Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KOMPLIKASI DALAM PERSALINAN


“DISTOSIA LETAK DAN BENTUK JANIN”
Mata Kuliah : Obstetri dan Ginekologi
( Dosen Pengampu : Widya Lusi Arisona, S.S.T., MPH)

Disusun oleh :
1. Risqi Wijiyanti (190106016)
2. Yuni Khofifah Kurniawati ( 190106020 )

TINGKAT II
PROGRAM STUDY DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
Jln. Raya Tulugagung – Blitar Km. 04 Sumbergempol Tulungagung
telp. (0355) 331080
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya-Nya
sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah “Komplikasi Distosia Letak dan Bentuk Janin
pada Persalinan” ini dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang
terang benderang. Dengan adanya penulisan makalah ini semoga dapat membantu dalam
pembelajaran kita dan bisa menyelesaikan masalah-masalah, yang khususnya dalam ruang
lingkup ilmu keperawatan.
Penulis menyadari bahwa susunan pembuatan makalah ini belum mencapai hasil yang
sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini dapat
membantu pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih belum
diungkapkan dalam membahas Distosia Letak dan Bentuk Janin pada Persalinan

Tulungagung, 7 Januari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………...……..……………………..................................

Daftar isi…………………………………...……..……………………............................................

BAB I Pendahuluan…………………………………...……..……………………..........................

A. Latar Belakang…………………………………...……..……………………............................
B. Rumusan Masalah………………………………………………................................................
C. Tujuan…………………………………………………………….…….….….…......................

BAB II Pembahasan…………………………………...……..……………………..........................

A. Definisi Distosia…………………………………………………………...................................
B. Klasifikasi Distosia Letak dan Bentuk Janin…………………..….……..……..........................
C. Etiologi Distosia Letak dan Bentuk Janin …………………………………………...................
D. Pemeriksaan Penunjang Distosia Letak dan Bentuk Janin ……………………………….........
E. Penatalaksanaan Distosia Letak dan Bentuk Janin ……………………………….....................
F. Dampak Distosia Letak dan Bentuk Janin …………………………………..…........................
G. Cara Pencegahan Distosia Letak dan Bentuk Janin ……………………………………….......
BAB III Tinjauan Kasus…………………………………...……..……………………...................
A. Pengkajian Data………………………………………………………………….….................
B. Assesment………………………………………………………………….…..........................
C. Penatalaksanaan………………………………………………………………….….................

BAB IV Penutup………………………………………………………………….….......................

A. Kesimpulan………………………………………………………………….….........................
B. Saran……………………………………………………………………………........................
D. Daftar Pustaka…………………………………...……..…………………….............................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan.
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga. Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya servik, dan janin turun ke jalan lahir. Kelahiran
adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Dengan
demikian bisa dikatakan bahwapersalinan adalah ranagkaian peristiwa mulai dari
kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta,
ketuban dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri.
Mortalitas dan mordilitas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar
yang berkembang karena salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan
obstetrik dan ginekologi disuatu wilayah. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu
faktor pendukung dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, karena melalui
proses reproduksi kita dapat melihat suatu peristiwa yang sangat mengagumkan, dimulai
dari terjadinya pembuahan, berlanjut dengan masa kehamilan dan akhirnya mencapai titik
puncaknya berupa persalinan. Dengan persalinan maka lahirlah satu insan baru yang akan
menjadi generasi penerus yang berkualitas
Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan bahwa
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
tersebut masih jauh dari target RPJMN tahun 2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran
hidup dan target MDG’s sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015. Angka
Kematian Ibu (AKI) pada tahun terjadi pada masa antenatal, intra natal dan post natal
dari keseluruhan persalinan 64% tidak mengalami komplikasi, persalinan lama 31%,
perdarahan 7%, infeksi 5%. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) dalam satu bulan
setelah dilahirkan 39% karena komplikasi, termasuk persalinan lama 30%, perdarahan
12% dan infeksi 10%. Berdasarkan Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/ Kota se
Jawa Timur tahun 2010, Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Timur sebesar 101,4 per
100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan target sebesar 125 per 100.000
kelahiran hidup, maka kondisi tersebut menunjukkan keberhasilan Provinsi Jawa Timur
dalam menekan kematian ibu namun yang harus diwaspadai adalah bahwa kondisi
tersebut belum dapat menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan karena kematian
ibu sebagian besar dilaporkan hanya dari pelayanan kesehatan dasar sedangkan rumah
sakit relatif masih kecil
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi distosia?
2. Apa saja klasifikasi distosia letak dan bentuk janin?
3. Apa saja etiologi distosia letak dan bentuk janin?
4. Apa tanda dan gejala distosia letak dan bentuk janin?
5. Bagaimana penatalaksanaan distosia letak dan bentuk janin?
6. Apa saja dampak dari distosia letak dan bentuk janin?
7. Bagaimana cara pencegahan distosia letak dan bentuk janin?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui mengenai definisi distosia
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi distosia letak dan bentuk janin
3. Untuk mengetahui etiologi distosia
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala distosia letak dan bentuk janin
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan distosia letak dan bentuk janin
6. Untuk mengetahui dampak dari distosia letak dan bentuk janin
7. Untuk mengetahui cara pencegahan distosia letak dan bentuk janin
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI DISTOSIA
Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandi dengan adanya hambatan kemajuan
dalam persalinan.
Distosia di definisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang
timbul akibat sebagai kondisi yang berhubungan dengan berbagaimacam keadaan.
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan disebabkan kelainanhis, letak dan
bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan normal. Bisa disebabkan karena
kelainan tenaga, kelainan letak, dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.
Gangguan jalannya proses persalinan dapat disebabkan oleh kelainan presentasi, posisi
dan perkembangan janin intrauterin.
Diagnosa distosia akibat janin bukan hanya disebabkan oleh janin besar, janin dengan
ukuran normal namun dengan kelainan pada presentasi intra uterin tidak jarang dapat
menyebabkan gangguan proses persalinan.

B. KLASIFIKASI

1. Posisi Oksipitalis Posterior Persisten


Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui PAP dengan
sutura sagitalis melintang atau miring, sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri
melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan depan.
Dalam keadaan fleksi bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul ialah
oksiput. Pada kurang dari 10% keadaan, kadang-kadang ubun-ubun kecil tidak
berputar kedepan, sehingga tetap di belakang.
a. Etiologi
Adanya usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk ukuran panggul, otot-otot
panggul yang sudah lembek pada multipara atau kepala janin yang kecil dan
bulat, sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar ke
depan.
b. Komplikasi
Macet tidak bisa lahir harus di Sc
c. Mekanisme persalinan
Kepala janin akan lahir dalam keadaan muka dibawah simfisis pubis. Kelahiran
janin dengan ubun-ubun kecil di belakang menyebabkan regangan besar pada
vagina dan perineum yang diikuti bagian kepala janin yang lain.
d. Prognosis
Persalinan pada umumnya berlansung lebih lama, kemungkinan kerusakan
jalan lahir lebih besar, sedangkan kematian perinatal lebih tinggi.
e. Penanganan
Persalinan perlu pengawasan yang seksama dengan harapan terjadinya
persalinan spontan. Ekstraksi cunam pada persalinan letak belakang kepala akan
lebih mudah jika ubun-ubun kecil berada didepan, maka perlu diusahakan ubun-
ubun diputar kedepan. Jika dalam keadaan janin posisi letak rendah maka dapat
dilakukan ekstraksi vakum.
2. Presentasi Puncak Kepala
Presentasi puncak kepala adalah kelainan akibat defleksi ringan kepala janin ketika
memasuki ruang panggul sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah.
a. Penatalaksanaan
Pasien dapat melahirkan spontan pervaginaan
b. Komplikasi
1) Pada ibu
Pada ibu dapat terjadi partus yang lama atau robekan jalan lahir yang lebih
luas, selain itu karena partus lama dan molage hebat.
2) Pada bayi
Mortalitas anak agak tinggi (9%). Pada ibu dapat terjadi partus yang lama
atau robekan jalan lahir yang lebih luas. Selain itu karena partus lama dan
moulage hebat, maka mortalitas anak agak tinggi (9%) (Mochtar, 2002).
3. Presentasi Muka
Keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga oksiput
tertekan pada punggung dan muka yang merupakan terendah menghadap ke bawah.
a. Diagnosis
Tubuh janin berada dalam keadaan ekstensi, sehingga pada pemeriksaan luar
dada akan teraba seperti punggun
b. Etiologi
1) Defleksi kepala
2) Panggul sempit dan janin besar
3) Multiparitas dan perut gantung
4) Kelainan janin seperti : anensefalus dan tumor dileher.
c. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada presentasi muka, meliputi:
1) Prolapsus tali pusat.
2) Obstruksi persalinan, karena:
a) Muka tidak berbentuk dan oleh karena CPD yang tidak dapat
ditangani.

b) Presentasi muka posterior presisten mengakibatkan obstruksi


persalinan

3) Kelahiran operasi  mungkin dibutuhkan.


