RADIUS
A. Pengertian
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2014).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer,
2007).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang
biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot,
rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang
dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Smeltzer, 2014).
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
C. Menifestasiklinis
D. Patofisiologi
E. Pada kondisi trauma diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan
batang femur pada orang dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria
muda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau mengalami
jatuh pada ketinggian. Biasanya, pasien ini mengalami trauma multiple
yang menyertainya (Zairin Noor Helmi 2012).
1. Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal datang
lebih besar dari pada tekanan yang diserap tulang, maka terjadilah
trauma pada tulang yang dapat mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang (fraktur) (Elizabeth, 2011).
2. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf
dalam korteks marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang
menjadi rusak sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan. Pada saat
perdarahan terjadi terbentuklah hematoma di rongga medulla tulang,
sehingga jaringan tulang segera berdekatan kebagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis akan menstimulasi terjadinya
respon inflamasi yang di tandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma
dan leukosit serta infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Price,
2009).
3. Akibat keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang
menyebabkan fraktur. Jika hambang fraktur suatu tulang hanya sedikit
terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja dan bukan patah. Jika
gayanya sangat ekstrim, seperti tabrakan mobil, maka tulang dapat
pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada
ujung tulang dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan
menarik fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang besar
dapat menciptakan spasme yang kuat dan bahkan mampu menggeser
tulang besar seperti femur.walaupu bagian proksimal dari tulang patah
tetep pada tempatnya, namun pada bagian distal dapat bergeser karena
gaya penyebab patah maupun spasme pada otot sekitar. Fragmen
fragtur dapat bergeser kesamping,pada suatu sudut (membentuk
sudut), atau menimpa segmen tulang lain. Fragmen juga dapat berotasi
atau berpindah
4. Karna adanya periosteum dan pembuluh darah di korteks serta
sumsum dari tulang yang patah juga terganggu. Sering terjadi cedera
jaringan lunak.pendarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau
cedera pada tulang itu sendri. Pada saluran sumsum (medula),
hematoma terjadi diantara fragmen-fragmen tulang dan dibawah
periosteum. Jarigan tulang disekitar lokasi fragtur akan mati dan
menciptakan respon peradagan yang heba . akan terjadi
vasodilatasi,edema,nyeri, kehilangan funsi,aksudasi plasma dan
leukosit, serta infiltrasi sel darah putih. Respon patofisiologi ini juga
merupakan tahap awal dari penyembuhan tulang (black & Hawks,
2009)
F. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Ny. H
Umur : 71 tahun
Agama : islam
Dx medik : fraktur radius
2. Analisa data
No Subjektif objektif
1 Klien mengatakan nyeri Klien terbaring dan
pada tangan seblah kiri Terdapat luka fraktur
Klien mengatakan klien terbuka pada tangan kiri
tidak bisa bergerak Klienterpasang infus
Td : 150/70 mmhg
N : 90 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36,0 c
3. Pemeriksaan penunjang
a. Tes Diagnostik
1. Foto Rontgen / Foto kaki : untuk mengetahui perubahan struktur
tulang
b. Laboratorium
Leukosit, Pemeriksaan Darah Lengkap, Analisa Gas Darah, Hb,
Elektrolit.
G. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri cidera fisik.
b. Gangguan mobilias fisik b/d adanya perubahan dalam integrasi sruktur tulanng.
c. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b/d kurangnya pengetahuan
tentang factor trauma dan obesitas.
d. Ansietas b/d adanya perubahan besar tentang status ekonomi,
kesehatan dan lingkungan.
e. Resiko infeksi b/d prosedur infasif adanya luka tertutup.
H. Intertervensi keperawatan
Carpenito, LJ. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC