Bab 1-5
Bab 1-5
PENDAHULUAN
terutama di Indonesia sehingga dibutuhkan pula suplai bahan bakar yang cukup guna
kebutuhan akan bahan bakar di Indonesia yang mana memiliki beberapa unit yang
hydrocracking.
Balikpapan yang menghasilkan berbagai macam produk seperti LPG, Nafta, Avtur,
automotive diesel oil (ADO) dan low sulphur waxi residue (LSWR). Sebelum
produk-produk diatas dihasilkan, high vacuum unit (HVU) merupakan salah satu unit
dari HCC yang berfungsi sebagai penyiapkan umpan yang akan digunakan
hydrocracking unit (HCU). HVU merupakan salah satu bagian dari unit HCC
blending automotive diesel oil (ADO) dan heavy vacuum gasoil (HVGO) sebagai
serta kuantitas. Oleh karena itu untuk memenuhi persyaratan tersebut dengan
mengoptimalkan variabel proses pada HVGO section kolom vakum. Sehingga untuk
1
memenuhi persyaratan tersebut diatas diperlukan maksimasi produk HVGO di HVU
umpan pada unit HCU tersebut dapat diminimalkan. Dengan mengatur variabel
operasi kolom vakum pada HVU II diharapkan menghasilkan produk HVGO yang
Mengetahui persen (%) yield produk HVGO yang ada dalam vacuum feed.
Dalam penyusunan kertas kerja wajib ini penyusun mengamati tentang salah
satu produk yang dihasilkan dari proses distilasi vakum dengan menghitung salah
satu kondisi operasi yang berpengaruh terhadap hasil produk HVGO. Adapun
kondisi tersebut adalah temperatur yang berpengaruh terhadap HVGO dengan cara
2
1.4 Sistematika Penulisan
bab, hal ini dimaksudkan agar mengetahui tahapan dan maksud bahasannya. Berikut
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, dan sistematika
penulisan.
Memuat tentang sejarah singkat kilang RU-V Balikpapan, tugas dan fungsi
hydrocracking complex, struktur organisasi serta sarana dan fasilitas yang terdapat
Dalam bab ini dibahas tentang landasan teori mengenai maksimasi produk kolom
vakum serta cara yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi uraian tentang operasi, evaluasi serta maksimasi hasil produk HVGO pada
BAB V PENUTUP
Bab ini mencakup tentang simpulan dari tulisan yang telah dibuat dan saran untuk
3
II. ORIENTASI UMUM
Penyulingan Minyak Kasar I (PMK I), Unit Penyulingan Hampa I (HVU I), Wax
Plant, PMK II, serta modifikasi kilang yang direhabilitasi pada tahun 1946 menjadi
PMK III.
areal seluas 2.5 Km2. Kilang RU V didesain untuk mengolah crude Handil, dan
Bekapai. Namun saat ini mengolah berbagai macam crude (mix crude/cocktail crude)
baik lokal maupun impor, antara lain : Sepinggan, Senipah, Handil, Bunyu, Nanhai,
(bensin/premium), kerosene (minyak tanah), avtur, solar, minyak diesel, dan fuel oil.
Sedangkan produk non BBM yang dihasilkan adalah sebagai berikut: LPG dan lilin
(wax).
sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Kapasitas pengolahan untuk seluruh unit
4
distilasi minyak mentah (CDU) adalah 260.000 barrel/hari, yaitu 200.000 barrel dari
CDU IV dan 60.000 barrel dari CDU V yang merupakan unit baru sebagai pengganti
unit lama (kilang balikpapan I) yang sudah tidak layak lagi untuk dioperasikan. Pada
menuju "Strategic Bussiness Unit” untuk menyongsong pasar bebas (era globalisasi).
Hydrocracking complex terdiri dari 3 (tiga) unit utama dan 6 (enam) plant
penunjang, yaitu:
Unit ini mengolah long residue dari bottom product CDU IV (plant 1) untuk diolah
5
2. Hydrocracking Unibon (Plant 3)
Terdiri dari 2 unit yang mengkonversi HVGO, yang merupakan produk vacuum
distillate unit menjadi minyak solar dan avtur sebagai produk utama. Unit ini
Unit ini mengolah gas alam menjadi H2 (hydrogen) untuk proses hydrocracking,
4. Unit Penunjang
Fungsi dari plant ini adalah untuk mensuplai bahan bakar gas yang akan digunakan
di unit-unit operasi.
