Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN CARDIAC ARREST
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

Tanggal 14 Desember - 19 Desember 2020

Oleh:
KELOMPOK 8

PENDIDIKAN PROFESI NERS PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN CARDIAC ARREST
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

Tanggal 14 Desember – 19 Desember 2020

Oleh:
KELOMPOK 8

Banjarmasin, Desmber 2020


Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Novi Mustahdianti Nasri, Ns., M.Kep


NIK. 1990 2014 1 153

CARDIAC ARREST

Definisi

Henti jantung adalah penghentian tiba-


tiba aktivitas pompa jantung efektif
yang mengakibatkan penghentian
sirkulasi. Dengan berhentinya sirkulasi
akan menyebabkan kematian dalam
waktu yang singkat.
\

Penatalaksanaan Etiologi
1. Penyakit kardiovaskuler : penyakit jantung
Penatalaksanaan pasien dengan henti jantung dan napas adalah dengan
iskemik, infark miokard akut, emboli paru.
Resusitasi Jantung Paru (Cardio Pulmonary Resucitatiton/CPR).
2. Kekurangan oksigen : sumbatan benda asing,
Resusitasi Jantung Paru adalah suatu tindakanhenti napas
darurat sebagai suatu
3. Kelebihan dosis obat : digitalis, quinidine, anti
usaha untuk mengembalikan keadaan henti napas dan atau henti
depresan trisiklik.
jantung ke fungsi optimal untuk mencegah kematianasam
4. Gangguan biologis.
basa/ elektrolit : asidosis,
Mekanisme RJP adalah C-A-B. hiperkalemi, hiperkalsemi, hipomagnesium
5. Kecelakaan : tenggelam, tersengat listrik
6. Refleks vagal
7. Syok
Penatalaksanaan

OHCA (Out Hospital CardiacRantai


Arrest)
3Early Defibrilation

KeberhasilanDefibrilasi
resusitasimerupakan
membutuhkan tindakan yangdan
integrasi sangat pentingdari
koordinasi dalam penanganan pasien henti
jantung. Irama yang sering terdeteksi pada pasien henti jantung adalah ventrukuler fibrilasi
kegiatan yang ada dan
(VF), dalam Chainyang
terapi of Survival OHCA
terpenting dan IHCA.
adalah defibrilasi elektrik atau Automated External
Defibrillator (AED). Keberhasilan defibrilasi akan menurun ketika henti jantung berjalan
lama, dan VF akan cenderung berubah menjadi asistol dalam beberapa menit. Angka
Rantai 1 Pengenalan awal hentikematian
jantung dan
akan aktivasi system7 emergensi
meningkat – 10% untuk setiap menit yang terlewati pada pada pasien
henti jantung tanpa dilakukan resisutasi. Untuk menangani henti jantung akibat VF,
Sebelum penolong melakukan pertolongan
penolong harus pada
mampupasien henti jantung,
mengabungkan perhatikan
resusitasi jantung paru dengan penggunaan
lingkungan sekitar, hati-hati terhadap bahaya
defibrilator seperti arus listrik, kebakaran, kemungkinan
ledakan, pekerjaan konstruksi, atau gas beracun.Pastikan tempat tersebut aman untuk
melakukan pertolongan.Setelah penolong yakin bahwa lingkungan telah aman, penolong
Rantai 4 Cara
harus memeriksa kesadaran korban. Perawatan Lanjut Segera
melakukan penilaian kesadaran, tepuk atau
goyangkan korban pada bahunya sambil berkata
Bantuan hidup lanjut “ Apakah
yaitu Anda baik-baikkondisi
menstabilkan saja?”. Apabila
pasien yang telah diresusitasi untuk
korban ternyata bereaksi tetapi dalam keadaan terluka atau perlu pertolongan medis,
tinggalkan koban segera mencari melewati
bantuantahap kritis. Tahap
atau menelepon ini terdiri
ambulance, dari penatalaksanaan
kemudian kembali jalan napas lanjutan
sesegera mungkin dan selalu menilai kondisi korban.Apabila klien tidak berespon, segera
(pemasangan endo tracheal tube), pemberian obat-obatan intravena sepeti epinephrine dan
hubungi ambulance.Beri informasi tentang lokasi kejadian, kondisi & jumlah korban dan
cairan serta
pertolongan yang dilakukan.Kemudian jika perlu
kembali terapidan
ke korban defibrilasi sesuai dengan
segera melakukan gambaran electrocardiografi.
Resusitasi
Jantung Paru. Jika ada 2 penolong atau lebih, salah satu penolong melakukan RJP penologn
lainnya mengaktifkan system emergensi.
Rantai 5 Perawatan Jantung Lanjutan Terintegrasi
Rantai 2 Resusitasi Jantung Paru Berkualitas
Perawatan setelah resusitasi ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi dari jantung dan
Setiap melakukan RJP selalu menggunakan sistematika C-A-B
1. Cek denyut nadi otak dan mengenali pentingnya mengembalikan kualitas hidup dari korban henti jantung
2. Kompresi dada dengan cara :
IHCA (In Hospital Cardiac Arrest)
Rantai 4 Rapid Defibrilator
Defibrilasi merupakan tindakan yang sangat penting dalam penanganan pasien henti
jantung. Irama yang sering terdeteksi pada pasien henti jantung adalah ventrukuler fibrilasi
(VF), dan terapi yang terpenting adalah defibrilasi elektrik. Keberhasilan defibrilasi akan
menurun ketika henti jantung berjalan lama, dan VF akan cenderung berubah menjadi
asistol dalam beberapa menit. Angka kematian akan meningkat 7 – 10% untuk setiap menit
yang terlewati pada pasien henti jantung tanpa dilakukan resisutasi. Untuk menangani henti
jantung akibat VF, penolong harus mampu mengabungkan resusitasi jantung paru dengan
penggunaan defibrillator.
Rantai 1Surveillance and prevention
Sistem perawatan pasien yangRantai 5 Advance
mengalami life support
cardiac andrumah
arrest di postarrest
sakit care
mengandalkan
Bantuan hidup berkelanjutan untuk
sistem pengawasan yang sesuai (sistem peringata dini) untuk mencegah seranganpasien seranganjantung.
jantung yang mencapai ROSC harus
diberikan dengan baik. Observasi secara
Ketika ada pasien yang mengalami serangan jantung maka mengandalkan interaksi komprehensif harus dilakukan untuk mengenali
adanya tanda dan gejala serangan jantung berulang.
sempurna dari berbagai unit dan layanan institusi serta bergantung pada tim multidisplin
yang profesional termasuk dokter,Sindrom
perawat, post
ahlicardiac arrest merupakan
terapi pernapasan kondisi klinis yang kompleks dengan empat
dan sebagainya.
konsekuensi patofisiologis primer yang akan terjadi, yang terdiri dari disfungsi miokard,
adanya
Rantai 2 Recognition and activation cedera
of the neurologis,
emergency cedera
respons sistemik akibat kekurangan darah (iskemia) dan cedera
system
Peran tim respon cepat sangat diperlukan pada penanganan seranganserta
pemulihan aliran darah (repurfusi) adanya
jantung yangbeberapa
terjadi difaktor pencetus lainnya seperti
penyakit penyerta kardiovaskuler atau
rumah sakit. Tim ini wajib menanggapi kebutuhan resusitasi dan dilatih untuk paru-paru atau pneumonia. Fokus utama perawatan
pasca cardiac arrest pada penilaian pasien gagal
menggunakan peralatan dan teknik resusitasi. Tim ini terdiri dari dokter, perawat, petugas jantung secara cepat yang telah mencapai
keamanan, terapis pernapasan, apoteker. Tim ini dibentuk untuk menanggapi kerusakan menstabilkan aliran darah,
ROSC, mengoptimalkan kembali fungsi kardiopulmoner,
klinis yang teridentifikasi pada meminimalkan terjadinya serangan
pasien sebelum terjadinya cedera neurologis,
jantung. mengendalikan suhu tubuh, meningkatkan
ventilasi mekanik untuk meminimalkan cidera paru-paru.
Rantai 3Immediate high-quality CPR
Penanganan pada kasus cardiac 1. Managemen
arrest atau Suhu
hentiTubuh
jantung yang paling utama adalah
pemberian bantuan hidup dasar yang dilakukan suhu
Management untuktubuh dikenal dengan
mempertahankan terapi
proses hipotermia yang merupakan sebuah
kehidupan
pada penderita yang mengalami keadaan mengancam jiwanya. Tindakan yang diberikanuntuk mengurangi suhu tubuh.
intervensi yang diberikan post ROSC yang berfungsi
Penggunaan
pada bantuan hidup dasar adalah cardio terapiressucitation
pulmonary hipotermia mampu
(CPR). menurunkan
Proses CPR suhu
yang tubuh dan mengurangi adanya
baik berupa high quality CPR mampu mempertahankan kelangsungan hidup pasien. kematian. Proses manajemen
kecacatan pada sistem neurologi serta mengurangi angka
Menurut Cave (2010) mengungkapkanterapi bahwa
hipotermia
highini memerlukan
quality peran perawat
CPR merupakan untuk
proses CPRmampu memecah masalah dan
memberikan perawatan pasien secara menyeluruh
yang diberikan dengan kedalaman dan kecepatan yang tepat, kesempatan recoil dada secara sehingga mampu mengurangi angka
kecacatan dan kematian pada pasien post cardiac
penuh, tidak adanya intrupsi atau gangguan secara minimal serta menghindari pemberian arrest.
2. Manajemen
ventilasi secara berlebih sehingga Hemodinamik
tujuan yang diharapkan terpenuhi yaitu return of
spontaneous circulation (ROSC). Manajemen hemodinamik pada pasien yang mengalami post cardiac arrest diutamakan
terkait dengan perubahan volume intravaskuler, menjaga kondisi tekanan perfusi yang
adekuat,
Ada beberapa pont dalam pelaksanaan mengoptimalkan
CPR berkualitas pasokan
tinggi yaitu : oksigen dan mengobati penyebab henti jantung
tersebut.
1. Melakukan kompresi dada dengankecepatan 100-120 kali per menit
3. Terapi
2. Melakukan kompresi dada dengan vasopressor
kedalaman minimum 2 inch (5cm)
3. Mmeberikan kesempatan dada 4. untuk
Oksigenasi
recoildan Ventilasi
sempurna setiap kali kompresi.
4. Meminimalkan jeda setelah 5. Manajemen Metabolik (Kadar Gula Darah)
kompresi
5. Memberikan ventilasi yang cukup (2 napas buata setelah 30 kompresi)
Algoritma Penanganan Henti Jantung Pada Dewasa
PENANGANAN HENTI JANTUNG PADA MASA PANDEMI COVID 19
ALGORITMA PENATALAKSANAAN CARDIAC ARREST MASA PANDEMI COVID 19
PATHWAY
Etiologi

Aritmia

MK : Penurunan curah jantung Cardiac Arrest MK : Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan jantung

Suplay oksigen turun

MK : Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral Hipoksia Cerebral
CerebralSerebral

MK : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Penurunan Kesadaran MK : Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial

Henti Napas MK : Ketidakefektifan Pola Napas

Sudden Cardiac Death

Kematian jika tidak ditangani


selama 10 menit
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. Pengkajian
Pengkajian

1. Identitas
2. Sekunder  Riwayat Kesehatan
3. Pengkajian primer : Airway, Breathing, Circulation, Disability
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Pengkajian pola fungsional Gordon

B. Diagnosis keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d benda asing dalam jalan napas
2. Ketidakefektifan pola napas b/d kondisi terkait sindrom hipoventilasi
3. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan jantung b/d kondisi terkait cardiac
arrest
5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dengan factor risiko hipoksia
serebral
6. Penurunan kapasitas adaptif intracranial b/d penurunan perfusi serebral
Intervensi keperawatan

Diagnosis
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Ketidakefektifan NOC : NIC :
bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Nafas (3140)
b/d benda asingselama 1 x 10 menit, ketidakefektifan bersihan 1. Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust, sebagaimana
dalam jalan napas jalan napas dapat teratasi dengan kriteria : mestinya
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Status Pernapasan : Kepatenan Jalan Napas 3. Posisikan pasien untuk meringankan sesak napas
(0410) 4. Monitor status pernapasan dan oksigen.
1. Frekuensi pernapasan normal (16-24
kali/menit)
Monitor Pernapasan (3350)
2. Irama pernapasan normal
1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernapas
3. Kedalaman inspirasi normal
2. Catat penggunaan otot bantu napas
4. Tidak ada suara napas tambahan
3. Monitor suara napas tambahan
5. Tidak ada dyspnea
4. Monitor saturasi oksigen
2. Ketidakefektifan pola NOC : NIC :
napas b/d kondisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Jalan Nafas (3140)
terkait sindrom 15 menit diharapkan hambatan ventilasi 1. Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust, sebagaimana
hipoventilasi spontan dapat teratasi dengan kriteria hasil : mestinya
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Status Pernafasan (0415) 3. Posisikan pasien untuk meringankan sesak napas
1. frekuensi pernapasan normal (16-24 4. Monitor status pernapasan dan oksigen.
x/menit)
2. irama pernapasan teratur Bantuan Ventilasi (3390)
3. saturasi oksigen normal 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
4. kedalaman inspirasi normal 2. Auskultasi suara napas, catat area-area penurunan atau tidak adanya ventilasi
5. volume tidal normal dan adanya suara tambahan.
3. Monitor pernapasan dan status oksigenasi
4. Berikan resusitasi dengan tepat dengan menggunakan mulut penolong atau
menggunakan bag valve mask

Terapi Oksigen (3320)


1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Berikan oksigen
3. Pantau adanya tanda-tanda keracunan oksigen

Monitor Pernapasan (3350)


1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernapas
2. Catat penggunaan otot bantu napas
3. Monitor suara napas tambahan
4. Monitor saturasi oksigen
3. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x NIC:
jantung b/d 60 menit, penurunan curah jantung dapat teratasi Resusitasi (6320)
dengan kriteria : 1. Evaluasi ketiadaan respons klien.
perubahan
NOC : Keefektifan pompa jantung
kontraktilitas 2. Laukan panggilan kode sesuai standar institiusi
Kriteria hasil :
3. Sediakan AED
1. Tekanan darah normal
2. Denyut nadi normal 4. Tempelkan AED dan implementasikan langkah-langkah spesifik.
3. Ukuran jantung normal 5. Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) sesuai kebutuhan
4. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam 6. Monitor kualitas RJP
5. Tidak ada distensi vena jugularis 7. Monitor respon pasien terhadap usaha RJP yang diberikan.
8. Hubungkan pasien dengan monitor EKG
9. Pasang akses IV dan berikan cairan sesuai kebutuhan
10. Pasang monitor jantung
11. Lakukan perekaman EKG dan interprtasikan
12. Bantu dalam pemasangan ETT sesuai indikasi.
13. Pastikan perawatan post henti jantung terorganisir.
4. Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x NIC
ketidakefektifan 30 menit, resiko ketidakefektifan perfusi jaringan Monitor Neurologi
perfusi jaringan serebral tidak terjadi dengan kriteria : 1. Monitor status kesadaran klien menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale).
NOC : 2. Hindari situasi yang dapat meningkatkan tekanan intra kranial (cemas, nyeri,
serebral dengan
Perfusi Jaringan : Serebral gelisah, batuk, mengedan dan penyedotan lendir pernapasan yang berlebihan)
factor risiko hipoksia 3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
1. Tidak ada pusing
serebral 2. Tekanan darah dalam batas normal (120/80 Manajemen Edema Serebral
mmHg) 1. Monitor adanya kebingungan, perubahan kesadaran dan keluhan pusing.
3. Tidak ada gelisah 2. Monitor tekanan darah
4. Tidak ada penurunan kesadaran 3. Tinggikan kepala tempat tidur pasien 15 - 30 derajat.
4. Berikan lingkungan yang tenang kepada klien dan batasi pengunjung.

5. Penurunan Kapasitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :


adapatif intrakranial selama 1 x 60 menit, penurunan kapasitas Peningkatan Perfusi Serebral
adaptif intracranial dapat teratasi dengan 1. Konsultasikan dnegan dokter untuk mennetukan parameter hemodinamik
kriteria : dan pertahankan parameter hemodinamik yang ditentukan.
Perfusi Jaringan : Serebral 2. Kolaborasi pemberian obat vasoaktif.
1. Tidak ada pusing 3. Berikan agen untuk meningkatkan volume intravascular
2. Tekanan darah dalam batas normal (120/80 4. Pertahankan kadar glukosa darah dalam batas nirmal.
mmHg) 5. Monitor status neurologi
3. Tidak ada gelisah 6. Hitung dan monitor CPP
4. Tidak ada penurunan kesadaran
7. Monitor intake dan output

Oxygen Therapy
1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
6. Risiko NOC : Perfusi Miokard NIC : Manajemen Aritmia
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x60 1. Periksa onset dan pemicu aritmia
Perfusi Jaringan menit perfusi jaringan jantung menjadi efektif 2. Monitor frekuensi dan durasi aritmia
Jantung dengan kriteria hasil : 3. Monitor keluhan nyeri dada
1. Gambaran EKG artimia dari skala 2 4. Monitor saturasi oksigen
(cukup menurun) ke skala 4 (cukup 5. Pasang Jalan Nafas Buatan
meningkat) (OPA,NPA,LMA,ETT),jika perlu
2. Nyeri Dada dari skala 2 (cukup menurun) 6. Rekam EKG 12 sadapan
ke skala 4 (cukup meningkat) 7. Periksa interval QT sebelum dan sesudah pemberian
3. Arteri apical skala 2 (cukup memburuk) ke obat yang dapat memperpanjang interval QT
skala 4 (cukup membaik) 8. Berikan Oksigen sesuai indikasi
4. Tekanan arteri rata-rata Arteri apical skala 9. Kolaborasi pemberian anitaritmia, jika perlu
2 (cukup memburuk) ke skala 4 (cukup 10. Kolaborasi pemberian defibrilasi, jika perlu
membaik)
5. Takikardi Arteri apical skala 2 (cukup
memburuk) ke skala 4 (cukup membaik)
6. Bradikardi Arteri apical skala 2 (cukup
memburuk) ke skala 4 (cukup membaik)
DAFTAR PUSTAKA

Hamarno, Rudi Ns, M.Kep., 2016. Keperawatan Kegawatdaruratan dan Manajemen


Bencana. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Muttaqin,, A. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika
Rao, Prashant and Kern Karl B. 2018. Improving Community Survival Rates from Out
of Hospital Cardiac Arrest. Current Cardiology Reviews Vol 14 Nomor 2
Yunanto, RA. Wihastuti, TA. Rachmawati, SD. 2017. Perbandingan Pelatihan RJP
dengan Moblie Application dan Simulasi Terhadap Pengetahuan dan
Keterampilan Melakukan RJP. NurseLine Journal Vol. 2 No.2
American Heart Association. Kejadian Penting Pedoman CPR dan ECC. 2020
Wirawan, Candra Adi. 2018. Pengembangan Aplikasi Guide Basic Life Support (BLS)
berbasis Android Untuk Meningkatkan Ketepatan Ritme, Kecepatan Kompresi
Dada dan Ventilasi Pada Penanganan Out Hospital Cardiac Arrest (OHCA)
NANDA, 2018. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018 – 2020. EGC :
Jakarta
NIC, 2016. Nursing Interventions Classification Edisi Bahasa Indonesia. Mocomedia :
Jakarta.
NOC, 2016. Nursing Outcomes Classification Edisi Bahasa Indonesia. Mocomedia
:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai