Anda di halaman 1dari 29

ANALISA FILM “THE REVENANT” MELALUI PENDEKATAN

CRITICAL THEORY

Ditulis sebagai tugas UTS FV 351 Moving Image Theory

Felix

00000027967

UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA

TANGERANG

2020
Sinopsis Film “The Revenant”

Pada tahun 1823, ada sekelompok pemburu yang dipimpin oleh seorang pria bernama
Hugh Glass. Di dalam kelompok pemburu itu, Hugh Glass menyertakan anaknya untuk ikut ke
dalam kelompok itu. Pada suatu ketika, Hugh dan putranya yang memiliki setengah keturunan
Pawnee, Hawk sedang berburu di tengah hutan, tiba-tiba perkemahan mereka di serang oleh
suku Arikara.

Akibat penyerangan tersebut, banyak dari rombongan Hugh tewas dan luka-luka parah,
sehingga rombongan Hugh yang selamat kemudian melarikan diri dari area tersebut. Pada saat
menentukan tempat tujuan mereka, timbul beberapa perdebatan antara Hugh dan anggota
rombongannya yang bernama John Fitzgerald. Perdebatan itu membuat suasana di rombongan
makin tidak enak.

Perdebatan itu berakhir dengan menemukan tujuan untuk rombongan itu, yaitu ke hilir.
Namun diperjalanan ke Hilir sangat rentan diserang oleh musuh, mereka berhenti sebentar di
Fort Kiowa untuk menyembunyikan hasil buruan mereka yaitu Kulit Binatang, agar mereka lebih
leluasa untuk berjalan menuju tujuan mereka.

Pada pemberhentian pertama mereka pada saat menuju ke hilir, Hugh pergi keluar dari
rombongan sebentar untuk menenangkan diri akibat perdebatan yang dimulai oleh John
Fitzgerald. Pada saat sedang sendiri, Hugh diserang oleh beruang grizzly yang menyebabkan
dirinya terluka parah dan membuatnya hampir tewas. Hugh ditemukan oleh Hawk dan Hawk
langsung membawa Hugh kepada rombongan.

Seluruh rombongan bersedia untuk merawat Hugh dan membopongnya di dalam


rombongan, namun John Fitzgerald kurang setuju dengan hal tersebut. Namun, setelah berdebat
dengan Andrew Henry, John Fitzgerald bersedia untuk membopong Hugh yang sudah terluka
parah. Andrew bersikeras untuk tetap membawa Hugh pulang karena Hugh lah yang telah
membawa kelompok ekspedisi ini berhasil mendapat hasil buruan.
Tibalah dimana saat rombongan beristirahat. John bersikeras untuk melakukan tindakan
euthanasia kepada Hugh, karena dia sudah tidak kuat lagi untuk membopong Hugh karena
jalanan yang dilewati sangatlah ekstrem dan serangan dari suku Arikara yang bisa datang kapan
saja. Andrew setuju akan hal tersebut karena ia melihat banyak anggota rombongan yang sudah
tidak kuat lagi, namun ia tidak mau menarik pelatuknya.

Maka dari itu sebagai gantinya, Andrew bersedia untuk memberikan upah tambahan
kepada orang yang bersedia tinggal dengan Hugh, sementara rombongan lain mencari bantuan.
Sukarelawan yang bersedia adalah Hawk, Jim Bridger dan John Fitzgerald. Motivasi John untuk
tinggal bersama Hugh adalah karena ia ingin mendapatkan upah tambahan dari kerugian kulit
hasil buruan mereka yang ditinggal di Fort Kiowa, karena John berfikir sudah mustahil untuk
mendapatkannya kembali.

Setelah rombongan yang lain pergi untuk mencari bantuan, Hawk dan Jim pergi untuk
mencari kayu bakar untuk menghangatkan diri mereka. Hanya tertinggal John dan Hugh yang
ada di perkemahan mereka. Muncul ide jahat John untuk membunuh Hugh. Pada saat John
mencekik Hugh, Hawk mengetahuinya. Hawk mencoba untuk menghentikan tindakan John
tersebut.

John menikam Hawk sampai tewas, Hugh yang tidak berdaya menyaksikan anaknya
dibunuh oleh John. Setelah beberapa saat, Jim kembali ke perkemahan dan bingung karena ia
tidak melihat Hawk. John mengalihkan pembicaraannya dengan Jim, ia berkata bahwa ia
merasakan keberadaan suku Arikara di sekitar kemah mereka. John mengajak Jim meninggalkan
Hugh di kemah dan mereka melarikan diri.

Jim yang panik dan takut, menerima tawaran dari John untuk meninggalkan kemah.
Namun muncul kecurigaan Jim kepada John, namun John mengancam akan meninggalkan Jim
ditengah jalan apabila terus menanyakan keberadaan Hawk. Di tengah perjalanan, John dan Jim
bertemu dengan Andrew di Fort Kiowa. John memberi tahu kepada mereka bahwa Hugh telah
meninggal dan putranya Hawk telah Hilang.
Hugh yang telah sadar dari pingsannya dipenuhi oleh rasa balas dendam kepada John.
Hugh memulai perjalanannya yang sulit dengan kondisi tubuh yang penuh luka berat. Di tengah
perjalanan, ia melakukan operasi dirinya sendiri dan sering kali menghindari serangan dari suku
Arikara yang sedang mencari seorang putri kepala suku yang diculik. Di tengah perjalanannya,
Hugh bertemu dengan seorang suku Pawnee bernama Hikuc.

Awalnya Hugh mengira bahwa ia akan dibunuh oleh Hikuc, namun tidak, melainkan
Hikuc bersedia membawa Hugh berkelana dengannya dan sebelum itu mereka berdua makan
bersama daging Bison yang dibunuh oleh Hikuc. Hugh menceritakan kisahnya tentang anaknya
yang dibunuh oleh teman rombongannya dan ia hendak membalaskan dendamnya. Hikuc
memberitahu kepada Hugh apabila balas dendam itu ada di tangan sang pencipta.

Setelah mereka berdua makan, mereka melakukan perjalanan naik kuda milik Hikuc. Di
tengah perjalanan, badai salju datang. Hikuc bergegas membuat tenda dari pohon untuk
melindungi dirinya dan Hugh.

Setelah badai berlalu, Hugh bangun dan ia sendirian di tenda tersebut, ia berjalan keluar
dan menemukan bahwa Hikuc telah digantung oleh para pemburu dari Prancis. Kemudian, Hugh
menyusup ke perkemahan pemburu tersebut dan Hugh melihat bahwa para pemburu tersebut
sedang memperkosa putri dari suku Arikara, Powaqa.

Hugh berniat membantu Powaqa untuk melarikan diri, pada saat hendak melarikan diri,
Hugh membunuh 2 pemburu tersebut dan Hugh mengambil kuda para pemburu tersebut. Hugh
tidak sengaja meninggalkan botol minumnya di kemah pemburu Prancis tersebut.

Esok harinya, Hugh disergap lagi oleh suku Arikara sehingga Hugh jatuh ke tebing
bersama kudanya. Ia berhasil selamat namun kudanya tidak selamat. Malam hari tiba, badai pun
datang, Hugh mencari cara untuk bertahan dari badai tersebut. Ia akhirnya mengiris perut kuda
nya dan masuk ke dalam perut kudanya untuk bertahan dari badai tersebut. Hugh semakin dekat
dengan Fort Kiowa.
Seorang pemburu dari Prancis tiba di Fort Kiowa dengan membawa botol minum milik
Hugh yang terjatuh di perkemahan mereka. Jim mengenali botol tersebut dan menyadari bahwa
Hugh masih hidup. Andrew mengetahui hal tersebut langsung bergegas membentuk tim
pencarian Hugh. John yang menyadari hal tersebut segera mengosongkan brankas pos keamanan
dan hendak melarikan diri.

Tim pencarian menemukan Hugh yang terlihat kelelahan dan berantakan. Andrew marah
besar dan memerintahkan para anggotanya untuk memenjarakan Jim. Namun, Jim diselamatkan
oleh Hugh karena Hugh tau bahwa Jim telah ditipu oleh John dan John lah yang telah membunuh
anaknya, Hawk. Andrew marah besar dan ingin mencari John.

Namun timbul perdebatan antara Hugh dan Andrew, bahwasannya Hugh ingin ia sendiri
yang mengejar John dan ingin membalaskan dendam anaknya, namun Andrew tidak setuju
karena melihat kondisi Hugh yang sekarang. Namun, mereka menemukan titik tengahnya bahwa
mereka berdua akan pergi mencari John Fitzgerald.

