Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“PENERAPAN BELAJAR DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN


FISIK,OTAK,KOGNITIF”

DOSEN PENGAMPU:

Dra. Rosdiana, M.Pd

Disusun Oleh :

Hany Amelia (1193171010)

Risky Adinda Syafiri (1192471006)

Rio Aldimar Panjaitan (1193171007)

Sri Ayu Anggraini BN (1192471004)

PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktunya.Adapun judul dari makalah kami “Penerapan belajar dalam konteks
perkembangan fisik, otak, kognitif”.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen pengampu yang telah memberikan tugas terhadap kelompok kami.Oleh
karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan khususnya penulis.

Medan, Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3

2.1 PERKEMBANGAN FISIK.....................................................................................3

2.2 PERKEMBANGAN KOGNITIF............................................................................4

2.3 PERKEMBANGAN OTAK....................................................................................6

2.4 PENERAPAN BELAJAR DALAM BERBAGAI KONTEKS..............................7

2.5 KETERPADUAN PROSES FISIK, KOGNITIF DAN OTAK DALAM


BELAJAR....................................................................................................................10

BAB III PENUTUP.............................................................................................................12

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................12

3.2 Saran...............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan anak merupakan hal yang penting untuk kita pelajari


dan kita pahami selaku calon pendidik. Banyak para pendidik yang belum
memahami perkembangan- perkembangan anak. Sehingga masih ada pendidik
yang menerapkan sistem pembelajaran tanpa melihat perkembangan anak
didiknya. Hal ini akan berakibat adanya ketidakseimbangan antara sistem
pembelajaran dengan perkembangan anak yang akan menyulitkan anak didik
mengikuti sistem pembelajaran yang ada. Dengan mengetahui proses, faktor
dan konsep perkembangan anak didik kita akan mudah mengetahui sistem
pembelajaran yang efektif, efisien, terarah dan sesuai dengan Perkembangan
anak didik. Untuk mengembangkan potensi anak didik dan menciptakan
generasi-generasi masa depan yang berkualitas, maka diperlukan adanya
pemahaman tentang perkembangan anak didik. Dengan demikian, sebagai
pendidik kita diharuskan mengetahui dan memahami perkembangan peserta
didik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu perkembangan fisik?


2. Apa itu perkembangan otak?
3. Apa itu perkembangan kognitif?
4. Bagaimanakah penerapan belajar dalam konteks ketiga aspek tersebut
dalamperkembangan?
5.  Bagaimana hubungan perkembangan fisik,otak, kognitif terhadap proses
belajar ?

1
1.3 Tujuan Masalah
Penulisan makalah ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimana penerapan belajar dalam konteks perkembangan fisik,otak,
kognitif, untuk mengetahui hubungan perkembangan fisik, otak, kognitif
terhadap proses belajar dan mengapa penerapan belajar harus memperhatikan
perkembangan fisik, otak, kognitif anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERKEMBANGAN FISIK


Perkembangan Fisik
Pola pertumbuhan fisik anak yang terarah, terdiri dari:
 Cephalocaudal atau head to tail direction
 Proximadistal atau Near to far direction
 Mass to specifik atau simple to complex

Perkembangan (Motor) Fisik Siswa


Dalam psikologi kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjuk pada
hal keadaan dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya
demikian pula kelenjar-kelenjar juga sekresinya pengeluaran cairan atau getah
secara singkat motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang
meningkatkan atau menghasilkan stimulasi atau rangsangan terhadap kegiatan
organ-organ fisik proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang lebih
selama 2 dekade atau 2 dasawarsa sejak lahir semburan perkembangan terjadi
pada masa anak usia remaja antara 12 atau 13 tahun hingga 21/22
Perkembangan fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang
kompleks dan sangat mengagumkan. Kuhlen dan Thompson mengemukakan
bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:
 Sistem saraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi
 Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik
 Kelenjar Endoktrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku  baru,
seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu
kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis
 Struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi berat dan proporsi.

Pada pembahasan tentang teori psikososial tampak perlunya keseimbangan


antara perkembangan diri dengan perkembangan sosial dalam belajar.Konsep yang
sering dihubungkan dengan perkembangan diri adalah konsep diri (self concept),
harga dıri (self esteem) Konsep diri secara umum diartikan sebagai ide-ide,
perasaan, sikap dan harapannya (Pajares & Shunk, 2001 dalam Woolfolk, 2009).
Konsep diri merupakan upaya membangun sebuah skema yang ebagai pengetahuan
atau keyakinan individu tentang dirinya, tentang dirinya mengorganisasıkan
perasaan dan sikap tentang diri.

3
Konsep diri berkembang melalui evaluasi diri yang konstan pada berbagai
macam situasi. Pada diri remaja proses perkembangan konsep dapat berlangsung
pada saat mempertanyakan hasil kerjanya. Konsep diri menjadi baik, jika individu
memiliki gambaran tentang citra diri idealnya sejalan dengan citra diri yang
dikembangkan tentang gambaran dirinya menurut pandangan orang lain.

2.2 PERKEMBANGAN KOGNITIF

Kognisi artinya kemampuan berfikir, kemampuan menggunakan


otak.Perkembangan kognisi berarti perkembangan anak dalam menggunakan
kekuatanberfikirnya.Dalamperkembangankognitif, anak dalamhal iniotaknya mulai
mengembangkankemampuanuntukberfikir, belajar dan mengingat. Dunia kognitif
anak pada usia ini adalah kreatif, bebas, dan fantastis. Imajinasi anak berkembang
sepanjang waktu, dan pemahaman mental mereka mengenai dunia
menjadilebihbaik.Padatingkatinianaksudahdapatmeningkatkan penggunaan bahasa
dengan menirukan prilaku orang dewasa.

Teori kognitif sosial awalnya disebut teori belajar sosial. Teori kognitif sosial
berakar dari behaviorisme sehingga teori ini juga membahas pengaruh penguatan
dan hukuman dalam batas tertentu. Dalam perkembangannya, teori behaviorisme
memasukkan proses-proses kognitif kedalam penjelasan tentang belajar sehingga
akhirnya disebut teori kognitif sosial. Teori kognitif sosial mengulas tentang
motivasi dengan porsi yang lebih besar dibandingkan ulasan serupa pada perspektif
kognitif dan behavioris.

Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang berarti mengetahui dalam arti
yang luas, cognition(kognisi) ialah perolehan,penataan,dan penggunaan
pengetahuan.hasil-hasil riset para ahli psikologi kognitif yang menyimpulkan bahwa
aktivitas ranah kognitif manusia itu pada prinsipnya sudah berlangsung sejak masa
bayi yakni rentang kehidupan antara 0 sampai 2 tahun.

Hasil-hasil riset kognitif yang dilakukan selama kurun waktu sekitar 30 tahun
terakhir ini menyimpulkan bahwa semua baik manusia sudah ber kemampuan
menyimpan informasi informasi yang berasal dari penglihatan pendengaran dan
informasi-informasi lain yang diserap melalui Indra Indra lainnya.selain itu,bayi
juga berkemampuan merespons informasi-informaai tersebut secara sistematis.

Selanjutnya, seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan


psikologi anak. Jean Piaget (sebut: Jin Piasye), yang hidup tahun 1896 sampai tahun
1980, mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan:
1. Tahap sensory-motor yakni perkembangan ranah kognitifyang terjadi pada
usia 0-2 tahun. 
1. Pre-operational yakni perkembangan ranah kognitif pada usia 2-7 tahun.

