Anda di halaman 1dari 18

RISK AND RETURN PART I

1. Stand Alone Risk


Risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak
diinginkan. Risiko suatu asset dapat dianalisis dengan dua cara, yakni :
1. Stand Alone basis dimana asset dilihat secara terpisah, yakni risiko yang akan dihadapi
oleh investor jika ia hanya memiliki satu asset.
2. Portofolio basisi dimana asset dimiliki sebagai salah satu dari sejumlah asset lainnya
dalam suatu portofolio.
Asset yang berisiko jarang memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan. Pada
umumnya, asset yang berisiko memberikan pengemblian yang lebih tinggi atau lebih rendah
dari yang diperkirakan. Jika asset selalu menghasilkan pengembalian yang diharapkan, maka
asset itu bukanlah asset yang berisiko. Jadi risiko investasi berhubungan dengan probabilitas
(probability) mendapatkan pengembalian actual yang rendah atau negatif, dimana makin
besar peluang dihasilkannya pengembalian yang rendah atau negatif, maka investasi tersebut
semakin berisiko.
a. Distribusi probabilitas
Suatu daftar semua kemungkinan nilai beserta masing-masing probabilitas terjadinya.
Semakin rapat distribusi probabilitas, semakin besar kemungkinan nilai return yang
sebenarnya sama dengan nilai return yang diharapkan. Oleh karena itu, semakin rapat
distribusi probabilitas, semakin kecil risiko suatu aset
b. Expected Rate of Return
Expected Rate of Return adalah menghitung return yang akan kita terima dari segala
macam kemungkinan yang akan terjadi, mulai dari yang paling rugi sampai paling untung,
dan juga kita kalikan dengan probabilitas kemungkinan terjadinya. coba kita lihat rumusnya:

Keterangan: Total semua (Probabilitas yang ada x Return yang diterima saat keadaan itu)
(maksud n dan angka 1,2.. itu adalah "keadaan ke-n", contoh P1 = Probabilitas keadaan ke-1)
c. Mengukur Stand Alone Risk: Standard Deviation
Langkahnya:
- Hitunglah expected rate return: r =
- Kurangkan expected rate return (r) dari setiap hasil yang mungkin (ri) , deviation = r - ri
- Menghitung variansi: 2 =

- Standar deviasi: =
2. Resiko pada Konteks Portofolio
Sebuah aset yang dimiliki dalam portofolio risikonya akan lebih kecil jika dibandingkan
dengan asset yang sama dimiliki secara terpisah. Investor tidak menyukai risiko, dan karena
risiko dapat dikurangi dengan portofolio, yakni dengan melakukan diversifikasi, maka
sebagian besar asset keuangan dimiliki dalam bentuk portofolio. Bahkan, investor individual
paling tidak yang kepemilikan efeknya menjadi bagian yang signifikan dari seluruh kekayaan
mereka, umumnya memiliki portofolio dan bukan hanya saham satu perusahaan. Jadi, fakta
bahwa saham akan naik atau turun menjadi tidak begitu penting, yang penting adalah
pengembalian protofolio investor dan risikonya. Karena itu, secara logis, risiko dan
pengembalian dari efek tertentu sebaiknya dianalisis dari sisi bagaimana efek tersebut
memengaruhi risiko dan pengembalian portofolio dimana efek tersebut menjadi bagian
didalamnya.
a. Pengembalian portofolio
Tingkat pengembalian portofolio yang diharapkan sederhananya adalah rata-rata
tertimbang dari tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap asset dalam portofolio
dengan pembobotan berdasarkan persentase setiap asset dari total portofolio, dengan rumusan
persamaan sebagai berikut.

Dengan, ri adalah pengembalian yang diharapkan dari setiap saham, wi adalah


pembobotan, dan terdapat N saham dalam portofolio.
b. Risiko Portofolio
Meskipun tingkat pengembalian portofolio yang diharapkan hanyalah rata-rata tertimbang
dari tingkat pengembalian yang diharapkan atas setiap asset di dalam portofolio, tingkat

risiko portofolio, p bukanlah merupakan rata-rata tertimbang dari standar deviasi setiap
asset. Risiko portofolio umumnya lebih kecil dari rata-rata

asset.

