i
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ......... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ......... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
HALAMAN MOTTO
v
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ......... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan
rahmat sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan karya ini.
Sekilas menulis sejarah adalah pekerjaan yang sulit. karena berjaraknya
waktu penelitian dengan peristiwa sebenarnya yang terlampau jauh. Namun,
hukum kekekalan energi masih berlaku. Energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan, tetapi energi dapat berubah bentuk sesuai dengan keadaannya.
Energi dari aktivitas manusia yang memunculkan sebuah peristiwa dari masa
lampau itu telah berganti wujud menjadi arsip-arsip, ingatan-ingatan tokoh yang
sudah tidak memiliki ambisi kuasa, yang tercecer yang siap diolah menjadi
sumber sejarah.
Penulisan skripsi ini saya persembahkan kepada semua orang yang saya
sayangi dan yang menyayangi saya. Terutama untuk Allah, Nabi Muhammad
SAW dan Keluarga tercintanya.
vi
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ......... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Mas Yudi yang dengan kesabarannya melayani penulis dalam peminjaman buku
di ruang baca Departemen Ilmu Sejarah.
Terima kasih juga kepada semua pihak yang turut membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, tetapi tidak sempat dicantumkan namanya. Jasa
kalian tidaklah lebih kecil dari jasa pihak-pihak yang telah dicantumkan namanya
oleh penulis.
Terakhir, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Masih ada banyak kekurangan yang menyeruak di sana-sini. Oleh
karena itu penulis dengan segala kerendahan hati menerima segala kritik yang
terlontar. Demi ilmu pengetahuan yang tidak bebas nilai.
Rixvan Afgani
vii
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ......... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRAK
ix
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 8
D. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 11
F. Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................... 13
G. Metodologi Penelitian ................................................................................. 18
H. Sistematika Penelitian ................................................................................. 21
x
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Malang ........................................................................................................ 35
xi
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
xiii
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR SINGKATAN
SS : (Staatsspoorweg)
xiv
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISTILAH
Afdeling : Kabupaten
Distrik : Kecamatan
Onderneming : Perkebunan
xv
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xvi
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7 Jejak Argopolitan dan Perkebunan Kopi, kina dan Teh ............... 125
Lampiran 8 Surat kabar Hindia Belanda tentang kopi di Malang .................... 129
xvii
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1602. Persekutuan dagang asal Belanda ini melakukan monopoli untuk aktivitas
perdagangan di Asia (temasuk juga Indonesia). Pada akhir abad XVIII, VOC
perlawanan daerah koloni. Kondisi ini menjadi salah satu alasan utama
pada perkebunan yang hadir sebagai perpanjangan dari sistem kapitalis Barat yang
memperoleh keuntungan dari tanah jajahannya. Pada saat itu, masyarakat pribumi
sudah mengenal sistem tanam di kebun yang kemudian disebut dalam sistem
penggarapan sawah dalam bentuk usaha kecil yang memiliki modal padat dan
laba sangat terbatas. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki terbatas dan berorientasi
1
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia
Jilid IV (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm. 51.
1
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
2
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
terhadap anggota keluarga yang menggarap kebun. Selain itu, hasil kebun tersebut
kolonial ini pada satu sisi dianggap sebagai sesuatu yang memberikan keuntungan
Namun pada sisi lain, dianggap sebagai hambatan bagi diversifikasi ekonomi
eksploitasi ini dipusatkan pada pemanfaatan faktor produksi yang sangat kaya di
Indonesia yaitu tanah dan tenaga kerja. Tersedianya faktor produksi perkebunan
Belanda di Pantai Malabar (India), Adrian Van Ommen, untuk membawa biji kopi
2
Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial-
Ekonomi (Yogyakarta: Aditya Media, 1991), hlm. 3.
3
Suhartono, Bandit-bandit Pedesaan: Studi Historis 1850-1942 di Jawa (Yogyakarta:
Aditya Media, 1995), hlm. 1.
yang kini lebih dikenal dengan Pondok Kopi. Beberapa waktu kemudian kopi
kemudian menyebar ke daerah lain, seperti Pulau Sumatera, Sulawasi, dan Bali.5
Pada masa itu, pemerintahan Hindia Belanda dipimpin oleh Gubernur Jenderal
Van den Bosch (1830), sektor ekonomi menjadi salah satu tugas yang harus
diperbaiki oleh Van den Bosch. Selain sebagai Gubernur Jenderal yang baru
4
Kopi Arabika konon berasal dari kawasan Afrika yang bernama Abyssinia
(Ethiopia). Dari daerah itulah, kopi arabika diboyong ke Yaman oleh bangsa Arab. Karena bangsa
Arab tidak ingin kopi diproduksi oleh bangsa lain, penjualannya pun dikontrol dengan ketat.
Pedagang Arab hanya menjual biji kopi yang sudah disangrai sehingga tidak bisa ditanam di
daerah lain. Penyebaran bibit kopi hidup pun diawasi dengan ketat. Pasar perdagangan kopi pun
didominasi oleh bangsa Arab. Keuntungan yang menggiurkan dari penjualan kopi membuat
bangsa-bangsa lain ingin juga berkontribusi di pasar kopi. Walaupun bangsa Arab berusaha
melindungi peredaran bibit kopi, seseorang bernama Baba Budan berhasil menyelundupkan
beberapa butir biji kopi ketika melaksanakan perjalanan haji. Bibit kopi tersebut ditanam Baba
Budan di daerah Ceylon (Srilangka sekarang) dan akhirnya menyebar sampai ke Malabar, India.
Lihat: James Hoffmann, The World Atlas of Coffee (Richmond Hill, Firefly Books, 2014), hlm.
12-13.
5
Waaron Tijdschrift voor Koffie, De Burgcultures, 18 Januari 1980, Koleksi
Peerpustakaan Nasional.
6
Ibid., hlm., 2.
7
Dus Bus de Gisignies merupakan Gubernur Jendral yang juga memberikan kebijakan-
kabijakan periode tanam paksa. Dalam “Kolonisatie Rapport”nya, tertanggal 1 Mei 1827, Dus Bus
mengemukakan bahwa ekspor Jawa tidak mampu menutup impornya. Bertambahnya orang-orang
Eropa yang membuat kebutuhan akan barang impor meningkat. Karenanya untuk tetap bisa
memperahankan keadaan, Jawa membutuhkan ekpor yang lebih banyak. Hal tersebutlah yang
menjadi dampak dari pentingnya untuk meningkatkan produksi ekspor. Lihat: James J. Spillane,
Saat itu Van den Bosch harus secepat mungkin membayar hutang-hutang yang
terus melambung.
disebut dengan Sistem Tanam Paksa, yang merupakan sistem yang dilakukan oleh
Negara Belanda. Dalam waktu yang singkat antara tahun 1830-1840 dapat
menghasilkan komoditi pertanian tropis terutama kopi, gula, dan Indigo yang saat
itu menjadi primadona dunia dengan mendapatkan harga yang sangat mahal.9
Komoditi Kopi Perananya Dalam Perekonomian Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm.
41.
8
Robert van Niel membuat pemetaan umum tentang historiografi cultuurstalsel. Van
Soest dan van Deventer yang menulis pada tahun 1860-an, menilai secara kritis dengan
menyatakan bahwa sistem itu berdampak negatif bagi penduduk. Sedangkan pada tahun yang sama
Clive Day menilai sistem tersebut positif. Lihat: Robert van Niel, Sistem Tanam Paksa di Jawa
(Jakarta: Pustaka LP3ES, 2003), hlm. 4-6.
9
H.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1991), hlm. 184.
internasional.10
Agraria tahun 1870, membuat kebijakan Sistem Tanam Paksa menjadi kendur
karena banyak kritikan.11 Selain itu kegiatan monopoli juga dibubarkan, kemudian
menjadi keuntungan bagi swasta asing sebagai kesempatan investasi dalam dunia
abad XIX telah membuat Afdeling Malang ini mulai terbuka. Pada tahun 1832,
Malang untuk penanaman lahan perkebunan kopi pertama.12 Afdeling Malang ini
10
Robert van Niel, op. cit., hlm. 6.
11
Salah satunya merupakan novel Max Havelaar menggambar di dalam bukunya sebuah
penderitaan yang menimpa penduduk bumi putera di wilayah Hindia Belanda yang dirasakan oleh
penulisnya sendiri. Lihat: Maltatuli, Max Havelaar atau Lelang Kopi Maskapi Dagang Belanda
(Bandung: Djambatan,1981), hlm. 1.
12
Reza Hudiyanto, “Kopi Dan Gula: Perkebunan Di Kawasan Regentschap Malang 1832-
1942, Sejarah dan Budaya, Tahun Kesembilan, Nomor 1, 2015, hlm. 98.
beberapa faktor positif karena terdapat gunung-gunung berapi (aktif). Posisi ini
menyebabkan tanah menjadi kaya dengan abu vulkanis dan sumber air. Dua faktor
bahwa harga kopi Robusta per 100 Kg mencapai 61,68 Gulden. Harga tersebut
lebih tinggi dibandingkan harga gula hanya mencapai 12,59 Gulden.14 Sehingga
Karesidenan Pasuruan.
Perkebunan kopi di Afdeling Malang sampai pada akhir Abad XIX terus
13
S. L. V. Tan Deb, Staad-Koffiecultuur op Java (Soerabaija: Gebrs Gimberg, 1874), hlm.
6.
14
Indisch Verslag 1931 statistisch Jaaroverzicht van Nederlandsh Indie Over het jaar
1930
15
Lisjt van I. Particuliere Ondernemingen in Nederlandsch, Koleksi Landbouw. No. 75.
Kantor Kearsipan dan Perpustakaan Jagir Surabaya.
B. Rumusan Masalah
Paksa) keuntungan yang didapat oleh perusahaan tidak sebanding karena pada
saat itu semua kendali dipegang oleh pemerintah. Akan tetapi, dalam periode
kopi di Afdeling Malang berikut hal-hal yang berkaitan yang ada di dalamnya.
Afdeling Malang?
16
H.M. Hart, Exportcultures va 1830-1937 (Batavia: Gedrukt Bij de Cyclostyle Centrale,
1939), hlm. 7.
1870-1930” bertujuan untuk menjawab apa yang menjadi rumusan masalah di atas
Indonesia yang dikaji melalui sudut pandang ilmu sejarah. Mengetahui dampak
tahun 1870-1930.
yang lebih mendalam mengenai objek kajian ini. Afdeling (Kabupaten) Malang17
17
Pada tanggal 9 Mei 1820 nomer 6. Pada Staatsblad no. 72 tahun 1874 baru disebutkan
bahwa mulai 1 April 1874 diputuskan Karesidenan Pasuruan terdiri atas 3 afdeling (kabupaten),
yakni Pasuruhan, Bangil, dan Malang. Lihat: Yuliati, “Sistem Pemerintahan Wilayah Malang Pada
Malang terjadi tahun 1914, dengan diubahnya status Distrik Kotta menjadi
kotamadya (gemeente) yang dikukuhkan dalam Staatsblad No. 297 tahun 1914
tanggal 25 Maret 1914. Keputusan ini mulai berlaku sejak 1 April 1914. Dengan
pikul. Daerah penghasil kopi lainnya seperti Besuki (Banyuwangi dan Jember),
Probolinggo, dan Jombang hanya sekitar 13.630 pikul, 22.098 pikul, dan 4.332
Afdeling Malang. Jumlah sekian banyak tersebut juga didukung oleh kekayaan
atau berapi.20
Masa Kolonial” dalam Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Malang: Jurusan
Sejarah Universitas Negeri Malang, Tahun 25, Nomor 1, Pebruari 2012), hlm. 54.
18
Ibid., hlm. 54-55. Berdasarkan pada sumber sejarah yang berupa tulisan tangan
peninggalan jaman Inggris yang memuat tentang Malang tahun 1812 (Detailed Settlement, 1812)
disebutkan, bahwa daerah ini terdiri atas 6 distrik (kawedanan), yaitu: Kawedanan Kotta,
Karanglo, Pakis, Gondang Legi, Penanggungan dan Ngantang. Jumlah distrik ini berubah
jumlahnya menjadi 7 distrik pada tahun 1866, setelah dimasukkan Distrik Sengguruh (Kepanjen).
Jumlah ini berlangsung hingga tahun 1887, dengan berubahnya Turen menjadi wilayah distrik
menjadikan Afdeling Malang memiliki 8 distrik.
19
Stadsgemeente Malang 1914-1939, Koleksi Perpustakaan Nasional.
20
Cultures in Nederlandsch Oost-Indie Koloniaal Verslag 1890, Koleksi Perpustakaan
Nasional, hlm. 5.
Pada tahun 1870, menjadi titik pergantian sistem perkebunan dari sistem
Meskipun begitu, para pengusaha asing tidak terhenti untuk berinvestasi, tercatat
Malang. 23
Penelitian ini diakhiri tahun 1930, yakni pada awal depresi ekonomi global
(Malaise). Pada saat itu, perkebunan kopi banyak mengalami kebangkrutan dan
saja perkebunan kopi yang masih mampu bertahan dalam situasi itu, seperti
21
A. van Schaik, Malang: Beeld Van Een Stad (Purmcrend: Asia Maior, 1996), hlm. 16
22
Bladziekte merupakan istilah belanda dalam menyebutkan penyakit karat daun kopi
sering juga disebut penyakit daun kopi (Hemileia vastarix B. et. Br.) adalah penyakit kopi yang
paling penting diseluruh dunia. Untuk indoensia penyakit ini merupakan penyakit yang terpenting
pada kopi arabika (Coffea Arabica L). Penyakit ini disebabkan oleh patogen Hemileia vastarix B.
et. Br. yang merupakan penyakit utama pada tanaman kopi arabika, sedangkan pada tanaman kopi
robusta penyakit ini tidak menjadi masalah. sebuah penyakit daun yang menyerang tanaman kopi.
Lihat arsip: Cultures in Nederlandsch Oost-Indie Koloniaal Verslag 1890. Koleksi Perpustakaan
Nasioanal.
23
Creutzberg, Changing Economy in Indonesia: A Selection of Statistical Source Material
from The Early 19th Century Up To 1940, Volumes 2-6 (The Hague: Martinus Nijhoof, 1978),
hlm. 17-18. Lihat juga: Lisjt van I. Particuliere Ondernemingen in Nederlandsch, Pasoeroean,
62.3, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia.
24
Nazaruddin Zainun, “Depresi Ekonomi Dunia 1929-1935: Perubahan Dasar Ekonomi,
Hala Tuju Dan Involusi Pertanian di Pulau Jawa”, Ekuitas, Vol. 10 No. 1, 2006, hlm. 3.
Distrik Turen.25
E. Tinjauan Pustaka
menjadi komoditi yang sangat diminati pasar pada masa Hindia Belanda tersebut
ada satu penelitian berupa artikel yang memberi gambaran penulis untuk meneliti
adalah tulisan Reza Hudiyanto yang berjudul, “Kopi dan Gula: Perkebunan di
ekonomi.
25
Djawatan Penerangan Repoeblik Indonesia Djawa Timoer (Surabaja: DP. RI. Prop.
Djawa Timoer, 1953), hlm.427-431. Koleksi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa
Timur.
26
Pada dasarnya tulisan ini merupakan sebuah Artikel yang menjelaskan hubungan
kemajuan perkebunan dan pertumbuhan Afdeling Malang dari pertengahan abad ke-19 sampai
abad ke-20. Selain itu, akan disadari orang itu. Lihat: Reza Hudiyanto, op.cit. hlm. 96.
meliputi pembukaan lahan yang mana pada situasi awal Afdeling Malang
merupakan wilayah yang masih tertutup oleh hutan. Selanjutnya, proses produksi
Kartodirjo dan Djoko Suryo yang diterbitkan oleh Aditya Media tahun 1991.28
hingga masa Orde Baru. Kemudian buku tentang perkebunan kopi yang berjudul
Tjokrowinoto29 merupakan penjelasan lengkap awal mula sejarah kopi dan sampai
datang di Jawa, tetapi dalam buku tersebut tidak menjelaskan kopi yang ada di
27
Reza Hudiyanto, Menciptakan Masyarakat Kota Malang di Bawah Tiga Penguasa
1914-1950 (Yogyakarta: Penerbit Lilin, 2011), hlm. 42.
28
Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo, op.cit., hlm. 1-2.
29
Retnandari dan Tjokrowinoto, Kopi, Kajian Sosial Ekonomi (Yogyakarta: Aditya
Media, 1991), hlm. 1-3.
hanya saja penelitian yang dilakukan lebih fokus di era Orde Baru.
Terdapat pula buku lainnya yakni yang berjudul “Keuntungan Kolonial dari
Kerja Paksa : Sistem Priangan dari Tanam Paksa Kopi di Jawa tahun 1720-
1870” karya Jan Breman31 yang berisi sistem sistem yang digunakan VOC sampai
(cultuurstelsel) perkebunan kopi di pulau Jawa. Buku karya Jan Breman dalam
Afdeling Malang.
F. Kerangka Konseptual
Kategori dalam sejarah ekonomi petani menurut Daniel Thorner pertama, dalam
penduduknya harus lebih dari separohnya yang terlibat dalam pertanian. ketiga,
30
James J. Spillane, op.cit., hlm. 3-4.
31
Jan Breman, Keuntungan Kolonial Dari Kerja Paksa: Sistem Priangan Dari Tanam
Paksa Kopi di Jawa, 1720-1870 (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2014), hlm. 2.
antara desa dengan kota, jadi ada kota-kota dengan latar belakang desa-desa.
Basile Kerblay, yang juga menganut pendapat Chayanov, ialah jika ekonomi
kapitalis tanah dan kerja merupakan variabel atau faktor yang oleh penguasa
dianggap sebagai faktor yang tetap, sedangkan dalam ekonomi petani kerjalah
yang merupakan elemen yang tetap menentukan perubahan dalam volume dari
modal dan tanah. Ekonomi kapitalis berdasarkan pada modal, ekonomi petani
melibatkan keduanya, yakni konsep teori ekonomi petani dan ekonomi kapitalis.
Penulis meninjau ada sebuah pertemuan antara ekonomi petani dan ekonomi
tahun 1870-1930. Pertemuan tersebut, bertemu pada cara produksi dan terbukanya
pedalaman Jawa sebagai lahan eksplotasi seperti apa yang dikatakan Boeke.34
32
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Edisi Kedua (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003),
hlm. 95. Lihat juga: Daniel Thomer, “Peasant Economy as a Category in Economic History”,
dalam Theodir Shanin, Peasants and Peasant Societies (Harmondsworth, Middlesex, England:
Penguin Books Ltd, 1973), hlm. 203.
33
Ibid., hlm. 96.
34
Menurut Boeke, pada masa Kolonial Belanda banyak terbukanya lahan di Jawa dan
sebagian daerah luar Jawa untuk perekonomian ekonomi Kerajaan Belanda, serta banyak
permasalahan sosial terutama yang menyangkut sektor agraria. Lihat: J. H. Boeke, “Ekonomi
Timur”, dalam Oosterse Economie (Den Haag: Servire, 1955), hlm. 2.
perkebunan tersebut, berupa sistem usaha pertanian dalam skala besar dan
Sistem perkebunan ini membutuhkan areal pertanian yang cukup luas dan
hal mengelola dan merawat tanaman komersial yang ditujukan untuk komoditi
ekspor di pasaran dunia, serta didukung oleh sistem administrasi dan birokrasi
memiliki beberapa komponen antara lain tanah, pekerja, modal, teknologi, skala,
faktor dan hasil produksi dan antara beberapa hasil produksi dalam satu proses
menyeluruh.37
merupakan salah satu komoditi utama pada saat kolonial Belanda. Kopi
merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan biji tanaman
kopi. Kopi digolongkan ke dalam famili Rubiaceae dengan genus coffea. Secara
umum kopi hanya memiliki dua spesies yaitu coffea arabica dan coffea robusta.
35
Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo, op.cit., hlm. 10-12
36
Anne Both, Keadaan Ekonomi Indonesia 1966 (Jakarta: LP3ES,1990), hlm. 198.
37
Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 2-3.
Untuk kopi jenis arabika dianjurkan curah hujan sekitar 1000-1500 mm pertahun,
ketinggian diatas 1000 m memiliki musim kering yang pendek, padahal kopi
khususnya kopi arabika membutuhan musim kering yang agak panjang supaya
mdpl dengan suhu 16-20 °C, beriklim kering tiga bulan secara berturut-turut. Kopi
Arabica merupakan produk ekspor kolonial yang berasal dari dataran tinggi
Etophia yang pada saat itu sangat dibutuhkan di perdagangan internasional. Kopi
orang tetap terjaga, mengurangi kelelahan, dan memberikan efek fisiologis berupa
peningkatan energi. Selain itu, mencegah penyakit diabetes hingga 50% dan kopi
juga mengandung zat asam klorogenik dan trigonelin yang dapat meningkatkan
insulin dan menghambat penyerapan glukosa dalam tubuh. Kopi juga dapat
menyegarkan tubuh dan tidak mudah mengantuk karena memiliki zat kafein.38
satu kepentingan politik UU ini bukan hanya menghapuskan Tanam Paksa, tapi
lebih dari itu yaitu untuk memperjuangkan kepentingan politik swasta Belanda
38
Eka Saputra, Kopi:dari Sejarah, Efek bagi Kesehatan dan Gaya Hidup (Yogyakarta:
Harmoni, 2008) hlm. 5.
39
Atau juga sedikit populer dengan nama Akkerwet, yang diundangkan di dalam staatsblad
tahun 1870 No. 55, tanggal 9 April 1870. Lihat: Rikardo Simarmata, Kapitalisme Perkebunan dan
Konsep Pemilikan Tanah oleh Negara (Yogyakarta: Insist Press, 2002), hlm. 124.
besaran.42
Titik fokus dalam pembahasan ini adalah pada 1870-1930. Pada tahun ini
40
Pada periode cultuurstalsel, Gubernur Jenderal Van den Bosch untuk membatasi ruang
gerak perkebunan swasta. Sebelumnya, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal de Gesignies,
izin ini sudah diberlakukan, tapi gagal dibangkitkan kapitalisasi di sektor perkebunan karena tidak
didukung oleh struktur sosial-ekonomi. Ketika itu, golongan borjuis di Belanda belum begitu besar
sehingga tidak banyak korporasi-korporasi kapitalis Belanda yang beroperasi di Hindia Belanda.
Akhirnya kebijakan de Gesignies tampak hanya sebagai kesadaran subyektif beliau tanpa
dukungan obyektif. Perbedaan kondisi obyektif inilah yang membuat pembukaan izin penyewaan
tanah atau lahan pengangguran (woeste gronden) pada tahun 1853 dan 1870 sangat mendukung
kapitasisasi di sektor perkebunan. Lihat: Ibid., hlm. 89-91.
41
Kemudian menurut peraturan agraris ditetapkan bahwa tanah yang bukan milik
perorangan penduduk adalah tanah pemerintah (tanah domain), tanah ini dibagi menjadi 2
golongan pertama tanah yang bebas dari hak-hak pribumi, kedua tanah yang meliputi tanah milik
pribumi. Lihat: Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia IV (jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm, 23.
42
Effendi Pasandaran, “Reformasi Kebijakan Dalam Perspektif Sejarah Politik Pertanian
Indonesia”, Reformasi Kebijakan Menuju Trasformasi Pembangunan Pertanian, (ed.) Haryono
(Jakarta: IAARD Press, 2014), hlm. 9.
baru bagi masyarakat setempat, hingga proses penyiasatan perkebunan kopi dalam
Hindia Belanda tahun 1870-1930 ini merupakan salah satu hal penting
dikarenakan kopi merupakan salah satu komoditi ekspor dari kolonial yang
ekonomi liberal dalam komoditi perkebunan kopi dan semakin banyaknya hutan-
hutan beralih fungsi menjadi perkebunan pada tahun 1870-1930. Penilitian ini
G. Metodologi Penelitian
Metode merupakan salah satu ciri dan cara kerja ilmiah yang penting
metode yang telah sepakati secara umum untuk mengkajinya. Pada buku Metode
Berikut ini adalah empat tahap penulisan sebagai bentuk metode penelitian skripsi
mengkategorikan dua jenis sumber yang dapat dijadikan pijakan, yakni sumber
43
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hlm. 28-
29.
tertulis yang digunakan pada studi ini berasal dari penelitian arsip. Penelitian arsip
sezaman. Koran Tjahaja Timoer merupakan salah satu surat kabar yang
memberita daerah Afdeling Malang secara khusus, dan tidak memungkiri pula jika
secara manual, penulis juga menelusuri sumber dalam dunia digital atau internet
yang relevan dengan kajian yang akan dibahas oleh penulis. Penulis menemukan
beberapa sumber dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Lijst van
ditemukan Koffie Statistiek voor Java en Sumatra. Gambar mengenai peta dari
Jawa Timur.
benar-tidaknya, serta asli dan tidaknya sumber-sumber tersebut. Tahap ini terdiri
atas dua macam, yaitu kritik internal dan kritik eksternal. Kritik internal mengenai
dikeluarkan oleh orang atau lembaga yang namanya tertera dalam sumber tersebut
atau tidak. Kritik ini sangat diperlukan untuk meneliti apakah sumber-sumber itu
sumber yang sudah melalui proses kritik pada tahap kedua. Tahap ini
dipergunakan untuk mempertajam penafsiran, maka hal yang lebih tepat untuk
pelaku sejarah penulis sehingga dapat melihat kesatuan dan kebertautan dalam
suatu kejadian atau peristiwa.45 Tujuan tahap ini adalah mengelola sumber yang
44
Aminuddin Kasdi, Memahami Sejarah (Surabaya: UNESA University Press, 2001),
hlm. 32.
45
F.R. Ankersmit, Refleksi Tentang Sejarah: Pendapat-pendapat Modern Tentang
Filsafat Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm. 153-156.
telah diperoleh untuk dipahami, dianalisa dan digambarkan secara luas, dan jelas.
Sehingga membentuk rangkaian yang kronologis antara satu dengan yang lain.
sintesa yang berkronologis dan berkausalitas, maka dengan ini diharapkan mampu
yang naratif dengan struktur yang analitis menjadi pilihan penyajian di dalam
plot-plot tertentu.46
H. Sistematika Penulisan
disajikan dalam empat bab. Bab I adalah pendahuluan yang meliputi latar
sistematika penulisan.
tumbuh tanaman kopi. Tanaman kopi yang ditanam di pegunungan juga memiliki
46
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm. 237-239.
di Afdeling Malang 1870-1930 juga dibahas. Pembahasan bab ini diakhiri dengan
penanaman oleh perkebunan pihak swasta asing. Produksi tanaman kopi serta
Bab IV merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran atas
bab ini.
BAB II
baik di bidang ekonomi maupun sosial. Perubahan di Malang yang semula hutan
daya tariknya adalah ekspektasi penghasilan yang lebih tinggi oleh pikiran
untuk memproduksi kopi, dikarenakan letak geografisnya yang cocok yaitu berada
Afdeling Malang memiliki luas wilayah 3.534,86 km² atau sekitar 353.486
ha, terletak pada 112,17º sampai 112,57º Bujur Timur, 7,44º sampai 8,26º Lintang
Pada bagian barat berbatasan dengan Karesidenan Kediri, bagian utara berbatasan
23
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
24
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Malang dapat dibagi menjadi dua kawasan yaitu kawasan sawah-tegal dan
dekade ke tiga abad XIX yang ditandai dengan perubahan hutan dan tanah-tanah
dalam masyarakat bumiputra. Pada pertengahan abad XIX, daerah Malang telah
dengan gunung-gunung yaitu di sisi Utara Gunung Anjasmoro (2.277 mdpl) dan
Gunung Arjuno (3.399 mdpl), lalu di bagian timur Gunung Bromo (2.392 mdpl)
dan Gunung Semeru (3676 mdpl), Barat Gunung Kelud (1.731 mdpl), di wilayah
1
M. Sardjono, 40 Tahun Kota Malang (Malang: DPK Malang, 1954), hlm. 6.
2
R. Reza Hudiyanto, Menciptakan Masyarakat Kota: Malang di bawah Tiga Penguasa
1914-1950 (Yogyakarta:Lilin, 2011), hlm. 34.
3
Cliford Geets, Involusi Pertanian Proses Perubahan Ekologi di Indonesia (Jakarta:
Bhatara Karya Aksara, 1983), hlm. 15-16.
Selatan terdapat Pegunungan Kapur (650 mdpl) dan Gunung Kawi (2.625 mdpl).
Kondisi yang paling subur di wilayah Malang adalah di sisi Utara sedangkan di
kegiatan bertani dan berkebun. Wilayah ditandai afdeling Malang beriklim tropis
yaitu suhu rata-rata sekitar 230C pada saat pagi, 30,50C pada saat siang hari, dan
pada malam hari sekitar 26,50C tetapi untuk kawasan pegunungan beriklim sejuk
dan dingin dan rata-rata 190C, sehingga tanah di Malang sangat subur akibat
berada di pegunungan tinggi tersebut dan memiliki hawa sejuk yang cocok
rendah menjadi perkebunan tanaman ekspor seperti tebu, kopi, teh, dan lain-
yang dapat memantau jumlah penduduk, luas lahan, dan volume hasil produksi
4
M. Sardjono, op. cit., hlm. 12.
seperti pada tahun 1879 didirikannya kereta api dan trem yang bertujuan
(Kepanjen), dan Kota Malang. Seperti daerah lainnya, Afdeling Malang memiliki
2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau yang memiliki kelembaban
Lereng Semeru, Bromo, Arjuna, dan Kawi. Kawasan ini merupakan kawasan
yang sangat subur sehingga banyak dijumpai pengusaha (ondernemer) pada akhir
abad XIX.6
meskipun pada situasi tersebut dalam cuaca kemarau. Kondisi tersebut berkat
kawasan Malang didominasi oleh jenis kopi Robusta7 dan juga ada beberapa yang
5
Branch. C. Melville. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar & Penjelasan
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995), hlm. 4.
6
Reza Hudiyanto, “Kopi Dan Gula: Perkebunan Di Kawasan Regentschap Malang
1832-1942. Sejarah dan Budaya, Tahun Kesembilan, Nomor 1, 2015, hlm. 98.
7
Jenis Robusta ini berasal dari hutan equator Afrika, dan didatangkan tahun 1900.
Seperti halnya Liberia, Liberia sebelumnya didatangkan pada tahun 1875 dari wilayah Monrevia.
Didatangkan jenis kopi ini untuk menggantikan kopi Arabika, namun ternyata juga tak bisa
dikembangkan. Jenis kopi Liberia ini juga kurang disukai karena rasanya terlalu asam dan lebih
pahit. Oleh karena itu, Robusta didatangkan untuk mengatasi penyakit karat daun. Rupanya,
ketinggian atau elevasi 500-2.000 mdpl, akan tetapi sebenarnya elevasi yang
optimal adalah 800-1.500 mdpl. Ketinggian area tidak mempunyai pengaruh pada
perkembangan dan produksi tanaman kopi, namun faktor temperatur yang punya
temperatur ditentukan oleh ketinggian area dari permukaan laut. Kopi jenis
Robusta dapat ditanam pada elevasi 0-1.000 mdpl. Akan tetapi elevasi optimal
adalah 400-800 mdpl dengan temperatur rata rata antara 21-24°C. Serta semakin
tinggi elevasi akan semakin lambat pertumbuhan kopi dan semakin lama pula
masa non produktifnya. Di samping itu semua elevasi juga berpengaruh terhadap
besarnya biji, yang artinya di tempat-tempat yang lebih tinggi maka bijinyapun
Robusta memiliki pertumbuhan yang kuat, pemeliharaannya ringan, juga dengan hasil produksi
lebih tinggi. Lihat: James Hoffmann, The World Atlas of Coffee (Richmond Hill, Firefly Books,
2014), hlm. 12-13.