4
2. Tahap concrete-operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun
3. Tahap formal-operational, yakni perkembangan ranah kognitif terjadi pada
usia 11-15 tahun
Istilah-istilah khusus dan  artinya yang berhubungan dengan proses
perkembangan kognitif versi Piaget tersebut.:
1. sensory-motor schema (skema sensori-motor) ialah sebuah atau serangkaian
perilaku terbuka yang tersusun secara sistematis untuk merespons lingkungan
(barang, orang, keadaan, kejadian)
2. Cognitive schema (skema kognitif), ialah perilaku tertutup berupa tatanan
langkah-langkah kognitif (operations) yang berfungsi hal yang tersirat atau
menyimpulkan lingkungan yang  direspons.
3. Object permanance (ketetapan benda) yakni anggapan bahwa sebuah benda
akan tetap ada walaupun sudah ditinggalkan atau tidak dilihat lagi
4. Assimilation (asimilasi), yakni proses aktif dalam menggunakan skema untuk
merespons lingkungan.
5. Accomodation (akomodasi), yakni penyesuaian aplikasi skema yang Cocok
dengan lingkungan yang direspons
6. Equilibrium (ekuilibrium), yakni keseimbangan antara skema yang digunakan
dengan lingkungan yang direspons sebagai hasil ketetapan akomodasi.
            Pemahaman mengenai proses belajar dalam perspektif kognitif-sosial dapat
dijelaskan melalui beberapa asumsi dasar dari teori kognitif-sosial berikut:
o Seseorang dapat belajar dengan mengamati orang lain.
o Belajar merupakan proses internal yang belum tentu menghasilkan perubahan
perilaku.
o Manusia dan lingkungannya saling mempengaruhi.
o Perilaku mengarah pada tujuan-tujuan tertentu.
o Perilaku menjadi semakin bisa diantur sendiri (self regulated).
o Konsekuensi berpengaruh terhadap perilaku hanya jika pelajar sadar akan
kemungkinan (contingency) yang terjadi.
o Pelajar membentuk harapan tentang konsekuensi-konsekuensi yang mungkin
dari suatu tindakan yang akan datang dan berperilaku sesuai dengan hal itu.
o Harapan pelajar dipengaruhi oleh hal terjadi pada orang lain dan pada diri
mereka.
o Keputusan pelajar dalam membuat respons-respons tertentu bergantung juga
pada keyakinan akan kemampuan mereka dalam membuat respon tersebut.
o Harapan mengenai konsekuensi yang akan datang memengaruhi kedalaman
dan dengan cara pelajar memproses sebuah informasi secara kognitif.

5
o Demonstrasi pengetahuan dan keterampilan baru siswa hanya tejadi jika
mereka mengharapkan penguatan atas tindakan tersebut.
o Tidak terjadinya konsekuensi yang diharapkan akan memiliki efek yang
menguatkan atau menghukum.

2.3 PERKEMBANGAN OTAK

Kendali seluruh saraf yang ada di dalam diri manusia adalah otak. Oleh
karena itu dalam belajar otak adalah penentu utamanya, berarti belajar juga
mengembangkan otak.Perkembangansel otak ini mengikuti sistem yang kompleks.
Jumlah dan ukuran saraf otak terus bertambah setidaknya sampai usia remaja.

Myelination dalam daerah otak berhubungan dengan koordinasi mata dan


tangan. Perkembangannya baru lengkap hingga anak berusia empat tahun.
Sedangkan myelination yang diperlukan dalam memfokuskan perhatian baru akan
lengkap perkembangannya di usia akhir Sekolah Dasar. Hal ini berimplikasi bahwa
anak-anak sulit untuk mempertahankan perhatian pada jangka waktu yang lama.
Oleh karena itu di dalam belajar anak memerlukan segmen istirahat di antara mata
pelajaran di sekolah untuk membantu menjaga energi dan motivasi anak untuk
belajar.
Keenam sistem otak mempunyai peranan penting dalam pengaturan kognisi,
afeksi, dan psikomotorik, termasuk IQ,EQ, dan  SQ.  Pemisahan jasmani, rohani dan
akal akan berimplikasi pada pengembangan ketiganya (IQ,EQ dan SQ) yang secara
otomatis melanggengkan
ketidakseimbangan pada ranah   kognisi, afektif   dan   psikomotorik dalam
pembelajaran. Bukti ilmiah ini memberi inspirasi  bahwa pendidikan karakter tidak
ubahnya dengan mengembangkan potensi otak
Semua sistem dalam otak bekerja secara pad uuntuk membangun sikap dan
perilaku manusia. Oleh karena itu, meregulasi kinerja otak secara normal akan
menghasilkan fungsi optimal sehingga perilaku dapat dikontrol secara sadar dengan
melibatkan dimensi emosional dan spiritual.
Dengan demikian, pendidikan karakterdapatdijelaskan dalammekanisme
kerjaotakpadatingkatmolekuler,khususnyaenamsistemdiatas.Atasdasarinilahneurosain
syangdisebut  ilmuyangmenghubungkanantara otak danpikiran (brain-
mind connection)ataujiwadanbadan,termasukhatidanakal. Contoh di atas
menunjukkan bahwa dunia pendidikan selamainimasih memisahkan antara
otak,pikiran, jiwa-badan,dan akal-hati.Berikut ini merupakan beberapa kegiatan otak
yang berkontribusi bagi pendidikan:

a)  Electroencephalography (EEG) dan Magnetoencephalography (MEG)
b)  Positron-Emission Tomography (PET)
c)  Functional Magnetic Resonance Imaging  (FMRI)

6
d)  Functional Magnetic Resonance Spectroscopy (FMRS)
e)  Single Photon Emission Computed Tomography (SPELT)

Ingatan merupakan sistem yang memiliki 3 tahap, yaitu:


o Encoding adalah proses ketika informasi dipersiapkan untuk penyimpanan
jangka panjang. Seperti meletakkan informasi dalam sebuah folder untuk
dimasukkan dalam ingatan.
o Storage adalah penyimpanan informasi dalam ingatan untuk penggunaan di
masa depan. Seperti meletakkan folder  jauh dari lemari penyimpanan.
o Retrieval adalah proses ketika informasi dipanggil atau diakses dari
penyimpanan ingatan. Retrieval muncul saat informasi dibutuhkan.

Otak memiliki 3 tempat penyimpanan yaitu:


o Sensory memory adalah tempat penyimpanan sementara dari informasi
sensori yang masuk.
o Working memory  adalah penyimpanan informasi jangka pendek yang
diproses secara aktif, dengan cara berusaha untuk memahami, mengingat,
atau memikirkannya.
o Long term memory adalah penyimpanan yang kapasitasnya tidak terbatas
yang dapat menyimpan informasi dalam jangka waktu panjang.

2.4 PENERAPAN BELAJAR DALAM BERBAGAI KONTEKS

1. Penerapan belajar dalam konteks perkembangan fisik

Perkembangan fisik dianggap penting karena baik secara langsung maupun


tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak-anak sehari-hari. Secara langsung
perkembangan fisik akan mempengaruhi keterampilan dalam bergerak. Secara tidak
langsung pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak
memandang dirinya sendiri dan bagaimana dia memandang orang lain.

Pertumbuhan itu terjadi secara bertahap, dengan kata lain pertumbuhan ada
kalanya cepat dan ada kalanya lambat. Irama pertumbuhan bagi setiap orang
mempunyai gambaran tersendiri walaupun secara general mempunyai keteraturan
tertentu.Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak umumnya berkangsung secara
teratur dan dapat diramalkan sebelumnya.Studi tentang pertumbuhan fisik telah

7
menunjukkan bahwa pertumbuhan anak dapat dibagi menjadi empat periode, dua
periode ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dan dua periode ditandai dengan
pertumbuhan yang lambat.Selama pralahir dan 6 bulan setelah lahir mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat. Anak yang sehat dan cukup gizi mengalami
kenaikan panjang badan sebesar 50% dan berat sebesar 200% (PH Munssen
dkk,1988:74). Setelah itu pertumbuhan yang dialami sedikit lambat, dan stabil hingga
anak menginjak masa tremaja (8 sampai 12 tahun).

2. Penerapan belajar dalam konteks perkembangan otak

Setiap individu mempunyai kemampuan otak yang berbeda, sekalipun mereka


bersaudara.Kemampuan otak yang lazimnya diukur dengan tes IQ, tidak selalu
mewakili kemampuan otak yang sebenarnya. Karena tinggi-rendahnya kuantitatif IQ
tidak akan menjamin kesuksesan seseorang, namun kualitatif yang benar-benar baik
dari seorang individulah yang akan membawa seseorang kepada kesuksesan.
Keseimbangan otak kiri dan kanan berpengaruh pada kualitas pemikiran atau
kecerdasan seseorang. Karena jika hanya otak kiri saja yang berkembang baik, tanpa
diikuti perkembangan otak kanan, seseorang akan kurang memahami sesuatu karena
konsentrasinya kurang. Karena diasaat otak kiri bekerja untuk menghafal rumus,
berpikir kritis, dan otak kanan tidak ikut bekerja, maka otak kanan akan mengganggu
kerja otak kiri. Otak kanan akan bekerja saat ada music klasik, gambar-gambar yang
menarik, dan sebagainya. Inilah yang menjadi inti pembahasan mengenai otak, ahwa
seorna guru harus mampu memberikan pengajaran yang menyeimbangkan kerja otak.

Di dalam pembelajaran di sekolah, jika seorang guru memiliki murid yang


belum mau berbicara karena malu, guru harus memancingnya berbicara agar ia tidak
lagi pemalu. Dan ketika muridnya menjadi tidak pemalu lagi, guru harus mau
mendengarkan apa yang dibicarakannya, agar sekaligus mampu mengontrol siswa,
apakah yang dibicarakannya itu mampu membentuk kepribadian baik atau tidak. Dan

8
jika ia salah, yang terbaik ialah bukan dengan memarahi atau mengucapkan kata-kata
yang membuatnya merasa rendah, bodoh, apa lagi tidak berguna.

Dalam perkembangannya, ada 3 domain aspek perkembangan yaitu aspek


biologis, kognitif, dan psikososial.Aspek perkembanagan seperti ini telah sering
dibahas dimana-mana. Berdasarkan pengertiannya, telah dapat dipahami bahwa aspek
biologis merupakan aspek perkembangan yang berhubungan dengan fisik siswa,
aspek kognitif berkaitan dengan proses dan cara berpikir siswa, dan aspek psikososial
melibatkan perubahan-perubahan dalam aspek perasaan, emosi, dan kepribadian
individu serta cara yang bersangkutan berhubungan dengan orang lain.

Namun sebenarnya tidak hanya itu saja, karena perkembangan anak merupakan
proses perkembangan holistic yang mencakup semua aspek perkembangan, yaitu
kognitf, bahasa, motorik, kesiapan belajar, bakat, psikososial, dan sebagainya. Semua
aspek itu berkembang pesat di masa sekolah dasar sehingga perhatian pada anak di
usia tersebut sangat dibutuhkan.

3. Penerapan belajar dalam konteks perkembangan kognfitif

 Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan.


Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengetahuan baru dengan struktur kognitif yag telah dimiliki siswa. Materi pelajaran
disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke
kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini
sangat mepengaruhi keberhasilan siswa.

Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas


belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses
internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah
banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan

9
strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik. Kebebasan dan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih
bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.
Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena
dengan hanya mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si
belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghapal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan
hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui
siswa.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor
ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut
misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal,
dan sebagainya.

2.5 KETERPADUAN PROSES FISIK, KOGNITIF DAN OTAK DALAM


BELAJAR

       
Perkembangan Peserta Didik merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan
Psikologi Pendidikan, dimana dalam hal ini Perkembangan peserta didik difokuskan

10
pada perkembangan individu sebagai peserta didik pada institusi pendidikan. Sebab
ciri yang ada pada masing-masing individu yang akan membedakan cara berpikir,
berperasaan, dan bertindak.
       
Dalam konteks perkembangan fisik, kognitif dan sosial masing-masing
menekankan aspek khusus dari perkembangan, akan tetapi memiliki kaitan satu sama
lain. Misalnya kemampuan kognitif seseorang dapat bergantung pada kesehatan fisik
dan pengalaman sosial, atau perkembangan sosial yang dipengaruhi kematangan fisik
maupun kognitif.
       
Menurut Muhibbin Syah (2010), ranah psikologis yang terpenting adalah ranah
kognitif sebab tanpa ranah kognitif, seorang siswa akan sulit berfikir dan sulit
memahami materi pelajaran yang di sajikan kepadanya. Dengan mengembangkan
fungsi kognitif maka akan berdampak posifif pada fungsi yang lain (afektif dan
psikomotor). Misalnya siswa yang berprestasi baik dalam bidang agama tentu akan
lebih rajin beribadah. Dia tidak akan segan memberikan pertolongan pada orang yang
membutuhkan. Sebab ia merasa memberi bantuan itu adalah kebajikan (afektif),
sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari
pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari
gurunya (kognitif).
      
Maka dengan meningkatkan proses belajar dalam konteks kognitif akan
mempengaruhi konteks fisik (motor) dan sosial peserta didik menjadi alasan ketiga
konteks perkembangan ini tidak dapat dipisahkan serta saling berkaitan satu sama
lain. Selain itu dapat menjadi salah satu Indikator keberhasilan dari upaya seorang
guru dalam meningkatkan perkembangan keterampilan dan kemampuan peserta didik
dalam proses belajar

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Melalui belajar peserta didik akan berkembang dan mampu mempelajari


hal-hal yang baru. Perkembangan adalah tahapan perubahan psiko-fisik manusia
yang progresif sejak lahir hingga akhir hayat. Perkembangan akan dicapai karena
adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan
menimbulkan perilaku yang baru juga. Ada beberapa konteks perkembangan,
yaitu : Perkembangan Fisik, Perkembangan Kognitif dan Perkembangan Otak.
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Peserta didiklah yang
menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Maka menjadi tugas seorang guru
untuk memberikan gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran yang tepat
sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. Sedangkan bagi peserta didik
dapat melalui proses pembelajaran dengan pengetahuannya berdasarkan tahap
perkembangan yang di milikinya. Sehingga kesemuanya itu dapat menjadi wujud
realisasi atau penerapan proses belajar dalam konteks perkembangan Fisik,
Kognitif dan Otak.

3.2 Saran

Perkembangan merupakan perubahan yang sistematis, progresif dan


berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir sampai akhir hayatnya atau juga dapat
diartikan sebagai perubahan-perubahan menuju tingkat kedewasaan atau kematangan
baik fisik maupun psikis. Perkembangan fisik melalui fase-fase yaitu masa usia pra
sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan mahasiswa. Sedangkan perkembangan
kognitif beberapa tahap yaitu sensori-motorik, praoperasional, operasional, dan
operasional formal.Dalam hal ini hubungan orang tua sangat berpengaruh pada
perkembangan seorang anak. Cara pembelajaran dalam suatu pendidikan disesuaikan
dengan tahap perkembangan anak. Setiap individu mempunyai kemampuan otak
yang berbeda, sekalipun mereka bersaudara.Kemampuan otak yang lazimnya
diukur dengan tes IQ, tidak selalu mewakili kemampuan otak yang sebenarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Milfayetty, Sry, dkk. 2018. Psikologi Pendidikan. Unimed Press: Medan.


2. Sibarani, Sakinatun Najmi. Perkembangan dalam Konteks Fisik, Kognitif dan
Sosial. Academia, edu.
(https://www.academia.edu/31631249/PERKEMBANGAN_DALAM_KONT
EKS_FISIK_KOGNITIF_DAN_SOSIAL?auto=download).
3. Murni. (2017). Perkembangan Fisik,Kognitif, dan Psikososial Pada Masa
Kanak-Kanak Awal 2-6 Tahun. Jurnal UIN Ar-raniry. Volume III. Nomor 1

13

Anda mungkin juga menyukai