Apa yang akan terjadi jika melibatkan lebih dari dua saham dalam portofolio? sesuai
peraturan, risiko portofolio akan menurun jika jumlah saham portofolio meningkat. Jika
sebuah perusahaan menambahkan sejumlah saham yang berkorelasi sebagian, dapatkah
perusahaan tersebut mengeliminasi risiko? Pada umumnya, jawabannya adalah tidak, tetapi
penambahan saham ke portofolio dapat mengurangi risiko tergantung pada tingkat korelasi di
antara saham-saham tersebut : semakin kecil koefisien korelasi yang positif, semakin rendah
risiko dalam portofolio yang besar. Dalam dunia nyata, dimana korelasi di antara sahamsaham individu pada umumnya adalah positif tetapi lebih kecil dari +1,0 beberapa, tetapi
tidak semua, risiko dapat dieliminasi.
c. Diversifiable Risk Versus Risiko Pasar
Dalam konteks portofolio, risiko dari suatu asset dibagi menjadi dua komponen yakni:
1) Diversifiable Risk (Risiko yang dapat didiversifikasi) merupakan bagian dari risiko suatu
efek yang terkait dengan peristiwa-peristiwa acak, seperti gugatan hukum, mogok kerja,
program pemasaran yang berhasil dan tidak berhasil, memenangkan atau kehilangan
kontrak penting, dan peristiwa-peristiwa lainnya yag unik bagi setiap perusahaan.
Peristiwa ini terjadi secara acak, pengaruhnya pada suatu portofolio dapat dihilangkan
melalui diversifikasi, dimana peristiwa buruk yang menimpa suatu perusahaan akan
ditutupi oleh peristiwa baik yang dialami perusahaan lainnya.
2) Market Risk (Risiko pasar) merupakan bagian dari risiko suatu efek yang tidak dapat
dihilangkan oleh diversifikasi, yakni risiko pasar muncul akibat faktor-faktor yang secara
sistematis memengaruhi sebagian besar perusahaan seperti perang, inflasi, resesi, dan
tingkat bunga yang tinggi. Sebagian besar saham dipengaruhi secara negative oleh faktorfaktor tersebut sehingga risiko pasar tidak dapat dihilangkan oleh diversifikasi.
3. Konsep Beta
Kecenderungan saham untuk bergerak naik atau turun dalam pasar tercermin dalam
koefisien beta (b) yang merupakan unsur kunci dari CAPM. Rata-rata risiko saham
didefinisikan sebagai saham yang cenderung bergerak naik dan turun sejalan dengan pasar
umum yang di ukur oleh beberapa indeks seperti Dow Jones Industrial, S&P 500, New York
Stock Exchange. Menurut definisinya, saham ini akan mempunyai beta (b) sebesar 1,0 yang
mengindikasikan bahwa secara umum jika pasar bergerak ke atas 10 persen, maka saham
juga akan naik sebesar 10 persen, sementara jika pasar turun 10 persen, maka saham akan
turun 10 persen. Portofolio saham dengan b = 1,0 akan bergerak naik dan turun sesuai dengan

rata-rata pasar, dan akan memiliki risiko yang sama dengan rata-rata pasar. Jika b = 0,5 maka
perubahan saham hanya separuh dari perubahan pasar saham itu akan naik dan turun hanya
separuhnya dan portofolio saham seperti ini memiliki setengah resiko portofolio b = 1,0.
Disamping itu, jika b = 2,0, maka perubahan saham akan dua kali lipat dari perubahan ratarata saham. Nilai portofolio seperti itu dapat menjadi dua kali lipat dalam jangka pendek, dan
jika anda memegang portofolio seperti itu, maka anda yang sebelumnya adalah milyader
dapat menjadi fakir miskin dengan cepat.
Beta mengukur perubahan relative saham terhadap rata-rata saham, yang menurut
definisinya menjadi b = 1,0. Kemiringan garis menunjukan bagaimana setiap saham bergerak
dalam menanggapi pergerakan pasar. Kemiringan koefisien dari garis regresi semacam itu
didefinisikan sebagai koefisien beta. Ingatlah bahwa saham dalam tahun tertentu mungkin
bergerak berlawanan dengan pasar secara keseluruhan, walaupun beta saham positif. Jika
sebuah saham mempunyai beta yang positif, maka kita akan mengharapkan pengembalian
yang meningkat apabila pasar saham secara keseluruhan naik. Akan tetapi, faktor perusahaan
dapat menyebabkan pengembalian saham menurun, meskipun pengembalian pasar adalah
positif.
Kemudian beta portofolio, dan sebagai konsekuesi risikonya akan meningkat.
Sebaliknya, jika saham yang betanya kurang dari 1,0 ditambahkan ke b = 1,0 portofolio,
maka beta dan risikonya akan menurun. Jadi, karena beta saham mengukur kontribusinya
pada risiko portofolio, maka beta adalah ukuran risiko saham yang benar secara teori.
Analisis risiko sebelumnya dalam konteks portofolio merupakan bagian dari CAPM,
dan kita dapat mengikhtisarkan pembahasan kita pada bagian ini sebagai berikut :
1) Risiko saham terdiri dari dua komponen, risiko pasar dan risiko yang dapat
didiversifikasi.
2) Risiko yang dapat didiversifikasi bisa dieliminasi oleh diversifikasi, dan hampir
semua investor melakukan diversifikasi, dengan memiliki portofolio yang besar atau
dengan membeli saham dalam reksadana (mutual fund).
3) Para investor harus diberi kompensasi dalam menanggung risiko. Semakin besar
risiko saham, semakin tinggi pengembalian yang diminta.
4) Risiko pasar saham di ukur oleh koefisien beta, yang merupakan indeks dari
volatilitas relative saham. Beberapa tolak ukur atau benchmark beta adalah sebagai
berikut :
b = 0,5 : Risiko saham hanya setengah perubahan, atau risiko rata-rata saham.
b = 1,0 : Risiko saham merupakan dari risiko rata-rata.

b = 2,0 : Risiko saham adalah dua kali risiko rata-rata saham.


5) Karena koefisien beta saham menentukan bagaimana saham mempengaruhi risiko
portofolio yang didiversifikasi, maka beta adalah ukuran yang paling relevan dari
setiap risiko saham.
4. Hubungan antara Risiko dan Rate of Return
Di dalam pasar uang di mana saham dan obligasi di jual, para pemakai uang, seperti
perusahaan yang melakukan investasi harus bersaing satu sama lain dalam mencari modal.
Untuk memperoleh pembiayaan atas proyek yang akan bermanfaat bagi pemegang saham
perusahaan, perusahaan harus menawarkan kepada investor, tingkat pengembalian yang
mampu bersaing dengan alternatif investasi lain yang tersedia bagi investor tersebut. Tingkat
pengembalian (return) dari alternatif investasi terbaik berikutnya ini dikenal sebagai biaya
kesempatan dana (opportunity cost of fund). Dalam menjalankan sebuah bisnis, perusahaan
kecil lebih berisiko dalam tingkat pengembalian dari pada perusahaan besar. Mengapa?
Karena pengalaman bisnis perusahaan kecil mengandung resiko operasi yang lebih besar ,
mereka lebih sensitif terhadap kecenderungan bisnis yang menurun dan beberapa beroperasi
dalam pasar yang kecil yang dengan cepat muncul dan kemudian dengan cepat lenyap. Selain
itu perusahaan kecil mengandalkan pembiayaan melalui utang dibandingkan perusahaan yang
besar. Perbedaan ini menciptakan variabilitas yang lebih pada jumlah laba dan arus kas, yang
diartikan sebagai risiko yang lebih besar. Dengan memikirkan forgoing (kehilangan peluang
yang lebih baik), perusahaan harus mengharapkan adanya tingkat pengembalian yang
berbeda untuk pemilik dari berbagai surat-surat berharga tersebut. Jika pasar menghargai
investor atas resiko yang ditanggungnya, maka tingkat pengembalian harus meningkat
mengikuti peningkatan resiko. Adapun perhitungan atas kompensasi yang didapatkan oleh
investor tersebut akibat risiko yang diderita adalah sebagai berikut.
ri

tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham i.

ri

tingkat pengembalian yang diperlukan atas saham i. Jika r i lebih kecil


daripada ri , maka anda tidak akan membeli saham ini, atau anda akan
menjualnya jika anda memilikinya. Jika ri lebih besar daripada ri , maka
anda ingin membeli saham ini, karena kelihatannya seperti sebuah
tawaran. Anda tidak akan tertarik jika ri = ri .

pengembalian yang direalisasi, setelah terjadi.

rRF

tingkat pengembalian bebas risiko.

bi

koefisien beta saham ke-i. Beta rata-rata saham adalah bA = 1,0.

kM

tingkat pengembalian yang diperlukan atas portofolio yang terdiri dari


semua saham, yang disebut dengan portofolio pasar. kM juga merupakan
tingkat pengembalian yang diperlukan atas rata-rata saham (bA = 1,0).

RPM

(rM rRF) = Premi risiko atas pasar, dan juga atas rata-rata saham (b =
1,0).

Ini

merupakan

tambahan

pengembalian

terhadap

tingkat

pengembalian bebas risiko yang diperlukan untuk mengkompensasi


investor rata-rata untuk menghadapi jumlah risiko rata-rata. Risiko ratarata saham berarti bi = bA = 1,0.
RPi

(rM rRF)bi = (RPM)bi = premi risiko atas saham ke-i.

Premi risiko pasar (market risk premium), RPM , menunjukan premi yang diminta
investor untuk menghadapi risiko saham rata-rata, dan hal itu tergantung pada tingkat
penolakan risiko oleh para investor. Jika satu saham memiliki risiko dua kali lipat daripada
lainnya, maka premi risikonya akan menjadi dua kali lebih tinggi, sementara jika risikonya
hanya setengahnya, maka premi risiko juga hanya akan menjadi setengah lebih besar.
i)

Premi risiko utuk saham i = RPi = (RPM) bi

Pengembalian yang diminta dari saham secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut.
ii)

Pengembalian yang diminta dari saham = pengembalian bebas risiko + premi

iii)

risiko
Pengembalian yang diperlukan atas saham i = tingkat pengembalian bebas risiko +
(premi risiko pasar) + (beta saham i)
ri

= rRF + (rM rRF) bi


= rRF + (RPM) bi

Security Market Line (SML) adalah garis grafik yang menunjukan hubungan antara
risiko yang di ukur oleh beta dan tingkat pengembalian yang diperlukan untuk sekuritas
individual. Menunjukan SML ketika kRF = 6% dan kM =11%, perhatikan hal-hal berikut :
1. Tingkat pengembalian yang diperlukan ditunjukkan pada sumbu vertical, sementara
risiko yang diukur oleh beta ditunjukkan pada sumbu horizontal.
2. Efek tanpa risiko mempunyai bi = 0. Jika kita dapat membuat portofolio yang nilai
betanya nol, maka pengembalian yang diharapkan dari portofolio tersebut akan sama
dengan tingkat bebas resiko.
3. Kemiringan

SML

5%

mencerminkan

tingkat

penghindaran

risiko

dalam

perekonomian, dimana makin besar rata-rata penghindaran risiko investor, maka (a)
kemiringan garis akan makin curam, (b) makin besar premi risiko untuk setiap, dan
(c) tingkat pengembalian yang diminta dari seluruh saham akan makin tinggi.

4. Nilai-nilai yang kita kerjakan untuk saham dengan bi =0,5, bi = 1,0, dan bi = 2,0 sama
dengan nilai untuk rrendah, rrata, dan rtinggi.

RISK & RETURN PART II


MENGUKUR RISIKO PORTOFOLIO
Risiko pada portofolio dapat diukur dengan menggunakan standard deviasi dari
pengembalian. Persamaan untuk mendapatkan standard deviasi tersebut adalah:

= standard deviasi portfolio

rpi

= return portofolio pada saat keadaan ekonomi ke-i

= tingkat return portfolio yang diharapkan

Pi

= peluang kejadian pada keadaan ekonomi ke-i

= jumlah keadaan ekonomi

Kovarian Dan Koefisien Korelasi


Dua konsep yang penting pada analisis portofolio adalah kovarian dan koefisien
korelasi. Kovarian adalah ukuran yang menghubungkan antara perbedaan pengembalian
saham dengan kecenderungan pengembalian tersebut bergerak naik atau turun di waktu yang
sama. Misalnya kovarian antara saham A dan B menunjukkan apakah pengembalian kedua
saham tersebut cenderung naik dan turun secara bersamaan dan seberapa besar
pergerakannya. Berikut adalah persamaan untuk mencari kovarian:

Cov(AB)

= kovarian

rA

= return saham A pada saat keadaan ekonomi ke-i

= return yang diharapkan dari saham A

rB

= return saham B pada saat keadaan ekonomi ke-i

= return yang diharapkan dari saham B

Pi

= jumlah keadaan ekonomi

Jika hasil kovarian negatif, itu menandakan saham A dan B bergerak ke arah yang
berlawanan. Jika saham A naik, maka saham B turun, dan sebaliknya. Sementara jika hasil
kovarian positif, itu menandakan saham A dan B bergerak ke arah yang sama.
Koefisien korelasi membakukan kovarian dengan membandingkannya dengan standard
deviasi dari saham tersebut. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

AB

= koefisien korelasi

Cov(AB)

= kovarian

= standard deviasi saham A

= standard deviasi saham B


Apa yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi sama seperti yang ditunjukkan oleh

kovarian. Jika hasil negatif, maka itu berarti saham A dan saham B bergerak ke arah yang
berlawanan. Sementara jika hasil positif, maka itu berarti saham A dan saham B bergerak ke
arah yang sama. Kemudian, jika hasil mendekati angka 0, maka itu berarti saham A dan B
saling mandiri atau tidak bergantung satu sama lain. Hasil korelasi koefisien berkisar antara
-1 dan +1.
Mengukur Risiko Dalam Praktik
Persamaan yang telah disebutkan di atas digunakan untuk mengukur return di masa
depan dan peluang yang terjadi di masa depan. Pada praktiknya, analis ekonomi dan
keuangan banyak menggunakan standard deviasi dan kovarian yang terjadi di masa lalu untuk
memprediksi standard deviasi dan kovarian di masa depan. Jika return dari sebuah portofolio
selama n tahun adalah rp1, rp2, ..., rpn, maka persamaan untuk menghitung standard deviasi
di masa lalu adalah sebagai berikut:

= standard deviasi portfolio

rpi

= return portofolio pada saat tahun ke-i

rp.avg = rata-rata return portofolio selama n tahun

= jumlah tahun

Sedangkan persamaan untuk menghitung kovarian dari return portofolio selama n tahun
adalah:

Cov(AB)

= kovarian portofolio A dan B

rAi

= return portofolio A pada tahun i

rA.avg

= rata-rata return portofolio A selama n tahun

rBi

= return portofolio B pada tahun 1

rB.avg

= rata-rata return portofolio B selama n tahun

= jumlah tahun

PORTOFOLIO EFISIEN
Portofolio efisien berarti portofolio yang memiliki return yang diharapkan maksimum
dengan berbagai tingkatan risiko atau portofolio yang memiliki risiko minimum dengan
berbagai tingkatan return yang diharapkan.

MEMILIH PORTOFOLIO OPTIMAL


Jika kita memiliki beberapa aset, kita bisa menentukan kumpulan portofolio yang
paling optimal dengan melihat grafik yang tertera di bawah. Setiap titik mewakili portofolio
dengan risiko p dan return yang diharapkan p. Wilayah yang terarsir adalah kumpulan
portofolio yang layak. Dari sekian banyak kumpulan portofolio yang layak, manakah yang
paling optimal?

Permukaan Efisien (Efficient Frontier)


Pada grafik di atas, garis yang menghubungkan titik BCDE menentukan kumpulan
portofolio yang juga disebut dengan permukaan efisien. Pada kondisi pasar yang seimbang,
semua investor akan memilih portofolio pasar, yaitu portofolio yang terdiri dari semua asetaset berisiko yang juga merupakan portofolio yang optimal (Tandelilin, 2001 hal. 91).
Portofolio yang berada di sebelah kiri efficient set adalah portofolio yang tidak layak.
Sedangkan portofolio yang berada di kanan garis adalah portofolio yang tidak efisien karena
portofolio yang lain akan memberikan return yang lebih tinggi dengan risiko yang sama atau
lebih rendah. Portofolio C dan D lebih efisien dibandingkan dengan portofolio X.
Indifference Curves Risiko/Return
Dari beberapa kumpulan portofolio yang ditawarkan, mana yang harus dipilih oleh
investor? Untuk menentukan portofolio yang optimal, perlu diketahui sikap investor terhadap
risiko yang digambarkan dengan fungsi transaksi risiko/return. Fungsi transaksi risiko/return
investor didasarkan pada konsep ekonomi standar dari teori dan indifference curve. Iy dan Iz
mewakili indifference curve dari investor Y dan Z.

ASUMSI-ASUMSI DASAR CAPM (CAPITAL ASSET PRICING MODEL)


CAPM merupakan model yang menghubungkan antara risiko dan tingkat return yang
diharapkan dari portofolio yang terdiversifikasi. Terdapat asumsi-asumsi dalam CAPM
menurut Tandelilin (2001 hal. 90):
1. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat return di masa depan yang
identik, karena mereka mempunyai harapan atau ekspektasi yang hampir sama.
Semua investor menggunakan sumber informasi seperti tingkat return, varian return,
dan matriks korelasi yang sama dalam kaitannya dengan pembentukan portofolio
yang efisien
2. Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama, misalnya satu tahun.
3. Semua investor dapat meminjam (borrowing) atau meminjamkan (lending) uang pada
tingkat return yang bebas risiko (risk-free rate of return)
4. Tidak ada biaya transaksi
5. Tidak ada pajak pendapatan
6. Tidak ada inflasi

7. Terdapat banyak sekali investor, dan tidak ada satu pun investor yang dapat
mempengaruhi harga suatu sekuritas (saham). Semua investor adalah price-taker.
8. Pasar dalam keadaan seimbang (equilibrium)

CAPITAL MARKET LINE (CML) DAN SECURITY MARKET LINE ( SML)

Grafik di atas menunjukkan kemungkinan portofolio dengan dua aset. Di situ juga
ditunjukkan bagaimana indifference curves dapat digunakan untuk memilih portofolio
optimal dari kumpulan portofolio yang layak.

Garis pasar modal (Capital Market Line) menggambarkan hubungan antara return
yang diharapkan dengan risiko total dari dari portofolio efisien pada pasar yang seimbang
(Tandelilin, 2001 hal. 93). Grafik 3-6 menunjukkan kumpulan portofolio dari aset-aset
berisiko (bagian terarsir) dan kumpulan indifference curve (I1, I2, I3) untuk seorang investor.
Garis rRFMZ itulah yang disebut dengan CML. Persamaan untuk CML bisa dituliskan
sebagai berikut:

Garis pasar sekuritas (Security Market Line) adalah garis yang menghubungkan
tingkat return yang diharapkan dari suatu sekuritas dengan risiko sistematis (beta) (Tandelilin,
2001 hal. 96). Persamaan untuk mendapatkan SML dapat dituliskan sebagai berikut:

MENGHITUNG KOEFISIEN BETA

Persamaan di atas dapat digunakan untuk mencari beta koefisien, namun persamaan
ini juga digunakan untuk mengukur kemiringan koefisien dalam sebuah regresi return saham
terhadap return pasar. Beta dapat dihitung dengan menggunakan grafik. Return saham di
masa lalu dituliskan pada y-axis dan return pasar di masa lalu dituliskan pada x-axis. Dari
grafik tersebut, digambarkan sebuah garis regresi. Garis regresi tersebut disebut dengan garis
karakteristik. Lekuk koefisien pada garis karakteristik itulah yang disebut dengan koefisien
beta.

Jika beta yang dihasilkan sama dengan 1.0, maka risiko dari portofolio berada pada kisaran
rata-rata. Jika beta lebih besar dari 1.0, maka risiko lebih tinggi dari rata-rata. Jika beta
kurang dari 1.0, maka risiko lebih rendah dari rata-rata. Biasanya beta berkisar antara 0.5
1.5
Model Pasar VS CAPM

rJ

= rate of return dari saham J di masa lampau

rM

= rate of return di pasar di masa lampau

aJ

= garis vertikal yang memintas saham J

bJ

= beta koefisien atau kemiringan garis saham J

eJ

= random error

TES EMPIRIS CAPM


Tes Stabilitas Koefisien Beta
Berdasar pada CAPM, beta yang digunakan untuk mengestimasi risiko pasar harus
menggambarkan estimasi investor mengenai keadaan saham terhadap pasar di masa
mendatang. Tentu mengestimasi sesuatu yang terjadi di masa depan tidaklah mudah. Karena
itu perlu diketahui koefisien beta yang terjadi di masa lampau. Jika koefisien beta di masa
lampau cenderung stabil pergerakannya, maka dapat diperkiraan di masa depan pun
pergerakannya akan tetap stabil.
Tes CAPM Berdasar pada Kemiringan SML
CAPM menyatakan bahwa hubungan antara rate of return dari sebuha sekuritas dan
beta adalah linier. Beberapa peneliti mencoba menguji validitas CAPM dengan menghitung
beta. Rate of return yang terjadi di masa lampau bisa saja sama dengan di masa depan, namun
beta yang terjadi di masa lampau tidak selalu bisa menggambarkan risiko yang akan terjadi di
masa depan.

ARBITRAGE PRICING THEORY (APT)


APT meliputi berbagai macam faktor risiko, sehingga return yang diperlukan dapat
berupa fungsi dua atau lebih faktor. Kita perlu mengetahui bahwa APT didasarkan pada teori

matematika dan statistika yang kompleks. Meskipun APT sering dibahas di dunia akademis,
namun pada praktiknya, APT jarang digunakan.

ri

= rate of return saham i di masa lampau

= rate of return yang diharapkan dari saham i

Fj

= nilai ekonomi faktor j di masa lampau

= nilai ekonomi faktor j yang diharapkan

bij

= sensitivitas saham i terhadap faktor j

ei

= efek dari event unik yang terjadi pada return stock i di masa lampau

THE FAMA-FRENCH THREE FACTOR MODEL


Model yang diciptakan oleh Fama dan French ini mengatakan bahwa SML memiliki
tiga faktor. Faktor pertama adalah beta CAPM saham, yang mengukur risiko pasar sebuah
saham. Faktor kedua adalah ukuran dari perusahaan untuk mengukur market value equity
(MVE). Faktor ketiga adalah book value of equity yang dibagi dengan MVE untuk
menghasilkan rasio book-to-market.

Daftar Pustaka
Tandelilin, E. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta
Brigham&Daves. 2007. Intermediate Financial Management Ninth Edition. Mason: Thomson
Higher Education

Anda mungkin juga menyukai