20/468013/PMU/10619
a. Pengantar
Pandemi Covid-19 mengganggu supply chain di banyak negara, berimbas pada
ketidakstabilan ekonomi. Disrupsi ekonomi yang disebabkan pandemi kali ini bahkan
kerap dibandingkan dengan fase Great Depression pada periode 30-an, di mana
COVID-19 mendisrupsi perekonomian di lebih dari 170 negara. Sebelumya
perekonomian global memang digoncang oleh beberapa pandemi, seperti influenza,
ebola, flu burung, spanish flu, SARS, dan MERS. Namun, fatalitas COVID-19
mencapai tingkat yang belum pernah terjadi dalam peradaban modern. Per artikel ini
ditulis, infeksi pandemi ini mencapai X kasus. Banyak ahli telah menjuluki peristiwa
pandemi ini sebbagai bencana besar, yang secara gamblang telah memberikan
dampak negatif bagi perekonomian.
Banyak negara berkembang menggantungkan perekonomiannya pada sektor
pertanian, yang aspek vitalnya, yakni Agricultural Supply Chains(ASCs), mengalami
kelumpuhan akibat penanganan pandemi (Sharma, Shishodia, & Kamble, 2020;
Komarek, De Pinto, & Smith, 2020). Lamanya proses yang dibutuhkan untuk
menghasilkan vaksin memaksa pemerintah banyak negara untuk menerapkan
penanganan non-farmasi. Penanggulangan pandemi kemudian dijalankan melalui
social distancing yang berbagai rupa, dari penutupan sementara leisure bussiness,
pembatasan mobilitas antar-wilayah, hingga full lockdown. Menurut laporan Food and
Agriculture Organization (FAO 2020) penanganan non-farmasi tersebut berdampak
pada dua aktivitas utama ASCs, yang tak lain adalah demand dan supply bahan
makanan. Persis dikarenakan keterbatasan tersebutlah, ketahanan pangan kemudian
terancam.
COVID-19 telah menghambat impor dan ekspor hasil pertanian. Hasil tani
yang menyumbang pasokan pangan pokok dunia terdampak secara signifikan.
Pelabuhan di banyak negara dipenuhi kontainer berisi hasil tani akibat pembatasan
perdagangan antar-negara. Akibatnya, banyak pengiriman berpindah-haluan ke
pelabuhan-pelabuhan kecil, sehingga berimplikasi pada revenue loss (Hey, 2020).
Walaupun organisasi pemasok (supply chain organization) sudah berpengalaman dan
memiliki teknologi canggih, pandemi COVID-19 sangat menyulitkan mereka karena
krisis sebelumnya tak sebesar kali ini.
Pada paper ini, hendak didiskusikan bagaiamana terhambatnya supply chain
dalam pertanian dapat diperlancar kembali melalui implementasi peran aktor
komunikasi pembangunan melalui ICT.
b. Metode
Masalah yang diajukan dalam paper ini akan didekati secara kualititaif. Data
yang diperlukan adalah data-data sekunder, di antaranya artikel ilmiah dan buku yang
relevan dan memiliki kebaruan agar representasi terhadap kondisi empiris tak meleset
terlalu jauh. Analisis terhadap catatan empiris kemudian akan dibahas dengan konsep
dan teori yang relevan. Pada bagian akhir penulis akan mengajukan saran berdasarkan
simpulan yang didapatkan.
c. Konsep
i. Agricultural Supply Chains (ASCs)
ASCs merupakan seperangkat aktivitas yang berlangsung “dari ladang hingga
meja makan”, termasuk di dalamnya bertani, pengolahan, pengujian, pengemasan,
penyimpanan, pengiriman, pendistribusian, hingga pemasaran komoditas agrikultur
(Tsolakis dkk, 2014). Secara sistematis ASCs merupakan aktivitas yang melingkupi
manajemen penawaran, manajemen produksi dan pengolahan, dan manajemen
permintaan, di mana ketiganya bekerja sesuai dengan mekanisme pasar demi
kepuasan konsumen (Chandrasekaran & Raghuram, 2014). Sharma dkk. (2020)
mencacah aktivitas ASCs menjadi enam rangkai, yang satu samanya lain terjadi
secara runut. Keenamnya adalah Peng-input-an material bertani dan agrikultur
(farming and agriculture input), produksi dan bercocok-tanam (production and
harvest), penyimpanan (storage), pengolahan (processing), pengemasan (packaging),
dan distribusi & pemasaran (distribution & retail). Untuk lebih lengkapnya, Sharma
dkk, membuat sebuah model dari tahapan ASCs ( lihat bagan 1).
Karena kompleksitas operasionalnya, ASCs dapat terdisrupsi oleh hambatan-
hambatan tertentu, suatu potensi resiko yang perlu dipahami dalam rangka
mengantisipasinya seperti pada konteks COVID-19 saat ini. Pembatasan perdagangan
(restricted trade barrier) dan penutupan sementara akses ekspor memapar pasar
global hasil tani dan pasar kredit. Tingkat pertukaran uang juga menurun akibat dari
lesunya perekonomian, sehingga meningkatkan harga komoditas, terutama di negara
berkembang yang sektor agrikulturnya bercorak padat-modal. Persis karena minimnya
akses terhadap modal dan ketidakpastian akannya itulah, proses ASCs terancam dari
awal mulanya.
Bagan 1 model proses ASCs. Sumber: Sharma, Shishodia, & Kamble, 2020
Kesimpulan
Di antara peran aktor komunikasi pembangunan dalam rangka memperlancar
proses ASCs melalui pemanfaatan ASCs adalah membangun layanan telepon terpadu
dan bentuk ICT lainnya, guna meningkatkan akses petani terhadap pembimbingan
(advisory) services. Namun, masih terdapat hambatan dalam implementasinya di
banyak konteks masyarakat. Fitur sebuah medium new-ICT masih dirancang tanpa
melihat tujuan dari program penyuluhan, apakah untuk efektivitas atau aspek praktis,
atau bahkan keduanya, dalam menghasilkan saran kepada petani. Hambatan lainnya,
literasi digital para petani sebagai beneficiaries utama memperlambat potensi
maksimal dalam melancarkan kembali ASCs.
Terdapat beberapa saran agar di masa mendatang sebuah krisis dapat
diantisipasi secara lebih baik melalui new-ICT. Pertama, desain dan fitur dari setiap
medium perlu dirancang sesuai dengan heterogenitas demografi para penggunanya.
Kedua, perlunya pembaharuan data tentang informasi pertanian secara lebih real-time
lagi. Ketiga, perlunya komunikasi yang lebih informal, sehingga inovasi dapat lebih
diterima. Keempat, literasi digital, terutama pada para petani, perlu ditingkatkan
melalui berbagai program pelatihan dan pendidikan.
Daftar Pustaka
FAO . 2020. “Food and Agriculture Organization. Q&A: COVID-19 Pandemic - Impact on
Food and Agriculture. http://www.fao.org/2019-ncov/q-and-a/en/.
Hey, J. 2020. “Coronavirus: Measuring the Market Impact.” In Fruitnet [Online]. London.
www.fruitnet.com/asiafruit/article/181021/coronavirus-measuring-the-market-impact.
Tsolakis, N. K. , C. A.Keramydas, A. K.Toka, D. A.Aidonis, and E. T.Iakovou . 2014.
“Agrifood Supply Chain Management: A Comprehensive Hierarchical Decisionmaking
Framework and a Critical Taxonomy.” Biosystems Engineering 120: 47–64.
Chandrasekaran, N. , and G.Raghuram . 2014. Agribusiness Supply Chain Management .
CRC Press. Boca Raton, Florida.
Meyer-Aurich, A. , and Y. N.Karatay . 2019. “Effects of Uncertainty and Farmers’ Risk
Aversion on Optimal N Fertilizer Supply in Wheat Production in Germany.”
Agricultural Systems 173: 130–139.
de Janvry, A. , and E.Sadoulet . 2020. “Using Agriculture for Development: Supply-and
Demand-Side Approaches.” World Development 133: 105003.
Lemaire, A. , and S.Limbourg . 2019. “How can Food Loss and Waste Management Achieve
Sustainable Development Goals?” Journal of Cleaner Production 234: 1221–1234.
Yazdani, M. , E. D.Gonzalez, and P.Chatterjee . 2019. “A Multicriteria Decisionmaking
Framework for Agriculture Supply Chain Risk Management Under a Circular Economy
Context.” Management Decision . doi:10.1108/MD-10-2018-1088.
Makate, C. , M.Makate, M.Mutenje, N.Mango, and S.Siziba . 2019. “Synergistic Impacts of
Agricultural Credit and Extension on Adoption of Climate-Smart Agricultural
Technologies in Southern Africa.” Environmental Development 32: 100458.
Xu, D. , and Y.Long . 2020. “The Role of Supply Chain Integration in the Transformation of
Food Manufacturers: A Case Study From China.” International Journal of Logistics
Research and Applications . doi:10.1080/13675567.2020.1729707.
Komarek, A. M. , A.De Pinto, and V. H.Smith . 2020. “A Review of Types of Risks in
Agriculture: What we Know and What we Need to Know.” Agricultural Systems 178:
102738.
Ivanov, D. 2020a. “Predicting the Impacts of Epidemic Outbreaks on Global Supply Chains:
A Simulation-Based Analysis on the Coronavirus Outbreak (COVID-19/SARS-CoV-2)
Case.” Transportation Research Part E: Logistics and Transportation Review 136:
101922.
Sharma, R., Shishodia, A., Kamble, S., Gunasekaran, A., & Belhadi, A. (2020). Agriculture
supply chain risks and COVID-19: mitigation strategies and implications for the
practitioners. International Journal of Logistics Research and Applications, 0(0), 1–27.
https://doi.org/10.1080/13675567.2020.1830049
Aguiar, A. P. D., Collste, D., Harmáčková, Z. V., Pereira, L., Selomane, O., Galafassi, D., …
Van Der Leeuw, S. (2020). Co-designing global target-seeking scenarios: A cross-scale
participatory process for capturing multiple perspectives on pathways to sustainability.
Global Environmental Change, 65(November).
https://doi.org/10.1016/j.gloenvcha.2020.102198
Fitriani, E., Selinaswati, & Mardiah, D. (2017). Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
Ekowisata Sungai Pinang (Studi Kasus: Nagari Sungai Pinang Kecamatan Koto IX
Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan SumateraBarat). Socius, 4(2), 83–95.
https://doi.org/10.24036/scs.v4i2.17