Anda di halaman 1dari 6

SEKILAS TENTANG RIWAYAT HIDUP

“AL-MAGHFURLAH K.H. SYARIF DAN K.H.FAQIH“


GURU BESAR ILMU TAUHID

‫السالم عليكم ورحمه هللا وبركته‬


‫بسم هللا الر حمن الرحيم‬
SEGENAP PUJA DAN PUJI HANYA BAGI ALLAH, PENABUR SEGALA NIKMAT DAN
KARUNIA, SHOLAWAT DAN SALAM SEMOGA DICURAHKAN KEPADA MANUSIA
TELADAN, INSAN PILIHAN YANG TELAH MENGAJARI UMAT MANUSIA TENTANG
HAKIKAT KEHIDUPAN. MUDAH-MUDAHAAN PARA KELUARGA (AHLI BAIT) DAN
PARA SAHABATNYA SERTA SELURUH PENGIKUTNYA DITABURI ALLAH SWT
DENGAN KERIDHO’ANNYA. AMIN.

1. RIWAYAT HIDUP :
Kiai Syarif adalah seorang yang mempunyai darah keturunan orang sufi yang tidak
mau mengambil atau memanfaatkan harta kekayaan kecuali yang hanya sekedar dibutuhkan
untuk kekuatan fisik, dengan tujuan menunaikan ibadah dan mengabdi kepada Allah Swt.
Orang Tua beliau berasal dari kalangan Alim Ulama’ Desa Bulu Krampyangan. Oleh
karenanya ayahnya termasuk seorang sufi, maka tidak menutup kemungkinan bahwa Kyai
Syarif banyak dipengaruhi watak dan kepribadian orang tuanya dikemudian hari. Itulah
sebabnya semenjak kecil beliau dikenal sebagai seorang yang jujur, penyantun dan punya
sopan santun, beliau suka bertafakkur (berfikir) dan cenderung kepada pengalaman
kerokhanian dan beliau menuntut ilmu dikalangan pesantren Pasuruan, Cirebon (Banten) dan
terakhir beliau menuntut ilmu ke Makkah Al-Mukarromah sambil menunaikan ibadah haji.

2. ILMU YANG DIMILIKI :


Banyak ragam ilmu yang dipelajari, sehingga beliau sangat menguasai ilmu-ilmu
yang lain seperti ilmu syariat yang meliputi : Fiqih, Nahwu–sharaf (gramatika bahasa arab),
Ilmu Mantiq (logika), Ilmu Faro’id, Ilmu Falaq (Perbintangan) dan juga Ilmu Kenegaraan
(Ilmu Pemerintahan) yang terbukti beliau juga pernah menjabat di Departemen Agama
Kabupaten Pasuruan dengan Jabatan sebagai Hakim Pertimbangan Agung.
Begitu pula beliau juga memiliki Ilmu Tasyawuf atau Ilmu Tauhid, Inilah ilmu yang
sangat mencolok pada masa hidup beliau, Ilmu ini beliau pelajari ketika di- Makkah
Al-Mukarromah setelah kembali ketanah air, Ilmu Tauhid ini kemudian beliau ajarkan sampai
akhir hayatnya dan muridnya cukup banyak baik dari dalam maupun luar Kota / Kabupaten
Pasuruan, kalau mengajar beliau tak pakai kitab alias hafalan.
Disamping itu beliau juga mengajarkan kitab Ihya’ walaupun tidak melalui pengajian
umum, Tak hanya Kitab Ihya’ Beliau juga mengajarkan dengan intensif kitab-kitab Tasawuf
dan kitab-kitab mau-idhah (nasihat) lainnya, seperti Hikam, Bidayatul Hidayah, Minhajul
Abidin, Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya dan Nashaihul Ibad serta Riyadhush Shalihin
(sebuah kitab kumpulan hadist-hadist nasihat dan tasawuf) setiap hari baik siang maupun
malam. Tetapi diantara ilmu-ilmu itu, yang paling menonjol adalah Ilmu Tauhid yang
ditekuni sampai akhir hayatnya.
Karya beliau yang paling monumental adalah Kitab Aqo’idul Khomsin, karya ini
seluruh isinya meliputi tentang sifat-sifat Allah Swt. Pertama kali beliau menuliskannya
dalam sebuah buku tulis, dan tulisan itu baru ditemukan setelah beliau wafat, kemudian
diteruskan dan disederhanakan oleh putranya Kiai Faqih, dengan tujuan agar mempermudah
para santri (thullab) dalam mempelajari dan menghafalkan kandungan dari kitab tersebut.
Disamping Kitab Aqo’idul Khomsin karya Kiai Syarif tersebut, ada sebuah Kitab
yang bertajuk Awarif Al Ma’arif (Mustika Pengetahuan) hasil karya dari putra beliau yaitu
Kiai Faqih, kitab ini adalah saduran dari Kitab Ihyaa’ Ulumuddin, Hikam dan kitab-kitab
mau’idhah (nasihat) lainnya. Kemudian sekarang kitab ini diamalkan oleh cucu beliau yaitu
H. Masykur Faqih dengan mengadakan pengajian setiap hari senin malam selasa di rumahnya
(Kelurahan Kebonagung Kota Pasuruan).

3. MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH :


Setelah selesai menuntut ilmu di Banten dan pulang ke Pasuruan, Beliau
mempersunting seorang perempuan yg bernama Nyai Saichatun putri dari Kiai Buri berasal
dari Sumenep (Madura), yang masih ada hubungan dara dengan Kanjeng Pengeran (Bupati
Pasuruan yang pertama). Kemudian dari perkawinannya, beliau dikarunia anak yang bernama
Faqih (Kiai Faqih). Selang tidak begitu lama setelah melahirkan putranya yang bernama Kiai
Faqih, Nyai Saichatun meninggal dunia.

4. KESALEHAN DAN TASAWUFNYA :


Artinya : “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada
suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. (QS. Al-Isro’ ayat 44)
Seperti langit, bumi, matahari, bulan, gunung-gunung, pepohonan dan burung-burung
yang selalu bertasbih pada Allah sepanjang waktu, dengan bahasa mereka sendiri
(Q.S.Al-Isro’ ayat 44), begitulah sosok seorang ‘abid (ahli ibadah). Seluruh waktunya
diabdikan untuk beribadah kepada Allah. Seluruh pikiran dan hatinya dikonsentrasikan untuk
meraih kebahagiaan sejati di akhirat.
Kiai Syarif adalah seorang ‘abid (ahli ibadah) yang banyak amalannya, banyak
wiridnya. Salah satu amalan beliau yang sampai kini diikuti oleh para santrinya yaitu Dzikir
Attaqo. Disamping amalan-amalan itu, beliau punya amalan sendiri, yang dibaca sambil
duduk, sambil berjalan, atau berbaring. Corak tasyawuf amali juga terlihat dalam kehidupan
beliau sehari-hari, sehingga tidak tampak ganjil dari segi syariat. Hampir seluruh waktunya
dipergunakan untuk mendekatkan diri pada Allah. Segala gerak-geriknya, segala ucapannya,
semua mencerminkan kehambaan-Nya dihadapan Zat Yang Esa.
Beliau adalah seorang sufi yang hidupnya mencerminkan riyadhah (olah spiritual)
tak berkeputusan guna menundukkan hawa nafsu (mujahadatun nafs), mengendalikan amarah
serta membersihkan penyakit-penyakit hati. Berkat riyadhah yang keras itu, Taqwanya kepada
Allah semakin meningkat, derajatnya dimata manusia semakin meroket, hingga beliau dikenal
sebagai seorang waliyullah yang dikaruniai berbagai karomah.
Kiai Syarif adalah sosok kiai yang tidak mau terlibat dalam organisasi apapun,
sehingga mungkin beliau tidak begitu dikenal dipentas nasional, khususnya dalam percaturan
politik. Beliau adalah sosok yang mengubur keberadaan dirinya didalam bumi khumul
(ketidak terkenalan). Bukan sosok yang suka memberi komentar didepan wartawan mengenai
isu-isu yang berkembang, atau sosok yang suka memobilisasi massa untuk mencapai tujuan
tertentu. Dia pun bukan sosok macam podium yang meledak-ledak kalau berceramah. Beliau
adalah sosok yang lebih mementingkan pembinaan para santri serta pembinaan masyarakat
pada umumnya baik dibidang ilmu tauhid maupun amal ibadah.

5. KEPRIBADIANNYA YANG TEDUH DAN MENEDUHKAN :


“Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia
mati meninggalkan nama” begitu kata pepatah. Meski Kiai Syarif sudah wafat + 45 tahun
yang lalu, nama beliau masih terpateri dihati umat. Dikalangan para santri & mereka yg
pernah mengenalnya secara dekat, beliau masih dirasakan kehadirannya bahkan melalui
mimpi mereka merasa berdialog dengan Kiai Syarif.
Cinta Kiai Syarif adalah cinta yang sudah mencapai taraf hakikat, tidak hanya kepada
manusia tapi juga kepada hewan dan benda mati karena pemahamannya yang mendalam
terhadap hakikat kemakhlukan benda-benda. Seakan beliau mengerti kondisi psikologis
mereka, bahwa semua itu adalah makhluk Allah yang juga punya rasa yang harus
diperlakukan sama antara manusia dengan makhluk lainnya.. Kalau dinegeri ini pernah ada
wacana tentang ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama manusia), barangkali yang
dikembangkan Kiai Syarif lebih jauh lagi yaitu ukhuwah makhluqiyah (persaudaraan
sesama makhluk).

6. JIWA KEPEMIMPINAN :
Rasulullah Saw adalah pemimpin sejati, yang telah melahirkan banyak sekali
pemimpin besar, Abu Bakar, Umar, Ustman & Ali, ini hanya beberapa dari banyak pemimpin
hasil cetakan Rasulullah Saw. Kiai Syarif meski jauh dibanding Rasulullah, bisa menjadi
contoh lain. Beliau dimasa hidupnya telah menjadi pemimpin. Ada satu teori yang
mengatakan, seorang pemimpin sejati adalah pemimpin yang dapat mencetak
pemimpin-pemimpin lain, seorang pemimpin sejati tidak akan takut tersaingi oleh
kemunculan pemimpin lainnya. Justru dia mendorong lahirnya pempimpin-pemimpin baru
karena beliau tak mau memonopoli kepemimpinan & ketokohan untuk dirinya sendiri.
Pada Tahun 1935 beliau telah mewariskan ilmunya kepada putranya yang bernama
Kiai Faqih & kemudian selang setelah + 13 tahun tepatnya pada Tahun 1948 beliau
mewariskan ilmunya lagi kepada salah satu santrinya yang berasal dari Kabupaten Gresik
yaitu yang bernama Kiai Chasan Chusen. Selain itu pula pada Tahun 1953 beliau juga
mewariskan ilmunya kepada Kiai Abdul Kodir berasal dari Kecamatan Winongan Kabupaten
Pasuruan yang sampai sekarang masih hidup dengan usia + 85 Tahun.

Beliau adalah pemimpin yang membagi-bagi kepemimpinan kepada tokoh-tokoh


lain. Kiai Syarif juga mendorong kepada santrinya untuk jadi pemimpin didaerahnya, Seperti
dialami oleh Kiai Chasan Chusen Kabupaten Gresik, dikala itu
Kiai Chasan Chusen selalu membawa santri ke Pasuruan yang begitu banyak,
sehingga suatu ketika Kiai Syarif memberi Ijazah kepada Kiai Chasan Chusen untuk didaulat
jadi mursyid (guru) Tauhid didaerahnya yaitu Gresik & sekitarnya. Sedang di Pasuruan &
sekitarnya diserahkan kepada putranya sendiri yaitu Kiai Faqih.

7. HUBUNGAN BERMASYARAKAT :
Dalam prakteknya Kiai Syarif tidak mau menonjolkan diri alias khumul (ketidak
terkenalan), buktinya kalau menghadiri suatu acara (kondangan) beliau memilih duduk
ditempat orang-orang biasa selalu ndepis (menyembunyikan diri) yaitu dibelakang, bukan
didepan.
Yang paling berkesan dari Kiai Syarif adalah akhlaknya : penghargaannya pada
orang lain, kedermawanannya, juga tindak tanduknya, kenyataannya dengan siapapun, Kiai
Syarif memang bersikap tawadhu’ lagi menghormat. Dari yang miskin sampai yang kaya, dari
yang jelata sampai yang berpangkat, semua dilayaninya, semua dihargainya. Tidak pandang
bulu, misalnya kalau beliau sedang menghadapi tamu, semua kebagian perhatiannya, semua
ditanyainya satu persatu sehingga tak ada yang merasa disepelekan.
Ibarat kran air, dalam memberi, tangan beliau adalah kran air yang longgar salurannya
sehingga air mengalir deras darinya. Bertemu dengan siapa saja, tangan beliau selalu terulur
untuk memberi.. Tidak hanya anak kecil atau anak muda tapi juga yang tua, lebih-lebih
kepada pengemis & anak yatim, beliau sendiri yg melayaninya (mengambil & menyerahkan
sendiri). Tak hanya dalam bentuk uang tapi juga barang.
Konon ada seorang santri punya usaha sarung yang berasal dari Kabupaten Gresik,
Dua kali dalam setahun selalu menghadiahi sarung kepada Kiai Syarif dengan jumlah yang
banyak, tapi beliau cukup mengambil satu buah sarung dan sisanya diberikan kepada
santri-santrinya yang kebetulah saat itu mengaji.

8. PENUTUP :
Dalam catatan terakhir Ini, kami perlu mengingatkan bahwa sebagai ulama Kiai
Syarif adalah pewaris Nabi Muhammad Saw, karena yang beliau upayakan adalah bagaimana
meneladani akhlak junjungan Nabi kita itu. Karena itu, bagaimanapun uswah tertinggi kita
adalah Rasulullah Saw, dan sudah barang tentu sebagai uswah hasanah yang tertinggi,
amaliyah dan akhlak Rasulullah jauh lebih luhur lagi. Artinya kalau akhlak Kiai Syarif sudah
begitu bagus, akhlak Rasulullah tentu jauh lebih bagus lagi.
Ini berarti ketika kita meneladani Kiai Syarif, kita meniatkannya untuk meneladani
Rasulullah Saw. Dengan begitu cinta kita kepada Kiai Syarif akan lebih mempertebal cinta
kita kepada Rasulullah Saw.
Sebagai rujukan keteladanan, maka mungkin kita akan menjumpai lebih banyak
kelebihan beliau, tanpa meninggalkan kemungkinan bahwa sebagai manusia biasa, beliau tak
lepas dari kekurangan (walaupun tidak banyak muncul dalam penelusuran kami), kami
memang sengaja lebih menampilkan sisi-sisi yang baik dari beliau untuk diteladani. Karena
ada hadist Rasulullah yang jadi pegangan kami, yaitu “Sebut-sebutlah kebaikan orang-orang
yang telah meninggal diantara kamu”.
Demikian sekelumit riwayat seorang Guru Besar Ilmu Tauhid, semoga akan
menjadikan tauladan bagi kita semua, dan tak lupa pula apabila ada kekhilafan atau
kekurangan, kami mohon ma’af yang sebesar-besarnya. Akhirnya dengan iringan do’a :
Allahummanfa’na bihi wabi’ulumihi fid-daraini. Amin.

‫والسالم عليكم ورحمت هللا وبركته‬


PASURUAN, 8 SYAFAR 1431 H
TA’DIM KAMI
TTD

KELUARGA BESAR
AL-MAGHFURLAH K. H. FAQIH SYARIF

Anda mungkin juga menyukai