Fungsi dari unit ini adalah untuk membakar gas-gas beracun agar tidak berbahaya
bagi lingkungan.
Fungsi dari unit ini adalah untuk memproses air menjadi steam (uap air) yang akan
Fungsi dari unit ini adalah untuk mendinginkan air sisa operasi dan akan disuplai
6
5. Air Instrument & Nitrogen Plant (Plant 35)
Fungsi dari unit ini adalah untuk menghasilkan udara yang akan dipakai pada alat-
bersamaan dengan proyek perluasan Kilang Balikpapan II, crude oil yang ditampung
di terminal ini berasal dari Handil, Arjuna, Sangata, dll. Muatan crude dari berbagai
tempat ini diangkut dengan tanker ukuran 125.000 DWT, diterima oleh single buoy
7
mooring (SBM) yang terletak 17 Km dari tempat ini. Jumlah tangki yang terdapat di
Lawe-Lawe ada 7 (tujuh) buah dengan kapasitas setiap tangki 800.000 barrel.
2.4.2 Utilities
Berfungsi sebagai penyedia energi seperti uap air, udara bertekanan, air, listrik dan
1. PLTU
Mempunyai 3 (tiga) buah generator yang berkapasitas 7.5 MW dan 1 (satu) buah
generator berkapasitas 9 MW, dan PLTU Baru dengan 3 (tiga) buah generator
2. Boiler
menghasilkan steam tekanan 32 bar dan 5 (lima) buah MP boiler dengan kapasitas
total 225 ton/jam menghasilkan steam tekanan 17 bar, dan boiler baru sebanyak 5
Raw water treatment feed dari sungai Wain (17 km dari kota Balikpapan)
berkapasitas 600 m3 dan 11 unit deep weel pump dengan kapasitas 720 m3/jam.
5. Demoralization Plant
Mengolah air untuk HHP Boiler tekanan tinggi, yang terdiri dari tiga line, masing-
8
2.4.3 Laboratorium
Sebagai kontrol kualitas, bahan baku sampai produk kilang. Dari pemeriksaan
laboratorium akan diketahui apakah bahan yang diperiksa memenuhi syarat atau
tidak.
berbagai macam fasilitas, antara lain pompa pemadam api dengan air laut.
antara lain:
Berfungsi untuk mengolah semua jenis air yang berasal dari kilang air buangan dan
air hujan yang mengandung bocoran minyak dan bahan kimia sampai memenuhi
meter.
9
III. TINJAUAN PUSTAKA
Proses distilasi menurut tekanan kerjanya dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
minyak mentah atau crude oil menjadi produk-produk seperti gas, LPG, naphta,
didih sehingga suhu operasi dapat lebih rendah dari pada suhu distilasi pada tekanan
(misalnya gasoil dalam long residue) yang mana apabila dilakukan dengan metode
distilasi atmosferis harus pada suhu kerja tinggi, dan hal ini dapat mengakibatkan
(cooking) pada dinding tube yang tidak dikehendaki dalam proses ini.
komponen ringan seperti metana, etana, propana, dan butana yang tidak dapat
10
dipisahkan pada tekanan atmosfer karena mempunyai suhu operasi dan titik didih
memerlukan tekanan yang tinggi. LPG (liquid petroleum gas) merupakan salah satu
produk dari proses distilasi bertekanan. Terdapat tiga jenis LPG yaitu LPG propane,
3.2.1 Pompa
Pompa adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mengalirkan cairan dari
suatu tempat ke tempat lain, melalui pipa (saluran) dengan cara memberi energi pada
Feed Surge Drum berfungsi sebagai reservoir untuk umpan yang mengalir
melalui sistem, dan berguna mencegah terjadinya fluktuasi pada aliran. Sebagai
tempat tercampurnya umpan hot dan cold reduced crude sebelum dialirakn untuk
proses selanjutnya.
Heat exchanger atau alat penukar panas berfungsi untuk berlangsungnya proses
perpindahan panas antara fluida satu ke fluida lain yang saling mempunyai
kepentingan. Sebagai contoh crude oil dengan residu, dimana crude oil
11
melalui pertukaran panas ini dapat dimanfaatkan panas yang terbuang dan apabila
dinilai dari segi ekonominya hal ini akan memberikan penghematan biaya operasi.
