Anda di halaman 1dari 151

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

i
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ......... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ......... RIXVAN AFGANI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ......... RIXVAN AFGANI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahan Skripsi ini Kepada:


Allah SWT, Ibuku, Bapakku, Adikku.
Seluruh keluargaku dan semua yang aku sayangi
dan yang menyanyangiku.

iv
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ......... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

HALAMAN MOTTO

Kehormatan manusia adalah pengetahuannya.


Orang-orang bijak adalah obor yang menerangi jalan setapak kebenaran.
Di dalam pengetahuan terletak kesempatan manusia untuk keabadian.
Sementara manusia bisa mati, kebijakan hidup abadi.

-Syaidina Ali bin Abu Thalib-

v
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ......... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan
rahmat sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan karya ini.
Sekilas menulis sejarah adalah pekerjaan yang sulit. karena berjaraknya
waktu penelitian dengan peristiwa sebenarnya yang terlampau jauh. Namun,
hukum kekekalan energi masih berlaku. Energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan, tetapi energi dapat berubah bentuk sesuai dengan keadaannya.
Energi dari aktivitas manusia yang memunculkan sebuah peristiwa dari masa
lampau itu telah berganti wujud menjadi arsip-arsip, ingatan-ingatan tokoh yang
sudah tidak memiliki ambisi kuasa, yang tercecer yang siap diolah menjadi
sumber sejarah.
Penulisan skripsi ini saya persembahkan kepada semua orang yang saya
sayangi dan yang menyayangi saya. Terutama untuk Allah, Nabi Muhammad
SAW dan Keluarga tercintanya.

Ucapan Terima Kasih


Tak ada kata selain Alhamdulillah ketika akhirnya penulis menyelesaikan
paragraf terakhir dari penelitian ini. Tanpa ridho-Mu, mustahil penulis mampu
merampungkan skripsi ini di tengah pekerjaan lain yang juga harus dilakoni
penulis.
Ucapan terima kasih sekaligus permintaan maaf penulis tujukan
selanjutnya untuk kedua orang tua penulis, Terima kasih atas kesabaran dan asa-
nya dalam menghadapi penulis selama ini. Kepada Bapak Dr. Sarkawi, S.S.,
M.Hum., selaku dosen pembimbing, terima kasih atas ketelatenannya dalam
membimbing penulis menyusun skripsi ini. Bapak tidak hanya memberi pelajaran
tentang pentingnya menulis. Tetapi Bapak juga rela sabar dalam membimbing
penulis yang seringkali tidak tepat waktu ini.
Seluruh dosen Departemen Ilmu Sejarah Universitas Airlangga. Penulis
ucapkan terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.Terima kasih juga kepada

vi
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ......... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Mas Yudi yang dengan kesabarannya melayani penulis dalam peminjaman buku
di ruang baca Departemen Ilmu Sejarah.
Terima kasih juga kepada semua pihak yang turut membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, tetapi tidak sempat dicantumkan namanya. Jasa
kalian tidaklah lebih kecil dari jasa pihak-pihak yang telah dicantumkan namanya
oleh penulis.
Terakhir, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Masih ada banyak kekurangan yang menyeruak di sana-sini. Oleh
karena itu penulis dengan segala kerendahan hati menerima segala kritik yang
terlontar. Demi ilmu pengetahuan yang tidak bebas nilai.

Surabaya, 19 Januari 2018


Penulis,

Rixvan Afgani

vii
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ......... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ......... RIXVAN AFGANI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRAK

Penelitian ini membahas pada kondisi perkebunan kopi di Afdeling Malang


antara tahun 1870 hingga tahun 1930. Skripsi ini melihat bagaimana kondisi
tenaga perkebunan, tanah, serta produksi. Selama periode awal 1870 hingga
mendekati krisis malaise 1930.
Jawa sangat terkenal dengan kekayaan pertanian seperti kopi dan gula.
Kondisi ini begitu dipahami oleh pemerintah. Di masa lalu, pemerintah kolonial
mengeksploitasi tanah dan orang untuk bekerja di lahan tersebut. Salah satu dari
wilayah yang sangat subur terletak di antara bukit antara gunung Bromo dan
gunung Semeru, Malang.
Metode yang digunakan dala, tulisan ini adalah metode sejarah yang terdiri
dari pengumpulan data (heuristik), kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.
Data-data yang banyak digunakan adalah arsip Gouvernements en Particuliere
Koffie-Cultuur terbitan Hindia Belanda, Verslag, Staatsblad. Arsip dari buku
Periodieke Publicatie van het Departement van Binnenlandsch Bestuur. 1914
yang diperoleh dari situs resmi Belanda yaitu Delpher.nl, serta foto-foto
pendukung dari KIT (Koninklijk Institute Tropical) dari badan Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI).
Penelitian ini menemukan fakta bahwa perjalanan tanaman kopi selama
rentang waktu tersebut mengalami pasang surut. Untuk mencapai produksi yang
diharapkan, investor swasta asing melakukan sejumlah upaya, antara lain
mendirikan perkebunan-perkebunan baru (cabang dari yang sudah ada).
Melakukan pembibitan tanaman kopi serta penggunaan berbagai jenis kopi
(Robusta, Arabika/Jawa dan Liberia). Menjelang tahun 1898 dan tahun 1910an
penyakit bladziekte menyerang tanaman kopi. Produksi kopi menjadi menurun,
dan membutuhkan jenis tanaman kopi yang lebih tahan penyakit. Walaupun
penyakit kopi menyebar di berbagai wilayah, tetapi hal tersebut tidak
menyurutkan para pengusaha asing untuk mendirikan perkebunan-perkebunan
kopi di Afdeling Malang pada sela-sela waktu tersebut. Peristiwa krisis malaise
tahun 1930 berdampak besar bagi perkebunan kopi di Afdeling Malang, karena
jumlah perkebunan aktif yang masih berjalan tidak sebanyak tahun-tahun
sebelumnya.

Kata Kunci: Kopi, Afdeling Malang, Masa Kolonial

ix
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ............................................................................ i


HALAMAN PRASYARAT GELAR.................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... viii
ABSTRAK .............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL, GRAFIK, DAN BAGAN ...................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ xiv
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 8
D. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 11
F. Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................... 13
G. Metodologi Penelitian ................................................................................. 18
H. Sistematika Penelitian ................................................................................. 21

x
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB II MALANG PADA TAHUN 1870-1930


A. Kondisi Wilayah Geografis......................................................................... 23
B. Perkembangan Lahan hingga Industri Perkebunan..................................... 29
C. Pertumbuhan Penduduk dan Pemukiman Masyarakat Afdeling

Malang ........................................................................................................ 35

BAB III PERKEBUNAN KOPI AFDELING MALANG 1870-1930


A. Perkebunan Kopi di Jawa............................................................................ 41
B. Perkebunan Kopi di Afdeling Malang 1870-1930 ...................................... 57
1. Lahan dan Pemilik Perkebunan ......................................................... 72
2. Tenaga Kerja dan Buruh Perkebunan Kopi ....................................... 74
3. Produksi Kopi .................................................................................... 82
4. Harga Kopi dan Distribusi Kopi ........................................................ 87

BAB IV KESIMPULAN ........................................................................................ 96


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. ..........100
LAMPIRAN................................................................................................... ........104

xi
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............... RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL, GRAFIK, DAN BAGAN

Tabel 1 Jumlah Perusahaan Perkebunan Kopi di Malang Tahun 1916 ........... 35

Tabel 2 Jumlah Penduduk Afdeling Malang 1847 dan 1872............................ 37

Tabel 3 Jumlah Pendapatan Penduduk Bumiputra dan Orang-orang


Cina 1910-1914 .................................................................................... 39

Tabel 4 Jumlah Penduduk Karesidenan Pasuruan Tahun 1915/1916 .............. 40

Tabel 5 Produksi Tanaman Ekspor di Jawa 1831-1850 ................................... 48

Tabel 6 Produksi Kopi Tahun 1900-1930 di Jawa Timur ................................ 56

Tabel 7 Perkebunan Kopi Afdeling Malang 1870-1873 ................................... 59

Tabel 8 Daftar Perkebunan Kopi di Afdeling Malang 1870-1880 ................... 62

Tabel 9 Sebagian Daftar Nama dan Pemilik Perkebunan Kopi di Malang


Tahun 1881-1899 ................................................................................. 65

Tabel 10 Daftar Perkebunan di Malang tahun 1900-1916 ............................... 67

Grafik 1 Hasil Perkebunan Kopi ..................................................................... 71

Bagan 1 Struktur Birokrasi Pemerintah Lokal Hindia Belanda ....................... 78

Tabel 11 Sebagian Data Pekerja Perkebunan Kopi Afdeling Malang


Tahun 1880 ........................................................................................... 81

Tabel 12 Daftar Pemegang Lisensi di Afdeling Malang pada Tahun 1901...... 84

Tabel 13 Hasil Produksi di Afdeling Malang Tahun 1913-1914...................... 85

Tabel 14 Harga Kopi Jawa, Liberia dan Robusta 1912-1925 .......................... 88

Tabel 15 Harga Kopi Robusta Surabaya per 100 kg 1913-1921 ..................... 89

Tabel 16 Rincian Panjang Jalur Trem Malang 1910 ........................................ 92

Tabel 17 Ekspor Kopi dari Pelabuhan Surabaya Tahun 1925-1928 ................ 94

xii
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Jawa dan Madura Tahun 1885 ................................................ 28

Gambar 2 Peta Karesidenan Pasuruan ............................................................. 29

Gambar 3 Kopi Arabika ................................................................................... 53

Gambar 4 Kopi Liberia .................................................................................... 54

Gambar 5 Kopi Robusta ................................................................................... 55

Gambar 6 Kompeks Perkebunan Pabrik Kopi ................................................. 61

Gambar 7 Seorang Mandor yang Mengawasi Perkebunan .............................. 79

Gambar 8 Buruh Perempuan sedang Memetik Kopi ....................................... 80

Gambar 9 Kereta Api di Malang ...................................................................... 91

xiii
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR SINGKATAN

ANRI : Arsip Nasional Republik Indonesia

BAPPEDA : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

H : kopi Robusta berjenis Hybride

KIT : (Koninklijk Institute Tropical)

KITLV : (Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde)

MDPL : Meter di Atas Laut

N.V. : (Naamlooze Vennootschap)

NIS : (Nederlandsh Indische Spoorweg Maatschappij)

PERPUSNAS : Perpustakaan Nasional

Proefstation :Tempat pengujian (laboratorium) Perkebunan

Q : Kopi Liberia berjenis Quillou

SS : (Staatsspoorweg)

T.v.N.I : (Tijdschrift voor Nederlandsch Indiề)

U : Kopi Liberia berjenis Uganda

UUPA : Undang-Undang Pokok Agraria

VOC : (Vereenigde Oost-Indische Compagnie)

xiv
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISTILAH

Afdeling : Kabupaten

AgrarischeWet : Undang-Undang Agraria yang diberlakukan pada


tahun 1970, dengan memberikan kesempatan lebih
besar kepada pihak swasta dan pemodal asing
untuk menyewa tanah milik pribumi Indonesia

Bergculturen : Tanaman-tanaman yang tumbuh dan berkembang


di pegunungan dan dataran tinggi.

Besluit : Surat Keputusan

Bladziekte : Penyakit karat daun kopi

Bouw : Satuan per-bouw sama dengan kira-kira 7 M2

Cultivation System : Sistem pengolahan tanah

Cultuurstelsel : Sistem tanam paksa

Distrik : Kecamatan

Idem (Id) : Sama

Indisch Verslag : Laporan Hindia Belanda

Inlandsche Bevolking : Penduduk pribumi

Jaar Verslag : Laporan tahunan

Landrente : Sistem pemungutan pajak tanah

Malaise : Krisis Ekonomi Dunia

Memori van Overgave : Memori serah jabatan

Naamlooze Vennootschap : Perseroan Terbatas

Ondernemer : Pengusaha perkebunan

Onderneming : Perkebunan

xv
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pikul : Satuan Berat 1 pikul = 100 kati = 61,76 Kg

Politik etis : Politik balas budi

Priyangan stelsel : Sistem priyangan

Staatsblad : Lembar negara

Sugar Act : Undang-undang gula

Verplichten : Suatu bentuk ketentuan yang diputuskan oleh


kompeni dengan para raja tentang kewajiban
menyerahkan seluruh hasil panen dengan
pembayaran yang harganya juga sudah ditetapkan
secara sepihak

Wage Labour : Tenaga kerja bayaran

Wijk : Batas kecamatan

Woeste : Lahan Kosong.

xvi
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Staats Koffiecultuur Java 1874 ..................................................... 104

Lampiran 2 Daftar Perkebunan di Afdeling Malang tahun 1880 ..................... 107

Lampiran 3 Daftar perkebunan kopi di Afdeling Malang 1916 ....................... 109

Lampiran 4 Penduduk Karesidenan Pasuruan Tahun 1911 ............................. 124

Lampiran 5 Sindikat perkebunan ..................................................................... 125

Lampiran 6 Officieel Gedeelte Algemen Koffie Syndicat ................................. 128

Lampiran 7 Jejak Argopolitan dan Perkebunan Kopi, kina dan Teh ............... 125

Lampiran 8 Surat kabar Hindia Belanda tentang kopi di Malang .................... 129

Lampiran 9 Jajaran Pemerintahan Kolonial Belanda di Afdeling Malang


Tahun 1898 .................................................................................... 130

xvii
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembahasan sejarah perekonomian Indonesia tidak terlepas dari

berdirinya VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) di Nusantara pada tahun

1602. Persekutuan dagang asal Belanda ini melakukan monopoli untuk aktivitas

perdagangan di Asia (temasuk juga Indonesia). Pada akhir abad XVIII, VOC

mengalami kebangkrutan karena alasan yang paling mengemuka yaitu, terjadi

devisit keuangan akibat korupsi dan besarnya biaya untuk menghentikan

perlawanan daerah koloni. Kondisi ini menjadi salah satu alasan utama

dibubarkannya VOC yang kemudian kekuasaan penuh yang berada di Hindia

Belanda diambil alih oleh Kerajaan Belanda.1

Pada abad ke XIX, perekonomian di Hindia Belanda banyak bergantung

pada perkebunan yang hadir sebagai perpanjangan dari sistem kapitalis Barat yang

diperkenalkan melalui sistem perekonomian kolonial. Sistem perkebunan ini

dibawa oleh pemerintah Belanda yang datang ke Hindia Belanda untuk

memperoleh keuntungan dari tanah jajahannya. Pada saat itu, masyarakat pribumi

sudah mengenal sistem tanam di kebun yang kemudian disebut dalam sistem

pertanian tradisional. Sistem tanam di kebun ini merupakan sambilan dari

penggarapan sawah dalam bentuk usaha kecil yang memiliki modal padat dan

laba sangat terbatas. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki terbatas dan berorientasi

1
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia
Jilid IV (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm. 51.

1
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
2
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

terhadap anggota keluarga yang menggarap kebun. Selain itu, hasil kebun tersebut

tidak berorientasi ke pasar, tetapi hanya untuk pemenuhan kehidupan sehari-hari

keluarga tersebut, sangat berbeda dengan sistem perkebunan modern yang

diwujudkan dalam usaha skala besar dan beorientasi pasar.2

Berkembangnya sektor perkebunan di Indonesia khususnya pada masa

kolonial ini pada satu sisi dianggap sebagai sesuatu yang memberikan keuntungan

bagi masyarakat Indonesia. Keuntungannya yaitu memberikan pengetahuan

tentang pertanian modern dan memberikan kesempatan perekonomian baru.

Namun pada sisi lain, dianggap sebagai hambatan bagi diversifikasi ekonomi

masyarakat yang lebih luas, sumber penindasan dan penyiksaan, serta

mengakibatkan terjadinya kemiskinan struktural dan kebudayaan. Bentuk

eksploitasi ini dipusatkan pada pemanfaatan faktor produksi yang sangat kaya di

Indonesia yaitu tanah dan tenaga kerja. Tersedianya faktor produksi perkebunan

ini, maka pemerintah mengganti sistem tanaman tradisional (traditional crops)

dengan memperkenalkan sistem tanaman komersial (commercial crops) yang

berarti membuka pedalaman Jawa bagi lalu lintas perdagangan dunia.3

Sejarah masuknya kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika

Walikota Amsterdam, Nicholas Witsen memerintahkan komandan pasukan

Belanda di Pantai Malabar (India), Adrian Van Ommen, untuk membawa biji kopi

2
Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial-
Ekonomi (Yogyakarta: Aditya Media, 1991), hlm. 3.
3
Suhartono, Bandit-bandit Pedesaan: Studi Historis 1850-1942 di Jawa (Yogyakarta:
Aditya Media, 1995), hlm. 1.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


3
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ke Batavia. Kopi jenis Arabika4 pertama-tama ditanam dan dikembangkan di

sebuah tempat di timur Jatinegara, yang menggunakan tanah pertikelir Kedawung

yang kini lebih dikenal dengan Pondok Kopi. Beberapa waktu kemudian kopi

Arabika menyebar ke berbagai daerah di Jawa Barat, seperti Priangan, hingga

kemudian menyebar ke daerah lain, seperti Pulau Sumatera, Sulawasi, dan Bali.5

Untuk mendapatkan komoditas ekspor sebanyak-banyaknya dengan

harapan keuntungan sebesar-besarnya, pemerintah Hindia Belanda membuat

undang-undang perkebunan (Cultuurstalsel) yang berlaku pada tahun 1830-1870.6

Pada masa itu, pemerintahan Hindia Belanda dipimpin oleh Gubernur Jenderal

Van den Bosch (1830), sektor ekonomi menjadi salah satu tugas yang harus

diperbaiki oleh Van den Bosch. Selain sebagai Gubernur Jenderal yang baru

menggantikan Gubernur Jenderal Dus Bus de Gisignies masa jabatan 1826-1830,7

4
Kopi Arabika konon berasal dari kawasan Afrika yang bernama Abyssinia
(Ethiopia). Dari daerah itulah, kopi arabika diboyong ke Yaman oleh bangsa Arab. Karena bangsa
Arab tidak ingin kopi diproduksi oleh bangsa lain, penjualannya pun dikontrol dengan ketat.
Pedagang Arab hanya menjual biji kopi yang sudah disangrai sehingga tidak bisa ditanam di
daerah lain. Penyebaran bibit kopi hidup pun diawasi dengan ketat. Pasar perdagangan kopi pun
didominasi oleh bangsa Arab. Keuntungan yang menggiurkan dari penjualan kopi membuat
bangsa-bangsa lain ingin juga berkontribusi di pasar kopi. Walaupun bangsa Arab berusaha
melindungi peredaran bibit kopi, seseorang bernama Baba Budan berhasil menyelundupkan
beberapa butir biji kopi ketika melaksanakan perjalanan haji. Bibit kopi tersebut ditanam Baba
Budan di daerah Ceylon (Srilangka sekarang) dan akhirnya menyebar sampai ke Malabar, India.
Lihat: James Hoffmann, The World Atlas of Coffee (Richmond Hill, Firefly Books, 2014), hlm.
12-13.
5
Waaron Tijdschrift voor Koffie, De Burgcultures, 18 Januari 1980, Koleksi
Peerpustakaan Nasional.
6
Ibid., hlm., 2.
7
Dus Bus de Gisignies merupakan Gubernur Jendral yang juga memberikan kebijakan-
kabijakan periode tanam paksa. Dalam “Kolonisatie Rapport”nya, tertanggal 1 Mei 1827, Dus Bus
mengemukakan bahwa ekspor Jawa tidak mampu menutup impornya. Bertambahnya orang-orang
Eropa yang membuat kebutuhan akan barang impor meningkat. Karenanya untuk tetap bisa
memperahankan keadaan, Jawa membutuhkan ekpor yang lebih banyak. Hal tersebutlah yang
menjadi dampak dari pentingnya untuk meningkatkan produksi ekspor. Lihat: James J. Spillane,

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


4
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Van den Bosch harus memperbaiki serta merehabilitasi perekonomian Belanda.

Saat itu Van den Bosch harus secepat mungkin membayar hutang-hutang yang

terus melambung.

Peraturan Sistem Cultuurstelsel atau dalam istilah Bahasa Indonesia

disebut dengan Sistem Tanam Paksa, yang merupakan sistem yang dilakukan oleh

pemerintah Hindia Belanda guna melakukan eksploitasi produksi pertanian yang

diwujudkan dalam bentuk usaha perkebunan negara.8 Kebijakan cultuurstelsel ini

menginginkan dan menjadikan Jawa sebagai aset yang menguntungkan bagi

Negara Belanda. Dalam waktu yang singkat antara tahun 1830-1840 dapat

menghasilkan komoditi pertanian tropis terutama kopi, gula, dan Indigo yang saat

itu menjadi primadona dunia dengan mendapatkan harga yang sangat mahal.9

Komoditi-komoditi tersebut dikapalkan ke Eropa melalui Perusahaan

Dagang Belanda (NHM: Nederlandsche Handelmaatschappij). Dalam hal ini,

perkebunan mengalami peningkatan produktivitas dikarenakan untuk mengejar

target dan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya karena perolehan

devisa negara kolonial sangat mengandalkan produktivitas dari sektor

perkebunan. Pengenalan perkebunan menjadi sebuah titik balik yang sangat

penting dalam perkembangan bangsa Indonesia, terutama di bidang ekonomi

Komoditi Kopi Perananya Dalam Perekonomian Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm.
41.
8
Robert van Niel membuat pemetaan umum tentang historiografi cultuurstalsel. Van
Soest dan van Deventer yang menulis pada tahun 1860-an, menilai secara kritis dengan
menyatakan bahwa sistem itu berdampak negatif bagi penduduk. Sedangkan pada tahun yang sama
Clive Day menilai sistem tersebut positif. Lihat: Robert van Niel, Sistem Tanam Paksa di Jawa
(Jakarta: Pustaka LP3ES, 2003), hlm. 4-6.
9
H.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1991), hlm. 184.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


5
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sehingga bisa mengalahkan pedagang pesaing Belanda yang lain di perdagangan

internasional.10

Komoditi kopi yang banyak mendatangkan keuntungan tersebut menjadi

pertimbangan tersendiri bagi pemerintah kolonial. Disahkannya Undang-Undang

Agraria tahun 1870, membuat kebijakan Sistem Tanam Paksa menjadi kendur

karena banyak kritikan.11 Selain itu kegiatan monopoli juga dibubarkan, kemudian

menjamin kontrak sewa tanah dalam jangka panjang. Undang-undang tersebut

menjadi keuntungan bagi swasta asing sebagai kesempatan investasi dalam dunia

ekonomi. Hal ini menyebabkan peningkatan besar dalam produksi perkebunan

terutama di Jawa Timur. Sehingga perkembangan perkebunan menjadi salah satu

bagian yang mampu mendatangkan keuntungan pemerintah kolonial.

Afdeling Malang memiliki posisi unik di antara berbagai kawasan lain.

Tempat ini bukanlah tempat yang penting sebelum masuknya ekonomi

perkebunan. Kebijakan di bidang ekonomi dari pemerintah Kolonial Belanda pada

abad XIX telah membuat Afdeling Malang ini mulai terbuka. Pada tahun 1832,

pemerintah Kolonial Belanda memulai pembukaan lahan di kawasan Afdeling

Malang untuk penanaman lahan perkebunan kopi pertama.12 Afdeling Malang ini

berada di antara dua barisan pegunungan yaitu Pegunungan Arjuna-Kawi di

sebelah Barat dan Bromo-Semeru di sebelah Timur. Kondisi ini menyebabkan

10
Robert van Niel, op. cit., hlm. 6.
11
Salah satunya merupakan novel Max Havelaar menggambar di dalam bukunya sebuah
penderitaan yang menimpa penduduk bumi putera di wilayah Hindia Belanda yang dirasakan oleh
penulisnya sendiri. Lihat: Maltatuli, Max Havelaar atau Lelang Kopi Maskapi Dagang Belanda
(Bandung: Djambatan,1981), hlm. 1.
12
Reza Hudiyanto, “Kopi Dan Gula: Perkebunan Di Kawasan Regentschap Malang 1832-
1942, Sejarah dan Budaya, Tahun Kesembilan, Nomor 1, 2015, hlm. 98.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


6
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

beberapa faktor positif karena terdapat gunung-gunung berapi (aktif). Posisi ini

menyebabkan tanah menjadi kaya dengan abu vulkanis dan sumber air. Dua faktor

ini sangat menguntungkan dalam pengembangan lahan pekebunan.13

Komoditi kopi menjadi sektor perkebunan yang dinilai mampu menjadi

pemasukan perekonomian pemerintah Kolonial Belanda. Pada tahun 1913 tercatat

bahwa harga kopi Robusta per 100 Kg mencapai 61,68 Gulden. Harga tersebut

lebih tinggi dibandingkan harga gula hanya mencapai 12,59 Gulden.14 Sehingga

komoditi kopi tetap dipertahankan untuk tetap membudidayakannya ke berbagai

wilayah di Jawa. Khususnya wilayah pegunungan serta dataran tinggi di

Karesidenan Pasuruan.

Perkebunan kopi di Afdeling Malang sampai pada akhir Abad XIX terus

mengalami peningkatan, mulai dari munculnya beberapa perusahan perkebunan

swasta yang kemudian mengakibatkan produktivitas komoditinya hingga

perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan perkebunan.15 Distrik Turen

pada tahun 1916 tercatat terdapat 33 perusahan perkebunan kopi terbanyak

dibandingkan distrik-distrik lainnya yang ada di Afdeling Malang.

13
S. L. V. Tan Deb, Staad-Koffiecultuur op Java (Soerabaija: Gebrs Gimberg, 1874), hlm.
6.
14
Indisch Verslag 1931 statistisch Jaaroverzicht van Nederlandsh Indie Over het jaar
1930
15
Lisjt van I. Particuliere Ondernemingen in Nederlandsch, Koleksi Landbouw. No. 75.
Kantor Kearsipan dan Perpustakaan Jagir Surabaya.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


7
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

B. Rumusan Masalah

Sistem ekonomi liberal memberi keuntungan besar bagi perusahaan-

perusahaan perkebunan swasta. Dibandingan dengan masa konservatif (Tanam

Paksa) keuntungan yang didapat oleh perusahaan tidak sebanding karena pada

saat itu semua kendali dipegang oleh pemerintah. Akan tetapi, dalam periode

1870-1915, setelah munculnya swastanisasi dinamika perekonomian memberikan

dampak yang signifikan disetiap elemen seperti perluasan lahan penanaman

kemudian diikuti oleh pelayanan dan transportasi angkut komoditas (disrtibusi)

hasil perkebunan ekspor.16

Fokus utama penelitian ini adalah mencari pola perkembangan perkebunan

kopi di Afdeling Malang berikut hal-hal yang berkaitan yang ada di dalamnya.

Oleh karena itu, dengan penelitian ini penulis mendeskripsikan dinamika

perkebunan kopi di Afdeling Malang melalui sumber yang didapatkan.

Mengkaji persoalan ekonomi perkebunan pada masa kolonial, mula-mula

yang perlu dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan bagaimana

sebenarnya pola perkebunan sebelum kebijakan tentang UU Agraria 1870

dimunculkan? Bagaimana konsep pengaturan pendirian sebuah perkebunan kopi

khususnya di Afdeling Malang? Siapa saja yang terlibat dalam perkebunan di

Afdeling Malang?

16
H.M. Hart, Exportcultures va 1830-1937 (Batavia: Gedrukt Bij de Cyclostyle Centrale,
1939), hlm. 7.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


8
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian tentang “Perkebunan Kopi di Afdeling Malang pada tahun

1870-1930” bertujuan untuk menjawab apa yang menjadi rumusan masalah di atas

yaitu untuk mendeskripsikan perkembangan serta perubahan perkebunan kopi dari

sudut pandang perekonomian perkebunan swasta di Afdeling Malang pada tahun

1870-1930. Penelitian ini adalah bagian kecil dari perjalanan perkebunan di

Indonesia yang dikaji melalui sudut pandang ilmu sejarah. Mengetahui dampak

perubahan ekonomi dengan adanya perkebunan kopi dan juga mengetahui

perkembangan perkebunan kopi pada periode Kolonial Belanda di Malang pada

tahun 1870-1930.

Oleh karena itu, penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan

kontribusi dalam historiografi Indonesia. Secara praktis, penulisan ini disajikan

untuk memberikan pemahaman terhadap akar historis terhadap eksistensi

perkebunan di Indonesia dan memberikan sumbangan pengetahuan dalam

pengembangan memori kolektif dalam kajian sejarah perkebunan.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini secara spasial ditujukan di Afdeling Malang. Namun

demikian, tidak menutup kemungkinan daerah-daerah lain yang ada di sekitar

Afdeling Malang, juga dijadikan lokasi penelitian guna memperoleh informasi

yang lebih mendalam mengenai objek kajian ini. Afdeling (Kabupaten) Malang17

17
Pada tanggal 9 Mei 1820 nomer 6. Pada Staatsblad no. 72 tahun 1874 baru disebutkan
bahwa mulai 1 April 1874 diputuskan Karesidenan Pasuruan terdiri atas 3 afdeling (kabupaten),
yakni Pasuruhan, Bangil, dan Malang. Lihat: Yuliati, “Sistem Pemerintahan Wilayah Malang Pada

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


9
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

merupakan bagian dari Karesidenan Pasuruan, yang membawahi 8 distrik antara

lain:18 Penanggungan, Turen, Ngantang, Karanglo, Pakis, Gondanglegi,

sengguruh (kepanjen), dan Kotta Malang. Perubahan penting bagi Afdeling

Malang terjadi tahun 1914, dengan diubahnya status Distrik Kotta menjadi

kotamadya (gemeente) yang dikukuhkan dalam Staatsblad No. 297 tahun 1914

tanggal 25 Maret 1914. Keputusan ini mulai berlaku sejak 1 April 1914. Dengan

diubahnya status Distrik Kotta Malang menjadi kotamadya (gemeente), maka

jumlah distrik di Afdeling Malang mulai tahun 1914 menjadi 7 distrik.19

Afdeling Malang juga merupakan penghasil kopi terbesar di Provinsi Jawa

Timur. Pada tahun 1887-1889, penghasilan kopi di Afdeling Malang 143.173

pikul. Daerah penghasil kopi lainnya seperti Besuki (Banyuwangi dan Jember),

Probolinggo, dan Jombang hanya sekitar 13.630 pikul, 22.098 pikul, dan 4.332

pikul. Hampir 10 kali lipat penghasilan daerah Besuki dibandingkan dengan

Afdeling Malang. Jumlah sekian banyak tersebut juga didukung oleh kekayaan

alam di sekitar Afdeling Malang yang merupakan kawasan penggunungan aktif

atau berapi.20

Masa Kolonial” dalam Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Malang: Jurusan
Sejarah Universitas Negeri Malang, Tahun 25, Nomor 1, Pebruari 2012), hlm. 54.
18
Ibid., hlm. 54-55. Berdasarkan pada sumber sejarah yang berupa tulisan tangan
peninggalan jaman Inggris yang memuat tentang Malang tahun 1812 (Detailed Settlement, 1812)
disebutkan, bahwa daerah ini terdiri atas 6 distrik (kawedanan), yaitu: Kawedanan Kotta,
Karanglo, Pakis, Gondang Legi, Penanggungan dan Ngantang. Jumlah distrik ini berubah
jumlahnya menjadi 7 distrik pada tahun 1866, setelah dimasukkan Distrik Sengguruh (Kepanjen).
Jumlah ini berlangsung hingga tahun 1887, dengan berubahnya Turen menjadi wilayah distrik
menjadikan Afdeling Malang memiliki 8 distrik.
19
Stadsgemeente Malang 1914-1939, Koleksi Perpustakaan Nasional.
20
Cultures in Nederlandsch Oost-Indie Koloniaal Verslag 1890, Koleksi Perpustakaan
Nasional, hlm. 5.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


10
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sementara sebagai batasan temporalnya adalah pada tahun 1870-1930.

Pada tahun 1870, menjadi titik pergantian sistem perkebunan dari sistem

konservatif (tanam paksa) ke liberalis karena dikeluarkannya Undang-undang

Agraria (Agrarische Wet).21 Dalam rentang tahun tersebut, merupakan periode

yang memiliki dinamika di sektor perekonomian perkebunan kopi di Malang.

Pada taun 1880-1915, perkebunan-perkebunan kopi dilanda hama penyakit

bladziekte22, kemudian hal itu mempengaruhi kemerosotan produksi kopi.

Meskipun begitu, para pengusaha asing tidak terhenti untuk berinvestasi, tercatat

pada tahun 1916, telah berdiri 98 perusahaan perkebunan kopi di Afdeling

Malang. 23

Penelitian ini diakhiri tahun 1930, yakni pada awal depresi ekonomi global

(Malaise). Pada saat itu, perkebunan kopi banyak mengalami kebangkrutan dan

para pengusaha (ondernemers) menarik kembali modal mereka.24 Hanya beberapa

saja perkebunan kopi yang masih mampu bertahan dalam situasi itu, seperti

diantaranya Perkebunan Gunung Sari di Disrik Sengguruh (Kepanjen),

21
A. van Schaik, Malang: Beeld Van Een Stad (Purmcrend: Asia Maior, 1996), hlm. 16
22
Bladziekte merupakan istilah belanda dalam menyebutkan penyakit karat daun kopi
sering juga disebut penyakit daun kopi (Hemileia vastarix B. et. Br.) adalah penyakit kopi yang
paling penting diseluruh dunia. Untuk indoensia penyakit ini merupakan penyakit yang terpenting
pada kopi arabika (Coffea Arabica L). Penyakit ini disebabkan oleh patogen Hemileia vastarix B.
et. Br. yang merupakan penyakit utama pada tanaman kopi arabika, sedangkan pada tanaman kopi
robusta penyakit ini tidak menjadi masalah. sebuah penyakit daun yang menyerang tanaman kopi.
Lihat arsip: Cultures in Nederlandsch Oost-Indie Koloniaal Verslag 1890. Koleksi Perpustakaan
Nasioanal.
23
Creutzberg, Changing Economy in Indonesia: A Selection of Statistical Source Material
from The Early 19th Century Up To 1940, Volumes 2-6 (The Hague: Martinus Nijhoof, 1978),
hlm. 17-18. Lihat juga: Lisjt van I. Particuliere Ondernemingen in Nederlandsch, Pasoeroean,
62.3, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia.
24
Nazaruddin Zainun, “Depresi Ekonomi Dunia 1929-1935: Perubahan Dasar Ekonomi,
Hala Tuju Dan Involusi Pertanian di Pulau Jawa”, Ekuitas, Vol. 10 No. 1, 2006, hlm. 3.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


11
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Perkebunan Limburg di Distrik Gondang Legi, dan Perkebunan Telogo Rejo di

Distrik Turen.25

E. Tinjauan Pustaka

Pustaka-Pustaka yang digunakan oleh penulis untuk membahas topik di atas

terdapat macam-macam jenis. Perkembangan perkebunan kopi di Indonesia

menjadi komoditi yang sangat diminati pasar pada masa Hindia Belanda tersebut

banyak peneliti yang menulisnya. Namun sepanjang pengetahuan penulis, hanya

ada satu penelitian berupa artikel yang memberi gambaran penulis untuk meneliti

perkebunan kopi di Afdeling Malang pada tahun 1870-1930. Artikel tersebut

adalah tulisan Reza Hudiyanto yang berjudul, “Kopi dan Gula: Perkebunan di

Kawasan Regentschap Malang, 1832-1942”.26 Tulisan di atas lebih fokus dalam

perkembangan Afdeling Malang dilihat dari perkembangan perkebunan di

sekitarnya serta lebih menonjolkan aktivitas sosial ekonomi masyakarat di sekitar

perkebunan di Malang. Oleh karena itu untuk membedakan karya Reza

Hudiyanto, penulis melihat perkebunan kopi di Malang dari teropong aktivitas

perkebunan yang dihasilkan oleh perkebunan di Malang. Hal itu mencakup

tanah/lahan perkebunan, pekerja, modal, teknologi, skala, organisasi, dan tujuan

ekonomi.

25
Djawatan Penerangan Repoeblik Indonesia Djawa Timoer (Surabaja: DP. RI. Prop.
Djawa Timoer, 1953), hlm.427-431. Koleksi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa
Timur.
26
Pada dasarnya tulisan ini merupakan sebuah Artikel yang menjelaskan hubungan
kemajuan perkebunan dan pertumbuhan Afdeling Malang dari pertengahan abad ke-19 sampai
abad ke-20. Selain itu, akan disadari orang itu. Lihat: Reza Hudiyanto, op.cit. hlm. 96.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


12
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Selain artikel, buku merupakan literatur yang diutamakan untuk dijadikan

sebuah landasan penulisan. Buku karya Reza Hudiyanto yang berjudul,

“Menciptakan Masyarakat Kota Malang di Bawah Tiga Penguasa 1914-1950”.27

Buku tersebut mengurai sedikit menjelaskan salah satunya perkembangan

perkebunan kopi di Afdeling Malang pada masa cultuurstalsel. Penjelasannya

meliputi pembukaan lahan yang mana pada situasi awal Afdeling Malang

merupakan wilayah yang masih tertutup oleh hutan. Selanjutnya, proses produksi

kopi yang meliputi perawatan, pemetikan penggorengan hingga pengiriman

(distribusi) dan penjualan kopi.

Selanjutnya adalah “Sejarah Perkebunan di Indonesia” karya Sartono

Kartodirjo dan Djoko Suryo yang diterbitkan oleh Aditya Media tahun 1991.28

Buku tersebut merupakan “babon” untuk penulisan yang bertema perkebunan

karena berisi mengenai sejarah perkebunan di Indonesia sejak masa kolonial

hingga masa Orde Baru. Kemudian buku tentang perkebunan kopi yang berjudul

“Kopi Kajian Sosial-Ekonomi” karya Dwi Retnandari dan Moeljanto

Tjokrowinoto29 merupakan penjelasan lengkap awal mula sejarah kopi dan sampai

datang di Jawa, tetapi dalam buku tersebut tidak menjelaskan kopi yang ada di

Malang. Kemudian karya James J. Spillane yang berjudul “Komoditi Kopi:

27
Reza Hudiyanto, Menciptakan Masyarakat Kota Malang di Bawah Tiga Penguasa
1914-1950 (Yogyakarta: Penerbit Lilin, 2011), hlm. 42.
28
Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo, op.cit., hlm. 1-2.
29
Retnandari dan Tjokrowinoto, Kopi, Kajian Sosial Ekonomi (Yogyakarta: Aditya
Media, 1991), hlm. 1-3.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


13
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Peranannya dalam Perekonomian Indonesia”.30 Buku ini sama dengan di atas

hanya saja penelitian yang dilakukan lebih fokus di era Orde Baru.

Terdapat pula buku lainnya yakni yang berjudul “Keuntungan Kolonial dari

Kerja Paksa : Sistem Priangan dari Tanam Paksa Kopi di Jawa tahun 1720-

1870” karya Jan Breman31 yang berisi sistem sistem yang digunakan VOC sampai

kolonial Belanda tentang kebijakan-kebijakan seperti kebijakan tanam paksa

(cultuurstelsel) perkebunan kopi di pulau Jawa. Buku karya Jan Breman dalam

penulisannya mengulas perkebunan kopi beserta kebijakan-kebijakan yang

diambil oleh pemerintah Belanda.

Beberapa dari kajian di atas, tulisan ini mencoba merekonstruksi suatu

kejadian yang kemudian menariknya pada satu kesimpulan bagaimana dinamika

perkebunan yang dapat memberi dampak yang besar dalam perkembangan

Afdeling Malang.

F. Kerangka Konseptual

Penulisan ini merupakan sejarah ekonomi perkebunan atau pertanian.

Kategori dalam sejarah ekonomi petani menurut Daniel Thorner pertama, dalam

bidang produksi, masyarakat terlibat dalam produksi agraria. Kedua,

penduduknya harus lebih dari separohnya yang terlibat dalam pertanian. ketiga,

ada kekuasaan pemerintah dan lapisan penguasaanya. Keempat, ada pemisahan

30
James J. Spillane, op.cit., hlm. 3-4.
31
Jan Breman, Keuntungan Kolonial Dari Kerja Paksa: Sistem Priangan Dari Tanam
Paksa Kopi di Jawa, 1720-1870 (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2014), hlm. 2.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


14
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

antara desa dengan kota, jadi ada kota-kota dengan latar belakang desa-desa.

Kelima, satuan produksimya ialah keluarga rumah tangga.32

Perbedaan antara ekonomi petani dengan ekonomi kapitalis menurut

Basile Kerblay, yang juga menganut pendapat Chayanov, ialah jika ekonomi

kapitalis tanah dan kerja merupakan variabel atau faktor yang oleh penguasa

dikombinasikan untuk memperoleh perolehan yang maksimum dari kapital

dianggap sebagai faktor yang tetap, sedangkan dalam ekonomi petani kerjalah

yang merupakan elemen yang tetap menentukan perubahan dalam volume dari

modal dan tanah. Ekonomi kapitalis berdasarkan pada modal, ekonomi petani

berdasarkan pada kerja.33

Pada penelitian ini, pembahasan sejarah ekonomi perkebunan akan

melibatkan keduanya, yakni konsep teori ekonomi petani dan ekonomi kapitalis.

Penulis meninjau ada sebuah pertemuan antara ekonomi petani dan ekonomi

kapitas dalam pembahasan sejarah perkebunan kopi di Afdeling Malang pada

tahun 1870-1930. Pertemuan tersebut, bertemu pada cara produksi dan terbukanya

pedalaman Jawa sebagai lahan eksplotasi seperti apa yang dikatakan Boeke.34

Menurut Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo, Perkebunan adalah bagian

dari sistem perekonomian pertanian komersial dan kapitalistik. Wujud dari

32
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Edisi Kedua (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003),
hlm. 95. Lihat juga: Daniel Thomer, “Peasant Economy as a Category in Economic History”,
dalam Theodir Shanin, Peasants and Peasant Societies (Harmondsworth, Middlesex, England:
Penguin Books Ltd, 1973), hlm. 203.
33
Ibid., hlm. 96.
34
Menurut Boeke, pada masa Kolonial Belanda banyak terbukanya lahan di Jawa dan
sebagian daerah luar Jawa untuk perekonomian ekonomi Kerajaan Belanda, serta banyak
permasalahan sosial terutama yang menyangkut sektor agraria. Lihat: J. H. Boeke, “Ekonomi
Timur”, dalam Oosterse Economie (Den Haag: Servire, 1955), hlm. 2.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


15
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

perkebunan tersebut, berupa sistem usaha pertanian dalam skala besar dan

kompleks yang membutuhkan modal yang sangat besar dalam pengolahannya.

Sistem perkebunan ini membutuhkan areal pertanian yang cukup luas dan

menggunakan sistem modern sehingga membutuhkan tenaga kerja upahan dalam

hal mengelola dan merawat tanaman komersial yang ditujukan untuk komoditi

ekspor di pasaran dunia, serta didukung oleh sistem administrasi dan birokrasi

yang cukup baik.35 Menurut William J. O’ Malley, ekonomi perkebunan adalah

memiliki beberapa komponen antara lain tanah, pekerja, modal, teknologi, skala,

organisasi, dan produksi.36

Ekonomi pertanian maupun perkebunan dapat mencakup analisa mengenai

ekonomi dari proses (teknis) produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam

produksi pertanian, hubungan-hubungan antara faktor-faktor produksi, antara

faktor dan hasil produksi dan antara beberapa hasil produksi dalam satu proses

produksi. Kemudian dalam skala besar diharapkan dapat menghubungkan

persoalan-persaolan lapangan tenaga kerja, dan pembangunan secara

menyeluruh.37

Komoditi perdagangan internasional seperti kopi, gula dan kina

merupakan salah satu komoditi utama pada saat kolonial Belanda. Kopi

merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan biji tanaman

kopi. Kopi digolongkan ke dalam famili Rubiaceae dengan genus coffea. Secara

umum kopi hanya memiliki dua spesies yaitu coffea arabica dan coffea robusta.

35
Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo, op.cit., hlm. 10-12
36
Anne Both, Keadaan Ekonomi Indonesia 1966 (Jakarta: LP3ES,1990), hlm. 198.
37
Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 2-3.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


16
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Untuk kopi jenis arabika dianjurkan curah hujan sekitar 1000-1500 mm pertahun,

sedangkan kopi robusta maksimal 2000 mm pertahun. Untuk daerah dengan

ketinggian diatas 1000 m memiliki musim kering yang pendek, padahal kopi

khususnya kopi arabika membutuhan musim kering yang agak panjang supaya

produksinya optimal. Kopi arabika tumbuh di daerah di ketinggian 700–1700

mdpl dengan suhu 16-20 °C, beriklim kering tiga bulan secara berturut-turut. Kopi

Arabica merupakan produk ekspor kolonial yang berasal dari dataran tinggi

Etophia yang pada saat itu sangat dibutuhkan di perdagangan internasional. Kopi

dapat digolongkan sebagai minuman psikostimulant yang akan menyebabkan

orang tetap terjaga, mengurangi kelelahan, dan memberikan efek fisiologis berupa

peningkatan energi. Selain itu, mencegah penyakit diabetes hingga 50% dan kopi

juga mengandung zat asam klorogenik dan trigonelin yang dapat meningkatkan

insulin dan menghambat penyerapan glukosa dalam tubuh. Kopi juga dapat

menyegarkan tubuh dan tidak mudah mengantuk karena memiliki zat kafein.38

Setelah masa Cultuurstelsel selesai, Pada tahun 1870, kaum liberal

berhasil meyakinkan pemerintah Belanda untuk menghapuskan Tanam Paksa

dengan memberlakukan Undang-Undang Agraria atau Agrarische Wet.39 Salah

satu kepentingan politik UU ini bukan hanya menghapuskan Tanam Paksa, tapi

lebih dari itu yaitu untuk memperjuangkan kepentingan politik swasta Belanda

untuk membangun usaha perkebunan di Indonesia. Aturan utama yang terkait

38
Eka Saputra, Kopi:dari Sejarah, Efek bagi Kesehatan dan Gaya Hidup (Yogyakarta:
Harmoni, 2008) hlm. 5.
39
Atau juga sedikit populer dengan nama Akkerwet, yang diundangkan di dalam staatsblad
tahun 1870 No. 55, tanggal 9 April 1870. Lihat: Rikardo Simarmata, Kapitalisme Perkebunan dan
Konsep Pemilikan Tanah oleh Negara (Yogyakarta: Insist Press, 2002), hlm. 124.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


17
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dengan hal tersebut adalah Erfpacht Ordonantie (Peraturan Persawaan Tanah)

yang memungkinkan pemanfaatan lahan yang tidak terpakai (woeste gronden)40

selama 75 tahun.41 Menurut Toxopeus, peraturan ini merupakan basis sistem

pertanian kapitalistik skala besar. Dengan adanya undang-undang tersebut sebagai

landasan hukum perusahan perkebunan mulai dikembangkan secara besar-

besaran.42

Titik fokus dalam pembahasan ini adalah pada 1870-1930. Pada tahun ini

produktivitas perkebunan lagi mencapai titik kejayaan. Serta proses swastanisasi,

dapat dikatakan dengan tepat untuk menggambarkan proses transisi pengelolaan

perkebunan kopi di Hindia Belanda, khususnya perkebunan kopi di Malang (Jawa

Timur). Pada akhir abad ke XIX, hingga mencapai akhir penguasaan

pemerintahan Kolonial Belanda. Dinamika proses swastanisasi perkebunan kopi

di Hindia Belanda secara umum dapat dipahami sebagai masa-masa akselarasi

percepatan dan pertumbuhan dari industrialisasi perkebunan. Masuknya sistem

40
Pada periode cultuurstalsel, Gubernur Jenderal Van den Bosch untuk membatasi ruang
gerak perkebunan swasta. Sebelumnya, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal de Gesignies,
izin ini sudah diberlakukan, tapi gagal dibangkitkan kapitalisasi di sektor perkebunan karena tidak
didukung oleh struktur sosial-ekonomi. Ketika itu, golongan borjuis di Belanda belum begitu besar
sehingga tidak banyak korporasi-korporasi kapitalis Belanda yang beroperasi di Hindia Belanda.
Akhirnya kebijakan de Gesignies tampak hanya sebagai kesadaran subyektif beliau tanpa
dukungan obyektif. Perbedaan kondisi obyektif inilah yang membuat pembukaan izin penyewaan
tanah atau lahan pengangguran (woeste gronden) pada tahun 1853 dan 1870 sangat mendukung
kapitasisasi di sektor perkebunan. Lihat: Ibid., hlm. 89-91.
41
Kemudian menurut peraturan agraris ditetapkan bahwa tanah yang bukan milik
perorangan penduduk adalah tanah pemerintah (tanah domain), tanah ini dibagi menjadi 2
golongan pertama tanah yang bebas dari hak-hak pribumi, kedua tanah yang meliputi tanah milik
pribumi. Lihat: Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia IV (jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm, 23.
42
Effendi Pasandaran, “Reformasi Kebijakan Dalam Perspektif Sejarah Politik Pertanian
Indonesia”, Reformasi Kebijakan Menuju Trasformasi Pembangunan Pertanian, (ed.) Haryono
(Jakarta: IAARD Press, 2014), hlm. 9.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


18
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

uang (monetisasi), perubahan pengelolaan perkebunan dengan menggunakan

pendekatan organisasi dan manajemen yang lebih modern, adaptasi para

penduduk pribumi terhadap tanaman komoditi kopi sebagai mata pencaharian

baru bagi masyarakat setempat, hingga proses penyiasatan perkebunan kopi dalam

mengahadapi krisis ekonomi (depresi ekonomi) di tahun 1930.

Dalam perkembangan perkebunan kopi di daerah Malang pada masa

Hindia Belanda tahun 1870-1930 ini merupakan salah satu hal penting

dikarenakan kopi merupakan salah satu komoditi ekspor dari kolonial yang

ditanam di Malang. Penelitian ini menitikberatkan perubahan Malang pada masa

ekonomi liberal dalam komoditi perkebunan kopi dan semakin banyaknya hutan-

hutan beralih fungsi menjadi perkebunan pada tahun 1870-1930. Penilitian ini

lebih menfokuskan perubahan perkebunan kopi di Malang tahun 1870-1930.

G. Metodologi Penelitian

Metode merupakan salah satu ciri dan cara kerja ilmiah yang penting

dalam melakukan suatu penelitian. Dalam penulisan sejarah sudah terdapat

metode yang telah sepakati secara umum untuk mengkajinya. Pada buku Metode

Penelitian Sejarah,43 terdapat empat tahapan dalam melakukan metode sejarah.

Berikut ini adalah empat tahap penulisan sebagai bentuk metode penelitian skripsi

yang penulis lakukan.

Heuristik yang dikenal dengan nama lain yakni pengumpulan sumber,

mengkategorikan dua jenis sumber yang dapat dijadikan pijakan, yakni sumber

43
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hlm. 28-
29.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


19
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

primer dan sumber sekunder. Sumber-sumber primer (primary source) yang

tertulis yang digunakan pada studi ini berasal dari penelitian arsip. Penelitian arsip

dilakukan di Arsip Nasional Republik Indonesia Jakarta, Perpustakaan Nasionnal

Republik Indonesia Jakarta, Perpustakaan Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Jawa Timur, Ruang Baca Fakultas Ilmu Budaya,

Perpustakaan Departemen Ilmu Sejarah, Perpustakaan Universitas Airlangga,

Perpustakaan Kota Surabaya, Perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah

Universitas Negeri Surabaya. Badan Perpustakaaan dan Kearsipan Provinsi Jawa

Timur (Kantor Arsip Jagir).

Adapun sumber dari surat kabar (koran-koran), majalah dan gambar

sezaman. Koran Tjahaja Timoer merupakan salah satu surat kabar yang

memberita daerah Afdeling Malang secara khusus, dan tidak memungkiri pula jika

ada koran-koran yang menjelaskan tentang perkebunan. Selain lewat penelurusan

secara manual, penulis juga menelusuri sumber dalam dunia digital atau internet

lewat website terpercaya legalitasnya. Misalnya, dalam website www.delpher.nl

untuk penelusuran surat kabar maupun majalah, sedangkan sumber gambar

sezaman dapat diambil pada website www.kitlv.nl.

Penelusuran sumber tersebut dilakukan untuk mencari arsip dan sumber

yang relevan dengan kajian yang akan dibahas oleh penulis. Penulis menemukan

beberapa sumber dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Lijst van

Particuliere Ondernemingen In Nederlandsch-Indië merupakan salah satu arsip

yang didalamnya disebutkan perkebunan-perkebunan yang masih beroperasi

menghasilkan komoditi kopi. Selain itu, di Perpustakaan Republik Indonesia juga

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


20
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ditemukan Koffie Statistiek voor Java en Sumatra. Gambar mengenai peta dari

wilayah yang digunakan sebagai penanaman kopi di Malang. Beberapa foto

pendukung mengenai proses pengeringan dari KIT (Koninklijk Institute Tropical)

Jawa Timur.

Tahap kedua yaitu kritik terhadap sumber atau verifikasi, mengetahui

benar-tidaknya, serta asli dan tidaknya sumber-sumber tersebut. Tahap ini terdiri

atas dua macam, yaitu kritik internal dan kritik eksternal. Kritik internal mengenai

kredibilitas dari sumber sejarah tersebut, sedangkan kritik eksternal mengkririk

tentang keotentikan suatu sumber, apakah sumber tersebut benar-benar

dikeluarkan oleh orang atau lembaga yang namanya tertera dalam sumber tersebut

atau tidak. Kritik ini sangat diperlukan untuk meneliti apakah sumber-sumber itu

sejati, baik bentuk maupun isinya.44

Tahap ketiga yang dilakukan peneliti adalah menginterpretasi sumber-

sumber yang sudah melalui proses kritik pada tahap kedua. Tahap ini

dipergunakan untuk mempertajam penafsiran, maka hal yang lebih tepat untuk

menggunakan metode hermeneutika. Metode ini mempunyai kelebihan yakni

mampu menafsirkan teks-teks masa lampau dan menerangkan perbuatan seorang

pelaku sejarah penulis sehingga dapat melihat kesatuan dan kebertautan dalam

suatu kejadian atau peristiwa.45 Tujuan tahap ini adalah mengelola sumber yang

44
Aminuddin Kasdi, Memahami Sejarah (Surabaya: UNESA University Press, 2001),
hlm. 32.
45
F.R. Ankersmit, Refleksi Tentang Sejarah: Pendapat-pendapat Modern Tentang
Filsafat Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm. 153-156.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


21
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

telah diperoleh untuk dipahami, dianalisa dan digambarkan secara luas, dan jelas.

Sehingga membentuk rangkaian yang kronologis antara satu dengan yang lain.

Pada tahap selanjutnya, yakni tahap akhir adalah historiografi atau

penulisan sejarah. Setelah fakta-fakta tersusun secara sistematis dalam suatu

sintesa yang berkronologis dan berkausalitas, maka dengan ini diharapkan mampu

membentuk eksplanasi yang komprehensif. Mengintegrasikan peristiwa-peristiwa

yang naratif dengan struktur yang analitis menjadi pilihan penyajian di dalam

studi ini. Kecenderungan menggabungkan teknik ini lebih memudahkan untuk

menjelajah struktur-struktur peristiwa yang kemudian ditafsirkan namun sekaligus

tidak mendepak unsur-unsur kronologis untuk melukiskan alur dengan bingkai

plot-plot tertentu.46

H. Sistematika Penulisan

Langkah terakhir dalam penulisan ini adalah penyajian. Karya ini

disajikan dalam empat bab. Bab I adalah pendahuluan yang meliputi latar

belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan dan

manfaat, tinjauan pustaka, kerangka konseptual, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II berisi mengenai gambaran umum wilayah di Afdeling Malang.

Kemudian terdapat sub-sub tentang kondisi geografis di Afdeling Malang pada

tahun 1870-1930. Uraian tersebut kemudian dilanjutkan mengenai wilayah syarat

tumbuh tanaman kopi. Tanaman kopi yang ditanam di pegunungan juga memiliki

46
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm. 237-239.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


22
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

syarat-syarat tumbuh kopi. Kemudian mendeskripsikan kondisi sosial masyarakat

di Afdeling Malang 1870-1930 juga dibahas. Pembahasan bab ini diakhiri dengan

deskripsi mengenai jenis komoditi ekspor di Afdeling Malang.

Bab III berisi penjelasan tentang Sejarah Perkebunan kopi di Afdeling

Malang. Uraian pertama membahas tentang sejarah perkebunan kopi di Jawa.

Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang perkebunan kopi di Afdeling

Malang. Pembahasan kegiatan petani dalam menanam tanaman kopi hingga

penanaman oleh perkebunan pihak swasta asing. Produksi tanaman kopi serta

distribusi hasil kopi juga akan dibahas dalam bab ini.

Bab IV merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran atas

pemaparan yang tersaji dalam bab-bab sebelumnya. Pemaparan mengenai sejarah

“Perkebunan Kopi di Afdeling Malang Tahun 1870-1930”. Pokok-pokok

permasalahan yang dibicarakan dalam bab-bab sebelumnya akan terjawab pada

bab ini.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB II

MALANG PADA TAHUN 1870-1930

Pada pertengahan abad ke XIX, Afdeling Malang mulai menjadi wilayah

perkebunan yang menguntungkan setelah beberapa tahun sebelumnya adalah

hutan belantara. Pada masa Hindia Belanda, Malang mengalami pertumbuhan

baik di bidang ekonomi maupun sosial. Perubahan di Malang yang semula hutan

liar menjadi daerah perkebunan yang menguntungkan menjadikan tersebut,

Malang menjadi diminati orang-orang untuk pindah di Malang. Masuknya orang-

orang ke Malang juga memicu pertumbuhan pengusaha perkebunan, yang menjadi

daya tariknya adalah ekspektasi penghasilan yang lebih tinggi oleh pikiran

masyarakat yang mencari peruntungan baru.

Dari beberapa afdeling yang masuk dalam Karesidenan Pasuruan, Afdeling

Malang merupakan wilayah yang memiliki potensi perkebunan cukup banyak

untuk memproduksi kopi, dikarenakan letak geografisnya yang cocok yaitu berada

di lereng pegunungan yang masih memiliki gunung berapi.

A. Kondisi Wilayah Geografis

Afdeling Malang memiliki luas wilayah 3.534,86 km² atau sekitar 353.486

ha, terletak pada 112,17º sampai 112,57º Bujur Timur, 7,44º sampai 8,26º Lintang

Selatan. Wilayah Malang terletak di bagian selatan dari Karesidenan Pasuruan.

Pada bagian barat berbatasan dengan Karesidenan Kediri, bagian utara berbatasan

dengan Afdeling Pasuruan, bagian timur dibatasi dengan barisan pegunungan

23
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
24
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Bromo-Semeru dan bagian Selatan adalah Samudra Indonesia.1 Sekalipun

Afdeling Malang memiliki kawasan pantai, sebagian besar penduduk

mengandalkan penghasilan bercocok tanam.

Dilihat dari cara penduduk Malang mengelola tanah, tanah di Afdeling

Malang dapat dibagi menjadi dua kawasan yaitu kawasan sawah-tegal dan

perkebunan.2 Tahap pertama dari perkembangan Afdeling Malang berawal dari

dekade ke tiga abad XIX yang ditandai dengan perubahan hutan dan tanah-tanah

kosong menjadi tanah perkebunan. Perubahan itu diikuti dengan perkembangan

wilayah sebagai lahan perkebunan. Tahap kedua ditandai dengan perubahan

wilayah inti perkebunan diikuti dengan perkembangan bangunan fisik (tempat

penelitihan perkebunan, jalan dan rumah penginapan) sebagai titik perkembangan

hasil perkebunan. Perubahan ini selanjutnya mempengaruhi hubungan sosial di

dalam masyarakat bumiputra. Pada pertengahan abad XIX, daerah Malang telah

dapat dikategorikan sebagai penghasil kopi. Daya dukung lingkungan dan

intervensi kekuatan eksternal yaitu pengusaha perkebunan telah menjadi faktor

yang menentukan pertumbuhan Malang pada periode selanjutnya.3

Afdeling Malang merupakan daerah dengan dataran tinggi berbatasan

dengan gunung-gunung yaitu di sisi Utara Gunung Anjasmoro (2.277 mdpl) dan

Gunung Arjuno (3.399 mdpl), lalu di bagian timur Gunung Bromo (2.392 mdpl)

dan Gunung Semeru (3676 mdpl), Barat Gunung Kelud (1.731 mdpl), di wilayah

1
M. Sardjono, 40 Tahun Kota Malang (Malang: DPK Malang, 1954), hlm. 6.
2
R. Reza Hudiyanto, Menciptakan Masyarakat Kota: Malang di bawah Tiga Penguasa
1914-1950 (Yogyakarta:Lilin, 2011), hlm. 34.
3
Cliford Geets, Involusi Pertanian Proses Perubahan Ekologi di Indonesia (Jakarta:
Bhatara Karya Aksara, 1983), hlm. 15-16.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


25
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Selatan terdapat Pegunungan Kapur (650 mdpl) dan Gunung Kawi (2.625 mdpl).

Kondisi yang paling subur di wilayah Malang adalah di sisi Utara sedangkan di

sisi Selatan kondisinya kurang subur. Pada umumnya masyarakat memiliki

kegiatan bertani dan berkebun. Wilayah ditandai afdeling Malang beriklim tropis

yaitu suhu rata-rata sekitar 230C pada saat pagi, 30,50C pada saat siang hari, dan

pada malam hari sekitar 26,50C tetapi untuk kawasan pegunungan beriklim sejuk

dan dingin dan rata-rata 190C, sehingga tanah di Malang sangat subur akibat

berada di pegunungan tinggi tersebut dan memiliki hawa sejuk yang cocok

digunakan untuk lahan perkebunan.4

Saat Undang-Undang Agraria dikeluarkan pada tahun 1870, banyak

aktivitas-aktivitas pembukaan lahan hutan menjadi lahan perkebunan yang

dilakukan oleh penguasa di distrik-distrik dataran tinggi dan tegalan di dataran

rendah menjadi perkebunan tanaman ekspor seperti tebu, kopi, teh, dan lain-

lainnya. Kemudian menyebabkan dampak yang cukup penting antara lain,

pertambahan jumlah penduduk yang secara langsung mempengaruhi

perkembangan sosial masyarakat Afdeling Malang. Kedua, perubahan cara

eksploitasi lahan yang menciptakan kebutuhan akan adanya sistem administrasi

yang dapat memantau jumlah penduduk, luas lahan, dan volume hasil produksi

perkebunan. Ketiga, perubahan jenis tanaman dari tanaman pangan ke tanaman

komersil yang dikembangkan secara massif memunculkan transportasi massal

4
M. Sardjono, op. cit., hlm. 12.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


26
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

seperti pada tahun 1879 didirikannya kereta api dan trem yang bertujuan

mengefisienkan dalam rangka memperlancar proses distribusi.5

Pada masa Hindia Belanda, Afdeling Malang mencakup wilayah yang

cukup luas. Secara administratif, wilayahnya mencakup delapan distrik yaitu

Ngantang, Penanggungan, Pakis, Karanglo, Gondanglegi, Turen, Sengguruh

(Kepanjen), dan Kota Malang. Seperti daerah lainnya, Afdeling Malang memiliki

2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau yang memiliki kelembaban

maksimum 99% dan kelembaban minimum 40%. Kawasan ini sekaligus

merupakan sebuah pusat aktivitas kelompok pengusaha perkebunan di kawasan

Lereng Semeru, Bromo, Arjuna, dan Kawi. Kawasan ini merupakan kawasan

yang sangat subur sehingga banyak dijumpai pengusaha (ondernemer) pada akhir

abad XIX.6

Afdeling Malang juga mempunyai sumber air yang sangat berlebih,

meskipun pada situasi tersebut dalam cuaca kemarau. Kondisi tersebut berkat

lokasi Afdeling Malang memiliki gunung-gunung dan tumbuh-tumbuhan yang

kuat berada di dataran tinggi pegunungan. Perkebunan kopi yang tertanam di

kawasan Malang didominasi oleh jenis kopi Robusta7 dan juga ada beberapa yang

lainnya seperti Arabika/Jawa dan Liberia.8

5
Branch. C. Melville. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar & Penjelasan
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995), hlm. 4.
6
Reza Hudiyanto, “Kopi Dan Gula: Perkebunan Di Kawasan Regentschap Malang
1832-1942. Sejarah dan Budaya, Tahun Kesembilan, Nomor 1, 2015, hlm. 98.
7
Jenis Robusta ini berasal dari hutan equator Afrika, dan didatangkan tahun 1900.
Seperti halnya Liberia, Liberia sebelumnya didatangkan pada tahun 1875 dari wilayah Monrevia.
Didatangkan jenis kopi ini untuk menggantikan kopi Arabika, namun ternyata juga tak bisa
dikembangkan. Jenis kopi Liberia ini juga kurang disukai karena rasanya terlalu asam dan lebih
pahit. Oleh karena itu, Robusta didatangkan untuk mengatasi penyakit karat daun. Rupanya,

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


27
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Suhu (temparatur) lingkungan untuk kopi arabika sekitar 16-25°C, dengan

ketinggian atau elevasi 500-2.000 mdpl, akan tetapi sebenarnya elevasi yang

optimal adalah 800-1.500 mdpl. Ketinggian area tidak mempunyai pengaruh pada

perkembangan dan produksi tanaman kopi, namun faktor temperatur yang punya

pengaruh pada perkembangan tanaman kopi. Biasanya, tinggi rendahnya

temperatur ditentukan oleh ketinggian area dari permukaan laut. Kopi jenis

Robusta dapat ditanam pada elevasi 0-1.000 mdpl. Akan tetapi elevasi optimal

adalah 400-800 mdpl dengan temperatur rata rata antara 21-24°C. Serta semakin

tinggi elevasi akan semakin lambat pertumbuhan kopi dan semakin lama pula

masa non produktifnya. Di samping itu semua elevasi juga berpengaruh terhadap

besarnya biji, yang artinya di tempat-tempat yang lebih tinggi maka bijinyapun

akan lebih besar. 9

Robusta memiliki pertumbuhan yang kuat, pemeliharaannya ringan, juga dengan hasil produksi
lebih tinggi. Lihat: James Hoffmann, The World Atlas of Coffee (Richmond Hill, Firefly Books,
2014), hlm. 12-13.
8
M. Sardjono, op. cit., hlm. 12.
9
M.B. Smits, Hal Bertanam Kopi, Tiye Drukkerrij (Merapi, Fort de Kock 1918) hlm. 2.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


28
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 1: Peta Menunjukkan :1. Distribusi Jawa dan Madura di daerah; 2. Afdeling diklasifikasikan sebagai budidaya kopi; 3.
Wilayah-wilayah perusahaan perkebunan; 4. Lahan pribadi; 5. Rel kereta api.
Sumber: Kolonaal Verslag1884-1885, Koleksi Perputakaan Nasional.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


29
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

B. Perkembangan Lahan hingga Industri Perkebunan

Afdeling Malang berada di antara dua barisan pegunungan yaitu

pegunungan Arjuna-Kawi di sebelah barat dan Bromo-Semeru di sebelah timur.

Faktor ini sangat menguntungkan dalam pengembangan lahan pekebunan.

Sekalipun demikian, faktor hambatan alam ini menyebabkan Malang menjadi

daerah yang relatif tertutup dengan daerah lain sehingga perkembangan daerah

Malang menjadi agak terlambat jika dibandingkan dengan daerah lain. Ini

menyebabkan pemerintah kolonial kurang begitu memprioritaskan daerah ini pada

dekade awal abad XIX. Perhatian mereka masih terpusat pada daerah pesisir dan

kawasan pedalaman yang menjadi pusat pemerintahan.10

Gambar 2: Peta Karesidenan Pasuruan.


Sumber: Reza Hudiyanto, “Kopi Dan Gula: Perkebunan Di Kawasan Regentschap
Malang 1832-1942. Sejarah dan Budaya, Tahun Kesembilan, Nomor 1, 2015,
hlm. 104.

10
Reza Hudiyanto, op. cit, hlm. 99.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


30
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Perkembangan kawasan perkebunan di wilayah Afdeling Malang ini baru

mulai pada tahun 1826. Ada dua faktor yang cukup berpengaruh dalam

perkembangan perkebunan, yaitu pertama terkait dengan gagasan Gubernur

Jendral Du Bus de Gisignies (1826-1829).11 Dia berusaha untuk menambah

kapasitas produksi dengan mengalihkan tanah-tanah yang tidak berpenghuni dan

terasing kepada pengusaha perkebunan Eropa. Dia berharap dengan kebijakan itu

Jawa akan menyediakan jumlah produksi tanaman ekspor yang cukup besar yang

sebelumnya gagal dilakukan. Perhatian akhirnya menuju ke daerah Pasuruan

Selatan yang dianggap masih banyak belum tergarap. 12

Kedua, pemerintah kolonial mulai memperhatikan kawasan Selatan terkait

dengan keberhasilan Malang dalam mengirimkan hasil perkebunan kopi. Pada

tahun 1826, seiring dengan terbentuknya pemerintahan Kolonial di Hindia

Belanda, kawasan Malang mulai menjadi bagian tidak terpisahkan dari sasaran

eksploitasi. Kondisi ketertutupan dan keterbelakang ini mulai berubah pada tahun

1826, Gubernur Jendral Du Bus Gesignes mengeluarkan perintah mengubah

semua tanah-tanah yang belum digarap, termasuk sebagian tanah di daerah hutan,

untuk dijadikan sebagai lahan produktif. Dampak dari kebijakan ini sampai di

daerah Karesidenan Pasuruan. Banyak tanah-tanah tegalan, lahan kosong yang

kemudian berubah menjadi perkebunan kopi dan tebu. Perkebunan kopi tersebar
11
Pada kepemimpinannya hasil komoditi ekspor meningkat, namun pemasukan bagi
bendahara Belanda masih agak rendah, terutama karena Petang Jawa (1825-1830) membuat
tingkat pengeluaran di daerah jajahan itu sendiri terlalu tinggi. Lihat: Peter Boomgaard, Anak
Jajaran Belanda: Sejarah Sosial dan Ekonomi Jawa 1795-1880 (Jakarta: Djambatan, 2004), hlm.
62.
12
Reza Hudiyanto, op.cit., hlm. 99.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


31
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

di distrik Pakis, Ngantang, Sisir (Batu), dan Penanggungan. Langkah-langkah

yang ditempuh pemerintah kolonial itu menyebabkan Malang tumbuh menjadi

pusat perkebunan kopi. Hal ini diperkuat oleh catatan dari Residen Pasuruan yang

mengatakan bahwa antara tahun 1827 hingga 1830, pekebun Malang yang

sejumlah 40.000 jiwa dapat menghasilkan 57.000 pikul kopi.13

Industri perkebunan pertama kali berkembang di Pasuruan pada tahun

1829. Jenis industri itu adalah penggilingan gula dan penyulingan arak.

Perkembangan ini diikuti ke arah selatan yaitu ke Lawang. Perkembangan Industri

perkebunan ini juga terjadi di kawasan pedalaman, Malang. Jika jenis industri di

Pasuruan didominasi gula, maka di Malang yang merupakan dataran tinggi, kopi

lebih banyak mendominasi. Sejumlah besar tanaman kopi ditemukan di kawasan

distrik Penanggungan, Pujon, dan Ngantang. Perkebunan kopi ini berkembang

sejak tahun 1830 pada saat Gubernur Jendral Van Den Bosch. Diperkirakan kopi

yang dihasilkan antara 80 hingga 90.000 pikul dan untuk tebu sebesar 16 hingga

20.000 pikul. Perolehan hasil kopi terbesar dicapai pada tahun 1839 dengan hasil

85.903 pikul. Penyumbang terbesar kopi adalah Afdeling Malang dengan 56.917

pikul. Disamping kopi, juga ditemukan tanaman tembakau.14

13
Lakeman, P.K.W. 1934. Stadsgemeente Malang 14 April 1914-1934. Malang:------,
1934): G. Kolff & Co, hlm. 14.
14
Diperkirakan produksi kopi yang dihasilkan dari perkebunan antara 80 hingga 90.000
pikul dan untuk tebu sebesar 16 hingga 20.000 pikul. Perolehan hasil kopi terbesar dicapai pada
tahun 1839 dengan hasil 85.903 pikul. Penyumbang terbesar kopi adalah Kabupaten Malang
dengan 56.917 pikul. Disamping kopi, juga ditemukan tanaman tembakau. Lihat : Domis, H.I, De
Residentie Pasoeroean. Gravenhage: Gedrukt bij HSJ De Groot, (MDCCCXXXVI, 1836), hlm.
69.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


32
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pada tahun 1839, Bupati Malang15 RT Notodiningrat I diganti oleh

anaknya yaitu Raden Ario Adipati Notodiningrat II. Pada masa pemerintahan

Notodiningrat II ini, wilayah Malang mulai berkembang sebagai penghasil kopi

dan tebu rakyat. Dari sudut pandang ekonomi, era bupati kedua ini merupakan era

perkebunan. Dari segi politik administrasi, periode tersebut merupakan periode

reorganisasi wilayah, khususnya di daerah distrik kota. Wilayah ondersidtrik kota

dibagi ke dalam bea wijk-wijk.16 Batas-batas wijk untuk kota Malang baru

ditetapkan pada tahun 1873 berdasar surat keputusan Residen Pasuruan tanggal 15

Juli 1873.17 Kemajuan Afdeling Malang ini setidaknya terlihat dari perubahan

gelar bupati dari Raden Tumenggung ke Raden Adipati. Gelar Raden

Tumenggung pada umumnya dianugerahkan untuk pejabat bupati di wilayah yang

tidak terlalu produktif, sementara gelar Raden Aria Adipati diberikan untuk bupati

yang berkuasa di wilayah yang produktif (Staatsblad van Nederlandsch Indie

1822).18

Periode pemerintahan Bupati RAA Noto Adiningrat II dapat dikatakan

sebagai periode emas dalam rangkaian perkembangan Malang sebagai pusat

industri perkebunan. Kondisi alam merupakan faktor penentu dinamika

15
Kata “bupati” khususnya berkaitan dengan Bupati Malang, belum ada sumber-sumber
yang membahas secara detail berkaitan dengan hubungan patron client, simbol-simbol sosial dan
kehidupan kesehariannya. Akan tetapi sutherland mengatakan bahwa pola sebagaimana yang
diuraikan di atas berlaku umum pada afdeling (kabupaten) di Jawa sejak birokrasi pemerintahan di
Jawa diseragamkan. Lihat: Heather sutherland, Terbentuknya Sebuah Elit Birokrasi (Jakarta: Sinar
harapan, 1983), hlm. 76.
16
Batas Kecamatan, dalam istilah belanda juga dapat disebut dengan distrik.
17
Politiek Verslag Afdeeling Malang 1873, Koleksi Pasoeroean, ANRI.
18
Reza hudiyanto, op. cit., hlm. 104.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


33
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

perkembangan kawasan di Ujung Timur Pulau Jawa ini. Kawasan Malang

memiliki dua karakter utama. Karakter pertama adalah karakter pegunungan-

dataran tinggi. Kawasan dataran tinggi ini mencakup kawasan Distrik Ngantang,

Penanggungan, Pakis, dan Karanglo. Karakter kedua adalah karakter dataran

rendah. Kawasan ini mencakup distrik Turen, Sengguruh, dan Gondang legi.

Perbedaan karakter ini mempengaruhi vegetasi yang berkembang di kedua

kawasan tersebut. Tanaman kopi lebih banyak berkembang di kawasan

pegunungan, sementara tebu lebih mendominasi tanaman perkebunan kawasan

dataran rendah.19

Dampak munculnya Undang-Undang Agraria dan Undang-Undang Gula

tahun 187020 bagi wilayah Malang adalah munculnya industri gula dan terbukanya

kebebasan perusahaan swasta dalam mengelola tanah-tanah di Hindia Belanda.

Sebelum itu, industri gula merupakan industri rumahan yang beromset kecil. Gula

yang mula-mula dibuat hanya gula kelapa, kemudian gula tebu. Gula tebu ini

dikerjakan dengan tenaga hewan (lembu), terutama oleh orang-orang Cina. Faktor

lain adalah peningkatan hubungan transportasi Malang-Pasuruan dan Surabaya,

seperti pembukaan jalur kereta api Malang-Surabaya tahun 1879.21 Di sepanjang

jalan kereta api ini muncul pabrik-pabrik gula. Keemasan industri gula terjadi di

19
Ibid., hlm 105.
20
Pada tahun 1870, Undang-Undang Gula disahkan pada tanggal 21 Juli, Staatsbald No.
136. Sedangkan Undang-Undang Agraria disahkan pada tanggal 9 April, Staatsblad No. 5,
sekaligu menyatakan berakhirnya Sistem Tanam Paksa. Karena itu, banyak sejarawan
menganggap tahun ini sebagai titik balik dalam sejarah kebijakn ekonomi Kolonial Belanda.
Mulanya kebibajakan konservatif perusahaan negara (Sistem Tanam Paksa) memberi peluang bagi
fase liberal perusahaan swasta. Lihat: Peter Boomgaard, op. cit., hlm. 64.
21
De Koloniale Roeping van Nederland, De Spoor en Tramwegen in Nederlandsch Indie
(Denhaag: Drukkerij J.M. Lindenbaum & Co, 1930), hlm. 10.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


34
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

awal abad XX. Sekitar tahun 1900, daerah tebu terbesar di Jawa adalah Pasuruan.

karena 115 areal tebu di seluruh Jawa yang luasnya sebesar 175.000 bau berada di

daerah ini. Oleh karena itu, pada tahun 1900 didirikan proefstation22 tebu untuk

penyelidikan dan percobaan tanaman tebu di Pasuruan. Proefstation tebu di

Pasuruan ini terkenal dengan penemuan sebuah varietas tebu unggul, yaitu jenis

tebu POJ 2878 (Proefstation Oost-Java, 2878), yaitu varietas baru yang dapat

menghasilkan tebu lebih banyak per hektarnya, semula 11,5 ton/ha menjadi 17

ton/ha.23 Wilayah Malang sebagai daerah pedalaman dari daerah tebu Pasuruhan

baru mendirikan pabrik gula setelah tahun 1900, seperti dibangunnya Pabrik Gula

Krebet Baru dan Pabrik Gula Kebon Agung yang didirikan tahun 1905 milik

swasta perorangan.24

Proefstation untuk komoditi kopi baru didirikan di Afdeling Malang pada

tahun 1911. Pendirian tersebut terletak di Bangelan Distrik Penanggungan.

Pembangunan tersebut untuk mengembangkan varietas kopi di wilayah Jawa

Timur,25 yang sebelum semua penelitian kopi terpusat di Buitenzorg (Bogor).

Faktor lain didirikan proefstation karena mulai pada abad XX, perkembangan

perkebunan di afdeling Malang perlu pengawasan untuk membuat tanaman kopi

22
Laboratorium Perkebunan untuk pengembangan tanaman.
23
Yuliati, “Sistem Pemerintahan Wilayah Malang Pada Masa Kolonial”, Jurnal
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, tahun 25, Nomor 1, Februari 2012, hlm. 53.
24
Reza hudiyanto, op. cit., hlm. 105.
25
Pada tahun bersamaan di Residen Besuki juga didirikan tempat penelitian
(proefstation) komoditi kopi.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


35
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

menjadi lebih baik. Pada tahun 1916, tercatat 62 perusahaan perkebunan kopi

dalam skala kecil maupun besar.26

Tabel 1

Jumlah Perkebunan Kopi di Afdeling Malang tahun 1916

Distrik Jumlah Perkebunan Swasta Kopi


Gondang Legi 6
Turen 35
Sengguruh/Kepanjen 16
Penanggunan 3
Karanglo 2

Sumber: Erfpacht-Groote Landbouw Nijverheid 1916, Landbouw no. 72, Badan


Kearsipan dan Perpustakaan Jagir Surabaya.

Distrik Turen menjadi kawasan tempat pengusaha perkebunan terbesar di

afdeling Malang dengan berdirinya 35 Perkebunan Kopi. Hal tersebut, karena

wilayah turen merupakan wilayah pegunungan Bromo dan Semeru yang luas yang

meliputi wilayah Dampit hingga Ampel Gading. Berbeda dengan sekitar

pegunungan Arjuno dan Kawi, karena pegunungan tersebut selain komoditi kopi

yang ditanam, ada beberapa komoditi ekspor lainnya, seperti perkebunan teh di

Wonosari Lawang.

C. Pertumbuhan Penduduk dan Pemukiman Masyarakat Afdeling Malang

Ekonomi perkebunan telah menjadikan afdeling Malang sebagai wilayah

yang menarik perhatian pemerintah Kolonial Belanda. Keberhasilan pengemban

ekonomi perkebunan telah memberikan dampak berantai berupa pembukaan jalur

26
Kofiie Statistiek voor Java en Sumatra, Koleksi Perpustakaan Nasional.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


36
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kereta Api ke Malang-Surabaya pada tahun 1879,27 pembangunan jalur Tram

Malang-Dampit dan Malang-Tumpang pada tahun 1889, munculnya perusahaan

dagang, pertokoan, rumah sakit, sekolah, dan lembaga riset perkebunan. Efek-efek

ini mulai memperkuat karakter kota dan (afdeling) kabupaten sebagai pusat

birokrasi dan ekonomi di seluruh afdeling semakin dominan dengan nuansa

Kolonial Belanda.28

Pertambahan jumlah penduduk di wilayah kota dan Afdeling Malang

lebih banyak ditentukan oleh dua kondisi yaitu perkembangan sektor perkebunan

dan ketahanan terhadap wabah penyakit. Pada periode sebelum tahun 1914,

penduduk di kawasan onderdistrik kota Malang sering terjangkit wabah penyakit

pes dan kolera, akan tetapi wabah itu hanya terjadi selama periode yang pendek.

Faktor yang lebih menentukan dalam proses pertambahan penduduk di Afdeling

Malang adalah pembukaan lahan untuk dijadikan sebuah perkebunan serta

wilayah Malang sebagai wilayah yang mulai berkembang.29

Perkembangan sektor perkebunan itu telah menarik orang-orang dari

daerah di luar Malang baik dari Jawa Tengah maupun Madura. Berdasarkan

informasi tersebut, jumlah penduduk tahun 1847 di seluruh Afdeling Malang

adalah 87.990 jiwa dengan perincian pada tabel di bawah.

27
Malang stroomtram Maatschappij (MSM) atau perusahaan trem Malang mendirikan
perusahaan dengan latar belakang oleh Pendirian SS 16 Mei 1878,Staat Spoorwegen yang
membuka jalan kereta api Surabaya-Pasuruan sebagai tahap pertama dari pembukaan jalur kereta
Surabaya-Malang. 20 Juli 1879 SS membuka jalan kereta api Pasuruan–Malang sebagai tahap
kedua (akhir) dari pembangunan jalur kereta Surabaya-Malang. Lihat: Mukhlis Paeni, Sejarah
Kebudayaan Indonesia: Sistem teknologi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 228.
28
Dukut Imam Widodo, Malang Tempoe Doloe Djilid Doea (Malang: Bayu Media
Publishing, 2006), hlm 29-32.
29
A. van Shaik, Malang Beeld van een Stad (Purmerend: Asia Maior, 1996), hlm. 22.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


37
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 2
Jumlah Penduduk afdeling Malang 1847 dan 1872
1847 1872
Jawa 83.419 127.938
Madura 3.881 -
Eropa 103 284
Arab 8 96
Melayu 114 -
Cina 465 600

Sumber: Algemeen Verslag van de Afdeling Malang 1848,1872, Koleksi arsip


Pasuruan ANRI.

Berdasar uraian angka pada tabel 2 maka dapat dikatakan bahwa

komposisi penduduk di Afdeling Malang sudah mulai beragam. Jumlah penduduk

bumiputera bahkan telah mencapai angka di atas 80.000. Angka ini termasuk

tinggi jika dibandingkan dengan kawasan lain pada tahun yang sama. Terjadi

pertambahan penduduk sekitar 3.490 jiwa jika dibandingkan dengan jumlah

penduduk pada tahun 1846. Pertambahan penduduk terjadi di Afdeling Malang

disebabkan oleh migrasi dan kenaikan angka kelahiran. Migrasi terutama berasal

dari daerah Kediri, Surabaya, dan Pasuruan. Perpindahan penduduk itu berkaitan

dengan pembukaan lahan di kawasan distrik Kota Malang, Kepanjen (Sengguruh),

dan Gondang Legi. Disamping oleh migrasi, pertambahan jumlah penduduk juga

disebabkan oleh adanya peningkatan kemakmuran sebagai dampak dari

perkembangan industri, perkebunan, dan perdagangan. Penyebab berikutnya

adalah pengembangan pelayanan vaksinasi cacar semenjak tahun 1850.30

30
A. van Shaik, op. cit., hlm. 30.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


38
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Perhatian pemerintah kolonial terhadap kepentingan usaha perkebunan

dibuktikan dengan pembangunan klinik khusus buruh perkebunan. Klinik itu

diberi nama Lavalette. G Ch Reynard de La Valatte adalah seorang pengusaha

perkebunan terkemuka di Malang pada tahun 1912. Selain menjadi pengurus

Algemeen Landbouw Syndicaat, dia juga merupakan anggota Gemeenteraad

Malang pertama di tahun 1914.31

Perkembangan bidang perkonomian pasca 1870 telah menyebabkan

migrasi terus berjalan. Pertambahan jumlah penduduk di wilayah kota dan

Afdeling Malang lebih banyak ditentukan oleh dua kondisi yaitu perkembangan

sektor perkebunan dan ketahanan terhadap wabah penyakit. Pada periode sebelum

tahun 1914, penduduk di kawasan onderdistrik kota Malang sering terjangkit

wabah penyakit pes dan kolera. Wabah lain yang sering mengancam penduduk

Malang adalah Spaansje Influenza32. Faktor lain yang berpengaruh adalah

kemajuan ekonomi. Ada banyak pengusaha perkebunan (ondernemer) yang

mampu menyerap banyak tenaga kerja. Pekerjaan itu belum termasuk aktivitas

pertanian dan peternakan yang menjadi pekerjaan sampingan bagi penduduk

Bumiputra. Khusus penduduk lapisan bawah, yaitu para kuli, mereka memperoleh

upah per harinya di kisaran 40 sen hingga 50 sen.33

31
Stadsgemeente Malang 14 April 1914-1934. Koleksi Perpustakaan Nasional.
32
Biasa disebut (Flu Spanyol) adalah Pandemik Influenza yang mulai menyebar
di Amerika Serikat, muncul di Afrika Barat dan Perancis, lalu menyebar hampir ke seluruh dunia.
Kebanyakan korban Flu ini adalah Dewasa Muda. Flu Spanyol terjadi dari Maret 1918 sampai Juni
1920, menyebar sampai ke Arktik dan kepulauan Pasifik. Diperkirakan 50 sampai 100 juta orang
di seluruh dunia meninggal. Lihat: John M. Barry, The Great Influenza: The Epic Story of the
Greatest Plague in History (London: Viking Penguin, 2004), hlm. 7.
33
Algemeen Verslag van der Residentie Pasoeroean 1847. Koleksi Pasoeroean, ANRI.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


39
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pekerjaan penduduk Bumiputra dan Cina di Malang pada umumnya

berada di perkebunan. Mereka biasanya bekerja menjadi mandor dan kuli

perkebunan, selain itu mereka juga bekerja sebagai kuli di bidang perkeretaapian

dan pertukangan. Hanya saja tingkat pendapatan untuk orang-orang Bumiputra

lebih rendah daripada orang-orang Cina. Perkebunan-perkebunan itu sendiri

berada di daerah kaki Gunung Semeru, Wlingi, Dampit, Sengguruh, Pujon, Bakir

dan Ngantang. Perkebunan-perkebunan yang berada di daerah-daerah tersebut

terkenal sebagai penghasil komoditi kopi dan gula.

Tabel 3
Jumlah pendapatan penduduk bumiputra dan orang-orang Cina 1910-1914
Tahun Jenis profesi
Mandor Kuli Kuli KA Tukang Mandor
perkebunan perkebunan Batu Pabrik
1910 0,45-0,85 0,35-0,45 0,35-0,45 0,50-1,20 0,70-1,25
1911 0,40-1,66 0,25-0,35 0,25 0,50-1,25 0,70-2
1912 0,40-1,66 0,25-0,35 0,25-0,45 0,50-1,25 0,70-2
1913 0,45-1,66 0,35-0,45 0,25-0,45 0,50-1,25 0,70-2
1914 0,45-0,85 0,35-0,45 0,25-0,45 0,50-1,20 0,50-2,50

Sumber: Kolonial Verslag van 1915. Koleksi Perpustakaan Nasional.

Penduduk Tionghoa dan Madura berdatangan pada kurun 1855-1885.

Orang-orang Madura itu bekerja sebagai buruh lepas di tanah-tanah tegalan

sementara orang Tionghoa menjalankan fungsinya sebagai pedagang. Keberadaan

mereka tidak terlepas dari posisi onderdistrik Malang sebagai kota transito

(peristirahatan). Pada umumnya para penanam kopi itu membutuhkan waktu

cukup lama untuk mengangkut kopi dari daerah pedalaman ke onderdistrik kota.

Di Onderdistrik kota, kopi harus diproses pembakaran dan pengelupasan

(verbranding en pellerij) untuk kemudian dipak ke pelabuhan Surabaya. Proses

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


40
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

itu membutuhkan waktu berhari-hari sehingga mereka untuk sementara harus

tinggal di onderdistrik kota Malang.34

Tabel 4
Jumlah Penduduk Karesidenan Pasuruan Tahun 1915/1916
Afdeling Jumlah Penduduk Jumlah Keluarga yang
Menanam Kopi di
Perkebunan Pemerintah
Malang 761.555 37.327
Bangil 116.031 -
Pasuruan 50.571 3.490
Probolinggo 41.192 2.303
Krasaan 57.037 2.345
Lumajang 78.011 12.607

Sumber: Kolonial Verslag 1916, Koleksi Perpustakaan Nasional.

Proses migrasi ini berlangsung terus hingga memasuki abad XX. Dua

puluh tahun setelah tahun 1890, daerah Malang mengalami pertambahan

penduduk Eropa dan Tionghoa yang cukup pesat, masing-masing 150% dan 40%.

Diantara 5 afdeling di wilayah karesidenan Pasuruan, Afdeling Malang menempati

rangking tertinggi dalam prosentasi pertambahan penduduk dengan jumlah

keseluruhan 761.555 penduduk, diikuti dengan Afdeling Bangil dan Pasuruan

seperti pada tabel 4 di atas. Jumlah keluarga yang menanam kopi di perkebunan

pemerintah berjumlah 37.327 keluarga di Afdeling Malang, jumlah terbanyak

tersebut didukung oleh kondisi lahan yang subur untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi keluarga yang menempatinya. Dibandingkan dengan afdeling lainnya,

Malang merupakan wilayah yang paling cocok untuk memproduksi komoditi kopi

sebagai komoditi utama.

34
A. van Shaik, op. cit., hlm. 34.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III

PERKEBUNAN KOPI AFDELING MALANG 1870-1930

Perkebunan kopi di Afdeling Malang diawali dengan adanya sistem

penyerahan wajib komoditi ekspor yang menjadi pajak setiap rumah tangga untuk

diserahkan ke pemerintah kolonial sebagai ganti pembayaran pajak. Sistem tanam

paksa di Malang merupakan awal dari perkembangan kemajuan perkebunan kopi

di Malang. Perkebunan kopi tumbuh dimana-mana hingga menghasilkan berpikul-

pikul kopi yang siap ekspor.

Menginjak pada tahun 1870an, peran sistem ini ditinggikan, yakni

memacu pertumbuhan ekonomi Hindia Belanda dengan cara semakin

mengoptimalkan industri perkebunan. Kapasitas usaha perkebunan diperluas dan

diintensifkan. Pada akhirnya, pembangunan sub industri perkebunan memancing

pertumbuhan sektor transpotasi, perdagangan, dan industri manufaktur serta

insdustri perbankan.

A. Perkebunan Kopi di Jawa

Perkebunan ialah usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah

tropis atau subtropis. Perkebunan juga digunakan untuk menghasilkan komoditi

perdagangan (pertanian) dalam skala besar. Hasil dari perkebunan dipasarkan ke

tempat yang jauh dan bukan untuk konsumsi lokal. Di Indonesia antara lain cocok

untuk tanaman kopi, teh, gula, tembakau, kina, kakao dan tanaman lainnya.

Tanaman kopi adalah tanaman berupa pohon kecil yang bernama Perpugenus

41
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
42
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Coffea dari familia Rubiaceae. Tanaman kopi umumnya berasal dari benua

Afrika, termasuk familia Rubiaceae dan jenis kelamin coffea. Di seluruh dunia

kopi dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu 1) Coffea Canephora, yang salah satu

jenis varietasnya menghasilkan kopi dagang Robusta 2) Coffea Arabica

menghasilkan kopi dagang Arabica 3) Coffe Excelsa menghasilkan kopi dagang

Excelsa 4) Coffea Liberica menghasilkan kopi dagang Liberica.1

Sejarah masuknya tanaman kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696

ketika Walikota Amsterdam, Nicholas Witsen memerintahkan komandan pasukan

Belanda di Pantai Malabar, Adrian Van Ommen, untuk membawa biji kopi ke

Batavia. Kopi jenis arabika pertama-tama ditanam dan dikembangkan di sebuah

tempat di timur Jatinegara, yang menggunakan tanah pertikelir Kedawung yang

kini lebih dikenal dengan Pondok Kopi. Beberapa waktu kemudian kopi arabika

menyebar ke berbagai daerah di Jawa barat, seperti Priangan, hingga kemudian

menyebar ke daerah lain, seperti Pulau Sumatera, Sulawasi, dan Bali.2

Sejarah budidaya perkebunan sendiri tidak terlepas dari peran penjajah

yang memonopoli hasil bumi di Indonesia. Datangnya orang-orang Belanda telah

meletakkan dasar bagi berkembangnya perusahaan perkebunan di Indonesia di

akhir abad XVII yang membuat perubahan akan sistem perkebunan yang ada.3

Perkebunan sendiri pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1
James, Komoditi Kopi Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia, (Yogyakarta:
Kanisius, 1995), hlm. 11.
2
Waaron Tijdschrift voor Koffie, De Burgcultures, 18 Januari 1980, Koleksi
Peerpustakaan Nasional.
3
Masyarakat Indonesia yang sebelumnya hanya mengenal kebun dalam penggunaan
sebagai pertanian pangan. Kemudian diperkenalkan oleh pemerintah kolonial dengan sistem

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


43
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1. Merupakan bentuk usaha pertanian berskala besar dan kompleks,

2. Menggunakan areal pertanahan luas,

3. Bersifat padat modal,

4. Menggunakan tenaga kerja yang cukup besar, dengan pembagian

kerja yang rinci dan struktur hubungan kerja yang rapi,

5. Menggunakan teknologi modern, dan

6. Berorientasi pada pasar.4

Kegiatan perdagangan di Hindia Belanda dimonopoli oleh perkumpulan

dagang bernama VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie). Selama tahun

1602-1799 kegiatannya VOC melakukan perdagangan dengan menggunakan cara

dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan

penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba

berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika

penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris,

pasukan VOC membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan

kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau

budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.5

Komoditi perdagangan rempah-rempah menjadi komoditi ekspor yang

utama dibandingkan komoditi yang lain. Selanjutnya VOC menggunakan sistem

monopoli dan pungutan paksa dalam memenuhi permintaan akan bahan rempah di

perkebunan. Lihat: James J. Spillane, Komoditi Kopi: Perannya dalam Perekonomian Indonesia
(Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm. 11.
4
Ibid., hlm. 12.
5
C. R. Boxer, Jan Kompeni: Sejarah VOC dalam Perang dan Damai 1602-1799
(Jakarta: Sinar Harapan, 1983), hlm. 37.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


44
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pasar Internasional. Komoditi rempah-rempah tersebut diperluas ke komoditi lain

untuk memenuhi permintaan pasar. Perluasan juga terjadi pada komoditi lain

seperti kopi di Priyangan dan tebu di Jawa Tengah dan Jawa Timur.6

Perintah penanaman kopi berawal dari adanya kecenderungan

meningkatnya permintaan kopi di pasaran Eropa pada akhir abad XVII.

Kesempatan ini digunakan oleh VOC untuk menambah komoditi ekspornya

dengan membudidayakan tanaman kopi di daerah Priyangan. Faktor pendukung

yang dimiliki di daerah Priyangan menjadikan daerah kopi tersebut sangat

menguntungkan. Hasil kopi Priyangan berhasil menggeser Yaman yang semula

menjadi pengekspor kopi utama untuk pasaran Eropa. Sistem pengusahaan kopi di

daerah Priyangan dikenal dengan sistem Priangan (Preanger Stelsel). Kopi

ditanam di area hutan yang belum dibuka dan dikerjakan oleh para pekerja

(penduduk) secara rodi di bawah pengawasan “Kumpeni”. Kemudian hasilnya

diserahkan kepada bupati untuk seterusnya diserahkan kepada kumpeni.7

Pada tahun 1712, kopi hasil perkebunan Indonesia untuk pertama kalinya

diekspor ke negeri Belanda. Kopi tersebut dijual ke pelelangan kopi Amsterdam

sebanyak 7,5 pikul.8 Pada tahun 1725 kopi sudah menjadi komoditi yang besar

kepentingannya dalam perdagangan di Hindia Belanda (jajahan Belanda). Lebih

dari 19.355 pikul kopi yang dijual di Amsterdam dalam tahun tersebut.

Kebanyakan di antaranya hasil kopi didapat merupakan hasil perdagangan oleh

6
James J. Spillane, op. cit., hlm. 8.
7
Mubyarto dkk, Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan Kajian Sosial Ekonomi.
(Yogyakarta:Aditya Media, 1992). hlm. 17.
8
Per pikul = 62,5 Kilogram (kg).

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


45
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dari daerah Priangan di Jawa Barat.

Pemerintah setempat menuntut para penduduk desa untuk menanam kopi sebagai

bentuk pajak. Selama tahun 1725-1779 pihak VOC memonopoli budidaya kopi di

Hindia Belanda. Petani merasa dirugikan karena dipaksa menanam dan

menyerahkan hasil produksinya dengan sistem rodi. Kemudian kopi rakyat mulai

berkembang dan membawa kemakmuran lagi.9

Pada awal abad XIX, di negara-negara Eropa termasuk Belanda mulai

dipengaruhi oleh paham liberalisme. Paham liberalisme tersebut berarti paham

yang menghendaki adanya kebebasan kemerdekaan individu di segala bidang baik

dalam bidang politik, ekonomi maupun agama. Paham tersebut kemudian juga

masuk ke daerah-daerah jajahan termasuk Hindia Belanda. Hal tersebut juga

merupakan dari kebijakan di daerah jajahan (Hindia Belanda). Aliran liberal

menghendaki akan penghapusan verplichten10 serta memberikan hak tanah kepada

pribumi.

Di Hindia Belanda, Gubernur Jenderal Deandels11 (1808-1811)

memberikan kebijakan dengan mengadakan pungutan paksa serta pengerahan

tenaga kerja rodi. Rakyat dituntut untuk membangun berbagai prasarana (jalan,

9
James J. Spillane, op. cit., hlm. 41-42.
10
Merupakan suatu bentuk ketentuan yang diputuskan oleh kompeni dengan para raja
tentang kewajiban menyerahkan seluruh hasil panen dengan pembayaran yang harganya juga
sudah ditetapkan secara sepihak. Dengan ketentuan ini, rakyat tani benar-benar tidak bisa berbuat
apa-apa. Mereka tidak berkuasa atas apa yang mereka hasilkan. Lihat: Urip Santoso, Hukum
Agraria Kajian Komprehensif (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 14.
11
Herman William Deandels merupakan Gubernur Jenderal yang menerima tugas dari
kerajaan Belanda untuk memimpin pemerintahan di Hindia Belanda setelah VOC dibubarkan.
Lihat: M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press,
2005), hlm. 137.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


46
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

bangunan pertahanan, dan lain-lain) serta memperluas perkebunan. Kemudian

menjual tanah-tanah yang sangat luas untuk menutup keuangan pemerintah

kepada orang-orang partikelir.12

Pemerintahan selanjutnya dipegang Gubernur Jenderal Thomas Stamford

Raffles 1811-1816,13 dalam menjalankan fungsinya sebagai Gubernur Jenderal

yang baru. Raffles berhasil mengubah sistem pemungutan paksa (contingenten)14

menjadi sistem pemungutan pajak tanah (landrente). Sistem ini diharapkan dapat

memberikan kebebasan dan kepastian hukum bagi para petani. Tujuannya tidak

lain adalah untuk menanam tanaman perdagangan yang akhirnya menguntungkan

pihak pemerintah.15

Pada awalnya penanaman kopi dilakukan secara paksa oleh pemerintah

kolonial. Kemudian diubah dengan cara menyewakan kebun kopi kepada kepala

desa. Akan tetapi, hal tersebut juga belum mensejahterakan petani. Penyerahan

hasil tanaman atau pengolahan hasil bumi kepada pihak asing melalui kepada desa

ataupun langsung masih tetap menunjukan nilai kerugian bagi petani. Hasil kopi

12
Ibid., hlm. 138
13
Pada tahun 1811, pimpinan Inggris di India yaitu Lord Muito memerintahkan Thomas
Stamford Raffles yang berkedudukan di Penang (Malaya) untuk menguasai Pulau Jawa dengan
mengerahkan 60 kapal untuk menyerah Belanda di Bumi Nusantara. Inggris berhasil menduduki
Batavia pada tanggal 26 Agustus 1811 dan pada waktu itu, Belanda menyerah melalui Perjanjian
Kapitulasi Tuntang. Isi Kapitulasi Tuntang salah satunya adalah Pulau Jawa dan sekitarnya dikuasi
Inggris. Pada tahun 1824, Belanda melakukan perundingan dengan Inggris melalui Treaty of
London yang menegaskan salah satunya adalah Belanda memberikan Malaka kepada Inggris dan
sebaliknya Inggris memberikan kekuasaannya di Nusantara kepada Belanda. Lihat: Ibid., hlm.
149.
14
Urip Santoso, op. cit. hlm. 14.
15
M.C. Ricklefs, op. cit., hlm.139.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


47
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang diharapkan pemerintah tidak tercapai dan cenderung turun. Hal ini terjadi

karena belum adanya pengalaman dagang di kalangan penduduk.

Sistem sewa tanah yang diterapkan oleh kebijakan sebelumnya tidak

berhasil atau gagal. Gubernur Jenderal Johanes van den Bosch (1830) menerapkan

sistem baru yaitu sistem tanam paksa (cultuurstelsel). Tanam paksa ini merupakan

gabungan antara sistem penyerahan wajib dan sistem pajak tanah. Dalam sistem

tanam paksa ini, petani dipaksa untuk menanam suatu jenis tanaman tertentu yang

secara langsung maupun tidak langsung dibutuhkan oleh pasar internasional. Hasil

pertanian tersebut diserahkan kepada pemerintah kolonial tanpa mendapat

imbalan apapun, sedangkan bagi rakyat yang tidak mempunyai tanah pertanian

wajib menyerahkan tenaga kerjanya yaitu seperlima bagian dari masa kerjanya

atau 66 hari untuk waktu satu tahun.16

Pengaturan sistem pemerintahannya, pemerintah Hindia Belanda

memiliki beberapa lembaga. Penanganan semua urusan perkebunan dan

pendapatan negara sebelum 1832 dilakukan oleh berbagai biro yang sebagian

besar secara langsung atau tidak langsung berada di bawah Direksi Umum

Keuangan (Generale Directie van Financien). Misalnya Direksi Pendapatan

Negara (Directie der Landelijke Inkomsten) dan Direksi Pajak (Directie

Belastingen), Panitia Induk Urusan Pegadaian (Hoofdcommissie van

Verpodingen), dan Panitia Induk Pertanian (Hoofdcommissie van Landbouw).17

16
Urip Santoso, op. cit. hlm. 17.
17
“kata pengantar” Arsip Perkebunan (Archieven Cultures) 1816-1900. (Jakarta:ANRI)
1982. Hlm 3.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


48
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Perkebunan serta pertanian masuk ke dalam Panitia Induk Pertanian

(Hoofdcommissie van Landbouw). Akibat Sistem Tanam Paksa (1830)

menimbulkan kecaman dari berbagai pihak terutama para penganut paham liberal.

Sejalan dengan hal itu, kaum borjuis Belanda yang mempunyai modal lebih,

menuntut digantikannya sistem monopoli pemerintah. Pergantian sistem kerja

paksa dengan sistem persaingan bebas, dan kerja bebas menuntut konsepsi

kapitalisme liberal yang saat itu sedang berkembang di Eropa.18

Adanya monopoli pemerintah dengan sistem tanam paksa dalam

lapangan pertanian telah membatasi modal swasta dalam lapangan pertanian

besar. Di samping pada dasarnya para penguasa itu tidak mempuanyai tanah

sendiri yang cukup luas dengan jaminan yang kuat guna dapat mengusahakan dan

mengolah tanah dengan waktu yang cukup lama. Usaha yang dilakukan oleh

pengusaha swasta pada waktu itu adalah menyewa tanah dari negara. Tanah-tanah

yang bisa disewa adalah tanah-tanah negara yang masih kosong.

Tabel 5
Produksi tanaman Ekspor di Jawa 1831-1850
Tahun Kopi Gula Teh
1831 24.000 6.700 -
1836 44.000 - -
1840 54.000 58.000 88
1846 65.000 80.000 459
1850 74.000 102.000 410

Sumber: Pieter Creutzberg dan J. T. M. Van Laanen (penyuting), Sejarah Statistik


Indonesia (YOI, 1987), hlm., 146.

18
Boedi Harsono, “UUPA, Sejarah Penyusunan, Isi dan Pelaksanaanya, Bagian I
(Jakarta: Jambatan, 1986) hlm. 18.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


49
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pada tahun 1830-1850, terlepas dari ketimpangan perbandingan investasi

modal pemerintah dengan swasta, tanam paksa telah melahirkan sebuah

gelombang kapitalisasi di sektor perkebunan. Nilai produksi tanaman-tanaman

perkebunan terus meningkat, utamanya komoditi kopi dan gula. Komoditi-

komoditi tersebut mendatangkan banyak keuntungan bagi pemerintah Hindia

Belanda.19

Sepanjang periode 1850-1870, pertumbuhan ekonomi Belanda

mengalami perubahan struktur. Pertama, berubahnya formasi modal. Bila pada

kapitalisme merkatilis modal dikuasai oleh negara dan kaum feodal lainnya, maka

pada kapitalisme industrial penguasaan modal berpindah ke tangan golongan

borjuis. Perubahan pertama ini akan melahirkan perubahan yang kedua. Yakni,

munculnya kelas menengah ekonomi. Kelas inilah yang menulangpunggungi

perkembangan sektor industri, perdagangan, perbankan, dan pelayaran Negeri

Belanda.20

Semakin besarnya gelombang kapitalisme industrial di Belanda, yang

melahirkan korporasi-korporasi kapital, pada paruh ke dua abad XIX telah

menjadikan menaikkan volume penanaman modal di Hindia Belanda. pada saat

tertentu, munculah gagasan-gagasan dari golongan liberalis etis-humanis yang

19
Pieter Creutzberg dan J. T. M. Van Laanen (penyuting), Sejarah Statistik Indonesia
(YOI, 1987), hlm., 146.
20
Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian
Sosial-Ekonomi (Yogyakarta: Aditya Media, 1991), hlm. 79.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


50
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Thorbecke. Thorbecke banyak didukung

oleh kalangan intelektual, baik yang ada di Belanda maupun Hindia Belanda.21

Golongan liberal menentang golongan konservatif yang dipimpin oleh

Van der Putte yang merupakan mantan Menteri Jajahan. Menurut mereka, orang-

orang bumiputra harus dipaksakan hidup dalam aturan Barat. Untuk itu harus

dilakukan unifikasi pemberlakuan hukum Barat terhadap golongan pribumi.

Alasan yang diajukan oleh golongan liberal, agar terdapat kepastian di Hindia

Belanda. Sedangkan golongan liberal meyakini gagasannya bertujuan melindungi

posisi hukum orang-orang bumiputra. Itu sebabnya, pola pengeksploitasikan gaya

lama harus dirombak, dengan konsenkuensi menarik orang-orang bumiputra ke

dalam ruang dan wilayah aturan hukum Barat dan menjauhkan mereka dari tindak

sewenang-wenang pemimpin lokal. Perdebatan ini terus berlansung hingga

lahirlah Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) pada tahun 1870.22

Pada tahun 1870, Undang-Undang Agraria disahkan dalam konteks sosial

ekonomi untuk menjamin kelayakan hidup bumiputra. akan tetapi, pembahasan

ekonomi dari masing-masing golongan di atas masih tetap sama. Yakni, Hindia

Belanda merupakan sumber eksploitasi ekonomi. Undang-Undang Agraria tahun

1870 merupakan titik tolak sejarah pertanian Barat di Hindia Belanda. dalam

konteks ekonomi politik, peraturan itu menciptakan kondisi bagi akumulasi

21
Rikardo Simarmata, Kapitalisme Perkebunan dan Konsep Pemilikan Tanah oleh
Negara (Yogyakarta: Insist Press, 2002), hlm. 134.
22
Ibid., hlm. 135-136.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


51
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kapital dengan caa merongrong kontrol masyarakat atas sumber-sumber

produksi.23

Peraturan itu setidaknya memberi tiga arti penting. Pertama,

memfasilitasi ambisi perusahaan untuk mentransformasikan organisasi produksi

Hindia Belanda, dari sistem kontrol negara dengan cara menggunakan hirarki

tradisional untuk proses ekstraksi surplus, menuju sistem dimana perusahaan

swasta dapat secara langsung melakukan pengambil-alihan (appropriation).

Kedua, kondisi semacam itu mengakibatkan bergantiannya bentuk kontrol

ekonomi ala Sistem Tanam Paksa menjadi kontrol ekonomi yang bersifat kapitalis

oligopolitik. Ketiga, transisi itu mencerminkan kuatnya penegasan kembali

kontrol ekonomi dan politik perusahaan swasta.24 Dampak selanjutnya

disahkannya Undang-Undang Agraria adalah membuka bagi para para investor

untuk menanamkan modalnya untuk membuka tanah kosong yang kemudian

disewakan dalam jangka panjang. Cara tersebut membuka kesempatan adanya

investasi swasta Eropa dalam industri.25

Komoditi kopi merupakan tanaman yang banyak ditanam di beberapa

wilayah karesidenan di Jawa. Kopi merupakan jenis tanaman ekspor yang bisa

ditanam di seluruh karesidenan. Komoditi tebu hanya bisa ditanam di 13 dari 18

daerah karesidenan yang ditetapkan sebagai tempat dilaksanakannya sistem tanam

23
Ahmad Nashih Luthfi, Melacak Sejarah Pemikiran Agraria: Sumbangan Pemikiran
Mazhab Bogor (Yogyakarta: Pustaka Ifada, 2011), hlm. 44.
24
Vincent J. H. Houben, “Perkebunan-perkebunan Swasta di jawa Abad ke XIX”, dalam
J. Thomas Linblad (ed.), Sejarah Ekonomi Modern Indonesia, Berbagi Tantangan Baru (Jakarta:
LP3ES, 2000), hlm. 97.
25
Rikardo Simarmata, op. cit., Hlm. 29.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


52
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

paksa.26 Hal tersebut disebabkan oleh kondisi tanah tebu yang mengharuskan

memiliki tanah subur. Selain itu irigasi yang baik juga menjadi syarat akan

tanaman tebu untuk berkembang.

Perkembangan investasi swasta tersebut berada di puncak produksi

selama abad XIX yaitu tahun 1880-1884. Ketika itu produksi mencapai hasil rata-

rata tahunan sebesar 1.522.580 pikul. Pada tahun 1880an, Kopi jenis Arabika,

merupakan komoditi jenis yang banyak ditanam, dimana 70% di antaranya

merupakan pajak wajib dari daerah Jawa. Setelah sekitar 1885, Hama alasan lain

penurunan produksi kopi ialah karena tehnik pengolahan yang tidak cocok.

Akibatnya 25 tahun berikutnya produksi menurun lebih besar dari 60%.27

Selanjutnya industri perkebunan baru benar-benar berkembang pada

tahun 1870 dengan undang-undang Agraria. Undang-Undang Agraria

memperbolehkan untuk menyewa tanah dalam jangka panjang. Hal tersebut

membuat perkebunan kopi berkembang pesat pada tahun 1890-an. Pada

permulaan tahun 1880-an penanaman kopi mencapai puncaknya. Sesudah itu,

penyakit kopi (yang diserang daunnya) tidak dapat dibasmi oleh pengusaha kecil

di desa yang mengurangi produksinya secara drastis.28

Penyakit tanaman kopi Bladziekte29 tersebut berjenis jamur Hemileia

vastratix B dan Br. Akibat serangan ini produksi kopi menurun sekali dari kira-

26
Mubyarto dkk, op. cit., hlm. 19.
27
Pieter Creutzberg dan J.T.M van laanen (ed). op.cit,. hlm 139-140.
28
James J. Spillane, “Komoditi Kopi Perananya Dalam Perekonomian Indonesia”
op,cit,. hlm. 42.
29
Bladziekte merupakan istilah belanda dalam menyebutkan penyakit karat daun kopi
sering juga disebut penyakit daun kopi (Hemileia vastarix B. et. Br.) adalah penyakit kopi yang

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


53
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kira 379.032 pikul pada tahun 1885 menjadi tinggal kira-kira 181.451 pikul pada

tahun 1896-1900. Padahal dalam tempo kira-kira 150 tahun sebelumnya, sekitar

tahun 1699-1880 kopi Arabika tersebar di seluruh Jawa sehingga jenis ini

sekarang dinamakan kopi Jawa. Akan tetapi, iklim dunia yang berubah hingga

lama kelamaan kopi jenis arabika kurang diperhatikan.30

Gambar 3: Kopi Arabika


Sumber: http://media-kitlv.nl/all-
media/indeling/detail/form/advanced?q_searchfield=arabica, diakses pada tanggal
12 Desember 2017

paling penting diseluruh dunia. Untuk indoensia penyakit ini merupakan penyakit yang terpenting
pada kopi arabika (Coffea Arabica L). Penyakit ini disebabkan oleh patogen Hemileia vastarix B.
et. Br. yang merupakan penyakit utama pada tanaman kopi arabika, sedangkan pada tanaman kopi
robusta penyakit ini tidak menjadi masalah. sebuah penyakit daun yang menyerang tanaman kopi.
Lihat arsip: Cultures in Nederlandsch Oost-Indie Koloniaal Verslag 1890, Koleksi Perpustakaan
Nasional, hlm. 23.
30
Kopi arabika merupakan varietas pertama kopi yang ada ditanam tetapi kopi ini
rentang sekali terhadap serangan penyakit terutama penyakit daun. Karena kerentanan kopi
Arabica ini terhadap penyakit maka seringnya kopi yang mati dan gagal panen. Ciri-ciri kopi
Arabica yaitu daun kopi yang kecil-kecil dan licin, buahnya agak besar dan beras pun demikian.
Kopi arabika ditanam di daerah Jawa Timur, Krae (Bengkulu), Mandailing, Sipirok, Tjibadak dan
lain-lain. Lihat: Pudji Rahardjo, Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta
(Jakarta: Penebar Swadaya, 2012), hlm, 4.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


54
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Untuk mengatasi serangan hama karat daun kemudian Pemerintah

Belanda mendatangkan Kopi Liberika (Coffea Liberica) ke Indonesia pada tahun

1875. Namun ternyata jenis ini pun juga mudah diserang penyakit karat daun dan

kurang bisa diterima di pasar karena rasanya yang terlalu asam. Kopi Arabika

yang rentan terhadap penyakit dan gampang mati maka orang-orang mencari

penggantinya dan ditemukan di negara Liberia Afrika sehingga kopi baru ini

diberi nama kopi Liberia. Tetapi setelah bertahun-tahun kopi Liberia masih tetap

terserang penyakit, malah lebih berbahaya daripada kopi Arabica sehingga kopi

Liberia ditinggalkan kembali. Sisa tanaman kopi jenis liberia ini masih dapat

dijumpai di daerah Jambi, Jawa Tengah dan Kalimantan.31

Gambar 4: Kopi Liberia


Sumber: http://media-kitlv.nl/all-
media/indeling/detail/form/advanced/start/1?q_searchfield=liberia, diakses pada
tanggal 12 Desember 2017.

31
Ibid., hlm. 5

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


55
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Usaha selanjutnya dari Pemerintah Belanda adalah dengan mendatangkan

kopi jenis Robusta (Coffea Canephora)32 tahun 1900, yang ternyata tahan

terhadap penyakit karat daun dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan

yang ringan, sedangkan produksinya jauh lebih tinggi. Maka

kopi Robusta menjadi cepat berkembang menggantikan jenis Arabika khususnya

di daerah–daerah dengan ketinggian di bawah 1000 m dpl dan mulai menyebar ke

seluruh daerah baik di Jawa, Sumatera maupun ke Indonesia bagian timur. Biji

kopi Robusta ini banyak macamnya tetapi semuanya memiliki nama masing-

masing tetapi bentuknya hampir serupa semua. Kopi Robusta sangatlah kuat

terhadap serangan penyakit tetapi rasa dan bau kopi Robusta jauh sekali terhadap

kopi Arabica dan kopi Liberia, sebab itulah kopi Robusta lebih murah daripa kopi

Arabica dan kopi Liberia akan tetapi hasil dari panen kopi Robusta sangat

berlimpah dan jarang sekali gagal panen.33

32
Tahun 1900 didatangkan impor bibit kopi Robusta yang diimpor dari daerah Kongo,
Afrika. Tanaman ini dinamakan “Robusta” karena pertumbuhannya menjadi tanaman yang robusta
(tegap kekar). Tanaman kopi Robusta ini lebih tahan berbagai penyakit kopi daripada tanaman
kopi Arabika.
33
Ibid.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


56
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 5: Kopi Robusta


Sumber: http://media-kitlv.nl/all-
media/indeling/detail/form/advanced/start/robusta, diakses pada tanggal 13
Desember 2017.

Pengenalan jenis kopi Robusta pada masa awal abad XX menjurus ke

arah suatu kebangkitan kembali nasib-nasib industri. Jenis tanaman kopi ini tahan

penyakit, keras dan memberi hasil yang tinggi. Walaupun kopi ini memperoleh

harga yang lebih rendah daripada kopi Arabika. Namun permintaan dunia

menuntut adanya pasaran yang cukup kuat.

Di Jawa Timur, kopi Arabika (kopi Jawa) masih menjadi Primadona,

meskipun kerap tanaman tersebut gagal panen. Penanaman kopi Liberia tetap

mampu bertahan walaupun bukan menjadi primadona. Selanjutnya kopi Robusta

pada awal abad ke XX tepatnya tahun 1911 hasil produksinya mampu menggeser

kopi Jawa. Produksi kopi Robusta paling dominan mencapai 142.288 pikul dan

kopi Jawa hanya 97.909 pikul. (lihat tabel 6). Berikut hasil panen kopi di Jawa

Timur yang dilakukan oleh makelar kopi Batavia bisa dilihat dari tabel berikut:

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


57
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 6
Produksi Kopi Tahun 1900-1930 di Jawa Timur

Tahun Liberia Liberia Arabika/ Robusta Robusta


Unggul Jawa Unggul
1900 14673 - 240247 - -
1905 32678 - 246240 - -
1910 22405 - 70613 24873 -
1915 7139 - 55142 372063 -
1917 4555 8738 23177 612477 25231
1920 277 3607 16050 338656 817
1925 99 4577 17156 681832 2601
1930 2 2329 21798 437520 464

Sumber: Verhandelen Koffie En Rubber Thee-Suiker-Rijst Klienen Producten en


Licenties. 1937. Giselman dan Steup Batavia Surabaya Agen Lintas Semarang-
Bandung-Malang-Medan-Solo-Makasar, Koleksi Perpustakaan Nasional.

Di mulai tahun 1910, produksi Kopi Liberia dari tahun ke tahun

mengalami penurunan produksi akibat tanaman kopi ini mudah diserang penyakit

karat daun. Kopi Robusta sampai pada tahun 1930 menjadi komoditas kopi yang

paling subur. Penyebab itu, karena tanaman kopi ini tahan penyakit, keras dan

memberi hasil yang tinggi. Walaupun kopi ini memperoleh harga yang lebih

rendah daripada kopi Arabika.

B. Perkebunan Kopi di Afdeling Malang 1870-1930

Mayoritas perkebunan yang berada di wilayah dataran pegunungan tinggi

menanam tanaman kopi. Masyarakat di afdeling Malang banyak memanfaatkan

tanah tersebut untuk memperoleh penghasilanya. Pembahasan pada penulisan ini

ialah pemanfaatan tanah pada perkebunan swasta. Penulis akan memanfaatkan

data seperti Gouvernements en Particuliere Koffie-cultuur dan Cultures in

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


58
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Nederlandsch Oost-Indie terbitan pemerintah kolonial untuk melihat jumlah

perkebunan ketika itu. Data tersebut berhubungan dengan produksi, luas tanah,

dan harga sewa tanah dalam kategori produksi perkebunan ini.

Perkebunan yang digunakan memiliki perbedaan antara perkebunan

pemerintah dengan perkebunan swasta. Perbedaan tersebut terlihat pada

penggunaan sumber daya di masyarakat. Perkebunan pemerintah menggunakan

sumber daya tenaga kerja (buruh) dan tanah yang sedikit. Perkebunan-perkebunan

swasta menggunakan lahan yang luas untuk menanam, bersifat padat modal,

menggunakan tenaga kerja (buruh) yang banyak, menggunakan teknologi, dan

berorientasi pasar.

Pada perkebunan ini lebih diidentikkan dengan berkembangnya kondisi

lahan tanah yang ada di desa. Desa merupakan lokasi yang strategis dalam

mengembangkan prospek lahan pertanian maupun perkebunan. Terlihat jelas

bahwa konsep mengenai desa ialah terdiri atas satu atau lebih kelompok

pemukiman yang terhampar di tengah-tengah lahan garapan. Perbandingan dalam

sebuah desa antara tempat pemukiman masyarakat dan lahan garapan (pertanian)

kira-kira 1 : 8 kali lipat luas tanahnya.34

Perkebunan kopi modern di Indonesia khususnya di Jawa Timur dimiliki

dan dioperasikan sebagai suatu satuan mandiri yang besar.35 Luas areal

34
Cultures In Nederlandsch Oost-indie, Koloniaal Vesrlag 1890. Koleksi Perpustakaan
Nasional.
35
Perkebunan yang memiliki satuan mandiri tersebut ditujukan kepada perkebunan
swasta yang memiliki lahan bercabang. Ketenagaan kerja yang dimilikinya harus terorganisir
mulai dari direksi (pemimpin dalam perkebunan), diikuti di bawahnya yakni staf-staf ahli hingga
para pekerja perkebunan.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


59
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

perkebunan tersebut dirawat secara baik serta dilakukan peremajaan tanah

sebelum dan sesudah panen dengan secara teratur di bawah pengawasan

administrateur (pimpinan perusahaan perkebunan). Perkebunan semacam ini

membutuhkan banyak tenaga kerja, yang tinggal di dalam kompleks perkebunan

itu. Biasanya terletak pada lahan-lahan kosong (tidak berpenduduk atau

berpenduduk jarang) di kaki pegunungan.36

Pada 1870, Undang-Undang Agraria secara umum undang-undang

tersebut sudah disahkan. Akan tetapi, untuk penerapan undang-undang tersebut di

masing-masing wilayah berbeda. Sistem perkebunan di Malang pada tahun 1870

tidak berbeda dengan daerah-daerah lain. Hal tersebut akan digambarkan lewat

tabel di bawah:

36
Mackie, Jamie, “Perkebunan dan Tanaman Perdagangan di Jawa Timur: Pola yang
Sedang Berubah” Howard Dick dkk., (ed.), Pembangunan yang Berimbang: Jawa Timur dalam
Era Orde Baru (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1997), hlm. 266.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


60
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 7
Perkebunan Kopi Afdeling Malang 1870-1873
Distrik Lahan Produksi Rata-rata Pendapatan Pekerja
perkebunan Kopi Per-tahun Per-keluarga
Kota Malang 1716 564 f 4-29
Gondang Legi 7649 6794 f 11-55
Singoro 3112 2542 f 10-62
Pakis 5962 72365 f 57-79
Karanglo 2869 12726 f 30-40
Penangoengan 6266 51139 f 9-106
Ngantang 2112 23999 f 72-147

Sumber: Staats-koffiecultuur of Java, Landbouw, 546, Koleksi Badan Kearsipan


dan Perpustakaan Jagir Surabaya, hlm. 32

Pada tahun 1870-1872 di Afdeling Malang masih belum diterapkan

kebijakan yang mengatur tentang perkebunan dan tenaga kerja. Kebijakan

pemerintah mengenai perkebunan belum proposional dan banyak merugikan

masyarakat buruh terutama pribumi sendiri. Pada tahun 1870 jumlah keluarga (

dalam satu rumah tangga) di Afdeling Malang sebanyak 38.508 keluarga, ada

18.346 keluarga di empat distrik: Kotta-Malang, Gondang Legi, Singguruh

(Kepanjen) dan Karanglo, yang dalam tiga tahun (dari tahun 1870-1872)

memperoleh rata-rata penghasilan f 16,74 per tahun. sedangkan produksi kopi dari

pekarangannya tidak menguntungkan pada tahun 1871, yakni f 9.87 per keluarga.

Kotta-Malang, Gondang Legi, dan Singguruh, diambil secara terpisah

dengan 14.261 keluarga tergolong dalam budidaya kopi (penghasil kopi periode

yang sama dalam tiga tahun) hanya f 9 dan Kotta-Malang sendiri sebesar 4,29 per

keluarga. Jumlah total tanaman kopi Karisidenan Pasuruan pada tahun 1870

adalah 265.155 pikul, pada tahun 1871: 107, 229 pikul dan pada tahun 1872:

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


61
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

294,418 pikul. Angka tersebut merupakan seperempat dari rata-rata panen di

Jawa.37

Awal sistem swastanisasi perkebunan di afdeling Malang yakni ketika

ditandai pendirian perusahaan perkebunan di Distrik Karanglo di desa Soembool

milik S. L. W. Van der Eist pada tahun 1874.38 Pendirian tersebut tidak sewenang-

wenangnya berdiri, akan tetapi juga ada persyaratan untuk mendirikan sebuah

perkebunan dalam skala besar, hal-hal berikut harus dipertimbangkan:39 Pertama,

sumber daya pengelola perkebunan memiliki keahlihan agronomi. Kedua,

memahami ilmu dan praktek perkebunan secara mendalam. Ketiga, penghapusan

layanan kesewenang-wenangnya mengambil tanah bumiputra. diganti dengan

sistem sewa. Keempat, Perkebunan swasta harus memiliki integritas, seperti

memiliki peraturan dalam perusahaan perkebunan tersebut, lebih rinci mengenai

perekrutan tanah oleh penduduk asli kepada penduduk asli, dan juga dengan

jaminan penyelesaian cepat dari hal-hal yang dibuat tergantung pada keputusan

yang lebih tinggi. Kelima, perluasan budaya kopi di daerah pegunungan, di bawah

pengelolaan dan pengelolaan ilmiah, sehubungan dengan pengelolaan hak

eksploitasi penduduk asli, awalnya dengan kerja paksa, tapi dengan upah yang

37
Ibid., hlm. 33.
38
Ibid.
39
Besluit Staats-koffiecultuur of Java 1974. Koleksi Badan Kearsipan dan Perpustakaan
Jagir Surabaya.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


62
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

adil. juga dengan tujuan untuk menyebarkan populasi ke wilayah Jawa yang

masih sengit, dengan dasar murni untuk kemakmuran dan perkaliannya. 40

Gambar 6: Kompleks Perkebunan Pabrik Kopi 1903


Sumber: http://media-kitlv.nl/all-
media/indeling/detail/form/advanced?q_searchfield=koffiecultuur, diakses pada
tanggal 29 Desember 2017.

Sumber foto di atas ditemukan penulis di situs resmi pemerintah Belanda

yaitu www.kitlv.com. Foto tersebut menunjukkan bangunan-bangunan di tengah

hutan yang digunakan untuk pengelolaan panen kopi. Kemudian untuk tahun-

tahun berikutnya mengalami berbagai macam perluasan penanaman kopi serta

pengelolaan. Berikut akan dijabarkan lebih lanjut mengenai daftar nama

40
S. L. W. Van Der Elst, op. cit., hlm 30-31. Pengesahan Undang-Undang Agraria pada
tahun 1870 yang membuka secara luas kesempatan swasta asing dalam menginvestasikan modal di
Hindia Belanda. Hal tersebut kemudian juga dimanfaatkan oleh swasta asing untuk menanamkan
modalnya pada sektor perkebunan kopi. Kegiatan untuk melakukan sistem kontrak sewa tanah
dalam jangka waktu yang panjang juga ikut berkembang. Cara tersebut membuka adanya
kesempatan investasi Eropa dalam industri, dalam hal ini menyebabkan peningkatan besar dalam
produksi perkebunan terutama di Jawa Timur. Lihat: James J. Spillane, op. cit,.hlm. 42

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


63
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

perkebunan, pemilik serta direksi, luas tanah serta tanggal prasarana dalam catatan

publik masing-masing perkebunan.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


64
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 8
Daftar Perkebunan Kopi di Malang 1870-1880
Nama Awal sewa
Den
Kecamatan Luas Het
Pengusaha huurtijd
(Distrik) Wilayah lahan erfpachtsregt
(ondernemers)41 (20
(75 tahun)
tahun)42
Tanahwangi-
9 Maret
Gondang Legi Tanahwangi maatsh te 739
1876
Amsterdam
Maatschappij
8 Desember
Limburg Limburg te 1112
1875
Soerabaya
Ampel 2 Agustus
Reiss & C 504
Gading 1875
A.H.J. Bloijs
Petoeng
van Treslong 523 21 Juni 1879
Ombo
Prins.
Gelderland
30 April
(Soember C.L. Lagerweij 526
1880
Soeko)
Soekorame B.A. Barkey 672 14 Mei 1880
Soember J.E.
477 21 Mei 1880
Manggis Wiederhold.
20
Soember
D. Utermark 549 September
Gesing
1880
W. baron van 13
Polaman Voorst tot 239 Desember
Voorst. 1880
A.F.A. van 14 Januari
Senggoro Boemiaijoe 109
Schepenberg 1876
W. Thieme en 11 Februari
Soekoredjo 146
J.C. L. Cambier 1875
Soember
Id. 495 30 Juli 1880
Sobra
Madoe P.L.H. 12 April
499
Ardjo Stennekes 1875
Bandoeroto J.C. Leuring 549 16 Juli 1880

41
Dalam data ini ondernemers yang disebutkan tidak secara detail, penyebutan disini
terkadang nama perkebunannya dan terkadang pula nama pemilik perusahan.
42
Sistem sewa lama sebelum adanya perundang-undangan perkebunan tahun 1870.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


65
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

J.E. en A.f.
Boemiredjo 427 3 Juni 1875
iederhold
Gendogo
K.H. Abraas 416 29 Mei 1876
Ardjosari
20
Soember A.F.A. v.
445 September
Nongko Scherpenberg
1880
Bandoe
J. van Schooten 619 Id.
Ardjo
9 Oktober
Penanggoengan Gangsiran M.F. Reijnst 495
1874
Maatsch.
12 Mei
Djoengo Djoengo te 500
1868
Soerabija
S.L.W. v. D. 31 Agustus
Karanglo Soembool 499
Elst. 1874
Kembar Id. 521 12 Juli 1876
Kembar 7 September
Id. 278
inggil 1880
27
Wonosari J.M. Verheij 472 November
1875
Wonoagung Id. 178 26 Juni 1878

Sumber: Lijst van Particuliere Ondernemingen In Nederlandsch-Indië Op


Gronden Door Het Gouvernement Afgestaan In Huur (Voor
Landbouwdoeleinden) En Erfpacht, Landbouw Pasoeroean No. 62, ANRI.

Perkebunan di afdeling Malang di atas memperlihatkan jumlah

perkebunan pada tahun 1870-1880, sebanyak 21 perkebunan telah berdiri. Satu-

satunya perusahaaan perkebunan yang berdiri sebelum tahun 1870 adalah

perkebunan Maatsch. Djoengo te Soerabija di wilayah Djoengo Distrik

Penanggungan yang berdiri pada tahun 12 Juli 1868. Sistem sewa tanah yang di

pakai waktu itu merupakan Den huurtijd43 yang berdurasi 20 tahun lamanya.

43
Adanya monopoli pemerintah dengan sistem tanam paksa dalam lapangan pertanian
telah membatasi modal swasta dalam lapangan pertanian besar. Di samping pada dasarnya para
penguasa itu tidak mempuanyai tanah sendiri yang cukup luas dengan jaminan yang kuat guna
dapat mengusahakan dan mengolah tanah dengan waktu yang cukup lama. Usaha yang dilakukan

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


66
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kebanyakan dari perkebunan swasta diisi oleh orang-orang eropa mulai

dari jajaran direksi dan staf perusahaan perkebunan. Luas tanah yang dimiliki

masing-masing perkebunan beragam sesuai dengan kepemilikan tanah

perkebunan tersebut. Sedangkan tanggal administrasi perkebunan kopi

menunjukkan bahwa ada perkembangan perkebunan baru dari tahun ke tahun.

Pada tahun 1874 perkembangan demi perkembangan terus berlanjut pada

tahun-tahun berikutnya. Baik itu mengenai kepemilikan akan perkebunan, jumlah

perkebunan, luas tanah, serta harga sewa lahan perkebunan dari tahun ke tahun

juga tidak sama. Selain mengenai internal perkebunan sendiri, peneliti juga

membahas mengenai kondisi sosial buruh di perkebunan. Beberapa wilayah di

perkebunan Malang masih mengalami penderitaan dan pemaksaan dari kebijakan

pemerintah. Walaupun sudah ada peningkatan yang lebih baik untuk penduduk

desa dan jasa manajemen. Pada tahun yang sama, semua kebijakan pemerintah

mengenai perkebunan pemerintah diubah menjadi perkebunan swasta.44

Berikut akan diuraikan dalam bentuk tabel mengenai kondisi masing-

masing perkebunan. Data perkebunan kopi di Malang tahun 1881 sampai 1899.

oleh pengusaha swasta pada waktu itu adalah menyewa tanah dari negara. Tanah-tanah yang bisa
disewa adalah tanah-tanah negara yang masih kosong. Lihat: Urip Santoso, op. cit., hlm. 17.
44
Mackie, Jamie, “Perkebunan dan Tanaman Perdagangan di Jawa Timur: Pola yang
Sedang Berubah”, op,cit,. hlm. 265.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


67
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 9
Sebagian Daftar Nama dan Pemilik Perkebunan Kopi di Malang tahun 1881-1899
Nama Luas Tanggal daftar Hak
Distrik Nama Pemilik
Perkebunan Kebun sewa
Gondang J. A. H
N. V. Limburg 424 21 Juli 1881
Legi Everard
Id. Id. 183 21 Juli 1881
Id. Id. 229 30 Agustus 1882
Id. Id. 416 30 Agustus 1882
Zuid-Java
J. Engelberts 420 19 Juli 1883
Cultuur Mij.
N.V. Toeren
Turen F.C. van baak 492 13 Oktober 1881
Estates
Id. Id. 449 11 Oktober 1882
Id. Id. 339 20 Oktober 1887
N.V. Oost-Java
A.J. Gogeit 482 28 Januari 1892
Rubber Mij.
Id. Id. 445 28 Januari 1892
Id. Id. 334 28 Januari 1892
N.V. javasche
P. Termijtelen 526 30 April 1880
Rubber Mij.
Id. Id. 137 23 Januari 1892
Id. Id. 28 23 Januari 1892
Id. Id. 422 20 Desember 1889
Id. Id. 337 20 Desember 1889
Id. Id. 111
Sengguruh Cult. Mij. C. L. Lammer
382 30 Juli 1881
(Kepanjen) Kalitelo Listnet
Id. Id. 529 4 Desember 1882
Id. Id. 549 4 Desember 1882
Cult. Mij. Alas F. A. von
538 5 Desember 1882
Tledek Wiederhold
Sumber: Lijst van Particuliere Ondernemingen In Nederlandsch-Indië Op
Gronden Door Het Gouvernement Afgestaan In Huur (Voor
Landbouwdoeleinden) En Erfpacht, Pasoeroean Landbouw 7.3, ANRI.

Pada akhir tahun 1880 di Malang terdapat 21 perkebunan kopi yang

berdiri. Kemudian perkembangan dalam jumlah pendaftaran untuk mendirikan

perkebunan tahun 1900 mencapai 50 perkebunan kopi. Alasan perkembangan

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


68
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tersebut ada dua macam dua. Pertama, pengusaha baru mendirikan perkebunan

baru. Kedua, Pengusaha yang sudah berinvestasi sebelumnya, menambah

(memperluas) lahan perkebunan dengan tetap menggunakan nama perkebunan

yang sama, seperti perusahan Maatshappij Limburg te Surabaia milik J. A. H

Everard. Dia memperluas wiliyah perkebunannya di Distrik Gondang Legi di desa

Barek I, Barek II, sumberrejo Lor, dan Sumberrejo Kidul. Hal yang sama yang

dilakukan oleh F.C. van baak di Disitrik Turen dan C. L. Lammer Listnet di

Distrik Sengguruh.

Perkebunan di Malang tersebut tidak selalu dikelola oleh orang yang

sama. Pergantian kepemimpinan di perkebunan juga berlaku di perkebunan kopi.

Namun dalam mengelola anak perkebunannya tetap dibawah pimpinan yang

sama. Selanjutnya besar dari sewa tanah dengan penduduk bukan ditentukan dari

luas tanah yang disewa. Melainkan dari kondisi tanah yang disewa (cocok untuk

tanaman kopi atau tidak).

Walaupun prinsip-prinsip liberal yang ketika itu berkembang sudah

mulai diikuti masyarakat secara, akan tetapi tidak dengan kondisi perkebunan

yang ada. Meskipun kemajuan sudah di mana-mana, namun perkebunan kopi

kegiatannya masih monoton dan kurang berkembang. Para investor perkebunan

kopi masih mencari-cari alasan bahwa yang mereka lakukan sudah sesuai aturan45

walaupun kenyataannya tidak demikian.

45
Elson, R.E, Javanese Peasant and the Colonial Sugar Industry, (Singapura: Oxford
University Press, 1984), hlm. 45.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


69
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kondisi buruh kopi tersebut tidak seimbang dengan kondisi penanaman

modal oleh investor asing. Terlihat investor semakin marak untuk menanamkan

modal di perkebunan kopi Malang dengan membuka perkebunan-perkebunan

baru. Investor asing tersebut bisa dilihat dari nama-nama pemilik direksi di

beberapa perkebunan baru.

