Anda di halaman 1dari 11

INFORMASI INDEKS KUALITAS

LINGKUNGAN HIDUP (IKLH)


PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2019

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
INFORMASI
INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP (IKLH)
PROVINSI KALTIM TAHUN 2019
Kualitas lingkungan hidup yang baik adalah hak bagi seluruh mahluk hidup
yang ada di dunia, lebih khusus bagi manusia, kualitas lingkungan hidup yang
bersih dan baik akan memberikan kualitas hidup manusia yang baik secara fisik
dan moral yang pada gilirannya akan meningkatkan martabat kehidupan manusia
yang lebih baik, sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan dan UUD
1945.

Untuk mencapai itu semua perlu dilakukan upaya-upaya yang sinergis


antara instansi pemerintah yang terkait baik secara langsung melakukan
pelestarian lingkungan, dengan melakukan identifikasi monitoring dan
pemantauan serta upaya-upaya rehabilitasi terhadap fasilitas-fasilitatas umum
kebutuhan masyarakat yang biasanya dialakukan oleh Dinas PUPR, juga
pentingnya upaya rehabilitasi lahan atau hutan yang biasanya dilakukan oleh
Dinas Kehutanan dan seluruh stakeholder dalam rangka untuk menjaga serta
memulihkan lingkungan agar sesuai dengan peruntukannya (UU LH No.32 Tahun
2009).

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim
dalam upaya pengendalian lingkungan adalah melalui kegiatan identifikasi dan
pemantauan terhadap komponen lingkungan seperti air sungai, udara ambient
serta tutupan lahan, melalui perhitungan IKLH (Indeks Kualitas Lingkungan Hidup)
yang telah dituangkan didalam sasaran kinerja Gubernur Kaltim dalam misi ke 4
(empat) yaitu Berdaulat dalam pengelolaan Sumberdaya Alam Secara
Berkelanjutan yang dijabarkan didalam RPJMD Gubernur Kaltim 2018 – 2023 serta
Renstra Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim Tahun 2018 – 2023.

Untuk mencapai IKLH Prov. Kaltim maka perlu dilakukan upaya-upaya


pemantauan agar dapat dikatahui perkembangan kualitas lingkungan hidup yang
ada di provinsi Kalimantan Timur khususnya kualiatas air, udara dan tutupan
lahan. Adapun tujuan dari pematauan ini adalah untuk mengetahui
kecenderungan kualitas air, udara dan tutupan lahan terhadap kualitas lingkungan
juga sebagai bahan evaluasi dan indikator keberhasilan dalam pengendalian
pencemaran.

Sedangkan tujuan dari pemantauan kualitas air ini adalah untuk


mengetahui kecendrungan perubahan kualitas air serta mengetahui indeks
pencemaran air sungai sebagai bahan evaluasi indikator keberhasilan
pengendalian pencemaran air, serta menetapkan kebijakan dan strategi lebih
lanjut. Untuk melaksanakan hal tersebut diatas pada tahun 2019, DLH Prov.
Kaltim mendapatkan alokasi dana untuk kegiatan pemantaun sebesar
Rp.763.000.000,- (Tujuh ratus enam puluh tiga juta rupiah) dengan perincian
kegiatan sebagai berikut :

a. Pemantauan Kualitas Air sungai Mahakam sebesar Rp 288.000.000,-


b. Pemantauan akuslitas Udara Ambien sebesar Rp 350.000.000,-
c. Identifikasi kerusakan lahan sebesar Rp 145.000.000,-
Total Anggaran Rp 763.000.000,-

A. Indeks Kualitas Air (IKA)

Pemantauan kualitas air sungai diprioritaskan pada sungai strategis Provinsi


yaitu sungai Segah dan sungai Kelay, juga yang masuk dalam sungai strategis
Nasional yaitu sungai Mahakam. Frekuensi pemantauan dilakukan 2 kali dalam
satu tahun yang meliputi 27 titik sampling dengan panjang sungai Mahakam 920
Km, sedangkan untuk pemantauan Kabupaten Berau dilakukan 2 (dua) kali
pemantauan sebanyak 6 titik, 4 titik di sungai Segah dan 2 titik di sungai Kelay

Berdasarkan perhitungan status mutu air dengan menggunakan Indeks


Pencemaraan Air (IPA) tahun 2019, menunjukkan bahwa sungai Mahakam pada
segmen sungai Nyan hingga Anggana rata-rata Indeks Pencemaran (IP) adalah
sebesar 4,9 IP dengan nilai maksimum 6,9 IP dan minimum 3,2. Dari nilai rata-
rata IP tersebut kondisi sungai Mahakam saat ini dalam keadaan tercemar ringan.
Sedangkan untuk sungai Segah rata-rata Indeks Pencemaran (IP) sebesar 5,9
sedangkan untuk sungai Kelay rata-rata sebesar 6,4 dalam kategori Indeks
Pencemaran sedang dan sungai Santan rata-rata Indeks Pencemaran 5,3
termasuk dalam kategori tercemar sedang.

Berikut ini daftar status mutu sungai yang di pantau selama tahun 209 sesuai
dengan Perda No. 2 Tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Lokasi Sampling Tahun 2019 Rata - Rata


Juni Agustus
Kedang Kepala Hulu 5,8 4,9 5,4
Kedang Kepala Hilir 6,4 5,0 5,7
Bontang Hulu 5,0 5,7 5,3
Bontang Hilir 5,5 9,3 7,4
Belayan Hulu 5,7 5,1 5,4
Belayan Hilir 6,6 4,9 5,8
Bohr 3,3 3,3 3,3
Karang Mumus Hulu 3,2 4,9 4,1
Karang Mumus Hlir 3,2 5,7 4,5
Sumber : Diolah dari data Primer

Keterangan :

0 ≤ Plj ≤ 1,0 = memenuhi baku mutu (Kondisi baik)


1,0 ≤ Plj ≤ 5,0 = Tercemar ringan
5,0 ≤ Plj ≤ 10 = Tercemar sedang
Plj ≥ 10 = Tercemar berat

Secara umum parameter yang tidak memenuhi bakumutu air kelas 1 untuk
sungai Mahakam adalah TSS, DO, Khlorin Bebas dan H2S (parameter kimia
anorganik), B. Coliform dan Fecal Coliform (parameter Mikrobiologi). Untuk
sungai Segah dan Kelay parameter yang tidak memenuhi baku mutu adalah TSS,
DO, Khlorin Bebas da H2S (parameter Kimia anorganik) dan Total Coliform serta
Fecal Coliform (Parameter Mikrobiologi).

Pengendalian pencemaran dan penurunan beban pencemaran yang bersumber


dari kegiatan transfortasi serta sedimentasi dari runoff air hujan dari kegiatan
pembukaan lahan perlu untuk menjadi perhatian.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 Tahun 2009 tetang Kualitas air
permukaan dan Perda No. 2 Tahun 2011 tentang pengelolaan kualias air dan
pengendalian kualitas air.

1. Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan upaya – upaya sebagai
berikut :
a. Provinsi dan Kabupaten/Kota agar meningkatkaan pengawasan terhadap
kualitas air sungai sebagai badan penerima dan daya dukung lingkungan,
maka perlu ditingkatkan kembali pengelolaan dan penenganan air limbah
disetiap badan air sesuai dengan badan aii sesuai dengan pemantauan
masing-masing sungai.
b. Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kegiatan usaha di
provinsi kaltim baik skala kecil mapun besar, seperti pertambangan batu
bara, perkebunan sawit, kaaret, perhotelan, PLTU, Pabrik Tahu dan usaha
lainnya, yang memanfaatkan sungai sebagai/air untuk proses produksi,
sarana tranfortasi dan badan penerima limbah harus dilakukan
pengelolaan yang benar agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan
dan penerapan produksi bersih dalam proses produksi untuk mengurangi
volume limbah.
c. Pemukiman padat penduduk di sekitar bantaran sungai dimana kegiatan
MCK bergantung pada sungai juga berpotensi mencemari sungai, perlu
dilakukan penataan sanitasi dengan membuat ipal terpadu atau
merelokasi masyarakat yang tinggal ditepi sungai ke lokasi darat yang
lebih layak lingkungan.
d. Memindahkan pasar-pasar yang berlokasi di tepi sungai.
e. Mendorong Pemerintah Kabupaten Kota meningkatkan kebersihannya
melalui program adipura serta merubah TPA dari open dumping ke
sanitari land fill
f. Kabupaten Kota agar melakukan pemantauan secara rutin sesuai dengan
kewenangannya.
B. Indeks Kualitas Udara (IKU)

Indeks Kualitas Udara (IKU) sebagai indikator kualitas udara menjadi penting,
khususnya untuk meningkatkan kesedaran masyarakat maupun untuk mengambil
kebijakan agar memahami kebijakan permasalahan pencemaran udara.
Pengelolaan kualitas udara secara terpadu merupakan kombinasi dari peraturan,
kesadaran, dan peningkatan kapasitas serta kemitraan dari pemangku
kepentingan untuk bersama – sama berkontribusi meningkatkan kualitas udara.

Kualitas udara dalam bentuk Indeks Kualitas Udara (IKU) selain sebagai
informasi bagi masyarakat luas dan untuk mengetahui tingkat pencemaran udara
dilingkungannya juga bertujuan untuk menilai kualitas suatu lingkungan
memenuhi baku mutu atau tidak dan bagi pemerintah sebagai bahan
pertimbangan dalam memprioritaskan program serta kegiatan guna peningkatan
kualitas lingkungan hidup.

Dalam upaya untuk mencagah dan mengendalikan pencemaran udara


tersebut, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur telah melaksanakan
program pengendalian pencemaran udara yang lebih terarah, terpadu dan
berkelanjutan yang dilaksanakan dengan Pemerintah Kabupaten Kota sesuai
dengan kewenangannya, peran serta tangung jawab masing-masing secara
komprehensif serta berkelanjutan melalaui kegiatan pengambilan sampel dan
pengujian sampel udara ambien dengan metode passive sampler di 10 (sepuluh)
Kabupaten kota untuk memperolah data yang memadai untuk parameter SO2
dan NO2 sebagai perhitungan Indeks Kualitas Udara (IKU) Provinsi Kalimantan
Timur yang merupakan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Nasional.

Pengambilan sampel dengan metode passive sampler ini dilakukan di 4


lokasi pada kawasan pemukiman, perkantoran, industri dan transportasi dengan
frekuensi pemantauan 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) tahun untuk 8 Kabupaten Kota
yaitu Balikpapan, Samarinda, Bontang, Tenggarong, Sangatta, Tanah Paser,
Panajam Paser Utara dan Tanjung Redeb. Sedangkan untuk Kutai Barat dan
Mahakam Ulu dilakukan 5 (lima) kali dalam setahun menggunakan anggaran yang
bersumber dari APBD Kaltim TA. 2019.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Indeks Kualitas Udara Provinsi
Kalimantan Timur tahun 2019 mencapai 89,75 berada pada katagori sangat baik
termasuk juga nilai IKU dari setiap Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Timur.

Berdasarkan hasil perhitungan yang mengacu pada referensi standar internasional


(WHO dan Eropean Union) diperolah Indeks Kualitas Udara (IKU) dari masing-
masing Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

No Kab/Kota Satuan Indek Udara Indek Kualitas


Model EU (Leu) Udara
1 Paser 0,26 91,22
2 Kutai Kertanegara 0,24 92,23
3 Berau 0,28 89,82
4 Kutai Timur 0,40 83,18
5 Panajam Paser Utara µg/M3 0,30 88,76
6 Balikpapan 0,34 86,70
7 Samarinda 0,27 90,29
8 Bontang 0,36 85,74
9 Mahakam Hulu 0,18 95,62
10 Kutai Barat 0,27 90,30

Dari hasil perhitungan Indeks Kualitas Udara (IKU) dari masing-masing Kabupaten
Kota setelah dibandingkan dengan kriteria Indek Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
dengan skala 0 – 100 menunjukkan bahwa semua Kabupaten dan Kota berada
pad rentang 88 – 92 dengan kategori sangat baik . Begitu juga hasil perhitungan
Indeks Kualitas Udara (IKU) Provinsi Kalimantan Timur tahun 2019 mencapai nilai
89,75 dalam katagori sangat baik.

2. Saran/Rekomendasi

Untuk mempertahankan kualitas udara di provInsi Kalimantan Timur agar


tetap terkendali dan dalam kondisi tetap baik , maka perlu dilakukan upaya-
upaya sebagai berikut :
Agar tetap melakukan pemantauan kualitas udara ambien secara terus
menerus baik secara aktif maUpun aktif.

a. Melakukan inventarisasi sumber-sumber pencemar serta melakukan


perhitungan beban emisi.
b. Melakukan aksi-aksi/kegiatan pengendalian pencemaran udara dengan
melakukan :
1). Melakukan penanaman pohon penghijauan dikawasan sumber emisi .

2). Mempertahankan dan mengembangkan ruang terbuka hijau kota


(taman kota)

3). Melakukan perawatan secara berkala terhadap mesin-mesin kendaraan


serta pabrik-pabrik yang menghasilkan emisi.

4). Menerapkan kebijakan green transportasi, mengembangkan


transportasi massa, efisiensi energi dan menggunakan bahan bakar &
bahan baku yang ramah lingkungan.

