Ciri-Ciri Impresionisme
1. Goresan kuas pendek dan tebal dengan gaya mirip sketsa, untuk memberikan kemudahan
pelukis menangkap esensi subjek daripada detailnya.
2. Warna didapat dengan sesedikit mungkin pencampuran pigmen cat yang digunakan.
Diharapkan warna tercampur secara optis oleh retina.
6. Meneliti sedetail mungkin sifat pantulan cahaya dari suatu objek untuk kemudian
diterapkan di dalam lukisan.
Sebenarnya ciri ini hampir bisa ditemui di aliran-aliran lain, tetapi hanya impresionisme lah yang
memiliki ciri tersebut secara keseluruhan dengan sengaja.
Sejarah Impresionisme
Dalam sejarah perubahan Paris oleh Napoleon III, Académie des beaux-arts mendominasi
kegiatan seni pada abad 19. Akademi ini adalah penguasa standardisasi tradisional lukisan-
lukisan Prancis, termasuk dalam hal tema dan gaya. Tema historis, religius, dan potret sangat
dihargai pada saat itu, sementara tema pemandangan dan still life hanya dipandang sebelah
mata. Académie des beaux-arts juga menginginkan setiap lukisan memperhatikan setiap detail
dan finishing yang sempurna, dan jika bisa mendekati kemiripan fotografis. Semua goresan kuas
sangat diperhatikan dengan mempertimbangkan bahwa hal tersebut adalah cerminan
kepribadian, emosi, dan teknik yang dimiliki seorang pelukis. Warna-warna gelap dan suram
lebih dihargai.
Akademi mengadakan pameran tahunan Salon de Paris, dan pelukis yang terpilih akan
memenangkan sejumlah hadiah dan penugasan yang kemudian akan menjamin
keberlangsungan karya-karya pelukis tersebut. Secara tidak langsung, hal inilah yang mendorong
terbentuknya standardisasi lukisan yang tercermin dari pilihan para juri.
Beberapa pelukis muda kemudian semakin cenderung memakai warna-warna cerah dan terang
dibanding generasi sebelumnya, dengan maksud mengembangka gaya Realisme Gustave
Courbet dan kemudian mendapat pengaruh Kelompok Barbizon yang berusaha membiaakan diri
melukis alam secara jujur di tempat yang dianggap indah. Mereka juga lebih memilih tema
pemandangan dan kehidupan sehari-hari dibanding cerita sejarah.
Baik kelompok asli Barbizon maupun calon-calon pelukis neoklasik yang kemudian bergabung ke
dalamnya atau terinspirasi olehnya setiap tahun dengan gigih mengirimkan karyanya ke
pameran Salon de Paris, dan terus menerus ditolak oleh juri. Kelompok pelukis muda ini antara
lain Claude Monet, Pierre Auguste Renoir, Alfred Sisley, dan Frédéric Bazille yang sebelumnya
belajar kepada Charles Gleyre, sering melukis bersama, dan menjalin persahabatan yang erat.
Pada tahun 1863, para juri menolak The Luncheon on the Grass (Le déjeuner sur l'herbe) karya
Manet yang menampilkan wanita telanjang yang dikelilingi dua pria dalam sebuah piknik. Juri
beranggapan bahwa ketelanjangan bisa diterima dalam lukisan historis dan religius, tetapi
menampilkannya dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang melanggar norma. Manet merasa
sangat kecewa dengan penolakan ini yang sekaligus menimbulkan polemik di kalangan seniman.
Meskipun Manet tidak secara langsung menyebut dirinya sebagai seniman neoklasik, ia
sebenarnya terlibat sebagai pemimpin dalam diskusi di Café Guerbois, di mana seniman-
seniman neoklasik berkumpul, dan mengembangkan pengaruh neoklasik.
Setelah memperhatikan karya-larya yang ditolak pada tahun 1863, Kaisar Napoleon III
memutuskan bahwa masyarakat umum berhak menilai sendiri karya-karya tersebut, dan
mengadakan Salon des Refusés (Salon Penolakan). Kegiatan ini berlangsung bertahun-tahun,
hingga kemudian pada April 1874 seniman-seniman impresionisme mendapatkan kesempatan
menggelar pamerannya sendiri.
Namun kaum neoklasikme kemudian tetap tidak mendapatkan kepuasan dengan fasilitas ini.
Mereka kemudian merencanakan pameran yang terpisah dengan Salon. Namun ide ini ditolak
oleh Manet, sekalipun ia sendiri termasuk orang yang paling berpengaruh di kelompok ini
karena berpendapat bahwa perjuangan kaum neoklasikme justru seharusnya dimulai dengan
mendobrak tembok penjurian di Salon. Morisott, salah satu dari sedikit wanita dari kelompok
Café Guerbois memutuskan untuk turut serta dalam pameran, sekalipun beberapa karyanya
sudah siap dipamerkan di Salon.
