informasi berupa jarak, mempunyai prinsip kerja yaitu transmitter memancarkan
azimuth, dan kecepatan. Sinyal Radar ada dua jenis, yaitu gelombang dengan frekuensi f0 secara terus-menerus, sehingga
pulsa (Pulsed Radar) dan gelombang kontinyu (Continuous radar jenis ini harus menggunakan antenna transmitter dan
Wave Radar). Pulsed Radar mempunyai prinsip kerja receiver yang berbeda. Oleh isolator, gelombang kontinyu
memancarkan sinyal pulsa dengan PRI (Pulse Repetition Interval) tersebut diteruskan ke antena dan sebagian kecil
dan PRF (Pulse Repetition Frequency) tertentu dipancarkan
gelombangnya bocor menuju detektor. Gelombang dengan
dengan modulasi ke dalam sinyal sinusoidal dengan frekuensi
yang lebih tinggi serta memanfaatkan delay dari setiap pulsanya
frekuensi f0 tersebut akan dimodulasi dengan frekuensi carrier
untuk mendapatkan informasi dari target. Sedangkan fc untuk dipancarkan. Kemudian apabila di udara bebas ada
Continuous Wave Radar mempunyai prinsip kerja target yang bergerak dan mempunyai kecepatan relatif
memancarkan sinyal sinusoidal secara terus menerus dan terhadap Radar ditangkap oleh gelombang tersebut, maka
memanfaatkan sinyal echo yang terdiri dari beberapa variasi target akan memantulkan gelombang echo dengan pergeseran
frekuensi akibat adanya efek Doppler untuk mendeteksi target. frekuensi fd sesuai dengan Azas Doppler.
Terdapat pengaruh jenis gelombang sinyal radar terhadap Gelombang echo tersebut akan diterima oleh antenna
kemampuan deteksi radar. Model distribusi Rayleigh dipilih receiver. Kemudian gelombang echo tersebut diteruskan ke
untuk dapat mewakili suatu kondisi lingkungan (clutter) yang
isolator untuk menuju ke detektor. Oleh detektor, gelombang
bergerak dan mempunyai parameter kecepatan angin.
Hasil simulasi dari kedua jenis sinyal menunjukkan bahwa
echo digabung dengan sinyal referensi untuk mendapatkan fd.
pada model clutter terdistribusi Rayleigh, radar CW Gelombang dengan frekuensi fd kemudian diteruskan dan akan
mempunyai kemampuan deteksi yang lebih baik pada terdeteksi oleh radar.
kecepatan target yang lebih tinggi, karena mampu mendeteksi Pada bagian II, akan dibahas mengenai proses pemodelan
target dengan kecepatan 20-60 knots. Sedangkan radar pulsa sistem dan simulasi. Sedangkan bagian III berisi tentang
mempunyai kemampuan deteksi yang lebih baik pada pengambilan data hasil simulasi yang kemudian akan
kecepatan target rendah yaitu pada kecepatan 15-55 knots. dianalisa seberapa besar pengaruh perubahan kecepatan
Untuk Probabilitas deteksi minimum 90%, Radar CW target dan SNR terhadap kemampuan deteksi radar, baik
mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap noise
bentuk sinyal pulsa maupun gelombang kontinyu. Untuk
daripada radar pulsa karena kemampuan radar pulsa terbatas
pada nilai SNR 20 dB. Sedangkan radar CW mampu
kesimpulan dibahas pada bagian IV.
mendeteksi target dengan baik sampai SNR bernilai 15 dB.
Sedangkan untuk deteksi terhadap kecepatan target, radar II. TEORI DAN PEMODELAN SISTEM
CW mempunyai hasil yang lebih akurat daripada radar pulsa. Dalam tugas akhir ini, pemodelan dilakukan dengan
software Matlab yang dikerjakan pada Matlab Editor.
Kata Kunci— Pulsed Radar, Continuous Wave Radar, Clutter, Clutter akan dimodelkan menurut distribusi Rayleigh.
Rayleigh, Deteksi Sedangkan sinyal akan diganggu dengan noise ideal yang
bersifat AWGN (Additive White Gaussian Noise). Setelah
I. PENDAHULUAN diterima kembali oleh radar, sinyal echo akan dideteksi
Sebagai mata bagi suatu pertahanan negara, radar dengan Correlator dan beberapa NBF (Narrow Band Filter)
merupakan salah satu komponen yang harus terus untuk mendeteksi keberadaan target. Proses simulasi sesuai
beroperasi. Kemampuan untuk mendeteksi sasarannya dengan metodologi pada gambar 1.
dengan akurat, adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh
setiap radar. Radar pulsa memancarkan dan menerima A. Pemodelan Sinyal Transmisi Radar
deretan sinyal pulsa yang telah termodulasi. Radar dengan Pada transmitter, dibangkitkan kedua sinyal bentuk pulsa
sinyal bentuk pulsa dapat didefinisikan dengan beberapa dan gelombang kontinyu dengan frekuensi operasinya.
parameter sebagai berikut: Kemudian, sinyal tersebut dimodulasi dengan frekuensi
a. Frekuensi carrier, yang dapat bervariasi yang carriernya. Modulasi sinyal Radar untuk kedua bentuk sinyal
bergantung pada kebutuhan desain dan misi sebuah radar dapat dilihat pada gambar 2.
Radar.
b. Lebar pulsa, yang berkaitan dengan bandwidth dan B. Pemodelan Sinyal Echo Target
menentukan besarnya range resolution. Pengertian target secara spesifik, yaitu merupakan suatu
c. Teknik modulasi yang berbeda, yang dapat digunakan objek dari pencarian dan tracking Radar. Lebih luas lagi,
untuk meningkatkan kemampuan Radar. target juga mempunyai definisi yaitu merupakan suatu objek
d. PRF (Pulse Repetition Frequency) yang erat kaitannya
dengan daya transmit dan range ambiguities.
 
 
JURN
NAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (20113) ISSN: 23377-3539 (2301-9
9271 Print) A-236
 
khusu
us atau spesifikk yang dapat memantulkan
m e
energi sinyal / .
(3)
h
dar mempunyai target
kembbali ke Radar [33]. Sebuah Rad .

Start

Pemodelan Sinyal Transsmisi Radar

Pem
modelan Sinyal Echho Target

Pem
modelan Sinyal Echho Clutter

Pemodelan Noiise (a)

Pem
modelan Sinyal Echo Radar

Pemodelan Deteeksi

Stop

Gambaar. 1. Diagram Alirr Simulasi


(b)
berbeeda-beda, tergantung dari jenis
j Radarnyya. Misalnya Gambar. 2. Modulasi sinyaal Radar (a) CW (b
b)Pulsa
pada Radar Cuaca (Weather Rad dar), awan meenjadi target,
sedanngkan bagi Raddar Surveillancce, awan dan kondisi
k cuaca dimanaa h merupakkan tinggi raata-rata gelom mbang laut,
lainnyya dianggap sebagai clutter.. Sesuai denggan referensi sedangkan v meruppakan kecepaatan anginnya.. v juga
[1], didapatkan
d denggan rumus: digunakkan untuk meenghitung besaarnya faktor anngin (wind
factor) [1], A sesuaii persamaan:
γ = √σ exp (1)
. λ 0.02 0.4
. (4)
dengaan gamma, γ merupakan ko oefisien reflekksi kompleks A
yang bergantung pada
p nilai akarr dari faktor Radar
R Cross
Sectio
on, σ dan ekspoonensial dari suudut datang, -nya. njutnya, unttuk menghituung faktor
Selan kekasaran
Faaktor amplituddo ini menyaatakan besarnnya redaman permukkaan, σ∅ [1] daapat digunakan rumus:
sinyal oleh target akibat
a adanya faktor-faktor
f propagasi [1].
Setelaah diperoleh koefisien refleeksinya, faktoor amplitudo 14.4 λ 5 Ψh
5.5
σ∅ (5)
dapatt ditentukan dengan rumus: λ 0.0
02

λ dengann Ψ merupakann sudut grazingg angle.


.γ (2)
π Kem mudian, untukk menghitung nilai faktor arah a angin,
A dann faktor interferrensi, A [1] daapat digunakan rumus:
dengaan G merupakkan gain antennna, λ merupaakan panjang
.
gelommbang, F meruupakan Faktorr Propagasi, R merupakan A exp 0.2 cos ∅ 1 8Ψ λ
2.8 0.02 (6)
jarak Radar ke tarrget, sedangkaan L merupakkan rugi-rugi σ∅
A (7)
(lossees). σ∅

C. Peemodelan Sinyyal Echo Clutteer Setellah didapatkann ketiga faktorr di atas, dapaat dihitung
Sellain dari targett, sinyal echo yang
y kembali ke
k Radar juga besarny
ya koefisien penyebaran
p cllutternya, σ [1] sesuai
merup pakan hasil pantulan dari clutter.
c Clutterr merupakan rumus:
kondiisi lingkungan n maupun objeko selain target yang
posisiinya berada di d sekitar targeet dan dapat memantulkan
m σ 10 ln
n 3.9 10 λΨ . A A A (8)
sinyal Radar sehinggga dapat meniimbulkan ganggguan deteksi
Radarr. Penyebaran n clutter yang acak, akan mengganggu
m Setelahh langkah-langgkah di atas diilakukan, dapaat diketahui
karenna sifat clutteer yang miriip dengan nooise dimana RCS daari clutter, σ ssesuai dengan rumus
r [1]:
memp punyai fase dand amplitudo yang tidak teentu. Dalam
banyaak kejadian, leevel sinyal clu utter lebih beesar daripada σ σ A (9)
noise.
Besarnya sinyal yang kembaali ke Radarr [1], dapat dimanaa Ac merupakkan clutter areea yang didappatkan dari
ung dengan perrsamaan:
dihitu tetapann laut (S ), beam width(θθ ), dan lebaar pulsanya
(τ):
JURN
NAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (20113) ISSN: 23377-3539 (2301-9
9271 Print) A-237
 
τ
A Rθ sec Ψ Sedaangkan Cumulative Densityy Function (C
CDF) dari
(10) Distribusi Rayleigh yyaitu:
Tabel 1.
World Meteeorological Organnisation Sea State [5]
W
Wave
Descriptioon
Heigght (ft)
0 0 Calm, Glaassy
1 0 – 1/3 Calm, Ripppled
2 1/33 – 2 Smooth, Waavelets
3 2–4 Slightt
4 4–8 Moderaate
5 8 – 13 Roughh
6 13 – 20 Very Rou ugh
7 20 – 30 High
8 30 – 45 Very Hiigh
9 > 45 Phenomeenal Gambar. 4. Perbandingan P
PDF Distribusi Raayleigh teori dan siimulasi
σ Z1
LPF
F
v1 u1 w1 Z2
co
os
zz BPF
F1
Squaaring ∑ ( . )1/p sr(t) Z3   target
H ω FFT
circcuit BPF
F2 Max Poower 
v2 u2 w2 Z4
BPF
F3
Z5
σ BPF
F4
Gambaar 3. Pembangkitann Distribusi Rayleigh [6]
Gambar. 5. Proses Demoddulasi dan Deteksi pada Receiver [7]]
λ (11)
Ψ sin
4h
1 σ , ∈ 0, ∞ (16) 
. (12)
h 0.025 0.046
0 S
D. Pem modelan Noise
Dari setiap proppagasi komun nikasi, pasti mengalami
S merupakan suatu tetapaan yang mennggambarkan
perubah han sinyal akkibat gangguann dari noise. PPada tugas