4) Trauma perineum berat dapat terjadi karena, meskipun diameter sub
mento bregmatik hanya 9,5 cm, sub mento vertikal 11,5 cm akan
memperlebar vagina dan perineum. Bentuk tengkorak fetus abnormal
disebabkan perdarahan intrakranial.
5) Muka memar dan oedem.
d. Prognosis
Pada umumnya berlansung tanpa kesulitan, tetapi kesulitan persalinan dapat
terjadi karena adanya panggul sempit dan janin besar, letak belakang kepala,
muka tidak dapat melakukan dilatasi serviks secara sempurna dan bagian
terendah harus turun sampai dasar panggul sebelum ukuran terbesar kepala
melewati PAP. Angka kematian perinatal pada presentasi muka adalah 2,5-5%.
e. Penanganan
Pemeriksaan yang teliti perlu dilakukan guna menentukan adanya disproporsi
sefalofelvik. Dalam beberapa keadaan dapat diubah presentai muka menjadi
presentai belakang kepala dengan cara memasukan tangan penolong ke dalam
vagina, kemudian menekan muka pada daerah mulut dan dagu ke atas.
4. Presentasi Dahi
Keadaan di mana kedudukan kepala berada di antara fleksi maksimal dan defleksi
maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah, namun pada umumnya keadaan
ini hanya bersifat sementara dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi
muka.
a. Diagnosis
Di curigai bila kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul. Pada
pemeriksaan dalam sutura frontalis teraba, ubun-ubun besar, pangkal hidung dan
lingkaran orbita, namun mulut dan dagu tidak dapat teraba. DJJ jauh lebih jelas di
dengar pada bagian dada.
b. Etiologi
1) Defleksi kepala
2) Panggul sempit dan janin besar
3) Multiparitas dan perut gantung
4) Kelainan janin seperti : anensefalus dan tumor dileher.
c. Komplikasi
1) Ibu : Partus lama dan lebih sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur
uteri.
2) Anak : Mortalitas janin tinggi
d. Prognosis
Janin yang kecil masih dapat lahir spontan, tetapi janin dengan berat dan
besar normal tidak dapat lahir spontan per vainam, hal ini karena kepala turun
melalui PAP dengan sirkumferensia maksilloparietalis yang lebih besar dari pada
lingkaran PAP.
e. Penatalaksanaan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak akan
dapat lahir spontan per vaginam, sehingga harus dilahirkan dengan seksio
sesarea. Jika janin kecil dan panggul yang luas dengan presentasi dahi akan lebih
mungkin lahir secara normal
5. Letak sungsang
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong dibawah bagian cavum uteri.
a. Etiologi
Multiparitas, prematuritas, kehamilan ganda, hidramnion, hidrosefallus,
anensefalus, plasenta previa, panggul sempit, kelainan uterus dan kelainan bentuk
uterus, implantasi plasenta di kornu fundus uteri.
b. Prognosis
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi dinamding
dengan letak kepala.
c. Komplikasi
Komplikasi persalinan letak sungsang dapat dibagi sebagai berikut :
1) Komplikasi pada ibu= perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi
d. Penatalaksanaan
Lakukan versi luar pada umur kehamilan 34 – 38 minggubila syarat versi luar
terpenuhi. Bila pada persalinan masih letak sungsang , singkirkan indikasi seksio
sesar. Lahirkan janin dengan prasat bracht.
6. Letak lintang
Letak lintang ialah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan
sumbu memanjang tubuh. Bila sumbu memanjang tersebut membentuk sudut lancip,
disebut letak oblik, yang biasanya karena kemudian akan berubah menjadi posisi
longitudinal pada persalinan.
a. Etiologi
Relaksasi berlebih dinding abdomen akibat multiparitas uterus abnormal,
panggul sempit, tumor daerah panggul, pendulum dari dinding abdomen,
plasenta previa, insersi plasenta di fundus, bayi prematur, hidramnion,
kehamilan ganda.
b. Diagnosis
1) Pemeriksaan luar : uterus lebih melebar dn fundus uteri lebih rendah, tidak
sesuai dengan umur kehamilan. Fundus uteri kosong, kepala janin berada
disamping. Di atas simfisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah trun ke
dalam panggul. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar umbilikus.
2) Pemeriksaan dalam : teraba bahu dan tulang-tulang iga/ketiak/punggung
(teraba skapula dan ras tulang belakang)/dada (teraba klavikula). Kadang-
kadang teraba tali pusat yang menumbung.
c. Komplikasi
Cedera tali pusat, timbul sepsis setelah ketuban pecah dan lengan
menumbung melalui vagina, kematian janin, ruptur uteri.
d. Prognosis
Bila terjadi ruptur uteri spontan atau ruptur traumatik akibat versi dan
ekstraksi yang buruk/terlambat, dapat terjadi kematian. Bila diagnosis berhasil
ditegakan secara dini dan penanganannya tepat maka prognosis baik.
e. Penatalaksanaan
Lakukan versi luar bila syarat luar terpenuhi. Ibu diharuskan masuk RS lebih
dini pada permulaan persalinan. Pada permulaan persalinan masih dapat
diusahakan untuk melakukan versi luar asalkan pembukaan masih kurang dari 4
cm dan ketuban belum pecah.
Primigravida, bila versi luar tidak berhasil, segera lakukan seksio sesarea.
Pada multigravida, bila riwayat obstetri bak, tidak ada kesempitan panggul, dan
janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan
serviks lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi.
Pada letak kintang kasep, bila janin masih hidup, segera lakukan seksio
sesarea. Bila janin sudah mati lahirkan pervaginam dengan dekapitasi.
7. Presentasi ganda
Presentasi ialah keadaan di mana di samping kepala janin di dalam rongga panggul
dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan di mana di samping bokong janin di
jumpai tangan. Presentasi ganda jarang ditemukan yang paling sering diantaranya ialah
adanya tangan atau lengan di samping kepala.
Apabila pada presentasi ganda ditemukan prolapsus funikuli, maka penanganan
bergantung pada kondisi janin dan pembukaan serviks. Bila janin baik dan pembukaan
belum lengkap sebaiknya dilakukan seksio sesarea. Dalam keadaan janin sudah
meninggal, diusahakan untuk persalinan spontan, sedangkan tindakan untuk
mempercepat persalinan hanya dilakukan atas indikasi ibu.
8. Pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Kepala
dan bahu tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu distensi uterus oleh janin
yang besar mengurangi kekuatan kontraksi selama persalinan dan kelahirannya. Pada
panggul normal, janin dengan berat badan 4000-5000 gram pada umumnya tidak
mengalami kesulitan dalam melahirkannya.
9. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal
dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran sutura-
sutura dan ubun-ubun. Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic
10. Kelainan bentuk janin yang lain
a. Janin kembar melekat(double master) Torakopagus(pelekatan pada dada)
merupakan janin kembar melekat yang paling sering menimbulkan kesukaran
persalinan.
b. Janin dengan perut besar Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat
dari asites atau tumor hati, limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali dijumpai.
11. Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah
janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus
funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit
antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan oksigenasi.
Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh gangguan adaptasi bagian
bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh
bagian bawah janin.
C. ETIOLOGI

