ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN CRONIC KIDNEY DISEASES
DI RUANG C3 Lt.2 RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
Disusun oleh :
SITI SOLICHAH
NIM : P 17420613039
I. PENGERTIAN
Cronic Kidney Diseases ( CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversibel dimana ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, sehingga menyebabkan uremia, retensi urin
dan sampah nitrogen lain dalam darah. Dikatakan CKD apabila terjadi gangguan
fungsi ginjal kronik yang sudah berlangsung selama tiga bulan atau lebih.
( Lucman, 2002)
II. ETIOLOGI
III. KLASIFIKASI
Pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG dibagi dalam 5
stadium :
1. Stadium 1
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG masih
normal (> 90 ml/ menit/ 1,73 m2)
2. Stadium 2
Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 – 89
ml/menit/ 1, 73 m2)
3. Stadium 3
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30 – 59 ml/ menit/ 1,73 m2
4. Stadium 4
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15 – 29 ml/ menit/ 1,73 m2
5. Stadium 5
Kelainan ginjal dengan LFG < 15 ml/ menit/ 1,73 m2
(Lucman, 2002)
1. Hematologik
Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, gangguan
lekosit
2. Gastrointestinal
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremic hiccup, gastritis erosiva.
3. Syaraf dan otot
Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg
syndrome.
4. Kulit
Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost, bekas
garukan karena gatal.
5. Kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
6. Endokrin
Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan
seksual, libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan
metabolisme vitamin D.
V. KOMPLIKASI
1. Hipertensi.
2. Infeksi traktus urinarius.
3. Obstruksi traktus urinarius.
4. Gangguan elektrolit.
5. Gangguan perfusi ke ginjal
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostat..
2. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu CKD :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet
rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
VII.PENATALAKSANAAN
Kelebihan
Gangguan Kelemahan
HCO3 dlm darah ↓ volume cairan
pemenuhan
nutrisi kurang
-Resiko cedera
dari kebutuhan Asidosis metabolik Penurunan curah
-Intoleransi
tubuh jantung
aktivitas
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN
5.Kolaborasi dalam:
Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN,
Serum kreatinin, Kreatinin klirens.
Pemeriksaan thoraks foto.
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
Siapkan Dialisis
2 Resiko tinggi terjadi Tujuan : 1.Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan, Dapat menunjukan anemia, dan respon
Tidak terjadi cedera jantung untuk mempertahankan
cedera (profil darah kelemahan, takikardia, mukosa / kulit pucat,
oksigensi sel.
abnormal) berhubungan Kriteria : dispnoe, nyeri dada.
Tidak mengalami tanda-tanda Anemia dapat menyebabkan hipoksia,
dengan penekanan, 2.Awasi tingkat kesadaran dan prilaku.
perdarahan,lab. Dalam batas serebral, perubahan prilaku mental dan
produksi/sekresi normal orientasi.
eritpoietin, penurunan
Anemia menurunkan oksigenasi
produksi Sel Darah Merah 3.Evaluasi respon terhadap aktivitas. jaringan, meningkatkan kelelahan,
memerlukan perubahan aktivitas
gangguan faktor
(istirahat)
pembekuan, peningkatan 4.Observasi perdarahan terus menerus dari
Mengalami kerapuhan kapiler.
kerapuhan vaskuler. tempat penusukan, atau pada area mukosa.
5.Awasi haematemesis atau sekresi GI /
darah feses. Stress dan abnormalitas hemostatik
dapat mengakibatkan perdarahan GI
6.Berikan sikat gigi halus, pencukur elektrik, track.
gunakan jarum kecil pada saat penyuntikan,
Menurunkan resiko perdarahan /
lakukan penekanan lebih lama setelah pembentukan hematoma.
:
penyuntikan.
7.Kolaborasi :
a. Pemeriksaan Laboratorium Darah
Lengkap, Thrombosit, Faktor Pembekuan
Uremia, menurunkan produksi
dan Protrombin.
eritropoetin, menekan produksi Sel
Darah Merah. Pada gagal ginjal kronik,
Hb, hematokrit biasanya renda
b.Pemberian transfusi.
Mengatasi anemia simtomatik.
c.Pemberian obat – obatan :
Memperbaiki gejala anemi.
Sediaan besi, asam folat, sianokobalamin
Cimetidine (actal)
Profilaksis menetralkan asam lambung
Hemostatik (Amicar).
3 Perubahan proses pikir Tujuan : 1.Kaji luasnya gangguan kemampuan Efek sindrom uremik dapat terjadi
Meningkatkan tingkat mental. dengan Kekacauan minor dan
berhubungan dengan berpikir, memori, orientasi, perhatikan
berkembang ke perubahan kepribadian.
akumulasi toksin, asidosis Kriteria : lapang perhatian. Memberikan perbandingan.
mengenal tempat, orang, waktu,
metabolik, hipoksia, 2.Pastikan orang terdekat, tingkat mental
tidak menarik diri, tidak ada
Meminimalkan rangsangan lingkungan.
ketidakseimbangan gangguan kognitif pasien biasanya.
elektrolit kalsifikasi 3.Berikan lingkungan tenang, ijinkan
Memberikan petunjuk untuk membantu
metastase pada otak. menggunakan TV. Radio dan kunjungan.
pengenalan kenyataan.
4.Orientasikan kembali terhadap lingkungan
Meningkatkan penolakan terhadap
orang dan waktu.
kenyataan.
5.Hadirkan kenyataan secara singkat dan
Komunikasi akan dipahami/diingat.
ringkas.
6.Komunikasikan informasi dalam kalimat
Gangguan tidur dapat mengganggu
pendek.
kemampuan kognitif.
7.Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak
mengganggu periode tidur.
Perbaikan hipoksia dapat memperbaiki
8.Kolaborasi : kognitif.
a. Pemberian tambahan oksigen.Hindari Memperburuk kekacauan.
penggunaan barbiturat/opiat.
4 Resiko terjadinya Tujuan : 1.Inspeksi kulit terhadap Perubahan Warna, Menandakan area sirkulasi buruk, yang
Tidak terjadi kerusakan integritas dapat menimbulkan dekubitus.
kerusakan integritas kulit turgor, perhatikan kemerahan,ekskoriasi.
kulit.
berhubungan dengan 2.Kaji keadaan kulit terhadap kemerahan Kaji keadaan kulit terhadap kemerahan
Kriteria :
gangguan status dan adanya excoriasi. dan adanya excoriasi. Sirkulasi darah
kulit tidak lecet,
metabolik, sirkulasi klien mampu mendemonstrasikan yang kurang menyebabkan kulit mudah
cara untuk mencegah terjadinya
(anemia, iskemia jaringan) rusak dan memudahkan timbulnya
kerusakan integritas kulit.
dan sensasi (neuropati dicubitus/ infeksi.
ferifer), penurunan turgor 3.Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit, Deteksi adanya dehidrasi yang
kulit, penurunan aktivitas, membran mukosa. mempengaruhi integritas jaringan pada
akumulasi areum pada tingkat seluler
kulit.
4.Ganti posisi tiap 2 jam sekali, beri
Mengurangi/ menurunkan tekanan pada
bantalan pada tonjolan tulang , pelindung
daerah yang edema, daerah yang
siku dan tumit..
perfusinya kurang baik untuk
mengurangi/menurunkan iskemia
jaringan.
5.Jaga keadaan kulit agar tetap kering dan
Kulit yang basah terus menerus memicu
bersih. terjadi iritasi yang mengarah terjadinya
dikubitus.
6.Anjurkan pada klien untuk menggunakan
Mencegah iritasi kulit dan
pakaian yang tipis dan kering yang
meningkatkan evaporasi
menyerap keringat dan bebas keriput.
7.Anjurkan pasien menggunakan kompres
Menghilangkan ketidaknyamanan dan
lembab dan dingin.
menurunkan resiko cedera.
7 Ganguan pola tidur Tujuan : 1.Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan Untuk mengetahui terpenuhi atau
berhubungan dengan rasa Gangguan pola tidur pasien akan
kebutuhan tidur pasien. tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat
nyeri pada kepala. teratasi.
gangguan pola tidur sehingga dapat
Kriteria :
diambil tindakan yang tepat
Klien mudah tidur dalam waktu
30 – 40 menit. 2.Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di Mengetahui perubahan dari hal-hal
Klien tenang dan wajah segar. yang merupakan kebiasaan pasien
rumah.
Klien mengungkapkan dapat ketika tidur akan mempengaruhi pola
beristirahat dengan cukup. tidur pasien.
8 Cemas berhubungan Tujuan : 1.Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh Untuk menentukan tingkat kecemasan
dengan kurangnya rasa cemas berkurang/hilang. yang dialami pasien sehingga perawat
pasien.
pengetahuan tentang bisa memberikan intervensi yang cepat
penyakitnya. Kriteria : dan tepat.
Klien dapat mengidentifikasikan
2.Beri kesempatan pada pasien untuk
sebab kecemasan.Emosi stabil., Dapat meringankan beban pikiran
mengungkapkan rasa cemasnya.
pasien tenang.Istirahat cukup. pasien.
.
3.Gunakan komunikasi terapeutik.
Agar terbina rasa saling percaya antar
perawat-pasien sehingga pasien
kooperatif dalam tindakan keperawatan.
10 Gangguan pemenuhan Tujun : 1.Kaji/catat pemasukan diet status nutrisi Untuk mengetahui tentang keadaan dan
Kebutuhan nutrisi dapat dan kebiasaan makan.
nutrisi kurang dari kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat
terpenuhi.
kebutuhan tubuh diberikan tindakan dan pengaturan diet
Kriteria :
berhubungan dengan yang adekuat.
Berat badan dan tinggi badan
gangguan metabolisme ideal. 2.Identifikasi perubahan pola makan. Mengetahui apakah pasien telah
Pasien mematuhi dietnya. melaksanakan program diet yang
protein.
mual berkurang dan muntah tidak ditetapkan.
ada.
Tekanan darah 140/90 mmHg. Meminimalkan anoreksia dan mua
3.Berikan makanan sedikit dan sering.
4.Anjurkan pasien untuk mematuhi diet
Kepatuhan terhadap diet dapat
yang telah diprogramkan.
mencegah komplikasi terjadinya
hipertensi yang lebih berat.
5.Tawarkan perawatan mulut, berikan
permen karet atau penyegar mulut diantara
waktu makan.
Menghindari membran mukosa mulut
kering dan pecah.
6.Timbang berat badan setiap seminggu
sekali.
Mengetahui perkembangan berat badan
pasien (berat badan merupakan salah
satu indikasi untuk menentukan diet).
.
7.Kolaborasi konsul dengan dokter untuk
Nabic dapat mengatasi/memperbaiki
pemberikan obat sesuai dengan indikasi;
asidosis. anti emitik akan mencegah
Nabic, Anti emetik dan anti hipertensi.
mual/muntah dan obat anti hipertensi
akan mempercepat penurunan tekanan
darah.
8.Kolaborasi: konsul dengan ahli gizi untuk
Pemberian diet yang sesuai dapat
pemberian diet tinggi kalori, rendah protein, mempercepat penurunan tekanan darah
dan mencegah komplikasi.
rendah garam (TKRPRG).
.
DAFTAR PUSTAKA