kekassaran (roughn ness) dari permukaan
p airr laut [5].
akhir ini menggunaakan noise dengand asumssi AWGN
Tingkkatan S dappat dilihat padaa tabel 1. (Additiive White Gauussian Noise).. Noise AWG GN bersifat
Ammplitude Sea Factor meruppakan suatu faktor yang additivve (menambahhkan sinyal),, white (berrada pada
memp pengaruhi ampplitudo dari sinnyal yang diterrima kembali sepanjaang spektrum ffrekuensi kerjaa), gaussian (m
mempunyai
oleh Receiver Raddar. Dari sem mua parameterr yang telah distribuusi Normal/Gaaussian).
didappat, dapat diteentukan besarnnya amplitudee factor [1],
K menurut
m persammaan: E. Pem modelan Sinyall Echo Radar
Setellah ketiga eleemen echo siinyal, yaitu siinyal echo
P G λ F (13)  target, sinyal echo cllutter dan noisse diperoleh, maka
m sinyal
K . σ
4π R L echo radar secara keseluruhan dapat diperroleh dari
penjummlahan ketiga sinyal tersebut[[1].
K selanjutnya digunakan
d um
mtuk menghitunng besarnya
poweer spectrum [1] sesuai dengann rumus: F. Pemmodelan Detekssi
Pada receiver, siinyal yang diiterima akan mengalami
S t K .A t e φ (14)  proses demodulasi, kemudian dideteksi
d padaa detektor.
Deteksi dilakukan ppada domain frekuensi meenggunakan
diman na S t meerupakan pow wer spectrum dari clutter, beberappa NBF (Narroow Band Filterr) [2].
A t merupakan
m f
faktor amplituudo dari cllutter yang Pada prosesnya, deteksi dilakuukan dengan ttahap-tahap
menggikuti distribussi Rayleigh, daan e φ merupakkan Doppler sebagaii berikut:
velocity factor-nya. a. Sinyyal echo yanng telah kemb bali ke radar, kemudian
Un ntuk membaangkitkan ranndom variabble dengan dideemodulasi denngan sinyal refferensi yang berasal
b dari
distrib
busi Rayleigh, digunakan metode
m sesuai referensi
r [6], trannsmitter sehinggga didapatkan
n sinyal dengann frekuensi
dengaan blok diagrram pada gambbar 3. Probabbility Density Doppppler yang mendekati frekuensi
fr baseeband dan
Functtion (PDF) daari Distribusi Rayleigh
R yang ditampilkan terppisah dari ffrekuensi traansmittnya. Demodulasi
D
pada gambar 4, yaittu sesuai dengaan referensi [1]]: dilaakukan dua kalli untuk memissahkan , dann -nya
b. Sinyyal yang dipeeroleh, akan seelanjutnya dikkonversikan
ke dalam
d spektrumm dengan dommain frekuensi. Perubahan
;σ σ , 0,σ 0 (15)  darii domain wakktu ke domain frekuensi meenggunakan
σ
FFT T (Fast Fourrieer Transform) .
JURN
NAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (20113) ISSN: 23377-3539 (2301-9
9271 Print) A-238
 
c. Seelanjutnya, sinnyal ini akan difilter dengann LPF (Low Dataa hasil simulaasi perbandinggan output NB BF dengan
Paass Filter) daan beberapa BPF (Band Pass P Filter) parameeter kecepatan target yang berrvariasi dari 100-70 knots
deengan bandwiddth yang sempiit (Narrow Bannd Filter). 0
0.014 Z1

0
0.012 Z2
Z3
0.01
Z4
0
0.008 Z5

Power
0
0.006

0
0.004

0
0.002

  0
(a)
10 15 20
2 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
Target Speedd
(a)
0.16
Z1
0.14
Z2
0.12
Z3
0.1
Z4

Power
0.08 Z5
0.06
0.04
(b) 0.02
Gambaar. 6. Pergeseran spektrum
s sinyal Radar akibat frekueensi Doppler (a)
CW (b
b) Pulsa 0
10 15 200 25 30 35 40
4 45 50 55 60 65 70
Rentang frekuennsi LPF dihituung dari frekuuensi nol (0
Hz)
H sampai dengan keceepatan minim mum kapal. Target Speed
Seedangkan baandwidth BPF F dihitung berdasarkan (b)
keecepatan kapaal minimum dan maksim mum sebagai Gambar. 7. Grafik Hasil Siimulasi output NB
BF (a) CW (b) Pulssa
frekuensi cut-offfnya. BPF teerakhir digunaakan sebagai
peembanding daan sekaligus pembatas
p keceepatan target ditampilkan pada gam mbar 7 dalam bentuk
b grafik, sedangkan
maksimum.
m pada gaambar 8 meruppakan data hassil simulasi unttuk melihat
d. Paada akhirnya, spektrum hasil dari output kedua filter probabilitas deteksi ((Probability off Detection), yang biasa
diibandingkan. Jika
J power darri output Z1 atau
a Z5 lebih disingkkat PD. Sesuai dengan refereensi [4], bahwwa besarnya
keecil dari outpuut Z2, Z3, dan Z4, maka akaan terdeteksi PD minimum ditentukkan sebesar 0.90=90%.
olleh radar sebaagai target. Seebaliknya, jikaa power dari
ouutput Z1 atau Z5 lebih besar dari output Z2, Z3, dan Z4, A. Anaalisa pengaruh kecepatan targ rget terhadap kemampuan
k
maka
m akan terddeteksi oleh raadar sebagai target.
t Daya deteksii radar
sinnyal dihitung dengan
d menggu unakan fungsi variansi. Dari data hasil simmulasi pada raadar pulsa, terlihat bahwa
radar ini mempunyyai kemampuaan deteksi unntuk target
III. HASILL SIMULASI DAN ANALISA dengann rentang keceppatan antara 155 knots sampai dengan 60
Beerikut merupakkan beberapa hasil dari sim mulasi yang knots. Sedikit
S lebih baik daripada CW
C radar.
telah dilaksanakann dari kedu ua bentuk siinyal radar,
daianntaranya melipputi bentuk sinyal termodulasi pada B. An nalisa pengaruuh SNR terhaadap kemampuuan deteksi
gambbar 2, perbanddingan PDF daari clutter antaara teori dan radar
simullasi yaitu pada gambar 4, 4 spektrum sinyal yang Pada analisa seelanjutnya, ak kan dibahas mengenai
menggalami pergeseeran frekuensii akibat adanyya pengaruh pengaru uh besarnya SNNR terhadap kemampuan
k detteksi radar.
Dopppler shift pada gambar
g 6. Pada taahap ini dilakukkan 100 kali siimulasi untuk m
mengetahui
Diigunakan bebeerapa parameteer dan asumsi yang sangat besarnyya PD dari masing-masing pro oses deteksi.
berpeengaruh terhaddap hasil simullasi, yaitu: freekuensi radar Dari data-data yanng telah dipero oleh pada gambbar 8, pada
f= 30 kHz, frekuenssi carrier fc= 9 MHz, waktu, t yaitu antara bentuk sinyal radar gelombang kontinyu k (CWW), terlihat
0 saampai dengan n 100 μs, cepat
c rambat gelombang bahwa radar CW maampu bertahann dengan kualiitas deteksi
elektrromagnetik c=3x108 m/s, asuumsi maksimuum kecepatan yang baik (PD min=00,90) hingga SN NR bernilai 155 dB. Pada
targett= 50 knots, gaain antenna G = 23 dBi, fakttor propagasi nilai SNNR 10 dBB, hasil deteksii semakin burruk, karena
F = 2,2 losses L = 8 dB, daya paancar Pt = 3 Watt,W asumsi semakiin banyak terjaadi kesalahan deteksi.
d Hal ini dikatakan
jarak target R = 20 nmi, RCS (Raadar Cross Secction) σ = 10 gagal, karena
k dari bebberapa variasi kecepatan terllihat bahwa
m2, asumsi
a sudut datang
d θ = 5º, kecepatan anngin vw = 10 PD lebiih dari 0,90. M
Maka, deteksi pada
p nilai SNRR 10 dB
m/s, Sea
S State (Ssea) = 3, half powwer beamwidth θ3dB = 1.5º 
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-239
 
dapat dikatakan gagal karena hasilnya tidak memenuhi PD 90
minimum. Teori
80

Kecepatan target (knots)


1 70
10 Radar CW
0.9 60
20 50 Radar Pulsa
0.8
30 40
0.7
PD

30
0.6 40 20
0.5 50 10
0.4 0
60
0 5 10 15 20 25 30 100 200 300 400 500 600 700
SNR (dB) 70
Doppler shift (Hz)
(a)
Gambar 4.5 Hasil Deteksi Kecepatan pada Radar CW dan Pulsa
1
10
0.9 Pada grafik 4.5 di atas, terlihat dengan jelas
0.8
20 perbandingan deteksi kecepatan dari kedua bentuk sinyal
0.7 30 radar. Pada radar CW, hasil deteksinya sama dengan
PD