8
M. Sardjono, op. cit., hlm. 12.
9
M.B. Smits, Hal Bertanam Kopi, Tiye Drukkerrij (Merapi, Fort de Kock 1918) hlm. 2.
Gambar 1: Peta Menunjukkan :1. Distribusi Jawa dan Madura di daerah; 2. Afdeling diklasifikasikan sebagai budidaya kopi; 3.
Wilayah-wilayah perusahaan perkebunan; 4. Lahan pribadi; 5. Rel kereta api.
Sumber: Kolonaal Verslag1884-1885, Koleksi Perputakaan Nasional.
daerah yang relatif tertutup dengan daerah lain sehingga perkembangan daerah
Malang menjadi agak terlambat jika dibandingkan dengan daerah lain. Ini
dekade awal abad XIX. Perhatian mereka masih terpusat pada daerah pesisir dan
10
Reza Hudiyanto, op. cit, hlm. 99.
mulai pada tahun 1826. Ada dua faktor yang cukup berpengaruh dalam
terasing kepada pengusaha perkebunan Eropa. Dia berharap dengan kebijakan itu
Jawa akan menyediakan jumlah produksi tanaman ekspor yang cukup besar yang
Belanda, kawasan Malang mulai menjadi bagian tidak terpisahkan dari sasaran
eksploitasi. Kondisi ketertutupan dan keterbelakang ini mulai berubah pada tahun
semua tanah-tanah yang belum digarap, termasuk sebagian tanah di daerah hutan,
untuk dijadikan sebagai lahan produktif. Dampak dari kebijakan ini sampai di
kemudian berubah menjadi perkebunan kopi dan tebu. Perkebunan kopi tersebar
11
Pada kepemimpinannya hasil komoditi ekspor meningkat, namun pemasukan bagi
bendahara Belanda masih agak rendah, terutama karena Petang Jawa (1825-1830) membuat
tingkat pengeluaran di daerah jajahan itu sendiri terlalu tinggi. Lihat: Peter Boomgaard, Anak
Jajaran Belanda: Sejarah Sosial dan Ekonomi Jawa 1795-1880 (Jakarta: Djambatan, 2004), hlm.
62.
12
Reza Hudiyanto, op.cit., hlm. 99.
pusat perkebunan kopi. Hal ini diperkuat oleh catatan dari Residen Pasuruan yang
mengatakan bahwa antara tahun 1827 hingga 1830, pekebun Malang yang
1829. Jenis industri itu adalah penggilingan gula dan penyulingan arak.
perkebunan ini juga terjadi di kawasan pedalaman, Malang. Jika jenis industri di
Pasuruan didominasi gula, maka di Malang yang merupakan dataran tinggi, kopi
sejak tahun 1830 pada saat Gubernur Jendral Van Den Bosch. Diperkirakan kopi
yang dihasilkan antara 80 hingga 90.000 pikul dan untuk tebu sebesar 16 hingga
20.000 pikul. Perolehan hasil kopi terbesar dicapai pada tahun 1839 dengan hasil
85.903 pikul. Penyumbang terbesar kopi adalah Afdeling Malang dengan 56.917
13
Lakeman, P.K.W. 1934. Stadsgemeente Malang 14 April 1914-1934. Malang:------,
1934): G. Kolff & Co, hlm. 14.
14
Diperkirakan produksi kopi yang dihasilkan dari perkebunan antara 80 hingga 90.000
pikul dan untuk tebu sebesar 16 hingga 20.000 pikul. Perolehan hasil kopi terbesar dicapai pada
tahun 1839 dengan hasil 85.903 pikul. Penyumbang terbesar kopi adalah Kabupaten Malang
dengan 56.917 pikul. Disamping kopi, juga ditemukan tanaman tembakau. Lihat : Domis, H.I, De
Residentie Pasoeroean. Gravenhage: Gedrukt bij HSJ De Groot, (MDCCCXXXVI, 1836), hlm.
69.
anaknya yaitu Raden Ario Adipati Notodiningrat II. Pada masa pemerintahan
dan tebu rakyat. Dari sudut pandang ekonomi, era bupati kedua ini merupakan era
dibagi ke dalam bea wijk-wijk.16 Batas-batas wijk untuk kota Malang baru
ditetapkan pada tahun 1873 berdasar surat keputusan Residen Pasuruan tanggal 15
Juli 1873.17 Kemajuan Afdeling Malang ini setidaknya terlihat dari perubahan
tidak terlalu produktif, sementara gelar Raden Aria Adipati diberikan untuk bupati
1822).18
15
Kata “bupati” khususnya berkaitan dengan Bupati Malang, belum ada sumber-sumber
yang membahas secara detail berkaitan dengan hubungan patron client, simbol-simbol sosial dan
kehidupan kesehariannya. Akan tetapi sutherland mengatakan bahwa pola sebagaimana yang
diuraikan di atas berlaku umum pada afdeling (kabupaten) di Jawa sejak birokrasi pemerintahan di
Jawa diseragamkan. Lihat: Heather sutherland, Terbentuknya Sebuah Elit Birokrasi (Jakarta: Sinar
harapan, 1983), hlm. 76.
16
Batas Kecamatan, dalam istilah belanda juga dapat disebut dengan distrik.
17
Politiek Verslag Afdeeling Malang 1873, Koleksi Pasoeroean, ANRI.
18
Reza hudiyanto, op. cit., hlm. 104.
dataran tinggi. Kawasan dataran tinggi ini mencakup kawasan Distrik Ngantang,
rendah. Kawasan ini mencakup distrik Turen, Sengguruh, dan Gondang legi.
dataran rendah.19
tahun 187020 bagi wilayah Malang adalah munculnya industri gula dan terbukanya
Sebelum itu, industri gula merupakan industri rumahan yang beromset kecil. Gula
yang mula-mula dibuat hanya gula kelapa, kemudian gula tebu. Gula tebu ini
dikerjakan dengan tenaga hewan (lembu), terutama oleh orang-orang Cina. Faktor
jalan kereta api ini muncul pabrik-pabrik gula. Keemasan industri gula terjadi di
19
Ibid., hlm 105.
20
Pada tahun 1870, Undang-Undang Gula disahkan pada tanggal 21 Juli, Staatsbald No.
136. Sedangkan Undang-Undang Agraria disahkan pada tanggal 9 April, Staatsblad No. 5,
sekaligu menyatakan berakhirnya Sistem Tanam Paksa. Karena itu, banyak sejarawan
menganggap tahun ini sebagai titik balik dalam sejarah kebijakn ekonomi Kolonial Belanda.
Mulanya kebibajakan konservatif perusahaan negara (Sistem Tanam Paksa) memberi peluang bagi
fase liberal perusahaan swasta. Lihat: Peter Boomgaard, op. cit., hlm. 64.
21
De Koloniale Roeping van Nederland, De Spoor en Tramwegen in Nederlandsch Indie
(Denhaag: Drukkerij J.M. Lindenbaum & Co, 1930), hlm. 10.
awal abad XX. Sekitar tahun 1900, daerah tebu terbesar di Jawa adalah Pasuruan.
karena 115 areal tebu di seluruh Jawa yang luasnya sebesar 175.000 bau berada di
daerah ini. Oleh karena itu, pada tahun 1900 didirikan proefstation22 tebu untuk
Pasuruan ini terkenal dengan penemuan sebuah varietas tebu unggul, yaitu jenis
tebu POJ 2878 (Proefstation Oost-Java, 2878), yaitu varietas baru yang dapat
menghasilkan tebu lebih banyak per hektarnya, semula 11,5 ton/ha menjadi 17
ton/ha.23 Wilayah Malang sebagai daerah pedalaman dari daerah tebu Pasuruhan
baru mendirikan pabrik gula setelah tahun 1900, seperti dibangunnya Pabrik Gula
Krebet Baru dan Pabrik Gula Kebon Agung yang didirikan tahun 1905 milik
swasta perorangan.24
Faktor lain didirikan proefstation karena mulai pada abad XX, perkembangan
22
Laboratorium Perkebunan untuk pengembangan tanaman.
23
Yuliati, “Sistem Pemerintahan Wilayah Malang Pada Masa Kolonial”, Jurnal
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, tahun 25, Nomor 1, Februari 2012, hlm. 53.
24
Reza hudiyanto, op. cit., hlm. 105.
25
Pada tahun bersamaan di Residen Besuki juga didirikan tempat penelitian
(proefstation) komoditi kopi.
menjadi lebih baik. Pada tahun 1916, tercatat 62 perusahaan perkebunan kopi
Tabel 1
wilayah turen merupakan wilayah pegunungan Bromo dan Semeru yang luas yang
pegunungan Arjuno dan Kawi, karena pegunungan tersebut selain komoditi kopi
yang ditanam, ada beberapa komoditi ekspor lainnya, seperti perkebunan teh di
Wonosari Lawang.
26
Kofiie Statistiek voor Java en Sumatra, Koleksi Perpustakaan Nasional.
dagang, pertokoan, rumah sakit, sekolah, dan lembaga riset perkebunan. Efek-efek
ini mulai memperkuat karakter kota dan (afdeling) kabupaten sebagai pusat
Kolonial Belanda.28
lebih banyak ditentukan oleh dua kondisi yaitu perkembangan sektor perkebunan
dan ketahanan terhadap wabah penyakit. Pada periode sebelum tahun 1914,
pes dan kolera, akan tetapi wabah itu hanya terjadi selama periode yang pendek.
daerah di luar Malang baik dari Jawa Tengah maupun Madura. Berdasarkan
27
Malang stroomtram Maatschappij (MSM) atau perusahaan trem Malang mendirikan
perusahaan dengan latar belakang oleh Pendirian SS 16 Mei 1878,Staat Spoorwegen yang
membuka jalan kereta api Surabaya-Pasuruan sebagai tahap pertama dari pembukaan jalur kereta
Surabaya-Malang. 20 Juli 1879 SS membuka jalan kereta api Pasuruan–Malang sebagai tahap
kedua (akhir) dari pembangunan jalur kereta Surabaya-Malang. Lihat: Mukhlis Paeni, Sejarah
Kebudayaan Indonesia: Sistem teknologi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 228.
28
Dukut Imam Widodo, Malang Tempoe Doloe Djilid Doea (Malang: Bayu Media
Publishing, 2006), hlm 29-32.
29
A. van Shaik, Malang Beeld van een Stad (Purmerend: Asia Maior, 1996), hlm. 22.
Tabel 2
Jumlah Penduduk afdeling Malang 1847 dan 1872
1847 1872
Jawa 83.419 127.938
Madura 3.881 -
Eropa 103 284
Arab 8 96
Melayu 114 -
Cina 465 600
bumiputera bahkan telah mencapai angka di atas 80.000. Angka ini termasuk
tinggi jika dibandingkan dengan kawasan lain pada tahun yang sama. Terjadi
disebabkan oleh migrasi dan kenaikan angka kelahiran. Migrasi terutama berasal
dari daerah Kediri, Surabaya, dan Pasuruan. Perpindahan penduduk itu berkaitan
dan Gondang Legi. Disamping oleh migrasi, pertambahan jumlah penduduk juga
30
A. van Shaik, op. cit., hlm. 30.
Afdeling Malang lebih banyak ditentukan oleh dua kondisi yaitu perkembangan
sektor perkebunan dan ketahanan terhadap wabah penyakit. Pada periode sebelum
wabah penyakit pes dan kolera. Wabah lain yang sering mengancam penduduk
mampu menyerap banyak tenaga kerja. Pekerjaan itu belum termasuk aktivitas
Bumiputra. Khusus penduduk lapisan bawah, yaitu para kuli, mereka memperoleh
31
Stadsgemeente Malang 14 April 1914-1934. Koleksi Perpustakaan Nasional.
32
Biasa disebut (Flu Spanyol) adalah Pandemik Influenza yang mulai menyebar
di Amerika Serikat, muncul di Afrika Barat dan Perancis, lalu menyebar hampir ke seluruh dunia.
Kebanyakan korban Flu ini adalah Dewasa Muda. Flu Spanyol terjadi dari Maret 1918 sampai Juni
1920, menyebar sampai ke Arktik dan kepulauan Pasifik. Diperkirakan 50 sampai 100 juta orang
di seluruh dunia meninggal. Lihat: John M. Barry, The Great Influenza: The Epic Story of the
Greatest Plague in History (London: Viking Penguin, 2004), hlm. 7.
33
Algemeen Verslag van der Residentie Pasoeroean 1847. Koleksi Pasoeroean, ANRI.
perkebunan, selain itu mereka juga bekerja sebagai kuli di bidang perkeretaapian
berada di daerah kaki Gunung Semeru, Wlingi, Dampit, Sengguruh, Pujon, Bakir
Tabel 3
Jumlah pendapatan penduduk bumiputra dan orang-orang Cina 1910-1914
Tahun Jenis profesi
Mandor Kuli Kuli KA Tukang Mandor
perkebunan perkebunan Batu Pabrik
1910 0,45-0,85 0,35-0,45 0,35-0,45 0,50-1,20 0,70-1,25
1911 0,40-1,66 0,25-0,35 0,25 0,50-1,25 0,70-2
1912 0,40-1,66 0,25-0,35 0,25-0,45 0,50-1,25 0,70-2
1913 0,45-1,66 0,35-0,45 0,25-0,45 0,50-1,25 0,70-2
1914 0,45-0,85 0,35-0,45 0,25-0,45 0,50-1,20 0,50-2,50
mereka tidak terlepas dari posisi onderdistrik Malang sebagai kota transito
cukup lama untuk mengangkut kopi dari daerah pedalaman ke onderdistrik kota.
Tabel 4
Jumlah Penduduk Karesidenan Pasuruan Tahun 1915/1916
Afdeling Jumlah Penduduk Jumlah Keluarga yang
Menanam Kopi di
Perkebunan Pemerintah
Malang 761.555 37.327
Bangil 116.031 -
Pasuruan 50.571 3.490
Probolinggo 41.192 2.303
Krasaan 57.037 2.345
Lumajang 78.011 12.607
Proses migrasi ini berlangsung terus hingga memasuki abad XX. Dua
penduduk Eropa dan Tionghoa yang cukup pesat, masing-masing 150% dan 40%.
seperti pada tabel 4 di atas. Jumlah keluarga yang menanam kopi di perkebunan
tersebut didukung oleh kondisi lahan yang subur untuk memenuhi kebutuhan
Malang merupakan wilayah yang paling cocok untuk memproduksi komoditi kopi
34
A. van Shaik, op. cit., hlm. 34.
BAB III
penyerahan wajib komoditi ekspor yang menjadi pajak setiap rumah tangga untuk
insdustri perbankan.
tempat yang jauh dan bukan untuk konsumsi lokal. Di Indonesia antara lain cocok
untuk tanaman kopi, teh, gula, tembakau, kina, kakao dan tanaman lainnya.
Tanaman kopi adalah tanaman berupa pohon kecil yang bernama Perpugenus
41
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
42
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Coffea dari familia Rubiaceae. Tanaman kopi umumnya berasal dari benua
Afrika, termasuk familia Rubiaceae dan jenis kelamin coffea. Di seluruh dunia
kopi dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu 1) Coffea Canephora, yang salah satu
Belanda di Pantai Malabar, Adrian Van Ommen, untuk membawa biji kopi ke
kini lebih dikenal dengan Pondok Kopi. Beberapa waktu kemudian kopi arabika
akhir abad XVII yang membuat perubahan akan sistem perkebunan yang ada.3
1
James, Komoditi Kopi Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia, (Yogyakarta:
Kanisius, 1995), hlm. 11.
