Anda di halaman 1dari 4

Legenda Suku Tengger, Gunung Bromo, dan Gunung Batok

Tokoh :1 Joko Seger

2 Roro Anteng

3 Raksasa (Kyai Bima)

4 Jaya Kusuma

Alkisah Pada suatu hari, di sebuah dusun sekitar gunung pananjakan ada pasangan suami istri yang
sedang menunggu kedatangan putri mereka lahir. Dia adalah seorang raja majapahit yang meninggalkan
negerinya dan membuat dusun di sekitar gunung pananjakan bersama pengikutnya karena dia
berperang melawan putranya sendiri. Saat itu dia sedang menunggu istrinya yang akan melahirkan anak
kedua mereka.

Permaisuri :”Kanda, bayi kita lahir”

Raja :”Iya.. anak kita perempuan Dinda”

Permaisuri :”Tapi Kanda, kenapa kita tidak mendengar tangisnya ya?

Raja :”Tenang Dinda, bayi kita normal dan sehat. Wajahnya Nampak bersinar. Kita namai bayi
kita Roro Anteng saja yang artinya perempuan yang diam dan tenang”

Permaisuri :”Baiklah Kanda”

Tidak jauh dari tempat itu, di sebuah pertapaan terdapat sepasang suami istri. Sang Suami merupakan
seorang Brahmana.Pada saat yang bersamaan,sang istri Brahmana melahirkan seorang bayi.

Suami :”Bu, akhirnya kita mempunyai seorang putra. Lihatlah, badannya segar dan sehat”

Istri :”Benar Pak, kita namakan dia Joko Seger saja yang berarti laki laki yang berbadan segar.
Bagaimana?

Suami :”iya bu”

Tahun telah berlalu.Kedua anak itu tumbuh menjadi dewasa.Roro Anteng tumbuh menjadi gadis yang
cantik,sedangkan Joko Seger tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan perkasa.Karena kecantikkan
Roro Anteng,banyak pemuda yang datang untuk meminangnya.Tapi,tak satupun lamaran yang diterima
olehnya karena dia telah menjalin kasih dengan Joko Seger dan ia berjanji tidak akan mau menyukai
orang lain karena kesetiaan cintanya kepada Joko Seger.

Roro Anteng :”Kita selalu ke tempat ini ya Joko Seger. Aku senang sekali”

Joko Seger “Haha.. iya. Kamu kan selalu begini”

Roro Anteng :”Terimakasih ya Joko Seger, kamu selalu bisa membuatku senang. Aku berjanji, aku
akan setia kepadamu Joko Seger”

Joko Seger :”Sama sama Roro, aku juga akan setia kepadamu”
Hingga pada suatu hari, ada seorang raksasa yang menginginkan dan meminang Roro Anteng untuk
menjadi pendampingnya.

Raksasa :”Wahai Roro Anteng, maukah kau menikah denganku?”

Roro Anteng :”Hmm, bagaimana ya,, hmm. Baiklah aku menerima pinanganmu tapi dengan satu
syarat”

Raksasa :”Apa syaratnya? Cepat katakan”

Roro Anteng :”Buatkan aku danau diatas gunung bromo. Jika kamu sanggup menyelesaikannya dalam
satu malam, maka aku akan menikah denganmu. Tapi ingat, sebelum ayam berkokok kamu harus
menyelesaikannya”

Raksasa :”Itu mudah sekali, Roro Anteng. Aku akan menyelesaikannya. Hahahaha”

Roro Anteng :”Aduh! Bagaimana ini, sebentar lagi raksasa itu akan menyelesaikannya. Aku harus
berbuat sesuatu. Apa yang harus aku lakukan?(Roro Anteng bingung. Beberapa saat kemudian…)

“Oh.. aku punya ide. Aku bisa membangunkan penduduk untuk menumbuk padi seperti suasana pagi”

Akhirnya, Roro Anteng membangunkan penduduk untuk membakar jerami dan menumbuk padi hingga
ayam pun berkokok dan terjadilah seperti suasana pagi.

Raksasa :”Hah? Sudah pagi? Sial. Aku gagal meminang Roro Anteng”(marah sambal
melemparkan tempurung kelapa yang digunakan untuk membuat danau lalu pergi)

Sebelum raksasa meninggalkan puncak gunung bromo, tempurung kelapa yang masih dipegangnya
dilemparkan. Konon, tempurung kelapa jatuh terpelungkup kemudian menjelma menjadi gunung yang
dinamakan gunung batok, jalan yang dilalui raksasa itu menjadi sebuah sungai dan hingga kini masih
terlihat di hutan sekitar gunung batok. Sementara danau yang belum selesai dibuatnya menjelma
menjadi sebuah kawah yang dapat disaksikan disekitar gunung bromo.

Betapa senang hati Roro Anteng dan keluarganya melihat raksasa itu pergi.

Beberapa lama kemudian, Roro Anteng menikah dengan Joko Seger.


Suatu hari setelah pernikahan..
Roro Anteng      : “Ayahanda,  Ibunda, izinkan saya dan Kanda Joko meninggalkan desa ini.”
Raja                       : “Apa? Putriku.. apakah kau bercanda putriku Roro?”
Roro Anteng      : “tidak ayahanda, ini sudah keputusan kami berdua.”
Permaisuri          : “Putriku, mengapa kau meninggalkan desa ini? Kalian bisa hidup dengan dengan
nyaman di …sini.”
Joko seger          : “Maafkan kami, Ibunda, Ayahanda, tapi kami ingin tinggal di tempat itu, impian …kami
sejak dulu. Kami akan membangun bahtera dan bisa hidup mandiri.”
Raja                       : “Apakah ananda kuat hidup tanpa ayahanda dan ibunda?”
Roro Anteng      :”Iya ayahanda. Semuanya akan baik-baik saja. Lagipula suami ananda joko seger …akan
selalu menemani ananda.”
Permaisuri          : ”Baiklah putriku sayang. Kalau itu sudah menjadi keputusan kalian. Kami tak bisa …
melarangnya.”
Raja                       : ”Baik-baiklah disana anakku. Jika sewaktu-waktu kalian mendapatkan masalah …
janganlah sungkan untuk datang kembali.”
Permaisuri          : “Baiklah kalau begitu”

   Akhirnya, Joko Seger dan Roro Anteng tinggal di lereng gunung Bromo, mereka memberi nama daerah
itu dengan nama Tengger. Gabungan dari nama Anteng dan Seger. Mereka hidup bahagia, namun
setelah bertahun-tahun menikah, mereka tak kunjung diberi seorang anak.
Joko Seger          : “Adinda, mengapa kita tak kunjung memiliki anak juga?”          
Roro Anteng      : “Bersabarlah Kakanda”
Joko Seger          : “Padahal kita sudah mencoba berbagai jenis obat tapi kenapa belum juga dikaruniai
anak.”

Roro Anteng :”Mungkin nanti kita akan dikaruniai anak.Janganlah cepat berputus asa.Serahkan saja
semuanya kepada dewa
Joko seger          : “Aku bersumpah Adinda, jika Tuhan mengkaruniai kita 25 anak, aku berjanji akan
mempersembahkan salah satu anak kita untuk sesajen di kawah gunung bromo.”

Seketika itu, muncul api dari dalam tanah kawah gunung bromo. Itu pertanda bahwa doanya terkabul.
Tidak lama setelah itu, Roro Anteng mengandung dan kemudian melahirkan anak kembar. Betapa
bahagianya mereka dan mereka pun terus melahirkan anak kembar di tahun tahun berikutnya sampai
kembar 3 yang terakhir hingga berjumlah 25 anak.

Beberapa tahun kemudian, anak-anak mereka pun tumbuh menjadi dewasa. Karena terlena dalam
kebahagiaan,Joko Seger menjadi lupa akan janjinya untuk mempersembahkan salahsatu anaknya untuk
menjadi sesajen di kawah Gunung Bromo. Hingga Dewa menegurnya melaui mimpi. Makin hari ia
semakin gelisah karena belum menepati janjinya.Akhirnya ia ingin menceritakan semuanya kepada
anak-anaknya.

Pada suatu hari…

Joko Seger :”Wahai anak anakku, dulu ayah pernah bersumpah untuk mempersembahkan salah
satu dari kalian sebagai tanda syukur dari kawah gunung bromo. Jadi, Sebelum kalian lahir,Ayah dan
Ibumu ini sudah lama tidak dikaruniai anak.Padahal Ayah dan Ibumu ini sudah banyak berdoa dan
berusaha.Karena Ayah dan Ibumu ini tidak juga dikaruniai anak,maka Ayah mengucapkan sebuah janji
yaitu bila Anak ayah ada 25,salah satu dari mereka harus ada yang dipersembahkan menjadi sesajen di
kawah Gunung Bromo”

Anak :”Lalu,apakah yang melibatkan kami Ayahku?”

Joko Seger :”Apakah salah satu dari kalian ada yang mau menjadi persembahan di kawah Gunung
Bromo?”

Anak :”Bukan begitu anakku,aku hanya ingin dikaruniai anak,sehingga ayahmu ini berjanji
demi dikaruniai anak. Ayah sangat sayang dengan kalian semua, jadi ayah tidak tega untuk
mempersembahkan sala hsatu dari kalian semua menjadi sesajen di kawah Gunung Bromo”
Anak :”Ampun Ayahanda, Pokoknya aku tidak mau menjadi persembahan di Gunung
Bromo.Kami tidak ingin mati muda dan kami tidak mau mati dibakar oleh panasnya kawah Gunung
Bromo!”

Jaya Kusuma :”Ayahanda,Ibunda,aku mau dipersembahkan menjadi sesajen di kawah Gunung Bromo
ayahanda ,demi ketenangan ayahanda.Ananda sangat menginginkan bahwa Ayahanda itu
bahagia.Biarlah Ananda yang dipersembahkan ke kawah Gunung Bromo”

Joko Seger :”Mengapa kamu berani untuk kami persembahkan menjadi sesajen di kawah Gunung
Bromo?Sedangkan kakak-kakakmu tak berani melakukannya”

Jaya Kusuma :”Ananda akan melakukan apa saja,termasuk dikorbankan,demi keselamatan penduduk
Tengger dan Ayahanda,Ibunda,serta kakak-kakakku.Sekarang,ijinkanlah aku pergi ke kawah Gunung
Bromo”

Jaya Kusuma lalu berpamitan kepada kedua orangtuanya

Jaya Kusuma :”Ayahanda,Ibunda,Ananda akan pergi ke kawah Gunung Bromo.Ananda hanya


meminta restu dan doa kalian.Kirimlah hasil ladang ke Ananda dengan menceburkannya ke kawah
Gunung Bromo pada setiap terang bulan,tanggal 14 bulan Kasadha.Ananda akan pergi ke kawah
sekarang.”

Joko Seger :”Tunggu Kusuma,kami akan ikut ke kawah dan mengajak semua penduduk
mengantarmu ke kawah”

.Joko Seger lalu memanggil seluruh penduduk Tengger.Setelah itu,Joko Seger,keluarga,dan para
penduduk Tengger beserta Jaya Kusuma pergi ke kawah Gunung Bromo.Setelah sampai,Jaya Kesuma
menyampaikan pesan kepada rakyat Tengger

Jaya Kusuma :”Aku akan menceburkan diri kedalam kawah demi ketentraman Rakyat Tengger
disini.Kirimkanlah aku hasil ladang pada saat terang bulan,yaitu pada tanggal ke 14 bulan Kasadha.”

Setelah berucap seperti itu,ia menceburkan diri kedalam kawah Gunung Bromo.Tak ada rasa takut yang
muncul dari wajahnya.

TAMAT.

Anda mungkin juga menyukai