Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENYAKIT IMUN / ALERGI DALAM KEHAMILAN

“ ASMA ”

Mata kuliah : Obstetri dan Ginekologi

Dosen Pengampu : Widya Lusi Arisona, S.S.T., MPH

Oleh :

Kelompok 2

1. Ajeng Oktavia Kurniawati (190106001)


2. Octaviana Giacesita Noravina (190106011)
3. Rahma Ayu Susana (190106015)

TINGKAT II

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN UNIVERSITAS TULUNGAGUNG

JL. Raya Tulungagung- Blitar Km 4 Sumbergempol Tulungagung

Telp. (0355) 331080

Januari 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kami akhirnya
dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Penyakit Imun / Alergi
dalam Kehamilan : Asma”. Makalah ini telah disesuaikan dengan
perkembangan kurikulum terbaru, khususnya pada mata kuliah Obstetri dan
Ginekologi.

Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, kami berharap agar


pembaca dan penggunanya mendapat pengetahuan serta manfaat yang lebih baik,
sebagaimana yang tertera dalam tujuan pembuatan makalah ini.

Atas terselesaikannya makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada


semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan. Khususnya dosen
pengampu mata kuliah Obstetri dan Ginekologi ibu Widya Lusi Arisona, S.S.T.,
MPH, dan teman – teman semua yang telah mendukung dan membantu kami
untuk menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi
perbaikan makalah ini.

Tulungagung, 06 Januari
2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Asma...................................................................................
B. Tipe Asma.............................................................................................
C. Etiologi Asma.......................................................................................
D. Tanda dan Gejala Asma........................................................................
E. Penatalaksanaan Asma dalam Kehamilan............................................
F. Dampak Asma pada Ibu dan Janin.......................................................
G. Pencegahan...........................................................................................

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengkajian.............................................................................................

BAB IV PENUTUP..........................................................................................

A. Daftar Pertanyaan
B. Kesimpulan...........................................................................................
C. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif


intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. Asama bronkiale
merupakan salah satu penyakit salauran nafas yang sering di jumpai dalam
kehamilan dan persalinan (Rukiyah, 2010).

Asma dalam kehamilan adalah salah satu penyakit imun atau alergi
dalam kehamilan yang timbul pada usia kehamilan 24 – 36 minggu.
Kehamilan umumnya dianggap sebagai kondisi imunosupresi.Perubahan
respon imun dalam kehamilan dapat menurunkan kemampuan ibu
melawan infeksi. Walaupun kemampuan ibu untuk menghasilkan antibody
tampak normal, tetapi kemampuan mereka untuk menyusun respon imun yang
dimediasi sel menjadi lemah. Pada penelitian diketahui bahwa pada wanita hamil
yang menunjukan kenaikan kadar IgE atau tidak menunjukkan perubahan kadar
IgE cenderung memperburuk serangan asmanya selama kehamilan, sedangkan
wanita hamil dengan penurunan IgE cenderung membaik serangan asmanya.
Berdasarkan hal tersebut didapatkan studi literature bahwa imunologi pada ibu
hamil mengalami penurunan respon imun yang berdampak pada kekambuhan
penyakit asma pada ibu hamil yang memiliki riwayat asma.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Asma dalam kehamilan ?
2. Apa etiologi dari Asma dalam kehamilan ?
3. Bagaimana tanda dan gejala Asma dalam kehamilan ?
4. Bagaimana penatalaksanaan Asma dalam kehamilan ?
5. Apa dampak Asma pada kehamilan bagi ibu dan janin ?
6. Bagaimana cara pencegahan Asma pada kehamilan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Asma dalam kehamilan.
2. Mengetahui etilogi dari Asma dalam kehamilan.
3. Mengetahui tanda dan gejala Asma dalam kehamilan.
4. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan Asma dalam kehamilan.
5. Mengetahui dampak Asma pada kehamilan bagi ibu dan janin.
6. Mengetahui bagaimana cara pencegahan Asma pada kehamilan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asma
Asma dalam kehamilan merupakan salah satu penyakit imun atau
alergi dalam kehamilan yang timbul pada usia kehamilan 24 – 36 minggu.
Kehamilan umumnya dianggap sebagai kondisi imunosupresi. Perubahan
respon imun dalam kehamilan dapat menurunkan kemampuan ibu
melawan infeksi. Walaupun kemampuan ibu untuk menghasilkan antibody
tampak normal, tetapi kemampuan mereka untuk menyusun respon imun yang
dimediasi sel menjadi lemah. Pada penelitian diketahui bahwa pada wanita hamil
yang menunjukan kenaikan kadar IgE atau tidak menunjukkan perubahan kadar
IgE cenderung memperburuk serangan asmanya selama kehamilan, sedangkan
wanita hamil dengan penurunan IgE cenderung membaik serangan asmanya.
Berdasarkan hal tersebut didapatkan studi literature bahwa imunologi pada ibu
hamil mengalami penurunan respon imun yang berdampak pada kekambuhan
penyakit asma pada ibu hamil yang memiliki riwayat asma

Pada umumnya penderita asma akan mengeluhkan gejala batuk,


sesak napas, rasa tertekan di dada dan mengi. Pada beberapa keadaan
batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala. Gejala asma sering terjadi
pada malam hari dan saat udara dingin, biasanya bermula mendadak
dengan batuk dan rasa tertekan di dada, disertai dengan sesak napas
(dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami pada awalnya susah, tetapi
segera menjadi kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma adalah
berupa batuk kering, paroksismal, iritatif, dan non produktif, kemudian
menghasilkan sputum yang berbusa, jernih dan kental. Jalan napas yang
tersumbat menyebabkan sesak napas, sehingga ekspirasi selalu lebih sulit
dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk
tegak dan menggunakan setiap otot aksesori pernapasan. Penggunaan otot
aksesori pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka panjang dapat
menyebabkan penderita asma kelelahan saat bernapas ketika serangan atau
ketika beraktivitas.

B. Tipe Asma
a. Tipe asma berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi alergi, idiopatik,
dan non alergik atau campuran (mixed).
1) Asma alergik/ ekstrinsik
Merupakan suatu bentuk asma dengan alergen seperti bulu
binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain.
Alergen terbanyak adalah airborne dan musiman (seasonal). Klien
dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi
pada keluarga dan riwayat pengobatan eksim atau rhinitis alergik.
Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan asma. Bentuk
asma ini biasanya dimulai sejak kanak-kanak.

2) Idiopatik atau nonalergik asma/ instrinsik, tidak berhubungan


secara langsung dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti
common cold, infeksi saluran nafas atas, aktivitas, emosi/stress,
dan polusi lingkungan akan mencetuskan serangan. Beberapa agen
farmakologi, seperti antagonis adrenergik dan bahan sulfat
(penyedap makanan) juga dapat menjadi faktor penyebab.
Serangan dari asma idiopatik atau nonalergik menjadi lebih berat
dan seringkali dengan berjalannya waktu dapat berkembang
menjadi bronkitis dan emfisema. Pada beberapa kasus dapat
berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma ini biasanya
dimulai ketika dewasa (>35 tahun).

3) Asma campuran (mixed asma)


Merupakan bentuk asma yang paling sering. Dikarakteristik
dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik atau non
alergi.
b. Tipe asma berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu :
1) Asma Intermiten (asma jarang).
a. Gejala kurang dari seminggu.
b. Serangan singkat
c. Gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan.
d. APE dan VEP1 > 80% 29
e. Variasi diurnal < 20%

2) Asma mild persistent (asma persisten ringan)

a. Gejala lebih dari sekali seminggu.


b. Serangan mengganggu aktivitas dan tidur.
c. Gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
d. APE atau VEP1 > 80%.
e. Variasi diurnal 20% – 30%

3) Asma moderate persistent (asma persisten sedang)

a. Gejala setiap hari


b. Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
c. Gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
d. APE atau VEP1 60% – 80%
e. Variasi diurnal > 30%
4) Asma severe persistent (asma persisten berat) (1)
a. Gejala setiap hari
b. Serangan terus menerus
c. Gejala pada malam hari setiap hari
d. Terjadi pembatasan aktivitas fisik
e. APE atau VEP1 30%

C. Etoiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan


presipitasi timbulnya seranganasma bronchial yaitu :
a. Faktor Predisposisi
 Genetik.
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas
penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat yang juga menderita alergi . Karena adanya bakat alergi ini ,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronchial jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensifitas saluran
pernapasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor Prepisitas
 Alergen
Dimana alergen dapat dibagai menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Ex : debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Ex : makanan dan obat
– obatan.
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Ex :
perhiasan, logam, dan jam tangan.

 Perubahan Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yangmendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadangserangan
berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan, musim
kemarau, musim bunga,.Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga danb debu-

 Stress
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisamemperberat serangan asma yang sudah
ada. Disamping gejala asma yang timbul harussegera diobati
penderita asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu
diberi nasehatuntuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena
jika stressnya belum diatasi maka gejalaasmanya belum bisa
diobati.-

 Lingkungan Kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Hal ini berkaitandengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industritekstil,
pabrik asbes, polusi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.

 Olahraga / aktifitas jasmani yang berat.


Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan
jika melakukan aktifitas jasmani atauolahraga yang berat. Lari
cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan
asmakarena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas.

 Obesitas
Obesitas atau peningkatan Body Mass Index (BMI),
merupakan faktor risiko asma. Mediator tertentu seperti leptin
dapat mempengaruhi fungsi saluran napas dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya asma. Meskipun mekanismenya belum
jelas, penurunan berat badan penderita obesitas dengan asma, dapat
memperbaiki gejala fungsi paru, morbiditas dan status kesehatan.

D. Tanda dan Gejala Asma menurut (Bothamley dan boyle, 2011)


1) Batuk kering.
2) Peningkatan respirasi.
3) Sesak nafas.
4) Takikardia.
5) Pernapasan mengi.
6) Penggunaan otot pernafasan tambahan.
7) Dada terasa sesak.
8) Tidak dapat mengatakan satu kalimat penuh.
9) Memburuk pada malam dan dini hari.

E. Komplikasi

Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering
dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen atau
hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan
berpengaruh pada janin dan sering terjadi keguguran, partus prematurus,
gangguan pertumbuhan janin atau berat badan lahir rendah, lahir mati,
pertambahan berat badan ibu yang buruk, seksio sesarea, hipertensi yang
diinduksi kehamilan atau preeklamsia, takipnea sementara pada bayi baru
lahir, kejang neonatus, hipoglikemia neonatus, masuk ke unit perawatan
intensif neonatus.

Bagi ibu hamil yang menderita penyakit asma yang berat terdapat
resiko bahwa gejala sesaknya akan bertambah parah pada kehamilan lanjut
atau masa postpartum. Penyakit asma yang ringan atau sedang dapat
membaik. Pada kehamilan tetapi menjadi lebih parah pada saat melahirkan
dan sesudah melahirkan.

F. Diagnosis

Diagnosis penyakit asma dapat ditegakkan dengan anamnesis yang


baik. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan faal paru akan lebih
meningkatkan nilai diagnostik.

1) Anamnesis
Anamnesis yang baik meliputi riwayat tentang penyakit/gejala, yaitu :
a) Asma bersifat episodik, sering bersifat reversibel dengan atau
tanpa pengobatan.
b) Asma biasanya muncul setelah adanya paparan terhadap
alergen, gejala musiman, riwayat alergi/atopi, dan riwayat
keluarga pengidap asma.
c) Gejala asma berupa batuk, mengi, sesak napas yang episodik,
rasa berat di dada dan berdahak yang berulang
d) Gejala timbul/memburuk terutama pada malam/dini hari
e) Mengi atau batuk setelah kegiatan fisik
f) Respon positif terhadap pemberian bronkodilator

2) Pemeriksaan Fisik
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan
fisik dapat normal. Kelainan pemeriksaan fisik yang paling umum
ditemukan pada auskultasi adalah mengi. Pada sebagian penderita,
auskultasi dapat terdengar normal walaupun pada pengukuran objektif
(faal paru) telah terdapat penyempitan jalan napas. Oleh karena itu,
pemeriksaan fisik akan sangat membantu diagnosis jika pada saat
pemeriksaan terdapat gejalagejala obstruksi saluran pernapasan
.Sewaktu mengalami serangan, jalan napas akan semakin mengecil
oleh karena kontraksi otot polos saluran napas, edema dan hipersekresi
mukus. Keadaan ini dapat menyumbat saluran napas; sebagai
kompensasi penderita akan bernapas pada volume paru yang lebih
besar untuk mengatasi jalan napas yang mengecil (hiperinflasi). Hal ini
akan menyebabkan timbulnya gejala klinis berupa batuk, sesak napas,
dan mengi.