Etiologi distosia secara umum dibagi menjadi tiga kelompok yang dikenal dengan
singkatan 3P (power, passage,  dan passenger). 
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
mengedan ibu (kekuatan/power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/passage)
3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan
jumlah bayi (passengger).

Untuk dapat memilih penanganan yang tepat, maka penyebab distosia dapat
diklasifikasikan menjadi penyebab ibu hamil dan penyebab janin.
1. Etiologi Ibu Hamil.
Penyebab distosia dari faktor ibu termasuk lemahnya kontraksi uterus dan
kelainan jalan lahir. Inersia uteri atau tidak adekuatnya kontraksi uterus bisa primer
maupun sekunder. Inersia uteri primer biasanya karena overdistensi uterus akibat
kehamilan gemelli atau pada polihidramnion.
Sedangkan Inersia uteri sekunder disebabkan kelelahan miometrium akibat
obstruksi persalinan.Kelainan jalan lahir termasuk disproporsi kepala janin dengan
rongga pelvis ibu, deformitas pelvis, torsio uteri, dilatasi inkomplit serviks, atau
adanya massa pada seperti keganasan yang dapat menutupi jalan lahir. Kondisi
stenosis vulva dan vestibulum pada ibu hamil usia belia juga dapat menyebabkan
distosia.

2. Etiologi janin.
Penyebab distosia dari faktor janin biasanya karena malposisi, malpresentasi, atau
disproporsi kepala panggul (cephal pelvic disproportion / CPD). Janin yang relatif
lebih besar daripada pelvis ibu (fetopelvic disproportion) akan menyebabkan
distosia, jadi malposisi dan malpresentasi janin tidak akan menjadi masalah bila
besar bayi tidak terlalu besar.
Malposisi yang paling sering ditemukan adalah posisi oksipitoposterior. Janin
biasanya akan berputar menjadi oksipitoanterior saat sebelum persalinan, namun
sekitar 2 – 7% janin pada kehamilan pertama akan tetap pada posisi
oksipitoposterior

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. MRI
Menggunakan kekuatan magnet dan gelombang radio. Signal dari medan magnet
memantulkan gambaran tubuh dan mengirimkannya ke computer, dimana yang
kemudian akan ditampilkan dalam bentuk gambar. Tidak seperti X-ray dan CTscan
yang menggunakan radiasi. Namun penggunaan MRI masih terbatas dikarenakan
biaya mahal, waktu pemeriksaan yang sulit dan lama, serta ketersediaan alat.
Kegunaannya :
a. Pelvimetri yang akurat
b. Gambaran fetal yang lebih baik
c. Gambaran jaringan lunak di panggul yang dapat menyebabkan distosia
2. USG
Menggunakan gelombang suara yang dipantulkan untuk membentuk gambaran
bayi di layar komputer yang aman untuk bayi dan ibu. Kegunaan :
a. Menilai pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.
b. Masalah dengan plasenta. USG dapat menilai kondisi plaasenta dan menilai
adanya masalah seperti plasenta previa dsb.
c. Kehamilan ganda/ kembar. USG dapat memastikan apakah ada 1 / lebih fetus
di rahim.
d. Kelainan letak janin. Bukan saja kelainan letak janin dalam rahim tapi juga
banyak kelainan janin yang dapat di ketahui dengan USG, seperti:
hidrosefalus, anesefali, sumbing, kelainan jantung, kelainan kromoson
(syndrome down), dll.
e. Dapat juga untuk menilai jenis kelamin bayi jika anda ingin mengetahuinya.

E. PENATALAKSANAAN
Penanganan Umum
1. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
2. Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
3. Kolaborasi dalam pemberian :
a. Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
b. Berikan analgesia berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg
(IM)
4. Perbaiki keadaan umum
a. Dukungan emosional dan perubahan posisi
b. Berikan cairan

Penanganan Khusus
1. Pemeriksaan dalam
2. Pemeriksaan luar
3. MRI
4. Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksio sesaria baik primer
pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan

F. DAMPAK
1. Bahu bayi patah
Ukuran bayi yang terlalu besar bisa menyebabkan distosia bahu. Kondisi ini
biasanya kepala bayi lahir tapi bahu tidak lahir. Untuk bisa mengeluarkan bayi,
maka bahu bayi akan dipatahkan. Untuk itu, sebisa mungkin hal ini dicegah.
2. Kematian bayi
Distosia juga bisa menyebabkan bayi mati dalam kandungan. Apabila kondisi
bayi, terutama bagian kepala sudah keluar, dalam durasi 5-10 menit tidak segera
dikeluarkan maka bayi bisa mati.
3. Dinding rahim robek
Dinding rahim robek atau ruptur uteri, bisa menjadi salah satu komplikasi dari
distosia. Dinding rahim yang robek terjadi karena adanya tindakan dalam usaha
pervaginal untuk melahirkan janin pada uterus yang segmen bawahnya telah
teregang karena adanya distosia.
Jika dibiarkan, maka ibu akan mengalami perdarahan hebat. Darah akan masuk ke
dalam perut, ini bisa menyebabkan bayi meninggal dalam kandungan, dan bisa
menyebabkan kematian pada ibu. Namun, kemajuan dalam bidang kebidanan,
dinding rahim robek bisa dicegah.
4. Fistula
Distosia bisa sebabkan ibu mengalami fistula. Kondisi ketika kencing keluar terus
karena kandung kemihnya bolong. Ini diakibatkan tekanan akibat bayi besar, ibu
yang terlalu banyak mengejan selama persalinan.

G. PENCEGAHAN
1. Makanan ibu hamil
Bayi bisa berukuran besar itu biasanya disebabkan oleh diet makanan ibu selama
kehamilan. Makan ibu hamil yang terlalu banyak, melebihi keutuhan per hari bisa
berakibatnya bayinya berukuran besar. Apabila usia kehamilan masih muda, namun
bayi berukuran besar maka makanan dibatasi.
Makanan yang harus dibatasi biasanya adalah karbohidrat. Kebanyakan ibu hamil
suka nyamil yang tinggi karbohidrat. Untuk mencegah kenaikan berat badan bayi
yang besar, jika ibu hamil ingin camilan maka yang diperbolehkan hanya buah.
Jika ibu hamil ingin minum susu, pilih susu kehamilan yang rendah gula. Intinya,
pilih makanan yang tidak terlalu tinggi karbohidrat untuk mencegah bayi berukuran
besar. Seperti misalnya mengatur asupan nasi, roti dan tepung-tepungan, serta snack
dari kentang.
Kemudian di trimester tiga, gizi ibu hamil juga diperiksa kembali. Ibu hamil harus
memiliki gizi yang baik, TKTP (tinggi kalori tinggi protein) karena salah satu gizi
yaitu protein, bisa membantu ibu memiliki kekuatan untuk mendorong bayi lahir.
2. Istirahat cukup sebelum persalinan
Kekuatan ibu saat mengejan bisa dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu sebelum
melahirkan. Misalnya, ibu kelelahan karena tidak istirahat yang cukup.
Itu pentingnya, mempersiapkan fisik jelang melahirkan. Bisa didukung dengan
olahraga maupun dengan istirahat yang cukup.
3. Rutin kontrol kehamilan
Kontrol hamil itu penting, dari trimester pertama, kedua, dan ketiga. Selama
kontrol kehamilan, ibu hamil akan diukur berat badannya, tinggi fundus uterinya,
dan berat bayinya.

