Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN CRONIC KIDNEY DISEASES
DI RUANG C3 Lt.2 RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun oleh :
SITI SOLICHAH
NIM : P 17420613039

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH
2014
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


CRONIC KIDNEY DISEASES DI RUANG C3 LANTAI 2
RSUP Dr KARIADI SEMARANG

I. PENGERTIAN

Cronic Kidney Diseases ( CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversibel dimana ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, sehingga menyebabkan uremia, retensi urin
dan sampah nitrogen lain dalam darah. Dikatakan CKD apabila terjadi gangguan
fungsi ginjal kronik yang sudah berlangsung selama tiga bulan atau lebih.
( Lucman, 2002)

II. ETIOLOGI

Menurut Lucman (2002) penyebab CKD antara lain :

1. Gout menyebabkan nefropati gout.


2. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
3. SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
4. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular.
5. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular.
6. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga mengarah ke penyakit
ginjal genetik)

III. KLASIFIKASI

Pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG dibagi dalam 5
stadium :
1. Stadium 1
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG masih
normal (> 90 ml/ menit/ 1,73 m2)
2. Stadium 2
Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 – 89
ml/menit/ 1, 73 m2)
3. Stadium 3
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30 – 59 ml/ menit/ 1,73 m2
4. Stadium 4
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15 – 29 ml/ menit/ 1,73 m2
5. Stadium 5
Kelainan ginjal dengan LFG < 15 ml/ menit/ 1,73 m2
(Lucman, 2002)

IV. GEJALA DAN TANDA

1. Hematologik
Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, gangguan
lekosit
2. Gastrointestinal
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremic hiccup, gastritis erosiva.
3. Syaraf dan otot
Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg
syndrome.
4. Kulit
Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost, bekas
garukan karena gatal.
5. Kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
6. Endokrin
Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan
seksual, libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan
metabolisme vitamin D.

V. KOMPLIKASI

1. Hipertensi.
2. Infeksi traktus urinarius.
3. Obstruksi traktus urinarius.
4. Gangguan elektrolit.
5. Gangguan perfusi ke ginjal
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostat..
2. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu CKD :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet
rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
VII.PENATALAKSANAAN

1. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.


2. Edukasi tentang diit ( tinggi kalori rendah protein ).
3. Kendalikan hipertensi.
4. Jaga keseimbangan eletrolit.
5. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang akibat CKD
6. Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal.
7. Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.
8. Persiapkan program hemodialisis.
9. Transplantasi ginjal.
VIII. PATHWAYS

Glomerulo Obstruksi Neprotik Nepritis Nepritis


Nepritis Kronik dan Infeksi Diabetik Hypertensi Lupus

Penurunan Iskemi dan Angiopati Vaskularisasi Kerusakan


fungsi infeksi sehingga jar. Ginjal < jaringan
glomerulus nefon Jaringan dan Nefron
nefron ginjal < O² ginjal
ginjal dan nutrisi

Cronic Kidney Diseases

Pencernaan Kulit Hematologi Syaraf dan Otot Ginjal Kardiovas Endokrin


kular

Ekskresi sisa Produksi Ggn.Seksual


>Urokrom Restless Leg COP turun
metabolisme eritropoitin Ggn.Tolerasi
Gatal sindrom.
protein menurun glukosa
ekskariosis Burning Feet
menurun Ggn.Metab.
Urea Frost sindrom.
lemak
Eritrosit Ensepalopati Aliran darah
Ggn.Metab
menurun Metab.miopati ke ginjal turun
Ureum Vit. D
creatinin
meningkat Anemia
Perubahan RAA
proses pikir turun Laki-laki :
Gangguan. produksi
Sindroma Integritas Gangguan
testosteron&
Uremic kulit metabolisme
Retensi Na spermatogenesis↓
Gangguan dan H2O Wanita: gangguan
Sel kekurangan O2 fungsi ginjal menstruasi,
Anoreksia ovulasi,
Mual Muntah aminorhe
Bau Mulut Ginjal tidak bisa Odema
Anaerob di sel
Stomatitis mereabsorbsi HCO3

Kelebihan
Gangguan Kelemahan
HCO3 dlm darah ↓ volume cairan
pemenuhan
nutrisi kurang
-Resiko cedera
dari kebutuhan Asidosis metabolik Penurunan curah
-Intoleransi
tubuh jantung
aktivitas
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI


O
1 Resiko tinggi terjadinya Tujuan : 1.Auskultasi suara jantung dan paru. Adanya edema paru, kongesti vaskuler,
penurunan curah jantung Tidak terjadi penurunan curah Evaluasi adanya edema, perifer, kongesti dan keluhan dispnea manunjukan
berhubungan dengan jantung, vaskuler dan keluhan dispnoe. adanya renal failure
ketidak seimbangan cairan
dan elektrolit, gangguan Kriteria: 2.Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada Hipertensi yang signifikan merupakan
frekuensi, irama, konduksi tekanan darah sistole antara 100 – akibat dari gangguan renin angiotensin
perubahan tekanan darah akibat perubahan
jantung, akumulasi / 140 dan diastole antara 70 – 90 dan aldosteron. Tetapi ortostatik
penumpukan urea toksin, mmHg , frekuensi nadi antara 60 - posisi. hipotensi juga dapat terjadi akibat dari
kalsifikasi jaringan lunak. 100, nadi perifer yang kuat, defisit intravaskular fluid
capilary refill time yang baik.
3.Kaji adanya keluhan nyeri dada, lokasi dan Hipertensi dan Chronic renal failure
dapat menyebabkan terjadinya
skala keparahan.
myocardial infarct.

4.Kaji tingkat kemampuan klien Kelemahan dapat terjadi akibat dari


beraktivitas. tidak lancarnya

5.Kolaborasi dalam:
Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN,
Serum kreatinin, Kreatinin klirens.
Pemeriksaan thoraks foto.
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
Siapkan Dialisis

2 Resiko tinggi terjadi Tujuan : 1.Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan, Dapat menunjukan anemia, dan respon
Tidak terjadi cedera jantung untuk mempertahankan
cedera (profil darah kelemahan, takikardia, mukosa / kulit pucat,
oksigensi sel.
abnormal) berhubungan Kriteria : dispnoe, nyeri dada.
Tidak mengalami tanda-tanda Anemia dapat menyebabkan hipoksia,
dengan penekanan, 2.Awasi tingkat kesadaran dan prilaku.
perdarahan,lab. Dalam batas serebral, perubahan prilaku mental dan
produksi/sekresi normal orientasi.
eritpoietin, penurunan
Anemia menurunkan oksigenasi
produksi Sel Darah Merah 3.Evaluasi respon terhadap aktivitas. jaringan, meningkatkan kelelahan,
memerlukan perubahan aktivitas
gangguan faktor
(istirahat)
pembekuan, peningkatan 4.Observasi perdarahan terus menerus dari
Mengalami kerapuhan kapiler.
kerapuhan vaskuler. tempat penusukan, atau pada area mukosa.
5.Awasi haematemesis atau sekresi GI /
darah feses. Stress dan abnormalitas hemostatik
dapat mengakibatkan perdarahan GI
6.Berikan sikat gigi halus, pencukur elektrik, track.
gunakan jarum kecil pada saat penyuntikan,
Menurunkan resiko perdarahan /
lakukan penekanan lebih lama setelah pembentukan hematoma.
:
penyuntikan.
7.Kolaborasi :
a. Pemeriksaan Laboratorium Darah
Lengkap, Thrombosit, Faktor Pembekuan
Uremia, menurunkan produksi
dan Protrombin.
eritropoetin, menekan produksi Sel
Darah Merah. Pada gagal ginjal kronik,
Hb, hematokrit biasanya renda
b.Pemberian transfusi.
Mengatasi anemia simtomatik.
c.Pemberian obat – obatan :
Memperbaiki gejala anemi.
Sediaan besi, asam folat, sianokobalamin

Cimetidine (actal)
Profilaksis menetralkan asam lambung
Hemostatik (Amicar).

Pelunak feses. Menghambat perdarahan.

Mengurangi perdarahan mukosa.

