Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PSIKOLOGI KOGNITIF

PERBANDINGAN TOERI MULTIPLE INTELLEGENCE DAN


TEORI THURSTONE

OLEH :
AMALIA PUTRI P 0811230003

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2010
Telah banyak ahli yang mengemukakan berbagai hal mengenai
intelegensi. Pada dasarnya intelegensi memiliki sifat abstrak pada diri manusia,
sehingga definisi intelegensi sendiri sampai sekarang masih diperdebatkan. Alfred
Binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran intelegensi yang hidup antara
tahun 1857-1911, bersama Theodore Simon mendefinisikan intelegensi sebagai
terdiri atas tiga komponen, yaitu (a) kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau
mengarahkan tindakan, (b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila
tindakan tersebut telah dilaksanakan, dan (c) kemampuan untuk mengeritik diri
sendiri atau melakukan autocriticism. Masih banyaknya pertentangan tentang
makna intelegensi sehingga tidak dapat menciptakan definisi yang komprehensif
maka para pakar menyepakati tentang intelegensi yaitu kapasitas individu belajar
dari pengalaman dan kapasitas individu belajar dari lingkungan.

Sedangkan menurut Thrustone, dalam intelegensi memerlukan factor-faktor


primer. Dengan adanya kombinasi antara factor-faktor tersebut akan
menghasilkan suatu perilaku yang unik. Ia sependapat dengan Burt bahwa ada
faktor c yang berfungsi pada sejumlah perilaku. Juga sependapat dengan Burt
mengenai adanya faktor s yang jumlahnya banyak sekali, sebanyak perilaku
khusus yang dilakukan oleh manusia yang bersangkutan. Akan tetapi, Thurstone
berpendapat bahwa faktor g itu tidak ada. Menurutnya hanya ada dua faktor saja,
yaitu faktor c dan faktor s. Adapun faktor c itu menurut Thurstone benyaknya ada
tujuh macam, yaitu:

a. Spatial Relation, Kemampuan individu dalam melihat dan


mempersepsikan gambar dengan dua atau tiga dimensi, menyangkut jarak.
b. Perceptual Speed, Kemampuan individu yang berkaitan dengan kecepatan
dan ketepatan dalam memberikan judging mengenai persamaan dan
perbedaan atau dalam respon terhadap apa yang dilihatnya secara detail.
c. Verbal Comprehension, Kemampuan yang menyangkut kosa kata, analogi
secara verbal dan sejenisnya.
d. Word Fluency, Kemampuan yang menyangkut dengan kecepatan yang
berkaitan dengan kata-kata, dengan anagram dan sebagainya.
e. Number Facility, Kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan dan
ketepatan dalam berhitung.
f. Assosiative Memory, Kemampuan yang berkaitan dengan ingatan,
khususnya berpasangan.
g. Induction, Kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk
memperoleh prinsip atau hukum.

Menurut Thurstone, intelegensi beroperasi pada empat tingkat trial and


error. Pada tingkat terendah dapat diamati melalui perilaku nyata dari triel and
error. Pada tingkat berikutnya, meski masih bersifat trial and error, namun sudah
lebih bersifat perceptual, artinya tidak terlalu dapat diamati melalui perilaku
kongkrit. Pada tingkat berikutnya (ideational), pengalaman tersebut sudah dapat
diantisipasikan tanpa adanya suatu pertemuan langsung. Pada tingkat tertinggi
( intelegensi konseptual ), oleh thurstone dapat dijadikan acuan di dalam
pengukuran intelegensi seseorang. Kemampuan utama dalam intelegensi
konseptual meliputi macam-macam intelegensi yang telah diungkapkannya.
Menurut Walter dan Gardner pada tahun 1986 mendefinisikan inteligensi
sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang
memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi
eksistensi suatu budaya tertentu. Gardner mengemukakan bahwa pandangan
klasik percaya bahwa inteligensi merupakan kapasitas kesatuan dari penalaran
logis, dimana kemampuan abstraksi sangat bernilai. Pandangan ini berdasar pada
teori general (g) intelligence dari Spearman yang menganggap inteligensi sebagai
kekuatan mental yang yang timbul selama aktifitas intelektual dan dapat
digambarkan dalam berbagai tingkatan. Inteligensi, menurut Gardner, merupakan
kemampuan untuk memecahkan masalah dalam situasi budaya atau komunitas
tertentu, yang terdiri dari 9 macam inteligensi. Meskipun demikian, Gardner
menyatakan bahwa jumlah tersebut bisa lebih atau kurang, tapi jelas bukan hanya
satu kapasitas metal. Pertanyaan tentang kenapa individu memilih berada dalan
peran-peran yang berbeda (ahli fisika,petani, penari), memerlukan kerja berbagai
kecerdasan sebagai suatu kombinasi, dalam penjelasannya.Menurut Gardner
dalam teorinya “ Multiple intelegence “ mengungkapkan bahwa jenis-jenis
intelegensi dalam diri manusia meliputi :

A. Kecerdasan spasial, merupakan kecerdasan seseorang yang berdasar pada


kemampuan menangkap informasi visual atau spasial, mentransformasidan
meodifikasinya, dan membentuk kembali gambaran visual tanpa stimulus fisik
yang asli. Kecerdasan ini tidak tergantung sensasi visual. Kemampuan pokoknya
adalah kemampuan untuk membentuk gambaran tiga dimensi dan untuk
menggerakkan atau memutar gambaran tersebut. Individu yang dominan memiliki
kecerdasan tersebut cenderung berpikir dalam pola-pola yang berbentuk gambar.
Mereka sangat menyukai bentuk-bentuk peta, bagan, gambar, video ataupun film
sebagai media yang efektif dalam berbagai kegiatan hidup sehari-hari.

