Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah

Pendidikan yang berlangsung di sekolah disebut pendidikan formal, pendidikan


yang berlangsung di tempat-tempat kursus, masyarakat dikatakan pendidikan
nonformal, dan pendidikan yang dalam keluarga atau di rumah dengan nama
pendidikan informal. Dalam perkembangannya ketiganya disebut jalur pendidikan.
Dekade ini menjadi dua jalur pendidikan yaitu jalur sekolah dan jalur luar sekolah.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan penyelenggaraan pendidikan luar
sekolah. Sekalipun demikian, PAUD dapat dilakukan pada ketiga jalur tersebut
(Rohmat, 2009:100,
Untuk memperjelas sinyalemen jalur pendidikan tersebut dapat diperhatikan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang: Sistem Pendidikan Nasional pasal
28 menyebutkan bahwa: (1) PAUD sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) PAUD dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal, (3)
PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal
(RA), atau bentuk lain yang sederajat, (4) PAUD jalur pendidikan informal
berbentuk kelompok bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan berbentuk
lainyang
sederajat, (5) PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang didelenggarakan oleh lingkungan.
Direktorat PAUD (2002: iii) menyatakan bahwa para pakar dibidang tumbuh
kembang anak, mengingatkan bahwa pendidikan yang salah masa dini akan
berdampak negatif terhadap perkembangan anak dimasa depan. Selanjutnya,
upaya penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul di masa depan menjadi
persoalan sangat fundamental. Maka dari itu layanan pendidikan secara dini
berdampak sekaligus melandasi pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya. Dari ketiga proses pendidikan itu semuanya memiliki tanggungjawab.
Perhatian PAUD terus menerus ditumbuh kembangkan. Hal ini agar disadari
bahwa masa depan bangsa esok ditentukan pendidikan anak yang berkualitas.

Penyelenggaraan PAUD di Indonesia masih banyak menghadapi kendala dengan


berbagai problema dan tantangan, akan tetapi penuh harapan. Hal ini memerlukan
solusi, dan keterlibatan setiap pihak dalam mengoptimalkan pendayagunaan potensi
yang ada. Gambaran tentang permasalahan anak usia dini mengimplikasikan perlunya
penyelenggaraan PAUD secara terpadu yang dimulai dari perancangan dan
manajemen/pengelolaan (Rohmat,2009:19).
Untuk memecahkan masalah PAUD diatas perlu dilakukan upaya mendasar melalui
penyusunan rancangan dan manajemen/pengelolaannya yang sesuai kebutuhan dan
pertumbuhan serta perkembangan anak dalam menyongsong masa depan dalam
profesionalistis sistem manajemen.
Problema yang ada dalam menyelenggarakan PAUD adalah belumadanya
rancangan/desain yang berkaitan dengan model/desain baku PAUD. Selain itu juga belum
adanya kerangka dasar kurikulum PAUD yang sesuai dengan
Karakteristik anak, (kebutuhan dan pertumbuhan serta perkembangan anak) untuk
menyongsong masa depan dalam suatu sistem manajemen.
Dalam penyelenggaraan proses pembelajaran bagi PAUD, diarahkan pada pengembangan
kemampuan moral dan keagamaan serta kemampuan dasar anak usia dini yang terdiri dari
kemampuan pisik, psikologi, bahasa dan kognitif.
Dalam pelaksanaannya pengembangan kemampuan tersebut, Moleong (2004:5)
mengemukakan bahwa dikembangkan secara serentak dengan perkembangan
kecerdasan pluralis yang terdiri dari (1) spritual (agama/moral), (2) linguistik,
(3) logika matematik, (4) visual spasial,(5) ritmik dan musik, (6) bodily
kinestetik (koordinasi gerakan tubuh), (7) interpersonal, (8) naturalis(alam).

Kondisi globalisasi saat ini semakin kooperatif menuntut keberadaan SDM


berkualitas/unggul. Tuntutan itu berimplikasi terahadap arah dan strategi
pengembangan SDM bangsa. Untuk berpartisipasi dalam menciptakan SDM bermutu,
maka PAUD merupakan bagian strategis untuk pembangunan mental, watak, perlaku
dalam kerangka kebangsaan perlu mendapatkan perhatian serius. Sebagai generasi
penerus bangsa, sejak anak usia dini perlu disiapkan secara sadar dan terencana sebagai
manusia yang mempunyai jati diri bangsa sesuai falsafah dan landasan bangsa dan
negara. Hal mendasar pembentukan kepribadian bangsa itu dalam proses pendidkan
anak usia dini lingkungan masyarakat dan sekolah berinteraksi secara langsung
sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk itu perhatian
pendidikan anak usia dini sebenarnya bukan hal asing tetapi perhatian dini perlu
penanganan sungguh-sungguh (Rohmat, 2009:27, dalam buku yang
berjudul: Terapan Teori Teknologi Instruksional dalam Proses Pembelajaran.
Logung Pustaka: Yogyakarta).