0.6
perhitungan secara teori untuk semua variasi kecepatan dari
40
10-70 knots. Hal ini berarti bahwa radar CW dapat
0.5
50
mendeteksi kecepatan secara akurat. Sedangkan untuk radar
0.4
60 pulsa, mempunyai grafik yang bergeser dari perhitungan
0 5 10 15 20 25 30
70 teorinya. Hanya pada kecepatan 60 knots, radar pulsa dapat
SNR (dB)
(b) mendeteksi kecepatan secara akurat. Oleh karena itu, radar
CW mempunyai kemampuan yang lebih baik pada deteksi
Gambar. 8. Grafik Hasil Simulasi Probability of Detection (a) CW (b) Pulsa
kecepatan.
Sedangkan untuk radar dengan bentuk sinyal pulsa,
keberhasilan deteksi pada SNR 20 dB. Pada deteksi IV. KESIMPULAN
dengan nilai SNR tersebut, masih di atas batas bawah Dari simulasi dan analisa data yang telah dilaksanakan,
PD=0,90. Kecuali pada kecepatan 60 knots, terlihat bahwa dapat diambil kesimpulan bahwa:
PD sangat rendah. Artinya pada kecepatan ini, radar pulsa 1. Parameter kecepatan target mempengaruhi kemampuan
gagal mendeteksi target. Hal ini disebabkan karena radar deteksi dari kedua bentuk sinyal radar akibat adanya
pulsa mempunyai batas kemampuan deteksi maksimum pergeseran spektrum yang ditimbulkan oleh besarnya
mendekati 60 knots. Sehingga untuk deteksi pada kecepatan frekuensi Doppler. Pada clutter terdistribusi Rayleigh,
60 knots dikatakan gagal, walaupun pada percobaan Radar CW mempunyai kemampuan deteksi yang lebih
sebelumnya, radar mampu mendeteksi target bergerak baik pada target bergerak dengan kecepatan yang lebih
dengan kecepatan hingga 60 knots. Kemudian untuk SNR tinggi, karena mampu mendeteksi target dengan
20 dB, deteksi juga gagal karena PD mempunyai harga di kecepatan 20 - 65 knots. Sedangkan radar pulsa
bawah 0,90. Artinya, radar pulsa mempunyai ketahanan mempunyai kemampuan deteksi yang lebih baik untuk
yang lebih rendah terhadap noise. target bergerak pada kecepatan target rendah yaitu pada
kecepatan 15 - 55 knots.
B. Analisa deteksi frekuensi Doppler pada radar CW dan 2. Besarnya SNR berpengaruh pada hasil deteksi radar,
pulsa baik bentuk pulsa maupun gelombang kontinyu.
     Simulasi yang terakhir adalah analisa mengenai deteksi Semakin besar SNR, maka Probability of Detection (PD)
terhadap kecepatan target. Target yang telah terdeteksi akan semakin besar. Sebaliknya, jika SNR semakin
kecil, maka PD juga semakin kecil. Pada clutter
keberadaannya sebelumnya, diambil data pergeseran
terdistribusi Rayleigh, radar CW mempunyai ketahanan
Doppler-nya, kemudian dikonversi kembali ke data yang lebih baik terhadap noise daripada radar pulsa
kecepatan target. karena kemampuannya mampu mendeteksi target
bergerak dengan baik sampai SNR bernilai 15 dB.
Sedangkan radar pulsa terbatas pada nilai SNR 20 dB.
3. Pada radar CW, hasil deteksinya sama dengan
perhitungan secara teori untuk semua variasi kecepatan
dari 10-70 knots. Hal ini berarti bahwa radar CW dapat
mendeteksi kecepatan secara akurat. Sedangkan untuk
radar pulsa, mempunyai grafik yang bergeser dari
perhitungan teorinya. Hanya pada kecepatan 60 knots,
radar pulsa dapat mendeteksi kecepatan secara akurat.
Oleh karena itu, radar CW mempunyai kemampuan yang
lebih baik pada deteksi kecepatan.

 
 
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-240
 
DAFTAR PUSTAKA
[1] Qin Hua, Cha Hao, Zhou Mo. “Simulation and Modeling of Radar
Echo Signal”. Institute of Ocean Electromagnetic Environment Naval
University of Engineering Wuhan, China. 2012.
[2] Mahafza, Bassem R. “Radar System Analysis and Design Using
Matlab”. Chapman& Hall/CRC. Washington DC. 2000.
[3] Barton, David K. “Radar Technology Encyclopedia”. Artech House.
Boston. 1998.
[4] Eaves, Jerry L and Reedy, Edward K. “Principles of Modern Radar”.
Van Nostrand Reinhold Company Inc. USA. 1987
[5] Keith D. Wards, Robert JA Tough, Simon Watts. “Sea Clutter:
Scattering, the K-Distribution, and Radar Performance”. IET Radar,
Sonar and Navigation Series 20. London. 2006
[6] M. Janes Marrier, Jr. “Correlated K-Distributed Clutter Generation for
Radar Detection and Track”. IEEE Transactions On Aerospace And
Electronic Systems Vol. 31, No. 2. Minneapolis, Minnesota. 1995
[7] Merrill L, Skolnik. “Introduction to Radar System”, Second Edition.
Mc Graw Hill Book Company. Singapore. 1981

 
 

Anda mungkin juga menyukai