3). Faal Paru

Pengukuran faal paru sangat berguna untuk meningkatkan nilai


diagnostik. Ini disebabkan karena penderita asma sering tidak
mengenal gejala dan kadar keparahannya, demikian pula diagnosa
oleh dokter tidak selalu akurat. Faal paru menilai derajat keparahan
hambatan aliran udara, reversibilitasnya, dan membantu kita
menegakkan diagnosis asma. Akan tetapi, faal paru tidak mempunyai
hubungan kuat dengan gejala, hanya sebagai informasi tambahan akan
kadar kontrol terhadap asma . Banyak metode untuk menilai faal paru,
tetapi yang telah dianggap sebagai standard pemeriksaan adalah :

(1) Pemeriksaan Spirometri dan Arus Puncak Ekspirasi meter


(APE).
Pemeriksaan spirometri merupakan pemeriksaan hambatan
jalan napas dan reversibilitas yang direkomendasi oleh GINA
(2009). Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan dengan
manuver ekspirasi paksa melalui spirometri. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 3
ekspirasi. Banyak penyakit paru-paru menyebabkan turunnya
angka VEP1. Maka dari itu, obstruksi jalan napas diketahui dari
nilai VEP1 prediksi (%) dan atau rasio VEP1/KVP (%).
Pemeriksaan dengan APE meter walaupun kurang tepat, dapat
dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabilitas harian
pagi dan sore (tidak lebih dari 20%). Untuk mendapatkan
variabiliti APE yang akurat, diambil nilai terendah pada pagi
hari sebelum mengkonsumsi bronkodilator selama satu minggu
(Pada malam hari gunakan nilai APE tertinggi). Kemudian
dicari persentase dari nilai APE terbaik.

(2) Pemeriksaan Diagnostik


a) Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan spuntum
Pemeriksaan untuk melihat adanya :
a. Kristal – kristal charcot leyden yang merupakan
degranulasi dari kristal eosinopil.
b. Spiral crushman, yakni merupakan cast cell (sel
cetakan) dari cabang bronkus.
c. Creole yang merupakan fragmen dari epitel
bronkus.
d. Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada spuntum,
umumnya bersifat mukoid dengan vikositas yang
tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

b) Pemeriksaan Darah
1. Analisis gas darah pada umumnya normal akan tetapi
dapat terjadi hipoksemia, hipercapnia, atau sianosis.
2. Kadang pada darah terdapat peningkatan SGOT dan
LDH.
3. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang di atas
15.000 /mm3 yang menandakan adanya infeksi.
4. Pemeriksaan alergi menunjukkan peningkatan IgE pada
waktu serangan dan menurun pada saat bebas serangan
asma.

c) Pemeriksaan Penunjang
(1) Pemeriksaan radiologi
Pada waktu serangan menunjukkan gambaran
hiperinflasi paru yakni radiolusin yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun. Pada penderita dengan komplikasi terdapat
gambaran sebagai berikut :
(a) Bila disertai dengan broncitis, maka bercak –
bercak dihilus akan bertambah.
(b) Bila ada empisema (COPD), gambaran radiolusen
semakin bertambah.
(c) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat
gambaran infiltrase paru.
(d) Dapat menimbulkan gambaran atelektasis paru.
(e) Bila terjadi pneumonia gambarannya adalah
radiolusen pada paru.
(2) Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergen yang
dapat bereaksi positif pada asma.
(3) Elektrokardiografi
(a) Terjadinya right axisdeviation.
(b) Adanya hipertropo otot jantung right bundle branch
bock
(c) Tanda hiposekmia yaitu sinus takikardi, SVES,
VES atau terjadi depresi segmen ST negatif.
(4) Scanning paru
Melalui inhilasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak
menyeluru pada paru – paru.

G. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan :
a) Mencegah timbulnya stress.
b) Menghindari faktor resiko/pencetus yang sudah diketahui secara
intensif.
c) Mencegah penggunaan obat seperti aspirin dan semacamnya
yang dapat menjadi pencetus timbulnya serangan.
d) Pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obat local yang
berbentuk inhalasi, atau peroral seperti isoproterenol.
e) Pada keadaan lebih berat penderita harus dirawat dan serangan
dapat dihilangkan dengan 1 atau lebih dari obat dibawah ini :
(1) Epinefrin yang telah dilarutkan (1: 1000), 0,2-o,5 ml di
suntikan SC.
(2) Isoproterenol (1: 1000) berupa inhalasi 3-7 hari.
(3) Oksigen.
(4) Aminopilin 250-500 mg (6 mg/kg)dalam infus glukosa
5%.
(5) Hidrokortison 260-1000 mg Iv pelan-pelan atau infus
dalam D10%. Hindari penggunaan obat-obat yang
mengandung iodium karena dapat membuat gangguan
pada janin, dan berikan antibiotika kalau ada sangkaan
terdapat infeksi. Upayakan persalinan secara spontan
namun bila pasien berada dalam serangan, lakukan
Vacum ekstrasi atau forcep. SC atau indikasi asma
jarang atau tidak pernah dilakukan. Jangan berikan
anlgesik yang mengandung histamin tapi pilihlah
morfin atau analgesik epidural.

Biasanya bagi pasien yang sedang menyusui, dokter


sebaiknya memilih obat yang tidak mempengaruhi produksi
ASI. Aminopilin dapat terkandung dalam ASI sehingga bayi
mengalami gangguan pencernaan, gelisah, dan gangguan
tidur. Namun obat anti asma lainnya dan kortikosteroid
umumnya tidak berbahaya karena kadarnya dalam ASI sangat
kecil.

2) Pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik menurut


yaitu :
a) Pengobatan non farmakologik
(1) Dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan.
(2) Menghindari faktor prncetus.
(3) Pemberian cairan.
(4) Fisioterapi.
(5) Pemberian oksigen / O2 bila perlu.
b) Pengobatan farmakologik
Perubahan – perubahan fisiologis yang diketahui
berpengaruh terhadap perjalanan asma bronkiale antara lain
perubahan – perubahan berupa membesarnya uterus, elevasi
diafragma, hormonal, perubahan – perubahan pada mekanik paru
– paru dan lain – lain. Insiden hiperemis, perdarahan, toksemia
gravidarum, induksi persalinan dengan komplikasi dan kematian
ibu secara 35 bermakna lebih sering terjadi dibandingkan dengan
ibu – ibu hamil tanpa penyakit asma brokiale. Bermacam–macam
obat–obatan yang di pakai dalam penatalaksanaan ibu dengan
asma bronkiale.sebagian diantaranya tidak mempunyai pengaruh
yang merugikan kehamilan, namun sebagian lagi diantaranya
dapat memberikan pengaruh yang sebaliknya sehingga
pemakaiannya harus hati – hati dan hanya atas indikasi – indikasi
tertentu saja. Pada kasus kehamilan disertai penyakit asma
bronkiale memerlukan ANC yang lebih intensif dengan
kolaborasi bersama dokter spesialis. Penjelasan mengenai
penyakit asma, bagi pasien sangat berpengaruh besar terhadap
kesehatan ibu dan bayinya. Pemberian asuhan kebidanan sendiri
disesuaikan dengan tingkatan penyakit asma yang dideritanya.
Asma merupakan penyakit alergi, hal terpenting untuk
menghindarinya adalah menghindari faktor pencetus alergi
tersebut, siapkan selalu obat anti asma, pada umumnya penderita
asma dapat melahirkan pervaginam, jenis pertolongannya sendiri
harus berkolaborasi dengan dokter spesialis untuk menentukan
tindakan segera apabila ada, persalinan disesuaikan dengan berat
ringannya penyakit asma 36 sendiri, prinsip dasar asuhan
kebidanan pada ibu hamil disertai penyakit asma bronkiale,
pastikan jenis penyakit asma yang dideritanya dan tentukan
asuhan kebidanan sesuai dengan tingkatan asma klien, sarankan
untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis secara rutin,
perhatikan dalam pemberian obat, beri dukungan emosional pada
ibu agar tidak stress. Prinsip dasar asuhan kebidanan pada ibu
bersalin disertai penyakit asma bronkiale pada dasarnya pasien
memiliki penyakit asma dapat melahirkan pervaginam,
kolaborasikan dengan dokter spesialis, tentukan jenis asma yang
diseritanya, pantau kondisi kesejahteraan ibu dan janin lebih
intensif, persiapan kemungkinan bayi hipoksia.

H. Dampak Asma Pada Ibu dan Janin

a) Dampak pada ibu :


1. Menurunya aliran darah ke pusat
2. Menurunya venous return ibu
3. Kurva dissosiasi oksigen bergeser ke kiri
4. Terjadi pre-eklampsia hingga eklampsia

b) Dampak pada janin :


1. Premature
2. Pertumbuhan janin terhambat
3. Menurunnya cardiac output
4. Kematian BBL
5. IUFD ( Intrauterine Fetal Death )

I. Pencegahan

1. Tidak merokok
2. Kenali faktor pencetus
3. Apabila mendapat serangan asma , segera berobat untuk
mengindari terjadinya kekurangan oksigen pada janin.
4. Memilih tempat tinggal yang jauh dari faktor polusi
5. Menghindari stress dan menciptakan lingkungan psikologis yang
tenang
6. Rajin berolahraga agar daya tahan tubuh semakin kuat sehingga
tahan teradap faktor pencetus.
7. Rutin ANC minimal 1 minggu 1 x untuk mendeteksi fetal distress
dan IUFD

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. DATA SUBYEKTIF
Ibu mengatakan hamil anak pertama dengan usia kehamilan 36 minggu
mengeluh sesak saat bernafas dan batuk kering.

B. DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan Fisik :

a). Hidung : bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sumbatan,
pernafasan cepat dan dalam.

b). Dada : Pernafasan sangat dalam dan bising mengi dapat di dengar tanpa
menggunakan stetoskop , ada retraksi dinding dada

C. ANALISIS
Ny “S” G1 P0000 UK 36 minggu 5 hari, janin tunggal, hidup, presentase kepala
intrauterine dengan Asma Bronchial disertai batuk kering dan bising mengi.

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan keadaan ibu bahwa usia kehamilan 36 minggu 5 hari
dengan asma bronchial. TD : 120/90 mmHg, Nadi : 90x/mnt, pernapasan :
30x/mnt, suhu : 37 OC
Hasil : Ibu mengetahui dan mengerti tentang keadaannya.
2. Memberitahukan pada ibu faktor-faktor apa saja yang dapat mencetuskan
serangan asma dan menganjurkan ibu untuk menghindari faktor-faktor
tersebut.
Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran yang diberikan.
3. Menerangkan kepada ibu dan keluarganya mengenai penyakit asma, baik
pengobatannya maupun penyakitnya sehingga ibu mengerti tujuan
pengobatan yang diberikan.
Hasil : Ibu dan keluarga mengerti.
4. Memberikan pengobatan non farmakologi : memberikan penyuluhan,
menghindari faktor pencetus, fisioterapi, beri O2 jika perlu.
Hasil : Ibu bersedia diberikan pengobatan non-farmakologi.
5. Memberikan pengobatan farmakologi : Bronkodilator yang melebarkan
saluran nafas, seperti aminofilin atau kartikosteroid inhalasi atau oral pada
serangan asma ringan. Obat anti asma umumnya tidak berpengaruh negatif
terhadap janin kecuali adrenalin.
Hasil : Ibu bersedia diberikan pengobatan farmakologi.
BAB IV

