Perluasan (Expansion)
Yaitu usulan investasi yang dimaksudkan untuk menambah kapasitas
produksi dari lini produk yang telah ada, misalnya menambah jumlah
mesin baru yang tipenya sama dengan mesin yang telah dipakai.
Pertumbuhan (Growth)
Yaitu usulan investasi untuk mengembangkan lini produk yang baru
berbeda dengan lini produk yang sudah ada, misalnya mula-mula
perusahaan bergerak dalam bidang produksi sepatu kemudian
melakukan investasi baru di bidang restoran.
Macam-Macam Keputusan Penganggaran Modal
Ditinjau dari tingkat ketergantungannya, usulan investasi dapat dikelompokkan
sbb:
Independent Project
Yaitu investasi pada dua atau lebih proyek yang tidak ada keterkaitan
antara proyek yang satu dengan proyek yang lainnya, misalnya investasi
pada pabrik mobil dan investasi pada pabrik minuman kemasan
Mutually Exclusive Project
Yaitu dua usulan investasi atau lebih yang mempunyai manfaat yang sama
dan jika semuanya layak, maka tidak semuanya dapat dilaksanakan tetapi
harus dipilih salah satu diantara yang terbaik.
Complemment Project
Yaitu dua atau lebih usulan investasi yang bersifat saling melengkapi,
misalnya investasi pada gedung pertokoan dan investasi pada tempat
parkir.
Subtitutes Project
Yaitu dua usulan investasi yang bersifat saling menggantikan, misalnya
produksi sabun cair akan mengurangi permintaan sabun batangan.
Estimasi Arus Kas (Cash Flow)
Dalam mengestimasi arus kas yan relevan untuk suatu proyek, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan, yaitu:
1. Sunk Cost
Merupakan biaya yang telah terjadi dan tidak bisa dialihkan, oleh karena
itu tidak dapat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi.
Biaya yang telah dikeluarkan tsb tidak dapat diperhitungkan sebagai
beban usaha perusahaan. Misalnya, suatu perusahaan sebelum membeli
tanah untuk investasi menunjuk seorang konsultan untuk melakukan
evaluasi apakah lokasi tanah yang ditunjuk berposisi strategis sehingga
menguntungkan perusahaan ? Biaya yang dkeluarkan untuk membayar
konsultan merupakan sunk cost yang tidak relevan dijadikan komponen
biaya yang dapat mengurangi laba perusahaan.
2. Opportunity Cost
5. Financing Cost
Setelah proyek mulai dioperasikan maka akan terjadi penerimaan kas dari hasil
penjualan dan juga pengeluaran kas untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan. Arus kas operasi yang diperhitungkan adalah arus kas bersih selama
proyek investasi dioperasikan. Besar kecilnya arus kas masuk yang berasal dari
operasi dihitung atas dasar setelah pajak (net cash inflow) dengan rumus sbb:
a. Net Cash Inflow (NCF) = EBIT (1-Tax) + Depreciation atau
b. Net Cash Flow (NCF) = EAT + Depreciation + (1-Tax) Interest
EBIT = Earning Before Interest and Taxes
EAT = Earning After Taxes
Penjualan Rp10.000.000
Biaya-biaya selain penyusutan dan bunga Rp 6.000.000
Biaya penyusutan Rp 1.000.000
( Rp 7.000.000)
Pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT) Rp 3.000.000
Biaya bunga (Rp 1.000.000)
Pendapatan sebelum pajak Rp 2.000.000
Pajak (20%) (Rp 400.000)
Pendapatan setelah pajak (EAT) Rp 1.600.000
Instruksi :
Berdasarkan data pada Laporan Laba/Rugi PT ALFA 200x, hitunglah
besarnya arus kas masuk bersih (NCF) yang berasal dari
pengoperasian proyek tsb pada tahun 200x.
Jawab :
Kesimpulan :
Karena ketiga proyek bersifat mutually exclusive, maka proyek
yang dipilih adalah proyek yang memiliki payback period paling
pendek yaitu Proyek A (2 tahun).
Kelemahan metode payback period :
Tidak mempertimbangkan semua cash flows, akibatnya arus kas
negatif yang terjadi pada dua tahun terakhir untuk proyek A
diabaikan (lihat tabel 1)
Tidak mempertimbangkan konsep nilai waktu uang, hal ini berarti
arus kas yang dihasilkan setiap tahunnya tidak di-discount, padahal
arus kas tertentu pada tahun pertama nilainya lebih besar dari arus
kas yang sama pada tahun berikutnya.
Kelemahan kedua dari payback period dapat diatasi dengan
menerapkan metode discounted payback period (DPBP).
Tabel 2. Contoh Perhitungan DPBP Pada Proyek C :
Tahun Cash Flow C PVIF (10%) Present Cumulative
Value PV
0 Rp-1.500 1,00 Rp-1.500 Rp-1.500
1 300 0,909 273 -1.227
2 450 0,826 372 -855
3 750 0,751 563 -292
4 750 0,683 512 +220
5 900 0,621 559 +779
Kesimpulan:
Pada perhitungan Discounted Payback Period (DPBP) pada tabel 2 dapat diketahui
bahwa investasi proyek C akan dapat kembali balik modal pada tahun ke-4, dengan
perhitungan sbb:
Arus Kas Present Value = 273 + 372 + 563 + 512 = 1.720
Selain perhitungan PV, dapat juga dilihat cumulative value yang bertanda
positif dapat dilihat mulai tahun ke-4, artinya investasi proyek C akan balik
modal pada tahun ke-4.
Dengan cara yang sama, maka perhitungan Discounted Payback Period (DPBP)
pada proyek A, sbb:
Tahun Cash Flow A PVIF (10%) Present Value Cumulative PV
0 Rp-1.500 1,00 Rp-1.500 Rp-1.500
1 150 0,909 136,35 -1.364
2 1.350 0,826 1115,1 -249
3 150 0,751 112,65 -136
4 -150 0,683 -102,45 -238
5 -600 0,621 -372,6 -611
Kesimpulan:
Arus kas pada Proyek A selama 5 tahun belum dapat menutup modal yang
digunakan untuk investasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai cumulative PV yang
semuanya bernilai negatif.
Dengan cara yang sama, maka perhitungan Discounted Payback Period (DPBP) pada
proyek B, sbb:
Tahun Cash Flow B PVIF (10%) Present Value Cumulative PV
0 Rp-1.500 1,00 Rp-1.500 Rp-1.500
1 150 0,909 136,35 -Rp1.364
2 300 0,826 247,8 -Rp1.116
3 450 0,751 337,95 -Rp 778
4 600 0,683 409,8 -Rp 368
5 1.875 0,621 1164,375 Rp 796
Kesimpulan:
Investasi pada Proyek B baru dapat balik modal pada tahun ke-5. Hal ini dibuktikan
dengan nilai cumulative PV bernilai positif pada tahun ke-5 atau dengan
menggunakan perhitungan PV = 136,35 + 247,8 + 337,95 + 409,8 + 1164,375 =
Rp2.296,275
Menurut metode IRR (Internal Rate of Return), suatu proyek dinyatakan layak
untuk diterima jika IRR ≥ Cost of Capital. Misalkan, apabila proyek A, B dan C
memakan biaya modal sebesar 10%, maka hitunglah IRR proyek A, B dan C !
Jawab:
Menentukan IRR dengan metode trial and error
Misalnya dicoba IRR = 25,4% untuk proyek C, maka present value dari arus
kas proyek sbb:
Tahun Cash Flow C PVIF (25,4%) Present Value (25,4%)
0 Rp-1.500 1,00 Rp-1.500
1 300 0,797448 239,2344
2 450 0,635924 286,1656
3 750 0,507116 380,3371
4 750 0,404399 303,2991
5 900 0,322487 290,2384
NPV -0,72541
Pada perhitungan PV pada proyek C, dapat diketahui bahwa NPV = -0,72541
mendekati nilai nol dengan IRR sebesar 25,4%, yang dimana IRR lebih besar
dari Cost of Capital sebesar 10%. Oleh karena itu proyek C dinilai layak untuk
dikerjakan.
Dengan cara yang sama dapat dihitung NPV proyek B dengan metode coba-
coba IRR sebesar 23%.
Tahun Cash Flow B PVIF (23%) Present Value 23%
0 Rp-1.500 1,00 Rp-1.500
1 150 0,813008 121,9512
2 300 0,660982 198,2947
3 450 0,537384 241,8228
4 600 0,436897 262,1385
5 1.875 0,355201 666,0023
NPV -9,79058
Pada perhitungan PV pada proyek B, dapat diketahui bahwa NPV = -9,79
mendekati nilai nol dengan IRR sebesar 23%, yang dimana IRR lebih besar dari
Cost of Capital sebesar 10%. Oleh karena itu proyek B dinilai layak untuk
dikerjakan.
Dengan cara yang sama dapat dihitung NPV proyek A dengan metode coba-
coba IRR sebesar -200%.
Tahun Cash Flow A PVIF (-200%) Present Value
0 Rp-1.500 -1 Rp-1.500
1 150 1 -150
2 1.350 -1 1350
3 150 1 -150
4 -150 -1 -150
5 -600 -1 600
NPV 0
Pada perhitungan PV pada proyek A, dapat diketahui bahwa NPV = 0 dengan
IRR sebesar -200%, yang dimana IRR lebih kecil dari Cost of Capital sebesar
10%. Oleh karena itu proyek A dinilai tidak layak untuk dikerjakan.
Kesimpulan:
IRR proyek A = -200%
IRR proyek B = 23%
IRR proyek C = 25,4%
Dikarenakan proyek bersifat mutually exclusive, maka proyek yang harus dipilih
untuk dikerjakan adalah proyek dengan IRR terbesar yaitu proyek C (25,4%)
Latihan Soal:
Berdasarkan tabel arus kas dari 3 proyek dibawah ini, hitunglah berapa
lama investasi proyek dapat kembali dengan menggunakan metode
payback period, discounted payback period (DPBP) dan net present
value (NPV) lalu pilihlah manakah proyek yang harus dipilih (mutually
exclusive) !