Dari uraian yang kompleks sebagaimana dipaparkan di muka,maka PAUD perlu


diawali dengan pencermatan rancangan dan pengelolaan secara akurat, sehingga
merupakan terapi untuk membangun SDM berkualitas dalam mengisi masa depan
bangsa, dapat berhasil guna, tepat guna untuk menyiapkan SDM yang unggul, oleh karena
itu peneliti mengambil judul tesis yang berjudul:“ Pengelolaan Program Pendidikan Anak
Usia Dini di TK Negeri Pembina Jatisrono.”

B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang di atas ada tiga fokus penelitian.

1. BagaimanaperencanaanprogramPendidikanAnakUsiaDini ?
2. Bagaimana pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini ?
3. BagaimanasistemevaluasiprogramPendidikanAnakUsiaDin?

C. TujuanPenelitian

Tujuan dari penelitian ini ada tiga.

1. Mendeskripsikan perencanaan program Pendidikan Anak Usia Dini .

2. Mendeskripsikan pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini .


3. Mendeskripsikan sistem evaluasi program Pendidikan Anak Usia Dini.
a. Mendeskripsikan pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini .
b. Mendeskripsikan sistem evaluasi program Pendidikan Anak Usia Dini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang Relevan dalam penelitian ini antara lain :

 Hasil penelitian Ari Sofia dan Annisa Yulistia (2020), yang berjudul “Pengaruh
Kompetensi Kepribadian terhadap Motivasi Kerja Guru Pendidikan Anak Usia Dini",
menurut indikator- indikator kompetensi kepribadian guru menunjukkan bahwa
kompetensi kepribadian guru pendidikan anak usia dini pada program profesional
guru dalam jabatan berada pada kategori cukup baik. Motivasi kerja guru pendidikan
anak usia dini dalam program profesional guru dalam jabatan berada pada kategori
baik. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis menunjukkan bahwa kompetensi
kepribadian memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru
pendidikan anak usia dini pada program PPG dalam jabatan. Hal tersebut berarti
kompetensi kepribadian guru dapat memberikan pengaruh pada motivasi kerja guru,
sehingga apabila kompetensi kepribadian guru meningkat, maka akan memberi
peningkatan pula pada proses kerja guru.
 Hasil penelitian Ifat Fatimah Zahra (2015), bejudul “ Penilaian dalam Pembelajaran
Anak Usia Dini”,Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan mencapai sumber
daya manusia yang bermutu sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan, maka
perlu dilakukan penilaian proses dan hasil belajar secara sistematis dan
berkelanjutan.Penilaian merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan
secara tepat bahwa kompetensi yang telah ditetapkan benar-benar dikuasai dan
dicapai anak didik. Proses penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
proses pembelajaran dan bersifat menyeluruh (holistik) yang mencakup semua aspek
perkembangan anak didik baik aspek sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Oleh
karena itu, agar tujuan penilaian tersebut tercapai, guru hendaknya memiliki
pengetahuan berbagai metode dan teknik penilaian sehingga memiliki keterampilan
memilih dan menggunakan dengan tepat metode dan teknik yang dianggap paling
sesuai dengan tujuan dan proses pembelajaran, serta pengalaman belajar yang telah
ditetapkan.

B. Kerangka Konseptual

PAUD merupakan salah satu bentuk pendidikan jenjang PAUD yang pada hakekatnya
adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan
dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada perkembangan seluruh
aspek kepribadian anak. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa: “Pendidikan
Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak meiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Sedangkan menurut Anwar dan Ahmad (2003) PAUD adalah “pendidikan yang
berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, serta perkembangan
kejiwaan peserta didik yang dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan keluarganya”.
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Sujiono (2009)
menyatakan bahwa “PUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan/9daya oikir, daya cipta, kecerdasan
emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional( sikap dan perilaku serta beragama), bahasa
dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembanganyang dilalui oleh
anak usia dini.”

Pandangan Para Filsuf tentang PAUD


A. Pandangan Pestalozzi (1746-1827)

Johann Heinrich Pestalozzi adalah seorang ahli pendidikan Swiss berpandangan bahwa
anak pada dasarnya memiliki pambawaan yang baik. Pertumbuhan dan perkembangan
yang terjadi pada anak berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan. Lebih lanjut
ia mengemukakan bahwa masing-masing tahap pertumbuhan dan perkembangan seorang
individu haryslah tercapai dengan sukses sebelumberlanjut pada tahap berikutnya.
B. Pandangan Maria Montessori (1870-1952)

Montessori memandang perkembangan anak usia prasekolah/TK sebagai suatu proses


yang berkesinambungan. Ia memahami bahwa pendidikan merupakan aktivitas diri yang
mengarah pada pembentukan disiplin pribadi,kemandirian dan pengarahan diri. Menurut
Montessori, persepsi anak tentang dunia merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Untuk
itu ia merancang sejumlah materi yang memungkinkan idera seorang anak dikembangkan.
Dengan menggunakan materi untuk mengoreksi diri, anak menjadi sadar terhadap
berbagai macam rangsangan yang kemudian disusun dalam pikirannya.
C. Pandangan Froebel (1782-1852)