3 Perubahan proses pikir Tujuan : 1.Kaji luasnya gangguan kemampuan Efek sindrom uremik dapat terjadi
Meningkatkan tingkat mental. dengan Kekacauan minor dan
berhubungan dengan berpikir, memori, orientasi, perhatikan
berkembang ke perubahan kepribadian.
akumulasi toksin, asidosis Kriteria : lapang perhatian. Memberikan perbandingan.
mengenal tempat, orang, waktu,
metabolik, hipoksia, 2.Pastikan orang terdekat, tingkat mental
tidak menarik diri, tidak ada
Meminimalkan rangsangan lingkungan.
ketidakseimbangan gangguan kognitif pasien biasanya.
elektrolit kalsifikasi 3.Berikan lingkungan tenang, ijinkan
Memberikan petunjuk untuk membantu
metastase pada otak. menggunakan TV. Radio dan kunjungan.
pengenalan kenyataan.
4.Orientasikan kembali terhadap lingkungan
Meningkatkan penolakan terhadap
orang dan waktu.
kenyataan.
5.Hadirkan kenyataan secara singkat dan
Komunikasi akan dipahami/diingat.
ringkas.
6.Komunikasikan informasi dalam kalimat
Gangguan tidur dapat mengganggu
pendek.
kemampuan kognitif.
7.Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak
mengganggu periode tidur.
Perbaikan hipoksia dapat memperbaiki
8.Kolaborasi : kognitif.
a. Pemberian tambahan oksigen.Hindari Memperburuk kekacauan.
penggunaan barbiturat/opiat.
4 Resiko terjadinya Tujuan : 1.Inspeksi kulit terhadap Perubahan Warna, Menandakan area sirkulasi buruk, yang
Tidak terjadi kerusakan integritas dapat menimbulkan dekubitus.
kerusakan integritas kulit turgor, perhatikan kemerahan,ekskoriasi.
kulit.
berhubungan dengan 2.Kaji keadaan kulit terhadap kemerahan Kaji keadaan kulit terhadap kemerahan
Kriteria :
gangguan status dan adanya excoriasi. dan adanya excoriasi. Sirkulasi darah
kulit tidak lecet,
metabolik, sirkulasi klien mampu mendemonstrasikan yang kurang menyebabkan kulit mudah
cara untuk mencegah terjadinya
(anemia, iskemia jaringan) rusak dan memudahkan timbulnya
kerusakan integritas kulit.
dan sensasi (neuropati dicubitus/ infeksi.
ferifer), penurunan turgor 3.Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit, Deteksi adanya dehidrasi yang
kulit, penurunan aktivitas, membran mukosa. mempengaruhi integritas jaringan pada
akumulasi areum pada tingkat seluler
kulit.
4.Ganti posisi tiap 2 jam sekali, beri
Mengurangi/ menurunkan tekanan pada
bantalan pada tonjolan tulang , pelindung
daerah yang edema, daerah yang
siku dan tumit..
perfusinya kurang baik untuk
mengurangi/menurunkan iskemia
jaringan.
5.Jaga keadaan kulit agar tetap kering dan
Kulit yang basah terus menerus memicu
bersih. terjadi iritasi yang mengarah terjadinya
dikubitus.
6.Anjurkan pada klien untuk menggunakan
Mencegah iritasi kulit dan
pakaian yang tipis dan kering yang
meningkatkan evaporasi
menyerap keringat dan bebas keriput.
7.Anjurkan pasien menggunakan kompres
Menghilangkan ketidaknyamanan dan
lembab dan dingin.
menurunkan resiko cedera.

8.Kolaborasi dalam pemberian foam dan


Mencegah penekanan yang terlalu lama
tempat tidur angin.
pada jaringan yang dapat membatasi
ferfusi seluler, sehingga dapat
mengurangi iskemik jaringan.
5 Resiko tinggi perubahan Tujuan : 1.Inspeksi rongga mulut, perhatikan Deteksi untuk mencegah infeksi.
mukosa oral berhubungan Mempertahankan membran
kelembaban, karakter saliva adanya
dengan penurunan saliva, mukosa.
pemabatasan cairan, inflamasi dan ulserasi.
perubahan urea dalam Kriteria : Mencegah kekeringan mulut.
2.Berikan cairan sepanjang 24 jam dalam
saliva menjadi ammonia Mukosa lembab, inflamasi ulserasi
membran mukosa. tidak ada, bau amonia abatas yang ditentukan.
berkurang/hilang.
3.Berikan perawatan mulut sering cuci
Perawatan mulut menyejukan,
dengan larutan Asam asetik 25%, berikan melumasi, dan membantu menyegarkan
mulut yang tidak menyenangkan karena
permen karet, permen keras antara makan.
uremia.
4.Anjurkan hygiene yang baik setelah
Menurunkan pertumbuhan bakteri.
makan dan saat akan tidur.
5.Anjurkan klien untuk menghentikan
Alkohol, mengiritasi mukosa dan
merokok dan menghindari produk pencuci efeknya mengeringkan.
mulut yang mengandung alkohol.
6.Kolaborasi :
Pemberian obat-obatan sesuai dengan
indikasi Antihistamin, Kiproheptadin.
Menghilangkan gatal.

6 Anemia berhubungan Tujuan : 1. Pertahankan kebersihan tanpa kekeringan meningkatkan sensitivitas


dengan menurunnya Terjadi peningkatan kadar Hb. kulit dengan merangsang ujung saraf.
menyebabkan kulit kering.
produksi eritropeitin.
kering. Kriteria : 2.Cegah penghangatan yang berlebihan Kenghangatan yang berlebihan
Kadar Hb dalam batas normal, meningkatkan sensitivitas melalui vaso
perfusi jaringan baik, akral dengan mempertahankan suhu ruangan yang dilatasi.
hangat, merah dan kering.
sejuk dengan kelembaban yang rendah,
hindari pakaian yang terlalu tebal.
Garukan merangsang pelepasan
3.Anjurkan tidak menggaruk.
histamin.

4.Observasi tanda-tanda vital..


perkembangan klien dan penentuan
terhadap tindakan selanjutnya.
5.Kolaborasi dalam:
Pemberian transfusi
Pemeriksaan laboratorium Hb.

7 Ganguan pola tidur Tujuan : 1.Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan Untuk mengetahui terpenuhi atau
berhubungan dengan rasa Gangguan pola tidur pasien akan
kebutuhan tidur pasien. tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat
nyeri pada kepala. teratasi.
gangguan pola tidur sehingga dapat
Kriteria :
diambil tindakan yang tepat
Klien mudah tidur dalam waktu
30 – 40 menit. 2.Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di Mengetahui perubahan dari hal-hal
Klien tenang dan wajah segar. yang merupakan kebiasaan pasien
rumah.
Klien mengungkapkan dapat ketika tidur akan mempengaruhi pola
beristirahat dengan cukup. tidur pasien.

Mengetahui faktor penyebab gangguan


3.Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan
dirasakan pasien.
pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-
obatan dan suasana ramai.
.
4.Anjurkan pasien untuk menggunakan Pengantar tidur akan memudahkan
pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik
pengantar tidur dan teknik relaksasi.
relaksasi akan mengurangi ketegangan
dan rasa nyeri.
5.Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
Lingkungan yang nyaman dapat
tenang.
membantu meningkatkan tidur/istirahat.

8 Cemas berhubungan Tujuan : 1.Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh Untuk menentukan tingkat kecemasan
dengan kurangnya rasa cemas berkurang/hilang. yang dialami pasien sehingga perawat
pasien.
pengetahuan tentang bisa memberikan intervensi yang cepat
penyakitnya. Kriteria : dan tepat.
Klien dapat mengidentifikasikan
2.Beri kesempatan pada pasien untuk
sebab kecemasan.Emosi stabil., Dapat meringankan beban pikiran
mengungkapkan rasa cemasnya.
pasien tenang.Istirahat cukup. pasien.
.
3.Gunakan komunikasi terapeutik.
Agar terbina rasa saling percaya antar
perawat-pasien sehingga pasien
kooperatif dalam tindakan keperawatan.

4.Beri informasi yang akurat tentang proses


Informasi yang akurat tentang
penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut
penyakitnya dan keikutsertaan pasien
serta dalam tindakan keperawatan. dalam melakukan tindakan dapat
mengurangi beban pikiran pasien.
5.Berikan keyakinan pada pasien bahwa
Sikap positif dari timkesehatan akan
perawat, dokter, dan tim kesehatan lain
membantu menurunkan kecemasan
selalu berusaha memberikan pertolongan yang dirasakan pasien.
yang terbaik dan seoptimal mungkin.

6.Berikan kesempatan pada keluarga untuk


Pasien akan merasa lebih tenang bila
mendampingi pasien secara bergantian.
ada anggota keluarga yang menunggu.
7.Ciptakan lingkungan yang tenang dan
Lingkung yang tenang dan nyaman
nyaman
dapat membantu mengurangi rasa
cemas pasien.
9 Kurangnya pengetahuan Tujuan : 1.Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga Untuk memberikan informasi pada
Klien memperoleh informasi tentang penyakit gagal ginjal kronik dan
tentang proses penyakit, pasien/keluarga, perawat perlu
yang jelas dan benar tentang Hipertensi.
diet, perawatan dan penyakitnya. mengetahui sejauh mana informasi atau
Kriteria :
pengobatan berhubungan pengetahuan yang diketahui
Klien mengetahui tentang proses
dengan kurangnya penyakit, diet, perawatan dan pasien/keluarga.
pengobatannya dan dapat
informasi. 2.Kaji latar belakang pendidikan pasien.
menjelaskan kembali bila ditanya.
Agar perawat dapat memberikan
Klien dapat melakukan perawatan Pendidikan pasien.
penjelasan dengan menggunakan kata-
diri sendiri berdasarkan
kata dan kalimat yang dapat dimengerti
pengetahuan yang diperoleh.
pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.

3.Jelaskan tentang proses penyakit, diet,


perawatan dan pengobatan pada pasien Agar informasi dapat diterima dengan
dengan bahasa dan kata-kata yang mudah mudah dan tepat sehingga tidak
dimengerti menimbulkan kesalahpahaman.

Dengan penjelasdan yang ada dan ikut


4.Jelasakan prosedur yang kan dilakukan,
secra langsung dalam tindakan yang
manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien dilakukan, pasien akan lebih kooperatif
dan cemasnya berkurang.
didalamnya.

5.Gunakan gambar-gambar dalam


Gambar-gambar dapat membantu
memberikan penjelasan (jika ada /
mengingat penjelasan yang telah
memungkinkan).
diberikan.

10 Gangguan pemenuhan Tujun : 1.Kaji/catat pemasukan diet status nutrisi Untuk mengetahui tentang keadaan dan
Kebutuhan nutrisi dapat dan kebiasaan makan.
nutrisi kurang dari kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat
terpenuhi.
kebutuhan tubuh diberikan tindakan dan pengaturan diet
Kriteria :
berhubungan dengan yang adekuat.
Berat badan dan tinggi badan
gangguan metabolisme ideal. 2.Identifikasi perubahan pola makan. Mengetahui apakah pasien telah
Pasien mematuhi dietnya. melaksanakan program diet yang
protein.
mual berkurang dan muntah tidak ditetapkan.
ada.
Tekanan darah 140/90 mmHg. Meminimalkan anoreksia dan mua
3.Berikan makanan sedikit dan sering.
4.Anjurkan pasien untuk mematuhi diet
Kepatuhan terhadap diet dapat
yang telah diprogramkan.
mencegah komplikasi terjadinya
hipertensi yang lebih berat.
5.Tawarkan perawatan mulut, berikan
permen karet atau penyegar mulut diantara
waktu makan.
Menghindari membran mukosa mulut
kering dan pecah.
6.Timbang berat badan setiap seminggu
sekali.
Mengetahui perkembangan berat badan
pasien (berat badan merupakan salah
satu indikasi untuk menentukan diet).
.
7.Kolaborasi konsul dengan dokter untuk
Nabic dapat mengatasi/memperbaiki
pemberikan obat sesuai dengan indikasi;
asidosis. anti emitik akan mencegah
Nabic, Anti emetik dan anti hipertensi.
mual/muntah dan obat anti hipertensi
akan mempercepat penurunan tekanan
darah.
8.Kolaborasi: konsul dengan ahli gizi untuk
Pemberian diet yang sesuai dapat
pemberian diet tinggi kalori, rendah protein, mempercepat penurunan tekanan darah
dan mencegah komplikasi.
rendah garam (TKRPRG).
.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3,
Alih bahasa I Made Kariasa. Jakarta. EGC.
Lucman & Sorenson.2002. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B.
Saunders Company
Price, S.A. & Wilson, L.M. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi IV. Volume II. Alih bahasa : Anugerah. Jakarta ; EGC : 1995
Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai