Anda di halaman 1dari 25

Penganggaran Modal

Rika Dwi Harsasi, SE, M.SM


Penganggaran modal
(Capital Budgeting)

adalah proses kegiatan


yang mencakup seluruh
aktivitas perencanaan
penggunaan dana dengan
tujuan untuk
memperoleh manfaat
(benefit) pada waktu yang
akan datang
Kerangka Strategik Keputusan
Penganggaran Modal
 Perencanaan modal harus diintegrasikan dengan perencanaan
strategi perusahaan. Hal ini penting karena investasi yang terlalu
besar atau terlalu kecil akan mempunyai dampak jangka panjang
bagi masa depan perusahaan.
 Apabila perusahaan telah melakukan investasi pada aktiva tetap
yang terlalu besar, hal ini akan menimbulkan beban yang berat dan
tidak semestinya bagi perusahaan. Sebaliknya, jika investasinya
terlalu kecil, maka perusahaan tidak memiliki kapasitas yang
cukup sehingga dapat mengakibatkan perusahaan kehilangan
kesempatan untuk menguasai pangsa pasar yang ada.

 Penganggaran modal biasanya memerlukan biaya yang besar.


Sebelum perusahaan mengeluarkan banyak uang, perusahaan
harus membuat rencana yang tepat karena jumlah dana yang
besar tidak dapat disediakan dalam tempo yang singkat
Macam-Macam Keputusan Penganggaran Modal
Ditinjau dari aspek penghematan biaya dan peningkatan pendapatan
usulan investasi dapat dikelompokkan sbb:
Penggantian (Replacement)
Yaitu usulan investasi untuk mengganti aset yang sudah aus agar
efisensi produksi tetap dapat dipertahankan, misalnya mesin lama
diganti dengan mesin baru yang lebih efisien.

Perluasan (Expansion)
Yaitu usulan investasi yang dimaksudkan untuk menambah kapasitas
produksi dari lini produk yang telah ada, misalnya menambah jumlah
mesin baru yang tipenya sama dengan mesin yang telah dipakai.

Pertumbuhan (Growth)
Yaitu usulan investasi untuk mengembangkan lini produk yang baru
berbeda dengan lini produk yang sudah ada, misalnya mula-mula
perusahaan bergerak dalam bidang produksi sepatu kemudian
melakukan investasi baru di bidang restoran.
Macam-Macam Keputusan Penganggaran Modal
Ditinjau dari tingkat ketergantungannya, usulan investasi dapat dikelompokkan
sbb:

Independent Project
Yaitu investasi pada dua atau lebih proyek yang tidak ada keterkaitan
antara proyek yang satu dengan proyek yang lainnya, misalnya investasi
pada pabrik mobil dan investasi pada pabrik minuman kemasan
Mutually Exclusive Project
Yaitu dua usulan investasi atau lebih yang mempunyai manfaat yang sama
dan jika semuanya layak, maka tidak semuanya dapat dilaksanakan tetapi
harus dipilih salah satu diantara yang terbaik.
Complemment Project
Yaitu dua atau lebih usulan investasi yang bersifat saling melengkapi,
misalnya investasi pada gedung pertokoan dan investasi pada tempat
parkir.

Subtitutes Project
Yaitu dua usulan investasi yang bersifat saling menggantikan, misalnya
produksi sabun cair akan mengurangi permintaan sabun batangan.
Estimasi Arus Kas (Cash Flow)

 Penilaian suatu usulan investasi didasarkan


pada arus kas setelah pajak bukan didasarkan
pada laba akuntansi.
 Arus kas yang dipakai dalam melakukan
evaluasi suatu usulan investasi adalah arus kas
yang relevan untuk proyek yang dievaluasi.
 Arus kas yang relevan untuk suatu proyek
adalah perubaan arus kas perusahaan di masa
yang akan datang yang terjadi sebagai akibat
langsung dari keputusan untuk melaksanakan
keputusan proyek tsb. Karena arus kas relevan
diartikan sebagai perubahan arus kas
perusahaan sehingga disebut incremental cash
flows, yaitu perbedaan antara arus kas
perusahaan di masa yang akan datang dengan
adanya proyek dengan arus kas perusahaan
tanpa adanya proyek
Estimasi Arus Kas (Cash Flow)

Dalam mengestimasi arus kas yan relevan untuk suatu proyek, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan, yaitu:

1. Sunk Cost
Merupakan biaya yang telah terjadi dan tidak bisa dialihkan, oleh karena
itu tidak dapat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi.
Biaya yang telah dikeluarkan tsb tidak dapat diperhitungkan sebagai
beban usaha perusahaan. Misalnya, suatu perusahaan sebelum membeli
tanah untuk investasi menunjuk seorang konsultan untuk melakukan
evaluasi apakah lokasi tanah yang ditunjuk berposisi strategis sehingga
menguntungkan perusahaan ? Biaya yang dkeluarkan untuk membayar
konsultan merupakan sunk cost yang tidak relevan dijadikan komponen
biaya yang dapat mengurangi laba perusahaan.

2. Opportunity Cost

Merupakan manfaat yang dikorbankan jika suatu investasi dilaksanakan.


Contoh Opportunity Cost
Seorang manager sebuah hotel berbintang tiga meletakkan jabatannya yang bergaji
Rp40 juta/tahun. Kemudian manager tsb menggunakan uang tabungannya sebesar
Rp50 juta untuk membeli sebuah hotel kecil. Pada akhir tahun, bagian keuangan
melaporkan bahwa pendapatan total sebesar Rp150 juta, pengeluaran total (biaya
eksplisit) Rp140 juta, sehingga laba bersih Rp10 juta pada tahun tsb.
Pertanyaan :
Menurut anda apakah bekas manajer tsb mendapat laba Rp10 juta
Jawab :
Laba yang diperoleh bukan 10 juta karena penghitungan laba hanya
memperhitungkan biaya eksplisit dan belum memasukkan biaya implisit.
Perhitungan biaya implisit :
Gaji manajer yang hilang Rp40 juta
Tabungan yang digunakan Rp50 juta
Andai bunga deposito 15%, maka kesempatan memperoleh bunga deposito yang
hilang = 15% x Rp50 juta =Rp 7,5 juta
Maka biaya implisit = Rp40 juta + Rp7,5 juta =Rp 47,5 juta
Biaya kesempatan akibat memilih berhenti menjadi manager dan memutuskan
membeli sebuah hotel kecil = Rp47,5 juta
Kerugian bekas manager
= Rp47,5 juta – Rp10 juta =Rp 37,5 juta
3. Side Effect
Produk baru yang bersifat subtitusi atau komplementer terhadap produk
lama, dapat menimbulkan efek samping yang buruk atau baik terhadap
arus kas perusahaan di masa yang akan datang. Dampak negatif
terhadap arus kas perusahaan dari produk lama sebagai akibat dari
diperkenalkan produk baru disebut erosion.
4. Net Working Capital

Biasanya suatu proyek akan membutuhkan investasi dalam modal kerja


bersih (selisih aktiva lancar dengan utang lancar) sebagai tambahan atas
investasi pada aktiva tetap. Perusahaan menyediakan modal kerja tsb
pada saat awal dengan demikian menambah arus kas untuk investasi
awal dan memperoleh kembali pada saat investasi berakhir sehingga
menambah arus kas masuk pada saat proyek berakhir

5. Financing Cost

Secara umum tujuan evaluasi proyek adalah untuk membandingkan arus


kas dari suatu proyek dengan biaya yang dikeluarkan untuk proyek tsb
guna mengestimasi NPV (Net Present Value)
6. Initial Cash Outflow (Pengeluaran Kas Awal)
Initial Cash Flow merupakan pengeluaran kas untuk membiayai proyek selama
dalam proses perencanaan, konstruksi sampai dengan proyeksiap untuk
dioperasikan. Jumlah kas yang dikeluarkan merupakan besarnya nilai investasi
awal (Io) untuk proyek tsb.
Macam-macam pengeluaran kas yang diperlukan untuk investasi awal : Harga beli
tanah tempat lokasi proyek Biaya mendirikan bangunan, Harga beli mesin, Biaya
pemasangan, Biaya percobaan, dsb.
Contoh:
Perusahaan mengganti mesin lama dengan mesin baru. Mesin lama dibeli 3 tahun
yang lalu dengan harga Rp100 juta, memiliki umur 10 tahun dan disusut dengan
metode garis lurus tanpa nilai sisa. Sekarang perusahaan merencanakan untuk
mengganti mesin tsb dengan mesin baru seharga Rp150 juta dan mempunyai umur
7 tahun. Mesin baru disusut dengan metode garis lurus dengan nilai sisa Rp10 juta.
Mesin lama jika dijual sekarang diperkirakan laku dengan harga Rp80 juta dan tarif
pajak pendapatan perusahaan 20%. Hitunglah pengeluaran kas untuk penggantian
mesin lama dengan mesin baru:
Jawab:
Harga beli mesin baru Rp 150 juta
Harga jual mesin lama (80 juta)
Pajak atas laba penjualan mesin lama: 20%(80juta-70juta) 2 juta
Rp 72 juta
Ket : 70 juta = 100 juta-(100 juta : 10 tahun x3 tahun)
7. Operational Cash Outflow

Setelah proyek mulai dioperasikan maka akan terjadi penerimaan kas dari hasil
penjualan dan juga pengeluaran kas untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan. Arus kas operasi yang diperhitungkan adalah arus kas bersih selama
proyek investasi dioperasikan. Besar kecilnya arus kas masuk yang berasal dari
operasi dihitung atas dasar setelah pajak (net cash inflow) dengan rumus sbb:
a. Net Cash Inflow (NCF) = EBIT (1-Tax) + Depreciation atau
b. Net Cash Flow (NCF) = EAT + Depreciation + (1-Tax) Interest
EBIT = Earning Before Interest and Taxes
EAT = Earning After Taxes

Contoh: Laporan Laba/Rugi PT ALFA 200x

Penjualan Rp10.000.000
Biaya-biaya selain penyusutan dan bunga Rp 6.000.000
Biaya penyusutan Rp 1.000.000
( Rp 7.000.000)
Pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT) Rp 3.000.000
Biaya bunga (Rp 1.000.000)
Pendapatan sebelum pajak Rp 2.000.000
Pajak (20%) (Rp 400.000)
Pendapatan setelah pajak (EAT) Rp 1.600.000
Instruksi :
Berdasarkan data pada Laporan Laba/Rugi PT ALFA 200x, hitunglah
besarnya arus kas masuk bersih (NCF) yang berasal dari
pengoperasian proyek tsb pada tahun 200x.
Jawab :

Net Cash Inflow (NCF) = EBIT (1-Tax) + Depreciation


NCF = {Rp3.000.000(1-0,20)} + Rp1.000.000
NCF = Rp3.000.000(0,80) + Rp1.000.000
NCF = Rp3.400.000 atau

Net Cash Flow (NCF) = EAT + Depreciation + (1-Tax) Interest


NCF = Rp1.600.000 + Rp1.000.000 + {(1-0,20) Rp1.000.000}
NCF = Rp2.600.000 + {(0,80) Rp1.000.000}
NCF = Rp3.400.000
Metode Penilaian Usulan Investasi
Terdapat beberapa metode untuk menilai kelayakan dari suatu usulan
proyek investasi, diantaranya :
 Payback Period (PBP)
 Net Present Value (NPV)
 Internal Rate of Return (IRR)

1. Payback Period (PBP)


Payback Period (PBP) adalah periode waktu yang diperlukan untuk
menutup kembali seluruh investasi awal yang dikeluarkan dengan
menggunakan arus kas masuk yang diperoleh dari proyek tsb.

2. Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) merupakan metode yang didasarkan pada arus
kas yang didiskonto (discounted cash flow).

3. Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat diskonto yang
menghasilkan NPV=0. Untuk mengetahui nilai IRR dapat dihitung dengan
cara trial and error.
Contoh :
Terdapat usulan investasi yang bersifat mutually exclusive. Mutualy
exclusive project adalah proyek yang jika dipilih akan menyebabkan
ditolaknya alternative Proyek yang lain.
Berdasarkan tabel arus kas dari 3 proyek dibawah ini, hitunglah berapa
lama investasi proyek dapat kembali dengan menggunakan metode
payback period, discounted payback period (DPBP), net present value
(NPV) dan IRR dan pilihlah manakah proyek yang harus dipilih !

Tabel 1, Arus Kas Proyek A, B dan C


Tahun A B C PVIF (10%)
0 Rp-1.500 Rp-1.500 Rp-1.500 1,00
1 150 150 300 0,909
2 1.350 300 450 0,826
3 150 450 750 0,751
4 -150 600 750 0,683
5 -600 1.875 900 0,621
Jawab:
1. Payback Period
Payback Period untuk ketiga proyek investasi sbb:
 Proyek A :
Arus kas = 150+1350 = 1500 , artinya waktu yang diperlukan untuk
menutup investasi selama 2 tahun.
 Proyek B :
Arus kas = 150+300+450+600 = 1500 , artinya waktu yang diperlukan
untuk menutup investasi selama 4 tahun.
 Proyek C
Arus kas = 300+450+750 = 1500 , artinya waktu yang diperlukan untuk
menutup investasi selama 3 tahun.

Kesimpulan :
Karena ketiga proyek bersifat mutually exclusive, maka proyek
yang dipilih adalah proyek yang memiliki payback period paling
pendek yaitu Proyek A (2 tahun).
Kelemahan metode payback period :
 Tidak mempertimbangkan semua cash flows, akibatnya arus kas
negatif yang terjadi pada dua tahun terakhir untuk proyek A
diabaikan (lihat tabel 1)
 Tidak mempertimbangkan konsep nilai waktu uang, hal ini berarti
arus kas yang dihasilkan setiap tahunnya tidak di-discount, padahal
arus kas tertentu pada tahun pertama nilainya lebih besar dari arus
kas yang sama pada tahun berikutnya.
 Kelemahan kedua dari payback period dapat diatasi dengan
menerapkan metode discounted payback period (DPBP).
Tabel 2. Contoh Perhitungan DPBP Pada Proyek C :
Tahun Cash Flow C PVIF (10%) Present Cumulative
Value PV
0 Rp-1.500 1,00 Rp-1.500 Rp-1.500
1 300 0,909 273 -1.227
2 450 0,826 372 -855
3 750 0,751 563 -292
4 750 0,683 512 +220
5 900 0,621 559 +779
Kesimpulan:
Pada perhitungan Discounted Payback Period (DPBP) pada tabel 2 dapat diketahui
bahwa investasi proyek C akan dapat kembali balik modal pada tahun ke-4, dengan
perhitungan sbb:
Arus Kas Present Value = 273 + 372 + 563 + 512 = 1.720
Selain perhitungan PV, dapat juga dilihat cumulative value yang bertanda
positif dapat dilihat mulai tahun ke-4, artinya investasi proyek C akan balik
modal pada tahun ke-4.
Dengan cara yang sama, maka perhitungan Discounted Payback Period (DPBP)
pada proyek A, sbb:
Tahun Cash Flow A PVIF (10%) Present Value Cumulative PV
0 Rp-1.500 1,00 Rp-1.500 Rp-1.500
1 150 0,909 136,35 -1.364
2 1.350 0,826 1115,1 -249
3 150 0,751 112,65 -136
4 -150 0,683 -102,45 -238
5 -600 0,621 -372,6 -611
Kesimpulan:
Arus kas pada Proyek A selama 5 tahun belum dapat menutup modal yang
digunakan untuk investasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai cumulative PV yang
semuanya bernilai negatif.
Dengan cara yang sama, maka perhitungan Discounted Payback Period (DPBP) pada
proyek B, sbb:
Tahun Cash Flow B PVIF (10%) Present Value Cumulative PV
0 Rp-1.500 1,00 Rp-1.500 Rp-1.500
1 150 0,909 136,35 -Rp1.364
2 300 0,826 247,8 -Rp1.116
3 450 0,751 337,95 -Rp 778
4 600 0,683 409,8 -Rp 368
5 1.875 0,621 1164,375 Rp 796
Kesimpulan:
Investasi pada Proyek B baru dapat balik modal pada tahun ke-5. Hal ini dibuktikan
dengan nilai cumulative PV bernilai positif pada tahun ke-5 atau dengan
menggunakan perhitungan PV = 136,35 + 247,8 + 337,95 + 409,8 + 1164,375 =
Rp2.296,275

Kesimpulan umum : dengan menggunakan metode Discounted Payback Period


(DPBP), maka proyek yang sebaiknya dipilih adalah proyek C karena memiliki
jangka waktu pengembalian modal paling pendek yaitu selama 4 tahun.
b. Net Present Value (NPV)
NCF1 NCF2 NCFn
NPV  {   ... }  I0
(1  k )1 (1  k )2 (1  k )n

Net Present Value (NPV) Proyek A


Tahun Cash Flow A PVIF PV
0 Rp-1.500 1,00 Rp-1.500
1 150 0,909 136,35
2 1.350 0,826 1115,1
Dijumlah
3 150 0,751 112,65
4 -150 0,683 -102,45
5 -600 0,621 -372,6
NPV Rp-611
Net Present Value (NPV) Proyek B
Tahun Cash Flow B PVIF (10%) Present Value
0 Rp-1.500 1,00 Rp-1.500
1 150 0,909 136,35
2 300 0,826 247,8
Dijumlah
3 450 0,751 337,95
4 600 0,683 409,8
5 1.875 0,621 1164,375
NPV Rp796,28
Net Present Value (NPV) Proyek C
Tahun Cash Flow C PVIF (10%) Present Value
0 Rp-1.500 1,00 Rp-1.500
1 300 0,909 273
2 450 0,826 372
Dijumlah
3 750 0,751 563
4 750 0,683 512
5 900 0,621 559
NPV 779
Kesimpulan :
NPV Proyek A = Rp-611
NPV Proyek B = Rp796,28
NPV Proyek C = Rp779
Menurut kriteria NPV, suatu usulan proyek investasi dinyatakan layak
diterima jika nilai nilai NPV ≥ 0, apabila NPV ≤ 0 maka usulan investasi
tidak layak dilaksanakan. Pada perhitungan NPV, usulan proyek B dan
C layak untuk dilaksanakan namun karena proyek merupakan mutually
exclusive, maka proyek yang harus dipilih untuk dikerjakan adalah
proyek B karena memiliki nilai NPV yang lebih besar yaitu sebesar
Rp796,28.
IRR (Internal Rate of Return)
NCF1 NCF2 NCFn
NPV  {   ... }  I0
(1  IRR )1 (1  IRR )2 (1  IRR )n

Menurut metode IRR (Internal Rate of Return), suatu proyek dinyatakan layak
untuk diterima jika IRR ≥ Cost of Capital. Misalkan, apabila proyek A, B dan C
memakan biaya modal sebesar 10%, maka hitunglah IRR proyek A, B dan C !
Jawab:
Menentukan IRR dengan metode trial and error
Misalnya dicoba IRR = 25,4% untuk proyek C, maka present value dari arus
kas proyek sbb:
Tahun Cash Flow C PVIF (25,4%) Present Value (25,4%)
0 Rp-1.500 1,00 Rp-1.500
1 300 0,797448 239,2344
2 450 0,635924 286,1656
3 750 0,507116 380,3371
4 750 0,404399 303,2991
5 900 0,322487 290,2384
NPV -0,72541
Pada perhitungan PV pada proyek C, dapat diketahui bahwa NPV = -0,72541
mendekati nilai nol dengan IRR sebesar 25,4%, yang dimana IRR lebih besar
dari Cost of Capital sebesar 10%. Oleh karena itu proyek C dinilai layak untuk
dikerjakan.

Dengan cara yang sama dapat dihitung NPV proyek B dengan metode coba-
coba IRR sebesar 23%.
Tahun Cash Flow B PVIF (23%) Present Value 23%
0 Rp-1.500 1,00 Rp-1.500
1 150 0,813008 121,9512
2 300 0,660982 198,2947
3 450 0,537384 241,8228
4 600 0,436897 262,1385
5 1.875 0,355201 666,0023
NPV -9,79058
Pada perhitungan PV pada proyek B, dapat diketahui bahwa NPV = -9,79
mendekati nilai nol dengan IRR sebesar 23%, yang dimana IRR lebih besar dari
Cost of Capital sebesar 10%. Oleh karena itu proyek B dinilai layak untuk
dikerjakan.
Dengan cara yang sama dapat dihitung NPV proyek A dengan metode coba-
coba IRR sebesar -200%.
Tahun Cash Flow A PVIF (-200%) Present Value
0 Rp-1.500 -1 Rp-1.500
1 150 1 -150
2 1.350 -1 1350
3 150 1 -150
4 -150 -1 -150
5 -600 -1 600
NPV 0
Pada perhitungan PV pada proyek A, dapat diketahui bahwa NPV = 0 dengan
IRR sebesar -200%, yang dimana IRR lebih kecil dari Cost of Capital sebesar
10%. Oleh karena itu proyek A dinilai tidak layak untuk dikerjakan.
Kesimpulan:
IRR proyek A = -200%
IRR proyek B = 23%
IRR proyek C = 25,4%
Dikarenakan proyek bersifat mutually exclusive, maka proyek yang harus dipilih
untuk dikerjakan adalah proyek dengan IRR terbesar yaitu proyek C (25,4%)
Latihan Soal:
Berdasarkan tabel arus kas dari 3 proyek dibawah ini, hitunglah berapa
lama investasi proyek dapat kembali dengan menggunakan metode
payback period, discounted payback period (DPBP) dan net present
value (NPV) lalu pilihlah manakah proyek yang harus dipilih (mutually
exclusive) !

Arus Kas Proyek X, Y dan Z


Tahun x y x PVIF (12%)
0 -Rp10.000 -Rp10.000 -Rp10.000
1 1.500 1.000 -2.000
2 2.500 2.000 -3.000
3 3.500 3.500 5.000
4 6.000 3.000 8.000
5 6.500 2.000 7.000

Anda mungkin juga menyukai