3.2.4 Furnace
Furnace berfungsi sebagai tempat perpindahan panas yang diperoleh dari hasil
pembakaran bahan bakar. Pemanasan umpan yang akan diolah dilakukan secara terus
menerus dalam pipa-pipa pemanas yang disusun dalam dapur pemanas. Minyak yang
dialirkan melalui pipa-pipa tersebut akan menerima panas dari hasil pembakaran
didalam dapur hingga suhunya mencapai sekitar 300oC – 360oC, yang kemudian
Kolom distilasi adalah peralatan yang berbentuk bejana silinder yang terbuat
dari bahan baja dimana didalamnya dilengkapi alat kontak yang berfungsi untuk
Beberapa peralatan yang terdapat pada kolom distilasi hampa adalah demister,
schoepentoeter, down comer, tray, packing (alat kontak uap-liquid atau liquid-
liquid), packing support, dan distributor. Bentuk dari kolom ini sedikit berbeda,
bentuknya tidak terlalu tinggi dan diameternya lebih besar dibandingkan kolom
distilasi lainnya.
Steam jet ejector berfungsi sebagai sarana pembangkit kevakuman pada kolom
distilasi hampa. Perinsip steam jet ejector adalah mengubah energi statis berupa
tekanan, menjadi energi dinamis yang berupa kecepatan. Fluida yang mengalir
12
dengan kecepatan tinggi melalui suatu nozzle tersebut kemudian akan menghisap uap
3.2.7 Condenser
Condensor adalah peralatan yang digunakan untuk mengubah fase uap menjadi
fase cair. Dapat juga diartikan sebagai alat penukar panas yang berfungsi untuk
mengkondensasikan fluida.
Air cooled heat exchanger atau fin-fan merupakan salah satu jenis heat
exchanger. Peralatan ini berfungsi untuk mengambil panas dari fluida proses dengan
cara melewatkan fluida tersebut melalui bak yang didalamnya terdapat fin tube (tube
Daerah flash zone adalah daerah tempat masuknya umpan ke kolom yang
bercampuran antara uap dan cairan setelah mendapatkan pemasan dari heat
exchanger dan heater. Pada daerah ini terjadi pemisahan secara cepat antara uap dan
cairan. Fraksi uap akan mengalir ke daerah rectiftying, dan sedangkan fraksi cairan
13
3.3.2 Daerah Rectifying
ini meliputi dari top kolom hingga diatas daerah flash zone. Rectifiying dilengkapi
dengan tray-tray atau packing sebagai tempat pertukaran massa dan panas antara
hydrocarbon.
bagian bawah. Daerah ini adalah tempat mengalirnya fraksi berat minyak bumi yang
berasal dari pemisahan pada flash zone. Pada daerah stripping biasanya dilengkapi
dengan fasilitas stripping steam atau reboiler untuk membantu memisahkan fraksi
Perubahan cutting point dari produk HVGO diperlukan suatu profil distilasi
dengan menggunakan profil distilasi ASTM, TBP, dan EFV. Distilasi ASTM
merupakan profil distilasi yang didapat dari hasil pengujian dengan penggunaan
minyak tanpa menggunakan reflux. Distiasi TBP (true boiling point) merupakan
profil distilasi yang hampir identik dengan komponen yang terkandung dari minyak
bumi atau produk. Profil distilasi TBP didapatkan dengan cara pengujian minyak
yang dipisahkan secara kompleks yang menggunakan reflux yang besar. Distilasi
14
EFV merupakan profil distilasi yang didapat ketika campuran minyak dipanaskan
tanpa membuat uap minyak terpisah dari cairannya yang akan menghasilkan titik
masing profil distilasi ASTM, TBP, dan EFV. Profil distilasi ASTM biasanya telah
diketahui dari laporan pemeriksaan laboratorium setiap harinya. Distilasi TBP dan
EFV tidak dapat diketahui secara langsung dari analisa laboratorium, tetapi terdapat
metode untuk mendapatkan profil distilasi TBP dan EFV. Metode untuk
mendapatkan profil distilasi TBP dan EFV ada bermacam-macam berikut ini akan
digunakan salah satu metode dari Edmister dalam mendapatkan profil distilasi TBP
dan EFV.
tersebut. Laporan distilasi ASTM inilah yang akan dijadikan pedoman untuk
mendapatkan profil distilasi TBP. Profil distilasi TBP akan sangat menentukan dalam
temperature pada 50% vol distilasi ASTM yang kemudian diplot pada fig. 12.4
15
dari buku Applied Hydrocarbon Thermodynamic karangan Edmister. Setelah
pada 50% vol pada distilasi ASTM untuk mendapatkan temperature pada 50 %
2. Mencari selisih dari tiap-tiap interval pada distilasi ASTM, yaitu antara IBP -
10%, 10% -30%, 30% - 50%, 50% - 70%, 70% - 90%, dan 90% - FBP.
3. Mencari koreksi dari tiap- tiap interval pada distilasi ASTM dengan
menggunakan grafik pada fig 12.5 untuk mendapatkan selisih tiap- tiap interval
pada distilasi TBP. Koreksi dari tiap- tiap interval distilasi TBP didapatkan
dengan menarik garis vertikal ke atas dan memotong garis lengkung tiap-tiap
dengan menggunakan temperatur pada 50% distilasi TBP sebagai acuan awal.
Konversi profil distilasi EFV dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan
merubah profil distilasi ASTM menjadi EFV maupun dengan cara mengubah profil
distilasi TBP menjadi EFV. Cara yang akan digunakan adalah cara untuk merubah
Konversi profil distilasi TBP menjadi EFV pada prinsipnya sama dengan cara
konversi dari distilasi ASTM menjadi distilasi TBP. Profil distilasi TBP menjadi
pedoman untuk dikonversi menjadi profil distilasi EFV. Profil distilasi EFV akan
16
berguna dalam proses penentuan kondisi operasi setelah dilakukan perubahan cutting
point. Langkah- langkah untuk proses konversi profil distilasi TBP menjadi EFV
1. Temperatur TBP pada 50% yang telah diketahui, menggunakan fig 12.6 dapat
nilai temperature TBP 50% serta temperatur selisih antara TBP (30% - 10%)
TBP pada interval IBP - 10%, 10% - 30%, 30% - 50%, 50% - 70%, 70% - 90%,
dan 90% - FBP. Nilai temperature difference EFV didapatkan dengan cara
fig 3.28. Menghitung EFV pada % recovery yang lain di koreksikan tekanan
Perubahan cutting point untuk mendapatkan nilai cutting point yang baru dapat
data dari profil distilasi TBP untuk membuat garis komponen bayangan. Garis
bayangan ini nantinya akan dapat memudahkan dalam penentuan nilai cutting point
17
produk yang baru. Penggunaan metode pseudo-component dalam menentukan
tertentu, semua kurva profil distilasi harus digunakan sesuai dengan batasan
volume tiap-tiap produk. Akumulasi dari volume tiap tiap produk dapat dikorelasikan
dengan cutpoint temperature dari gabungan grafik profil distilasi TBP tiap-tiap
produk. Metode ini digunakan untuk membuat profil bayangan (pseudo) distilasi dari
suatu fraksi minyak bumi atau umpan suatu unit. Metode pseudo-component
digunakan untuk membentuk profil distilasi umpan pada kolom fraksinasi dengan
dasar grafik profil distilasi TBP gabungan tiap-tiap produk. Dua hal penting yang
harus dimiliki untuk membuat profil distilasi TBP dan selanjutnya profil distilasi
1. Data profil Distilasi ASTM dan Grafik profil distilasi ASTM masing- masing
produk.
2. Flow rate dari tiap tiap produk dan flow rate dari umpan masuk. Flow rate akan
18
Dari buku Element Petroleum Processing karangan D.S.J Jones, langkah-
1. Konversi dari profil distilasi ASTM tiap-tiap produk ke profil distilasi TBP.
Untuk melakukan konversi dari profil distilasi ASTM ke TBP digunakan grafik
korelasi antara profil distilasi ASTM dan TBP (Figure 12.5) dari buku Applied
kurva gabungan temperatur vs TBP (curve dari tiap-tiap produk). Dalam hal ini
menggunakan kurva profil distilasi TBP dan pembuatan increment dari boiling
point tiap-tiap produk. Membuat balance komponen dari data profil distilasi
TBP dan flow rate tiap-tiap produk dibuat break down dari increment
temperature dan yields dari produk kemudian dibuat profil distilasi TBP
Membuat kurva profil distilasi EFV dari kurva distilasi TBP. Untuk
antara profil distilasi TBP-EFV (figure 12.6 dan 12.7) dari buku Applied
Thermodynamics.
Kondisi operasi didapat dari hasil perhitungan distilasi EFV dari produk,
distilasi EFV digunakan sebagai acuan kondisi operasi karena distilasi EFV diuji
untuk mendapatkan temperature yang dibutuhkan saat uap dan cairan terpanaskan
19
namun uap masih belum terpisah dari cairan. Temperature produk samping
ditentukan oleh initial boiling point (IBP) yang sudah dikoreksi tekanan. Distilasi
EFV dari produk samping. Langkah-langkah untuk menentukan draw off HVGO
Untuk data spesifikasi produk bisa dilihat di tabel 4.2. Flash point adalah
menggunakan rumus2:9
Selain flash point, prediksi spesifikasi dari produk HVGO yang dilakukan
dengan mengamati nilai oAPI dan Kuop. Data SG didapatkan dari pemeriksaan hasil
laboratorium yang selalu dilaporkan setiap harinya atau dari perhitungan middle
boiling point. Untuk mendapatkan oAPI dapat menggunakan formula sebagai berikut:
141,5
−131,5............................................................................................................................................................. (3-3)
SG 60/60
Data distilasi TBP hasil cutting dapat digunakan untuk memperkirakan harga
faktor Kuop dari produk HVGO. Untuk mendapatkan faktor Kuop dapat digunakan
MeABP+ 460
KUOP = 3
√ SG 60/60o F
............................................................................................................................................... (3-4)
20
Untuk mendapatkan nilai Kuop dibutuhkan nilai MeABP dan SG 60/60. Untuk
mendapatkan nilai MeABP dari produk HVGO diperlukan suatu perhitungan yang
Nilai MeABP didapatkan dalam temperature Rankine, oleh karena itu nilai
VABP yang dikoreksi dengan menggunakan fig 5.4 dari buku Nelson harus
dikonversi menjadi °Rankine. Nilai VABP yang dipakai untuk mendapatkan MeABP
¿
VABP = Volume Average Boiling Point = T 10 % +2 x T 50 %+ T 90 % ¿ 4 ........... (3-
6) Keterangan:
21
IV. PEMBAHASAN
memiliki spesifikasi lain yang tidak tercantum dalam tabel spesifikasi, yaitu sifat
parafinis. Hal tersebut dikarenakan HVGO yang bersifat naphtenis akan mengganggu
HVGO
BATASAN
SIFAT
Minimum Maksimum
LVGO
BATASAN
SIFAT
Minimum Maksimum
22
4.2 Data Kondisi Operasi Kolom HVU II
Analisis dari vacuum feed dari CDU IV dan V serta produk- produk yang
dihasilkan dari HVU II dapat dilihat dari hasil laporan yang telah diperoleh
penyusun. Data yang telah diperoleh diambil dari plant information (PI) HVU-II unit
berikut:
Aliran
Material
m3/jam %yield
Feed 515 100
Produk
LVGO 61 12.15
HVGO 281 55.57
Vacuum Bottom 163 32.27
Pada perhitungan jumlah produk HVGO yang dihasilkan unit HVU II, penulis
akan mencoba mengubah cutting point dari produk HVGO dengan fraksi yang lebih
ringan yaitu produk LVGO. Perubahan cutting point akan menentukan jumlah
23
Tabel 4.3 Data Distilasi
24
4.3.1 Konversi Distilasi ASTM ke Distilasi TBP
keadaan sekarang terlebih dahulu. Kemudian plot profil distilasi yang diinginkan.
menggunakan rumus:
T 1 atm−109.3
T 10mmHg=
1.163
grafik Edmister.
ASTM ASTM
%vol
C F
0 238 460
10 274 525
30 297 567
50 317 603
70 339 642
90 370 698
100 416 780
DT
AST DT CORREC TBP
ASTM oC AST
LVGO
M oF TBP T oF
M
0% 150 302 241
10% 181 358 56 88 329
30% 201 393 36 60 389
25
50% 218 424 31 48 13 437
70% 237 458 34 48 485
90% 263 506 48 58 543
100% 303 577 71 80 623
ASTM ASTM
%vol
C F
0 299 570
10 366 691
30 400 752
50 420 788
70 439 822
90 475 887
100 527 981
DT
AST DT CORRE TBP
ASTM oC AST
M oF TBP CT oF
M
202.39
0% 396 342
04
10% 260 500 104 144 486
289.23
30% 553 53 78 564
HVGO
47
306.43
50% 584 31 48 28 612
16
322.76
70% 613 29 42 654
87
353.72
90% 669 56 66 720
31
100 398.43
749 80 93 813
% 51
26
Data distilasi untuk produk short residu tidak dicantumkan pada hasil uji
analisis laboratorium. Data distilasi short residue vacuum bottom residu dapat
diperoleh dengan cara konversi TBP cutting point nominal yang dikonversi dengan
rumus:
Dari perhitungan tersebut jika nilai cutting point HVGO dan SR sebesar 340 oC
pada keadaan vakum atau 505 oC pada keadaan 1 atm, maka akan didapatkan nilai
temperature IBP dari Short residu sebesar 483oC. FBP dari short residu dapat
diketahui dengan mengasumsikan nilai FBP dari short residu sama dengan nilai
27
Tabel 4.6 Cutting Point Produk
Draw Off
LVGO 416
357.278
299
HVGO
527
505
SR 483
grafik dari buku Jones pada Fig A1.4. Data distilasi ASTM short residue yang telah
Edmister.
Tabel 4.7 Data Distilasi Short Residue dan Konversi Menjadi TBP
ASTM ASTM
%vol
C F
0 492 918
10 534 993
30 560 1040
50 579 1075
70 605 1121
90 637 1179
100 676 1249
DT
AST DT CORREC TBP
ASTM oC AST
M oF TBP T oF
M
VAC RES
368.
0% 695 711
3
404.
10% 760 65 98 809
4
30% 426. 800 40 64 873
28
7
443.
50% 830 30 46 89 919
3
465.
70% 870 40 54 973
6
493.
90% 920 50 60 1033
3
100 526.
980 60 66 1099
% 7
temperature saat distilasi dengan volume recovery pada temperature yang dimaksud.
pada setiap perubahan 20°F, selanjutnya dengan dasar grafik distilasi dilakukan
perubahan kondisi operasi kolom vakum pada HVU II menurut cara R.N. Watkin
29
Tabel 4.8 Tabel Data Distilasi TBP Produk
VAC
%vol LVGO HVGO
RES
0% 241 342 711
10% 329 486 809
30% 389 564 873
50% 437 612 919
70% 485 654 973
90% 543 720 1033
100% 623 813 1099
Grafik distilasi TBP produk HVU II yang telah ditampiikan diatas kemudian
disusun persen recovery setiap komponen bayangan terhadap umpan HVU II. Hasil
30
900
800
700
600
TBP temp (F)
500
400
300
200
100
0 %VOL
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
31
Tabel 4.9 Pembacaan Grafik Komponen Bayangan
%yield
No Range Suhu T
LVGO HVGO SR
1 231 250 240 0.6
2 251 270 260 1.9
3 271 290 280 3.7
4 291 310 300 5.7
5 311 330 320 8.3
6 331 350 340 12.6 0.4
7 351 370 360 19.9 1.2
8 371 390 380 26.5 2.3
9 391 410 400 34.2 3.4
10 411 430 420 42.6 4.5
11 431 450 440 51.1 5.7
12 451 470 460 57.4 6.9
13 471 490 480 64.5 8.4
14 491 510 500 73 11.2
15 511 530 520 80.8 14.8
16 531 550 540 87.2 19.8
17 551 570 560 91.7 26.2
18 571 590 580 96 35.8
19 591 610 600 97.5 44.7
20 611 630 620 100 54.1
21 631 650 640 64.2
22 651 670 660 72.4
23 671 690 680 79.5
24 691 710 700 85.6
25 711 730 720 90.1 0.9
26 731 750 740 93.1 2.6
27 751 770 760 95.2 4.9
28 771 790 780 97 6.1
29 791 810 800 98.7 8.5
30 811 830 820 100 12.3
31 831 850 840 17.9
32 851 870 860 25.2
33 871 890 880 32.6
34 891 910 900 41.5
35 911 930 920 50.3
36 931 950 940 58
37 951 970 960 65.4
38 971 990 980 72.3
39 991 1010 1000 79.8
32
40 1011 1030 1020 86.5
41 1031 1050 1040 91.6
42 1051 1070 1060 94.8
43 1071 1090 1080 97.4
44 1091 1110 1100 100
% volume on
%yield
feed
% vol
LVGO HVGO SR %vol
kum
0.0729 0.0729 0.0729
28 28 28
0.1580 0.1580 0.2309
1 1 37
0.2187 0.2187 0.4497
83 83 2
0.2430 0.2430 0.6928
92 92 11
0.3160 0.3160 1.0088
19 19 3
0.5226 0.2222 0.7449 1.7537
47 9 37 68
0.8872 0.4445 1.3318 3.0856
85 8 65 33
0.8022 0.6112 1.4135 4.4991
03 98 01 33
0.9359 0.6112 1.5472 6.0463
03 98 01 34
1.0209 0.6112 1.6322 7.6786
85 98 83 17
33
1.0331 0.6668 1.7000 9.3786
4 71 1 28
0.7657 0.6668 1.4326 10.811
39 71 09 24
0.8629 0.8335 1.6965 12.507
75 88 64 8
1.0331 1.5560 2.5891 15.096
4 31 71 97
0.9480 2.0006 2.9486 18.045
58 12 69 64
0.7778 2.7786 3.5565 21.602
93 28 21 16
0.5469 3.5566 4.1035 25.705
56 43 99 76
0.5226 5.3349 5.8576 31.563
47 65 12 37
0.1823 4.9459 5.1282 36.691
19 57 76 65
0.3038 5.2238 5.5276 42.219
65 2 84 33
5.6128 5.6128 47.832
28 28 16
4.5569 4.5569 52.389
49 49 11
3.9456 3.9456 56.334
51 51 76
3.3899 3.3899 59.724
26 26 69
2.5007 0.2904 2.7912 62.515
65 56 21 91
34
1.6671 0.5486 2.2158 64.731
77 39 15 72
1.1670 0.7422 1.9092 66.641
24 76 99 02
1.0003 0.3872 1.3875 68.028
06 74 8 6
0.9447 0.7745 1.7192 69.747
33 49 82 88
0.7224 1.2263 1.9488 71.696
43 69 12 7
1.8072 1.8072 73.503
81 81 98
2.3559 2.3559 75.859
19 19 9
2.3881 2.3881 78.248
92 92 09
2.8722 2.8722 81.120
85 85 37
2.8400 2.8400 83.960
12 12 39
2.4850 2.4850 86.445
11 11 4
2.3881 2.3881 88.833
92 92 59
2.2268 2.2268 91.060
28 28 42
2.4204 2.4204 93.480
65 65 88
2.1622 2.1622 95.643
82 82 16
35
1.6459 1.6459 97.289
16 16 08
1.0327 1.0327 98.321
32 32 81
0.8390 0.8390 99.160
95 95 91
0.8390 0.8390
100
95 95
100
Dari tabel tersebut kemudian diplotkan antara mid boiling point masing-
36
Grafik distilasi tbp feed fraksinator
900
800
700
Temperature ⁰F
600
500
400
300
200
100
0 % Recovery
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Distilasi TBP dari vacuum feed HVU kemudian dapat ditentukan cutting point
(TBP cut point) masing- masing produk untuk menentukan TBP cut volume masing-
37
masing produk. Nilai TBP cut point dapat ditentukan dengan menggunakan cara R.N
Hasil perhitungan dari cutting point tiap produk dengan menggunakan rumus di
CUTTIN
IBP FBP
No Fraksi
G
⁰F ⁰F ⁰F
1 LVGO 241 623
482
HVG
2 342 813
O
762
VAC
3 711 1099
RES
Hasil cutting point yang telah didapatkan pada tabel 4.11 kemudian diplot
dalam grafik TBP untuk mendapatkan grafik TBP cut point dan volume sebagai
berikut:
38
Grafik distilasi tbp feed fraksinator
900
800
700
Temperature ⁰F
600
500
400
300
200
100
0 % Recovery
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Gambar 4.3 Grafik TBP cut point dan volume produk HVU lama
39
4.3.3 Hasil Perubahan Cutting Point
CUTTIN
No Fraksi IBP FBP
G
⁰F ⁰F ⁰F
1 LVGO 241 601.2
460
2 HVGO 320 813
762
VAC
3 711 1099
RES
point. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dibuat grafik cutting point sebagai
berikut:
40
Grafik distilasi tbp feed fraksinator
900
800
700
Temperature ⁰F
600
500
400
300
200
100
0 % Recovery
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Gambar 4.4 Grafik TBP cut point dan volume produk HVU baru
kolom HVU II dari: LVGO 12.15 % menjadi 11%, HVGO dari 55.57% menjadi
41
4.3.4 Analisis Produk
Produk LVGO
LVGO merupakan produk dari kolom vakum yang dapat digunakan langsung
sebagai produk jadi yaitu automotif diesel oil (ADO). Beberapa spesifikasi yang
penting dalam produk tersebut yaitu flash point dan temperature recovery pada
370°C minimal 90%. Dengan menggunakan table presiksi dari buku DSJ Jones
ASTM ASTM
%vol
F C
0 460.4 238
262.777
5 505
8
271.111
10 520
1
296.111
30 565
1
315.555
50 600
6
332.222
70 630
2
354.444
90 670
4
414.444
100 778
4
42
Jika diketahui temperature ASTM pada 5% volume sebesar 505oF maka
temperature terjadinya flash point adalah pada 505 oF atau 204 oC. Hal tersebut
Produk HVGO
paraffin base maupun intermediate base dapat diketahui dengan cara menghitung
nilai Kuop dari produk HVGO pada temperature cutting point 460 °F. Perhitungan
Kuop dapat dimulai dengan mengetahui nilai VABP (volume average boiling point),
(mean average boiling point) yang selanjutnya dapat diketahui nilai Kuop dari
HVGO.
VOL REC TF TC
IBP 536 280
5 600 316
10 620 327
30 680 360
50 720 382
70 780 416
90 850 454
FBP 981 527
43
Tabel 4.15 SG 60/60 HVGO Baru
Dimana:
VABP = 727.5 oF
Dengan menggunakan grafik 5.4 Nelson akan didapatkan nilai koreksi untuk
menentukan MeABP pada temperature Rankine. Nilai koreksi untuk MeABP adalah
sebesar:
44
Nilai Kuop dari produk HVGO pada temperature cutting point 460°F adalah
sebesar :
Dengan menggunakan grafik dari Fig A2.2. tentang hubungan antara nilai SG
dengan mid boiling point. SG baru setelah digunakan Fig A2.2. didapatkan sebesar
0,8825.
Setelah mendapatkan nilai Kuop dari produk HVGO sebesar 11,96 dapat dilihat
bahwa sifat HVGO masih bersifat intermediate base yang terletak antara 11,5 - 12,1
Tinjauan ekonomi dari produk HVGO akan dihitung berdasarkan berapa nilai
kenaikan dari produk HVGO setelah cutting point diubah menjadi 460 °F.
Sesudah
%yiel $/B
Produk M3/h Bbl/h $/h
d bl
356.31 52.3 18646.1094
LVGO 11 56.65
78 3 3
292.10 1837.3 57.1 105001.926
HVGO 56.72
8 04 5 1
166.19 1045.3 63.0 65927.4996
SR 32.27
05 07 7 8
189575.535
45
3
Sebelum
%yiel $/B
Produk M3/h Bbl/h $/h
d bl
52.3
LVGO 12.15 62.60 393.72 20603.24
3
1800.1 57.1
HVGO 55.57 286.20 102877.73
4 5
1045.4 63.0
SR 32.27 166.21 65933.36
0 7
189414.33
Keuntung $US /
161.21
an hr
$US / 1413126.61
yr 4
Kurs IDR /
13578
Rupiah $US
Keuntung IDR / 191874331
an yr 67
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa margin produk HVGO akan bertambah sebesar US$/h
Kenaikan margin HVGO akan menjadi sebesar Rp 19.187.433.167 / tahun apabila cutting
46
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
a. Penurunan nilai cutting point produk HVGO dari 482 °F menjadi 460 °F akan
menambah jumlah volume produk HVGO. Hal ini dapat dilihat pada
volume.
diperoleh setelah cutting point HVGO diubah menjadi 460 °F dengan kenaikan
5.2 Saran
a. Apabila terdapat perubahan spesifikasi dari HVGO, maka range cutting point
b. Pengaturan kondisi operasi dari 279°C menjadi 253°C harus dilakukan secara
bertahap dan hati- hati, supaya tidak terjadi permasalahan dalam operasi dan
rutin.
47