Setelah menyaksikan pameran tersebut, Louis Leroy menulis review yang tidak terlalu
bersahabat di surat kabar Le Charivari. Leroy menyatakan bahwa [ Sunrise] (soleil levant) oleh
Claude Monet tidak lebih dari sekadar sketsa kasar dan belum bisa digolongkan ke dalam karya
yang bisa dikategorikan telah diselesaikan.
Istilah "neoklasik" menjadi sangat populer di kalangan seniman, tidak hanya sebagai sindiran,
tetapi kadang juga sebagai "lencana kehormatan". Pemberontakan dan kemandirian menjadi
jiwa utama dari gerakan ini, meskipun teknik masing-masing pelukis bisa saja berbeda. Monet,
Sisley, Berthe Morisot dan Camille Pissarro bisa digolongkan neoklasik. Sementara Degas
menolak pakem neoklasikme yang sudah ada dengan karya-karya drawing dan grafisnya. Renoir
berbalik menentang neoklasik sejak 1880an, dan tidak pernah kembali lagi kepada aliran ini.
Gelora neoklasik lenyap seiring dengan perpecahan di antara penganutnya. Terutama pada
pameran terakhir di mana seniman muda seperti Seurat mengemukakan teori-teori baru dalam
karya neoklasik dengan teknik pointillismenya. Akhirnya masing-masing anggota memasuki
babak baru dengan melepaskan diri dari teori ideal neoklasik dengan memasuki masa
neoklasikme
Impresionisme dipengaruhi oleh teori warna yang dikemukakan oleh Sir Isaac Newton dan
Eugene Chevreul. Newton adalah salah satu ilmuwan pertama yang meneliti tentang proses
terjadinya pembentukan warna. Sekitar 1671-an ia menemukan asal usul warna ketika
menyorotkan cahaya pada prisma yang menghasilkan
warna pelangi. Percobaan tersebut menunjukan
bahwa warna berasal dan berada di cahaya. Disusul
oleh teori pembagian warna berdasarkan warna
primer dan proses pencampurannya untuk
membentuk warna-warna yang lain.
Tokoh-Tokohnya
Tokoh luar negeri yang mempopulerkan aliran impresionisme adalah Vincent Van Gogh,
Claude Monet, Casmile Pissaro, Edgar Degas dan Mary Cassat. Tokoh Indonesia yang
mempopulerkan aliran impresionisme adalah Kusnadi, Solichin, Zaini.
1. Vincent Willem van Gogh adalah seorang pelukis pascaimpresionis Belanda yang
menjadi salah satu tokoh paling terkenal dan berpengaruh dalam sejarah seni di Barat.
Dalam waktu lebih dari satu dasawarsa, ia menciptakan kurang lebih 2.100 karya seni,
termasuk sekitar 860 lukisan minyak yang kebanyakan dibuat selama dua tahun terakhir
kehidupannya. Karya-karya tersebut meliputi lukisan bentang alam, alam benda, potret,
dan potret diri, dan memiliki ciri khas berupa warna yang tebal dan dramatis serta
goresan kuas yang impulsif dan ekspresif. Salah satu karya yaitu The Starry Night dan
Wheatfield with Cypresses.
Dimensi: 74 cm x 92 cm
Karya Vincent Van Gogh lainnya yang berjudul “Wheatfield with Cypresses,” 1916
telah terjual pada tahun 1993
seharga US $ 57.0 juta.
Claude Monet adalah salah satu pendiri dari aliran seni lukis Impresionisme. Lukisan
Impresionisme karya Claude Monet menjadi tolak ukur dari berdirinya aliran seni ini,
yaitu lukisan yang berjudul Impression Sunrise...Claude Monet paintings. Dalam Biografi
Claude Monet akan di jelaskan lengkap tentang kehidupannya, tentu saja dalam
perjalanan kariernya sebagai seorang pelukis Impresionis. Karya Claude Monet
terinspirasi dari banyak subyek-subyek kehidupan, seperti halnya potret manusia,
pemandangan alam, dan lain-lain...Claude monet artwork. Blue Waterlilies adalah salah
satu lukisan aliran Impresionisme karya Claude Monet.
"Le Bassin aux Nympheas" US $ 80,5 juta / Rp 885,5 milyar
3. Kusnadi
Kusnadi lahir di Kaliangkrik, Magelang, Jawa Tengah, 1 April 1921. Kusnadi termasuk salah seorang
pelukis yang menerima pelatihan teknik seni dalam menggambar yang disponsori pemerintah kolonial
Jepang melalui Keimin Bunka Shidoso. Selama masa ini ia dipandu oleh seniman Indonesia Basoeki
Abdullah (1915-1993).
4. Edgar Degas
Edgar Degas sangat berbeda dengan pelukis-pelukis Impresionis lainnya. Ia tidak menggunakan warna
yang menyala, tetapi lebih menyukai warna yang agak gelap seperti
warna-warna yang digunakan Manet. Degas masih setia terhadap tradisi
seni lukis klasik dan menunjukkan kemahiran dalam teknik menggambar
sebagai unsur utama karyanya. Ia bahkan juga memberikan kontur pada
figur-figurnya.