Permukaannya tetap
Permukaan Permukaannya berkarat
mengkilat.
Ketersediaannya harus
Keberadaan Tersedia di alam secara natural.
dibuat lebih dahulu.
Terdapat 3 Macam besi mentah :
◼ Besi mentah putih
◼ Besi mentah kelabu
◼ Besi mentah bentuk antara
Keuntungan :
◼ Digunakan bila konstruksi memerlukan bahan yang
ringan.
◼ Lebih tahan terhadap pertukar-an beban.
Kerugian :
◼ Harganya lebih tinggi.
◼ Sifatnya lebih getas.
◼ Mengerjakannya lebih sulit karena lebih keras
◼ Jika digunakan jembatan menjadi tidak kaku atau
lendutannya besar.
Pada dasarnya untuk kekuatan konstruksi persyaratan yang
Diperlukan adalah:
◼ syarat kekuatan
◼ syarat kekakuan
◼ Uji Tarik
◼ Uji Lentur
◼ Uji kekerasan
◼ Uji Tarik Pukul Lentur
◼ Uji Tarik Pukul
PROFIL BAJA
Wide Flange
Normal Profil Baja Siku Kanal Profil
Shape
Beberapa Cold Formed Shapes
7 L 100X50X20X3,2 6 33 5.500
12 L 150X65X20X2,3 6 33 5.500
• Baja Ringan
◼ Baja
• BRC
◼ Wiremesh
Baja Profil Atap
Bentang > 70 m
Rangka Batang Ruang
Sistem Struktur
Sistem Bracing Bangunan Industri
Nn = 0.90 Ag fy Ag =
Ae =
luas penampang kotor
luas efektif penampang
fy = tegangan leleh
fu = kekuatan (batas) tarik
b. Kondisi Fraktur pada daerah sambungan:
Koefisien reduksi :
Nn = 0.75 Ae fu • 0.90 untuk kondisi batas leleh
• 0.75 untuk kondisi batas fraktur
P P
Koefisien Reduksi Penampang
akibat Shear Lag
• Bagian plat siku vertikal memikul sebagian besar beban transfer dari baut.
• Setelah melewati daerah transisi, pada jarak tertentu dari lokasi lubang baut, barulah
seluruh luas penampang dapat dianggap memikul tegangan tarik secara merata.
• Daerah penampang siku vertikal mungkin dapat mencapai fraktur walaupun beban
tarik P belum mencapai harga Ag.fy.
Untuk mengantisipasi hal ini, maka dalam analisis kondisi batas fraktur digunakan
luas penampang efektif, Ae :
Ae = A U
dimana :
U : koefisien reduksi
Koefisien Reduksi Penampang
U: koefisien reduksi
x
U = 1− − 0.9
L
x: eksentrisitas sambungan
Potongan 1-3 : An = Ag - n d t
2 u
P u P
2t
3 Potongan 1-2-3 : A n = A g - n d t + s
4u
s
dimana : Ag = luas penampang kotor t = tebal penampang
d = diameter lubang n = banyaknya lubang
s = jarak antara sumbu lubang pada sejajar sumbu komponen struktur
u = jarak antara sumbu lubang pada arah tegak lurus sumbu
Dalam suatu potongan jumlah luas lubang tidak boleh melebihi 15% luas penampang utuh.
Luas Penampang Efektif:
Ae = A x U
b) Apabila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen
bukan plat, atau oleh kombinasi las memanjang dan melintang :
A = Ag
Potongan I - I
I
P P
I
Luas Penampang Efektif:
Ae = A x U
A = luas penampang yang disambung las
U = 1, bila seluruh ujung penampang di las.
Luas Penampang Efektif:
Ae = A x U
d) Gaya tarik disalurkan ke elemen plat oleh las memanjang
sepanjang kedua sisi bagian ujung elemen :
A = A plat
l > 2w : U = 1.0
2w > l > 1.5 w : U = 0.87
1.5w > l > w : U = 0.75
dimana :
w : lebar plat (jarak antar garis las)
l : panjang las memanjang
Luas Penampang Efektif:
Ae = A x U
Selain uraian tersebut di atas , ketentuan di bawah ini dapat digunakan :
b. Seperti butir a., tetapi untuk b/h < 2/3, termasuk penampang tersusun:
U = 0.85
s2 s1
Mode kegagalan ditahan oleh penampang pada batas daerah yang diarsir:
• tegangan tarik pada penampang tegak lurus sumbu batang
• tegangan geser pada penampang sejajar sumbu batang
Tipe Keruntuhan Geser Blok
1. Pelelehan geser – Fraktur tarik
Bila : fu Ant > 0.6 fu Ans :
t.Nn = t ( fu Ant + 0.6 fy Ags )
◼ Tegangan sisa
◼ Modulus elastisitas
◼ Geometri:
◼ Penampang
◼ Panjang komponen
◼ Kondisi batas:
◼ Tercapainya batas kekuatan
◼ Tekuk lentur
= 1 untuk c 0, 25
1 Lk fy
c =
imin E
Batas Kestabilan Inelastis
(
Fcn = 0.658 .Fy 2
)
Batas Kestabilan Elastis
Kapasitas Aksial Batang Tekan:
Nu Nn ; c = 0.85
fy
N n = Ag f cr = Ag
= 1, 25c2 untuk c 1, 2
1 Lk fy
c =
imin E
Ag
= 1, 25 f
Panjang Tekuk
dan Batas Kelangsingan
◼ Komponen struktur dengan gaya aksial murni umumnya
merupakan komponen pada struktur segitiga (rangka-batang)
atau merupakan komponen struktur dengan kedua ujung sendi.
Untuk kasus-kasus ini, faktor panjang tekuk ditentukan tidak
kurang dari panjang teoritisnya dari as-ke-as sambungan
dengan komponen struktur lainnya.
Lk = kcl l
◼ Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap tekan,
angka perbandingan kelangsingan dibatasi:
Lk
200
rmin
Faktor Panjang Tekuk
◼ Berbagai nilai K
Tekuk Lokal
◼ Tekuk lokal terjadi bila tegangan pada elemen-elemen penampang
mencapai tegangan kritis pelat.
◼ Tegangan kritis plat tergantung dari perbandingan tebal dengan lebar,
perbandingan panjang dan tebal, kondisi tumpuan dan sifat material.
◼ Perencanaan dapat disederhanakan dengan memilih perbandingan
tebal dan lebar elemen penampang yang menjamin tekuk lokal tidak
akan terjadi sebelum tekuk lentur. Hal ini diatur dalam peraturan
dengan membatasi kelangsingan elemen penampang komponen
struktur tekan:
= b / t r
Besarnya ditentukan dalam Tabel 7.5-1 (Tata Cara
r Struktur Baja)
Perencanaan
Tekuk Lentur-Torsi
◼ Pada umumnya kekuatan komponen struktur dengan beban
aksial tekan murni ditentukan oleh tekuk lentur. Efisiensi sedikit
berkurang apabila tekuk lokal terjadi sebelum tekuk lentur.
◼ Beberapa jenis penampang berdinding tipis seperti L, T, Z dan C
yang umumnya mempunyai kekakuan torsi kecil, mungkin
mengalami tekuk torsi atau kombinasi tekuk lentur-torsi
◼ Untuk kepraktisan perencanaan, peraturan tidak menyatakan
perlu memeriksa kondisi tekuk torsi/lentur-torsi apabila tekuk
lokal tidak terjadi kecuali untuk penampang L-ganda atau T
◼ Untuk komponen struktur dengan penampang L-ganda atau T
harus dibandingkan kemungkinan terjadinya tekuk lentur pada
kedua sumbu utama dengan tekuk torsi/lentur-torsi
Penampang Majemuk
Komponen struktur yang terdiri dari beberapa elemen yang
dihubungkan pada tempat-tempat tertentu, kekuatannya harus
dihitung terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas bahan.
kLx
▪ Kelangsingan arah sumbu bahan x =
ix
k .Lky
▪ Kelangsingan arah sumbu bebas bahan y =
iy
m 2
▪ Kelangsingan ideal iy = y2 + l
2
▪ Elemen batang harus lebih stabil dari batang majemuk
iy x
1, 2 1, 2 l 50
l l
Perencanaan Balok (Elemen
Lentur)
Penampang Baja untuk Balok
Perilaku Balok Lentur
Latar Belakang
Elemen-elemen yang membangun struktur harus digabungkan
satu sama lain dengan sistem sambungan.
Sistem Sambungan
1. Elemen yang disambung
Sambungan Balok-Balok
Pelat Penyambung
Elemen yang disambung Elemen yang disambung
pelat penyambung
profil siku
Las Memanjang
Las Memanjang
Contoh SAMBUNGAN (3)
Sambungan Pelat-Pelat
Bidang Kerja
Pu
Pu
h = Mu
Pu
Mu = Pu . h
SEJAJAR
Mu
TEGAK-LURUS
KOMBINASI ?
Pu
SEJAJAR
TEGAK-LURUS
KOMBINASI ?
KOMBINASI
MEKANISME SAMBUNGAN (1)
1. Tipe Tumpu
sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut yang
dikencangkan dengan tangan, atau baut mutu tinggi yang
dikencangkan untuk menimbulkan gaya tarik minimum yang
disyaratkan, yang kuat rencananya disalurkan oleh gaya
geser pada baut dan tumpuan pada bagian-bagian yang
disambungkan
2. Tipe Friksi
sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut mutu
tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan tarikan baut
minimum yang disyaratkan sedemikian rupa sehingga gaya-
gaya geser rencana disalurkan melalui jepitan yang bekerja
dalam bidang kontak dan gesekan yang ditimbulkan antara
bidang-bidang kontak.
MEKANISME SAMBUNGAN (2)
1. Tipe Tumpu
P
no friction
P
MEKANISME SAMBUNGAN (3)
2. Tipe Friksi
P
with friction
baut dikencangkan
SAMBUNGAN BAUT (1)
Tipe Friksi
( )
Vn = 0.75 (1.13 ) 0.7 fub (0.75 Ab ) m
SAMBUNGAN BAUT (3)
KOMBINASI
Tipe Tumpu
Cek fuv akibat geser
Definisikan ft
Tu Ab ft
SAMBUNGAN BAUT (4)
KOMBINASI
Tipe Friksi
Tu
1 − 1.13 Tb (n) Vn Vu
CONTOH SOAL 1 (1)
Pu Pu
Pu
CONTOH SOAL 1 (3)
Tumpu Pelat
Rn = 0.75 2.4 db . t p . fu n → Persyaratan penggunaan rumus terpenuhi
(hal 101)
= 0.75 2.4 (22) (16) (440) 4 - jarak lubang tepi > 1.5 d [ 37.5 > 33 ]
- jarak antar lubang > 3 d [ 75 > 66 ]
- jumlah baut dalam arah gaya [ 2 buah ]
= 1115.14 kN
CONTOH SOAL 1 (4)
Catatan :
Besar gaya yang dipikul (Pu) juga harus memperhatikan kuat rencana
tarik elemen pelat yang disambung [elemen tarik] dengan meninjau
kondisi leleh dan fraktur
CONTOH SOAL 2 (1)
Pu Pu
( )
Vn = 0.75 (1.13 ) 0.7 fub ( 0.75 Ab ) m . n
= 0.75 (1.13 ) (0.35) ( 0.7 x 825 )( 0.75 x 380 ) (1) . (4)
= 195.28 kN
CONTOH SOAL 3
Sambungan SEBIDANG Vu
Mu
Dua buah balok IWF disambung pada bagian sayap dan badannya dengan sistem
sambungan baut. Gaya dalam yang dipikul adalah Mu dan Vu.
Diameter Baut = 19 mm. Mutu Baut A325 dengan fub = 825 Mpa.
Tanpa ulir pada bidang geser.
CONTOH SOAL 4
400
320
240
160
Mu
80
0
Dua buah balok IWF disambung dengan sistem pelat ujung (end plate)
menggunakan baut
Gaya dalam yang dipikul adalah Mu saja.
CONTOH SOAL 6
Baut : n = 2 x 4 buah
Tu
db = 19 mm → Ab = 283.50 mm2
fub = 825 MPa Pu = 400 kN Pu
tanpa ulir pada bidang geser Vu = 320 kN
Vu
Tu = 240 kN
Sambungan Las
◼ Macam-macam las
◼ Panjang las netto
SAMBUNGAN LAS (WELD)
PROSES PENGELASAN
◼ Las Otohin dengan gas asetelin dan zat asam
(untuk sambungan pipa, pelat-pelat tipis dan
panjang las yang kecil).
◼ Las Busur Cahaya Arang, bisa dilakukan tanpa
tambahan bahan.
◼ Las Busur Cahaya dengan kedua ujung
Bentuk Las :
◼ Las Sudut (80% Fillet Weld)
◼ Las Tumpul (Groove Weld)
Las Sudut :
◼ Las Cekung (Gbr A).
◼ Las Cembung (Gbr. B).
◼ Las Pipih (Gbr. C).
las
cekung
a
Gambar 1-A
las las
cembung pipih
a a
Gambar 1-B Gambar 1-C
◼ Las sudut yang letaknya diujung, disebut las Kepala (K).
◼ Las Sudut yang letaknya di kanan-kiri disebut Las Tepi (T).
◼ Bila Las Sudut dibikin tidak sama sisi dan lebih dari satu
◼ = 1 s/d 4 mm
s
Gambar 2-G
S = 4 s/d 8mm
Gambar 2-H
B. Dengan Pekerjaan Pendahuluan :
◼ Las satu belah V Gbr.2-I)
70 +
90
Gambar 2-I
Las V – tertutup
60
0.
5
8…
…
…..
20
…
b a- cacat
.3
70+90
4 - 12 S = 4 s/d 12 mm
Gbr.2-J
70 +
90
S
takik celah (kosong)
1/2 s
3
40
S = 12 s/d 40 mm
12
1/2 s
70
Gambar 2-L
Las X – tidak simetris
70
2/3 s
30
12 3
1/3 s
Gbr. 2-M
Perhitungan Sambungan Las
Perumusan Umum :
Jika tidak bertentangan dengan ke-seimbangan dari
bagian-bagian kons-truksi yang disambungkan, maka gaya
yang harus dipindahkan dianggap ter-bagi rata atas
potongan memanjang yang terkecil dari rigi-rigi las.
Syarat-syarat Umum untuk Merencanakan
◼ Dihindarkan berkumpulnya rigi-rigi las.