Anda di halaman 1dari 8

MONEY POLITIC DAN MEMILIH PEMIMPIN DENGAN

BENAR DALAM PILKADA

Disusun Oleh:
Nama : Fanny Fazira
NIM : 200403003
Prodi : Teknik Industri
Dosen Pengampu : Erna Herlinda, SH,
M.Hum

TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
Penyelenggraan pemilihan kepala daerah di di tengah menimbulkan
kekhawatiran dan rasa was-was bagi masyarakat Indonesia. Pemilihan kepala
daerah adalah sarana untuk melaksanakan kedaulatan rakyat berdasarkan asas
langsung, umum, bebas, dan rahasia (LUBER), serta jujur dan adil (JURDIL).
Dalam pesta demokrasi. Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan garda
terdepan dalam sebuah negara. Apalagi dalam penyelenggaraan pemilu, komisi ini
tidak berurusan dengan partai politik peserta pemilu, tetapi yang harus berhadapan
langsung dengan pemerintah dan masyarakat luas. Tugas dan wewenang Komisi
Pemilihan Umum (KPU) ini di atur sedemikian rupa pada pasal 8 Undang-
Undang No. 15 tahun.
Dalam proses pemilihan kepala daerah tidak luput dari kampanye, demi
sosok yang sangat di idam-idamkan kepala daerah kerap menggunakan segala
cara untuk memperkenalakan dirinya sebagai calon kepala daerah, minimnya
pengetahuan dan pemahaman tentang politik di masyarakat menjadikan para
politisi seperti kepala daerah menggunakan cara-cara yang kotor seperti halnya
money politic. Uang merupakan faktor urgen yang berguna untuk mendongkrak
kharisma pesona seseorang, sekaligus untuk mengendalikan wacana strategis
terkait dengan sebuah kepentingan politik dan kekuasaan. Karena pada dasarnya,
politik adalah seni.
Saat ini kegiatan money politic ini justru direspon positif oleh masyarakat
dikarenakan faktor ekonomi, pendidikan , serta budaya menjadikan masyarakat
tak sungkan-sungkan terlibat dalam aktifitas money politic tersebut. Apalagi di
masa pandemi seperti ini masyarakat mengalami kesulitan ekonomi seperti
banyak orang kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan. Hal ini lah yang
menjadikan fenomena politik uang ini dapat diterima masyarakat. Maka dari itu
penulis mencoba memaparkan solusi terbaik untuk mencegah money politic dalam
Pilkada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemilihan Umum

Pemilihan umum adalah salah satu ciri yang harus ada pada negara
demokrasi. Dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk
rakyat dalam kehidupan negara, yaitu dengan jalan memilih wakil-wakilnya
yang pada gilirannya akan mengendalikan roda pemerintahan.
Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam
suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat,
dianggap mencerminkan dengan agak akurat mencerminkan aspirasi dan
partisipasi masyarakat. Walaupun demikian pemilihan umum bukan satu-satunya
tolak ukur dan disamping itu harus dilengkapi juga dengan pengukuran kegiatan
lainnya yang lebih bersifat berkesinambungan, seperti kegiatan partai, lobbying
dan sebagainya.

Menurut Ali Moertopo pengertian Pemilu sebagai berikut: “Pada


hakekatnya, pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankn
kedaulatannya sesuai dengan azas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD
1945. Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah suatu Lembaga Demokrasi yang
memilih anggota-anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, DPRD, serta
Kepala Daerah yang pada gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan
pemerintah, menetapkan politik dan jalannya pemerintahan negara”.

Pemilihan umum secara luas yaitu sebagai sarana yang penting dalam
kehidupan suatu negara yang menganut azas Demokrasi yang memberi
kesempatan berpartisipasi politik bagi warga negara untuk memilih
wakilwakilnya yang akan menyuarakan dan menyalurkan aspirasi mereka
2.2 Pemilihan Kepala Daerah

Secara eksplisit ketentuan tentang PILKADA langsung tercermin dalam


penyelengaraan PILKADA. Dalam Pasal 56 ayat (1) disebutkan: “Kepala daerah
dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil”. Pilihan terhadap sistem pemilihan langsung menunjukkan koreksi atas
Pilkada terdahulu yang menggunakan sistem perwakilan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No.151
Tahun 2000 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengesahan dan Pemberhentian
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pelaksanaan PILKADA Langsung
merupakan sebuah peningkatan demokrasi ditingkat lokal, dengan adanya
demokrasi dalam sebuah negara, berarti dalam Negara tersebut menjalankan
demokrasi yang menjunjung tinggi aspirasi, kepentingan dan suara rakyatnya.
Menurut Winarno (2002: 11) mengatakan bahwa: “sistem pemilihan secara
langsung merupakan alternatif yang paling realistis guna mendekatkan aspirasi
demokrasi rakyat dengan kekuasaan pemerintah dan pada saat yang sama
memberikan basis legitimasi politik kepada pejabat eksekutif yang terpilih”.

Menurut Fitriyah (2005:1), yaitu: “Pentingnya PILKADA secara langsung


membuat semua daerah harus mempersiapkan diri mereka sebaik-baiknya dan
berusaha bagaimana dapat berlangsung demokratis dan berkualitas sehingga
benar-benar mendapatkan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dapat
membawa kemajuan bagi daerah sekaligus memberdayakan masyarakat
daerahnya. Selain itu, salah satu tujuan diselenggarakannya pilkada secara
langsung ini juga dapat memberikan pendidikan politik bagi masyarakat
didaerah, dimana nantinya mereka menjadi lebih pengalaman dan ikut
berpartisipasi dalam kegiatan politik”.
2.3 Money Politic (Politik Uang)

Istilah money politic (politik uang) ialah menggunakan uang untuk


memengaruhi keputusan tertentu, dalam hal ini uang dijadikan alat untuk
memengaruhi seseorang dalam menentukan keputusan. Dengan adanya politik
uang ini, maka putusan yang dihasilkan tidaklah lagi berdasarkan idealita
mengenai baik tidaknya keputusan tersebut, melainkan semata-mata didasarkan
oleh kehendak si pemberi uang, karena yang bersangkutan sudah merasa
teruntungkan. Ada yang mengartikan money politic pengertiannya adalah suatu
upaya mempengaruhi orang lain dengan menggunakan imbalan materi atau dapat
juga diartikan jual beli suara pada proses politik dan kekuasaan dan tindakan
membagi-bagikan uang baik milik pribadi atau partai untuk mempengaruhi suara
pemilih (voters).

Politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang
baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia
menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum. Pembelian
bisa dilakukan menggunakan uang atau barang. Politik uang adalah sebuah bentuk
pelanggaran kampanye. Politik uang umumnya dilakukan simpatisan, kader atau
bahkan pengurus partai politik menjelang hari H pemilihan umum. Praktik politik
uang dilakukan dengan cara pemberian berbentuk uang, sembako antara lain
beras, minyak dan gula kepada masyarakat dengan tujuan untuk menarik simpati
masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk partai yang bersangkutan.
Dalam permasalahan masyarakat kaum intelektual mempunyai tanggung
jawab dalam memberikan perubahan dalam masalah-masalah lain misalnya dalam
masalah politik. Berada dalam dunia politik bukan tentang benar atau salah
melainkan tentang menang dan kalah. Dalam hal ini banyak hal yang perlu kader
intelektual rubah, Misalnya dalam isu Money politik. Money politik sudah bukan
hal yang baru lagi bagi para-para pelopor politik. Money politik bahkan sudah di
jadikan sebagai jalan untuk memenangkan politik untuk partai-partai atau oknum-
oknum yang curang. Praktek money politic yang dilakukan oleh pasangan calon
dengan memberi uang, pemberian sembako dan lainnya.
Money politik biasanya di berikan sebelum dilakukannya pemungutan
suara. Untuk mereka ( masyarakat ) yang kurangnya pemahaman dengan dunia
politik, akan menerima uang tersebut untuk memilih menggunakan hak suaranya.
Namun, Money politik tidak hanya di berikan kepada mereka (masyarakat) yang
memiliki hak suara, tetapi juga di berikan kepada pemegang kekuasaan rakyat. Ini
yang menyebabkan kekuasaan sudah bukan di tangan rakyat melainkan di tangan
“uang”, sehingga kedaulatan bukan untuk rakyat melainkan untuk “pemilik uang”.
Dampak dengan adanya Money politik dapat merusak bangsa. Misalnya dalam
praktek Money politik dapat merusak sistem demokrasi di Indonesia, ini dapat
menyebabkan demokrasi yang sakit atau tidak stabil, demokrasi yang harusnya
“bebas” menjadi tidak bebas hanya karena pembelian hak suara tersebut.
Kedaulatan yang seharusnya milik semua orang, sekarang hanya menjadi pemilik
uang. Selain itu, praktek Money politik disini juga dapat merusak moral
demokrasi, kenapa demikian? Karena rakyat memilih pemimpin bukan karena
asas kepemimpinan nya, bukan karena kinerja nya, bukan karena visi dan
misinya, melainkan karena uang yang di berikan untuk menambah hak suara demi
kepentingan oknum-oknum tersebut.
Menjelang pilkada banyak yang berusaha menjelek-jelekkan paslon
lainnya di media sosial dengan tujuan agar masyarakat terprovokasi dan tidak
memilih paslon tersebut karena efektivitas media sosial tidak hanya karena jumlah
penggunanya yang masif. Karakteristik media sosial sendiri juga merupakan
kekuatan. Media sosial adalah sarana untuk komunikasi di mana setiap individu
saling memengaruhi. Setiap orang memiliki pengaruh ke sekelilingnya. Oleh
karena itu banyak berita hoaks terkait paslon yang mudah untuk tersebar dalam
masyarakat lewat media sosial.
Maka dari itu, kita sebagai kaum intelektual harus bisa menanggapi hal
yang demikian, contohnya mencegah hal-hal yang mungkin akan terjadi praktek
Money politik, salah satunya; pertama, menolak Praktek politik yang ditawarkan
oleh team sukses dari calon. Kedua, kaum intelektual harus menjunjung tinggi
asas demokrasi yang langsung, umum, bebas. rahasia, jujur dan adil sebagai
bentuk tindakan preventif dalam praktek Money politik. Ketiga, kaum intelektual
harus bisa mensosialisasikan menggunakan bahasanya kepada khalayak atau
masyarakat mengenai dampak negatif dari praktek Money politik. Sehingga dari
sini kaum intelektual dapat menjadi pelopor dalam mencegah praktek Money
politik yang merusak moral bangsa. Mengapa banyak rakyat yang terlibat dalam
politik uang? Karena keadaan masyarakat yang sekarang dimana terjadi ketidak
mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,
pendidikan, dan kesehatan. Keempat, Kita juga dapat melakukan penyuluhan
kepada masyarakat seperti mengundang masyarakat untuk berkumpul disuatu
tempat kemudian memberikan pemahaman terkait ada baiknya jika memilih
pemimpin berdasarkan dedikasi dan juga kebenaran bukan karena disogok oleh
uang. Agar nantinya pemimpin yang dipilih dapat melaksanakan tanggung
jawabnya dengan baik. Jika seandainya tidak ada masyarakat yang datang ke
penyuluhan maka kita dapat mendatangi rumah-rumah warga lingkungan sekitar
untuk memberikan penyuluhan. Penyuluhan pada masyarakat dilakukan dengan
tujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya dalam
memilih pemimpin dengan bijak dan benar agar tidak salah memilih hanya kerena
disogok oleh uang. Kita juga harus dapat meyakinkan masyarakat bahwa jika
memilih pemimpin yang salah maka akan berdampak pada pembangunan
masyarakat di masa depan.
Kita juga harus memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat agar
bijak dalam bermedia sosial karena banyak kecurangan yang terjadi menjelang
pilkada seperti ada oknum- oknum yang berusaha menjelekkan paslon-paslon
lainnya agar paslon tersebut gugur saat pilkada. Kita harus mengajari masyarakat
tersebut agar tidak mudah percaya pada berita- berita hoaks, dan juga agar bijak
dalam bermedia sosial seperti tidak mudah terprovokasi oleh oknum lainnya.
Memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak ikut sebagai provokator
karena akan merugikan dirinya sendiri contohnya apabila ketahuan oleh polisi
maka akan diberikan sanksi pidana yang sangat merugikan masyarakat tersebut.
Nah dengan memberikan penyuluhan terkait bijaknya dalam memilih pemimpin
dan bijak dalam bermedia sosial maka masyarakat akan lebih mengerti lagi dan
tidak akan terprovokasi oleh oknum oknum jahat. Diharapkan nantinya
penyuluhan tersebut dapat amat sangat berguna bagi masyarakat untuk
kedepannya agar arif dan bijaksana dalam memilih pemimpin.
.BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pilkada serentak yang dilakukan di masa pandemi ini tentunya memberikan pengaruh
bagi keberlangsungan hidup masyarakat. Segala cara dilakukan oleh para calon kandidat,
termasuk money politic (politik uang). Politik uang yang terjadi dalam pemilu dan pilkada
disebabkan oleh pemahaman para pemilih yang belum jelas serta belum literatnya masyarakat
terkait teknologi/media sosial. Hal ini lah yang memudahkan terjadinya money politic dalam
pemilu dan pilkada.
Maka dari itu untuk mencegah terjadinya money politic perlu dilakukan kesadaran
terhadap masyarakat mengenai hal tersebut melalui penyuluhan. Penyuluhan tersebut bertujuan
untuk membangun paradigma masyarakat tentang adanya korelasi yang signifikan antara kualitas
pemimpin yang dipilih pada pemilihan kepala daearah dengan pembangunan masyarakat ke
depan serta menumbuhkan sikap bijak masyarakat dalam pemanfaatan media sosial.

3.2 Saran
Dengan adanya pemahaman terkait solusi pencegahan money politic diharapkan
masyarakat untuk tidak mudah tergiur dengan pemberian yang dilakukan oleh paslon maupun
pihak terkait. Mulailah untuk bijak dalam memilih dan menyuarakan hak masing-masing. Serta
untuk para paslon atau aktor politik lainnya diharapkan untuk tidak menodai nilai-nilai
demokrasi Pancasila yang kita anut.

Anda mungkin juga menyukai