John dan Andrew pun berangkat mengejar John. Di tengah perjalanan John dan Andrew
sengaja berpisah agar lebih efektif dalam pengejarannya. Namun sangat disayangkan John
berhasil membunuh Andrew pada saat berpisah dengan Hugh. Hugh mengetahui hal tersebut dan
menggunakan mayat Andrew di atas kudanya sebagai umpan.

Dan Hugh berhasil menembak lengan John. Hugh kemudian kembali mengejar John ke
tepi sungai. Di tepi sungai mereka melakukan pertarungan yang dramatis dan brutal. Tibalah
disaat Hugh sudah selangkah lagi membunuh John. Hugh melihat rombongan suku Arikara di
seberang sungai, dan ia teringat perkataan Hikuc tentang balas dendam di tangan sang pencipta.

Hugh mendorong John ke seberang sungai dan suku Arikara membunuh John dengan
brutal dan sadis. Kemudian suku Arikara menghindari Hugh, dan Hugh pun berjalan mundur ke
pegunungan tempat dimana ia bertemu dengan roh istrinya. Kemudian cerita balas dendam
inipun selesai.
Critical Theory / Teori Kritis

Teori Kritis hadir bermula dari pemikiran dalam tulisan Kant, Hegel, dan Marx. Dan,
Teori Kritis ini juga bermula dari Max Horkheimer di Frankfurt School of Social Science pada
tahun 1937 melalui essai mengenai Traditional dan Critical Theory.

Kemudian, teori ini semakin dipopulerkan kembali oleh Mazhab Frankfurt, yaitu Max
Horkheimer, Theodor Adorno, Walter Benjamin, Herbert Marcuse, dan Jurgen Habermas. Teori
ini muncul sebagai kritik keras terhadap ilmu pengetahuan yang dipengaruhi oleh aliran
positivism dan juga aliran neorealism.

Teori Kritis, kata ‘Kritis’ mengambil dasar dari Marxisme dan membawa perubahan
terhadap cara berfikir manusia. Kritis artinya peka terhadap realitas, disiplin dalam menjalankan
kritik dan curiga terhadap pembenaran.

“Fakta-fakta yang disampaikan akal kita kepada kita secara sosial dibentuk sebelumnya
dalam dua cara: melalui karakter historis objek yang dirasakan dan melalui karakter historis
organ penglihatan”- Horkheimer [1937] dalam Ingram dan Simon-Ingram 1992, hal. 242.

Teori kritis dikembangkan oleh para pemikir seperti Mark Horkheimer, Theodore
Adorno, Herbert Marcuse, dan para koleganya yang berkarya di bawah payung Frankfurt
Institute for Social Research tahun 1923 ( Farrel & Aune,1979: 93-120).

Kelompok pakar ini semula berpedoman pada prinsip-prinsip Marxist, meskipun tidak
satupun dari mereka ini yang memiliki afiliasi dengan partai politik apa pun, dan karyanya lebih
bersifat keilmiahan ketimbang sebuah gerakan.

Istilah teori kritis pertama kali ditemukan Max Hokheimer pada tahun 30-an. Awalnya
teori kritis berarti pemaknaan kembali gagasan-gagasan ideal modernitas berkaitan dengan nalar
dan kebebasan. Pemaknaan ini dilakukan dengan mengungkap deviasi dari gagasan-gagasan
ideal tersebut dalam bentuk saintisme, kapitalisme, industri kebudayaan, dan institusi politik
borjuis.
Untuk memahami pendekatan teori kritis, tidak bisa tidak, harus menempatkannya dalam
konteks Idealisme Jerman dan kelanjutannya. Karl Marx dan generasinya menganggap Hegel
sebagai orang terakhir dalam tradisi besar pemikiran filosofis yang mampu ”mengamankan”
pengetahuan tentang manusia dan sejarah.

Namun, karena beberapa hal, pemikiran Marx mampu menggantikan filsafat teoritis
Hegel. Menurut Marx, hal ini terjadi karena Marx menjadikan filsafat sebagai sesuatu yang
praktis; yakni menjadikannya sebagai cara berpikir (kerangka pikir) masyarakat dalam
mewujudkan idealitasnya.

Dengan menjadikan nalar sebagai sesuatu yang ’sosial’ dan menyejarah, skeptisisme
historis akan muncul untuk merelatifkan klaim-klaim filosofis tentang norma dan nalar menjadi
ragam sejarah dan budaya forma-forma kehidupan. Dan dapat diartikan sebagai teori yang
menggunakan metode reflektif dengan melakukan kritik secara terus-menerus terhadap tatanan
atau institusi sosial, politik atau ekonomiyang ada.

Teori kritis menolak skeptisisme dengan tetap mengaitkan antara nalar dan kehidupan
sosial. Dengan demikian, teori kritis menghubungkan ilmu-ilmu sosial yang bersifat empiris dan
interpretatif dengan klaim-klaim normatif tentang kebenaran, moralitas, dankeadilanyang secara
tradisional merupakan bahasan filsafat.

Dengan tetap memertahankan penekanan terhadap normativitas dalam tradisi filsafat,


teori kritis mendasarkan cara bacanya dalam konteks jenis penelitian sosial empiris tertentu,
yang digunakan untuk memahami klaim normatif itu dalam konteks kekinian.

Tujuan teorikritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong


kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara
mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang
ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.

Ciri khas Teori Kritis tidak lain ialah bahwa teori ini tidak sama dengan pemikiran
filsafat dan sosiologi tradisional. Singkatnya, pendekatan teori ini tidak bersifat kontemplatif
atau spektulatif murni. Pada titik tertentu, ia memandang dirinya sebagai pewaris ajaran Karl
Marx, sebagai teori yang menjadi emansipatoris.
Selain itu, tidak hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata
realitas sosial tapi juga bahwa teori tersebut mau mengubah. Pada dasarnya, esensi Teori Kritis
adalah konstruktivisme, yaitu memahami keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik sebagai
bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah memiliki karakter
politis, terkait dengan kehidupan sosial dan politik.

Macam teori Kritis, antara lain yang pertama adalah Marxisme. `Marxisme dianggap
sebagai dasar pemikiran dari semua teori-teori yang ada dalam tradisi kritis. Marxiesme berasal
dari pemikiran Karl Marx, seorang ahli filsafat, sosiologi dan ekonomi dan Friedrich Engels,
sahabatna.

Marxisme beranggapan bahwa sarana produksi dalam masyarakat bersifat terbatas.


Ekonomi adalah basis seuruh kehidupan sosial. Saat ini, kehidupan sosial dikuasai oleh
kelompok kapitalis, atau sistem ekonomi yang ada saat ini adalah sistem ekonomi kapitalis.
Dalam masyarakat yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis, profit merupakan faktor yang
mendorong proses produksi, dan menekan buruh atau kelas pekerja.

Hanya dengan perlawanan terhadap kelas dominan (pemilik kapital) dan menguasai alat-
alat produksi, kaum pekerja dapat memperoleh kebebasan. Teori Marxist klasik ini dinamakan
’The Critique of Political Economy’ (kritik terhadap Ekonomi Politik).

Marx ingin membangun suatu filsafat praxis yang benar-benar dapat menghasilkan
kesadran untuk merubah realitas, pada saat Marx hidup, yakni masyarakat kapitalis berkelas dan
bercirikan penghisapan. Teori Marx meletakkan filsafat dalam konteks yang historis, sosiologis
dan ekonomis.

Teori Marx bukan sekedar analisa terhadap masyarakat. Teori Marx tidak bicara eonomi
semata tetapi ”usahanya untuk membuka pembebasan manusia dari penindasan kekuatan-
kekutan ekonomis”. Menurut Marx, dalam sistem ekonomi kapitalis yang mengutamakan profit,
masing-masing kapitalis beruang mati-matian untuk mengeruk untuk sebanyak mungkin. Jalan
paling langsung untuk mencapai sasaran itu adalah dengan penghisapan kerja kaum pekerja.
Namun kaum pekerja lama-lama memiliki kesadaran kelas dan melawan kaum kapitalis.
Yang akan terjadi menurut ramalan Marx adalah penghisapan ekonomi dengan cara
penciptaan kebutuhan-kebutuhan artifisial (palsu) lewat kepandaian teknologi kaum kapitalis.
Oleh karena itu kaum kapitalis monopolis ditandai dengan kemajuan teknologi yang luar biasa.
Dengan difasilitasi teknologi, tidak lagi terjadi penghisapan pekerja oleh majikan di sebuah
perusahaan, tetapi penghisapan ekonomi ”si miskin” oleh ”si kaya” di luar jam kerja, di luar
institusi ekonomi.