Tabel 10
Daftar Perkebunan di Malang tahun 1900-1916.
Nama Awal Harga
Kecamatan Luas sewa Sewa
Pengusaha dan nama
(Distrik) Wilayah lahan per-
Perkebunan
tahun
Penanggoe Cultuurmaatschappij 19 Juni
Gangsiran 474 f. 11.50
ngan Gangsiran 1909
Gondang J.A. H. Everard / N.V. 18 Juli
Koetoengan 33 f. 5
Legi Limburg Landen. 1904
Gloensing 4
(8 stukjes Id. 44 Oktobe f. 3
ground) r 1906
B. Bach / N.V. 22 Mei
Poerbojo 65 f. 1
Javasche Rubber Mij. 1909
28 Juli
Poerbojo Id. 21 f. 1
1913
30
Kali Gading J. Engelberts / Zuid-
2 Januari f. 5
A Java Cultuur Mij.
1906
Soemberred 25 Juli
Toeren Id. 458 f. 6
jo 1906
4
F.C. van baak / N.V.
Tlogoredjo 33 Februar f. 5
Toeren Estates
i 1907
Soemberdja 25 Juni
Id. 377 f. 6
mbe 1906
R. Glessler /
Soemberma Cultuurmaatschappij 25 Juni
319 f. 1.50
s Soembermas- 1906
Kalipadang
11
Goenoengp W.H. van Delden /
13 Agustu f. 1.50
oengkal Koffie Cultuur Mij.
s 1910

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


70
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

H. van Kleeff / 13
Petoeng
Cultuur Mij. 13 Februar f. 5
Ardjo B
Soemberkerto i 1902
P. R. Tromp de Haas /
8
Wonokojo N. V. Wonokojo-
395 Februar f. 1
B Ampelgading Estates
i 1906
Ltd.
J. van der Plas /
Cultuurmaatschappij 26 juli
Tlogosari II 1 f. 6
Tlogosari te 1900
Amsterdam.
P. R. Tromp de Haas /
Soembergad N. V. Wonokojo- 20 Juli
138 f. 6
oeng Ampelgading Estates 1900
Ltd.Id.
6
C. van de Sandt / N.V.
Soemberma Novem
Cultuurmaatschappij 13 f. 5
nggis kidoel ber
Kalidoeren
1902
(tijdelijk gestolen) / 17
Lebak
Cultuurmaatschappij 140 januari f. 6
Kidoel
Lebakredjo 1907
P.H. van Baak /
Karang Maatschappij tot 11 Juni
537 f. 1
Pandoe exploitatie v/h land 1906
Soemberagoeng
A.A. Louwan / 16
Goenoeng
Cultuur Mij 221 Januari f. 6
Djengger
Soemberpakel 1913
12
Kalibokor J. Punter / Cultuur
14 desemb f. 5
Lor A Mij. Kalibokor
er 1902
28
Id. Id. 1 Oktobe f. 5
r 1901
15 juni
Id. Id. 149 f. 5
1905
(tijdelijk gestolen) / 9
Id. Cultuurmaatschappij 142 Februar f. 5
Loengoerdowo i 1903
17
Id. Id. 83 Februar f. 2
i 1907
Kedoengon W. Blume / N.V. 14
27 f. 2
do Javasche Rubber Februar

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


71
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Maatschappij i 1907
Zuijdewijn / Naaml. 9
Djawar
Vennootschap 271 Februar f. 4
Ombo
cultuurm. Moeliardjo i 1903
Soemberre Zuijdewijn / Naaml.
15 Mei
mis (3 Vennootschap 384 f. 6
1909
Stukken) cultuurm. Moeliardjo
7
Geneng J.F.F. Meijlink / Novem
1 f. 5
(Lebakroto) Lebakroto Cultuurm ber
1901
12
Septem
Id Id. 273 f. 5
ber
1904
W. Witsen Elias / 5
Soemberde
Maatschappij 17 Agustu f. 6
wo II
Kaliglidik s 1909
5
Kalilebak II Id. 80 Agustu f. 6
s 1909
Soember R. Hooman / Cultuur 28
Sengkaring Mij. Soember 1 Oktobe f. 5
B Sengkaring r 1901
Kalisat R. J. J. Sorel /
26 Mei
(Uitbreiding Pasoeroeansche 5 f. 4
1904
) Cultuur Mij.
B.H. Budd Jr. / 17
Senggoeroe Uitbreding
Cultuurmaatschappij 7 Maret f. 5
h (Ngredjo)
Ngredjo 1913
Boemiajoe Malang stroomtram 3 April
260 f. 4
B Mij. 1903
17
Soemberben Th. Ellias / A. Th. Novem
5 f. 5
de A Kuchlin ber
1902
C.A. Petit / 15
Goenoengsa
Goenoengsari- 1 April f. 6
ri A
Pengoeloeran Estates 1901
27
Pantjoersari
Id. 74 Februar f. 6
B
i 1905
24
Wonoredjo
Id. 70 Januari f. 6
C
1913

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


72
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sumber: Lijst van Particuliere Ondernemingen In Nederlandsch-Indië op


Gronden Door Het Gouvernement Afgestaan In Huur (Voor
Landbouwdoeleinden) En Erfpacht, Pasoeroean Landbouw 7.3, ANRI.

Perkembangan perkebunan di afdeling Malang pada tahun 1900-1916

mencapai 27 perkebunan kopi. Di antara tahun tersebut perkebunan kopi Malang

tidak lepas dari pasang surut pembukaan dan penutupan lahan perkebunan. Salah

satunya perkebunan milik C. A. Petit dengan perkebunannya Goenoengsari-

Pengoeloeran Estates yang memperluas lahan perkebunannya di Pantjoersari dan

Wonorejdo pada tahun 1905 dan tahun 1913. Masing-masing perkebunan

memiliki jenis kopi yang ditanam berbeda dari masing-masing perkebunan. Hal

tersebut dikarenakan kondisi tanah serta kecocokan jenis kopi terhadap kadar air.

Selain itu, tidak semua tanaman kopi yang tumbuh dapat menghasilkan kopi.

Hingga pada tahun 1916 terdapat 98 perkebunan kopi yang tercatat

sebagai perkebunan kopi yang terdaftar. Beberapa perkebunan ini merupakan

gabungan dari beberapa perkebunan kopi yang ada. Seperti perkebunan Petoeng

Ombo Kidoel A, B, dan C, Djenggolo I, II, III dan IV , Alas Donowari dan Alas

Bandoeng Lor.

Beberapa perkebunan masih banyak aktif memproduksi seperti tabel di

atas. Perkebunan yang tidak aktif menanam kopi antara lain Perkebunan di Gabes,

Cultuur Maatschappij Gabes milik J. G. der Kinderen karena hanya memproduksi

kina, Perkebunan di goenoeng Ringgit dan Perkebunan di Lebak Lor dan Lebak

Kidul Cultuurmaatschappij Lebakredjo karena perkebunan tersebut mengalami

permasalahan internal seperti permasalahan keuangan didalamnya.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


73
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Masing-masing perkebunan memiliki jenis kopi yang ditanam berbeda

dari masing-masing perkebunan. Hal tersebut dikarenakan kondisi tanah serta

kecocokan jenis kopi terhadap kadar air. Selain itu, tidak semua tanaman kopi

yang tumbuh dapat menghasilkan kopi. Selain kopi, beberapa perusahaan

perkebunan juga menanam komoditas lain. Ketika pendataan jumlah tanaman

serta panen mungkin ada tanaman kopi yang masih muda atau belum panen.

Seperti perkebunan Cultuurmaatschappij Sumber Mas di Distrik Turen, komoditas

yang ditanaman tidak hanya kopi saja, melainkan juga beberapa komoditas lain.

Komoditas tersebut antara lain, Kina, Cacao, Karet, dan Padi.46

1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

Grafik 1:Hasil Perkebunan Kopi tahun 1871-1928


Sumber : G. C. W. Chr. Tergast, Mededeeling van de Afdeleling Landbouw,
(1930), hlm. 2.

Grafik di atas memperlihatkan jumlah produksi kopi (dalam satuan

kuintal=100 kg) yang mengalami pasang surut.. Pada akhir abad XIX, tepatnya

46
Erfpact-groote Landbouw Soerabaia-Pasoeroean. Koleksi Pasoeroean, ANRI.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


74
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pada 1880-1910 perkebunan-perkebunan kopi dilanda hama dan kemerosotan

harga. Tidak hanya perkebunan kopi, perkebunan gula dan beras juga hampir

separuh. Hal ini menyebabkan masyarakat tertekan.47 Segera setelah

dicetuskannya politik etis pada tahun 1901 usaha-usaha untuk meningkatkan

kondisi kehidupan rakyat Hindia Belanda dilakukan. Penyebaran penyakit

bladziekte48 membuat produksi kopi mengakhiri masa keemasan pada abad XX. 49

1. Lahan dan Pemilik Perkebunan

Berlakunya Undang-Undang Agraria, politik monopoli (politik

konservatif) dihapuskan dan digantikan dengan politik liberal yaitu pemerintah

tidak ikut mencampuri di bidang usaha, pengusaha diberikan kesempatan dan

kebebasan mengembangkan usaha dan modalnya di bidang pertanian.

Pada tahun 1874 terjadi perubahan untuk menaikan produksi kopi dalam

skala besar di Afdeling Malang. Terutama dalam kasus pembukaan dengan cara

mengubah dari lahan perhutanan menjadi lahan perkebunan secara masif.

Kemudian Pemerintah kolonial menggunakan tekanan kepada rakyat untuk

membuat tanah komunal desa. Tujuan dari pembentukan tanah komunal tersebut

47
Egbent de Vries, Pertanian dan Kemaiskinan di Jawa (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia dan Gramedia, 1985), hlm. 78.
48
Bladziekte adalah sebuah penyakit daun yang menyerang tanaman kopi. Cultures in
Nederlandsch Oost-Indie Koloniaal Verslag 1890.
49
G. C. W. Chr. Tergast, Mededeeling van de Afdeleling Landbouw, Koleksi
Perpustakaan Nasional, hlm. 2.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


75
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ialah demi keuntungan tanaman ekspor. Perubahan yang dilakukan oleh

pemerintah kolonial tersebut sangat berpengaruh pada tanah desa.50

Kegiatan penanaman kopi secara perindustrian dimulai pada tahun 1874.

Perkebunan miliki van der Elst di desa Soembool di Distrik Karang Lo merupakan

yang pertama terdaftar menyewa untuk kepentingan eksploitasi lahan sejak

dibukanya Undang-Undang Agraria 1870. Berdasarkan Overschrijving

Ordonantie No. 27, pendaftaran tanah dilakukan oleh Kantor Pendaftaran Tanah

atas tanah-tanah yang tunduk pada Hukum Barat dan Pendaftaran tanah ini

menghasilkan tanda bukti sertifikat yang diberikan kepada pemegang hak.51

Sistem sewa yang dilakukan oleh perkebunan Soembool kepada pemeritah Hindia

Belanda berupa sewa lahan kasar (belum menjadi lahan perkebunan), sekitar 500

bahu, terletak di lereng selatan Arjuno, di ketinggian 800 sampai 1500 mdpl, yang

terdiri atas medan glaga, jadi dari longgar, berpasir, dengan lapisan humus yang

kurang lebih tebal.52

Setelah penerimaan tanah oleh penyewa, lahan tersebut diubah menjadi

lahan perkebunan dahulu dan bibit pertama ditanam dengan biji-biji kopi seperti

yang terjadi di sini di semua perusahaan swasta lainnya. Luas lahan perkebunan

50
S. L. W. Van Der Elst, op. cit., hlm. 64.
51
Hukum Barat misalnya, Hak erfpacht dilakukan pendaftaran tanah dengan tujuan
memberikan jaminan kepastian hukum dan menghasilkan tanda bukti yang berupa sertifikat.
Pendaftaran tanah ini dikenal dengan Rechts Cadaster atau Legal Cadaster. Lihat: Urip Santoso,
op, cit., hlm. 23
.
52
S. L. W. Van Der Elst, op. cit., hlm. 62

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


76
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

membentuk persegi-persegi di tingginya yang sama. Kemudian diambil beberapa

petak tanah hingga manjadi 720 bouw di dalam perkebunan tersebut.53

Penanaman kopi tersebut bertumbuh subur di Malang, akan tetapi, tidak

memungkiri pula terdapat ganggun yang merusak perkebunan oleh semut dan

cacing putih. Penyebabnya sudah jelas dan bisa dihindari, yakni mengendalikan

kelembaban area di sekitar tanaman. Caranya, pangkas cabang dan atur posisi

tanaman hingga kelembaban tidak terlalu rendah. Dikatakan lagi bahwa lahan

perkebunan kopi baru tidak dapat berspekulasi mengenai tingginya harga pasar.

Dalam sebuah artikel surat kabar Algemeen Handelsblad harga pada saat itu,

harga kopi f 45 per pikul, untuk tahun-tahun 1880an, meskipun dasar perhitungan

bisa diasumsikan.54

Perkembangan lahan perkebunan akibat kebijakan tersebut, telah benar-

benar membuka afdeling Malang menjadi kawasan yang industri perkebunan.

Perkebunan telah membuat kawasan Malang menjadi sasaran investor asing yang

ingin menanamkan modal di bidang perkebunan, terutama di kawasan Malang

Barat, Tenggara, dan Selatan.

2. Tenaga Kerja dan Buruh Perkebunan Kopi

Ada sebuah komite yang menangani produksi, prosesing dan distribusi

kopi. Fungsi penegak hukum dijalankan oleh polisi, jaksa dan petugas pengadilan.

Ada tiga orang polisi ditempatkan di setiap kawedanan untuk membantu wedana.

53
Ibid., hlm. 63
54
Algemeen Handelsblad, 12 Agustus 1880.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


77
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gedung pengadilan dan penjara hanya terdapat di Distrik Kotta Malang. Jenis

kriminalitas pada waktu itu masih terbatas pada pencurian dan penyelewengan

petugas. Sebagian besar pelaku penyelewengan adalah petugas yang memiliki

peran penting dalam lalu-lintas barang hasil perkebunan seperti mandor gudang

kopi.55

Tahun 1860-an dan 1870-an, para pengusaha perkebunan swasta mulai

mengadakan perjanjian dengan buruh. Selain itu, mereka juga melakukan

perjanjian tanah baik dengan perorangan maupun desa-desa. Bagi para pengusaha

perkebunan swasta hal ini mengandung keuntungan dan kerugian.56

Keuntungan terletak pada kenyataan akan rendahnya tingkat upah yang

sedang berlaku dan mereka dapat terus bersaing di pasaran dunia. Kerugiannya

untuk sementara itu melebihi keuntungan. Kerugian timbul karena masalah-

masalah mengenai cara perekrutan semua menuju ke arah kembali pada paksaan.

Paksaan tersebut biasanya menggunakan tokoh-tokoh penguasa tradisional

sebagai perantara dalam proses itu.57 Pengusaha perkebunan harus memberikan

uang lebih untuk perekrutan tersebut.

Perekrutan tenaga kerja tidak semudah yang diharapkan oleh pihak

pemilik modal. Hal tersebut dikarenakan perekrutan masih menggunakan cara

lama. Baru pada awal perbaikan sistem tanam paksa kemajuan pesat mulai

55
R. Reza Hudiyanto. Menciptakan Masyarakat Kota: Malang di bawah Tiga Penguasa
1914-1950 (Yogyakarta:Lilin, 2011), hlm. 52.
56
S. L. W. Van Der Elst : Staats-koffiecultuur of Java, Soerabaia gebrs, Gimberf, hlm.
64.
57
Rikardo Simartama, op. cit. hlm. 63.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


78
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

muncul. Penguasa setempat mempromosikan tenaga kerja bayaran yang “bebas”

tanpa paksaan. Menjelang 1880, tenaga kerja bayaran (Wage Labour) berjumlah

separuh dari tenaga kerja sektor jasa di Jawa secara keseluruhannya. Industri

perkebunan tumbuh pesat di Jawa Timur hampir dua pertiga sektor jasa diisi

tenaga-tenaga kerja bayaran dengan upah f 0,25.58

Pada awal 1885-an terjangkitlah hama yang melanda tanaman kopi.

Akibat dari itu, mengurangi pendapatan upah dan pembayaran hasil panen

penduduk. Pengusaha perkebunan menurunkan tingkat upah buruh dan

mengurangi jumlah uang sewa tanah. Hal tersebut membuat para buruh harus

bersedia untuk menerima upah buruh dengan harga dan syarat-syarat yang

sebelumnya tidak dapat mereka terima.59

Sekitar tahun 1885-1900 di perkebunan kopi juga mengalami pasang

surut sosial ekonomi. Sekitar tahun 1890an, terjadi konservasi budidaya wajib

kopi mulai dilakukan di bagian-bagian tanah Distrik Kotta Malang,

Penanggungan, dan Ngantang. Kondisi upah para buruh perkebunan kopi di

Malang tidak mempertimbangkan. Para buruh diupah sewenang-wenang oleh

pihak perkebunan. Gaji para buruh dihitung f 2,50 per pikul, nilai tersebut sama

dengan pengusaha membayar uang sewa perkebunan di 1 bouwnya60 di kawasan

Gondang Legi. Penanam harus memberikan hasil produk kopi untuk diberikan

58
M.R Fernando, “Pertumbuhan Kegiatan Ekonomi Non Pertanian Pribumi Di Jawa
1820-1880” dalam J Thomas Lindblad (ed.), “Sejarah Ekonomi Modern Indonesia, Berbagai
Tantangan Baru” (Jakarta:LP3ES. 2000) hlm 145.
59
A. van Schaik, op.cit., hlm. 22-23.
60
Kira-kira 7 m2.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


79
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kepada pemerintah. Para investor membudidayakan kopi walaupun masyarakat

tidak benar-benar kompeten dalam melakukan budidaya tanaman kopi, sebab

kesejahteraan rakyat tidak terjamin dan makin miskin.61

Para pencari tenaga kerja seringkali adalah para kepala desa atau atau

tokoh-tokoh peguasa pribumi lainnya. Uang muka biasanya diberikan terlebih

dahulu untuk mencari tenaga kerja, tetapi seringkali buruh tidak masuk bekerja

seperti yang telah disepakati. Akibatnya, berbagai tekanan harus digunakan oleh

para pengusaha. Pengadilan resmi berlangsung lambat dan tidak memadai, lebih

efektif apabila dengan menggunakan orang-orang kuat untuk memaksa para

pekerja (perkebunan).

Struktur birokrasi pemerintah Hindia Belanda di bidang perkebunan juga

berperan penting dalam produksi perkebunan. Nama-nama pemegang birokrasi

jabatan tahun 1898 di Karesidenan Pasuruan sebagai berikut:62

1. Kepala Residen: A. Salmon Vzn

2. Asisten Residen di Malang: E. Constant

3. Bupati Malang: Raden Toem. Ario Noto di Ningrat

4. Kontroler Malio Ardjo: J. F. Van benthem van den bergh

5. Kontroler Kotta Malang: J. Van der Dussen

6. Kontroler Gledangan: Th. Halkema

7. Kontroler Soember Agoong: G. Kaulbach

8. Kontroler Soember Manggis: H.J de Kempenaer

61
Gouvernement en Particuliere Koffie-cultuur, Koleksi Perpustakaan Nasional.
62
Malangsche Landbouw Tentoonstelling 1898, Koleksi Perpustakaan Nasional.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


80
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

9. Kontroler Soember Redjo: B. J. Kluvers

10. Kontroler Poerwodadie: A. Lisnet

11. Kontroler Goenoeng Sarie: H. Elink Schuurman

12. Kontroler Soeka Rame: F. D. Utermark

13. Kontroler Alas Tledek: C.A. versteegh

14. Kontroler Wonokoio: C. Suermondt

Kontroler disini memiliki jabatan yang penting dalam mengawasi

perkebunan. Posisi tersebut berada di bawah asisten residen di dalam struktur

pemerintahan. Tugas seorang kontroler sebagai mengkontrol regulasi hasil kopi

dan mengawasi kinerja mandor perkebunan.

Bagan 1: Struktur Birokrasi Pemerintah Lokal Hindia Belanda.

Residen

Asisten Residen Bupati

Kontroler Wedana

Aspirin Kontroler Asisten Wedana

Lurah/Bekel

Buruh perkebunan digunakan sebagai tenaga kasar atau dibebani

pekerjaan berat di lokasi perkebunan. Kegiatan para buruh di perkebunan antara

lain pembibitan, penanaman, pemetikan, pengangkutan serta pengeringan kopi.

Buruh kopi terdiri dari buruh laki-laki, buruh perempuan atau terkadang satu

keluarga.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


81
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Buruh laki-laki memiliki fisik yang kuat untuk diletakkan di posisi

mengolah tanah hutan, pengangkutan serta pengeringan. Selain itu, biasanya

pengeringan kopi hasil perkebunan dilakukan di komplek pabrik. Komplek

tersebut tidak hanya digunakan sebagai pengeringan, tetapi juga sebagian

digunakan sebagai tempat pembibitan pohon baru. Para buruh kopi tersebut

dipantau secara langsung oleh pegawai pribumi maupun mandor setempat.

Gambar 7: Seorang Mandor yang Mengawasi Perkebunan di Pegunungan Kawi


Sumber: http://media-kitlv.nl/all-
media/indeling/detail/form/advanced/start/9?q_searchfield=koffie+, diakses pada
tanggal 19 Desember 2017.

Sumber foto yang ditemukan di website KITLV, penjelasan gambar di

atas tidak menyebutkan tahun peristiwa. Akan tetapi penulis menganalisis dari

gambar tersebut terlihat seseorang menggunakan pakaian yang digunakan serta

kondisi di perkebunan. Terlihat perkebunan kopi masih mengunakan alat manual

dengan menggunakan tenaga manusia dalam pengeringannya. Para buruh kopi di

perkebunan Malang hanya mengeringkan hasil panen kopi di bawah sinar

matahari. Pegawai pribumi hanya memantau pekerjaan buruh kopi tersebut.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


82
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Ketika itu sudah banyak mesin diimpor dari Eropa untuk memenuhi kebutuhan

produksi komoditi ekspor. Namun mesin-mesin tersebut mayoritas didatangkan

untuk memenuhi kebutuhan produksi pabrik gula bukan kopi.

Buruh perempuan memiliki karakter lebih telaten digunakan tenaganya

dalam memetik kopi. Buruh perempuan tersebut membawa gendongan berupa

bakul.63 Hasil pemetikan kopi kemudian dikumpulkan untuk memudahkan

pengangkutan. Kegiatan buruh perempuan di perkebunan kopi Jawa Timur semua

hampir sama. Tidak terkecuali buruh perempuan perkebunan kopi di Malang.

Gambar 8: Buruh Perempuan sedang Memetik Kopi di Pegunungan Kawi


Sumber: http://media-kitlv.nl/all-
media/indeling/detail/form/advanced/start/62?q_searchfield=koffie+, diakses pada
tanggal, 19 Desember 2017.

Di perkebunan kopi Malang tenaga produksi antara lain buruh kopi,

mandor kopi, kontroler, admistrator. Mandor kopi ialah dia yang berwenang

63
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bakul adalah wadah atau tempat
terbuat dr anyaman bambu atau rotan dng mulut berbentuk lingkaran. Sedangkan bagian bawahnya
berbentuk segi empat yg ukurannya lebih kecil daripada ukuran bagian mulutnya. Bakul tersebut
digunakan untuk mempermudah buruh untuk menaruh kopi yang dipetik

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


83
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dalam pengaturan terhadap buruh kopi. Sedangkan kontroler yaitu berada diatas

mandor yang mengkontrol regulasi kopi. Sedangkan administrator sebagai

pengawas layanan bangunan.64 Masing-masing upah yang diterima masing-

masing jabatan berbeda. Pegawai perkebunan dengan buruh kasar perkebunan

tidak sama yaitu gaji pegawai perkebunan lebih banyak.

Tabel 11
Sebagian Data Pekerja Perkebunan Kopi Afdeling Malang Tahun 1880.
Distrik Perkebunan Jumlah Pekerja Tetap Rata-Rata
Perawatan Pengeringan Buruh pekerja
lahan biasa66 keseluruhan65
Gondang legi Tanah 77 7 6 50-700
Wangi
Limburg67 55 3 60 120-1300
Ampel 12 - 12 60
Gading
Sengguruh Bumi Ayu 61 1 - 50-100
Madu Rejo 58 5 1 15-80
Sukorejo 20 - 6 100-250
Penanggungan Gangsiran 55 - 16 75-700
Karang Lo Wonosari 22 - - 100-300

Sumber: Lisjt van I. Particuliere Ondernemingen in Nederlandsch, Pasoeroean


No. 62.5, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia.

64
Koran Het nieuws van den hag voor nederladsch indie, tanggal 16 Septemper 1919.
65
Rata-rata pekerja keseluruhan tersebut bisa dikatakan dengan pekerja musiman. Para
ondernemers membuka pekerja bagi penduduk sekitar perkebunan kopi untuk dipekerjakan
sebagia pemetikan kopi bagi perempuan menerima gaji f 2 per pikul dan bagi laki-laki biasanya
beraktivitas untuk penanaman bibit kopi dan pengelolaan lahan menerima gaji f 3 per harinya
(tidak disebutkan berapa lama durasi dalam bekerja). Lihat: Cultures in Nederlandsch Oost-Indie,
Kolonial Verslag 1891, koleksi Perpustakaan Nasional, hlm. 25.
66
Buruh biasa disini tercantum orang-orang yang mengurusi produksi kopi hingga
pengiriman menuju pelabuhan Surabaya.
67
Kawasan Limburg merupakan kawasan di Gondang Legi tepatnya sekarang di
sekitaran desa Sidorejo kecamatan Gondang Legi Kabupaten Malang.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


84
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Salah satu perkebunan kopi terbesar di Afdeling Malang adalah

perkebunan kopi di Limburg. Perkebunan tersebut dikelola menggunakan tenaga

kerja banyak sekitar 120-1300 pekerja termasuk juga buruh perkebunan. Beberapa

juga ada perkebunan yang masih tahap pembangunan sehingga yang diutamakan

adalah tenaga kerja dalam pengelolaan lahan seperti perkebunan di Distrik

Sengguruh, Penanggungan, dan Karang Lo. Perkebunan-perkebunan kecil yang

masih belum memiliki tenaga kerja dalam pengiriman dan pengeringan kopi

biasanya menjual kopi dalam bentuk mentahan atau masih berupa biji kopi segar.

N. V. Koffiepellerij merupakan salah satu pengepul tanaman kopi yang masih

mentah dan memprosesnya menjadi kopi bubuk yang siap dijual untuk disajikan

dalam bentuk minuman.68

3. Produksi Kopi

Hasil kebijakan kolonial liberal yang baru pada awalnya sangat

spektakuler. Hal tersebut karena sejalan dengan harapan nilai ekspor yang

mencapai 47 juta gulden pada awal kebijakan dilaksanakan. Di Malang

pertumbuhan sektor perkebunan juga cepat pada tahun 1975-1880an awal.

Meningkatnya jumlah pengusaha dan perusahaan perkebunan berdiri di Malang

pada tahun-tahun ini hingga mencapai penghasilan 169 juta gulden membuktikan

lahan di afdeling ini subur dan cocok sebagai tempat investasi yang

menjanjikan.69

68
R. Reza Hudiyanto, op. cit., hlm 44-45.
69
A. Van Shaik, op. cit., hlm. 17

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


85
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Perubahan cepat yang dirintis pada masa R.A.A Noto Adiningrat II

semakin dipercepat pada saat pemerintahan Raden Adipati Aria Notodiningrat III

(1884-1894). Sekalipun trend harga kopi mulai menurun di pasar dunia,

pernanaman kopi masih terus berlangsung. Kawasan perkebunan kopi terpusat di

Kota Malang, Penanggungan, dan Ngantang. Selama satu tahun (1901), penduduk

di kawasan distrik Kota Malang, Penanggungan, dan Ngantang mampu menyetor

3831 pikul kopi. Tidak seperti industri gula yang padat modal dan teknologi

tinggi, industri kopi relatif lebih sederhana.70

Biji kopi dipanen oleh petani kemudian diserahkan ke pengumpul. Dalam

hal ini, petani merupakan kelompok terbawah dalam hirarki produksi. Level di

atas petani adalah mantri kopi. Mantri kopi bertugas menerima setoran dari petani

untuk kemudian diproses di tempat pen-sangrai (koffieverbranding) untuk

kemudian digiling (koffiepellerij). Setiap mantri mengangkut kopi dari ladang ke

penggilingan mereka memperoleh uang jalan. Untuk mantri kelas I memperoleh

uang jalan sebesar f 15. Disamping itu, mantri kelas 1 memperoleh upah f 60 per

bulan. Dengan demikian mereka mendapat upah f 75 rupiah.71

Dalam struktur organisasi perkebunan (onderneming) kopi, posisi

tertinggi ada pada pemegang lisensi. Pemegang usaha pengsangrai72 dan

70
Reza Hudiyanto, op. cit., hlm. 98. Perawatan komoditi gula dapat dikatakan lebih
rumit karena membutuhkan sistem irigasi (pengairan banyak) dan pemupukan yang intensif.
Komoditi kopi cenderung sederhana karena hanya mengawasi pepohonannya agar tidak terkena
penyakit daun daun.
71
Koran Tjahaja Timoer, 19 November 1917.
72
Penggorangan kopi tanpa minyak

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


86
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

penggilingan kopi ini hanya boleh menjalankan usaha setelah mendapat lisensi.

Pemegang lisensi itu berfungsi sebagai leveransir. Perusahaan leveransir ini

merupakan pihak yang paling memperoleh keuntungan dari perkebunan kopi.

Beberapa pemegang lisensi leveransir kopi itu antara lain:73

73
Reza Hudiyanto, op. cit., hlm. 44-45.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


87
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 12
Daftar Pemegang Lisensi pada Tahun 1901
Nama Rayon Tempat Jumlah kopi (dalam pikul)
Pemegang Pengumpulan Setoran Setoran Total
Lisensi Pertama Kedua
N.V. Kota Malang Wagir 694 19 713
Koffiepellerij Penanggungan Sisir 1784 16 1800
Sisir (Batu) Ngantang Ngroto 1297 21 1318
F. Godia Karanglo Karangan 541 5 546
G.C. Pakis Tumpang 538 8 534
verstege
G.C. Verhey Senggoro Magoewan 1034 28 1062
P.D. Vreede Tengger Andosari 38 28 40
Total 5915 97 6013

Sumber : Reza Hudiyanto, Menciptakan Masyarakat Kota Malang di Bawah Tiga


Kekuasaan 1914-1956 (Yogyakarta: Lilin, 2011), hlm. 44-45.