2
Waaron Tijdschrift voor Koffie, De Burgcultures, 18 Januari 1980, Koleksi
Peerpustakaan Nasional.
3
Masyarakat Indonesia yang sebelumnya hanya mengenal kebun dalam penggunaan
sebagai pertanian pangan. Kemudian diperkenalkan oleh pemerintah kolonial dengan sistem
penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris,
monopoli dan pungutan paksa dalam memenuhi permintaan akan bahan rempah di
perkebunan. Lihat: James J. Spillane, Komoditi Kopi: Perannya dalam Perekonomian Indonesia
(Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm. 11.
4
Ibid., hlm. 12.
5
C. R. Boxer, Jan Kompeni: Sejarah VOC dalam Perang dan Damai 1602-1799
(Jakarta: Sinar Harapan, 1983), hlm. 37.
untuk memenuhi permintaan pasar. Perluasan juga terjadi pada komoditi lain
seperti kopi di Priyangan dan tebu di Jawa Tengah dan Jawa Timur.6
menjadi pengekspor kopi utama untuk pasaran Eropa. Sistem pengusahaan kopi di
ditanam di area hutan yang belum dibuka dan dikerjakan oleh para pekerja
Pada tahun 1712, kopi hasil perkebunan Indonesia untuk pertama kalinya
sebanyak 7,5 pikul.8 Pada tahun 1725 kopi sudah menjadi komoditi yang besar
dari 19.355 pikul kopi yang dijual di Amsterdam dalam tahun tersebut.
6
James J. Spillane, op. cit., hlm. 8.
7
Mubyarto dkk, Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan Kajian Sosial Ekonomi.
(Yogyakarta:Aditya Media, 1992). hlm. 17.
8
Per pikul = 62,5 Kilogram (kg).
Pemerintah setempat menuntut para penduduk desa untuk menanam kopi sebagai
bentuk pajak. Selama tahun 1725-1779 pihak VOC memonopoli budidaya kopi di
menyerahkan hasil produksinya dengan sistem rodi. Kemudian kopi rakyat mulai
dalam bidang politik, ekonomi maupun agama. Paham tersebut kemudian juga
pribumi.
tenaga kerja rodi. Rakyat dituntut untuk membangun berbagai prasarana (jalan,
9
James J. Spillane, op. cit., hlm. 41-42.
10
Merupakan suatu bentuk ketentuan yang diputuskan oleh kompeni dengan para raja
tentang kewajiban menyerahkan seluruh hasil panen dengan pembayaran yang harganya juga
sudah ditetapkan secara sepihak. Dengan ketentuan ini, rakyat tani benar-benar tidak bisa berbuat
apa-apa. Mereka tidak berkuasa atas apa yang mereka hasilkan. Lihat: Urip Santoso, Hukum
Agraria Kajian Komprehensif (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 14.
11
Herman William Deandels merupakan Gubernur Jenderal yang menerima tugas dari
kerajaan Belanda untuk memimpin pemerintahan di Hindia Belanda setelah VOC dibubarkan.
Lihat: M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press,
2005), hlm. 137.
menjadi sistem pemungutan pajak tanah (landrente). Sistem ini diharapkan dapat
memberikan kebebasan dan kepastian hukum bagi para petani. Tujuannya tidak
pihak pemerintah.15
kolonial. Kemudian diubah dengan cara menyewakan kebun kopi kepada kepala
desa. Akan tetapi, hal tersebut juga belum mensejahterakan petani. Penyerahan
hasil tanaman atau pengolahan hasil bumi kepada pihak asing melalui kepada desa
ataupun langsung masih tetap menunjukan nilai kerugian bagi petani. Hasil kopi
12
Ibid., hlm. 138
13
Pada tahun 1811, pimpinan Inggris di India yaitu Lord Muito memerintahkan Thomas
Stamford Raffles yang berkedudukan di Penang (Malaya) untuk menguasai Pulau Jawa dengan
mengerahkan 60 kapal untuk menyerah Belanda di Bumi Nusantara. Inggris berhasil menduduki
Batavia pada tanggal 26 Agustus 1811 dan pada waktu itu, Belanda menyerah melalui Perjanjian
Kapitulasi Tuntang. Isi Kapitulasi Tuntang salah satunya adalah Pulau Jawa dan sekitarnya dikuasi
Inggris. Pada tahun 1824, Belanda melakukan perundingan dengan Inggris melalui Treaty of
London yang menegaskan salah satunya adalah Belanda memberikan Malaka kepada Inggris dan
sebaliknya Inggris memberikan kekuasaannya di Nusantara kepada Belanda. Lihat: Ibid., hlm.
149.
14
Urip Santoso, op. cit. hlm. 14.
15
M.C. Ricklefs, op. cit., hlm.139.
yang diharapkan pemerintah tidak tercapai dan cenderung turun. Hal ini terjadi
berhasil atau gagal. Gubernur Jenderal Johanes van den Bosch (1830) menerapkan
sistem baru yaitu sistem tanam paksa (cultuurstelsel). Tanam paksa ini merupakan
gabungan antara sistem penyerahan wajib dan sistem pajak tanah. Dalam sistem
tanam paksa ini, petani dipaksa untuk menanam suatu jenis tanaman tertentu yang
secara langsung maupun tidak langsung dibutuhkan oleh pasar internasional. Hasil
imbalan apapun, sedangkan bagi rakyat yang tidak mempunyai tanah pertanian
wajib menyerahkan tenaga kerjanya yaitu seperlima bagian dari masa kerjanya
pendapatan negara sebelum 1832 dilakukan oleh berbagai biro yang sebagian
besar secara langsung atau tidak langsung berada di bawah Direksi Umum
16
Urip Santoso, op. cit. hlm. 17.
17
“kata pengantar” Arsip Perkebunan (Archieven Cultures) 1816-1900. (Jakarta:ANRI)
1982. Hlm 3.
menimbulkan kecaman dari berbagai pihak terutama para penganut paham liberal.
Sejalan dengan hal itu, kaum borjuis Belanda yang mempunyai modal lebih,
paksa dengan sistem persaingan bebas, dan kerja bebas menuntut konsepsi
besar. Di samping pada dasarnya para penguasa itu tidak mempuanyai tanah
sendiri yang cukup luas dengan jaminan yang kuat guna dapat mengusahakan dan
mengolah tanah dengan waktu yang cukup lama. Usaha yang dilakukan oleh
pengusaha swasta pada waktu itu adalah menyewa tanah dari negara. Tanah-tanah
Tabel 5
Produksi tanaman Ekspor di Jawa 1831-1850
Tahun Kopi Gula Teh
1831 24.000 6.700 -
1836 44.000 - -
1840 54.000 58.000 88
1846 65.000 80.000 459
1850 74.000 102.000 410
18
Boedi Harsono, “UUPA, Sejarah Penyusunan, Isi dan Pelaksanaanya, Bagian I
(Jakarta: Jambatan, 1986) hlm. 18.
Belanda.19
kapitalisme merkatilis modal dikuasai oleh negara dan kaum feodal lainnya, maka
borjuis. Perubahan pertama ini akan melahirkan perubahan yang kedua. Yakni,
Belanda.20
19
Pieter Creutzberg dan J. T. M. Van Laanen (penyuting), Sejarah Statistik Indonesia
(YOI, 1987), hlm., 146.
20
Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian
Sosial-Ekonomi (Yogyakarta: Aditya Media, 1991), hlm. 79.
oleh kalangan intelektual, baik yang ada di Belanda maupun Hindia Belanda.21
Van der Putte yang merupakan mantan Menteri Jajahan. Menurut mereka, orang-
orang bumiputra harus dipaksakan hidup dalam aturan Barat. Untuk itu harus
Alasan yang diajukan oleh golongan liberal, agar terdapat kepastian di Hindia
dalam ruang dan wilayah aturan hukum Barat dan menjauhkan mereka dari tindak
ekonomi dari masing-masing golongan di atas masih tetap sama. Yakni, Hindia
1870 merupakan titik tolak sejarah pertanian Barat di Hindia Belanda. dalam
21
Rikardo Simarmata, Kapitalisme Perkebunan dan Konsep Pemilikan Tanah oleh
Negara (Yogyakarta: Insist Press, 2002), hlm. 134.
22
Ibid., hlm. 135-136.
produksi.23
Hindia Belanda, dari sistem kontrol negara dengan cara menggunakan hirarki
ekonomi ala Sistem Tanam Paksa menjadi kontrol ekonomi yang bersifat kapitalis
wilayah karesidenan di Jawa. Kopi merupakan jenis tanaman ekspor yang bisa
23
Ahmad Nashih Luthfi, Melacak Sejarah Pemikiran Agraria: Sumbangan Pemikiran
Mazhab Bogor (Yogyakarta: Pustaka Ifada, 2011), hlm. 44.
24
Vincent J. H. Houben, “Perkebunan-perkebunan Swasta di jawa Abad ke XIX”, dalam
J. Thomas Linblad (ed.), Sejarah Ekonomi Modern Indonesia, Berbagi Tantangan Baru (Jakarta:
LP3ES, 2000), hlm. 97.
25
Rikardo Simarmata, op. cit., Hlm. 29.
paksa.26 Hal tersebut disebabkan oleh kondisi tanah tebu yang mengharuskan
memiliki tanah subur. Selain itu irigasi yang baik juga menjadi syarat akan
selama abad XIX yaitu tahun 1880-1884. Ketika itu produksi mencapai hasil rata-
rata tahunan sebesar 1.522.580 pikul. Pada tahun 1880an, Kopi jenis Arabika,
merupakan pajak wajib dari daerah Jawa. Setelah sekitar 1885, Hama alasan lain
penurunan produksi kopi ialah karena tehnik pengolahan yang tidak cocok.
penyakit kopi (yang diserang daunnya) tidak dapat dibasmi oleh pengusaha kecil
vastratix B dan Br. Akibat serangan ini produksi kopi menurun sekali dari kira-
26
Mubyarto dkk, op. cit., hlm. 19.
27
Pieter Creutzberg dan J.T.M van laanen (ed). op.cit,. hlm 139-140.
28
James J. Spillane, “Komoditi Kopi Perananya Dalam Perekonomian Indonesia”
op,cit,. hlm. 42.
29
Bladziekte merupakan istilah belanda dalam menyebutkan penyakit karat daun kopi
sering juga disebut penyakit daun kopi (Hemileia vastarix B. et. Br.) adalah penyakit kopi yang
kira 379.032 pikul pada tahun 1885 menjadi tinggal kira-kira 181.451 pikul pada
tahun 1896-1900. Padahal dalam tempo kira-kira 150 tahun sebelumnya, sekitar
tahun 1699-1880 kopi Arabika tersebar di seluruh Jawa sehingga jenis ini
sekarang dinamakan kopi Jawa. Akan tetapi, iklim dunia yang berubah hingga
paling penting diseluruh dunia. Untuk indoensia penyakit ini merupakan penyakit yang terpenting
pada kopi arabika (Coffea Arabica L). Penyakit ini disebabkan oleh patogen Hemileia vastarix B.
et. Br. yang merupakan penyakit utama pada tanaman kopi arabika, sedangkan pada tanaman kopi
robusta penyakit ini tidak menjadi masalah. sebuah penyakit daun yang menyerang tanaman kopi.
Lihat arsip: Cultures in Nederlandsch Oost-Indie Koloniaal Verslag 1890, Koleksi Perpustakaan
Nasional, hlm. 23.
30
Kopi arabika merupakan varietas pertama kopi yang ada ditanam tetapi kopi ini
rentang sekali terhadap serangan penyakit terutama penyakit daun. Karena kerentanan kopi
Arabica ini terhadap penyakit maka seringnya kopi yang mati dan gagal panen. Ciri-ciri kopi
Arabica yaitu daun kopi yang kecil-kecil dan licin, buahnya agak besar dan beras pun demikian.
Kopi arabika ditanam di daerah Jawa Timur, Krae (Bengkulu), Mandailing, Sipirok, Tjibadak dan
lain-lain. Lihat: Pudji Rahardjo, Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta
(Jakarta: Penebar Swadaya, 2012), hlm, 4.
1875. Namun ternyata jenis ini pun juga mudah diserang penyakit karat daun dan
kurang bisa diterima di pasar karena rasanya yang terlalu asam. Kopi Arabika
yang rentan terhadap penyakit dan gampang mati maka orang-orang mencari
penggantinya dan ditemukan di negara Liberia Afrika sehingga kopi baru ini
diberi nama kopi Liberia. Tetapi setelah bertahun-tahun kopi Liberia masih tetap
terserang penyakit, malah lebih berbahaya daripada kopi Arabica sehingga kopi
Liberia ditinggalkan kembali. Sisa tanaman kopi jenis liberia ini masih dapat
31
Ibid., hlm. 5
kopi jenis Robusta (Coffea Canephora)32 tahun 1900, yang ternyata tahan
terhadap penyakit karat daun dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan
seluruh daerah baik di Jawa, Sumatera maupun ke Indonesia bagian timur. Biji
kopi Robusta ini banyak macamnya tetapi semuanya memiliki nama masing-
masing tetapi bentuknya hampir serupa semua. Kopi Robusta sangatlah kuat
terhadap serangan penyakit tetapi rasa dan bau kopi Robusta jauh sekali terhadap
kopi Arabica dan kopi Liberia, sebab itulah kopi Robusta lebih murah daripa kopi
Arabica dan kopi Liberia akan tetapi hasil dari panen kopi Robusta sangat
32
Tahun 1900 didatangkan impor bibit kopi Robusta yang diimpor dari daerah Kongo,
Afrika. Tanaman ini dinamakan “Robusta” karena pertumbuhannya menjadi tanaman yang robusta
(tegap kekar). Tanaman kopi Robusta ini lebih tahan berbagai penyakit kopi daripada tanaman
kopi Arabika.
33
Ibid.
arah suatu kebangkitan kembali nasib-nasib industri. Jenis tanaman kopi ini tahan
penyakit, keras dan memberi hasil yang tinggi. Walaupun kopi ini memperoleh
harga yang lebih rendah daripada kopi Arabika. Namun permintaan dunia
meskipun kerap tanaman tersebut gagal panen. Penanaman kopi Liberia tetap
pada awal abad ke XX tepatnya tahun 1911 hasil produksinya mampu menggeser
kopi Jawa. Produksi kopi Robusta paling dominan mencapai 142.288 pikul dan
kopi Jawa hanya 97.909 pikul. (lihat tabel 6). Berikut hasil panen kopi di Jawa
Timur yang dilakukan oleh makelar kopi Batavia bisa dilihat dari tabel berikut:
Tabel 6
Produksi Kopi Tahun 1900-1930 di Jawa Timur
mengalami penurunan produksi akibat tanaman kopi ini mudah diserang penyakit
karat daun. Kopi Robusta sampai pada tahun 1930 menjadi komoditas kopi yang
paling subur. Penyebab itu, karena tanaman kopi ini tahan penyakit, keras dan
memberi hasil yang tinggi. Walaupun kopi ini memperoleh harga yang lebih
perkebunan ketika itu. Data tersebut berhubungan dengan produksi, luas tanah,
sumber daya tenaga kerja (buruh) dan tanah yang sedikit. Perkebunan-perkebunan
swasta menggunakan lahan yang luas untuk menanam, bersifat padat modal,
berorientasi pasar.
lahan tanah yang ada di desa. Desa merupakan lokasi yang strategis dalam
bahwa konsep mengenai desa ialah terdiri atas satu atau lebih kelompok
sebuah desa antara tempat pemukiman masyarakat dan lahan garapan (pertanian)
dan dioperasikan sebagai suatu satuan mandiri yang besar.35 Luas areal
34
Cultures In Nederlandsch Oost-indie, Koloniaal Vesrlag 1890. Koleksi Perpustakaan
Nasional.
35
Perkebunan yang memiliki satuan mandiri tersebut ditujukan kepada perkebunan
swasta yang memiliki lahan bercabang. Ketenagaan kerja yang dimilikinya harus terorganisir
mulai dari direksi (pemimpin dalam perkebunan), diikuti di bawahnya yakni staf-staf ahli hingga
para pekerja perkebunan.
tidak berbeda dengan daerah-daerah lain. Hal tersebut akan digambarkan lewat
tabel di bawah:
36
Mackie, Jamie, “Perkebunan dan Tanaman Perdagangan di Jawa Timur: Pola yang
Sedang Berubah” Howard Dick dkk., (ed.), Pembangunan yang Berimbang: Jawa Timur dalam
Era Orde Baru (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1997), hlm. 266.
Tabel 7
Perkebunan Kopi Afdeling Malang 1870-1873
Distrik Lahan Produksi Rata-rata Pendapatan Pekerja
perkebunan Kopi Per-tahun Per-keluarga
Kota Malang 1716 564 f 4-29
Gondang Legi 7649 6794 f 11-55
Singoro 3112 2542 f 10-62
Pakis 5962 72365 f 57-79
Karanglo 2869 12726 f 30-40
Penangoengan 6266 51139 f 9-106
Ngantang 2112 23999 f 72-147
masyarakat buruh terutama pribumi sendiri. Pada tahun 1870 jumlah keluarga (
dalam satu rumah tangga) di Afdeling Malang sebanyak 38.508 keluarga, ada
(Kepanjen) dan Karanglo, yang dalam tiga tahun (dari tahun 1870-1872)
memperoleh rata-rata penghasilan f 16,74 per tahun. sedangkan produksi kopi dari
pekarangannya tidak menguntungkan pada tahun 1871, yakni f 9.87 per keluarga.
dengan 14.261 keluarga tergolong dalam budidaya kopi (penghasil kopi periode
yang sama dalam tiga tahun) hanya f 9 dan Kotta-Malang sendiri sebesar 4,29 per
keluarga. Jumlah total tanaman kopi Karisidenan Pasuruan pada tahun 1870
adalah 265.155 pikul, pada tahun 1871: 107, 229 pikul dan pada tahun 1872:
Jawa.37
milik S. L. W. Van der Eist pada tahun 1874.38 Pendirian tersebut tidak sewenang-
wenangnya berdiri, akan tetapi juga ada persyaratan untuk mendirikan sebuah
perekrutan tanah oleh penduduk asli kepada penduduk asli, dan juga dengan
jaminan penyelesaian cepat dari hal-hal yang dibuat tergantung pada keputusan
yang lebih tinggi. Kelima, perluasan budaya kopi di daerah pegunungan, di bawah
eksploitasi penduduk asli, awalnya dengan kerja paksa, tapi dengan upah yang
37
Ibid., hlm. 33.
38
Ibid.
39
Besluit Staats-koffiecultuur of Java 1974. Koleksi Badan Kearsipan dan Perpustakaan
Jagir Surabaya.
adil. juga dengan tujuan untuk menyebarkan populasi ke wilayah Jawa yang
hutan yang digunakan untuk pengelolaan panen kopi. Kemudian untuk tahun-
40
S. L. W. Van Der Elst, op. cit., hlm 30-31. Pengesahan Undang-Undang Agraria pada
tahun 1870 yang membuka secara luas kesempatan swasta asing dalam menginvestasikan modal di
Hindia Belanda. Hal tersebut kemudian juga dimanfaatkan oleh swasta asing untuk menanamkan
modalnya pada sektor perkebunan kopi. Kegiatan untuk melakukan sistem kontrak sewa tanah
dalam jangka waktu yang panjang juga ikut berkembang. Cara tersebut membuka adanya
kesempatan investasi Eropa dalam industri, dalam hal ini menyebabkan peningkatan besar dalam
produksi perkebunan terutama di Jawa Timur. Lihat: James J. Spillane, op. cit,.hlm. 42
perkebunan, pemilik serta direksi, luas tanah serta tanggal prasarana dalam catatan
Tabel 8
Daftar Perkebunan Kopi di Malang 1870-1880
Nama Awal sewa
Den
Kecamatan Luas Het
Pengusaha huurtijd
(Distrik) Wilayah lahan erfpachtsregt
(ondernemers)41 (20
(75 tahun)
tahun)42
Tanahwangi-
9 Maret
Gondang Legi Tanahwangi maatsh te 739
1876
Amsterdam
Maatschappij
8 Desember
Limburg Limburg te 1112
1875
Soerabaya
Ampel 2 Agustus
Reiss & C 504
Gading 1875
A.H.J. Bloijs
Petoeng
van Treslong 523 21 Juni 1879
Ombo
Prins.
Gelderland
30 April
(Soember C.L. Lagerweij 526
1880
Soeko)
Soekorame B.A. Barkey 672 14 Mei 1880
Soember J.E.
477 21 Mei 1880
Manggis Wiederhold.
20
Soember
D. Utermark 549 September
Gesing
1880
W. baron van 13
Polaman Voorst tot 239 Desember
Voorst. 1880
A.F.A. van 14 Januari
Senggoro Boemiaijoe 109
Schepenberg 1876
W. Thieme en 11 Februari
Soekoredjo 146
J.C. L. Cambier 1875
Soember
Id. 495 30 Juli 1880
Sobra
Madoe P.L.H. 12 April
499
Ardjo Stennekes 1875
Bandoeroto J.C. Leuring 549 16 Juli 1880
41
Dalam data ini ondernemers yang disebutkan tidak secara detail, penyebutan disini
terkadang nama perkebunannya dan terkadang pula nama pemilik perusahan.
42
Sistem sewa lama sebelum adanya perundang-undangan perkebunan tahun 1870.
J.E. en A.f.
Boemiredjo 427 3 Juni 1875
iederhold
Gendogo
K.H. Abraas 416 29 Mei 1876
Ardjosari
20
Soember A.F.A. v.
445 September
Nongko Scherpenberg
1880
Bandoe
J. van Schooten 619 Id.
Ardjo
9 Oktober
Penanggoengan Gangsiran M.F. Reijnst 495
1874
Maatsch.
12 Mei
Djoengo Djoengo te 500
1868
Soerabija
S.L.W. v. D. 31 Agustus
Karanglo Soembool 499
Elst. 1874
Kembar Id. 521 12 Juli 1876
Kembar 7 September
Id. 278
inggil 1880
27
Wonosari J.M. Verheij 472 November
1875
Wonoagung Id. 178 26 Juni 1878
Penanggungan yang berdiri pada tahun 12 Juli 1868. Sistem sewa tanah yang di
pakai waktu itu merupakan Den huurtijd43 yang berdurasi 20 tahun lamanya.
43
Adanya monopoli pemerintah dengan sistem tanam paksa dalam lapangan pertanian
telah membatasi modal swasta dalam lapangan pertanian besar. Di samping pada dasarnya para
penguasa itu tidak mempuanyai tanah sendiri yang cukup luas dengan jaminan yang kuat guna
dapat mengusahakan dan mengolah tanah dengan waktu yang cukup lama. Usaha yang dilakukan
dari jajaran direksi dan staf perusahaan perkebunan. Luas tanah yang dimiliki
perkebunan, luas tanah, serta harga sewa lahan perkebunan dari tahun ke tahun
juga tidak sama. Selain mengenai internal perkebunan sendiri, peneliti juga
pemerintah. Walaupun sudah ada peningkatan yang lebih baik untuk penduduk
desa dan jasa manajemen. Pada tahun yang sama, semua kebijakan pemerintah
masing perkebunan. Data perkebunan kopi di Malang tahun 1881 sampai 1899.
oleh pengusaha swasta pada waktu itu adalah menyewa tanah dari negara. Tanah-tanah yang bisa
disewa adalah tanah-tanah negara yang masih kosong. Lihat: Urip Santoso, op. cit., hlm. 17.
44
Mackie, Jamie, “Perkebunan dan Tanaman Perdagangan di Jawa Timur: Pola yang
Sedang Berubah”, op,cit,. hlm. 265.
Tabel 9
Sebagian Daftar Nama dan Pemilik Perkebunan Kopi di Malang tahun 1881-1899
Nama Luas Tanggal daftar Hak
Distrik Nama Pemilik
Perkebunan Kebun sewa
Gondang J. A. H
N. V. Limburg 424 21 Juli 1881
Legi Everard
Id. Id. 183 21 Juli 1881
Id. Id. 229 30 Agustus 1882
Id. Id. 416 30 Agustus 1882
Zuid-Java
J. Engelberts 420 19 Juli 1883
Cultuur Mij.
N.V. Toeren
Turen F.C. van baak 492 13 Oktober 1881
Estates
Id. Id. 449 11 Oktober 1882
Id. Id. 339 20 Oktober 1887
N.V. Oost-Java
A.J. Gogeit 482 28 Januari 1892
Rubber Mij.
Id. Id. 445 28 Januari 1892
Id. Id. 334 28 Januari 1892
N.V. javasche
P. Termijtelen 526 30 April 1880
Rubber Mij.
Id. Id. 137 23 Januari 1892
Id. Id. 28 23 Januari 1892
Id. Id. 422 20 Desember 1889
Id. Id. 337 20 Desember 1889
Id. Id. 111
Sengguruh Cult. Mij. C. L. Lammer
382 30 Juli 1881
(Kepanjen) Kalitelo Listnet
Id. Id. 529 4 Desember 1882
Id. Id. 549 4 Desember 1882
Cult. Mij. Alas F. A. von
538 5 Desember 1882
Tledek Wiederhold
Sumber: Lijst van Particuliere Ondernemingen In Nederlandsch-Indië Op
Gronden Door Het Gouvernement Afgestaan In Huur (Voor
Landbouwdoeleinden) En Erfpacht, Pasoeroean Landbouw 7.3, ANRI.
tersebut ada dua macam dua. Pertama, pengusaha baru mendirikan perkebunan
Barek I, Barek II, sumberrejo Lor, dan Sumberrejo Kidul. Hal yang sama yang
dilakukan oleh F.C. van baak di Disitrik Turen dan C. L. Lammer Listnet di
Distrik Sengguruh.
sama. Selanjutnya besar dari sewa tanah dengan penduduk bukan ditentukan dari
luas tanah yang disewa. Melainkan dari kondisi tanah yang disewa (cocok untuk
mulai diikuti masyarakat secara, akan tetapi tidak dengan kondisi perkebunan
kopi masih mencari-cari alasan bahwa yang mereka lakukan sudah sesuai aturan45
45
Elson, R.E, Javanese Peasant and the Colonial Sugar Industry, (Singapura: Oxford
University Press, 1984), hlm. 45.
modal oleh investor asing. Terlihat investor semakin marak untuk menanamkan
baru. Investor asing tersebut bisa dilihat dari nama-nama pemilik direksi di
Tabel 10
Daftar Perkebunan di Malang tahun 1900-1916.
Nama Awal Harga
Kecamatan Luas sewa Sewa
Pengusaha dan nama
(Distrik) Wilayah lahan per-
Perkebunan
tahun
Penanggoe Cultuurmaatschappij 19 Juni
Gangsiran 474 f. 11.50
ngan Gangsiran 1909
Gondang J.A. H. Everard / N.V. 18 Juli
Koetoengan 33 f. 5
Legi Limburg Landen. 1904
Gloensing 4
(8 stukjes Id. 44 Oktobe f. 3
ground) r 1906
B. Bach / N.V. 22 Mei
Poerbojo 65 f. 1
Javasche Rubber Mij. 1909
28 Juli
Poerbojo Id. 21 f. 1
1913
30
Kali Gading J. Engelberts / Zuid-
2 Januari f. 5
A Java Cultuur Mij.
1906
Soemberred 25 Juli
Toeren Id. 458 f. 6
jo 1906
4
F.C. van baak / N.V.
Tlogoredjo 33 Februar f. 5
Toeren Estates
i 1907
Soemberdja 25 Juni
Id. 377 f. 6
mbe 1906
R. Glessler /
Soemberma Cultuurmaatschappij 25 Juni
319 f. 1.50
s Soembermas- 1906
Kalipadang
11
Goenoengp W.H. van Delden /
13 Agustu f. 1.50
oengkal Koffie Cultuur Mij.
s 1910
H. van Kleeff / 13
Petoeng
Cultuur Mij. 13 Februar f. 5
Ardjo B
Soemberkerto i 1902
P. R. Tromp de Haas /
8
Wonokojo N. V. Wonokojo-
395 Februar f. 1
B Ampelgading Estates
i 1906
Ltd.
J. van der Plas /
Cultuurmaatschappij 26 juli
Tlogosari II 1 f. 6
Tlogosari te 1900
Amsterdam.
P. R. Tromp de Haas /
Soembergad N. V. Wonokojo- 20 Juli
138 f. 6
oeng Ampelgading Estates 1900
Ltd.Id.
6
C. van de Sandt / N.V.
Soemberma Novem
Cultuurmaatschappij 13 f. 5
nggis kidoel ber
Kalidoeren
1902
(tijdelijk gestolen) / 17
Lebak
Cultuurmaatschappij 140 januari f. 6
Kidoel
Lebakredjo 1907
P.H. van Baak /
Karang Maatschappij tot 11 Juni
537 f. 1
Pandoe exploitatie v/h land 1906
Soemberagoeng
A.A. Louwan / 16
Goenoeng
Cultuur Mij 221 Januari f. 6
Djengger
Soemberpakel 1913
12
Kalibokor J. Punter / Cultuur
14 desemb f. 5
Lor A Mij. Kalibokor
er 1902
28
Id. Id. 1 Oktobe f. 5
r 1901
15 juni
Id. Id. 149 f. 5
1905
(tijdelijk gestolen) / 9
Id. Cultuurmaatschappij 142 Februar f. 5
Loengoerdowo i 1903
17
Id. Id. 83 Februar f. 2
i 1907
Kedoengon W. Blume / N.V. 14
27 f. 2
do Javasche Rubber Februar
Maatschappij i 1907
Zuijdewijn / Naaml. 9
Djawar
Vennootschap 271 Februar f. 4
Ombo
cultuurm. Moeliardjo i 1903
Soemberre Zuijdewijn / Naaml.
15 Mei
mis (3 Vennootschap 384 f. 6
1909
Stukken) cultuurm. Moeliardjo
7
Geneng J.F.F. Meijlink / Novem
1 f. 5
(Lebakroto) Lebakroto Cultuurm ber
1901
12
Septem
Id Id. 273 f. 5
ber
1904
W. Witsen Elias / 5
Soemberde
Maatschappij 17 Agustu f. 6
wo II
Kaliglidik s 1909
5
Kalilebak II Id. 80 Agustu f. 6
s 1909
Soember R. Hooman / Cultuur 28
Sengkaring Mij. Soember 1 Oktobe f. 5
B Sengkaring r 1901
Kalisat R. J. J. Sorel /
26 Mei
(Uitbreiding Pasoeroeansche 5 f. 4
1904
) Cultuur Mij.
B.H. Budd Jr. / 17
Senggoeroe Uitbreding
Cultuurmaatschappij 7 Maret f. 5
h (Ngredjo)
Ngredjo 1913
Boemiajoe Malang stroomtram 3 April
260 f. 4
B Mij. 1903
17
Soemberben Th. Ellias / A. Th. Novem
5 f. 5
de A Kuchlin ber
1902
C.A. Petit / 15
Goenoengsa
Goenoengsari- 1 April f. 6
ri A
Pengoeloeran Estates 1901
27
Pantjoersari
Id. 74 Februar f. 6
B
i 1905
24
Wonoredjo
Id. 70 Januari f. 6
C
1913
tidak lepas dari pasang surut pembukaan dan penutupan lahan perkebunan. Salah
memiliki jenis kopi yang ditanam berbeda dari masing-masing perkebunan. Hal
tersebut dikarenakan kondisi tanah serta kecocokan jenis kopi terhadap kadar air.
Selain itu, tidak semua tanaman kopi yang tumbuh dapat menghasilkan kopi.
gabungan dari beberapa perkebunan kopi yang ada. Seperti perkebunan Petoeng
Ombo Kidoel A, B, dan C, Djenggolo I, II, III dan IV , Alas Donowari dan Alas
Bandoeng Lor.
atas. Perkebunan yang tidak aktif menanam kopi antara lain Perkebunan di Gabes,
kina, Perkebunan di goenoeng Ringgit dan Perkebunan di Lebak Lor dan Lebak
kecocokan jenis kopi terhadap kadar air. Selain itu, tidak semua tanaman kopi
serta panen mungkin ada tanaman kopi yang masih muda atau belum panen.
yang ditanaman tidak hanya kopi saja, melainkan juga beberapa komoditas lain.
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
kuintal=100 kg) yang mengalami pasang surut.. Pada akhir abad XIX, tepatnya
46
Erfpact-groote Landbouw Soerabaia-Pasoeroean. Koleksi Pasoeroean, ANRI.
harga. Tidak hanya perkebunan kopi, perkebunan gula dan beras juga hampir
bladziekte48 membuat produksi kopi mengakhiri masa keemasan pada abad XX. 49
Pada tahun 1874 terjadi perubahan untuk menaikan produksi kopi dalam
skala besar di Afdeling Malang. Terutama dalam kasus pembukaan dengan cara
membuat tanah komunal desa. Tujuan dari pembentukan tanah komunal tersebut
47
Egbent de Vries, Pertanian dan Kemaiskinan di Jawa (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia dan Gramedia, 1985), hlm. 78.
48
Bladziekte adalah sebuah penyakit daun yang menyerang tanaman kopi. Cultures in
Nederlandsch Oost-Indie Koloniaal Verslag 1890.
49
G. C. W. Chr. Tergast, Mededeeling van de Afdeleling Landbouw, Koleksi
Perpustakaan Nasional, hlm. 2.
Perkebunan miliki van der Elst di desa Soembool di Distrik Karang Lo merupakan
Ordonantie No. 27, pendaftaran tanah dilakukan oleh Kantor Pendaftaran Tanah
atas tanah-tanah yang tunduk pada Hukum Barat dan Pendaftaran tanah ini
Sistem sewa yang dilakukan oleh perkebunan Soembool kepada pemeritah Hindia
Belanda berupa sewa lahan kasar (belum menjadi lahan perkebunan), sekitar 500
bahu, terletak di lereng selatan Arjuno, di ketinggian 800 sampai 1500 mdpl, yang
terdiri atas medan glaga, jadi dari longgar, berpasir, dengan lapisan humus yang
lahan perkebunan dahulu dan bibit pertama ditanam dengan biji-biji kopi seperti
yang terjadi di sini di semua perusahaan swasta lainnya. Luas lahan perkebunan
50
S. L. W. Van Der Elst, op. cit., hlm. 64.
51
Hukum Barat misalnya, Hak erfpacht dilakukan pendaftaran tanah dengan tujuan
memberikan jaminan kepastian hukum dan menghasilkan tanda bukti yang berupa sertifikat.
Pendaftaran tanah ini dikenal dengan Rechts Cadaster atau Legal Cadaster. Lihat: Urip Santoso,
op, cit., hlm. 23
.
52
S. L. W. Van Der Elst, op. cit., hlm. 62
memungkiri pula terdapat ganggun yang merusak perkebunan oleh semut dan
cacing putih. Penyebabnya sudah jelas dan bisa dihindari, yakni mengendalikan
kelembaban area di sekitar tanaman. Caranya, pangkas cabang dan atur posisi
tanaman hingga kelembaban tidak terlalu rendah. Dikatakan lagi bahwa lahan
perkebunan kopi baru tidak dapat berspekulasi mengenai tingginya harga pasar.
Dalam sebuah artikel surat kabar Algemeen Handelsblad harga pada saat itu,
harga kopi f 45 per pikul, untuk tahun-tahun 1880an, meskipun dasar perhitungan
bisa diasumsikan.54
Perkebunan telah membuat kawasan Malang menjadi sasaran investor asing yang
kopi. Fungsi penegak hukum dijalankan oleh polisi, jaksa dan petugas pengadilan.
Ada tiga orang polisi ditempatkan di setiap kawedanan untuk membantu wedana.
53
Ibid., hlm. 63
54
Algemeen Handelsblad, 12 Agustus 1880.
Gedung pengadilan dan penjara hanya terdapat di Distrik Kotta Malang. Jenis
kriminalitas pada waktu itu masih terbatas pada pencurian dan penyelewengan
peran penting dalam lalu-lintas barang hasil perkebunan seperti mandor gudang
kopi.55
perjanjian tanah baik dengan perorangan maupun desa-desa. Bagi para pengusaha
sedang berlaku dan mereka dapat terus bersaing di pasaran dunia. Kerugiannya
masalah mengenai cara perekrutan semua menuju ke arah kembali pada paksaan.
lama. Baru pada awal perbaikan sistem tanam paksa kemajuan pesat mulai
55
R. Reza Hudiyanto. Menciptakan Masyarakat Kota: Malang di bawah Tiga Penguasa
1914-1950 (Yogyakarta:Lilin, 2011), hlm. 52.
56
S. L. W. Van Der Elst : Staats-koffiecultuur of Java, Soerabaia gebrs, Gimberf, hlm.
64.
57
Rikardo Simartama, op. cit. hlm. 63.
tanpa paksaan. Menjelang 1880, tenaga kerja bayaran (Wage Labour) berjumlah
separuh dari tenaga kerja sektor jasa di Jawa secara keseluruhannya. Industri
perkebunan tumbuh pesat di Jawa Timur hampir dua pertiga sektor jasa diisi
Akibat dari itu, mengurangi pendapatan upah dan pembayaran hasil panen
mengurangi jumlah uang sewa tanah. Hal tersebut membuat para buruh harus
bersedia untuk menerima upah buruh dengan harga dan syarat-syarat yang
surut sosial ekonomi. Sekitar tahun 1890an, terjadi konservasi budidaya wajib
pihak perkebunan. Gaji para buruh dihitung f 2,50 per pikul, nilai tersebut sama
Gondang Legi. Penanam harus memberikan hasil produk kopi untuk diberikan
58
M.R Fernando, “Pertumbuhan Kegiatan Ekonomi Non Pertanian Pribumi Di Jawa
1820-1880” dalam J Thomas Lindblad (ed.), “Sejarah Ekonomi Modern Indonesia, Berbagai
Tantangan Baru” (Jakarta:LP3ES. 2000) hlm 145.
59
A. van Schaik, op.cit., hlm. 22-23.
60
Kira-kira 7 m2.
Para pencari tenaga kerja seringkali adalah para kepala desa atau atau
dahulu untuk mencari tenaga kerja, tetapi seringkali buruh tidak masuk bekerja
seperti yang telah disepakati. Akibatnya, berbagai tekanan harus digunakan oleh
para pengusaha. Pengadilan resmi berlangsung lambat dan tidak memadai, lebih
pekerja (perkebunan).
61
Gouvernement en Particuliere Koffie-cultuur, Koleksi Perpustakaan Nasional.
62
Malangsche Landbouw Tentoonstelling 1898, Koleksi Perpustakaan Nasional.
Residen
Kontroler Wedana
Lurah/Bekel
Buruh kopi terdiri dari buruh laki-laki, buruh perempuan atau terkadang satu
keluarga.
digunakan sebagai tempat pembibitan pohon baru. Para buruh kopi tersebut
atas tidak menyebutkan tahun peristiwa. Akan tetapi penulis menganalisis dari
Ketika itu sudah banyak mesin diimpor dari Eropa untuk memenuhi kebutuhan
mandor kopi, kontroler, admistrator. Mandor kopi ialah dia yang berwenang
63
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bakul adalah wadah atau tempat
terbuat dr anyaman bambu atau rotan dng mulut berbentuk lingkaran. Sedangkan bagian bawahnya
berbentuk segi empat yg ukurannya lebih kecil daripada ukuran bagian mulutnya. Bakul tersebut
digunakan untuk mempermudah buruh untuk menaruh kopi yang dipetik
dalam pengaturan terhadap buruh kopi. Sedangkan kontroler yaitu berada diatas
Tabel 11
Sebagian Data Pekerja Perkebunan Kopi Afdeling Malang Tahun 1880.
Distrik Perkebunan Jumlah Pekerja Tetap Rata-Rata
Perawatan Pengeringan Buruh pekerja
lahan biasa66 keseluruhan65
Gondang legi Tanah 77 7 6 50-700
Wangi
Limburg67 55 3 60 120-1300
Ampel 12 - 12 60
Gading
Sengguruh Bumi Ayu 61 1 - 50-100
Madu Rejo 58 5 1 15-80
Sukorejo 20 - 6 100-250
Penanggungan Gangsiran 55 - 16 75-700
Karang Lo Wonosari 22 - - 100-300
64
Koran Het nieuws van den hag voor nederladsch indie, tanggal 16 Septemper 1919.
65
Rata-rata pekerja keseluruhan tersebut bisa dikatakan dengan pekerja musiman. Para
ondernemers membuka pekerja bagi penduduk sekitar perkebunan kopi untuk dipekerjakan
sebagia pemetikan kopi bagi perempuan menerima gaji f 2 per pikul dan bagi laki-laki biasanya
beraktivitas untuk penanaman bibit kopi dan pengelolaan lahan menerima gaji f 3 per harinya
(tidak disebutkan berapa lama durasi dalam bekerja). Lihat: Cultures in Nederlandsch Oost-Indie,
Kolonial Verslag 1891, koleksi Perpustakaan Nasional, hlm. 25.
66
Buruh biasa disini tercantum orang-orang yang mengurusi produksi kopi hingga
pengiriman menuju pelabuhan Surabaya.
67
Kawasan Limburg merupakan kawasan di Gondang Legi tepatnya sekarang di
sekitaran desa Sidorejo kecamatan Gondang Legi Kabupaten Malang.
kerja banyak sekitar 120-1300 pekerja termasuk juga buruh perkebunan. Beberapa
juga ada perkebunan yang masih tahap pembangunan sehingga yang diutamakan
masih belum memiliki tenaga kerja dalam pengiriman dan pengeringan kopi
biasanya menjual kopi dalam bentuk mentahan atau masih berupa biji kopi segar.
mentah dan memprosesnya menjadi kopi bubuk yang siap dijual untuk disajikan
3. Produksi Kopi
spektakuler. Hal tersebut karena sejalan dengan harapan nilai ekspor yang
pada tahun-tahun ini hingga mencapai penghasilan 169 juta gulden membuktikan
lahan di afdeling ini subur dan cocok sebagai tempat investasi yang
menjanjikan.69
68
R. Reza Hudiyanto, op. cit., hlm 44-45.
69
A. Van Shaik, op. cit., hlm. 17
semakin dipercepat pada saat pemerintahan Raden Adipati Aria Notodiningrat III
Kota Malang, Penanggungan, dan Ngantang. Selama satu tahun (1901), penduduk
3831 pikul kopi. Tidak seperti industri gula yang padat modal dan teknologi
hal ini, petani merupakan kelompok terbawah dalam hirarki produksi. Level di
atas petani adalah mantri kopi. Mantri kopi bertugas menerima setoran dari petani
uang jalan sebesar f 15. Disamping itu, mantri kelas 1 memperoleh upah f 60 per
70
Reza Hudiyanto, op. cit., hlm. 98. Perawatan komoditi gula dapat dikatakan lebih
rumit karena membutuhkan sistem irigasi (pengairan banyak) dan pemupukan yang intensif.
Komoditi kopi cenderung sederhana karena hanya mengawasi pepohonannya agar tidak terkena
penyakit daun daun.
71
Koran Tjahaja Timoer, 19 November 1917.
72
Penggorangan kopi tanpa minyak
penggilingan kopi ini hanya boleh menjalankan usaha setelah mendapat lisensi.
73
Reza Hudiyanto, op. cit., hlm. 44-45.
Tabel 12
Daftar Pemegang Lisensi pada Tahun 1901
Nama Rayon Tempat Jumlah kopi (dalam pikul)
Pemegang Pengumpulan Setoran Setoran Total
Lisensi Pertama Kedua
N.V. Kota Malang Wagir 694 19 713
Koffiepellerij Penanggungan Sisir 1784 16 1800
Sisir (Batu) Ngantang Ngroto 1297 21 1318
F. Godia Karanglo Karangan 541 5 546
G.C. Pakis Tumpang 538 8 534
verstege
G.C. Verhey Senggoro Magoewan 1034 28 1062
P.D. Vreede Tengger Andosari 38 28 40
Total 5915 97 6013
itu menuntut adanya sebuah pengawasan, terutama berkait dengan tol dan
berasal dari distrik Pakis dan Penanggungan. Di daerah tersebut banyak penduduk
yang bisa mendapatkan 100 hingga 200 pikul kopi dari kebunnya sendiri dengan
sekeliling alun-alun Malang masih didominasi oleh gudang kopi. Pada umumnya
penanaman kopi tidak hanya dilakukan dalam lingkup industri namun juga
bladziekte membuat produksi kopi mengakhiri masa keemasan pada tahun 1910.74
74
Koloniaal Verslag, 1911, Koleksi Perpustakaan Nasional.
menurun pada waktu itu, membuat sebagian perkebunan kopi rugi. Akan tetapi
pada tahun 1913 dan 1914 tidak menyurut beberapa perkebunan kopi masih dapat
memproduksi kopi.
Tabel 12
Hasil Produksi di Afdeling Malang Tahun 1913-1914
Wilayah Hasil Produksi 1913 Target Produksi 1914
Liberia Java Robusta Liberia Java Robusta
Alas - - 500 - - 500
Bandoeng Lor
Alas Tledek 80 1574 56 125 1100 50
Bandoe Ardjo 2 262 622 - 300 700
Bandoe Roto 65 1150 300 100 1300 500
Bantoer 13 10 475 - - 1300
Donowari en 1 58 119 - - 400
Redjosari
Gabes - - - - 10 -
Gledagan en 162 225 748 50 75 225
Pantjoer
Gloesing Lor 35 - 460 100 - 400
Goenoeng - - - - - -
Ringgit
Goenoeng Sari 460 - 3550 250 - 1750
Kali Bakar 500 1250 2700 325 2500 2700
Lor
Kali Glidik 40 300 1250 10 750 3000
Kali Klepoe - 330 - - 1500 -
Kali Padang - - 4190 - - 2000
Kali tello 41 1268 485 150 1500 1500
Lebak Lor en - - - - - -
Lebak kidoel
Lebak Roto 250 - 1900 100 - 2600
(Geneng)
Limburg 91 145 800 100 1500 2500
(Barek en
Tanah
Wangie)
Madoe Ardjo - - 1056 100 - 2600
Malio Ardjo 15 2175 4500 10 1000 5500
Ngredjo 5 - 2460 10 - 1500
memproduksi kopi 7405 pikul, di ikuti wilayah Malio Ardjo dengan memproduksi
kopi 4500 pikul. Beberapa perkebunan kopi juga ada yang tidak lagi
sebab penyakit kopi yang terjadi, seperti di wilayah Lebak Lor, Lebak kidul, dan
Gunung Ringgit
adalah jenis Liberia dan jenis Robusta. Tanaman kopi tersebut awalnya diimpor
Kopi Liberia tumbuh di Hindia Belanda sejak 1875. Pada mulanya harga jenis ini
lebih murah dari pada kopi Arabika dengan kualitas rendah. Sekitar tahun 1900
kopi Liberia semakin terbatas, kemudian pada waktu yang sama kedua jenis ini
Tabel : 14
Harga Kopi Jawa, Liberia dan Robusta 1912-1925
Tahun f per kilogram
Jawa Liberia Robusta
1912 0,94 0,95 0,745
1913 0,90 0,95 0,68
1914 0,82 0,95 0,53
1915 0,85 0,95 0,64
1916 0,85 0,95 0,64
1917 0,85 0,72 0,44
1918 0,73 0,84 0,32
1919 1,22 0,91 0,95
1920 1,30 0,83 0,74
1921 1,18 0,79 0,45
1922 1,27 0,79 0,57
1923 1,08 0,91 0,68
1924 1,38 1,06 0,85
1925 1,20 1,08 1,02
tabel ini. Nilai statistik perdagangan dari bermacam-macam jenis kopi dalam
bentuk biji kopi (tanpa kulit) 1912-1925.75 Hasil panen kopi yang sudah
dijadikan sebagai dasar harga kopi di Hindia Belanda. (lihat tabel 15). Harga kopi
cenderung tetap naik dan tinggi menjadi salah satu alasan pemilik modal
Pada tahun 1915 jenis Robusta harga kopinya bulan Oktober f 58 sampai
f 60 per pikul Jenis kopi Liberia memasok pada bulan November f 58 sampai f.62
per pikul dibayar. Jenis kopi Jawa pada bulan November f 60 sampai f 64 per
pikul. Menunjukkan bahwa pada bulan diatas harga bisa dikatakan tinggi.
Sedangkan harga kopi Robusta di pelabuhan Surabaya berbeda dengan yang ada
Tabel 15
Harga Kopi Robusta Surabaya per 100 kg 1913-1921
Tahun Harga (f) Tahun Harga (f)
1913 61,68 1922 63,86
1914 48,88 1923 77,85
1915 64,44 1924 96
1916 89,76 1925 105,19
1917 41,98 1926 97,38
1918 37,12 1927 83,56
1919 95,83 1928 88,93
1920 76,32 1929 89,57
1921 47,86 1930 52,90
Pasang surut harga kopi juga terjadi pada kopi di Surabaya. Terlihat pada
tahun 1913 hingga 1919 harga kopi mengalami fluktuasi yang sangat signifikan.
Selama rentang waktu tujuh tahun tersebut naik turun harga kopi sangat dinamis.
Dimana harga kopi yang tahun 1913 f 61,68 kemudian naik menjadi f 95,83.
Kemudian antara tahun 1920 hingga 1925 harga kopi mencapai puncaknya yaitu
pada tahun 1930. Dimana harga kopi Surabaya hanya mencapai f 52,90 dipasaran.
pelabuhan yang ada di Jawa Timur berskala internasional. Poses akses ekspor
Selanjutnya setelah kopi-kopi tersebut kering, maka siap untuk dibawa ke dataran
rendah. Supaya bisa diangkut kereta api atau trem menuju ke pelabuhan
Surabaya.76
gerobak dan lori. Transportasi jarak jauh sudah menggunakan trem dan kereta api.
hasil bumi (termasuk kopi). Koran kolonial Het Nieuws van Den Hag voor
tanaman kopi di lintasan kereta api.77 Transportasi lainnya ialah lori. Lori adalah
transportasi modern yang memiliki jalur rel satu arah dengan bentuk ramping.
76
Purnawan Basundoro, Dua Kota Tiga zaman: Surabaya dan Malang Sejak Kolonial
sampai kemerdekaan (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011), hlm. 242.
77
Koran Het nieuws van den hag voor nederladsch indie, tanggal 16 September 1919.
Seorang mengemudikan lori disela-sela perkebunan kopi. (Lihat Gambar 9). Hal
tersebut menunjukkan bahwa jalur dari tujuan lori berada di pegunungan sampai
untuk memudahkan pengangkutan hasil bumi khususnya kopi agar mudah dibawa
ke kereta api.
kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya trem pada tahun 1900-
pendatang yang bertempat tinggal dan menetap di Malang ditambah lagi dengan
mengizinkan pihak swasta untuk membuka jalur trem di Malang dan sekitarnya.
Hasil panen dari perkebunan dibawa ke pabrik untuk diolah lebih lanjut, setelah
diolah dipabrik menggunakan trem lagi untuk membawa hasil olahan tersebut dari
Rangkaian trem penumpang yang ditarik oleh satu lokomotif uap mulai
beroprasi sejak tahun 1897 mulai dioperasikan dengan rute antara stasiun trem
Jagalan dan stasiun trem Bululawang yang berlokasi di Malang dan sekitarnya.
rute 11 kilometer tersebut merupakan rute trem pertama yang dibuka untuk umum
oleh perusahaan trem ini. Selanjutnya pada tahun 1908 jaringan trem uap malang
Tabel 16
Rincian Panjang Jalur trem Malang 1910
Rute Panjang (Km)
Malang-Gondang Legi-Dampit 37
Gondang Legi-Kepanjen 17
Tumpang-Singosari 23
Malang-Blimbing 6
Beberapa Percabangan 5
membuat hasil kebun yang diangkut trem juga bermacam-macam. Sejak tahun
1879 perusahaan ini mengangkut ratusan hasil perkebunan dan hasil bumi.
Barang-barang yang diangkut perusahaan trem ini adalah barang pecah belah,
baja/besi, kulit, biji jarak, gambir, kacang-kacangan, semen, batu, kapok, biji
kapok, kedele, kemiri, biji kina, kopi, biji kopi, kluwek, padi, biji padi, pisang,
daging, ikan, sulphur, garam, cat removal, kendaraan, alat-alat perkebunan, coral,
gambir, kayu, pasir, minyak, bahan bakar, hewan, kerikil, beras, lada, alat-alat
Pelabuhan Kali Mas Surabaya. Semua hasil bumi maupun perkebunan besar di
kumpulkan. Kemudian dikoordinir dengan sistem yang sudah ditata oleh pihak
ekspor tersebut juga tidak terlepas dari harga-harga kopi yang tinggi. Harga kopi
Robusta per 100 kg tahun 1913=61,68 Gulden, tahun 1928=88,93 Gulden, tahun
yang diperoleh pihak perkebunan juga masih terbilang tinggi. Kopi tetap ditanam
78
Verslag Malang Stroomtram Maatschappij Over Het Jaar 1911. Bijlage E.
79
Harga-harga tersebut diperoleh dari artikel perdagangan Surabaya tahun terkait.
Diolah dari “Indisch Verslag” 1931 statistisch Jaaroverzicht van Nederlandsh Indie Over het jaar
1930.
salah satu perkebunan penyalur kopi ke Surabaya. Akan tetapi belum diketahui
secara jelas berapa banyak presentase dari jumlah kopi yang terkumpul dari
Malang untuk diekspor. Berikut adalah tujuan ekspor dari Surabaya menuju ke
Tabel 17
Ekpor Kopi dari Pelabuhan Surabaya Tahun 1925-1928
Negara Tujuan 1925 1926 1927 1928
Perancis 16.519 22.320 26.897 32.948
Amerika 9.715 1.636 9.769 24.731
Belanda 20.521 20.916 17.734 20.868
Singapora dan Pinang 9.460 8.799 9.017 6.962
Belgia dan Luxemburg 173 1.533 3.684 5.359
Denmark 2.457 4.814 4.136 5.335
Italia 344 770 783 3.820
Spanyol dan Portugal 6.145 3.065 3.675 3.737
Br. Indie 63 1.679 2.257 3.069
Norwegia 827 967 1.494 1.507
Jerman 73 143 289 1.053
Jepang dan Korea 581 719 890 827
Afrika Selatan - - 144 755
Australia dan New 986 854 1.027 743
Zealand
Philipina 257 137 425 684
Swedia 275 389 890 646
Britania dan Irlandia 351 99 96 300
Mesir 469 189 310 247
China 86 100 145 193
Z. Afr. Unie 97 85 397 131
Canada 34 187 62 116
Lainnya 139 120 260 236
Total 69.572 74.019 84.381 114.26
7
pusat perekonomian dunia pada saat itu. Jumlah yang lebih rendah secara umum
kopi di kirim menuju Perancis. Presentase kenaikan masih lebih terasa di Belgia
dan Italia, Italia, Inggris dan Jerman. Kenaikan ekspor yang tiba-tiba ke amerika
dibanding negara-negara lain yang berada pada kondisi yang berbeda. Harga
impor.81 Perkebunan yang ada di Afdeling Malang pada tahun 1880 yng mencapai
80
Mededeeling van de Afdeling Landbouw, monographie over de
bevolkingskoffiecultuur in nederlandsche-indie, Koleksi Perputakaan Nasional.
81
Ge Prince. “Kebijakan Ekonomi di Indonesia 1900-1942” dalam J Thomas Lindblad
(ed). “Sejarah Ekonomi Modern Indonesia, Berbagai Tantangan Baru” (Jakarta:LP3ES, 2000),
hlm. 241-242.
82
Djawatan Penerangan Repoeblik Indonesia Djawa Timoer (Surabaja: DP. RI. Prop.
Djawa Timoer, 1953), hlm.427-431. Koleksi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa
Timur.
BAB IV
KESIMPULAN
cocok sebagai tempat pembudidayaan kopi. Pada Tahun 1832 pemerintah kolonial
perkebunan kopi dan tidak membutuhkan waktu yang lama kawasan Malang
volume produksi kopi meningkat sejak 1830 hingga tahun 1870. Kopi-kopi ini
merupakan tanaman tegalan, hutan, dan tidak begitu menunut kerumitan sistem
irigasi. Oleh karena itu pengembangan lahan perkebunan kopi menjadi lebih
Belanda. Penguasa yang lain adalah para pengusaha (ondernemers) yang memiliki
perkebunan. Pada tahun 1874, untuk yang pertama kalinya setelah disahkannya
Karanglo menyewa tanah untuk dijadikan lahan perkebunan kopi. Adanya paham
liberal yang masuk ke Hindia Belanda semakin mendukung akan investor asing
Bladziekt yang merusak daun kopi dan mengurangi produksi perkebunan kopi
96
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
97
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
hingga merugikan para pekerja atau buruh karena mendapat gaji yang sedikit.
Pada tahun 1900, para peneti mendatangkan kopi jenis robusta yang lebih kuat
daripada sebelumnya (arabika dan liberia) yang mudah terkena penyakit kopi,
Perkebunan kopi ini juga tidak lepas dari pasang surut akan jumlah
Soember Tjuling Hal tersebut juga mempengaruhi akan penghasilan buruh kopi
yang juga menurun. Bahkan mereka harus mencari pekerjaan tambahan lain untuk
masuknya ekonomi perkebunan pada awal abad XIX, tanah di pedalaman Jawa
desa-desa baru sebagai efek dari pembukaan lahan perkebunan merupakan faktor
terpenting dalam perubahan sosial ekonomi di Jawa sistem jaringan jalan yang
pedalaman.
pemetik biji kopi di perkebunan. Karena perempuan bisa lebih telaten dan fisik
Selain itu, perkebunan kopi di Malang juga memiliki dampak positif bagi
Selatan. Para pengusaha ini pada umumnya mencari hiburan di Societeit yang
hanya ada di Kota Malang. Jarak kota dengan Onderneming pada umumnya
sangat jauh sehingga harus menginap. Beberapa hotel berdiri untuk kepentingan
gerobak, lori, trem dan kereta api yang menjadi akses distribusi ke pelabuhan
Surabaya.
dari penempatan Kota Malang sebagai sentra distribusi dan simpul arus modal
penduduk yang bergantung pada struktur sosial yang berbasis kepemilikan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Arsip
Verslag Malang Stroomtram Maatschappij Over Het Jaar 1911. Koleksi Badan
Kearsipan dan Perpustakaan Jagir Surabaya.
Buku
Basundoro, Purnawan. 2009. Dua Kota Tiga Zaman Surabaya dan Malang sejak
kolonial sampai kemerdekaan. Yogyakarta:Ombak.
C. R. Boxer. 1983. Jan Kompeni: Sejarah VOC dalam Perang dan Damai 1602-
1799. Jakarta: Sinar Harapan.
Mubyarto dkk. 1992. Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan Kajian Sosial
Ekonomi. Yogyakarta:Aditya Media.
Multatuli. 1981. Max Havelaar atau Lelang Kopi Maskapi Dagang Belanda.
Bandung: Djambatan.
Saputra, Eka. 2008. Kopi:dari Sejarah, Efek bagi Kesehatan dan Gaya Hidup.
Yogyakarta: Harmoni.
Suseno, Franz Magnis. 2001. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis
Ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: Gramedia.
Van Niel, Robert. 2003. Sistem Tanam Paksa di Jawa. Jakarta:Pustaka LP3ES.
Jurnal
Het nieuws van den hag voor nederladsch indie, 16 September 1919.
o Leuring
Boemiredj J.E. en A.f.
427 3 Juni 1875 f. 4
o iederhold
12 Februari
Id. Id. 104 f. 3
1877
12
Id. Id. 4 November f. 3
1877
Gendogo K.H.
416 29 Mei 1876 f. 3
Ardjosari Abraas
A.F.A. v. 20
Soember
Scherpenbe 445 September f. 4
Nongko
rg 1880
Bandoe J. van
619 Id. f. 4
Ardjo Schooten
Penanggoenga M.F. 9 Oktober
Gangsiran 495 f. 6
n Reijnst 1874
Maatsch.
12 Mei
Djoengo Djoengo te 500 f. 8
1868
Soerabija
S.L.W. v. 31 Agustus
Karanglo Soembool 499 f. 4.25
D. Elst. 1874
Kembar Id. 521 12 Juli 1876 f. 4.25
Kembar 7 September
Id. 278 f. 4.25
inggil 1880
27
J.M.
Wonosari 472 November f. 5.10
Verheij
1875
Wonoagun 26 Juni
Id. 178 f. 5.10
g 1878
Nama Harga
Awal sewa
Kecamatan Pengusaha Luas Sewa
(Distrik) Wilayah dan nama lahan Tanah
Perkebunan pertahun
J.A. H.
Everard / 7
Gondang
Limurg N.V. 1258 Desember f. 4
Legi
Limburg 1875
Landen.
9 Maret
Tanah Wangi Id. 739 f. 5
1876
21 Juli
Barek I Id. 424 f. 5
1881
21 Juli
Barek II Id. 183 f. 5
1881
30
Soemberredj
Id. 229 Agustus f. 5
o Lor
1882
30
Soemberredj
Id. 416 Agustus f. 5
o Kidoel
1882
18 Juli
Koetoengan Id. 33 f. 5
1904
M.
Vlierboom /
Gloensing 17 Juni
Cultuumatsha 502 f. 6
Kidul 1882
ppij
Gloensing
Gloensing 17 Juni
Id. 393 f. 6
Lor 1882
Gloensing 22 Juli
Id. 3 f. 6
Tengah 1886
Gloensing (8
4 Oktober
stukjes Id. 44 f. 3
1906
ground)
K. Khie Kwie
/ N.V. 26
Bale Ardjo Handelmaats 303 Februari f. 5
chappij Sam 1886
Liem kongsie
26
Bale Sari Id. 397 Februari f. 5
1886
Soember M. Wieringa 259 20 f. 6
Soemberredj 25 Juli
Id. 458 f. 6
o 1906
11
Tlogoredjo Id. 449 Oktober f. 6
1882
4 Februari
Tlogoredjo Id. 33 f. 5
1907
20
Wonosari Id. 339 Oktober f. 6
1887
Soemberdjam 25 Juni
Id. 377 f. 6
be 1906
R. Glessler /
Cultuurmaats
25 Juni
Soembermas chappij 319 f. 1.50
1906
Soembermas-
Kalipadang
17 Januari
Klakahbaroe Id. 500 f. 1.50
1891
W.H. van
Delden / 10 Juli
Klalikparoe 289 f. 2
Koffie 1890
Cultuur Mij.
Pagergoenoe 10 Juli
Id. 529 f. 1.50
ng 1890
11
Goenoengpoe
Id 13 Agustus f. 1.50
ngkal
1910
H. van Kleeff
Soemberkert / Cultuur Mij. 29 Januari
487 f. 6
o Soemberkert 1883
o
Soembergent 27 Mei
Id. 455 f. 6
ong 1883
27
Soembergent
Id. 14 Februari f. 1.50
ong A
1890
27
Petoeng
Id. 127 Februari f. 1.50
Ardjo
1890
10 Juli
Klakah Id. 272 f. 2.50
1890
Soembergent 10 maret
Id. 17 f. 2
ong B 1896
Petoeng Id. 13 13 f. 5
Ardjo B Februari
1902
J. Punter /
Soember Maatschappij 18 Juli
440 f. 6
Aroem Soember 1881
Aroem
18 Juli
Kali Poetih Id. 201 f. 6
1881
Soember 1 Juni
Id. 15 f. 1
Aroem 1894
D. Utemark
Jr. / Mij tot
exploitatie 20
Soember
van de 549 September f. 6
Gesing
Koffieondern 1880
eming
Soekorame
Soember 17 Mei
Id. 510 f. 6
Ringin I 1881
Soember 17 Mei
Id. 196 f. 6
Ringin II 1881
Soember 2 Juli
Id. 6 f. 6
grobak 1897
J. van der
Goes / 27 Mei
Tretes 455 f. 6
Cultuur Mij. 1887
Ngredjo
12
Soember
Id. 446 September f. 6
Panggoeng
1891
A.J. Gogeit /
N.V. Oost-
28 Januari
Pondokardjo Java Rubber 482 f. 1
1892
Maatschappij
.
28 Januari
Kaligede Id. 445 f. 1
1892
28 Januari
Pantjoersari Id. 334 f. 1
1892
P.
Termijtelen /
Soembersoek N.V. 30 April
526 f. 6
o javasche 1880
Rubber
Matschappij
Bendoardjo Id. 137 23 Januari f. 2.25
1892
Soembersoek 23 Januari
Id. 28 f. 2.50
o Lor 1892
20
Soembertang
Id. 422 Desember f. 2.50
kep A
1889
20
Soembertang
Id. 337 Desember f. 2.50
kep B
1889
20 Januari
Soembersat Id. 111 f. 2.50
1890
L.J.
Godefroij / 27
Soemberboko
N.V. Oost- 489 Februari f. 1.50
r A.
Java Rubber 1890
Maatschappij
27
Soemberboko
Id. 447 Februari f. 1.50
rB
1890
Djeroekwang 28 Januari
Ch. Maij / Id. 299 f. 1.50
i 1892
28 Januari
Pandansari Id. 528 f. 1.50
1892
28 Januari
Glagaharoem Id. 534 f. 1.50
1892
Soemberagoe 28 Januari
Id. 541 f. 1.50
ng 1892
G.J.
Zuijderhoff /
5
Soembertemp N.V.
205 Desember f. 1.25
oer Javasche
1891
Rubber
Matshappij
5
Soemberdjaw
Id. 501 Desember f. 1.50
ar
1891
5
Petoengsigar Id. 444 Desember f. 1.25
1891
5
Soemberbajo
Id. 380 Desember f. 1.25
eng
1891
5
Soemberdoer
Id. 402 Desember f. 1.50
en
1891
5
Ardjowilango
Id. 497 Desember f. 1
en A
1891
5
Ardjowilango
Id. 180 Desember f. 1
en B
1891
P.J. van
Toorenberge
n/
Maatschappij
14 Mei
Soekorame tot exploitatie 673 f. 6
1880
van de
koffieondern
eming
Soekorame.
D. de Graffo
/ N.V. Toeren 27 Mei
Gledangan 527 f. 6
Estates 1887
Limited
27 Mei
Pantjoer Id. 489 f. 6
1887
12
Somberpangg
Id. 34 September f. 6
oeng B
1891
P. R. Tromp
de Haas / N.
V. 30 Juli
Wonokoyo 581 f. 9.11
Wonokojo- 1881
Ampelgading
Estates Ltd.
8 Februari
Wonokojo B Id. 395 f. 1
1906
6
Soembergilan
Id. 249 Desember f. 10.10
gB
1883
Soembergado 20 Juli
Id. 138 f. 6
eng 1900
2 Agustus
Ampelgading Id. 503 f. 2.60
1875
Soemberremi 9 Juni
Id. 104 f. 15.33
sC 1889
Ampelgading 2 April
Id. 3 f. 2.60
A 1892
J. J. Van der
Pringapoes 20 Juni
Laan / 486 f. 8.35
(Kalipadang) 1881
Cultuurmaats
chappij
Soember-
Kalipadang
C. van de
Sandt / N.V.
Soemberman 21 Mei
Cultuurmaats 474 f. 6
ggis Zuid 1880
chappij
Kalidoeren
Soembertlog 18 Maret
Id. 19 f. 6
o Zuid. 1882
27
Soemberoeri
Id. 327 Agustus f. 1.50
p
1888
Soemberman 27 mei
Id. 483 f. 6
ggis kidoel 1887
6
Soemberman
Id. 13 November f. 5
ggis kidoel
1902
(tijdelijk
gestolen) /
27 Mei
Lebak Lor Cultuurmaats 522 f. 6
1887
chappij
Lebakredjo
27 Mei
Lebak Kidoel Id. 521 f. 6
1887
17 januari
Lebak Kidoel Id. 140 f. 6
1907
P.H. van
Baak /
Maatschappij
Wringin 9 Juni
tot exploitatie 473 f. 13.50
Anom 1883
v/h land
Soemberagoe
ng
Karang 11 Juni
Id. 537 f. 1
Pandoe 1906
Soemberpeto
eng 1 Oktober
Id. 514 f. 6
(Soemberbar 1881
angoeng)
Soemberkem 19 Mei
Id. 453 f. 6
adoeh 1882
29 Juli
Soembersari Id. 439 f. 6
1882
23 April
Alasbloeboek Id. 287 f. 6
1885
27
Soemberkemi
Id. 71 Agustus f. 6
ri
1885
A.A. Louwan
Soemberkape / Cultuur Mij 27 Mei
383 f. 6
l Soemberpake 1887
l
Goenoeng 16 Januari
Id. 221 f. 6
Djengger 1913
J. Punter /
Kalibokor 1 Juni
Cultuur Mij. 550 f. 6
Lor. 1881
Kalibokor
Kalibokor 1 Juni
Id. 507 f. 6
Kidoel 1881
Priangos 1 Mei
Id. 187 f. 6
Kidoel 1882
Kalibokor 26 Mei
Id. 3 f. 5
Lor A 1898
12
Id. Id. 14 desember f. 5
1902
28
Id. Id. 1 Oktober f. 5
1901
15 juni
Id. Id. 149 f. 5
1905
(tijdelijk
gestolen) /
Loengoerdow Cultuurmaats 27 Mei
484 f. 6
o chappij 1887
Loengoerdow
o
Toempah 27 Mei
Id. 452 f. 6
lengkong 1887
Soember 27 Mei
Id. 207 f. 6
Semplak 1887
22 Januari
Kalianing Id. 300 f. 6
1885
9 Februari
Id. Id. 142 f. 5
1903
17
Id. Id. 83 Februari f. 2
1907
Petoeng H. N. G. 21 Juni
523 f. 6
Ombo Balsem / 1879
Maatschappij
tot expl. Van
het land
Petoeng
Ombo
12
Petoeng
Id. 106 Oktober f. 6
Ombo Kidoel
1881
Petoeng
25 Juli
Ombo Kidoel Id. 283 f. 6
1885
A
Petoeng
25 Juli
Ombo Kidoel Id. 221 f. 6
1885
B
Petoeng
25 Juli
Ombo Kidoel Id. 22 f. 6
1885
C
H. F.
Ouderwater /
Maatschappij
25 Juni
Kalimajding I tot exploitatie 105 f. 6
1884
van het land
Soemberjoela
ng
Soember 25 Juni
Id. 333 f. 6
Tjoeleng A. 1884
Soember
Tjoeleng B 25 Juni
Id. 379 f. 6
(Soember 1884
Boentjies)
Soembertlog 29 agustus
Id. 186 f. 6
oB 1889
Soemberredj 25 Juli
Id. 317 f. 6
o 1885
Kalimandjing 25 Juli
Id. 78 f. 6
II 1885
W.L. Elink
Schuurman /
31 Mei
Sonosekar N.V. Toeren 503 f. 6
1882
Estates
Limited.
Sonosekar 22 Januari
Id. 549 f. 6
Kidoel 1885
W. Blume /
22 Januari
Sonowangi N.V. 312 f. 6
1885
Javasche
Rubber
Maatschappij
Soeroekdemo 22 Januari
Id. 55 f. 6
eng 1885
14
Kedoengond
Id. 27 Februari f. 2
o
1907
L.H.M de
Roij van
Soemberando Zuijdewijn /
24 April
ng Naaml. 540 f. 6
1879
(Malioardjo) Vennootscha
p cultuurm.
Moeliardjo
Djajang 24 April
Id. 465 f. 6
Soerat 1879
Soepit 8 Januari
Id. 124 f. 6
Oetang B 1885
Soemberando 8 Juni
Id. 78 f. 6
ng A 1899
Djawar 9 Februari
Id. 271 f. 4
Ombo 1903
Soemberremi 15 Mei
Id. 384 f. 6
s (3 Stukken) 1909
J.F.F.
Geneng Meijlink / 28 Mei
427 f. 6
(Lebakroto) Lebakroto 1882
Cultuurm
7
Id Id. 1 November f. 5
1901
12
Id Id. 273 September f. 5
1904
W. Witsen
Soemberdew Elias / 28 Juni
387 f. 6
o Maatschappij 1882
Kaliglidik
28 Juni
Kalilebak Id. 280 f. 6
1882
Soember 28 Juni
Id. 239 f. 6
Ademan 1882
28 Juni
Kali Glidik Id. 304 f. 6
1882
Soemberdew Id. 17 5 Agustus f. 6
o II 1909
5 Agustus
Kalilebak II Id. 80 f. 6
1909
R. Hooman /
Soember Cultuur Mij. 24 April
521 f. 6
Sengkaring Soember 1879
Sengkaring
13
Soember
Id. 74 Desember f. 6
Sengkaring A
1897
28
Soember
Id. 1 Oktober f. 5
Sengkaring B
1901
R. J. J. Sorel /
Pondok Pasoeroeansc 8 Januari
178 f. 6
banteng he Cultuur 1885
Mij.
10 Januari
Soepitoerang Id. 344 f. 6
1885
10 Januari
Kalisat Id. 409 f. 6
1885
26 Mei
Uitbreiding Id. 5 f. 4
1904
E. K.
Andreasse /
Mij. Tot
Soembertlog 4 Agustus
exploitatie 367 f. 6
oA 1890
van het land
Soembertlog
o
31
Soember
Id. 123 Agustus f. 6
Remis B
1882
Soember 25 Juli
Id. 186 f. 6
Gasih 1885
C. F. J.
Balsem /
Soembersew Nederlandsch 12 Maret
486 f. 6
oA e-Indische 1885
Cultuurmaats
chappij
12 Maret
Id. B Id. 533 f. 6
1885
12 Maret
Id. C Id. 508 f. 6
1885
Id. D Id. 81 12 Maret f. 6
1885
B.H. Budd Jr.
/ 11
Senggoeroe
Soekoredjo I Cultuurmaats 145 Februari f. 1.10
h
chappij 1875
Ngredjo
7 Maret
Soekoredjo II Id. 337 f. 2.10
1877
Uitbreding 17 Maret
Id. 7 f. 5
(Ngredjo) 1913
G.M.F.
Stennekes / 12 April
Madoeardjo 498 f. 4.10
Cultuur Mij. 1875
Madoeardjo
Soember 20 Juli
Id. 495 f. 4
Sobra 1880
W.A Evers /
12 Maret
Djenggolo III Cult. Mij. 501 f. 5
1885
Bandoeroto
Djenggolo IV 12 Maret
Id. 365 f. 5
(Wonolopo) 1885
C. L.
Lammer 30 Juli
Kalitelo 382 f. 4
Listnet / Cult. 1881
Mij. Kalitelo
4
Gemboeldow
Id. 529 Desember f. 4
e
1882
4
Alas Kali
Id. 549 Desember f. 4
Ombo
1882
F. A. von
5
Wiederhold /
Alas Tledek 538 Desember f. 4
Cult. Mij.
1882
Alas Tledek
J. C. Slot / 22
Donowari of
Land. Mij. 364 November f. 4
Dermowari
Senggoerek 1881
24
Rejdosari Id. 433 Desember f. 4
1882
Malang
3 April
Boemiajoe B stroomtram 260 f. 4
1903
Mij.
T. A. Petit / 11 Juni
Wonoketo A 512 f. 6
Cult. Mij. 1885
Tempoersew
oe
Th. Ellias / 24
Soemberman
A. Th. 426 Agustus f. 6
djing
Kuchlin 1881
24
Soembergesi
Id. 525 Agustus f. 6
ng
1881
Soemberbend 24 Mei
Id. 228 f. 6
e 1884
17
Soemberbend
Id. 5 November f. 5
eA
1902
C.A. Petit /
Goenoengsari 17
Goenoengsari - 269 November f. 6
Pengoeloeran 1883
Estates
Goenoengsari 15 April
Id. 1 f. 6
A 1901
17
Soemberiorin
Id. 482 November f. 6
g
1883
Soemberpalo 6 Agustus
Id. 432 f. 6
eng 1896
6 Agustus
Wonoredjo A Id. 31 f. 6
1896
6 Agustus
Wonoredjo Id. 531 f. 6
1896
Soemberpalo 6 Agustus
Id. 31 f. 6
eng A 1896
25
Wonoredjo
Id. 80 November f. 6
Kidoel
1897
27
Pantjoersari
Id. 74 Februari f. 6
B
1905
24 Januari
Wonoredjo C Id. 70 f. 6
1913
J. G. Der
20
Kinderen /
Djoenggo I 336 Oktober f. 8
Cult. Mij.
1882
Gabes
20
Djoenggo II Id. 183 f. 8
Oktober
1882
J. G. Der
17
Kinderen /
Boemiredjo 567 Desember f. 3.10
The King
1894
Sing
20
Soembernong
Id. 445 September f. 4
ko I
1880
21
Soembernong
Id. 36 Februari f. 4
ko II
1884
21
Soembernong
Id. 24 Februari f. 2
ko III
1884
21
Djoeggole I Id. 310 September f. 4
1887
Djoenggolo 28 Maret
Id. 442 f. 4
II 1893
H.
Hugenholtz /
16 Juli
Bandoeroto cultuur 549 f. 4
1880
maatschappij
Bandoeroto
Karangdjamb 27 Juni
Id. 121 f. 4
e 1886
H. F Verhelst
20
/ N. V.
Bandoeardjo 619 September f. 4
Banjoemas
1880
Landen
27
Alas
Id. 312 September f. 4
Plenggon
1883
Soemberredj 22 Juli
Id. 191 f. 4
o 1891
A. Pleijsier /
Koloniale
18
Alas Rubber
515 September f. 4
Bandoeng lor Cultuur
1883
Maatschappij
.
18
Alas
Id. 532 September f. 4
donowari
1883
Alas 18
Id. 520 f. 4
Bandung September
Kidoel 1883
Cultuurmaats
Penanggoe 19 Juni
Gangsiran chappij 474 f. 11.50
ngan 1909
Gangsiran
Sumber: Sukrisman, Jejak Pariwisata dan Pertanian Kota Batu (Kota Batu: Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu, 2014), hlm. 16-17