DOSEN PENGAMPU:
Disusun Oleh :
PENDIDIKAN MASYARAKAT
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktunya.Adapun judul dari makalah kami “Penerapan belajar dalam konteks
perkembangan fisik, otak, kognitif”.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Masalah
Penulisan makalah ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimana penerapan belajar dalam konteks perkembangan fisik,otak,
kognitif, untuk mengetahui hubungan perkembangan fisik, otak, kognitif
terhadap proses belajar dan mengapa penerapan belajar harus memperhatikan
perkembangan fisik, otak, kognitif anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Konsep diri berkembang melalui evaluasi diri yang konstan pada berbagai
macam situasi. Pada diri remaja proses perkembangan konsep dapat berlangsung
pada saat mempertanyakan hasil kerjanya. Konsep diri menjadi baik, jika individu
memiliki gambaran tentang citra diri idealnya sejalan dengan citra diri yang
dikembangkan tentang gambaran dirinya menurut pandangan orang lain.
Teori kognitif sosial awalnya disebut teori belajar sosial. Teori kognitif sosial
berakar dari behaviorisme sehingga teori ini juga membahas pengaruh penguatan
dan hukuman dalam batas tertentu. Dalam perkembangannya, teori behaviorisme
memasukkan proses-proses kognitif kedalam penjelasan tentang belajar sehingga
akhirnya disebut teori kognitif sosial. Teori kognitif sosial mengulas tentang
motivasi dengan porsi yang lebih besar dibandingkan ulasan serupa pada perspektif
kognitif dan behavioris.
Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang berarti mengetahui dalam arti
yang luas, cognition(kognisi) ialah perolehan,penataan,dan penggunaan
pengetahuan.hasil-hasil riset para ahli psikologi kognitif yang menyimpulkan bahwa
aktivitas ranah kognitif manusia itu pada prinsipnya sudah berlangsung sejak masa
bayi yakni rentang kehidupan antara 0 sampai 2 tahun.
Hasil-hasil riset kognitif yang dilakukan selama kurun waktu sekitar 30 tahun
terakhir ini menyimpulkan bahwa semua baik manusia sudah ber kemampuan
menyimpan informasi informasi yang berasal dari penglihatan pendengaran dan
informasi-informasi lain yang diserap melalui Indra Indra lainnya.selain itu,bayi
juga berkemampuan merespons informasi-informaai tersebut secara sistematis.
4
2. Tahap concrete-operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun
3. Tahap formal-operational, yakni perkembangan ranah kognitif terjadi pada
usia 11-15 tahun
Istilah-istilah khusus dan artinya yang berhubungan dengan proses
perkembangan kognitif versi Piaget tersebut.:
1. sensory-motor schema (skema sensori-motor) ialah sebuah atau serangkaian
perilaku terbuka yang tersusun secara sistematis untuk merespons lingkungan
(barang, orang, keadaan, kejadian)
2. Cognitive schema (skema kognitif), ialah perilaku tertutup berupa tatanan
langkah-langkah kognitif (operations) yang berfungsi hal yang tersirat atau
menyimpulkan lingkungan yang direspons.
3. Object permanance (ketetapan benda) yakni anggapan bahwa sebuah benda
akan tetap ada walaupun sudah ditinggalkan atau tidak dilihat lagi
4. Assimilation (asimilasi), yakni proses aktif dalam menggunakan skema untuk
merespons lingkungan.
5. Accomodation (akomodasi), yakni penyesuaian aplikasi skema yang Cocok
dengan lingkungan yang direspons
6. Equilibrium (ekuilibrium), yakni keseimbangan antara skema yang digunakan
dengan lingkungan yang direspons sebagai hasil ketetapan akomodasi.
Pemahaman mengenai proses belajar dalam perspektif kognitif-sosial dapat
dijelaskan melalui beberapa asumsi dasar dari teori kognitif-sosial berikut:
o Seseorang dapat belajar dengan mengamati orang lain.
o Belajar merupakan proses internal yang belum tentu menghasilkan perubahan
perilaku.
o Manusia dan lingkungannya saling mempengaruhi.
o Perilaku mengarah pada tujuan-tujuan tertentu.
o Perilaku menjadi semakin bisa diantur sendiri (self regulated).
o Konsekuensi berpengaruh terhadap perilaku hanya jika pelajar sadar akan
kemungkinan (contingency) yang terjadi.
o Pelajar membentuk harapan tentang konsekuensi-konsekuensi yang mungkin
dari suatu tindakan yang akan datang dan berperilaku sesuai dengan hal itu.
o Harapan pelajar dipengaruhi oleh hal terjadi pada orang lain dan pada diri
mereka.
o Keputusan pelajar dalam membuat respons-respons tertentu bergantung juga
pada keyakinan akan kemampuan mereka dalam membuat respon tersebut.
o Harapan mengenai konsekuensi yang akan datang memengaruhi kedalaman
dan dengan cara pelajar memproses sebuah informasi secara kognitif.
5
o Demonstrasi pengetahuan dan keterampilan baru siswa hanya tejadi jika
mereka mengharapkan penguatan atas tindakan tersebut.
o Tidak terjadinya konsekuensi yang diharapkan akan memiliki efek yang
menguatkan atau menghukum.
Kendali seluruh saraf yang ada di dalam diri manusia adalah otak. Oleh
karena itu dalam belajar otak adalah penentu utamanya, berarti belajar juga
mengembangkan otak.Perkembangansel otak ini mengikuti sistem yang kompleks.
Jumlah dan ukuran saraf otak terus bertambah setidaknya sampai usia remaja.
a) Electroencephalography (EEG) dan Magnetoencephalography (MEG)
b) Positron-Emission Tomography (PET)
c) Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI)
6
d) Functional Magnetic Resonance Spectroscopy (FMRS)
e) Single Photon Emission Computed Tomography (SPELT)
Pertumbuhan itu terjadi secara bertahap, dengan kata lain pertumbuhan ada
kalanya cepat dan ada kalanya lambat. Irama pertumbuhan bagi setiap orang
mempunyai gambaran tersendiri walaupun secara general mempunyai keteraturan
tertentu.Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak umumnya berkangsung secara
teratur dan dapat diramalkan sebelumnya.Studi tentang pertumbuhan fisik telah
7
menunjukkan bahwa pertumbuhan anak dapat dibagi menjadi empat periode, dua
periode ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dan dua periode ditandai dengan
pertumbuhan yang lambat.Selama pralahir dan 6 bulan setelah lahir mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat. Anak yang sehat dan cukup gizi mengalami
kenaikan panjang badan sebesar 50% dan berat sebesar 200% (PH Munssen
dkk,1988:74). Setelah itu pertumbuhan yang dialami sedikit lambat, dan stabil hingga
anak menginjak masa tremaja (8 sampai 12 tahun).
8
jika ia salah, yang terbaik ialah bukan dengan memarahi atau mengucapkan kata-kata
yang membuatnya merasa rendah, bodoh, apa lagi tidak berguna.
Namun sebenarnya tidak hanya itu saja, karena perkembangan anak merupakan
proses perkembangan holistic yang mencakup semua aspek perkembangan, yaitu
kognitf, bahasa, motorik, kesiapan belajar, bakat, psikososial, dan sebagainya. Semua
aspek itu berkembang pesat di masa sekolah dasar sehingga perhatian pada anak di
usia tersebut sangat dibutuhkan.
9
strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik. Kebebasan dan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih
bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.
Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena
dengan hanya mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si
belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghapal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan
hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui
siswa.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor
ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut
misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal,
dan sebagainya.
Perkembangan Peserta Didik merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan
Psikologi Pendidikan, dimana dalam hal ini Perkembangan peserta didik difokuskan
10
pada perkembangan individu sebagai peserta didik pada institusi pendidikan. Sebab
ciri yang ada pada masing-masing individu yang akan membedakan cara berpikir,
berperasaan, dan bertindak.
Dalam konteks perkembangan fisik, kognitif dan sosial masing-masing
menekankan aspek khusus dari perkembangan, akan tetapi memiliki kaitan satu sama
lain. Misalnya kemampuan kognitif seseorang dapat bergantung pada kesehatan fisik
dan pengalaman sosial, atau perkembangan sosial yang dipengaruhi kematangan fisik
maupun kognitif.
Menurut Muhibbin Syah (2010), ranah psikologis yang terpenting adalah ranah
kognitif sebab tanpa ranah kognitif, seorang siswa akan sulit berfikir dan sulit
memahami materi pelajaran yang di sajikan kepadanya. Dengan mengembangkan
fungsi kognitif maka akan berdampak posifif pada fungsi yang lain (afektif dan
psikomotor). Misalnya siswa yang berprestasi baik dalam bidang agama tentu akan
lebih rajin beribadah. Dia tidak akan segan memberikan pertolongan pada orang yang
membutuhkan. Sebab ia merasa memberi bantuan itu adalah kebajikan (afektif),
sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari
pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari
gurunya (kognitif).
Maka dengan meningkatkan proses belajar dalam konteks kognitif akan
mempengaruhi konteks fisik (motor) dan sosial peserta didik menjadi alasan ketiga
konteks perkembangan ini tidak dapat dipisahkan serta saling berkaitan satu sama
lain. Selain itu dapat menjadi salah satu Indikator keberhasilan dari upaya seorang
guru dalam meningkatkan perkembangan keterampilan dan kemampuan peserta didik
dalam proses belajar
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13