Sisi lain dari kegiatan produksi kopi di Malang adalah munculnya

aktivitas dan lembaga tambahan. Proses penanaman, distribusi, dan pengepakan

itu menuntut adanya sebuah pengawasan, terutama berkait dengan tol dan

monopoli penjualan kopi. Pertengahan abad XIX, penduduk bumiputra telah

mampu mengembangkan perkebunan kopi di lahan mereka sendiri, terutama yang

berasal dari distrik Pakis dan Penanggungan. Di daerah tersebut banyak penduduk

yang bisa mendapatkan 100 hingga 200 pikul kopi dari kebunnya sendiri dengan

mengirimkan produk itu ke gudang pemerintah. Pada tahun 1910-an, kawasan

sekeliling alun-alun Malang masih didominasi oleh gudang kopi. Pada umumnya

penanaman kopi tidak hanya dilakukan dalam lingkup industri namun juga

dilakukan oleh rakyat, terutama di kawasan pinggiran hutan. Penyebaran penyakit

bladziekte membuat produksi kopi mengakhiri masa keemasan pada tahun 1910.74

74
Koloniaal Verslag, 1911, Koleksi Perpustakaan Nasional.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


88
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Terjadinya penyebaran penyakit daun yang membuat produksi kopi

menurun pada waktu itu, membuat sebagian perkebunan kopi rugi. Akan tetapi

pada tahun 1913 dan 1914 tidak menyurut beberapa perkebunan kopi masih dapat

memproduksi kopi.

Tabel 12
Hasil Produksi di Afdeling Malang Tahun 1913-1914
Wilayah Hasil Produksi 1913 Target Produksi 1914
Liberia Java Robusta Liberia Java Robusta
Alas - - 500 - - 500
Bandoeng Lor
Alas Tledek 80 1574 56 125 1100 50
Bandoe Ardjo 2 262 622 - 300 700
Bandoe Roto 65 1150 300 100 1300 500
Bantoer 13 10 475 - - 1300
Donowari en 1 58 119 - - 400
Redjosari
Gabes - - - - 10 -
Gledagan en 162 225 748 50 75 225
Pantjoer
Gloesing Lor 35 - 460 100 - 400
Goenoeng - - - - - -
Ringgit
Goenoeng Sari 460 - 3550 250 - 1750
Kali Bakar 500 1250 2700 325 2500 2700
Lor
Kali Glidik 40 300 1250 10 750 3000
Kali Klepoe - 330 - - 1500 -
Kali Padang - - 4190 - - 2000
Kali tello 41 1268 485 150 1500 1500
Lebak Lor en - - - - - -
Lebak kidoel
Lebak Roto 250 - 1900 100 - 2600
(Geneng)
Limburg 91 145 800 100 1500 2500
(Barek en
Tanah
Wangie)
Madoe Ardjo - - 1056 100 - 2600
Malio Ardjo 15 2175 4500 10 1000 5500
Ngredjo 5 - 2460 10 - 1500

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


89
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pantjoer Sarie 275 165 2233 100 300 3000


Patoeng Ombo 75 700 2100 50 1000 2500
Poerbojo - - 426 - - 1000
Poewodadi 30 80 500 - - 1000
Soekorame 350 217 1070 250 800 500
Soember 700 - 1700 800 - 750
Aroem
Soember 370 1093 604 250 2250 1000
Bokor
Soember 450 220 1685 160 1000 2700
Djeroe
Soember 15 - 1875 10 - 2500
Doeren
Soember 500 500 1780 500 6500 1000
Kerto
Soember - 3 700 - - 1500
Mandjing
Soember 200 685 1425 50 650 1800
Manggis
Kidoel
Soember Mas 350 - 3100 200 - 1200
Soember Pakel - - 665 - - 125
Soember 12 - 1762 25 - 2000
Perkoel
Soember - - 2125 - - 2000
Petoeng
Soember 130 170 1600 - - 2500
Sengkareng
Soember - - 261 - - 1150
Soeko en
Tangkep
Soember 92 931 1648 50 750 1550
Telogo
Soember - - 7000 - - 8000
Tjoeling
Soempit - 724 249 - 300 450
Oerang
Sonowangi 300 - 1900 125 - 1650
Telogo Tedjo 1126 319 3951 450 - 1650
en Wonosari
Telogo Sarie 279 24 524 200 500 800
Tempoer 300 318 778 200 300 1000
Sewu
Tretes 5 193 3646 - 350 3000
Panggoeng

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


90
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Wonokerto - 230 3800 - - 3500


Wonokoio en 115 - 7405 100 - 6000
Ampel Gading
Wonolopo 70 116 321 120 600 2000
Wiringin - 2510 1275 - 4000 2000
Anom en
Soember
Agoeng
Total 7504 17945 84282 4965 31015 89550

Sumber: Lidgerwood M. F. C., Koffie Statistiek voor Java en Sumatra 1914.

Di atas merupakan data wilayah yang memiliki potensi untuk

memproduksi kopi. Wilayah yang paling subur untuk mengembangkan

perkebunan kopi yakni wilayah Wonokoio dan Ampel Gading dengan

memproduksi kopi 7405 pikul, di ikuti wilayah Malio Ardjo dengan memproduksi

kopi 4500 pikul. Beberapa perkebunan kopi juga ada yang tidak lagi

memproduksi kopi karena para pengusaha kopi telah menutup perkebunannya

sebab penyakit kopi yang terjadi, seperti di wilayah Lebak Lor, Lebak kidul, dan

Gunung Ringgit

4. Harga Kopi dan Distribusi Kopi

Berbagai jenis kopi yang ditanam di perkebunan kopi Malang tidak

semuanya mampu bertahan. Di antaranya yang mampu bertahan dari penyakit

adalah jenis Liberia dan jenis Robusta. Tanaman kopi tersebut awalnya diimpor

kemudian dilanjutkan dengan budidaya sendiri oleh penduduk di perkebunan.

Kopi Liberia tumbuh di Hindia Belanda sejak 1875. Pada mulanya harga jenis ini

lebih murah dari pada kopi Arabika dengan kualitas rendah. Sekitar tahun 1900

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


91
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kopi Liberia semakin terbatas, kemudian pada waktu yang sama kedua jenis ini

berangsur-angsur pindah kopi Robusta. Kopi Arabika dan Liberia kedua-duanya

terbukti tidak tertanam dengan baik.

Tabel : 14
Harga Kopi Jawa, Liberia dan Robusta 1912-1925
Tahun f per kilogram
Jawa Liberia Robusta
1912 0,94 0,95 0,745
1913 0,90 0,95 0,68
1914 0,82 0,95 0,53
1915 0,85 0,95 0,64
1916 0,85 0,95 0,64
1917 0,85 0,72 0,44
1918 0,73 0,84 0,32
1919 1,22 0,91 0,95
1920 1,30 0,83 0,74
1921 1,18 0,79 0,45
1922 1,27 0,79 0,57
1923 1,08 0,91 0,68
1924 1,38 1,06 0,85
1925 1,20 1,08 1,02

Sumber: W.L Kortals Altes. changing economi in indonesia. Volume 15 prices


(non prices) 1814-1940 hlm 72

Indeks harga jangka panjang pada dasarnya harga diperkenalkan pada

tabel ini. Nilai statistik perdagangan dari bermacam-macam jenis kopi dalam

bentuk biji kopi (tanpa kulit) 1912-1925.75 Hasil panen kopi yang sudah

dikeringkan di Malang berupa gelondongan. Selanjutnya ditimbun dan diletakkan

digerobak kereta api. Kemudian dibawa ke pelabuhan Surabaya yang kemudian

didistribusikan ke beberapa negara dalam bentuk kopi gelondongan. Harga kopi di

masing-masing wilayah mengalami beberapa perbedaan. Harga kopi yang


75
W.L Kortals Altes. Changing Economi in Indonesia Volume 15 prices (non prices)
1814-1940. hlm 72.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


92
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dijadikan sebagai dasar harga kopi di Hindia Belanda. (lihat tabel 15). Harga kopi

cenderung tetap naik dan tinggi menjadi salah satu alasan pemilik modal

mempertahankan perkebunan kopi.

Pada tahun 1915 jenis Robusta harga kopinya bulan Oktober f 58 sampai

f 60 per pikul Jenis kopi Liberia memasok pada bulan November f 58 sampai f.62

per pikul dibayar. Jenis kopi Jawa pada bulan November f 60 sampai f 64 per

pikul. Menunjukkan bahwa pada bulan diatas harga bisa dikatakan tinggi.

Sedangkan harga kopi Robusta di pelabuhan Surabaya berbeda dengan yang ada

di Batavia. Kopi Robusta Surabaya memiliki harga dengan standar sendiri.

Tabel 15
Harga Kopi Robusta Surabaya per 100 kg 1913-1921
Tahun Harga (f) Tahun Harga (f)
1913 61,68 1922 63,86
1914 48,88 1923 77,85
1915 64,44 1924 96
1916 89,76 1925 105,19
1917 41,98 1926 97,38
1918 37,12 1927 83,56
1919 95,83 1928 88,93
1920 76,32 1929 89,57
1921 47,86 1930 52,90

Sumber: W.L Kortals Altes. changing economi in indonesia. Volume 15 prices


(non prices) 1814-1940 hlm 96-98.

Pasang surut harga kopi juga terjadi pada kopi di Surabaya. Terlihat pada

tahun 1913 hingga 1919 harga kopi mengalami fluktuasi yang sangat signifikan.

Selama rentang waktu tujuh tahun tersebut naik turun harga kopi sangat dinamis.

Dimana harga kopi yang tahun 1913 f 61,68 kemudian naik menjadi f 95,83.

Kemudian antara tahun 1920 hingga 1925 harga kopi mencapai puncaknya yaitu

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


93
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mencapai f 105.19. kemudian perlahan-lahan turun akibat adanya krisis malaise

pada tahun 1930. Dimana harga kopi Surabaya hanya mencapai f 52,90 dipasaran.

Produksi kopi yang dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan tersebut

kemudian didistribusikan ke Surabaya. Hal tersebut dikarenakan Surabaya sebagai

pelabuhan yang ada di Jawa Timur berskala internasional. Poses akses ekspor

impor pemerintah kolonial memanfaatkan pelabuhan Surabaya. Setelah kopi

dipetik oleh buruh perempuan di perkebunan Malang. Kemudian kopi tersebut

diangkut oleh lori-lori yang dilanjutkan pada proses pengeringan kopi.

Selanjutnya setelah kopi-kopi tersebut kering, maka siap untuk dibawa ke dataran

rendah. Supaya bisa diangkut kereta api atau trem menuju ke pelabuhan

Surabaya.76

Beberapa transportasi lokal yang sudah berkembang antara lain dokar,

gerobak dan lori. Transportasi jarak jauh sudah menggunakan trem dan kereta api.

Transportasi-transportasi tersebut selain digunakan sebagai transportasi

pengangkut pengangkut hasil bumi. Transportasi dokar digunakan di Malang

sebagai alat pengangkut hasil bumi.

Masyarakat juga menggunakan gerobak dalam alat pengangkut barang

hasil bumi (termasuk kopi). Koran kolonial Het Nieuws van Den Hag voor

Nederladsch Indie tahun 1919 memberitakan adanya gerobak pengangkut

tanaman kopi di lintasan kereta api.77 Transportasi lainnya ialah lori. Lori adalah

transportasi modern yang memiliki jalur rel satu arah dengan bentuk ramping.

76
Purnawan Basundoro, Dua Kota Tiga zaman: Surabaya dan Malang Sejak Kolonial
sampai kemerdekaan (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011), hlm. 242.
77
Koran Het nieuws van den hag voor nederladsch indie, tanggal 16 September 1919.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


94
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Seorang mengemudikan lori disela-sela perkebunan kopi. (Lihat Gambar 9). Hal

tersebut menunjukkan bahwa jalur dari tujuan lori berada di pegunungan sampai

dataran rendah. Pengemudi lori tersebut mengangkut hasil-hasil perkebunan yang

kemudian membawanya menuju ke bawah gunung. Kegiatan tersebut digunakan

untuk memudahkan pengangkutan hasil bumi khususnya kopi agar mudah dibawa

ke kereta api.

Gambar 9: Kereta Api di Malang


Sumber: http://media-kitlv.nl/all-
media/indeling/detail/form/advanced/start/1?q_searchfield=tram, diakses pada
tanggal 19 Desember 2017.

Malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah

kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya trem pada tahun 1900-

an. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang

gerak melakukan berbagai kegiatan. Malang yang ramai akibat banyaknya

pendatang yang bertempat tinggal dan menetap di Malang ditambah lagi dengan

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


95
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

hasil alam dan perkebunan yang melimpah, pemerintah kolonial telah

mengizinkan pihak swasta untuk membuka jalur trem di Malang dan sekitarnya.

Hasil panen dari perkebunan dibawa ke pabrik untuk diolah lebih lanjut, setelah

diolah dipabrik menggunakan trem lagi untuk membawa hasil olahan tersebut dari

pabrik ke stasiun yang setelah itu diangkut oleh kereta.

Rangkaian trem penumpang yang ditarik oleh satu lokomotif uap mulai

beroprasi sejak tahun 1897 mulai dioperasikan dengan rute antara stasiun trem

Jagalan dan stasiun trem Bululawang yang berlokasi di Malang dan sekitarnya.

rute 11 kilometer tersebut merupakan rute trem pertama yang dibuka untuk umum

oleh perusahaan trem ini. Selanjutnya pada tahun 1908 jaringan trem uap malang

ini berhasil membangun jalur yang menghubungkan Malang dengan wilayah

wilayah penyangga yaitu daerah Tumpang, Singosari, Dampit, Gondanglegi, dan

Kepanjen dengan rute sepanjang keseluruhan 88 kilometer. Rincian panjang rute

perusahaan trem ini seperti tabel 15 berikut :

Tabel 16
Rincian Panjang Jalur trem Malang 1910
Rute Panjang (Km)
Malang-Gondang Legi-Dampit 37
Gondang Legi-Kepanjen 17
Tumpang-Singosari 23
Malang-Blimbing 6
Beberapa Percabangan 5

Sumber: Tim Telaga Bakti Nusantara. Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid I


(Bandung: Angkasa, 1997), hlm. 176.

Layanan angkutan barang perusahaan perkeretaapian menjadi prioritas

utama untuk mendistribusikan menuju Pelabuhan Surabaya. Mengingat Malang

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


96
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

memiliki perkebunan yang banyak dan bermacam varietas perkebunannya,

membuat hasil kebun yang diangkut trem juga bermacam-macam. Sejak tahun

1879 perusahaan ini mengangkut ratusan hasil perkebunan dan hasil bumi.

Barang-barang yang diangkut perusahaan trem ini adalah barang pecah belah,

pembongkaran gedung, akarwangi, biji kakao, karbid, jagung, amoniak, rangka

baja/besi, kulit, biji jarak, gambir, kacang-kacangan, semen, batu, kapok, biji

kapok, kedele, kemiri, biji kina, kopi, biji kopi, kluwek, padi, biji padi, pisang,

rotan, barang manufaktur, cabai, pupuk, pohon-pohonan, tebu, tembakau, trasi,

daging, ikan, sulphur, garam, cat removal, kendaraan, alat-alat perkebunan, coral,

gambir, kayu, pasir, minyak, bahan bakar, hewan, kerikil, beras, lada, alat-alat

pabrik dan masih banyak lainnya.78

Hasil panenan kopi yang sudah kering tersebut kemudian di bawa ke

Pelabuhan Kali Mas Surabaya. Semua hasil bumi maupun perkebunan besar di

kumpulkan. Kemudian dikoordinir dengan sistem yang sudah ditata oleh pihak

Kolonial Belanda. Setelah itu didistribusikan ke negara-negara di Eropa maupun

untuk memenuhi kebutuhan pihak pemerintah kerajaan Belanda Tujuan-tujuan

ekspor tersebut juga tidak terlepas dari harga-harga kopi yang tinggi. Harga kopi

Robusta per 100 kg tahun 1913=61,68 Gulden, tahun 1928=88,93 Gulden, tahun

1929=89,57 Gulden, tahun 1930=52,90 Gulden.79

Walaupun terjadi pasang surut harga kopi di pasaran. Namun keuntungan

yang diperoleh pihak perkebunan juga masih terbilang tinggi. Kopi tetap ditanam
78
Verslag Malang Stroomtram Maatschappij Over Het Jaar 1911. Bijlage E.
79
Harga-harga tersebut diperoleh dari artikel perdagangan Surabaya tahun terkait.
Diolah dari “Indisch Verslag” 1931 statistisch Jaaroverzicht van Nederlandsh Indie Over het jaar
1930.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


97
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dan dipasarkan ke dunia internasional. Perkebunan kopi di Malang merupakan

salah satu perkebunan penyalur kopi ke Surabaya. Akan tetapi belum diketahui

secara jelas berapa banyak presentase dari jumlah kopi yang terkumpul dari

Malang untuk diekspor. Berikut adalah tujuan ekspor dari Surabaya menuju ke

beberapa negara antara lain:

Tabel 17
Ekpor Kopi dari Pelabuhan Surabaya Tahun 1925-1928
Negara Tujuan 1925 1926 1927 1928
Perancis 16.519 22.320 26.897 32.948
Amerika 9.715 1.636 9.769 24.731
Belanda 20.521 20.916 17.734 20.868
Singapora dan Pinang 9.460 8.799 9.017 6.962
Belgia dan Luxemburg 173 1.533 3.684 5.359
Denmark 2.457 4.814 4.136 5.335
Italia 344 770 783 3.820
Spanyol dan Portugal 6.145 3.065 3.675 3.737
Br. Indie 63 1.679 2.257 3.069
Norwegia 827 967 1.494 1.507
Jerman 73 143 289 1.053
Jepang dan Korea 581 719 890 827
Afrika Selatan - - 144 755
Australia dan New 986 854 1.027 743
Zealand
Philipina 257 137 425 684
Swedia 275 389 890 646
Britania dan Irlandia 351 99 96 300
Mesir 469 189 310 247
China 86 100 145 193
Z. Afr. Unie 97 85 397 131
Canada 34 187 62 116
Lainnya 139 120 260 236
Total 69.572 74.019 84.381 114.26
7

Sumber: Mededeeling van de Afdeling Landbouw, monographie over de


bevolkingskoffiecultuur in nederlandsche-indie. Koleksi Perputakaan Nasional

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


98
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Ekspor kopi terbanyak adalah menuju ke negara Denmark dan Belanda,

serta negara-negara bagian Amerika. Singapura dan Pinang merupakan wilayah

yang memiliki pelabuhan dengan lokasi strategis, sekaligus menjadikan tempat

pusat perekonomian dunia pada saat itu. Jumlah yang lebih rendah secara umum

kopi di kirim menuju Perancis. Presentase kenaikan masih lebih terasa di Belgia

dan Italia, Italia, Inggris dan Jerman. Kenaikan ekspor yang tiba-tiba ke amerika

serikat juga sangat luar biasa80

Terjadinya depresi ekonomi pada tahun 1930, memberikan dampak

kepada mayoritas sektor baik industri, perdagangan maupun perkebunan. Karena

Indonesia merupakan negara agraris dan merupakan pengekspor bahan-bahan

mentah, membuat Indonesia relatif lebih sensitif terhadap kemerosotan ekonomi

dibanding negara-negara lain yang berada pada kondisi yang berbeda. Harga

produk-produk ekspor jatuh secara drastis, lebih dari harga barang-barang

impor.81 Perkebunan yang ada di Afdeling Malang pada tahun 1880 yng mencapai

30 perkebunan. Perkebunan kemudian berkembang pesat pada tahun 1916 yang

mencapai 98 perkebunan. Hingga menuju krisis malaise tinggal 62 perkebunan

yang tersisa tahun 1930.82

80
Mededeeling van de Afdeling Landbouw, monographie over de
bevolkingskoffiecultuur in nederlandsche-indie, Koleksi Perputakaan Nasional.
81
Ge Prince. “Kebijakan Ekonomi di Indonesia 1900-1942” dalam J Thomas Lindblad
(ed). “Sejarah Ekonomi Modern Indonesia, Berbagai Tantangan Baru” (Jakarta:LP3ES, 2000),
hlm. 241-242.
82
Djawatan Penerangan Repoeblik Indonesia Djawa Timoer (Surabaja: DP. RI. Prop.
Djawa Timoer, 1953), hlm.427-431. Koleksi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa
Timur.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB IV

KESIMPULAN

Jawa Timur utamanya di Afdeling Malang memiliki pegunungan yang

cocok sebagai tempat pembudidayaan kopi. Pada Tahun 1832 pemerintah kolonial

memulai pembukaan lahan di kawasan Malang untuk penanaman lahan

perkebunan kopi dan tidak membutuhkan waktu yang lama kawasan Malang

untuk menjadi kawasan perkebunan. Beberapa tahun kemudian, laju peningkatan

volume produksi kopi meningkat sejak 1830 hingga tahun 1870. Kopi-kopi ini

merupakan tanaman tegalan, hutan, dan tidak begitu menunut kerumitan sistem

irigasi. Oleh karena itu pengembangan lahan perkebunan kopi menjadi lebih

mudah daripada perkebunan tebu yang menuntut infrastruktur irigasi.

Pada tahun 1870, undang-undang Agrarische Wet menjadi pembatas

kekuasaan golongan konservatif untuk menguasai tanah secara penuh di Hindia

Belanda. Penguasa yang lain adalah para pengusaha (ondernemers) yang memiliki

perkebunan. Pada tahun 1874, untuk yang pertama kalinya setelah disahkannya

undang-undang tersebut, perkebunan milik van der Elst di Sumbool Distrik

Karanglo menyewa tanah untuk dijadikan lahan perkebunan kopi. Adanya paham

liberal yang masuk ke Hindia Belanda semakin mendukung akan investor asing

dalam membuka perkebunan-perkebunan baru. Perkebunan-perkebunan kopi

tersebut nyatanya semakin berkembang pada awal 1880-1900an.

Pada tahun 1985-1914, perkebunan kopi sempat dilanda penyakit

Bladziekt yang merusak daun kopi dan mengurangi produksi perkebunan kopi

96
SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI
97
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

hingga merugikan para pekerja atau buruh karena mendapat gaji yang sedikit.

Pada tahun 1900, para peneti mendatangkan kopi jenis robusta yang lebih kuat

daripada sebelumnya (arabika dan liberia) yang mudah terkena penyakit kopi,

sehingga produksi kopi tetap berjalan di Afdeling Malang.

Perkebunan kopi ini juga tidak lepas dari pasang surut akan jumlah

keberadaan perkebunan. Pada taun 1916an menjadi puncak berkembangnya

perkebunan kopi hingga mencapai jumlah 98 perkebunan kopi berdiri. Mendekati

krisis malaise hanya beberapa perkebunan yang mampu bertahan. Perkebunan

tersebut antara lain perkebunan Gledekan Pantjur Soember Pakel, Bajoe-Kidoel,

Soember Tjuling Hal tersebut juga mempengaruhi akan penghasilan buruh kopi

yang juga menurun. Bahkan mereka harus mencari pekerjaan tambahan lain untuk

mencukupi kebutuhan hidupnya.

Perkebunan juga memunculkan permasalahan agraria. Sebelum

masuknya ekonomi perkebunan pada awal abad XIX, tanah di pedalaman Jawa

tidak begitu bernilai ekonomis. Aktivitas perkebunan telah mengubah nilai

sebidang tanah. Seiring peningkatan jumlah penduduk dan keragamaan peluang

pekerjaan yang ditawarkan sektor perkebunan menjadikan proporsi tanah dan

penduduk mulai tidak seimbang. Pertumbuhan kota dan migrasi memunculkan

fenomena perebutan ruang di level perkotaan. Di level pedesaan, perkembangan

perkebunan menciptakan perubahan landscape fisik. Dampak dari aktivitas

industri perkebunan adalah perluasan jaringan jalan. Terbentuknya jaringan jalan

ini telah menyebabkan kondisi frontier Malang menjadi berakhir. Terbentuknya

desa-desa baru sebagai efek dari pembukaan lahan perkebunan merupakan faktor

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


98
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

terpenting dalam perubahan sosial ekonomi di Jawa sistem jaringan jalan yang

menghubungan kota onderdistrik dengan desa-desa di sekelilingnya. Dengan

demikian, perkebunan telah menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi daerah

pedalaman.

Tanah perkebunan yang dipakai oleh perkebunan swasta tersebut

diperoleh dari kesepakatan dengan penduduk. Para pemodal tersebut memberikan

beberapa gulden sebagai ganti sewa tanah. Selanjutnya mereka mengadakan

kontrak kerja kepada penduduk sekitar pegunungan. Di pegunungan yang

berpenduduk jarang tersebut para pemodal memanfaatkan mereka sebagai buruh

perkebunan. Buruh laki-laki biasanya digunakan dalam mengolah tanah,

mengeringkan kopi, serta juru angkat. Buruh perempuan digunakan sebagai

pemetik biji kopi di perkebunan. Karena perempuan bisa lebih telaten dan fisik

mereka mampu untuk kegiatan tersebut.

Selain itu, perkebunan kopi di Malang juga memiliki dampak positif bagi

pembangunan di wilayahnya. Beberapa pembangunan jalan serta pembangunan

sarana-sarana juga dilakukan. Perkebunan telah membuat kawasan Malang

menjadi sasaran investor asing yang ingin menanamkan modal di bidang

perkebunan. Perkebunan ini tersebut di kawasan Malang Barat, Tenggara, dan

Selatan. Para pengusaha ini pada umumnya mencari hiburan di Societeit yang

hanya ada di Kota Malang. Jarak kota dengan Onderneming pada umumnya

sangat jauh sehingga harus menginap. Beberapa hotel berdiri untuk kepentingan

mereka. Ditambah lagi dengan adanya transportasi-transportasi yang mendukung

juga menjadikan perkebunan kopi berkembang. Beberapa diantaranya ialah

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


99
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

gerobak, lori, trem dan kereta api yang menjadi akses distribusi ke pelabuhan

Surabaya.

Sekalipun banyak dampak positif yang dihasilkan dari perkebunan,

aktivitas ini menciptakan degradasi lingkungan. Degradasi itu antara lain

berkurangnya jumlah hutan akibat pelebaran kawasan perkebunan kopi. Dampak

dari penempatan Kota Malang sebagai sentra distribusi dan simpul arus modal

telah berdampak pada perkembangan infrastruktur. Hotel, rumah sakit, sekolah,

villa, dan sarana olahraga beserta infrastruktur pendukungnnya yang merupakan

fasilitas yang diperuntukkan bagi komunitas perkebunan sebagian masih berfungsi

hingga saat ini.

Sebagai penutup, ekonomi pertanian baik sawah irigasi maupun tadah

hujan yang mendominasi penduduk Afdeling Malang telah membentuk karakter

penduduk yang bergantung pada struktur sosial yang berbasis kepemilikan tanah.

Perluasan lahan perkebunan telah menciptakan perubahan landscape sosial.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


100
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Arsip

Cultures in Nederlandsch Oost-Indie Koloniaal Verslag 1890. Koleksi


Perpustakaan Nasional

Cultures in Nederlandsch Oost-Indie Koloniaal Verslag 1890. Koleksi


Perpustakaan Nasional

Govermenement en Particuiliere Koffie-Cultuur. Koleksi Perpustakaan Nasional

Indisch Verslag 1931. Koleksi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa


Timur.

Koloniaal Verslag 1911. Koleksi Perpustakaan Nasional

Koloniaal Verslag 1912. Koleksi Perpustakaan Nasional

Koloniaal Verslag 1914. Koleksi Perpustakaan Nasional

Lisjt van I. Particuliere Ondernemingen in Nederlandsch, Koleksi Arsip Nasional


Republik Indonesia.

Malangsche Landbouw Tentoonstelling 1898, Koleksi Perpustakaan Nasional

Mededeeling van de afdeeling Landbouw, monographie over de


bevolkingskoffiecultuur in nederlandsche-indie. Koleksi Perputakaan
Nasional

S. L. W. Van Der Elst : Staats-koffiecultuur of Java 1874, Soerabaia gebrs,


Gimber.

Verslag Malang Stroomtram Maatschappij Over Het Jaar 1911. Koleksi Badan
Kearsipan dan Perpustakaan Jagir Surabaya.

Buku

Basundoro, Purnawan. 2009. Dua Kota Tiga Zaman Surabaya dan Malang sejak
kolonial sampai kemerdekaan. Yogyakarta:Ombak.

Both, Anne. 1990. Keadaan Ekonomi Indonesia 1966. Jakarta: LP3ES.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


101
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

C. R. Boxer. 1983. Jan Kompeni: Sejarah VOC dalam Perang dan Damai 1602-
1799. Jakarta: Sinar Harapan.

Creutzberg, Pieter. 1987. Sejarah Statistik Indonesia. Yogyakarta: YOI.

De Vries, Egbent. 1985. Pertanian dan Kemaiskinan di jawa, Jakarta: Yayasan


Obor Indonesia dan Penebit PT. Gramedia.

H.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

H.M. Hart. 1939. Exportcultures va 1830-1937. Batavia: Gedrukt Bij de


Cyclostyle Centrale.

Harsono, Boedi. 1986. UUPA, Sejarah Penyusunan, Isi dan Pelaksanaanya,


Bagian I, jilid I, Jakarta: Jambatan.

Haryono. 2014. Reformasi Kebijakan Dalam Perspektif Sejarah Politik Pertanian


Indonesia. Jakarta: IAARD Press.

Hudiyanto, Reza. 2011. Menciptakan Masyarakat Kota Malang di Bawah


kekuasaan. Yogyakarta: Lilin.

J. Van Goor. 1986. Trading Companies in Asia, 1600-1830. Uttrecht : hes


Uitgevers.

Kartodirjo, Sartono dan Djoko Suryo. 1991. Sejarah Perkebunan di Indonesia :


Kajian Sosial-Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media.

Kuntowijoyo. 2000. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya.

---------. 2003. Metodologi Sejarah Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Le Roy, A.A.C. 1928. Opkoop van Bevolkingsriet in de afdeeling Malang


Koloniale Studien 1928. Twaalfde Jaargang. Weltevreden: G.Kolff & Co.

Lindblad, J Thomas. 2000. Sejarah Ekonomi Modern Indonesia, Berbagai


Tantangan Baru. Jakarta:LP3ES.

Luthfi, Ahmad Nashih. 2011. Melacak Sejarah Pemikiran Agraria: Sumbangan


Pemikiran Mazhab Bogor. Yogyakarta: Pustaka Ifada.

Mackie, Jamie. 1997. Perkebunan dan Tanaman Perdagangan di Jawa Timur:


Pola yang Sedang Berubah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


102
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Mubyarto dkk. 1992. Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan Kajian Sosial
Ekonomi. Yogyakarta:Aditya Media.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.

Multatuli. 1981. Max Havelaar atau Lelang Kopi Maskapi Dagang Belanda.
Bandung: Djambatan.

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah


Nasional Indonesia Jilid IV. Jakarta: Balai Pustaka.

---------.1984. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta: Balai Pustaka.

S. L. V. Tan Deb. 1874. Staad-Koffiecultuur op Java. Soerabaija: Gebrs Gimberg.

Santoso, Urip. 2012. Hukum Agraria Kajian Komprehensif. Jakarta: Kencana.

Saputra, Eka. 2008. Kopi:dari Sejarah, Efek bagi Kesehatan dan Gaya Hidup.
Yogyakarta: Harmoni.

Simarmata, Rikardo. 2002. Kapitalisme Perkebunan dan Konsep Pemilikan


Tanah oleh Negara. Yogyakarta: Insist Press.

Spillane, James J. 1990. Komoditi kopi: Peranannya dalam Perekonomian


Indoensia. Yogyakarta: Kanisius.

Suhartono. 1995. Bandit-bandit Pedesaan: Studi Historis 1850-1942 di Jawa.


Yogyakarta: Aditya Media.

Suseno, Franz Magnis. 2001. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis
Ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: Gramedia.

Van Niel, Robert. 2003. Sistem Tanam Paksa di Jawa. Jakarta:Pustaka LP3ES.

Jurnal

Nazaruddin Zainun. 2006. “Depresi Ekonomi Dunia 1929-1935:


Perubahan Dasar Ekonomi, Hala Tuju Dan Involusi Pertanian Di Pulau Jawa”.
Ekuitas. Vol.10 No.1.

Reza Hudiyanto. 2015. “Kopi Dan Gula: Perkebunan Di Kawasan Regentschap


Malang 1832-1942”. Sejarah dan Budaya. Tahun Kesembilan, Nomor 1.

Yuliati. 2012. “Sistem pemerintahan Wilyah Malang Pada Masa Kolonial”.


Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegataan, Tahun. 25, Nomor 1.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


103
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Koran dan Majalah

Het nieuws van den hag voor nederladsch indie, 16 September 1919.

Tjahaja Timoer, 19 November 1917

Tjahaja Timoer, 28 Maret 1929.

De Burgcultures, 18 Januari 1980

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


104
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 1: Staats Koffiecultuur Java 1874

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


105
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


106
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sumber: Sumber: Staats-koffiecultuur of Java, Landbouw, 546, Koleksi Badan


Kearsipan dan Perpustakaan Jagir Surabaya, hlm. 59-62

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


107
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 2: Daftar Perkebunan di Afdeling Malang tahun 1880

Nama Awal sewa


Den Harga
Kecamatan Luas Het
huurtij sewa
(Distrik) wilayah pengusaha lahan erfpachtsreg
d (20 lahan per
t (75 tahun)
tahun) tahun
Tanahwang
Tanahwan 9 Maret
Gondag Legi i-maatsh te 739 f. 5
gi 1876
Amsterdam
Maatschap
pij Limburg 8 Desember
Limburg 1112 f. 4
te 1875
Soerabaya
Ampel 2 Agustus
Reiss & C 504 f. 2.60
Gading 1875
A.H.J.
Petoeng Bloijs van 21 Juni
523 f. 6
Ombo Treslong 1879
Prins.
Id. Id. 465 Id. f. 6
Id. Id. 521 Id. f. 6
Gelderland
C.L. 30 April
(Soember 526 f. 6
Lagerweij 1880
Soeko)
B.A.
Soekorame 672 14 Mei 1880 f. 6
Barkey
J.E.
Soember
Wiederhold 477 21 Mei 1880 f. 6
Manggis
.
20
Soember D.
549 September f. 6
Gesing Utermark
1880
W. baron 13
Polaman van Voorst 239 Desember f. 6
tot Voorst. 1880
A.F.A. van
14 Januari
Senggoro Boemiaijoe Schepenber 109 f. 6
1876
g
W. Thieme
11 Februari
Soekoredjo en J.C. L. 146 f. 4
1875
Cambier
6 Maret
Id. Id. 334 f. 2
1877
Soember
Id. 495 30 Juli 1880 f. 2
Sobra
Madoe P.L.H. 12 April
499 f. 4
Ardjo Stennekes 1875
Bandoerot J.C. 549 16 Juli 1880 f. 4

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


108
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

o Leuring
Boemiredj J.E. en A.f.
427 3 Juni 1875 f. 4
o iederhold
12 Februari
Id. Id. 104 f. 3
1877
12
Id. Id. 4 November f. 3
1877
Gendogo K.H.
416 29 Mei 1876 f. 3
Ardjosari Abraas
A.F.A. v. 20
Soember
Scherpenbe 445 September f. 4
Nongko
rg 1880
Bandoe J. van
619 Id. f. 4
Ardjo Schooten
Penanggoenga M.F. 9 Oktober
Gangsiran 495 f. 6
n Reijnst 1874
Maatsch.
12 Mei
Djoengo Djoengo te 500 f. 8
1868
Soerabija
S.L.W. v. 31 Agustus
Karanglo Soembool 499 f. 4.25
D. Elst. 1874
Kembar Id. 521 12 Juli 1876 f. 4.25
Kembar 7 September
Id. 278 f. 4.25
inggil 1880
27
J.M.
Wonosari 472 November f. 5.10
Verheij
1875
Wonoagun 26 Juni
Id. 178 f. 5.10
g 1878

Sumber: Lijst van Particuliere Ondernemingen In Nederlandsch-Indië Op


Gronden Door Het Gouvernement Afgestaan In Huur (Voor
Landbouwdoeleinden) En Erfpacht, Landbouw Pasoeroean No. 62, ANRI.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


109
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 3: Daftar perkebunan kopi di Afdeling Malang 1916

Nama Harga
Awal sewa
Kecamatan Pengusaha Luas Sewa
(Distrik) Wilayah dan nama lahan Tanah
Perkebunan pertahun
J.A. H.
Everard / 7
Gondang
Limurg N.V. 1258 Desember f. 4
Legi
Limburg 1875
Landen.
9 Maret
Tanah Wangi Id. 739 f. 5
1876
21 Juli
Barek I Id. 424 f. 5
1881
21 Juli
Barek II Id. 183 f. 5
1881
30
Soemberredj
Id. 229 Agustus f. 5
o Lor
1882
30
Soemberredj
Id. 416 Agustus f. 5
o Kidoel
1882
18 Juli
Koetoengan Id. 33 f. 5
1904
M.
Vlierboom /
Gloensing 17 Juni
Cultuumatsha 502 f. 6
Kidul 1882
ppij
Gloensing
Gloensing 17 Juni
Id. 393 f. 6
Lor 1882
Gloensing 22 Juli
Id. 3 f. 6
Tengah 1886
Gloensing (8
4 Oktober
stukjes Id. 44 f. 3
1906
ground)
K. Khie Kwie
/ N.V. 26
Bale Ardjo Handelmaats 303 Februari f. 5
chappij Sam 1886
Liem kongsie
26
Bale Sari Id. 397 Februari f. 5
1886
Soember M. Wieringa 259 20 f. 6

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


110
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Perkoel / N.V. Oktober


Javasche 1884
Rubber Mij.
3
Soember
Id. 71 September f. 6
Gesing
1886
13
Kepel Id. 176 Februari f. 1
1890
18
Wonogoro A Id. 344 Agustus f. 1
1891
18
Wonogoro B Id. 211 Agustus f. 1
1891
B. Bach /
N.V. 12 Maret
Poerbojo A 306 f. 1
Javasche 1892
Rubber Mij.
26 Maret
Poerbojo B Id. 359 f. 1
1892
22 Mei
Poerbojo Id. 65 f. 1
1909
28 Juli
Poerbojo Id. 21 f. 1
1913
J. Engelberts
19 Juli
Kali Gading / Zuid-Java 420 f.5
1883
Cultuur Mij.
Kali 19 Juli
Id. 342 f. 5
Loeminoe 1883
Kali Gading 30 Januari
Id. 2 f. 5
A 1906
J. van der
Plas /
10
Cultuurmaats
Toeren Tlogosari 234 Februari f. 6
chappij
1893
Tlogosari te
Amsterdam
9 Januari
Modjosari Id. 306 f. 1.25
1890
26 juli
Tlogosari II Id. 1 f. 6
1900
F.C. van baak 13
Medajin / N.V. Toeren 492 Oktober f. 6
Estates 1881

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


111
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Soemberredj 25 Juli
Id. 458 f. 6
o 1906
11
Tlogoredjo Id. 449 Oktober f. 6
1882
4 Februari
Tlogoredjo Id. 33 f. 5
1907
20
Wonosari Id. 339 Oktober f. 6
1887
Soemberdjam 25 Juni
Id. 377 f. 6
be 1906
R. Glessler /
Cultuurmaats
25 Juni
Soembermas chappij 319 f. 1.50
1906
Soembermas-
Kalipadang
17 Januari
Klakahbaroe Id. 500 f. 1.50
1891
W.H. van
Delden / 10 Juli
Klalikparoe 289 f. 2
Koffie 1890
Cultuur Mij.
Pagergoenoe 10 Juli
Id. 529 f. 1.50
ng 1890
11
Goenoengpoe
Id 13 Agustus f. 1.50
ngkal
1910
H. van Kleeff
Soemberkert / Cultuur Mij. 29 Januari
487 f. 6
o Soemberkert 1883
o
Soembergent 27 Mei
Id. 455 f. 6
ong 1883
27
Soembergent
Id. 14 Februari f. 1.50
ong A
1890
27
Petoeng
Id. 127 Februari f. 1.50
Ardjo
1890
10 Juli
Klakah Id. 272 f. 2.50
1890
Soembergent 10 maret
Id. 17 f. 2
ong B 1896
Petoeng Id. 13 13 f. 5

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


112
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Ardjo B Februari
1902
J. Punter /
Soember Maatschappij 18 Juli
440 f. 6
Aroem Soember 1881
Aroem
18 Juli
Kali Poetih Id. 201 f. 6
1881
Soember 1 Juni
Id. 15 f. 1
Aroem 1894
D. Utemark
Jr. / Mij tot
exploitatie 20
Soember
van de 549 September f. 6
Gesing
Koffieondern 1880
eming
Soekorame
Soember 17 Mei
Id. 510 f. 6
Ringin I 1881
Soember 17 Mei
Id. 196 f. 6
Ringin II 1881
Soember 2 Juli
Id. 6 f. 6
grobak 1897
J. van der
Goes / 27 Mei
Tretes 455 f. 6
Cultuur Mij. 1887
Ngredjo
12
Soember
Id. 446 September f. 6
Panggoeng
1891
A.J. Gogeit /
N.V. Oost-
28 Januari
Pondokardjo Java Rubber 482 f. 1
1892
Maatschappij
.
28 Januari
Kaligede Id. 445 f. 1
1892
28 Januari
Pantjoersari Id. 334 f. 1
1892
P.
Termijtelen /
Soembersoek N.V. 30 April
526 f. 6
o javasche 1880
Rubber
Matschappij
Bendoardjo Id. 137 23 Januari f. 2.25

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


113
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1892
Soembersoek 23 Januari
Id. 28 f. 2.50
o Lor 1892
20
Soembertang
Id. 422 Desember f. 2.50
kep A
1889
20
Soembertang
Id. 337 Desember f. 2.50
kep B
1889
20 Januari
Soembersat Id. 111 f. 2.50
1890
L.J.
Godefroij / 27
Soemberboko
N.V. Oost- 489 Februari f. 1.50
r A.
Java Rubber 1890
Maatschappij
27
Soemberboko
Id. 447 Februari f. 1.50
rB
1890
Djeroekwang 28 Januari
Ch. Maij / Id. 299 f. 1.50
i 1892
28 Januari
Pandansari Id. 528 f. 1.50
1892
28 Januari
Glagaharoem Id. 534 f. 1.50
1892
Soemberagoe 28 Januari
Id. 541 f. 1.50
ng 1892
G.J.
Zuijderhoff /
5
Soembertemp N.V.
205 Desember f. 1.25
oer Javasche
1891
Rubber
Matshappij
5
Soemberdjaw
Id. 501 Desember f. 1.50
ar
1891
5
Petoengsigar Id. 444 Desember f. 1.25
1891
5
Soemberbajo
Id. 380 Desember f. 1.25
eng
1891
5
Soemberdoer
Id. 402 Desember f. 1.50
en
1891

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


114
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5
Ardjowilango
Id. 497 Desember f. 1
en A
1891
5
Ardjowilango
Id. 180 Desember f. 1
en B
1891
P.J. van
Toorenberge
n/
Maatschappij
14 Mei
Soekorame tot exploitatie 673 f. 6
1880
van de
koffieondern
eming
Soekorame.
D. de Graffo
/ N.V. Toeren 27 Mei
Gledangan 527 f. 6
Estates 1887
Limited
27 Mei
Pantjoer Id. 489 f. 6
1887
12
Somberpangg
Id. 34 September f. 6
oeng B
1891
P. R. Tromp
de Haas / N.
V. 30 Juli
Wonokoyo 581 f. 9.11
Wonokojo- 1881
Ampelgading
Estates Ltd.
8 Februari
Wonokojo B Id. 395 f. 1
1906
6
Soembergilan
Id. 249 Desember f. 10.10
gB
1883
Soembergado 20 Juli
Id. 138 f. 6
eng 1900
2 Agustus
Ampelgading Id. 503 f. 2.60
1875
Soemberremi 9 Juni
Id. 104 f. 15.33
sC 1889
Ampelgading 2 April
Id. 3 f. 2.60
A 1892
J. J. Van der
Pringapoes 20 Juni
Laan / 486 f. 8.35
(Kalipadang) 1881
Cultuurmaats

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


115
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

chappij
Soember-
Kalipadang
C. van de
Sandt / N.V.
Soemberman 21 Mei
Cultuurmaats 474 f. 6
ggis Zuid 1880
chappij
Kalidoeren
Soembertlog 18 Maret
Id. 19 f. 6
o Zuid. 1882
27
Soemberoeri
Id. 327 Agustus f. 1.50
p
1888
Soemberman 27 mei
Id. 483 f. 6
ggis kidoel 1887
6
Soemberman
Id. 13 November f. 5
ggis kidoel
1902
(tijdelijk
gestolen) /
27 Mei
Lebak Lor Cultuurmaats 522 f. 6
1887
chappij
Lebakredjo
27 Mei
Lebak Kidoel Id. 521 f. 6
1887
17 januari
Lebak Kidoel Id. 140 f. 6
1907
P.H. van
Baak /
Maatschappij
Wringin 9 Juni
tot exploitatie 473 f. 13.50
Anom 1883
v/h land
Soemberagoe
ng
Karang 11 Juni
Id. 537 f. 1
Pandoe 1906
Soemberpeto
eng 1 Oktober
Id. 514 f. 6
(Soemberbar 1881
angoeng)
Soemberkem 19 Mei
Id. 453 f. 6
adoeh 1882
29 Juli
Soembersari Id. 439 f. 6
1882
23 April
Alasbloeboek Id. 287 f. 6
1885

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


116
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

27
Soemberkemi
Id. 71 Agustus f. 6
ri
1885
A.A. Louwan
Soemberkape / Cultuur Mij 27 Mei
383 f. 6
l Soemberpake 1887
l
Goenoeng 16 Januari
Id. 221 f. 6
Djengger 1913
J. Punter /
Kalibokor 1 Juni
Cultuur Mij. 550 f. 6
Lor. 1881
Kalibokor
Kalibokor 1 Juni
Id. 507 f. 6
Kidoel 1881
Priangos 1 Mei
Id. 187 f. 6
Kidoel 1882
Kalibokor 26 Mei
Id. 3 f. 5
Lor A 1898
12
Id. Id. 14 desember f. 5
1902
28
Id. Id. 1 Oktober f. 5
1901
15 juni
Id. Id. 149 f. 5
1905
(tijdelijk
gestolen) /
Loengoerdow Cultuurmaats 27 Mei
484 f. 6
o chappij 1887
Loengoerdow
o
Toempah 27 Mei
Id. 452 f. 6
lengkong 1887
Soember 27 Mei
Id. 207 f. 6
Semplak 1887
22 Januari
Kalianing Id. 300 f. 6
1885
9 Februari
Id. Id. 142 f. 5
1903
17
Id. Id. 83 Februari f. 2
1907
Petoeng H. N. G. 21 Juni
523 f. 6
Ombo Balsem / 1879

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


117
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Maatschappij
tot expl. Van
het land
Petoeng
Ombo
12
Petoeng
Id. 106 Oktober f. 6
Ombo Kidoel
1881
Petoeng
25 Juli
Ombo Kidoel Id. 283 f. 6
1885
A
Petoeng
25 Juli
Ombo Kidoel Id. 221 f. 6
1885
B
Petoeng
25 Juli
Ombo Kidoel Id. 22 f. 6
1885
C
H. F.
Ouderwater /
Maatschappij
25 Juni
Kalimajding I tot exploitatie 105 f. 6
1884
van het land
Soemberjoela
ng
Soember 25 Juni
Id. 333 f. 6
Tjoeleng A. 1884
Soember
Tjoeleng B 25 Juni
Id. 379 f. 6
(Soember 1884
Boentjies)
Soembertlog 29 agustus
Id. 186 f. 6
oB 1889
Soemberredj 25 Juli
Id. 317 f. 6
o 1885
Kalimandjing 25 Juli
Id. 78 f. 6
II 1885
W.L. Elink
Schuurman /
31 Mei
Sonosekar N.V. Toeren 503 f. 6
1882
Estates
Limited.
Sonosekar 22 Januari
Id. 549 f. 6
Kidoel 1885
W. Blume /
22 Januari
Sonowangi N.V. 312 f. 6
1885
Javasche

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


118
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Rubber
Maatschappij
Soeroekdemo 22 Januari
Id. 55 f. 6
eng 1885
14
Kedoengond
Id. 27 Februari f. 2
o
1907
L.H.M de
Roij van
Soemberando Zuijdewijn /
24 April
ng Naaml. 540 f. 6
1879
(Malioardjo) Vennootscha
p cultuurm.
Moeliardjo
Djajang 24 April
Id. 465 f. 6
Soerat 1879
Soepit 8 Januari
Id. 124 f. 6
Oetang B 1885
Soemberando 8 Juni
Id. 78 f. 6
ng A 1899
Djawar 9 Februari
Id. 271 f. 4
Ombo 1903
Soemberremi 15 Mei
Id. 384 f. 6
s (3 Stukken) 1909
J.F.F.
Geneng Meijlink / 28 Mei
427 f. 6
(Lebakroto) Lebakroto 1882
Cultuurm
7
Id Id. 1 November f. 5
1901
12
Id Id. 273 September f. 5
1904
W. Witsen
Soemberdew Elias / 28 Juni
387 f. 6
o Maatschappij 1882
Kaliglidik
28 Juni
Kalilebak Id. 280 f. 6
1882
Soember 28 Juni
Id. 239 f. 6
Ademan 1882
28 Juni
Kali Glidik Id. 304 f. 6
1882
Soemberdew Id. 17 5 Agustus f. 6

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


119
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

o II 1909
5 Agustus
Kalilebak II Id. 80 f. 6
1909
R. Hooman /
Soember Cultuur Mij. 24 April
521 f. 6
Sengkaring Soember 1879
Sengkaring
13
Soember
Id. 74 Desember f. 6
Sengkaring A
1897
28
Soember
Id. 1 Oktober f. 5
Sengkaring B
1901
R. J. J. Sorel /
Pondok Pasoeroeansc 8 Januari
178 f. 6
banteng he Cultuur 1885
Mij.
10 Januari
Soepitoerang Id. 344 f. 6
1885
10 Januari
Kalisat Id. 409 f. 6
1885
26 Mei
Uitbreiding Id. 5 f. 4
1904
E. K.
Andreasse /
Mij. Tot
Soembertlog 4 Agustus
exploitatie 367 f. 6
oA 1890
van het land
Soembertlog
o
31
Soember
Id. 123 Agustus f. 6
Remis B
1882
Soember 25 Juli
Id. 186 f. 6
Gasih 1885
C. F. J.
Balsem /
Soembersew Nederlandsch 12 Maret
486 f. 6
oA e-Indische 1885
Cultuurmaats
chappij
12 Maret
Id. B Id. 533 f. 6
1885
12 Maret
Id. C Id. 508 f. 6
1885
Id. D Id. 81 12 Maret f. 6

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


120
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1885
B.H. Budd Jr.
/ 11
Senggoeroe
Soekoredjo I Cultuurmaats 145 Februari f. 1.10
h
chappij 1875
Ngredjo
7 Maret
Soekoredjo II Id. 337 f. 2.10
1877
Uitbreding 17 Maret
Id. 7 f. 5
(Ngredjo) 1913
G.M.F.
Stennekes / 12 April
Madoeardjo 498 f. 4.10
Cultuur Mij. 1875
Madoeardjo
Soember 20 Juli
Id. 495 f. 4
Sobra 1880
W.A Evers /
12 Maret
Djenggolo III Cult. Mij. 501 f. 5
1885
Bandoeroto
Djenggolo IV 12 Maret
Id. 365 f. 5
(Wonolopo) 1885
C. L.
Lammer 30 Juli
Kalitelo 382 f. 4
Listnet / Cult. 1881
Mij. Kalitelo
4
Gemboeldow
Id. 529 Desember f. 4
e
1882
4
Alas Kali
Id. 549 Desember f. 4
Ombo
1882
F. A. von
5
Wiederhold /
Alas Tledek 538 Desember f. 4
Cult. Mij.
1882
Alas Tledek
J. C. Slot / 22
Donowari of
Land. Mij. 364 November f. 4
Dermowari
Senggoerek 1881
24
Rejdosari Id. 433 Desember f. 4
1882
Malang
3 April
Boemiajoe B stroomtram 260 f. 4
1903
Mij.
T. A. Petit / 11 Juni
Wonoketo A 512 f. 6
Cult. Mij. 1885

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


121
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tempoersew
oe
Th. Ellias / 24
Soemberman
A. Th. 426 Agustus f. 6
djing
Kuchlin 1881
24
Soembergesi
Id. 525 Agustus f. 6
ng
1881
Soemberbend 24 Mei
Id. 228 f. 6
e 1884
17
Soemberbend
Id. 5 November f. 5
eA
1902
C.A. Petit /
Goenoengsari 17
Goenoengsari - 269 November f. 6
Pengoeloeran 1883
Estates
Goenoengsari 15 April
Id. 1 f. 6
A 1901
17
Soemberiorin
Id. 482 November f. 6
g
1883
Soemberpalo 6 Agustus
Id. 432 f. 6
eng 1896
6 Agustus
Wonoredjo A Id. 31 f. 6
1896
6 Agustus
Wonoredjo Id. 531 f. 6
1896
Soemberpalo 6 Agustus
Id. 31 f. 6
eng A 1896
25
Wonoredjo
Id. 80 November f. 6
Kidoel
1897
27
Pantjoersari
Id. 74 Februari f. 6
B
1905
24 Januari
Wonoredjo C Id. 70 f. 6
1913
J. G. Der
20
Kinderen /
Djoenggo I 336 Oktober f. 8
Cult. Mij.
1882
Gabes
20
Djoenggo II Id. 183 f. 8
Oktober

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


122
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1882
J. G. Der
17
Kinderen /
Boemiredjo 567 Desember f. 3.10
The King
1894
Sing
20
Soembernong
Id. 445 September f. 4
ko I
1880
21
Soembernong
Id. 36 Februari f. 4
ko II
1884
21
Soembernong
Id. 24 Februari f. 2
ko III
1884
21
Djoeggole I Id. 310 September f. 4
1887
Djoenggolo 28 Maret
Id. 442 f. 4
II 1893
H.
Hugenholtz /
16 Juli
Bandoeroto cultuur 549 f. 4
1880
maatschappij
Bandoeroto
Karangdjamb 27 Juni
Id. 121 f. 4
e 1886
H. F Verhelst
20
/ N. V.
Bandoeardjo 619 September f. 4
Banjoemas
1880
Landen
27
Alas
Id. 312 September f. 4
Plenggon
1883
Soemberredj 22 Juli
Id. 191 f. 4
o 1891
A. Pleijsier /
Koloniale
18
Alas Rubber
515 September f. 4
Bandoeng lor Cultuur
1883
Maatschappij
.
18
Alas
Id. 532 September f. 4
donowari
1883
Alas 18
Id. 520 f. 4
Bandung September

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


123
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kidoel 1883
Cultuurmaats
Penanggoe 19 Juni
Gangsiran chappij 474 f. 11.50
ngan 1909
Gangsiran

Sumber: Lijst van Particuliere Ondernemingen In Nederlandsch-Indië Op


Gronden Door Het Gouvernement Afgestaan In Huur (Voor
Landbouwdoeleinden) En Erfpacht, Pasoeroean Landbouw 7.3, ANRI.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


124
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 4: Penduduk karesidenan Pasuruan Tahun 1911

Sumber : Koloniaal Verslag 1911, Koleksi Perpustakaan Nasional.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


125
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 5:Sindikat Perkebunan

Sumber: Beknopte Verhandeling Over De Oeconomische Voorwaarden


Waaronder de Rubbercultuur op Java,
https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB02%3A100002864%3
A00001&query=Rubbercultuur+op+Java.+&coll=boeken, diakses pada tanggal
02 januari 2018.

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


126
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Laporan 6:Officieel Gedeelte Algemen Koffie Syndicat

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


127
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sumber: Malangsche Landbouw Tentoonstelling 1898, Koleksi Perpustakaan Nasional

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


128
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 7:Jejak Argopolitan dan Perkebunan Kopi, kina dan Teh

Sumber: Sukrisman, Jejak Pariwisata dan Pertanian Kota Batu (Kota Batu: Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu, 2014), hlm. 16-17

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


129
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 8: Surat kabar Hindia Belanda tentang kopi di Malang

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


130
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 9: Jajaran Pemerintahan Kolonial Belanda di Afdeling Malang Tahun


1898

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI


131
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sumber: Malangsche Landbouw Tentoonstelling 1898, Koleksi Perpustakaan Nasional

SKRIPSI PERKEBUNAN KOPI AFDELING ............. RIXVAN AFGANI

Anda mungkin juga menyukai