Sebagai panduan, berat bayi normal di 28 minggu sekitar 1.000 gram. Sementara,
berat bayi normal di usia 36 minggu itu antara 2.500 gram hingga 3.000 gram (2,5
kg-3 kg). Berat bayi di usia 38 minggu itu antara 3.200 gram hingga 3.500 gram.
Berat bayi mulai dipantau jika usia kehamilan mencapai 34 minggu. Tiga hal tadi
diukur apakah sesuai dengan usia kehamilan atau tidak. Apabila tidak rajin kontrol,
dan bayi dalam kondisi besar, maka kemungkinan akan operasi caesar.
4. Kontrol diabetes
Ibu hamil yang mengalami diabetes dan tidak dikontrol, maka bisa menyebabkan
bayi berukuran besar. Untuk itu, jika ibu hamil mengalami diabetes atau memiliki
riwayat diabetes maka harus dikontrol agar berat badan bayi normal.
5. Senam kehamilan
Menjelang persalinan, ibu hamil sudah bisa melakukan senam kehamilan di usia
34 minggu. Boleh melakukan senam atau yoga yang bisa melancarkan kehamilan
dan bisa membalikkan posisi bayi yang sungsang.
6. Pijat perineum
Pijat perineum juga bisa menjadi salah satu pencegahan distosia. Di usia 36
minggu, ibu hamil sudah boleh melakukan pijat perineum. Ibu hamil bisa
melakukan pijat perineum tiga kali dalam sehari dengan durasi 5 menit.
7. Periksa ke dokter mata
Ibu hamil yang memiliki minus tinggi, minus di atas 5 maka lebih baik
diperiksakan dahulu ke dokter spesialis mata. Karena, risikonya jika mengejan
retinanya bisa lepas (abrasio retina). Jadi periksakan dahulu ke dokter dari usia 36
minggu untuk menghindari risiko kebutaan.

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 25 April2020
Jam : 15.00 WIB
Tempat : BPM YUNI KHOFIFAH, S.ST.
1. Data Subjektif

Istri Suami

Nama : Ny. S (Siti Khomsiyah) Tn. P (Pujianto)

Umur : 33 Tahun 37 Tahun

Agama : Islam Islam

Suku Bangsa : Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia

Pekerjaan : IRT Tani

Pendidikan : SMP SD

Alamat : Rejotangan Rejotangan

2. Anamnesa

a. Keluhan utama : Ibu datang ke BPM YUNI Untuk memeriksakan


Kehamilannya dan gerakan janin terasa banyak di bagian perut bawah

b. Riwayat perkawinan : Ibu menikah usia 25 tahun, sah.


c. Riwayat haid :
HPHT : 15 Agustus2019

HPL : 22 Mei2020

UK : 36Minggu
Menareche :12 tahun Sifatdarah :
Encer Siklus :28 hari Bau :
Khas Teratur/Tidak :Teratur Flouralbus :
Tidak ada Sakit/Tidak :Tidak
Keluhan : Tidak ada
Lamanya : 7 hari

d. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas


yang Lalu

Hamil Persalinan Nifas


Tangga Jenis Jenis BB
Ke- Penolon Komplikas Laktas Komplikas
l Persalina kelami lahir
g i i i
Lahir n n
11-10-
1 Normal Bidan Tidak ada ♂ 2,9 Ya Tidak ada
2012

e. Riwayat Kontrasepsi Yang Digunakan

Jenis Pasang Lepas


No
Tahun Oleh Tempat Keluhan Tahun Oleh Tempat Alasan
Kontrasepsi
Tidak
1 Pil 2016 Bidan BPM 2019 Bidan BPM Ingin
ada Hamil

f. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan ibu

a) Riwayat kesehatan sekarang : Ibu mengatakan dalam keadaan sehat

b) Riwayat kesehatan yang lalu : Ibu mengatakan belum pernah sakit parah,
dan ibu belum pernah menjalani operasi
2) Riwayat kesehatan keluarga

a) Riwayat penyakit menurun


Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit
menurun.
3) Riwayat penyakit menular
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit
menular.

4) Riwayat kembar
Ibu mengatakan tidak ada riwayat kembar.