Froebel yang merupakan kelahiran Jerman ini memandang anak sebagai individu yang pada
kodratnya bersifat baik. Sifat yang timbul karena kurangnya pendidikan atau
perkembangan yang didalami oleh anak harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang
utuh. Anak memiliki potensi, dan potensi itu akan hilang jika tidak dibina dan
dikembangkan.
D. Pandangan J.J Rousseau

Rousseau menyarankan konsep “kembali ke alam” dan pendekatan yang bersifat alamiah
dalam pendidikan anak. Bagi Rousseau pendekatan alamiah berarti anak akan
berkembanag secara optimal, tanpa hambatan.
Menurutnya pula bahwa pendidikan yang bersifat alamiah menghasilkan dan memacu
berkembangnya kualitas semacam kebahagiaan, spontanitas dan rasa ingin tahu.
E. Pandangan Konstruktivis

Pada dasarnya paham konstruktivis ini mempunyai asumsi bahwa anak adalah
pembangun pengetahuan yang aktif. Anak mengkonstruksi, membangun pengetahuannya
berdasarkan pengalamannya. Pengetahuan tersebut diperoleh anak dengan cara
membangunnya sendiri secara aktif melalui interaksi yang dilakukannya dengan
lingkungan.
F. Pandangan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar memandang anak sebagai kodrat alam yang memiliki pembawaan masing-
masing serta kemerdekaan untuk berbuat serta mengatur dirinya sendiri. Akan tetapi
kemerdekaan itu juga sangan relatif karena dibatasi oleh hak-hak yang patut dimiliki oleh
orang lain.
Anak memiliki hak untuk menentukan apa yang baik pada dirinya, sehingga patut diberi
kesempatan untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri atau dipaksa.
Pamong hanya boleh memberikan bantuan apabila anak mengahadapi hambatan yang
cukupberat dan tidak dapat diselesikan. Hal tersebut merupakan cerminan dar semboyan
“tut wuri handayani”.
Berdasarkan Angka Partisipasi Kasar (APK) penyelenggaraan PAUD di Indonesia tahun
2015/2016 oleh Pusat Dta Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud, 2015),
didapatkan informasi bahwa rata-rata APK PAUD di Indonesia adalah 70,06 %. Walaupun
sudah menunjukkan presentase yang cukup memuaskan namun bila dilihat secara partial
masih terdapat sekitar 50 % APK < 65, dan 58,82 % dibawah 70 %. Angka ini
menunjukkan; 30% anak usia dini 0-6 tahun masih belum mendapatkan layanan
pendidikan, dan adanya ketidakmerataan jumlah siswa yang telayani oleh satuan PAUD
dan sejenisnya.

C. Kerangka Berpikir

Pentingnya pelayanan yang terpadu (kesehatan-gizi-psikososialagama-pendidikan)


untuk anak usia lahir-3 tahun. Hal ini sebagai upaya meletakkan dasar-dasar perkembangan
yang baik pada diri anak secara holistik sehingga anak dapat mengenal diri dan
lingkungannya. Semua kegiatan dilaksanakan dengan bermain sambil belajar yang dapat
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta memberikan rasa aman dan menyenangkan
bagi anak. Hakikat PTA adalah TPA sebagai kebutuhan, perizinan TPA, bentuk dan
karakter TPA, penyelenggaraan TPA, menuju TPA masa depan. Tujuan pengelolaan TPA
adalah untuk anak, orang tua, masyarakat. Pendekatan TPA melalui prinsip pendidikan
anak, prinsip perkembangan anak,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Pendidikan

Jenis penelitian ini adalah penelitan kepustakaan (library research). Penelitian


kepustakaan atau kajian literatur merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau secara
kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam tubuh literatur berorientasi
akademik, serta merumuskan kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu.

3.2 Sumber Data Penelitian

Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder. Yang dimana sumber-sumber
penelitian kami diperoleh bukan dari hasil penelitian secara langsung, melainkan diperoleh
dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Sumber data sekunder
yang telah kami gunakan yaitu diperoleh dari jurnal-jurnal yang membahas mengenai
pemecahan masalah.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode dokumentasi (Kualitatif).
Yang dimana metode dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan
mencari data-data literatur yang terkait dengan permasalahan penelitian, dimana penelitian
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Metode penelitian kualitatif ini
bertolak dari data dimana memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas. Data-data
yang telah diperoleh dari berbagai data literatur dikumpulkan menjadi suatu dokumen yang
digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada pada penelitian.
3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, hal ini karena
penelitian tersebut dilakukan secara bertahap. Yang dimana kami mengumpulkan data yang
berupa jurnal-jurnal terlebih dahulu kemudian mereview serta menganalisis jurnal-jurnal
tersebut, sehingga memperoleh hasil dari permasalahan pada penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara mereview dan menganalisis terlebih dahulu jurnal-
jurnal yang akan dikaji untuk dapat memperoleh hasil dari permasalahan pada penelitian.

Anda mungkin juga menyukai