PENUTUP

A. Daftar Pertanyaan
Pertanyaan dari kelompok 5
1. Yuni Khofifah Kurniawati
Seorang ibu yang akan bersalin mempunyai riwayat asma kemudian
mengalami stress, sedangkan stress merukan faktor presitas terjadinya
asma, bagaimanakah peran tenaga kesehatan dalam hal tersebut atau
apakah yang harus dilakukan agar ibu bersalin bisa menjalani
persalinan dengan aman ?
Jawab :
1) Cegah terjadinya pre-eklampsia bahkan eklampsia.
2) Rutin melakukan ANC minimal 1 minggu 1 x untuk mendeteksi
fetal distress dan IUFD.
3) Pada saat inpartu, jika da tanda asma segera dilakukan persalinan
secara pervaginam dengan persiapan oksigen infus dan mgso4.
4) Pada saat inpartu ada tanda asma , segera rujuk ke RS dengan
fasilitas yang lebih lengkap.

2. Risqi Wijiyanti
Apakah bayi seorang penderita asma dapat tumbuh normal dan jika
ibu hamil menderita asma apakah ibu hamil tersebut nanti harus
menjalani operasi SC karena tidak mampu meneran ?
Jawab :
Bisa tumbuh normal asalkan pada saat kehamilan tidak sering terjadi
serangan asma , tetapi jika sering terjadi serangan asma ,
kemungkinan bisa terjadi cacat bawaan lahir, IUFD, bahkan kematian
BBL.
Persalinan bisa dilakukan secara pevaginam asalkan asma tidak
menyerang dan disiapkan oksigen dan infus serta mgso4 dan jika asma
menyerang persalinan harus dilakukan dengan SC.

B. Kesimpulan
Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif
intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. Asama bronkiale
merupakan salah satu penyakit salauran nafas yang sering di jumpai dalam
kehamilan dan persalinan (Rukiyah, 2010).

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tanda dan gejala


asma (menurut Bothamley dan boyle, 2011) diantaranya ada batuk kering,
peningkatan respirasi, sesak nafas, takikardia, pernapasan mengi,
penggunaan otot pernafasan tambahan, dada terasa sesak, tidak dapat
mengatakan satu kalimat penuh, memburuk pada malam dan dini hari.

Untuk penatalaksanaan kehamilan dengan asma sebaiknya ibu


menghindari stress, menghindari faktor resiko/ pencetus yang dapat
mencetuskan serangan asma, tidak menggunakan obat-obatan seperti
aspirin yang dapat menjadi pencetus timbulnya asma, pada asma ringan
dapat digunakan obat-obatan lokal yang berbentuk inhalasi, atau peroral
seperti isoprotenol. apabila keadaan ibu lebih berat maka sebaiknya diberi
terapi farmakologi dengan obat-obatan yang tidak membahayakan untuk
janin.

C. Saran
Pada kehamilan dengan asma diharapkan untuk lebih
memperhatikan dan mewaspadai setiap keadaannya untuk meminimalisir
terjadinya pengaruh buruk pada janin yang dapat menyebabkan resiko
pada ibu dan janin.
Diperlukan edukasi tentang asma dan penatalaksanaan asma pada
wanita hamil dengan riwayat asma. Edukasi dapat dilakukan melalui
penyuluhan agar didapatkan pencapaian kontrol asma sepenuhnya pada
trimester I, II, dan III, sehingga dapat mencegah resiko komplikasi pada
ibu dan janin akibat penyakit asma.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.ejurnaladhkdr.com/index.php/jik.article/view/75 diakses pada


tanggal 6 Januari 2021
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/23400/Perbedaan-Proporsi-Antara-
Asma-Terkontrol-Penuh-Dan-Tidak-Terkontrol-Penuh-Antartrimester-
Kehamilan-Berdasarkan-Kriteria-Asthma-Control-Test diakses pada
tanggal 6 Januari 2021
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/156/jtptunimus-gdl-fatihkamel-7757-3-
babiia-3.pdf diakses pada tanggal 6 Januari 2021
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/%20download/1174/pdf
diakses pada tanggal 6 Januari 2021
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/333/1/PDF.pdf diakses pada tanggal 6 Januari
2021
 

Anda mungkin juga menyukai