5) Riwayat kehamilan sekarang

a) Tanda-tanda kehamilan

Pertama kali dirasakan pergerakan janin umur kehamilan= 20 minggu


Pergerakan janin dalam 24 jam= > 12kali
6) Riwayat ANC
Trimester I : 3 kali
Trimester II : 3 kali
Trimester III : 2 kali
Imunisasi TT : TT I = Saat sekolahdasar
TT II = Saat sebelum menikah
T III = Saat usia kehamilan 20 minggu
Keluhan : Trimester I = Mual dan muntah
: Trimester II = Tidak ada
: Trimester III = Tidak ada
Obat yang pernahdi konsumsi : TabletFe
Jamu yangdiminum : Tidak ada
7) Pola kebiasaan sehari - hari
a) Nutrisi
Sebelum Hamil :Makan 3x sehari porsi biasa. Minum 8 gelas sehari
Sesudah Hamil   : Makan 3 – 5x porsi biasa. Minum 8 gelas sehari
b) Eliminasi BAB dan BAK
Sebelum Hamil : BAB 1-2x sehari, bau khas, konsistensi lembek warna
kuning kecoklatan. BAK 4-5x sehari bau khas warna jernih kekuningan.
Sesudah Hamil : BAB 1-2x sehari, bau khas, konsistensi lembek warna
kuning kecoklatan. BAK 4-5x sehari bau khas warna jernih kekuningan.
c) Aktivitas
Sebelum Hamil : Melakukan kegiatan sebagai IRT seperti
mencuci,memasak,dll
Sesudah Hamil : Mengurangi kegiatan atau pekerjaan rumah tangga yang
berat-berat
d) Istirahat
Sebelum Hamil : Tidur malam 7-8 jam
Sesudah Hamil : Tidur malam 6-8 jam dan tidur siang 2-3 jam
e) Seksual
Sebelum Hamil : 3x dalam 1 minggu
Sesudah Hamil : Ibu mengatakan jarang melakukan hubungan
seksual saat dirinya hamil
f) Personal Hygiene
Sebelum Hamil : Mandi 3x sehari, ganti celana dalam 3x sehari
Sesudah Hamil : Mandi 3x sehari, ganti celana dalam 3x sehari

2. Data Obyektif

PemeriksaanUmum
a.Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : Composmentis
c.Tanda vital
Tekanandarah : 110/70 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,40C
BB/TB : 59 Kg /154 cm
LILA : 24 cm

PemeriksaanFisik
Kepala : Simetris, kulit kepala bersih, rambutkuat
Wajah : Tidak oedema, tidak adacloasma
Mata : Bersih, sclera merah muda, konjungtivaputih
Hidung : Tidak ada sekret dan polip

Mulut : Bentuk simetris, bibir lembab, gigi bersih, gusi tidak ada
sariawan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tyroid, venajugularis
Dada : Tidak ada retraksi dindingdada
Payudara : Bentuk simetris, puting susu menonjol, colostrum ada,
tidak ada benjolan
Abdomen : Bentuk sesuai usia kehamilan tidak ada bekas operasi, tidak
adastrie
Palpasi Leopold
Leopold I : TFU 3 jari di bawah Px, bagian atas perut ibu teraba bulat,
besar, keras, melenting(kepala)
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba besar memanjang seperti papan
(punggung) dan bagian kiri teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstermitas)
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba besar bulat, lunak(bokong)
Leopold IV : Konvergen
TBJ :1,2 (TFU – 7,7) x100
: 1,2 (31 – 7,7) x 100
: 1,2 ( 23,3 x 100)
: 2330 gram
DJJ : 140 x/menit
Genetalia luar: Varices(-), Bekas luka(-)
Anus : Hemoroid(-)
Ekstrimitas atas dan bawah
Tangan dan kaki : Oedem(-), Varices(-), Reflekpatela(+) kanan dan kiri, Kuku
Bersih
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : HB 9 %gr, Proteinurine( - ), Glukosaurine (-)

B. ASSESMENT
Ny.S G2 P1 A0 umur 33 tahun usia kehamilan 36 minggu janin tunggal hidup
intra uteri dengan presentasi bokong (Letak sungsang).

C. PENATALAKSANAAN
Tanggal: 25 April 2020, Jam: 15.00 WIB
1. Menganjurkan ibu untuk memakan makanan bergizi dan berprotein seperti
daging, telur, sayur, ikan, tempe,kacang-kacangan. Dengan mengkonsumsi
makanan gizi seimbang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan janin, untuk
persiapan dalam persalinan, dan memperlancar produksi ASI pada masa nifas.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia memakan makanan bergizi dan berprotein
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan mengurangi aktivitas berat. Dengan
istirahat cukup dapat menjaga kondisi ibu dan merelaksasi otot- otot tubuh
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk istirahat yang cukup mengurangi aktivitas
berat
3. Mengajarkan KIE kepada ibu agar posisi janinnya normal dengan cara sujud,
tangan memeluk berada di samping badan, perut diganjal bantal dan muka
menghadap kesamping
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
4. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan trimester 3 yaitu : keluar darah hebat,
pusing terus menerus, bengkak pada kaki, nyeri hebat, ketuban pecah sebelum
waktunya dan pandangannya kabur agar segera menghubungi tenaga kesehatan
Hasil : Ibu mengerti dan akan menghubungi tenaga kesehatan bila terjadi tanda-
tanda tersebut.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan
kontrol 1 minggu lagi atau bila ada keluhan. Dengan melakukan pemeriksaan
secara rutin dapat mendeteksi adanya komplikasi.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia datang kembali

BAB IV
PENUTUP

A. DAFTAR PERTANYAAN
1. Pertanyaan dari kelompok 3
Penanya : Hani’atul Mahmudah (190106005)
Pertanyaan: Pada ppt disebutkan bahwa pijat perineum bisa mencegah terjadinya
distosia,, mohon penjelasan apakah ada hubungan antara pijat perineum ini
dengan terjadinya distosia?
Jawaban : Melakukan pijat perineum secara rutin pada trimester akhir kehamilan
hingga waktunya bersalin dapat membuat otot-otot jalan lahir ibu hamil
menjadi lebih lentur. Sesuai namanya, pijat perineum merupakan pijatan
yang dilakukan di bagian perineum, yaitu area yang berada di antara vagina
dan anus. Pijatan perineum dapat membantu otot-otot perineum dan jalan
lahir menjadi lebih elastis dan kuat sehingga mengurangi resiko terjadinya
distosia.
Tambahan dari Bu Lusi : Pijat perineum untuk mencegah kesalahan putar paksi.
Sehingga janin bisa letak belakang kepala. Karena bayi kecil (kepala kecil)
akan membuat kepala longgar di panggul dan bs menjadi letak muka, letak
dahi atau POPP

B. KESIMPULAN

Persalinan distosia pada remaja umumnya terjadi pada usia >16 tahun, dengan penyebab
yang paling sering Ialah faktor letak dan bentuk janin, serta faktor jalan lahir. Tindakan
utama yang paling banyak dilakukan pada distosia yaitu operasi seksio setelah persalinan
percobaan kemudian gagal. Distosia jarang menimbulkan komplikasi yang berarti, oleh
karena itu hasil akhir dari pasien dengan distosia sangat baik.
Kelainan bentuk kepala seperti hydrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas panggul dan dapat membatasi kemampuan janin untuk
mengambil bentuk presentasi kepala.
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil terhadap Ny.S Usia 33 tahun
G2P1A0 dengan letak sungsang di BPS Yuni Khofifah, S.ST Desa Rejotangan Tahun
2020, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak sungsang telah
melakukan pengkajian dan hasil pengkajian tersebut meliputi data subjektif dan
dataobjektif.
2. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak sungsang penulis
dapat mengidentifikasi diagnosa, masalah, dan kebutuhan diagnosa yang didapat
yaitu Ny.S usia 33 tahun P1A0 usia kehamilan 36 minggu dengan letak sungsang.
3. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak sungsang penulis
tidak menemukan tindakan segera karena sungsang tidak bisa segera mungkin
mengatasisungsang.
4. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan sungsang penulis
membuat rencana sesuai kebutuhanpasien
5. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan sungsang penulis
melakukan asuhan sesuaiperencanaan

6. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak sungsang hasil
evaluasi berjalan dengan baik sesuai dari pencapaian maksimal dari
penatalaksanaan.

C. SARAN
Untuk para remaja, dianjurkan lebih mempertimbangkan usia untuk hamil serta
mempersiapkan mental dan fisik ketika hamil mengingat kehamilan pada usia remaja
memiliki banyak risiko.
Perlu pemeriksaan perkembangan kehamilan (antenatal care) secara berkala pada ibu –
ibu hamil, khsuusnya ibu hamil multipara, dan panggul sempit. Maupun mereka yang
mempunyai riwayat adanya mioma uteri atau kelainan uterus lainnya agar mudah dideteksi
kelainan-kelainan selama kehamilan, salah satunya kelainan letak pada janin.
Perlu meningkatkan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan pada ibu hamil,
khususnya penyuluhan gizi dan berbagai aktifitas yang perlu dihindari pada fase awal
kehamilan agar mencegah kejadian prematuritas dan faktor-faktor yang dapat memicu
terjadinya oligohidramnion yang dapat meningkatkan risiko terjadinya letak sungsang.

DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/download/8145/7705 Diakses
pada tanggal 7 Januari 2021
http://journal.stikesdrsoebandi.ac.id/index.php/jkds/article/download/141/121
Diakses pada tanggal 7 Januari 2021
http://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/download/52/49 Diakses pada
tanggal 7 Januari 2021
https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/3.%20MalPosisi
%20MalPresentasi.pdf Diakses pada tanggal 7 Januari 2021
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=distosia+letak+dan+bentuk+janin&btnG=#d=gs_qabs&
u=%23p%3Dfm_BNtBf4k8J Diakses pada tanggal 7 Januari 2021

Anda mungkin juga menyukai