C. Indek Tutupan Hutan (ITH)

Indeks Tutupan Hutan yang memiliki fungsi sebagai paru-paru bumi ini
memberikan manfaat yang sama terhadap manusia. Oleh karenanya setiap
manusia memiliki hak yang sama terhadap layanan hutan atau luasan hutan yang
sama. Lebih penting lagi adalah setiap luasan lahan harus memiliki proporsi luas
hutan yang sama untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, dengan demikian
perhitungan indeks merupakan perbandingan luas hutan dibandingkan luas
wilayah administrasinya angka yang diwajibkan adalah 30 % berdasarkan UU
41/99 tentang Kehutanan.

Untuk itu indikator tutupan hutan kita masih mengacu pada hasil perhitungan
yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang
telah dirilis pada tanggal 30 April 2019 di Hotel Sangrila, telah disepati hasil
perhitungan indeks tutupan hutan (ITH) dari tahun 2018 – 2024. Dimana
Kalimantan Timur berdasarkan hasil perhitungan oleh KLHK Indeks Tutupan Hutan
(ITH) Tahun 2018 adalah 77,32 dalam katagori baik. Perhitungan tersebut
bersumber dari PUSDATIN dengan indikator data terdiri dari : Tutupan Lahan,
Kebun Raya, Taman Kehati dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta Data Batas
Administrasi dengan rumus sebagai berikut :
Rumus yang digunakan IKTL = 100-((100-(TL x 100)x 100 ))x 50/54.3) Tahun 2019
Rumus yang digunakan IKTL = 100-((100-(TL x 100)x 100 ))x 45/70.) Tahun 2020 – 2024
Sesuai hasil Rakernis IKLH tanggal 27 – 28 Februari 2019 di Hotel Sangri-la, Jakarta

D. Kesimpulan

Pemerintah telah mentargetkan peningkatan Indeks Kualitas Lingkungan


Hidup (IKLH) sebagai bagian penting dari rencana pemerintah tahun 2019 dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2018 – 2023.
Target peningkatan IKLH mencakup seluruh sektor pembangunan baik di Provinsi
maupun di Kabupaten Kota yang tercermin dalam peningkatan kualitas air, Udara
serta tutupan hutan untuk mewujudkan pembangunan yang ramah lingkungan
dan kehidupan masyarakat yang bersih dan sehat.

Perbaikan kualitas lingkungan hidup dari yang di tetapkan 75,75 pada


tahun 2019 sesuai RPMJ dan berdasarkan hasil perhitungan mengalami
peningkatan kualitas lingkungan berada pada posisi 78,81 dalam katagori baik
pada tahun 2019, hal ini disumbangkan oleh perbaikan kualitan udara dan
kualitas air hasil pamantauan. Peningkatan kualitas lingkungan hidup ini tentu
harus didorong dengan penguatan kapasitas dalam pengelolaan lingkungan hidup
yang antara lain mencakup kelembagaan, sumberdaya manusia, penegakan
hukum lingkungan dan pendanaan serta kesadaran masyarakat.

Laporan IKLH yang berbasis data hasil pemantauan secara primer ini juga
dimaksudkan sebagai informasi kepada pengambil keputusan di tingkat pusat dan
daerah tentang kondisi lingkungan hidup ditingkat nasional dan daerah, yang bisa
digunakan sebagai bahan evaluasi dalam pembuatan kebijakan dalam
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Indek kualitas lingkungan hidup yang diterjemahkan dalam bentuk angka ini,
diharapkan dapat mempermudah semua pemangku kepentingan (Stakeholder)
mulai dari pemerintah dan masyarakat (publik) dalam memahami kualitas
lingkungan hidupnya, apakah dalam katagori baik, sedang atau buruk. Dengan
mengetahui kualitas lingkungan hidup, maka sumberdaya yang ada dapat
dialokasikan secara lebih akurat sehingga akan lebih efisient dan efektif.

Demikian disampaikan harap maklum.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup


Provinsi Kalimantan Timur

E.A. RAFIDDIN RIZAL. ST. M.Si


NIP. 19650309 199603 1 004.
lndek kualitas lingkungan hidup yang diterjemahkan dalam bentuk angka
ini, diharapkan dapat mempermudah semua pemangku kepentingan
(Stakeholder) mulai dari pemerintah dan masyarakat {publik) dalam memahami
kualitas lingkungan hidupnya, apakah dalam katagq$ baik, sedang atau buruk.
Dengan mengetahui kualitas lingkungan hidup, maka sumberdaya yang ada dapat
dialokasikan secara lebih akurat sehingga akan lebih efisient dan efektif.

Demikian disampaikan harap maklum.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup


Provinsi Kalimantan Timur

E.A. RAFIDDIN RIZAL. ST. M.Si


NrP. 19550309 199603 1 004.

Anda mungkin juga menyukai