Kapitalisme dapat menimbun untung karena nilai yang diberikan oleh tenaga kerja
secara gratis, di luar waktu yang sebenarnya diperlukan untuk memproduksi suatu pekerjaan,
Inilah salah satu kritik ekonomi politik kapitalisme Marx.

Macam teori kritis yang kedua adalah, Frankfurt School. Frankfurt School atau Sekolah
Frankfurt merupakan aliran atau mazhab yang secara sederhana sering dipahami sebagai ”aliran
kritis”. Teori-teori kritis banyak dikembangkan oleh akademisi dengan meninggalkan ajaran asli
Marxisme, namun perlawanan terhadap dominasi dan penindasan tetap menjadi ciri khas.

Teori-teori kritis ini sering disebut neo marxist (amarxisme baru) atau marxist (denan m
kecil). Farnkfurt School berasal dari pemikiran sekelompok ilmuwan German di bidang filsafat,
sosiologi dan ekonomi yang tergabung ”the Institute for Sosial Research” yang didirikan di
Frankfurt, Jerman pada tahun 1923.

Anggota-anggotanya antara lain : Max Horkheimer, Theodor Adorno dan Hebert Macuse.
Frankfurt School diilhami ajaran Karl Marx, namun sekaligus melampui dan meninggalkan
ajaran Marx secara baru dan kreatif. Cara pemikiran Sekolah Frankfurt mereka sebut sendiri
sebagai ”Teori Kritik Masyarakat”.

Teori Kritis memandang diri sebagai pewaris cita-cita Karl Marx, sebagai teori yang
emansipatoris. Teori Kritis tidak hanya menjelaskan tetapi mengubah pemberangusan manusia.
Maksud teori itu adalah membebaskan manusia dari pemanipulasian para teknokrat modern.
(Sindhunata, 1983 : xiii).
Teori Kritik Masyarakat pada hakekatnya mau menjadi ”Aufklarung”. Aufklarung berarti
mau membuat cerah, mau mengungkap segala tabir yang menutup tabir, yang menutup
kenyataan yang tak manusiawi terhadap kesadaran kita. Teori Kritik Masyarakat
mengungkapkan apa yang dirasakan oleh kelas-kelas tertindas, sehingga kelas-kelas ini
menyadari ketertindasannya dan memberontak.

Dalam Frankfurt School dikeal nama Jurgen Habermas, murid termasyhur Theodor W.
Adorno, yang membaharui Teori Kritis secara fundamental. Pokok pembaharuannya tersebut
adalah : 1. Bila ajaran Marx menganggap basik seluruh kehidupan adalah ekonomi dan bekerja
adalah aktivitas pokok manusia, maka menurut Habermas pekerjaan hanya salah satu tindakan
dasar manusia saja. 2.

Di samping pekerjaan masih terdapat tindakan yang sama dasariah, yaitu interaksi atau
komunikasi antarmanusia, Dalam konteks kedua ini kemudian nama Jurgen Habermas menjadi
sangat terkenal di kalangan akademisi komunikasi. Menurut Habermas penidasan tidak dapat
bersifat total, tetapi masih ada tempat di mana manusia dapat mengalami ide kebebasan,
sehingga selalu masih ada tempat berpijak untuk menentang penindasan. Tempat itu adalah
komunikasi.

Temuan Habermas bahwa komunikasi adalah ”tempat ide kebebasan” dijelaskan Suseno
sebagai berikut : ”Habermas memperlihatkan bahwa komunikasi tidak mungkin tanpa adanya
kebebasan, Kita dapat saja dipaksa atau didesak untuk mengatakan ini atau itu, tetapi kita tak
pernah dapat dipaksa untuk mengerti. Manangkap maksud orang lain pun tak pernah dapat
dipaksakan.

Begitu pula orang tak dapat dipaksa menyadari suatu kebenaran, untuk menyetujui suatu
pendapat dalam hati, atau untuk mencinta seseorang. Dalam pengalaman komunikasi sudah
tertanam pengalaman kebebasan”. (Sindhunata, 1983 : xxiii).
Selanjutnya macam teori kritis yang ketiga adalah, Postmodernisme. Postmodernisme
adalah paham yang menolak bahwa proyek pencerahan yang dijanjikan moderenitas. Menurut
penganut posmodernisme, modernitas yang ditandai dengan munculnya masyarakat industri dan
banyaknya informasi telah memanipulasi berbagai hal termasuk pengetahuan. Beberapa tokoh
postmodernisme adalah Jean Fracois Lyotard, berpendapat bahwa postmodernime menolak janji
besar modernisme, bahwa modernisme membawa kemauan masyarakat.

Jean Baurillard, berpendapat bahwa dalam modernisme, realitas dan cerita tdak dapat
dibedakan. Maka budaya dalam masyarakat modern tidak dapat dipercaya karena merupakan
realitas artifisal atau realitas palsu. Misal : dengan kemauan teknologi, lukisan asli tidak dapat
dibedakan dengan lukisan pasu.

Bahkan kadang yang palsu lebih bagus dari yang asli. Postsrukturalis : adalah salah satu
cabang postmodernisme yang secara khusus menolak makna-makna tanda yang sudah terstruktur
dalam pola pikir masyarakat. Setiap orang bebas menafsirkan makna tanda yang ditemui. Roland
Barthes tentang semiotika adalah salah satu contoh. Postkolonialisme : juga merupakan salah
satu anak cabang postmodernisme, tetapi yang secara khusus mempelajari budaya-budaya yang
ada saat ini sebagai akibat proses penjajahan masa lalu.

Macam teori kritis yang kelima adalah Kajian Budaya. Teori-teori dalam Kajian Budaya
berminat dalam mempelajari budaya-budaya yang terpinggirkan oleh ideologi-ideologi dominan
yang hidup pada sebuah budaya. Fokus Kajian Budaya adalah perubahan sosial, yaitu munculnya
atau diakuinya budaya-budaya yang termarginalkan tersebut.

Ini yang membedakan dengan Frankfur School yang melawan dominasi untuk merebut
kekuasaan dalam masyarakat. ”Arena bermain” Kajian Budaya antara lain : ras, gender, usia.
Kajian Budaya merupakan sebuah bidang studi interdisipliner. Kajian Budaya diakui sebagai
bidang studi secara resmi, ditandai dengan munculnya ”the Centre for Contempory Cultural
Studies” di Birmingham, Inggris tahun 1964.

Salah satu teori atau konsep baru postmodern khususnya postkolonialisme dan juga dapat
dikategorikan sebagai kajian Budaya adalah : Teori Identitas Budaya yang dibuat Stuart Hall.
Teori ini menolak identitas Afrika (orang-orang kulit hitam) seperti yang diberikan oleh Eropa
(orang-orang kulit putih).
Macam teori kritis yang terakhir adalah Feminisme. Studi feminisme adalah label
”generik” bagi studi yang menggali makna penjenis kelaminan (gender) dalam masyarakat.
Perumus-perumus teori feminisme mengamati bahwa banyak aspek dalam kehidupan memiliki
makna gender.

Gender adalah konstrusi sosial yang meskipun bermanfaat, tetapi telah didominasi oleh
bias laki-laki dan merugikan wanita. Teori Feminisme bertujuan untuk terjadina kesetaraan
antara laki-laki dan wanita di dunia.

Teori kritis menolak skeptisisme dengan tetap mengaitkan antara nalar dan kehidupan
sosial. Dengan demikian, teori kritis menghubungkan ilmu-ilmu sosial yang bersifat empiris dan
interpretatif dengan klaim-klaim normatif tentang kebenaran, moralitas, dankeadilanyang secara
tradisional merupakan bahasan filsafat.

Dengan tetap memertahankan penekanan terhadap normativitas dalam tradisi filsafat,


teori kritis mendasarkan cara bacanya dalam konteks jenis penelitian sosial empiris tertentu,
yang digunakan untuk memahami klaim normatif itu dalam konteks kekinian. Dalam
perkembangannya, terdapat banyak tokoh dengan karakteristik pola teori kritis yang berbeda-
beda, yang masing-masing dipengaruhi oleh keadaan zamannya seperti yang telah di jelaskan di
atas.

Teori Kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif
pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun intitusional.
Analisis kritis menekankan pada konstelalsi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan
reproduksi makna. Aliran teori kritis bisa disebut ideologically oriented inquiry, yaitu suatu
wacana atau cara pandang terhadap realitas yang mempunyai orientasi ideologis terhadap paham
tertentu.
Kritik merupakan konsep kunci untuk memahami teori kritis. Teori ini dikembangkan
oleh Mahzab Frankfrut. Konsep kritik dari mahzab ini banyak berkaitan dengan konsep kritik
para filsuf, seperti Immanuel Kant, Hegel, dan Marx.

Immanuel Kant mempertanyakan kemampuan dan batas-batas rasio dalam proses


pengetahuan. Sebelumnya rasio yang terdiri dari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sangat
berpengaruh terhadap perkembangan pengetahuan, kemudian Kant mempertanyakan dengan cara
apa dan bagaimana rasio itu sampai memiliki konsep dan prinsip.

Selanjutnya, lebih jauh, Kant mempertanyakan kebenaran pengetahuan yang hanya


berdasar pada rasio. Teori kritik Hegel berbeda dengan Kant, Hegel memaknai teori kritiknya
sebagai refleksi diri atas rintangan-rintangan, tekanan-tekanan, dan kontradiksi yang
menghambat proses pembentukan diri dari rasio dalam sejarah.

Kritik dapat juga berarti refleksi atas proses menjadi sadar atau refleksi atas asal-usul
kesadaran manusia. Bagi Hegel, hubungan antara individu dan dunia eksternal ini dibuat secara
historis dan bergantung pada jangka waktu kehidupan seseorang.

Marx memandang bahwa teori kritik Hegel masih kabur dan membingungkan karena
Hegel memahami sejarah secara abstrak. Marx menegaskan bahwa yang dimaksud sejarah
adalah sejarah perkembangan alat-alat produksi dan sejarah hubungan-hubungan produksi.
Sejarah manusia dikembangkan berdasarkan pada alat apa yang digunakan untuk memproduksi
kebutuhan hidup manusia.

Oleh karena itu ia juga menganggap bahwa gerak sejarah bisa ditentukan oleh orang yang
memiliki dan mengendalikan alat produksi. Hubungan produksi diartikan Marx sebagai
hubungan kekuasaan antara pemilik modal dan kaum buruh. Kritik Marx juga banyak
dipengaruhi oleh pengematannya terhadap sistem kapitalis yang menggunakan kaum buruh
untuk melakukan proses produksi tetapi imbalan yang diterima kaum buruh sangat berbeda jauh
dengan hasil yang diterima pemilik modal.
Keuntungan untuk pihak tertentu dan kerugian bagi pihak lain dalam hal yang sama.
Kritik dalam pemikiran Marx berarti usaha mengemansipasi diri dari penindasan dan alienasi
yang dihasilkan oleh hubungan –hubungan kekuasaan di dalam masyarakat. Kritik dalam
pengertian Marx berarti teori dengan tujuan emansipatoris, teori yang tidak hanya
menggambarkan sotuasi masyarakat namun juga membebaskannya.

Teori-teori kritis ini sering disebut neo marxist (amarxisme baru) atau marxist (denan m
kecil). Farnkfurt School berasal dari pemikiran sekelompok ilmuwan German di bidang filsafat,
sosiologi dan ekonomi yang tergabung ”the Institute for Sosial Research” yang didirikan di
Frankfurt, Jerman pada tahun 1923.

Anggota-anggotanya antara lain : Max Horkheimer, Theodor Adorno dan Hebert Macuse.
Frankfurt School diilhami ajaran Karl Marx, namun sekaligus melampui dan meninggalkan
ajaran Marx secara baru dan kreatif. Cara pemikiran Sekolah Frankfurt mereka sebut sendiri
sebagai ”Teori Kritik Masyarakat”.

Teori Kritis memandang diri sebagai pewaris cita-cita Karl Marx, sebagai teori yang
emansipatoris. Teori Kritis tidak hanya menjelaskan tetapi mengubah pemberangusan manusia.
Maksud teori itu adalah membebaskan manusia dari pemanipulasian para teknokrat modern.
(Sindhunata, 1983 : xiii).

Teori Kritik Masyarakat pada hakekatnya mau menjadi ”Aufklarung”. Aufklarung berarti
mau membuat cerah, mau mengungkap segala tabir yang menutup tabir, yang menutup
kenyataan yang tak manusiawi terhadap kesadaran kita. Teori Kritik Masyarakat
mengungkapkan apa yang dirasakan oleh kelas-kelas tertindas, sehingga kelas-kelas ini
menyadari ketertindasannya dan memberontak.

Dalam Frankfurt School dikeal nama Jurgen Habermas, murid termasyhur Theodor W.
Adorno, yang membaharui Teori Kritis secara fundamental. Pokok pembaharuannya tersebut
adalah : 1. Bila ajaran Marx menganggap basik seluruh kehidupan adalah ekonomi dan bekerja
adalah aktivitas pokok manusia, maka menurut Habermas pekerjaan hanya salah satu tindakan
dasar manusia saja. 2.

Di samping pekerjaan masih terdapat tindakan yang sama dasariah, yaitu interaksi atau
komunikasi antarmanusia, Dalam konteks kedua ini kemudian nama Jurgen Habermas menjadi
sangat terkenal di kalangan akademisi komunikasi. Menurut Habermas penidasan tidak dapat
bersifat total, tetapi masih ada tempat di mana manusia dapat mengalami ide kebebasan,
sehingga selalu masih ada tempat berpijak untuk menentang penindasan. Tempat itu adalah
komunikasi.

Temuan Habermas bahwa komunikasi adalah ”tempat ide kebebasan” dijelaskan Suseno
sebagai berikut : ”Habermas memperlihatkan bahwa komunikasi tidak mungkin tanpa adanya
kebebasan, Kita dapat saja dipaksa atau didesak untuk mengatakan ini atau itu, tetapi kita tak
pernah dapat dipaksa untuk mengerti. Manangkap maksud orang lain pun tak pernah dapat
dipaksakan.

Begitu pula orang tak dapat dipaksa menyadari suatu kebenaran, untuk menyetujui suatu
pendapat dalam hati, atau untuk mencinta seseorang. Dalam pengalaman komunikasi sudah
tertanam pengalaman kebebasan”. (Sindhunata, 1983 : xxiii).

Selanjutnya macam teori kritis yang ketiga adalah, Postmodernisme. Postmodernisme


adalah paham yang menolak bahwa proyek pencerahan yang dijanjikan moderenitas. Menurut
penganut posmodernisme, modernitas yang ditandai dengan munculnya masyarakat industri dan
banyaknya informasi telah memanipulasi berbagai hal termasuk pengetahuan. Beberapa tokoh
postmodernisme adalah Jean Fracois Lyotard, berpendapat bahwa postmodernime menolak janji
besar modernisme, bahwa modernisme membawa kemauan masyarakat.

Jean Baurillard, berpendapat bahwa dalam modernisme, realitas dan cerita tdak dapat
dibedakan. Maka budaya dalam masyarakat modern tidak dapat dipercaya karena merupakan
realitas artifisal atau realitas palsu. Misal : dengan kemauan teknologi, lukisan asli tidak dapat
dibedakan dengan lukisan pasu.
Bahkan kadang yang palsu lebih bagus dari yang asli. Postsrukturalis : adalah salah satu
cabang postmodernisme yang secara khusus menolak makna-makna tanda yang sudah terstruktur
dalam pola pikir masyarakat. Setiap orang bebas menafsirkan makna tanda yang ditemui. Roland
Barthes tentang semiotika adalah salah satu contoh. Postkolonialisme : juga merupakan salah
satu anak cabang postmodernisme, tetapi yang secara khusus mempelajari budaya-budaya yang
ada saat ini sebagai akibat proses penjajahan masa lalu.

Macam teori kritis yang kelima adalah Kajian Budaya. Teori-teori dalam Kajian Budaya
berminat dalam mempelajari budaya-budaya yang terpinggirkan oleh ideologi-ideologi dominan
yang hidup pada sebuah budaya. Fokus Kajian Budaya adalah perubahan sosial, yaitu munculnya
atau diakuinya budaya-budaya yang termarginalkan tersebut.

Ini yang membedakan dengan Frankfur School yang melawan dominasi untuk merebut
kekuasaan dalam masyarakat. ”Arena bermain” Kajian Budaya antara lain : ras, gender, usia.
Kajian Budaya merupakan sebuah bidang studi interdisipliner. Kajian Budaya diakui sebagai
bidang studi secara resmi, ditandai dengan munculnya ”the Centre for Contempory Cultural
Studies” di Birmingham, Inggris tahun 1964.

Salah satu teori atau konsep baru postmodern khususnya postkolonialisme dan juga dapat
dikategorikan sebagai kajian Budaya adalah : Teori Identitas Budaya yang dibuat Stuart Hall.
Teori ini menolak identitas Afrika (orang-orang kulit hitam) seperti yang diberikan oleh Eropa
(orang-orang kulit putih).

Macam teori kritis yang terakhir adalah Feminisme. Studi feminisme adalah label
”generik” bagi studi yang menggali makna penjenis kelaminan (gender) dalam masyarakat.
Perumus-perumus teori feminisme mengamati bahwa banyak aspek dalam kehidupan memiliki
makna gender.

Gender adalah konstrusi sosial yang meskipun bermanfaat, tetapi telah didominasi oleh
bias laki-laki dan merugikan wanita. Teori Feminisme bertujuan untuk terjadina kesetaraan
antara laki-laki dan wanita di dunia.
Teori kritis menolak skeptisisme dengan tetap mengaitkan antara nalar dan kehidupan
sosial. Dengan demikian, teori kritis menghubungkan ilmu-ilmu sosial yang bersifat empiris dan
interpretatif dengan klaim-klaim normatif tentang kebenaran, moralitas, dankeadilanyang secara
tradisional merupakan bahasan filsafat.

Dengan tetap memertahankan penekanan terhadap normativitas dalam tradisi filsafat,


teori kritis mendasarkan cara bacanya dalam konteks jenis penelitian sosial empiris tertentu,
yang digunakan untuk memahami klaim normatif itu dalam konteks kekinian. Dalam
perkembangannya, terdapat banyak tokoh dengan karakteristik pola teori kritis yang berbeda-
beda, yang masing-masing dipengaruhi oleh keadaan zamannya seperti yang telah di jelaskan di
atas.

Teori Kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif
pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun intitusional.
Analisis kritis menekankan pada konstelalsi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan
reproduksi makna. Aliran teori kritis bisa disebut ideologically oriented inquiry, yaitu suatu
wacana atau cara pandang terhadap realitas yang mempunyai orientasi ideologis terhadap paham
tertentu.

Kritik merupakan konsep kunci untuk memahami teori kritis. Teori ini dikembangkan
oleh Mahzab Frankfrut. Konsep kritik dari mahzab ini banyak berkaitan dengan konsep kritik
para filsuf, seperti Immanuel Kant, Hegel, dan Marx.

Immanuel Kant mempertanyakan kemampuan dan batas-batas rasio dalam proses


pengetahuan. Sebelumnya rasio yang terdiri dari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sangat
berpengaruh terhadap perkembangan pengetahuan, kemudian Kant mempertanyakan dengan cara
apa dan bagaimana rasio itu sampai memiliki konsep dan prinsip.

Selanjutnya, lebih jauh, Kant mempertanyakan kebenaran pengetahuan yang hanya


berdasar pada rasio. Teori kritik Hegel berbeda dengan Kant, Hegel memaknai teori kritiknya
sebagai refleksi diri atas rintangan-rintangan, tekanan-tekanan, dan kontradiksi yang
menghambat proses pembentukan diri dari rasio dalam sejarah.
Kritik dapat juga berarti refleksi atas proses menjadi sadar atau refleksi atas asal-usul
kesadaran manusia. Bagi Hegel, hubungan antara individu dan dunia eksternal ini dibuat secara
historis dan bergantung pada jangka waktu kehidupan seseorang.

Marx memandang bahwa teori kritik Hegel masih kabur dan membingungkan karena
Hegel memahami sejarah secara abstrak. Marx menegaskan bahwa yang dimaksud sejarah
adalah sejarah perkembangan alat-alat produksi dan sejarah hubungan-hubungan produksi.
Sejarah manusia dikembangkan berdasarkan pada alat apa yang digunakan untuk memproduksi
kebutuhan hidup manusia.

Oleh karena itu ia juga menganggap bahwa gerak sejarah bisa ditentukan oleh orang yang
memiliki dan mengendalikan alat produksi. Hubungan produksi diartikan Marx sebagai
hubungan kekuasaan antara pemilik modal dan kaum buruh. Kritik Marx juga banyak
dipengaruhi oleh pengematannya terhadap sistem kapitalis yang menggunakan kaum buruh
untuk melakukan proses produksi tetapi imbalan yang diterima kaum buruh sangat berbeda jauh
dengan hasil yang diterima pemilik modal.

Keuntungan untuk pihak tertentu dan kerugian bagi pihak lain dalam hal yang sama.
Kritik dalam pemikiran Marx berarti usaha mengemansipasi diri dari penindasan dan alienasi
yang dihasilkan oleh hubungan –hubungan kekuasaan di dalam masyarakat. Kritik dalam
pengertian Marx berarti teori dengan tujuan emansipatoris, teori yang tidak hanya
menggambarkan sotuasi masyarakat namun juga membebaskannya.

Teori kritis merupakan teori sosial yang menekankan pada analisis kehidupan sosial
secara menyeluruh dengan orientasi terciptanya transformasi sosial. Implementasi teori ini tidak
diarahkan kemana-mana melainkan untuk mendorong adanya perubahan sosial di masyarakat.
Perubahan sosial yang dimaksud adalah terciptanya masyarakat yang terbebaskan, adil, dan
mandiri dari dominasi kultural serta ideologis.
Teori kritis lahir dari tradisi pemikiran Marxian. Dengan kata lain, seorang tokoh
intelektual Karl Marx menjadi salah satu sosok inspiratif teori ini. Fondasi teori kritis juga tidak
lepas dari pengembangan teori Marx yang dilakukan oleh intelektual Marxist seperti Gyorgy
Lukacs dan Antonio Gramsci. Keduanya menginspirasi secara toritis dan praksis pemikiran
tokoh intelektual dari Universitas Frankfurt, German seperti Max Horkheimer, Theodor Adorno,
Herbert Marcuse, Erich Fromm, Walter Benjamin dan Juergen Habermas.

Tokoh-tokoh dari Frankfurt tersebut menyebut dirinya sebagai komunitas epistemik yang
dikenal dengan sebutan the Frankfurt School. Mereka itulah yang mengembangkan konsep dan
definisi dari teori kritis.

Berkaitan dengan yang disebutkan di awal, teori kritis bertujuan untuk menggali
”kebenaran” yang beroperasi di bawah permukaan kehidupan sosial, seperti adanya praktik
dominasi kekuasaan secara kultural dan ideologis. Teori ini juga sering secara frontal menyerang
teori-teori sosial tradisional yang dianggap hanya menjelaskan suatu fenomena tanpa mau
mengubahnya. Dari tindakannya itulah teori kritis sering disebut sebagi kritik teori atas teori.

Upaya teori kritis untuk mengungkap ”kebenaran” dilakukan dengan mengangkat


pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kekuasaan, dominasi dan status quo. Gramsci
mengenalkan istilah ”hegemoni” untuk menjelaskan adanya dominasi segelintir elit yang
beroperasi dalam sistem kapitalistik untuk mengeksploitasi kesadaran massa yang jumlahnya
banyak.

Apa yang ingin diberikan oleh teori kritis sebenarnya tidak jauh berbeda dengan teori
Marxian lainnya, seperti memberikan kesadaran pada individu atau kelompok bahwa dirinya
berada dalam dominasi ideologis dan kultural yang menghalanginya untuk mencapai kebebasan
sejati (true freedom). Namun, salah satu kelebihan teori kritis adalah ketegasannya dalam upaya
menjelaskan fenomena sosial secara keseluruhan dan cita-cita emansipatoris yang hendak
dicapai.
Teori ini beranggapan bahwa secara sadar atau tidak, masyarakat sedang hidup dalam
sistem kapitalisme yang eksploitatif. Namun berbeda dengan sistem kapitalisme tradisional yang
eksploitasinya tampak kasat mata, eksploitasi kapitalis sejak abad 20 lebih samar dan halus.
Aspek kultur dan ideologi lebih dominan ketimbang aspek fisik.

Salah satu bentuk eksploitasi kapitalistik yang sering dijadikan contoh adalah televisi
sebagai hiburan kelas pekerja. Seharian para pekerja menjual tenaganya di tempat kerja. Saat
pulang ke rumah, mereka menonton televisi sebagai hiburan sampai tidur dimalam hari dan
paginya melanjutkan kerja lagi. Acara televisi merupakan industri kultural yang merupakan
bisnis mencari untung dengan menjual rating atau jumlah penonton kepada pengiklan. Sering
kali tanpa sadar para pekerja sebenarnya dieksploitasi lagi malamnya, bukan sebagai pekerja,
melainkan sebagai penonton.

Fenomena tersebut bisa dijelaskan oleh teori kritis sebagai sebuah bentuk dominasi oleh
merka yang mencari untung dari pekerja dan penonton. Teori ini berupaya mengungkap
”kebenaran” dibalik drama kehidupan sosial yang tampak normal.

Salah satu cara mudah untuk mendeteksi adanya praktik dominasi kekuasaan dalam
kehidupan ini adalah dengan cara mengamati apa yang kita lakukan, kemudian bertanya siapa
sebenarnya yang mengambil untung dari yang kita lakukan. Lebih spesifik lagi, menanyakan
siapa yang paling banyak mengambil untung. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan
mengidentifikasi siapa yang sedang berkuasa secara politik dan ekonomi, lalu melihat dimana
posisi kita dihadapan penguasa.

Intelektual kritis Antonio Gramsci berargumen bahwa upaya mengungkap praktik


dominasi kekuasaan terutama secara kultural dan ideologis dan menjelaskannya kepada
masyarakat adalah tugas kaum intelektual. Gramsci menyebut mereka yang melakukan tugasnya
itu sebagai kaum Intelektual organik. Intelektual organik adalah mereka mengambil peran dan
mengabdikan hidupnya untuk cita-cita emansipatoris, humanis, dan adil.
Istilah ‘critical’ sebenarnya digunakan dan didefinisikan pertama kali oleh Max
Horkheimer dalam esainya yang berjudul ‘Traditional and Critical Theory’ tahun 1937. Definisi
‘critical theory’ oleh Horkheimer dibangun dengan cara membandingkannya dengan konsep
‘teori’ yang ada dan diterima oleh kebanyakan masyarakat. Dia sebut teori yang kedua ini,
‘traditional theory’.

Traditional theory dikembangkan dengan mengimpor metode dalam ilmu pasti ke dalam
penelitian tentang kehidupan manusia. Hasilnya, metode ini memaksakan kalkulasi matematika
dalam pencarian pemahaman yang sistematis dan universal tentang kehidupan manusia. Data
didatangkan dari lingkungan kehidupan manusia yang diisolasi (dalam laboratorium, angka atau
kode-kode statistik) dan sehingga terlepas dari praktik-praktik historis yang aktual.

Pendekatan ini menurutnya datang dari konsep teori yang tidak materialis. Pada
kenyataannya, ‘Dunia yang diberikan kepada seorang individu dan yang harus ia terima dan
perhitungkan, dalam bentuknya saat ini dan yang berkelanjutan, adalah produk aktivitas
masyarakat secara keseluruhan’.

Oleh karena itu, ‘keberhasilan temuan-temuan baru dan faktual untuk memperbaharui
pengetahuan yang ada, dan aplikasi pengetahuan tadi atas fakta,’ hanya dapat dijelaskan dan
dinilai dalam konteks proses sosial yang nyata. Critical theory oleh karena itu adalah teori yang
tidak bisa dipisahkan dari praktik proses dan perubahan sosial, dan analisisnya bergantung pada
komitmennya untuk memperbaharui pemahaman akan dunia sosial, baik ide tentang dominasi
dan emansipasi yang teori ini gerakkan.

Ada dua hal yang perlu dicatat tentang lahirnya esai ini. Pertama, kata ‘critical’
terinspirasi dari kata ‘critique’ yang digunakan dalam karya dua filsuf Jerman pendahulunya,
yaitu Immanuel Kant (1724-1804) dan Karl Marx (1818-1883). Karya Kant Critique of Pure
Reason tahun 1781 mengkritik pemikiran-pemikiran arus utama saat itu, terutama adanya
dualisme antara pemikiran ‘rasionalisme’ (kebenaran datang dari logika) dan ‘empirisisme’
(kebenaran datang dari pengalaman).
Melalui apa yang kemudian dikenal sebagai ‘revolusi Copernicus Kant’, ia menemukan
metode kritis sebagai eksperimen untuk mensintesis kedua pemikiran yang bertolak belakang itu.
Karya Marx juga tidak kalah revolusionernya karena melalui Capital: Critique of Political
Economy tahun 1867, Marx membuat terobosan dalam pencarian sintesis yang Kant dan
kemudian Hegel sudah sebelumnya usahakan.

Namun, Marx membuat lompatan lebih jauh dengan mendasarkan sintesis itu dalam
konsep ontologi/epistemologi dialektis, historis dan materialis, atau yang sekarang kita kenal
dengan historical materialisme.

Kembali lagi ke tulisan Horkheimer tentang ‘critical theory’ versus ‘traditional theory’,
perlu ditekankan bahwa pemahaman Horkheimer tentang ‘praktik historis’, ‘materialis’ dan
‘proses sosial’ yang menjadi landasan critical theory secara ketat berdasar pada filsafat historical
materialisme Marx.

Esai ini sebenarnya terinspirasi (dan sehingga isinya hampir mirip) dengan esai ‘What is
Orthodox Marxism? yang ditulis oleh Marxis Hungaria, Georg Lukacs, dalam bukunya History
and Class Consciousness tahun 1923. Lalu, dalam konteks apa Horkheimer menulis esai penting
yang melahirkan tradisi critical theory ini?

Selain sebagai seorang filsuf dan sosiolog, pada tahun 1930 Horkheimer juga memimpin
Institut für Sozialforschung (atau Institute for Social Research) di Frankfurt, Jerman. Di bawah
pimpinannya institusi ini berubah haluan dengan mengembangkan pemikiran-pemikiran Marx
yang dicoba diintegrasikan dengan pemikiran psikoanalisis Freud.

Bersama dengan pemikir-pemikir lain di jamannya, seperti Theodor Adorno, Walter


Benjamin dan Herbert Marcuse, Horkheimer dikenal sebagai anggota ‘Frankfurt School.’ Namun
karena ancaman rezim pemerintah Nazi yang saat itu baru saja terbentuk, institusi di Frankfurt
ini ditutup pada tahun 1933 dan seperti beberapa anggota yang lain yang berdarah Yahudi,
Horkheimer beremigrasi ke Amerika.

Dalam konteks pendekatan ilmu sosial di Amerika lah, Horkheimer melahirkan konsep
‘critical theory’ sebagai kritik atas pendekatan ilmu sosial yang positivistik yang hasil risetnya
sering kali digunakan untuk melayani kebutuhan perusahaan maupun mempertahankan status
quo politik dalam dan luar negeri pemerintah Amerika Serikat.
Tidak ayal lagi, Horkheimer bersama Adorno dalam konteks historis Amerika yang
mereka alami saat itu pun berhasil melahirkan konsep yang juga tidak kalah pentingnya, yaitu
‘industri budaya.’ Konsep ini merupakan kritik tajam atas nasib kemanusiaan dalam kapitalisme
yang bagi kedua emigran Jerman ini tidak kalah buruknya dengan nasib kemanusiaan yang
menimpa orang-orang Yahudi, gay dan lesbian, gipsi dan kelompok minoritas lainnya di Jerman
di bawah rezim Nazi.

Sebagai bagian dari buku, Dialectic of Enlightenment  (atau Dialektika Pencerahan) yang


pertama kali diterbitkan tahun 1944, ‘industri budaya’ didiskusikan sebagai sebuah gambaran
tentang nasib kemanusiaan dalam kapitalisme. Bagi Horkheimer dan Adorno, ‘industri budaya’
sama dengan ‘anti-pencerahan’.

Kalau proyek pencerahan adalah untuk membebaskan manusia dari mitos dan untuk
menjamin kebebasan individu untuk berpikir, ‘industri budaya’ hanya membawa manusia pada
penindasan dan dominasi. Mesin-mesin dominasi, yaitu modal dan teknologi, telah menghambat
‘perkembangan individu yang otonom dan mandiri yang  menilai dan memutuskan secara sadar
untuk diri mereka sendiri.

Kapasitas untuk berpikir secara rasional telah diinstrumentalisasikan untuk


mempertahankan status quo dan kekuasaan mereka yang memegang kontrol, dan juga untuk
mendominasi bumi dan alam. Manusia dalam industri budaya dilihat
sebagai massa  dan modal  untuk mengakumulasi kekayaan mereka yang secara ekonomi paling
kuat.

Manusia pun diobyektifikasikan sebagai modal dalam bentuk konsumen dan pekerja.
Budaya dalam kondisi seperti ini menjadi ideologi untuk mendominasi, dan pencerahan
mengalami kemunduran menjadi mitos. Dengan kata lain, pencerahan bertransformasi dari alat
dominasi (tanpa kapasitas untuk mengkritik dirinya sendiri, atau otokritik) menjadi alat anti-
pencerahan, di mana berpikir secara logis dan dialektis tidak lagi dimungkinkan.
Hubungan Film dengan Teori Kritik

Apa hubungannya film The Revenant dengan teori kritik? Teori kritik sendiri adalah teori
yang menjunjung tinggi realitas. Seperti apa yang terjadi di film ini. Semua yang ada di film ini
penuh dengan realitas mulai dari timeline waktu yang ada di film ini, adegan-adegan dan nama-
nama suku yang ada di film ini hingga proses syutingnya yang menjunjung tinggi realitas.

Film ini sedikit menuai kritik dari para kritikus film yang ada di US. Kabarnya film ini
sempat ditunda produksinya karena sang sinematografer Emmanuel Lubezki hanya mau
memfilmkan semua adegan di film ini dengan cahaya alami tanpa lighting buatan. Selain itu,
lokasi syuting yang harusnya di Kanada dipindahkan ke Argentina guna mendapatkan tumpukan
salju yang lebih tebal.

Dibalik kesuksesan film ini, banyak yang terjadi dibalik pembuatannya. Waktu syuting
film ini molor dari dua minggu ke enam minggu. Selain itu, Alejandro sang sutradara memaksa
Produsernya, Jim Skotchdople untuk mengundurkan diri karena sudah dianggap tidak bisa
menjembatani keluhan kru kepada sutradara.

Alejandro sangatlah perfeksionis namun karena terlalu perfeksionis pada saat syuting,
banyak kru yang protes karena Alejandro sering merubah jadwal sehingga jadwal yang sudah
ditetapkan seharusnya menjadi mundur atau molor. Banyak keluh kesah di balik pembuatan film
ini, namun setelah melihat film ini, keluh kesah yang ada pun jadi hilang.

Disamping, mendapat kritik yang kurang baik, film ini mendapat ulasan positif dari
Rotten Tomatoes dengan rating sebesar 79%. Berdasarkan 360 ulasan Film ini mendapat rating
7,9/10. Sedangkan dari Metacritic, film ini mendapat skor 76 dari 100. Film ini merupakan salah
satu Master Piece dari sutradara Alejandro G. Innaritu.

Alejandro G. Innaritu adalah seorang sutradara kelahiran Mexico. Karya dari Alejandro
sudah banyak memenangkan penghargaan, misalnya di Cannes Film Festival, Alejandro
mendapatkan penghargaan “Critics Week Grand Prize Winner dan Young Critics Award – Best
Feature Winner” di filmnya yang berjudul Amores Perros(2000).

Berikut adalah beberapa film yang dibuat oleh Alejandro, Amores Perros(2000), 21
Grams(2003), Babel(2006), Biutiful(2010), Birdman(2014), dan The Revenant(2015). Semua
karya dari Alejandro memiliki ciri khas yang hanya dimiliki oleh dirinya dan tidak ada sutradara
lain yang mampu mengikuti ciri khas yang dimilikinya. Kita bisa mengetahui ciri khas tersebut
apabila kita sudah menonton film-film buatannya.

Selanjutnya kita akan membahas sosok dibalik karakter Hugh, yaitu Leonardo Di Caprio.
Pemilihan karakter Hugh di film ini merupakan pemilihan yang sangat brilian dari Sutradara,
karena seperti yang kita ketahui Leonardo Di Caprio adalah seorang actor yang sangat berbakat.
Leonardo sepanjang karirnya banyak mendapatkan penghargaan sebagai Aktor Terbaik.
Seperti yang di film The Revenant, Leonardo Di Caprio mendapatkan penghargaan
sebagai Aktor Terbaik di Oscars/Academy Awards pada tahun 2016. Leonardo sangat totalitas
dan sangat berbakat dalam menjalankan perannya sebagai Hugh.

Kemudian yang akan kita bahas adalah cerita dari film ini. Cerita dari film ini sebenarnya
cerita yang sangatlah sederhana dan memang begitu adanya di kehidupan bermasyarakat.
Keinginan untuk balas dendam itu hal yang realitas sekali. Tidak bisa dipungkiri film ini banyak
mewakilkan orang-orang yang ingin balas dendam.

Balas dendam sendiri merupakan hal yang lumrah terjadi di kehidupan bermasyarakat.
Lalu apa hubungannya film ini dengan teori kritik. Seperti yang kita ketahui, kritis artinya peka
terhadap realitas. Balas dendam adalah hal yang sesuai dengan realitas. Dan seperti yang sudah
dibahas, film ini banyak menggunakan set dan pencahayaan yang alami.

Hal tersebut dijadikan pertimbangan adalah karena Sinematografer dari film ini ingin
menghadirkan realitas di dalam filmnya mulai dari penggunaan cahaya yang alami dan natural
apa adanya sesuai dengan yang ada di alam.

Untuk setnya, set dipilih tempat yang nyata adanya tanpa menggunakan green screen.
Lokasi set di film The Revenant adalah set yang ekstrem dan dengan suhu yang ekstrem pula. Di
dalam proses pembuatan film ini, banyak kru yang sempat protes dan mengeluh kepada
Produser, karena lokasi yang dipilih memiliki suhu yang sangat ekstrem.

Untuk karakter yang ada di film ini sendiri tidak ada yang hiperbola atau dilebih-
lebihkan, semua karakter disini memiliki karakter yang sesuai dengan realitas dimana tidak ada
yang terlihat powerful dan terlihat lebih lemah, semua penggambaran karakter disini sama.

Hanya tekad dari setiap karakter yang berbeda dan motivasi karakter yang saling berbeda
satu sama lain. Hugh sendiri digambarkan sebagai sosok yang biasa saja di dalam kelompok
eskpedisi tersebut dan tidak memiliki ambisi sebesar John. Motivasi dari karakter Hugh adalah
selamat mengantarkan barang buruannya ke Fort Kiowa.

Sedangkan karakter antagonisnya yaitu John, terlihat begitu besar memiliki ambisi dan
tekad yang besar untuk melaksanakan ambisinya. Ambisi dari karakter protagonist, Hugh baru
terlihat disaat Hawk anaknya dibunuh oleh John. Barulah disana karakter Hugh yang
sesungguhnya keluar dan sangat berbeda dari yang ditunjukkan di awal film dimulai.

Opini saya terhadap film ini sangat positif, dikarenakan saya menyukai film-film yang
memiliki realitas yang tinggi dan cerita yang sederhana, jadi penonton tidak terlalu dirumitkan
dengan cerita yang berbelit-belit atau cerita yang klise adanya. Dan juga banyak pesan yang
dapat kita petik dari film ini. Film ini mengajarkan bagaimana kita harus bisa move on dari masa
lalu kita, jangan sampai masa lalu kita mempengaruhi diri kita yang sekarang.
Selain itu, pesan yang paling penting sempat disampaikan oleh karakter Hikuc di film ini,
“Balas dendam ada di tangan sang pencipta”. Menurut saya statement itu sangat benar dan saya
setuju dengan statement itu. Balas dendam memanglah hal yang wajar terjadi di kehidupan,
namun apakah balas dendam itu dilakukan oleh kita manusia atau sang pencipta.

Tema dari film ini, yaitu Balas Dendam sangat sukses disajikan di film ini. Semua aspek
dari pengambilan gambar dan tone gambar di film ini sangat terlihat dark. Kritik dapat juga
berarti refleksi atas proses menjadi sadar atau refleksi atas asal-usul kesadaran manusia.

Film ini dimulai dengan shot yang sangat bagus dan bisa membuat rasa penasaran penonton
muncul. Hugh dan putranya yang memiliki setengah keturunan Pawnee, Hawk sedang berburu di
tengah hutan, tiba-tiba perkemahan mereka di serang oleh suku Arikara.

Akibat penyerangan tersebut, banyak dari rombongan Hugh tewas dan luka-luka parah,
sehingga rombongan Hugh yang selamat kemudian melarikan diri dari area tersebut. Pada saat
menentukan tempat tujuan mereka, timbul beberapa perdebatan antara Hugh dan anggota
rombongannya yang bernama John Fitzgerald. Perdebatan itu membuat suasana di rombongan
makin tidak enak.

Perdebatan itu berakhir dengan menemukan tujuan untuk rombongan itu, yaitu ke hilir.
Namun diperjalanan ke Hilir sangat rentan diserang oleh musuh, mereka berhenti sebentar di
Fort Kiowa untuk menyembunyikan hasil buruan mereka yaitu Kulit Binatang, agar mereka lebih
leluasa untuk berjalan menuju tujuan mereka.

Apabila kita tinjau kembali, Teori Kritis, kata ‘Kritis’ mengambil dasar dari Marxisme
dan membawa perubahan terhadap cara berfikir manusia. Kritis artinya peka terhadap realitas,
disiplin dalam menjalankan kritik dan curiga terhadap pembenaran.

Teori kritis dikembangkan oleh para pemikir seperti Mark Horkheimer, Theodore
Adorno, Herbert Marcuse, dan para koleganya yang berkarya di bawah payung Frankfurt
Institute for Social Research tahun 1923 ( Farrel & Aune,1979: 93-120).

Kelompok pakar ini semula berpedoman pada prinsip-prinsip Marxist, meskipun tidak
satupun dari mereka ini yang memiliki afiliasi dengan partai politik apa pun, dan karyanya lebih
bersifat keilmiahan ketimbang sebuah gerakan.
Istilah teori kritis pertama kali ditemukan Max Hokheimer pada tahun 30-an. Awalnya
teori kritis berarti pemaknaan kembali gagasan-gagasan ideal modernitas berkaitan dengan nalar
dan kebebasan. Pemaknaan ini dilakukan dengan mengungkap deviasi dari gagasan-gagasan
ideal tersebut dalam bentuk saintisme, kapitalisme, industri kebudayaan, dan institusi politik
borjuis.

Untuk memahami pendekatan teori kritis, tidak bisa tidak, harus menempatkannya dalam
konteks Idealisme Jerman dan kelanjutannya. Karl Marx dan generasinya menganggap Hegel
sebagai orang terakhir dalam tradisi besar pemikiran filosofis yang mampu ”mengamankan”
pengetahuan tentang manusia dan sejarah.

Namun, karena beberapa hal, pemikiran Marx mampu menggantikan filsafat teoritis
Hegel. Menurut Marx, hal ini terjadi karena Marx menjadikan filsafat sebagai sesuatu yang
praktis; yakni menjadikannya sebagai cara berpikir (kerangka pikir) masyarakat dalam
mewujudkan idealitasnya.

Dengan menjadikan nalar sebagai sesuatu yang ’sosial’ dan menyejarah, skeptisisme
historis akan muncul untuk merelatifkan klaim-klaim filosofis tentang norma dan nalar menjadi
ragam sejarah dan budaya forma-forma kehidupan. Dan dapat diartikan sebagai teori yang
menggunakan metode reflektif dengan melakukan kritik secara terus-menerus terhadap tatanan
atau institusi sosial, politik atau ekonomiyang ada.

Film The Revenant adalah cerita tentang perjalanan Hugh. Dan cerita hidup dari Hugh itu
telah dijadikan novel dengan judul The Revenant:A Novel of Revenge karya dari Michael Punke
pada tahun 2002. Film ini selain memasukkan unsur balas dendam ke seluruh aspek yang ada di
filmnya. Film ini juga menunjukkan tentang kasih sayang seorang ayah kepada anaknya.

Hal tersebut telah mematahkan stigma apabila hanya kasih sayang ibu yang paling besar
kepada anaknya, di film ini hal tersebut dipatahkan dengan menunjukkan kasih sayang Hugh
yang begitu besar kepada anaknya. Dan selalu bersedia melindungi anaknya dari orang-orang
yang jahat kepadanya dikarenakan anaknya Hugh, merupakan suku Pawnee yang bisa dibilang
sangat bertentangan dengan kelompok ekspedisi Hugh.

Film ini tergolong film yang eksplisit, karena banyak adegan adegan kekerasan yang
sengaja ditunjukkan dengan detail. Yang perlu kita ketahui, sutradara selain ingin segala aspek
dalam filmnya menjunjung realitas, sutradara juga menyuruh Leonardo sebagai pemeran Hugh
kerja dalam kondisi suhu yang ekstrem dan semua adegan yang diperankan oleh Leonardo tidak
digantikan oleh Stuntman.

Banyak adegan yang menurut kebanyakan orang harus dilakukan oleh stuntman namun
tetap dilakukan oleh Leonardo sendiri, misalnya adegan terkubur salju dengan bertelanjang
dengan suhu dibawah 5 celcius. Adegan tersebut benar ap adanya dilakukan oleh Leonardo dan
Leonardo siap menjalankan hal tersebut. Selanjutnya ada adegan terjun dari sungai, itu adegan
yang pure dilakukan oleh Leonardo tanpa stuntman.

Leonardo sangatlah professional dan sukses mewujudkan visi dari sutradara di film ini.
Menurut Leonardo, selama ia berkarir seumur hidupnya, menjadi karakter Hugh Glass adalah
penglaman terbaiknya yang penuh dengan tantangan.

Film ini tidak akan bisa terwujud dengan baik tanpa adanya komitmen dari para kru dan
cast. Dengan komitmen yang besar, maka sebuah master piece ini dapat hadir di dunia. Film ini
juga mendapat banyak kritik positif selain dari aspek yang bagus di filmnya, film ini juga
mendukung penduduk asli benua Amerika.

Jarang sekali film-film box office yang memiliki pesan dan memiliki tujuan yang mulia
seperti di film ini. Film ini sangat jelas menunjukkan bagaimana dilakukannya eksplorasi dan
eksploitasi tanah Amerika Utara dan mempengaruhi populasi asli orang Amerika. Yang perlu
diketahui lagi, apabila penghargaan yang diterima oleh Leonardo, didedikasikan untuk penduduk
asli setempat lokasi film ini dibuat.

Film ini diangkat dari kisah nyata Hugh Glass yang sudah dianggap mitologi pada tahun
1823. Dan Film ini juga adalah film remake dari film yang sudah dibuat sebelumnya pada tahun
1975 dengan judul berbeda, yaitu Man in the Wildress. Hanya film terdahulunya tidak sepopuler
film The Revenant karena pemain yang memerankan filmnya dan juga penggarapan filmnya
tidak sebaik film ini.

Satu hal lagi yang menarik dari film ini adalah sebelum film ini mulai dikerjakan,
Innaritu bukanlah orang yang pertama kali ditunjuk sebagai Sutradara. Tapi, Park Chan-wook,
namun sutradara asal Korea tersebut menyerah dan kemudian digantikan oleh John Hillcoat lalu
diganti lagi oleh sutradara kenamaan Prancis, Jean Francois Richet. Semuanya menyerah
sehingga akhirnya Innaritu lah yang sanggup menggarap film ini.

Selain itu juga pemeran Hugh Glass sebelum Leonardo Di Caprio adalah Samuel L
Jackson dan Christian Bale sempat jadi nama yang masuk dalam film tersebut dikarenakan
sempat gonta-ganti sutradara. Namun, Innaritu lebih setuju apabila Hugh diperankan oleh
Leonardo Di Caprio.
Sumber :

 https://indoprogress.com/2013/05/rangkaian-kritik-terhadap-tiga-pendekatan-kritis-
kajian-budaya-bag-3-habis/
 https://beritabojonegoro.com/read/4074-the-revenant-kisah-pemburu-kulit-hugh-glass-
bertahan-hidup.html
 https://www.brilio.net/news/6-fakta-tak-terduga-film-the-revenant-yang-perlu-kamu-
tahu-apa-ya-160122j.html
 https://www.tabloidbintang.com/film-tv-musik/ulasan/read/33215/resensi-film-the-
revenant-and-the-oscar-goes-to-leonardo-dicaprio-
 https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/alasan-wajib-nonton-the-revenant/
 https://republika.co.id/berita/o1ypwd328/emthe-revenantem-tragedi-balas-dendam-yang-
memilukan
 https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150729153936-220-68891/neraka-di-balik-
syuting-film-the-revenant
 https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14807/2/T1_362013056_BAB
%20II.pdf
 https://www.slideshare.net/ninasragen/teori-kritis-76720667?from_action=save

Anda mungkin juga menyukai