Anda di halaman 1dari 2

Sintikhe Silvia

XII IPS 3/ 14
BAB 4
Sikap Gereja Terhadap Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
A. Hak Asasi Manusia Menurut Alkitab
Dalam injil Matius 22: 34-40 dikisahkan seorang Farisi yang bertanya kepada Yesus
tentang apakah hukum yang paling utama. Yesus menjawab ada dua hukum yang paling
penting dan paling utama, yaitu mengasihi Allah dengan seluruh keberadaan kita dan
mengasihi sesama kita seperti diri sendiri. Dalam 1 Yohanes 2:9 dan 4:20, mengasihi
sesama berarti menunjukkan kepedulian kepada sesama, kesediaan untuk menolong,
bahkan juga berkorban demi orang lain. Dalam Amos 5:21-24, ibadah dan penyembahan
kepada Allah harus berjalan berdampingan dengan kehidupan yang adil dan benar kepada
sesama manusia.
B. Bagaimana Sikap Yesus Menyangkut Politik dan Kekuasaan
Yesus berkata berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib mereka berikan kepada
Kaisar. Artinya, setiap orang harus mempunyai keprihatinan tertentu terhadap
kesejahteraan sosial-politik negaranya dan harus taat sebagai warga negara, sedangkan
pemerintah harus melaksanakan suatu tanggung-jawab yang berasal dari Allah.
C. Gereja, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia
Dalam seluruh hubungan kehidupan manusia dengan sesamanya dan segala
makhluk di dalam seluruh ciptaan manusia mempunyai hak akan masa depan. Sebagai
“gambar Allah” manusia mestinya memiliki martabat yang tinggi dan mulia. Hak-hak asasi
manusia tidak boleh dirampas dan diinjak-injak. Merampas dan menginjak-injak hak-hak
asasi manusia berarti menghina dan melecehkan Sang Penciptanya sendiri. Gereja dan
orang Kristen semestinya tidak hanya menuntut supaya diperlakukan adil, diakui hak-hak
asasinya sebagai manusia, tetapi juga memberlakukan hal yang sama kepada orang lain,
kepada sesamanya.
Politik memiliki pengaruh penting dalam perkembangan demokrasi. Demokrasi
tidak berjalan baik apabila tidak ditunjang oleh terbangunnya politik yang sesuai dengan
prinsip-prinsip demokrasi. Di sini gereja memiliki kepentingan sebagai kontrol terhadap
perwujudan politik dan demokrasi yang menjamin terpenuhinya hak warga masyarakat
sebagai manusia yang memiliki martabat.
D. Sikap Gereja terhadap Demokrasi
Gereja dan umat Kristen harus mendidik warga gereja dan anak-anaknya agar
mereka sadar akan hak, tanggung jawab, dan kewajiban sebagai warga negara. Bersama-
sama dengan orang-orang beragama lain, orang Kristen dapat bekerjasama untuk
membela orang-orang yang kehilangan hak-haknya atau yang ditindas karena dianggap
berbeda dari orang lain.
E. Apa yang Harus Dilakukan?
Ada beberapa pola partisipasi gereja dalam perjuangan demi keadilan dan kebenaran.
Misalnya:
1) Gereja paham bahwa ia mempunyai tugas dan panggilan untuk bersaksi, bersekutu dan
melayani di dalam dunia. Namun, pelayanan gereja hanya terbatas kepada hal-hal yang
karitatif saja, tidak menggali ke akar persoalannya karena berbagai alasan. Mungkin karena
gereja tidak mengerti analisis sosial, atau gereja takut melakukannya apabila di balik
semua itu ada penguasa yang mau berbuat apa saja untuk mempertahankan
kedudukannya.
2) Gereja melakukan pelayanan rohani saja karena untuk pelayanan sosial bukankah sudah
ada Kementerian Sosial dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat? Penyebab utama dari
pemikiran ini adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan yang jasmani, dengan tubuh
manusia dan bukan jiwanya, dianggap remeh, rendah, dan duniawi.
3) Gereja paham akan panggilannya untuk membela orang miskin dan tertindas, tetapi
khawatir karena jumlah orang Kristen sangat sedikit.
4) Gereja terjebak pada praktik-praktik politik praktis. Ketika gereja aktif dalam kegiatan
membela rakyat miskin, gereja malah aktif mendukung partai politik tertentu,
berkampanye untuk calon-calon tertentu. Keadaan seperti ini bisa berbahaya bagi gereja.
Gereja bisa menutup mata ketika pihak yang didukungnya melakukan hal-hal yang negatif,
seperti korupsi, membohongi rakyat dengan janji-janji kosong, atau bahkan merampas
hak-hak rakyat baik secara halus maupun terang-terangan.

Anda mungkin juga menyukai