Disusun oleh :
1. Risqi Wijiyanti (190106016)
2. Yuni Khofifah Kurniawati ( 190106020 )
TINGKAT II
PROGRAM STUDY DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
Jln. Raya Tulugagung – Blitar Km. 04 Sumbergempol Tulungagung
telp. (0355) 331080
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya-Nya
sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah “Distosia Letak dan Bentuk Janin” ini dalam
waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang. Dengan
adanya penulisan makalah ini semoga dapat membantu dalam pembelajaran kita dan bisa
menyelesaikan masalah-masalah, yang khususnya dalam ruang lingkup ilmu keperawatan.
Penulis menyadari bahwa susunan pembuatan makalah ini belum mencapai hasil yang
sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini dapat
membantu pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih belum
diungkapkan dalam membahas Distosia Letak dan Bentuk Janin
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang…………………………………...……..……………………......................
B. Rumusan Masalah………………………………………………..........................................
C. Tujuan…………………………………………………………….…….….….….................
BAB II Pembahasan
A. Definisi Distosia………………………………………………………….............................
B. Klasifikasi Distosia Letak dan Bentuk Janin…………………..….……..……....................
C. Etiologi Distosia Letak dan Bentuk Janin ………………………………………….............
D. Pemeriksaan Penunjang Distosia Letak dan Bentuk Janin ………………………………....
E. Penatalaksanaan Distosia Letak dan Bentuk Janin ………………………………...............
F. Dampak Distosia Letak dan Bentuk Janin …………………………………..…..................
G. Cara Pencegahan Distosia Letak dan Bentuk Janin ………………………………………..
A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan.
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga. Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya servik, dan janin turun ke jalan lahir. Kelahiran
adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Dengan
demikian bisa dikatakan bahwapersalinan adalah ranagkaian peristiwa mulai dari
kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta,
ketuban dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri.
Mortalitas dan mordilitas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar
yang berkembang karena salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan
obstetrik dan ginekologi disuatu wilayah. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu
faktor pendukung dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, karena melalui
proses reproduksi kita dapat melihat suatu peristiwa yang sangat mengagumkan, dimulai
dari terjadinya pembuahan, berlanjut dengan masa kehamilan dan akhirnya mencapai titik
puncaknya berupa persalinan. Dengan persalinan maka lahirlah satu insan baru yang akan
menjadi generasi penerus yang berkualitas
Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan bahwa
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
tersebut masih jauh dari target RPJMN tahun 2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran
hidup dan target MDG’s sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015. Angka
Kematian Ibu (AKI) pada tahun terjadi pada masa antenatal, intra natal dan post natal
dari keseluruhan persalinan 64% tidak mengalami komplikasi, persalinan lama 31%,
perdarahan 7%, infeksi 5%. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) dalam satu bulan
setelah dilahirkan 39% karena komplikasi, termasuk persalinan lama 30%, perdarahan
12% dan infeksi 10%[3] Berdasarkan Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/ Kota se
Jawa Timur tahun 2010, Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Timur sebesar 101,4 per
100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan target sebesar 125 per 100.000
kelahiran hidup, maka kondisi tersebut menunjukkan keberhasilan Provinsi Jawa Timur
dalam menekan kematian ibu namun yang harus diwaspadai adalah bahwa kondisi
tersebut belum dapat menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan karena kematian
ibu sebagian besar dilaporkan hanya dari pelayanan kesehatan dasar sedangkan rumah
sakit relatif masih kecil
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi distosia?
2. Apa saja klasifikasi distosia letak dan bentuk janin?
3. Apa saja etiologi distosia letak dan bentuk janin?
4. Apa tanda dan gejala distosia letak dan bentuk janin?
5. Bagaimana penatalaksanaan distosia letak dan bentuk janin?
6. Apa saja dampak dari distosia letak dan bentuk janin?
7. Bagaimana cara pencegahan distosia letak dan bentuk janin?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui mengenai definisi distosia
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi distosia letak dan bentuk janin
3. Untuk mengetahui etiologi distosia
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala distosia letak dan bentuk janin
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan distosia letak dan bentuk janin
6. Untuk mengetahui dampak dari distosia letak dan bentuk janin
7. Untuk mengetahui cara pencegahan distosia letak dan bentuk janin
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandi dengan adanya hambatan kemajuan
dalam persalinan.
Distosia di definisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang
timbul akibat sebagai kondisi yang berhubungan dengan berbagaimacam keadaan.
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan disebabkan kelainanhis, letak dan
bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan normal. Bisa disebabkan karena
kelainan tenaga, kelainan letak, dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.
Gangguan jalannya proses persalinan dapat disebabkan oleh kelainan presentasi, posisi
dan perkembangan janin intrauterin.
Diagnosa distosia akibat janin bukan hanya disebabkan oleh janin besar, janin dengan
ukuran normal namun dengan kelainan pada presentasi intra uterin tidak jarang dapat
menyebabkan gangguan proses persalinan.
B. KLASIFIKASI
C. ETIOLOGI
Etiologi distosia secara umum dibagi menjadi tiga kelompok yang dikenal dengan
singkatan 3P (power, passage, dan passenger).
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
mengedan ibu (kekuatan/power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/passage)
3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan
jumlah bayi (passengger).
Untuk dapat memilih penanganan yang tepat, maka penyebab distosia dapat
diklasifikasikan menjadi penyebab ibu hamil dan penyebab janin.
1. Etiologi Ibu Hamil.
Penyebab distosia dari faktor ibu termasuk lemahnya kontraksi uterus dan
kelainan jalan lahir. Inersia uteri atau tidak adekuatnya kontraksi uterus bisa primer
maupun sekunder. Inersia uteri primer biasanya karena overdistensi uterus akibat
kehamilan gemelli atau pada polihidramnion.
Sedangkan Inersia uteri sekunder disebabkan kelelahan miometrium akibat
obstruksi persalinan.Kelainan jalan lahir termasuk disproporsi kepala janin dengan
rongga pelvis ibu, deformitas pelvis, torsio uteri, dilatasi inkomplit serviks, atau
adanya massa pada seperti keganasan yang dapat menutupi jalan lahir. Kondisi
stenosis vulva dan vestibulum pada ibu hamil usia belia juga dapat menyebabkan
distosia.
2. Etiologi janin.
Penyebab distosia dari faktor janin biasanya karena malposisi, malpresentasi, atau
disproporsi kepala panggul (cephal pelvic disproportion / CPD). Janin yang relatif
lebih besar daripada pelvis ibu (fetopelvic disproportion) akan menyebabkan
distosia, jadi malposisi dan malpresentasi janin tidak akan menjadi masalah bila
besar bayi tidak terlalu besar.
Malposisi yang paling sering ditemukan adalah posisi oksipitoposterior. Janin
biasanya akan berputar menjadi oksipitoanterior saat sebelum persalinan, namun
sekitar 2 – 7% janin pada kehamilan pertama akan tetap pada posisi
oksipitoposterior
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. MRI
Menggunakan kekuatan magnet dan gelombang radio. Signal dari medan magnet
memantulkan gambaran tubuh dan mengirimkannya ke computer, dimana yang
kemudian akan ditampilkan dalam bentuk gambar. Tidak seperti X-ray dan CTscan
yang menggunakan radiasi. Namun penggunaan MRI masih terbatas dikarenakan
biaya mahal, waktu pemeriksaan yang sulit dan lama, serta ketersediaan alat.
Kegunaannya :
a. Pelvimetri yang akurat
b. Gambaran fetal yang lebih baik
c. Gambaran jaringan lunak di panggul yang dapat menyebabkan distosia
2. USG
Menggunakan gelombang suara yang dipantulkan untuk membentuk gambaran
bayi di layar komputer yang aman untuk bayi dan ibu. Kegunaan :
a. Menilai pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.
b. Masalah dengan plasenta. USG dapat menilai kondisi plaasenta dan menilai
adanya masalah seperti plasenta previa dsb.
c. Kehamilan ganda/ kembar. USG dapat memastikan apakah ada 1 / lebih fetus
di rahim.
d. Kelainan letak janin. Bukan saja kelainan letak janin dalam rahim tapi juga
banyak kelainan janin yang dapat di ketahui dengan USG, seperti:
hidrosefalus, anesefali, sumbing, kelainan jantung, kelainan kromoson
(syndrome down), dll.
e. Dapat juga untuk menilai jenis kelamin bayi jika anda ingin mengetahuinya.