B. Kecerdasan bahasa, merupakan kecerdasan individu dengan dasar penggunaan


kata-kata dan atau bahasa. Meliputi mekanisme yang berkaitan dengan fonologi,
sintaksis, semantik dan pragmatik. Mereka yang memiliki kecerdasan tersebut,
mempunyai kecakapan tinggi dalam merespon dan belajar dengan suara dan
makna dari bahasa yang digunakan. Pada umumnya merupakan ahli yang
berbicara di depan public. Mereka lebih bisa berpikir dalam bentuk kata-kata
daripada gambar. Kecerdasan ini merupakan aset berharga bagi jurnalis,
pengacara, pencipta iklan.

C. Kecerdasan logis matematis. Kecerdasan tersebut mendasarkan diri pada


kemampuan penggunaan penalaran, logika dan angka-angka matematis. Pola pikir
yang berkembang melalui kecerdasan ini adalah kemampuan konseptual dalam
kerangka logika dan angka yang digunakan untuk membuat hubungan antara
berbagai informasi, secara bermakna. Kecerdasan ini diperlukan oleh ahli
matematika, pemrogram komputer, analis keuangan, akuntan, insinyur
danilmuwan.
D. Kecerdasan jasmani kinestetik. Kemampuan untuk mengendalikan gerakan
tubuh dan memainkan benda-benda secara canggih, merupakan bentuk nyata dari
kecerdasan tersebut. Individu akan cenderung mengekspresikan diri melalui
gerak-gerakan tubuh, memiliki keseimbangan yang baik dan mampu melakukan
berbagai maneuver fisik dengan cerdik. Melaui gerakan tubuh pula individu dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, mengingat dan memproses setiap
informasi yang diterimanya. Kecerdasan ini dapat terlihat pada koreografer,
penari, pemanjat tebing.

E. Kecerdasan musikal. memungkinkan individu menciptakan,


mengkomunikasikan dan memahami makna yang dihasilkan oleh suara..
Komponen inti dalam pemprosesan informasi meliputi pitch, ritme dan timbre.
Terlihat pada komposer, konduktor, teknisi audio, mereka yang kompeten pada
musik instrumentalia dan akustik.

F. Kecerdasan interpersonal, merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan


memahami orang lain di luar dirinya. Kecerdasan tersebut menuntun individu
untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain, agar dapat
memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan. Sehingga terbentuk
kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama
dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok. Kemampuan
tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan non-verbal untuk membuka saluran

G. Kecerdasan intrapersonal, tergantung pada proses dasar yang memungkinkan


individu untuk mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-perasaan mereka,
misalnya membedakan sakit dan senang dan bertingkah laku tepat sesuai
pembedaan tersebut. Kecerdasan ini memungkinkan individu untuk membangun
model mental mereka yang akurat, dan menggambarkan beberapa model untuk
membuat keputusan yang baik dalam hidup mereka.
H. Kecerdasan naturalistic, terletak tergantung pada tingkat hubungannya dengan
lingkungannya, bagaimana ia menjaga lingkungannya. Beberapa pekerjaan pada
tingkat kecerdasan ini adalah petani, naturalis.

I. eksistensial, tingkat kecerdasan dimana ia mulai menelusuri segala sesuatu


secara menyeluruh dan mengakar sehingga menemukan keidealisan dalam
hidupnya. Contoh dalam kecerdasan ini adalah : filsuf, penulis, pembicara dll.

Berdasarkan pada penjelasan mengenai kecerdasarkan dari dua tokoh


diatas, terdapat perbedaan diantaranya. Keduanya tidak ada yang lebih unggul dan
sempurna karena manusia merupakan manusia yang kompleks dan makna
intelegensi yang sangat luas dan abstrak. Pada teori Thurstone, intelegensi
dibentuk berdasarkan kemampuan ia menyelesaikan masalah dengan cara trial
and error dimana individu tersebut memiliki kapasitas yang lebih dari lainnya.
pembagian macam – macam intelegensi yang diungkapkan Thurstone mengarah
terbatas sampai pada kemampuan individu menyelesaikan masalah secara indivual
tanpa melibatkan lingkungan sekitar, contonya assosiative memory, number
vacility dll dimana didalamnya melibatkan kemampuan dalam diri saja. Dan
kemampuan dengan lingkungannya tidak dijelaskan seperti pada teori Gardner.
Sedangkan pada teori Gardner “multiple intelegence”, intelegensi diperoleh
melalui aktivitas intelektual sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sekitar.
Dalam teori Gardner intelegensi selain dibedakan dalam aktivitas dalam diri tetapi
juga dihubungkan dengan aktivitas dengan lingkungannya. Contoh aktivitas
dalam diri adalah kemampuan yang terletak pada kinestetik, logica numberik dll
sedangkan pada aktivitas dengan lingkungannya adalah interpersonal,
intrapersonal, naturalistic. Dimana jika individu tersebut memiliki intelegensi
lebih dari satu akan menciptakan manusia yang unik.
DAFTAR PUSTAKA

Annonymous. Tes Intelegensi. www.w3.org . diakses pada 28 April 2010


Nurita Putranti. Kecerdasan Majemuk “Multiple Intellegences”.
www.nuritaputranti.wrodpress.com . diakses pada 28 April 2010
Wikipedia
Anonymous. Teori Multiple Intellegence Howard Gardner.
www.fandi4tarakan.wordpress.com . diakses pada 28 April 2010
Risky. Teori Intellegensi. www.kuliahpsikologi.dekrizky.com . diakses
pada 28 April 2010
Walgito, Bimo, 2004. Pengantar psikologi Umum. Andi : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai