Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Inayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari mata kuliah
Manajemen Keuangan tentang Risk & Return

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................2

Latar Belakang...................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................4

Pengertian Risiko dan Tingkat Pengembalian....................................................................................4

Hubungan Karakteristik Risk and Return...........................................................................................5

Risiko Dalam Konteks Portofolio........................................................................................................7

Konsep Beta.......................................................................................................................................9

Perhitungan Return.........................................................................................................................10

Model Yang Digunakan Dalam Risiko dan Tingkat pengembalian...................................................11

Perhitungan Risiko...........................................................................................................................13

BAB III PENUTUP..................................................................................................................................15

Kesimpulan......................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang

Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam pengambilan
keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) keputusan
keuangan tersebut. Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh di masa
mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan.
Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rata-rata dari tingkat
pengembalian yang diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi dengan menggunakan
statistika.

Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan memberikan imbalan yang
lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan istilah “High Risk High Return”. Ada trade
off antara risk dan return, sehingga dalam pemilihan berbagai alternatif keputusan keuangan
yang mempunyai risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda-beda, pengambilan
keputusan keuangan perlu memperhtungkan risiko relatif keputusannya. Untuk mengukur
risiko relatif digunakan koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit imbalan yang
diharapkan yang ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat pengenbalian yang
diharapkan.

Risiko bisnis berkaitan dengan ketidakpastian tingkat pengembalian atas aktiva suatu
perusahaan di masa mendatang, yang mengacu pada variabilitas keuntungan yang diharapkan
sebelum bunga dan pajak (EBIT). Risiko bisnis merupakan akibat langsung dari keputusan
investasi perusahaan, yang tercermin dalam struktur aktivanya. Yang dimaksud dengan risiko
bisnis dalam hal ini adalah tingkat risiko aktiva perusahaan jika perusahaan tidak
menggunakan hutang.

Risiko bisnis dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

1. Variabilitas permintaan terhadap produk perusahaan. Semakin stabil penjualan produk


perusahaan, dengan asumsi hal-hal lain tetap (ceteris paribus), semakin kecil risiko
bisnis.

2. Variabilitas harga jual. Semakin mudah harga jual berubah, semakin besar juga risiko
bisnis yang dihadapi.

3. Variabilitas biaya input. Semakin tidak menentu biaya input, semakin besar risiko
bisnis yang dihadapi.
4. Kemampuan menyesuaikan harga jual bila ada perubahan biaya input. Semakin besar
kemampuan perusahaan menyesuaikan harga jual dengan perubahan biaya, semakin
kecil risiko bisnis.

5. Tingkat penggunaan biaya tetap (leverage operasi). Semakin tinggi tingkat


penggunaan biaya tetap, semakin besar risiko bisinis.

Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan hutang dalam struktur keuangan
perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban tetap secara periodik
berupa beban bunga. Hal ini akan mengurangi kepastian besarnya imbalan bagi pemegang
saham, karena perusahaan harus membayar bunga sebelum memutuskan pembagian laba bagi
pemegang saham. Dengan demikian, risiko keuangan menyebabkan variabilitas laba bersih
(net income) lebih besar.

Jika manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari hutang untuk
memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban bunga, maka penggunaan hutang dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan dan akan meningkatkan return bagi pemegang
saham. Sebaliknya, jika manajemen tidak dapat memanfaatkan dana secara baik, perusahaan
mengalami kerugian.

Pengukuran manfaat penggunaan hutang atau leverage keuangan dapat dilakukan dengan
memperbandingkan tingkat pengembalian aktiva atau rentabilitas ekonomi (basic earning
power) dengan tingkat bunga hutang. Jika rentabilitas ekonomis lebih besar dari biaya
hutang, maka leverage itu menguntungkan; dan tingkat pengembalian atas modal sendiri
(rentabilitas modal sendiri atau ROE) juga akan meningkat.

https://rumahtugasekonomi.wordpress.com/2009/11/04/resiko-dan-tingkat-pengembalian-
manajemen-keuangan/
BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Risiko dan Tingkat Pengembalian

Sekarang ini dalam investasi baik invidu maupun bisnis berinvestasi menghabiskan uang
untuk mendapatkan uang yang lebih banyak. Tingkat nilai pengembalian dalam investasi
dapat dilihat dari kinerja keuangan dari uang yang diinvestasikan tersebut.

Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Lebih
luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau
berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industri keuangan pada umumnya, terdapat suatu
jargon “high risk bring about high return”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih
besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar pula.

Risk and return adalah kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi, dan individu dalam
keputusan investasi yaitu, baik kerugian maupun keuntungan dalam suatu periode akuntansi.
Hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian adalah:

o bersifat linear atau searah.


o Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko.
o Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka semakin
besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
o Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.

Jika Anda berinvestasi dalam saham spekulatif (atau saham apapun), Anda mengambil risiko
dengan harapan memperoleh suatu pengembalian yang besar. Risiko suatu aset dapat
dianalisis dengan dua cara:

o Secara berdiri sendiri (stand- alone), di mana aset tersebut dianggap terpisah.
o Berdasarkan jumlah portofolio, di mana aset tersebut dianggap sebagai salah satu dari
sejumlah aset dalam portofolio.

Jadi aset stand alone-risk adalah risiko investor yang akan dihadapi jika seorang investor
hanya mengadakan satu aset. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar aset diadakan di
portofolio, tetapi perlu dipahami stand-alone risk berguna untuk memahami risiko dalam
konteks portofolio. Tidak ada investasi yang harus dilakukan kecuali tingkat pengembalian
yang diharapkan cukup tinggi untuk mengkompensasi para investor untuk risiko yang
diperoleh dari investasi. Misalnya, dapat dipastikan bahwa beberapa investor akan bersedia
untuk membeli saham perusahaan minyak jika pengembalian yang diharapkan lebih besar.

Pada umumnya, aset berisiko (risky assets) jarang menghasilkan tingkat pengembalian yang
diharapkan para investor, aset berisiko mendapatkan lebih baik atau kurang dari yang
awalnya diharapkan. Memang, jika aset selalu menghasilkan pengembalian yang diharapkan
para investor, maka tidak akan berisiko. Risiko investasi berkaitan dengan probabilitas yang
berproduktif rendah atau pengembalian yang negatif, sangat besar mempunyai peluang
pengembalian yang rendah atau negatif, yang berisiko investasi.

Hubungan Karakteristik Risk and Return

Semakin besar probabilitas berarti pengembalian aktual akan jauh di bawah pengembalian
yang diharapkan dan semakin besar stand-alone risk yang terkait dengan aset. The average
investors adalah orang yang menolak risiko, yang berarti bahwa investor tersebut harus
dikompensasi utuk melakukan aset yang berisiko. Oleh karena itu, aset yang berisiko lebih
tinggi memiliki return yang dibutuhkan daripada aset yang kurang berisiko. Aset yang
berisiko terdiri dari (1) diversiable risk, yang mana risiko dapat dihilangkan melalui
diversifikasi, kemudian (2) market risk, yang mana risiko tidak dapat dihilangkan melalui
diversifikasi.

Risiko yang berhubungan dengan aset individu adalah kontribusi risiko portofolio yang
terdiversifikasi dengan baik yang merupakan aset market risk (risiko pasar). Karena market
risk tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi, para investor harus dikompensasi untuk
menahan risiko tersebut.

Menurut Paul L. Krugman dan Maurice Obstfeld bahwa pada kenyataanya, seorang investor
yang netral terhadap risiko cenderung mengambil posisi agresif maksimum. Ia akan membeli
sebanyak mungkin aset yang menjanjikan hasil tinggi dan menjual sebanyak mungkin aset
yang hasilnya lebih rendah. Perilaku inilah yang menciptakan kondisi suku bunga. Adapun
karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

 Takut pada risiko (Risk Avoider)


Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang
diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya mengindari
risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Karakter pebisnis yang melakukan
tindakan seperti ini disebut dengan safety player.

 Hati-hati pada risiko (Risk Indifference)

Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung
terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan diaplikasikan. Bagi kalangan bisnis,
mereka menyebut orang dengan karakter seperti ini secara ekstrem disebut sebagai tipe
peragu.

 Suka pada risiko (Risk Seeker atau Risk Lover)

Karakteristik ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Mereka terbiasa dengan spekulasi
dan itu pula yang membuat penganut karakteristik ini selalu saja ingin menjadi pemimpin dan
cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk seeker adalah mental yang dimiliki oleh
pebisnis besar dan juga pemimpin besar. Karakter ini yang paling mendominasi jika dilihat
dari kedekatannya pada risiko.

Tipe-Tipe Risiko

Pure Risk (Risiko Murni): suatu ketidakpastian terjadi, maka kejadian tersebut pasti
menimbulkan kerugian. Risiko murni dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe risiko, yaitu:

o Risiko aset fisik: risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada aset fisik suatu
perusahaan/organisasi. Contoh: kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung meletus,
dll.
o Risiko Karyawan: risiko yang disebabkan karena apa yang dialami oleh karyawan
yang bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Contoh : kecelakaan kerja yang
menyebabkan terganggunya aktivitas perusahaan.
o Risiko Legal: risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak
berjalan sesuai dengan rencana. Contoh : perselisihan dengan perusahaan lain
sehingga adanya persoalan seperti penggantian kerugian.
Speculative Risk (Risiko Spekulatif) : suatu ketidakpastian akan terjadinya untung atau rugi.
Risiko ini dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe yaitu:

o Risiko Pasar: risiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar. Contoh: harga saham
mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.
o Risiko kredit: risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya
kepada perusahaan. Contoh : timbulnya kredit macet, persentase piutang meningkat.
o Risiko likuiditas: risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contoh:
kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat,
menyebabkan perusahaan harus menjual aset yang dimilikinya.
o Risiko operasional: risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak
berjalan lancar. Contoh: terjadi kerusakan pada komputer karena berbagai hal
termasuk terkena virus.

Static Risk (Risiko Statis) : mungkin sifatnya murni atau spekulatif asalnya dari masyarakat
yang tidak berubah yang berada dalam keseimbangan stabil. Contoh : ketidakpastian
terjadinya sambaran petir.

Dynamic Risk (Risiko Dinamis) : mungkin sifatnya murni atau spekulatif timbul dari
perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Contoh : urbanisasi, perkembangan teknologi.

Subjective Risk (Risiko Subyektif) : berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang
mengalami keragu-raguan dan kecemasan akan terjadinya kejadian tertentu.

Objective Risk (Risiko Obyektif) : probabilitas penyimpangan aktual dari yang diharapkan
sesuai dengan pengalaman.

Risiko Dalam Konteks Portofolio

Menurut sudut pandang investor, adanya fakta bahwa suatu saham tertentu akan naik atau
turun bukanlah hal yang sangat penting; yang penting adalah tingkat pengembalian dari
portofolionya, dan portofolio tersebut. Kumpulan dari portofolio yang layak mewakili semua
portofolio yan dapat dihasilkan dari kumpulan aset yang diberikan. Portofolio yang efisien
adalah portofolio yang menawarkan banyak pengembalian dari sejumlah risiko yang
diberikan atau paling tidak risiko dari sejumlah pengembalian. Portofolio yang optimal untuk
investor adalah portofolio yang dianggap yang memiliki kemungkinan tertinggi pada kurva
indeferen yang bersinggungan dengan kumpulan portofolio yang efisien.

Logikanya, risiko dan tingkat pengembalian dari masing-masing sekuritas harus dianalisis
dari segi bagaimana sekuritas tersebut mempengaruhi dan tingkat pengembalian portofolio di
mana sekuritas dimiliki.

 Pengembalian portofolio

Tingkat pengembalian portofolio yang diharapkan (expected return on a portfolio), kp


sederhananya adalah rata-rata tertimbang dari tingkat pengembalian yang diharapkan dari
masing-masing aktiva di dalam portofolio, dengan bobotnya adalah pecahan dari total
portofolio yang diinvestasikan di setiap aktiva:

Keterangan :
ki = tingkat pengembalian yang di harapkan dari masing-masing saham
wi = bobot
n = jumlah saham

 Portofolio

Ekspektasi tingkat pengembalian dari suatu portofolio sebenarnya hanyalah rata-rata


tertimbang dari ekspektasi tingkat pengambalian individual aktiva di dalam portofolio. Akan
tetapi, tidak seperti pengambalian, tingkat dari suatu portofolio, p , biasanya bukanlah
merupakan rata-rata tertimbang dari deviasi standar masing-masing aktiva di dalam
portofolio; risiko portofolio akan lebih kecil dari rata-rata tertimbang aktiva-aktivanya.
Bahkan kenyataannya, secara teori dimungkinkan untuk menggabungkan saham-saham yang
secara individual cukup be jika dilihat dari deviasi standarnya dan membuat sebuah
portofolio yang sepenuhnya tanpa , dengan p=0

 Diversifikasikan versus Pasar.

Diversifiable risk disebabkan oleh peristiwa-pristiwa acak seperti tuntutan hukum,


pemogokan, program pemasaran yang berhasil dan gagal, memenangkan atau kalah dalam
kontrak besar dan peristiwa-peristiwa lainnya yang khusus bagi suatu perusahaan tertentu.
Karena bersifat acak pengaruh berbagai peristiwa ini pada suatu portofolio dapat dihilangkan
dengan melakukan diversifikasi. Peristiwa merugikan yang terjadi pada satu perusahaan akan
dihilangkan oleh peristiwa menguntungkan di perusahaan lain.

Pasar (market risk) dilain pihak tumbuh dari faktor-faktor yang secara sistematis akan
mempengaruhi sebagian besar perusahaan; perang, inflasi, resesi, dan tingkat suku bunga
yang tinggi. Karena kebanyakan saham akan dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor ini,
pasar tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi.

Investor menginginkan premi karena menanggung, jadi semakin tinggi tingkat sebuah
sekuritas semakin tinggi ekspektasi tingkat pengembalian yang harus diberikan untung
merangsang investor membeli (memiliki) sekuritas tersebut. Dengan hal itu tiap investor
ingin mengetahui tingkat dari setiap saham, tingkat dari setiap saham dapat diukur melaui
model penetapan aktiva modal (capital asset pricing model-CAPM), sebuah alat penting yang
digunakan untuk menganalisis hubungan antara dan tingkat pengembalian.

Kesimpulan utama dari CAPM adalah tingkat dari suatu saham secara relevan adalah
kontribusi yang diberikannya kepada tingkat dari portofolio yang terdiversifikai dengan baik.

Saham-saham yang berbeda akan mempengaruhi portofolio dengan cara yang berbeda pula,
sehingga sekuritas yang berbeda akan memiliki derajat relevan yang berbeda. Seluruh
kecuali yang behubungan dengan pergerakan pasar secara luas dapat dan mungkin
dihilangkan melalui diversifikasi. yang masih tersisa setelah mendiversifikasikan pasarnya,
atau yang inheren di dalam pasar, dan dapat diukur melalui seberapa besar sebuah saham
tertentu cenderung akan bergerak naik atau turun mengikuti pasar.

Konsep Beta

Kecenderungan sebuah saham bergerak naik dan turun mengikuti pasar akan tercermin dalam
koefisien betanya (beta coefficient), b. Beta adalah elemen kunci dari CAPM. Sebuah saham
dengan rata-rata dinyatakan sebagai saham yang cenderung bergerak naik dan turun sesuai
dengan pasar umum yang diukur dengan suatu indeks tertentu. Saham dari koefisien beta, b,
adalah ukuran/nilai dari market risk. Pengukuran Beta menunjukkan sejauh mana
pengembalian saham bergerak relatif terhadap pasar. Beta dari sebuah saham yang lebih
tinggi lebih stabil daripada saham rata-rata, sedangkan Beta dari sebuah saham yang rendam
kurang stabil daripada saham rata-rata. Saham rata-rata memiliki b = 1.0. Beta pada
portofolio adalah rata-rata tertimbang dari beta pada sekuritas individu dalam portofolio

Teorinya, sebuah saham bisa saja memiliki beta negatif. Dalam keadaan ini, pengembalian
saham akan cenderung meningkat ketika pengembalian dari saham-saham lain turun. Namun,
ingatlah bahwa sebuah saham dalam suatu tahun tertentu dapat bergerak berlawanan dengan
pasar secara keseluruhan, meskipun beta dari saham tersebut memiliki nilai positif. Jika
sebuah saham memiliki beta positif, kita akan memiliki ekspektasi bahwa tingkat
pengembaliannya akan anaik ketika bursa saham secara keseluruhan mengalami peningkatan.
Meskipun begitu, faktor-faktor yang spesifik dari setiap perusahaan dapat menyebabkan
tingkat pengembalian saham yang diterima menurun, walaupun pengembalian pasar memiliki
nilai positif.

Perhitungan Return

 Perhitungan Expected Return Pada Suatu Sekuritas

Untuk menghitung return yang diharapkan dari suatu sekuritas yang harus dipahami oleh
seorang investor adalah dengan memahami probabilitas dari kejadian yang akan terjadi.

Rumusnya:

Keterangan:

E(R) = Expected Return atau return yang diharapkan dari suatu sekuritas
Ri = Return ke-i yang mungkin terjadi
Pri = Probabilitas kejadian return ke-i
N = banyaknya return yang mungkin terjadi

 Perhitungan Expected Return Pada Portofolio


Maka kita dapat menggunakan rumus:

E (RP) =X A.E (RA) + X B.E (RB)

Keterangan:

E (RP) = Expected return portofolio


E (RA) = Expected return saham A
E (RB) = Expected return saham B
XA = Uang yang diinvestasikan pada saham A
XB = Uang yang diinvestasikan pada saham B

 Menghitung Expected Return Dari Saham

Rumusnya:

Keterangan:

r = keuntungan yang diharapkan dari saham


D1 = Dividen tahun 1
PO = harga beli
P1 = harga jual

Model Yang Digunakan Dalam Risiko dan Tingkat pengembalian

 CAPM (Capital Asset Pricing Model)

CAPM atau model penentuan harga aset modal adalah model penetapan harga aktiva
equilibrium yang menyatakan bahwa expected return atas sekuritas tertentu adalah fungsi
linier positif dari sensitifitas sekuritas terhadap perubahan return portofolio.
CAPM menjelaskan hubungan antara return dengan beta (β). Beta menunjukkan hubungan
(gerakan) antara saham dan pasarnya (saham secara keseluruhan) 1[1]. Besarnya risiko
perusahaan ditentukan oleh beta.

β>1 menunjukkan harga saham perusahaan lebih mudah berubah dibandingkan indeks pasar.
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi saham menjadi lebih berisiko, artinya jika saat terjadi
perubahan pasar 1% maka pada saham X akan mengalami perubahan lebih besar dari 1%.

β<1 menunjukkan tidak terjadinya kondisi yang mudah berubah berdasarkan kondisi pasar.

β=1 menunjukkan bahwa kondisinya sama dengan indeks pasar.

Rumus CAPM yaitu:

Ri= Rf +βi (Rm-Rf), atau

Ri= Rf +(Rm-Rf)βi , atau

Ri= (1-βi )Rf + βi .R

Keterangan:

Ri = Return saham i
Rf = Return investasi bebas risiko (Risk Free)
βi = Beta saham i (indikator risiko sistematis)
Rm = Return pasar (return market)

 APT ( Arbitrage Pricing Theory)

APT merupakan teori yang dikembangkan oleh Stephen A. Ross pada tahun 1976 dimana
beliau menyatakan bahwa harga suatu aktiva bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Rumusnya:

Ri = αi + βi Rm + ei

Keterangan:

Ri = Return saham i
αi = Alpha saham i

1
βi = beta saham i
Rm= Return pasar
ei = random error

Perhitungan Risiko

Sekedar informasi bahwa risiko yang terkecil itu adalah obligasi (bond) yang dijual oleh
pemerintah. Sedangkan risiko yang tertinggi adalah saham yang dijual oleh perusahaan. Ada
model perhitungan risiko yang paling sering dipergunakan khususnya dalam investasi, yaitu
secara standar deviasi dan varians. Untuk melengkapi perhitungan ini agar lebih
komprehensif, terutama jika timbul suatu persoalan seperti penyebaran return yang
diharapkan sangat besar, maka dipergunakan perhitungan tambahan dengan menggunakan
coefficient of variation atau risiko relatif. Standar deviasi atau simpangan baku adalah suatu
estimasi probabilitas perbedaan return nyata dari return yang diharapkan. Varian (nilai
kuadrat dari standar deviasi) adalah Dalam statistik, varian adalah ukuran penyerapan dari
penyebaran probabilitas. Hal ini merupakan pangkat dua deviasi standar. Misalnya, bila
standar deviasinya 20, maka variannya adalah 400. Selisih pendapatan, biaya, dan
keuntungan terhadap jumlah yang direncanakan. Varian dihitung pada pusat
pertanggungjawaban, penganalisisan. Dan varian yang tidak menguntungkan, diselidiki untuk
mencari kemungkinan perbaikan.

Coefficient of variation adalah ukuran penyebaran relatif atau risiko relatif.

Keterangan :

σ 2 = Varians return
σ = Standar deviasi
E(R) = Return yang diharapkan dari suatu surat sekuritas
Ri = Return ke-i yang mungkin terjadi
Pri = Probabilitas kejadian return ke-i
The Capital Market Line (CML) menjelaskan hubungan risk atau return pada portofolio yang
efisien, yaitu pada portofolio yang terdiri dari gabungan market portfolio dan aset tanpa
risiko. The Security Market Line (SML) adalah bagian integral dari CAPM dan menjelaskan
hubungan risk atau return pada aset individu. Tingkat yang dibutuhkan dari pengembalian
saham apa pun (J) adalah sama dengan risk-free rate (tingkat bebas risiko) ditambah dengan
market risk premium (premi risiko pasar) dikalikan dengan saham koefisien beta.

Saham pada koefisien beta, adalah ukuran/nilai dari saham market risk. Pengukuran Beta
yang berubah-ubah pada pengembalian sekuritas berhubungan dengan pengembalian pada
market (pasar) yang merupakan portofolio dari semua aset berisiko. Koefisien beta diukur
oleh kemiringan characteristic line (garis karakteristik) saham, yang didapatkan dari
pengembalian regressing historical pada saham dibandingkan dengan pengembalian
historical pada market.

Meskipun CAPM menyediakan batasan yang sesuai tentang risk dan return, hal tesebut tidak
dapat terbukti secara empiris dan parameternya sangat sulit untuk diestimasi. Jadi, tingkat
pengembalian yang dibutuhkan untuk saham yang diestimasi oleh CAPM mungkin tidak
persis sama dengan tingkat pengembalian yang dibutuhkan sebenarnya. Kekurangan pada
CAPM memberikan alasan teori untuk mencari risk atau return model ekuilibrium yang lain,
dan Arbitrage Pricing Theory (APT) adalah salah satu model penting yang terbaru. The
Fama-French three-factor model memiliki faktor pertama untuk market return
(pengembalian pasar), faktor kedua untuk size effect (efek ukuran), dan faktor ketiga untuk
efek book-to-market. Behavioral finance (perilaku keuangan) mengasumsikan bahwa investor
tidak selalu berperilaku rasional.
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko (risk) yang
ditanggung, semakin besar pengembalian (return) yang harus dikompensasikan. Sebaliknya,
semakin kecil return yang diharapkan, semakin kecil risiko yang ditanggung. Model
perhitungan risiko yang paling sering dipergunakan khususnya dalam investasi, yaitu secara
standar deviasi dan varian. Tingkat pengembalian faktor yang perlu diperhatikan adalah
seperti harga saham, dividend yang perlu. Hubungan antara risiko dengan tingkat
pengembalian adalah bersifat linear atau searah, semakin tinggi tingkat pengembalian maka
semakin tinggi pula risiko, semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan
investasi maka semakin besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut, kondisi linear
hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal

DAFTAR PUSTAKA

https://rumahtugasekonomi.wordpress.com/2009/11/04/resiko-dan-tingkat-pengembalian-
manajemen-keuangan/

http://ahdasaifulaziz.blogspot.co.id/2012/09/risk-and-return.html

Anda mungkin juga menyukai