E. PENATALAKSANAAN
Penanganan Umum
1. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
2. Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
3. Kolaborasi dalam pemberian :
a. Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
b. Berikan analgesia berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg
(IM)
4. Perbaiki keadaan umum
a. Dukungan emosional dan perubahan posisi
b. Berikan cairan
Penanganan Khusus
1. Pemeriksaan dalam
2. Pemeriksaan luar
3. MRI
4. Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksio sesaria baik primer
pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan
F. DAMPAK
1. Bahu bayi patah
Ukuran bayi yang terlalu besar bisa menyebabkan distosia bahu. Kondisi ini
biasanya kepala bayi lahir tapi bahu tidak lahir. Untuk bisa mengeluarkan bayi,
maka bahu bayi akan dipatahkan. Untuk itu, sebisa mungkin hal ini dicegah.
2. Kematian bayi
Distosia juga bisa menyebabkan bayi mati dalam kandungan. Apabila kondisi
bayi, terutama bagian kepala sudah keluar, dalam durasi 5-10 menit tidak segera
dikeluarkan maka bayi bisa mati.
3. Dinding rahim robek
Dinding rahim robek atau ruptur uteri, bisa menjadi salah satu komplikasi dari
distosia. Dinding rahim yang robek terjadi karena adanya tindakan dalam usaha
pervaginal untuk melahirkan janin pada uterus yang segmen bawahnya telah
teregang karena adanya distosia.
Jika dibiarkan, maka ibu akan mengalami perdarahan hebat. Darah akan masuk ke
dalam perut, ini bisa menyebabkan bayi meninggal dalam kandungan, dan bisa
menyebabkan kematian pada ibu. Namun, kemajuan dalam bidang kebidanan,
dinding rahim robek bisa dicegah.
4. Fistula
Distosia bisa sebabkan ibu mengalami fistula. Kondisi ketika kencing keluar terus
karena kandung kemihnya bolong. Ini diakibatkan tekanan akibat bayi besar, ibu
yang terlalu banyak mengejan selama persalinan.
G. PENCEGAHAN
1. Makanan ibu hamil
Bayi bisa berukuran besar itu biasanya disebabkan oleh diet makanan ibu selama
kehamilan. Makan ibu hamil yang terlalu banyak, melebihi keutuhan per hari bisa
berakibatnya bayinya berukuran besar. Apabila usia kehamilan masih muda, namun
bayi berukuran besar maka makanan dibatasi.
Makanan yang harus dibatasi biasanya adalah karbohidrat. Kebanyakan ibu hamil
suka nyamil yang tinggi karbohidrat. Untuk mencegah kenaikan berat badan bayi
yang besar, jika ibu hamil ingin camilan maka yang diperbolehkan hanya buah.
Jika ibu hamil ingin minum susu, pilih susu kehamilan yang rendah gula. Intinya,
pilih makanan yang tidak terlalu tinggi karbohidrat untuk mencegah bayi berukuran
besar. Seperti misalnya mengatur asupan nasi, roti dan tepung-tepungan, serta snack
dari kentang.
Kemudian di trimester tiga, gizi ibu hamil juga diperiksa kembali. Ibu hamil harus
memiliki gizi yang baik, TKTP (tinggi kalori tinggi protein) karena salah satu gizi
yaitu protein, bisa membantu ibu memiliki kekuatan untuk mendorong bayi lahir.
2. Istirahat cukup sebelum persalinan
Kekuatan ibu saat mengejan bisa dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu sebelum
melahirkan. Misalnya, ibu kelelahan karena tidak istirahat yang cukup.
Itu pentingnya, mempersiapkan fisik jelang melahirkan. Bisa didukung dengan
olahraga maupun dengan istirahat yang cukup.
3. Rutin kontrol kehamilan
Kontrol hamil itu penting, dari trimester pertama, kedua, dan ketiga. Selama
kontrol kehamilan, ibu hamil akan diukur berat badannya, tinggi fundus uterinya,
dan berat bayinya.
Sebagai panduan, berat bayi normal di 28 minggu sekitar 1.000 gram. Sementara,
berat bayi normal di usia 36 minggu itu antara 2.500 gram hingga 3.000 gram (2,5
kg-3 kg). Berat bayi di usia 38 minggu itu antara 3.200 gram hingga 3.500 gram.
Berat bayi mulai dipantau jika usia kehamilan mencapai 34 minggu. Tiga hal tadi
diukur apakah sesuai dengan usia kehamilan atau tidak. Apabila tidak rajin kontrol,
dan bayi dalam kondisi besar, maka kemungkinan akan operasi caesar.
4. Kontrol diabetes
Ibu hamil yang mengalami diabetes dan tidak dikontrol, maka bisa menyebabkan
bayi berukuran besar. Untuk itu, jika ibu hamil mengalami diabetes atau memiliki
riwayat diabetes maka harus dikontrol agar berat badan bayi normal.
5. Senam kehamilan
Menjelang persalinan, ibu hamil sudah bisa melakukan senam kehamilan di usia
34 minggu. Boleh melakukan senam atau yoga yang bisa melancarkan kehamilan
dan bisa membalikkan posisi bayi yang sungsang.
6. Pijat perineum
Pijat perineum juga bisa menjadi salah satu pencegahan distosia. Di usia 36
minggu, ibu hamil sudah boleh melakukan pijat perineum. Ibu hamil bisa
melakukan pijat perineum tiga kali dalam sehari dengan durasi 5 menit.
7. Periksa ke dokter mata
Ibu hamil yang memiliki minus tinggi, minus di atas 5 maka lebih baik
diperiksakan dahulu ke dokter spesialis mata. Karena, risikonya jika mengejan
retinanya bisa lepas (abrasio retina). Jadi periksakan dahulu ke dokter dari usia 36
minggu untuk menghindari risiko kebutaan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 25 April2020
Jam : 15.00 WIB
Tempat : BPM YUNI KHOFIFAH, S.ST.
1. Data Subjektif
Istri Suami
Pendidikan : SMP SD
2. Anamnesa
c. Riwayat haid :
HPHT : 15 Agustus2019
HPL : 22 Mei2020
UK : 36Minggu
yang Lalu
Persalinan Nifas
Hamil
Tangga Jenis Jenis BB
Ke- l Persalina Penolon Komplikas kelami lahir Laktas Komplikas
Lahir n g i n i i
11-10-
1 Normal Bidan Tidak ada ♂ 2,9 Ya Tidak ada
2012
f. Riwayat Kesehatan
b) Riwayat kesehatan yang lalu : Ibu mengatakan belum pernah sakit parah,
menurun.
4) Riwayat kembar
Ibu mengatakan tidak ada riwayat kembar.
a) Tanda-tanda kehamilan
6) Riwayat ANC
Trimester I : 3 kali
Trimester II : 3 kali
Trimester III : 2 kali
Imunisasi TT : TT I = Saat sekolahdasar
TT II = Saat sebelum menikah
T III = Saat usia kehamilan 20 minggu
Keluhan : Trimester I = Mual dan muntah
: Trimester II = Tidak ada
: Trimester III = Tidak ada
Obat yang pernahdi konsumsi : TabletFe
Jamu yangdiminum : Tidak ada
2. Data Obyektif
PemeriksaanUmum
a.Keadaan umum :
b. Tanda vital
Tekanandarah : 110/70 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,40C
BB/TB : 59 Kg /154 cm
LILA : 24 cm
PemeriksaanFisik
Mulut : Bentuk simetris, bibir lembab, gigi bersih, gusi tidak ada
sariawan
ada benjolan
Abdomen : Bentuk sesuai usia kehamilan tidak ada bekas operasi, tidak
adastrie
Palpasi Leopold
Leopold I : TFU 3 jari di bawah Px, bagian atas perut ibu teraba bulat,
besar, keras, melenting(kepala)
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba besar memanjang seperti papan
(punggung) dan bagian kiri teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstermitas)
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba besar bulat, lunak(bokong)
Leopold IV : Konvergen
Anus : Hemoroid(-)
Tangan dan kaki : Oedem(-), Varices(-), Reflekpatela(+) kanan dan kiri, Kuku
Bersih
B. ASSESMENT
C. PENATALAKSANAAN
36,40C, DJJ : 140 serta ibu dan janin dalam keadaan baik.
Hasil : Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan dan ibu merasa lega
makanan gizi seimbang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan janin, untuk
persiapan dalam persalinan, dan memperlancar produksi ASI pada masa nifas.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia memakan makanan bergizi dan berprotein
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan mengurangi aktivitas berat. Dengan
istirahat cukup dapat menjaga kondisi ibu dan merelaksasi otot- otot tubuh
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk istirahat yang cukup mengurangi aktivitas
berat
4. Memberikan KIE kepada ibu agar posisi janinnya normal dengan cara sujud,
tangan memeluk berada di samping badan, perut diganjal bantal dan muka
menghadap kesamping
5. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan trimester 3 yaitu : keluar darah hebat,
pusing terus menerus, bengkak pada kaki, nyeri hebat, ketuban pecah sebelum
Hasil : Ibu mengerti dan akan menghubungi tenaga kesehatan bila terjadi tanda-
tanda tersebut.
kontrol 1 minggu lagi atau bila ada keluhan. Dengan melakukan pemeriksaan
Persalinan distosia pada remaja umumnya terjadi pada usia >16 tahun, dengan penyebab
yang paling sering Ialah faktor letak dan bentuk janin, serta faktor jalan lahir. Tindakan
utama yang paling banyak dilakukan pada distosia yaitu operasi seksio setelah persalinan
percobaan kemudian gagal. Distosia jarang menimbulkan komplikasi yang berarti, oleh
karena itu hasil akhir dari pasien dengan distosia sangat baik.
Kelainan bentuk kepala seperti hydrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas panggul dan dapat membatasi kemampuan janin untuk
mengambil bentuk presentasi kepala.
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil terhadap Ny.S Usia 33 tahun
G2P1A0 dengan letak sungsang di BPS Ari Saptuti, S.ST Desa Sukamulya Kecamatan
Bayumas Tahun 2020, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak sungsang telah
melakukan pengkajian dan hasil pengkajian tersebut meliputi data subjektif dan
dataobjektif.
2. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak sungsang penulis
yaitu Ny.S usia 33 tahun P1A0 usia kehamilan 36 minggu dengan letaksungsang.
3. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak sungsang penulis
tidak menemukan tindakan segera karena sungsang tidak bisa segera mungkin
mengatasisungsang.
4. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan sungsang penulis
5. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan sungsang penulis
6. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak sungsang hasil
penatalaksanaan.
C. SARAN
Untuk para remaja, dianjurkan lebih mempertimbangkan usia untuk hamil serta
mempersiapkan mental dan fisik ketika hamil mengingat kehamilan pada usia remaja
memiliki banyak risiko.
Perlu pemeriksaan perkembangan kehamilan (antenatal care) secara berkala pada ibu –
ibu hamil, khsuusnya ibu hamil multipara, dan panggul sempit. Maupun mereka yang
mempunyai riwayat adanya mioma uteri atau kelainan uterus lainnya agar mudah dideteksi
kelainan-kelainan selama kehamilan, salah satunya kelainan letak pada janin.
Perlu meningkatkan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan pada ibu hamil,
khususnya penyuluhan gizi dan berbagai aktifitas yang perlu dihindari pada fase awal
kehamilan agar mencegah kejadian prematuritas dan faktor-faktor yang dapat memicu
terjadinya oligohidramnion yang dapat meningkatkan risiko terjadinya letak sungsang.
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/download/8145/7705 Diakses
pada tanggal 7 Januari 2021
https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/3.%20MalPosisi
%20MalPresentasi.pdf Diakses pada tanggal 7 Januari 2021
http://journal.stikesdrsoebandi.ac.id/index.php/jkds/article/download/141/121
Diakses pada tanggal 7 Januari 2021
http://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/download/52/49 Diakses pada
tanggal 7 Januari 2021
https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/3.%20MalPosisi
%20MalPresentasi.pdf Diakses pada tanggal 7 Januari 2021
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=distosia+letak+dan+bentuk+janin&btnG=#d=gs_qabs&
u=%23p%3Dfm_BNtBf4k8J Diakses pada tanggal 7 Januari 2021