Anda di halaman 1dari 35

KEPALA DESA KEDUNGPILANG

KABUPATEN BOYOLALI
PROVINSI JAWA TENGAH
PERATURAN DESA KEDUNGPILANG
NOMOR 8 TAHUN 2020
TENTANG
PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA KEDUNGPILANG


Menimbang : a. bahwa desa memiliki kewenangan di bidang
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa;

b. bahwa dalam melaksanakan kewenangan desa di bidang


pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Lembaga
Kemasyarakatan Desa, diperlukan peraturan yang dapat
lebih memberdayakan Lembaga Kemasyarakatan Desa;

c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 94 Undang-Undang


Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Pasal 150
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah Desa
dalam melaksanakan programnya di desa wajib
memberdayakan dan mendayagunakan lembaga
kemasyarakatan yang sudah ada di desa;

d. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16


Tahun 2006 tentang Pembentukan Lembaga
Kemasyarakatan di Desa, sudah tidak sesuai dengan
perkembangan pengaturan tentang Desa;

e. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (3) Peraturan


Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 17 Tahun 2017
tentang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan Desa;
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (3) Peraturan
Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 17 Tahun 2017
tentang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan Desa;

f. bahwa ...
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e,
perlu menetapkan Peraturan Desa tentang
Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan Desa;

Mengingat ###
: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Desa-Desa Kabupaten Dalam Lingkungan
Propinsi Djawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 1950 Nomor 42);

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5717);
7. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Tahun ...

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2014
Nomor 199);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Desa (Lembaran Desa Kabupaten Boyolali Tahun 2016
Nomor 16, Tambahan Lembaran Desa Kabupaten
Boyolali Nomor 183);

9. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 22 Tahun


2016 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Desa
(Lembaran Desa Kabupaten Boyolali Tahun 2016 Nomor
22, Tambahan Lembaran Desa Kabupaten Boyolali
Nomor 189);

10. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 17 Tahun


2017 tentang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan
Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 17
Tahun 2017).

Dengan Persetujuan Bersama


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA KEDUNGPILANG
dan
KEPALA DESA KEDUNGPILANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DESA KEDUNGPILANG TENTANG
PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan:
1.      
Desa
  adalah Desa Kedungpilang
2.      
Kepala
  Desa adalah Kepala Desa Kedungpilang sebagai pejabat pemerintah
desa yang mempunyai wewenang, tugas, dan kewajiban untuk
menyelenggarakan rumah tangga desanya dan melaksanakan tugas dari
pemerintah dan Pemerintah Desa.

3.      
Pemerintah
  Desa adalah Kepala Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Desa dibantu Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.

4.      
Desa
  adalah bagian wilayah dari Kecamatan yang dipimpin oleh Kepala
Desa dan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan prakarsa masyarakat,
Desa adalah bagian wilayah dari Kecamatan yang dipimpin oleh Kepala
Desa dan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal-usul dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Camat ...
5.      
Camat
  adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan
di wilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya
memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati untuk
menangani sebagian urusan otonomi Desa dan menyelenggarakan tugas
umum pemerintahan.

6.      
Bupati
  adalah Bupati Boyolali sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.

7.      
Pemerintahan
  Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

8.      
Badan
  Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan ditetapkan secara demokratis.

9.      
Peraturan
  Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD.

10.   Lembaga
  Kemasyarakatan Desa yang selanjutnya disingkat LKD adalah
lembaga yang ada dan dibentuk oleh Pemerintah Desa dan masyarakat
Desa sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka
mendukung penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

11.   Pemberdayaan
  LKD adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Desa
dan Pemerintah Desa agar LKD menjalankan tugas pokok dan fungsinya
sebagaimana yang diharapkan dalam peraturan perundang-undangan.

12.   Lembaga
  Pemberdayaan Masyarakat Desa yang selanjutnya disingkat
LPMD adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa
masyarakat sebagai mitra Pemerintah Desa dalam menampung aspirasi
serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan.

13.   Rukun
  Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang
dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka
pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Desa.

14.   Rukun
  Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah lembaga yang
dibentuk melalui musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya yang
ditetapkan oleh Pemerintah Desa.

15.   Pos
  Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah salah
satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah salah
satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi.

16. Kader ...


16.   Kader
  Posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu, dan
memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara
sukarela.

17.   Karang
  Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah
dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh,
dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah Desa yang
bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial.

18.     Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Desa yang


untuk selanjutnya disingkat dengan TP PKK adalah fasilitator, perencana,
pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing tingkat
pemerintahan untuk terlaksananya program PKK yang merupakan mitra
kerja pemerintah, dan organisasi kemasyarakatan/lembaga
kemasyarakatan lainnya.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud ditetapkannya Peraturan Desa ini adalah memberikan pedoman bagi
Pemerintahan Desa dalam membentuk dan memberdayakan LKD.

Pasal 3
Tujuan ditetapkannya Peraturan Desa ini adalah terciptanya tertib
pelaksanaan dalam rangka pembentukan dan pemberdayaan LKD.

BAB III
PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI LKD
Bagian Kesatu
Pembentukan
Pasal 4
(1).               
LKD dibentuk   atas prakarsa Pemerintah Desa dan masyarakat Desa.
(2).               
Kepala Desa   karena jabatannya memfasilitasi terbentuknya LKD.
(3).               
Pembentukan   LKD ditetapkan dengan Peraturan Desa.
(4).               
Peraturan  Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sekurang-kurangnya
mengatur:
a.     nama;
 
b.     maksud
  dan tujuan;
kedudukan,
c.         syarat keanggotaan dan susunan kepengurusan;
d.     masa
  bhakti;
e.     tugas,
  fungsi dan kewajiban;
f.      sumber
  pendanaan kegiatan;
g.     pemberhentian
  dan pergantian kepengurusan;
pertanggungjawaban;
h.        dan
pembinaan
i.          dan pengawasan.

(5). Ketentuan ...


(5).               
Ketentuan   lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan LKD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur
dalam Peraturan Bupati.

Bagian Kedua
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 5
(1).               
LKD merupakan   wadah partisipasi masyarakat Desa dan sebagai mitra
Pemerintahan Desa.
(2).               
LKD sebagaimana
  dimaksud pada ayat (1) bertugas:
a.     melakukan
  pemberdayaan masyarakat Desa;
b.     ikut
  serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan; dan
c.      
meningkatkan
  pelayanan masyarakat Desa.
(3).               
Dalam melaksanakan
  tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), LKD
mempunyai fungsi:
a.     menampung
  dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
b.     menanamkan
  dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan
masyarakat;
c.      
meningkatkan
  kualitas dan mempercepat pelayanan Pemerintah Desa
kepada masyarakat Desa;
d.     menyusun
  rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan,
dan mengembangkan hasil pembangunan secara partisipatif;
e.     menumbuhkan,
  mengembangkan dan menggerakkan prakarsa,
partisipasi, swadaya, serta gotong royong masyarakat;
f.      meningkatkan
  kesejahteraan keluarga; dan
g.     meningkatkan
  kualitas sumber daya manusia

Pasal 6
LKD melaksanakan kegiatan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui:
a.     peningkatan
  pelayanan masyarakat;
peningkatan
b.        peran serta masyarakat dalam pembangunan;
pengembanga
c.         pengembangan kemitraan;
d.     pemberdayaan
  masyarakat; dan
e.     pengembangan
  kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
masyarakat setempat.
BAB IV
JENIS LKD
Pasal 7
(1).               
Jenis LKD  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 terdiri dari:
a.     LPMD;
 
b.     RT;
 
RW;
c.        
d.        PKK;
TP
e.     Karang
  Taruna; dan
f. Posyandu.

(2). Pemerintah ...


(2).               
Pemerintah   Desa dan masyarakat dapat membentuk LKD selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB V
LPMD
Bagian Kesatu
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 8
LPMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a berkedudukan di
Desa sebagai mitra Pemerintah Desa dalam aspek perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian pembangunan Desa.

Pasal 9
LPMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 bertugas membantu Pemerintah
Desa dalam hal:
a.     menyusun
  rencana pembangunan secara partisipatif;
b.     menggerakkan
  swadaya gotong royong masyarakat; dan
melaksanakan
c.         dan mengendalikan pembangunan Desa.

Pasal 10
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 LPMD
berfungsi membantu Pemerintah Desa dalam:
a.     penampungan
  dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan;
b.     penanaman
  dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat
dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c.      
peningkatan
  kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat;
d.     penyusunan
  rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-
hasil pembangunan secara partisipatif;
e.     penumbuhkembangan
  dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya
gotong royong masyarakat; dan
f. penggali, pendayagunaan, dan pengembangan potensi sumber daya alam
serta keserasian lingkungan hidup.
penggali, pendayagunaan, dan pengembangan potensi sumber daya alam
serta keserasian lingkungan hidup.

Bagian Kedua
Organisasi
Pasal 11
Organisasi LPMD terdiri dari:
a.     ketua
  sebagai unsur pimpinan;
b.     wakil
  ketua sebagai unsur pembantu pimpinan;
c.      
sekretaris
  sebagai unsur pembantu pimpinan dalam penyelenggaraan
administrasi;
d.     bendahara
  sebagai unsur pembantu pimpinan dalam bidang administrasi
keuangan; dan
e.     seksi-seksi
  sebagai unsur pelaksana.

Bagian Ketiga ...


Bagian Ketiga
Kepengurusan
Pasal 12
Susunan  Pengurus LPMD terdiri dari:
(1).               
a.     ketua;
 
b.     wakil
  ketua;
sekretaris;
c.        
d.     bendahara;
  dan
e.     seksi-seksi.
 
(2).               
Seksi-seksi   sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, dapat terdiri
dari:
a.     seksi
  pembangunan;
b.     seksi
  kesejahteraan rakyat;
seksi
c.         ketenteraman dan ketertiban;
d.     seksi
  pemberdayaan masyarakat;
e.     seksi
  pemuda, olahraga, dan kesenian; dan
f. seksi lainnya sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 13
Jumlah kepengurusan LPMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
disesuaikan dengan kebutuhan.

Bagian Keempat
Persyaratan Pengurus
Pasal 14
Persyaratan
(1).                  menjadi pengurus LPMD adalah:
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
a.     bertakwa
  kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b.     warga
  negara Indonesia;
c.      
setia
  kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
d.     berpendidikan
  serendah-rendahnya sekolah menengah pertama
atau sederajat;
e.     sehat
  jasmani dan rohani;
f.      berkelakuan
  baik;
g.     dapat
  membaca dan menulis;
h.     bertempat
  tinggal di Desa setempat; dan
i.         
bersedia menjadi pengurus.
(2).               
Kepala Desa,   Perangkat Desa dan anggota BPD dilarang merangkap
jabatan menjadi pengurus LPMD.

Bagian Kelima
Mekanisme Pembentukan Pengurus
Pasal 15
(1).   Calon anggota Pengurus LPMD diajukan dari masing-masing dusun
berdasarkan hasil musyawarah mufakat.

(2). Pemilihan ...


(2).   Pemilihan pengurus LPMD dilakukan secara demokratis dengan
mengutamakan musyawarah mufakat;
(3).   Pengurus LPMD ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
(4).   Masa bakti pengurus LPMD ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih
kembali; dan
(5).   Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan musyawarah
desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dalam rangka
pemilihan Pengurus LPMD diatur dalam Peraturan Bupati.

Bagian Keenam
Pemberhentian
Pasal 16
(1).   Pengurus LPMD berhenti karena:
a.     meninggal
  dunia;
b.     atas
  permintaan sendiri; atau
c.      
diberhentikan.
 
(2).   Pengurus LPMD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c karena:
a. tidak memenuhi lagi syarat-syarat menjadi Pengurus LPMD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; atau
b. telah berakhir masa jabatannya.

Bagian Ketujuh
Pergantian Antar Waktu
Pasal 17
(1).   Pengurus LPMD yang berhenti sebelum habis masa jabatannya digantikan
oleh pengurus antar waktu;
(2).   Pengganti pengurus antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditunjuk berdasarkan hasil musyawarah mufakat pengurus LPMD atas
usul dusun setempat;
Pengganti pengurus antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditunjuk berdasarkan hasil musyawarah mufakat pengurus LPMD atas
usul dusun setempat;
(3).   Pemberhentian pengganti pengurus antar waktu pengurus LPMD
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa; dan
(4).   Ketentuan lebih lanjut mengenai musyawarah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB VI
RT
Bagian Kesatu
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 18
(1).   RT berkedudukan di Desa sebagai mitra dalam rangka membina
kerukunan hidup bertetangga yang berdasarkan kegotong-royongan dan
kekeluargaan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada RW.

(2). RT ...
(2).   RT dibentuk dengan ketentuan paling sedikit terdiri dari 20 (dua puluh)
kepala keluarga dan paling banyak terdiri dari 60 (enam puluh) kepala
keluarga.
(3).   Ketentuan jumlah kepala keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dikecualikan berdasarkan pertimbangan Kepala Desa.

Pasal 19
RT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 bertugas membantu Pemerintah
Desa dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan.

Pasal 20
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, RT
mempunyai fungsi:
a.     pendataan
  kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan
lainnya;
b.     pemeliharaan
  keamanan, ketertiban, dan kerukunan hidup antar warga;
c.        
pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan
mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; dan
d.     penggerak
  swadaya gotong-royong dan partisipasi masyarakat di
wilayahnya.

Bagian Kedua
Organisasi
Pasal 21
Organisasi RT terdiri dari unsur pengurus dan unsur anggota.
Bagian Ketiga
Susunan Pengurus
Pasal 22
Susunan Pengurus RT terdiri dari:
a.     ketua;
 
b.     sekretaris;
 
c.        
bendahara; dan
d.     seksi-seksi
  sesuai dengan kebutuhan

Bagian Keempat
Persyaratan Pengurus
Pasal 23
(1).   Persyaratan menjadi pengurus RT adalah:
a.     Warga
  Negara Indonesia;
b.     setia
  kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
c.      
sehat
  jasmani dan rohani;
d.     dapat
  membaca dan menulis;
e. bertempat tinggal di wilayah RT setempat; dan
f. berkelakuan baik.
(2).   Kepala Desa, Perangkat Desa, anggota BPD, dan Ketua RW tidak dapat
menjadi Pengurus RT.
Bagian Kelima ...
Bagian Kelima
Mekanisme Pembentukan Pengurus
Pasal 24
(1).   Pengurus RT dipilih dari dan oleh anggota masyarakat setempat dalam
musyawarah mufakat;
(2).   Pembentukan Pengurus RT difasilitasi oleh Pengurus RW yang membawahi
RT tersebut dan hasilnya dilaporkan kepada Kepala Desa untuk
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa; dan
(3).   Masa bhakti pengurus RT adalah 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
pengangkatan/pelantikan dan dapat dipilih kembali.

Bagian Keenam
Pemberhentian Pengurus
Pasal 25
(1).   Pengurus RT berhenti karena:
a.     meninggal
  dunia;
b.     atas
  permintaan sendiri; dan
c.        
diberhentikan.
(2).   Pengurus RT diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
karena:
a. tidak lagi memenuhi syarat-syarat menjadi Pengurus RT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23; dan
b. telah berakhir masa jabatannya.
Bagian Ketujuh
Pergantian Antar Waktu Pengurus RT
Pasal 26
(1).   Pengurus RT yang berhenti sebelum berakhir masa jabatannya digantikan
oleh anggota RT yang memenuhi persyaratan;
(2).   Pergantian antar waktu Pengurus RT dilakukan melalui musyawarah
mufakat dan hasilnya disampaikan kepada Kepala Desa melalui Pengurus
RW; dan
(3).   Pemberhentian pengurus dan pergantian antar waktu Pengurus RT
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

BAB VII
RW
Bagian Kesatu
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 27
RW berkedudukan di Desa dan sebagai mitra Pemerintah Desa.
Pasal 28
RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 mempunyai tugas membantu
Pemerintah Desa dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan.
Pasal 29 ...
Pasal 29
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 RW
melaksanakan fungsi:
a.     pendataan
  kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan
lainnya;
b.     pemeliharaan
  keamanan, ketertiban, dan kerukunan hidup antar warga;
c.        
pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan
mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; dan
d.     penggerak
  swadaya gotong-royong dan partisipasi masyarakat di
wilayahnya.

Bagian Kedua
Organisasi
Pasal 30
Organisasi RW terdiri dari pengurus dari unsur perwakilan RT.
Bagian Ketiga
Susunan Pengurus
Pasal 31
Pengurus RW terdiri dari:
a.     ketua;
 
b.     sekretaris;
 
c.        
bendahara; dan
d.     beberapa
  seksi sesuai kebutuhan

Bagian Keempat
Persyaratan Pengurus
Pasal 32
(1).   Persyaratan menjadi pengurus RW adalah:
a.     Warga
  Negara Indonesia;
b.     setia
  kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
c.        
sehat jasmani dan rohani;
d.     dapat
  membaca dan menulis; dan
e. bertempat tinggal di RW setempat; dan
f. berkelakuan baik.
(2).   Kepala Desa, Perangkat Desa, dan anggota BPD tidak dapat menjadi
Pengurus RW.

Bagian Kelima
Mekanisme Pembentukan Pengurus
Pasal 33
(1).   Pengurus RW dipilih dari dan oleh perwakilan RT, tokoh masyarakat
melalui musyawarah mufakat; dan
(2).   Hasil pemilihan Pengurus RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

(3). Masa bhakti ...


(3).   Masa bhakti Pengurus RW adalah 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
pengangkatan dan dapat dipilih kembali.

Bagian Keenam
Pemberhentian
Pasal 34
(1).   Pengurus RW berhenti karena:
a.     meninggal
  dunia;
b.     atas
  permintaan sendiri; atau
c.        
diberhentikan.
(2).   Pengurus RW diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena:
a. tidak lagi memenuhi syarat-syarat menjadi Pengurus RW
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32; atau
b. telah berakhir masa jabatannya.

Bagian Ketujuh
Pergantian Antar Waktu
Pasal 35
(1).   Pengurus RW yang berhenti sebelum berakhir masa jabatannya digantikan
oleh anggota RW yang memenuhi persyaratan;
Pengurus RW yang berhenti sebelum berakhir masa jabatannya digantikan
oleh anggota RW yang memenuhi persyaratan;
(2).   Pergantian antar waktu Pengurus RW dilakukan melalui musyawarah
mufakat RW yang hasilnya disampaikan kepada Kepala Desa; dan
(3).   Pemberhentian Pengurus dan pergantian antar waktu Pengurus RW
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

BAB VIII
TP PKK
Bagian Kesatu
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 36
TP PKK berkedudukan di Desa dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam
pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga.

Pasal 37
Tugas TP PKK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 membantu Pemerintah
Desa dalam:
a.     menyusun
  rencana kerja PKK Desa sesuai hasil rapat kerja Desa;
b.     melaksanakan
  kegiatan sesuai jadwal yang disepakati;
c.        
menyuluh dan menggerakkan kelompok-kelompok PKK dusun, RW, RT,
dan dasa wisma agar dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan yang telah
disusun dan disepakati;
d.     menggali,
  menggerakan dan mengembangkan potensi masyarakat
khususnya keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai
dengan kebijakan yang telah ditetapkan;

e. melaksanakan ...
e.     melaksanakan
  kegiatan penyuluhan kepada keluarga-keluarga yang
mencakup kegiatan bimbingan dan motivasi dalam upaya mencapai
keluarga sejahtera;
f.      mengadakan
  pembinaan dan bimbingan mengenai pelaksanaan program
kerja;
g.     berpartisipasi
  dalam pelaksanaan program instansi yang berkaitan dengan
kesejahteraan keluarga di Desa;
h.     membuat
  laporan hasil kegiatan kepada TP PKK Kecamatan dengan
tembusan kepada Ketua Dewan Penyantun TP PKK setempat;
i.       
melaksanakan
  tertib administrasi; dan
j.         
mengadakan konsultasi dengan Ketua Dewan Penyantun TP PKK setempat.
Pasal 38
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, TP PKK
berfungsi membantu Pemerintah Desa dalam:
a.     penyuluh,
  motivator dan penggerak masyarakat agar mau dan mampu
melaksanakan program PKK; dan
b.     fasilitator,
  perencana, pelaksana, pengendali, pembina dan pembimbing
gerakan PKK.
Bagian Kedua
Kepengurusan
Pasal 39
(1).   Susunan Pengurus TP PKK terdiri dari:
a.     ketua;
 
b.     wakil
  ketua;
c.      
sekretaris;
 
d.     bendahara;
  dan
e. kelompok kerja.
(2).   Ketua TP PKK dijabat oleh isteri Kepala Desa;
(3).   Dalam hal Kepala Desa tidak mempunyai isteri atau dijabat oleh seorang
perempuan, maka Kepala Desa menunjuk Ketua TP PKK dari isteri salah
satu perangkat Desa atau tokoh masyarakat; dan
(4).   Kelompok kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi:
a.     kelompok
  kerja I meliputi bidang penghayatan pengamalan pancasila
dan bidang gotong royong;
b.     kelompok
  kerja II meliputi bidang pendidikan, keterampilan, serta
pengembangan kehidupan berkoperasi;
c.        
kelompok kerja III meliputi bidang pangan, sandang, perumahan dan
tata laksana rumah tangga; dan
d.     kelompok
  kerja IV meliputi bidang kesehatan, pelestarian lingkungan
hidup dan perencanaan sehat.

Pasal 40
(1).   Jumlah kepengurusan TP PKK disesuaikan dengan kebutuhan.
(2).   Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan penyelenggaraan
musyawarah Desa dalam rangka pemilihan Pengurus TP PKK diatur dalam
Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga ...
Bagian Ketiga
Persyaratan Pengurus
Pasal 41
Persyaratan menjadi pengurus TP PKK adalah:
a.     Warga
  Negara Indonesia;
b.     setia
  kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
c.        
sehat jasmani dan rohani;
d.     dapat
  membaca dan menulis;
e.     bertempat
  tinggal di Desa setempat; dan
f.      bersedia
  menjadi pengurus.
Bagian Keempat
Mekanisme Pembentukan
Pasal 42
(1).   Calon pengurus TP PKK diajukan dari masing-masing RT dan/atau RW;
(2).   Pemilihan pengurus TP PKK dilakukan secara demokratis dengan
mengutamakan musyawarah mufakat;
Pemilihan pengurus TP PKK dilakukan secara demokratis dengan
mengutamakan musyawarah mufakat;
(3).   Pengurus TP PKK ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa; dan
(4).   Masa bakti pengurus TP PKK ditetapkan 6 (enam) tahun sejak pelantikan
dan dapat dipilih kembali.

Bagian Kelima
Pemberhentian
Pasal 43
(1).   Pengurus TP PKK berhenti karena:
a.     meninggal
  dunia;
b.     atas
  permintaan sendiri; atau
c.      
diberhentikan.
 
(2).   Pengurus TP PKK diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, karena:
a. tidak memenuhi lagi syarat-syarat menjadi Pengurus TP PKK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41; atau
b.     telah
  berakhir masa jabatannya.
Bagian Keenam
Pergantian Antar Waktu
Pasal 44
(1).   Pengurus TP PKK yang berhenti sebelum habis masa jabatannya
digantikan oleh pengurus antar waktu;
(2).   Pengganti antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjuk
berdasarkan hasil musyawarah mufakat pengurus TP PKK; dan
(3).   Pergantian antar waktu pengurus TP PKK ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa.

BAB IX ...
BAB IX
POSYANDU
Pasal 45
Kedudukan Posyandu adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan dan sosial dasar lainnya yang secara kelembagaan dibina
oleh Pemerintah Desa.

Pasal 46
Fungsi Posyandu adalah sebagai berikut:
a.     sebagai
  wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu,
angka kematian bayi, dan angka kematian balita; dan
b.     sebagai
  wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar terutama
berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi,
dan angka kematian balita.
sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar terutama
berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi,
dan angka kematian balita.

Pasal 47
Posyandu dibentuk dengan tata cara sebagai berikut:
a.     menyiapkan
  petugas/aparat yang bersedia dan memiliki kemampuan
mengelola serta membina Posyandu;
b.     mempersiapkan
  masyarakat dan tokoh masyarakat agar bersedia
mendukung penyelenggaraan Posyandu;
c.        
melakukan survei mawas diri guna menimbulkan rasa memiliki
masyarakat melakukan penemuan sendiri masalah yang dihadapi serta
potensi yang dimiliki;
d.     melakukan
  musyawarah Desa;
e.     membentuk
  Posyandu dengan melakukan pemilihan pengurus dan kader;
dan
f.      melakukan
  orientasi pengurus dan pelatihan Kader Posyandu.
Pasal 48
(1).   Struktur organisasi Posyandu ditetapkan dalam musyawarah Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf d;
(2).   Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat fleksibel
dan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan, kondisi, permasalahan dan
kemampuan sumber daya;
(3).   Struktur organisasi Posyandu paling sedikit terdiri dari:
a.     ketua;
 
b.     sekretaris;
 
c.        
bendahara; dan
d.     Kader
  Posyandu merangkap anggota.
(4).   Pengurus dan Kader Posyandu ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 49
Ketentuan lebih lanjut mengenai Posyandu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 dan Pasal 48 diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB X ...
BAB X
KARANG TARUNA
Bagian Kesatu
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 50
Karang Taruna berkedudukan di Desa di dalam wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 51
Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 mempunyai tugas
pokok secara bersama-sama dengan pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten serta masyarakat lainnya menyelenggarakan pembinaan
generasi muda dan kesejahteraan sosial.
Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 mempunyai tugas
pokok secara bersama-sama dengan pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten serta masyarakat lainnya menyelenggarakan pembinaan
generasi muda dan kesejahteraan sosial.

Pasal 52
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51, Karang
Taruna mempunyai fungsi:
a.     mencegah
  timbulnya masalah kesejahteraan sosial, khususnya generasi
muda;
b.     menyelenggarakan
  kesejahteraan sosial meliputi rehabilitasi, perlindungan
sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan diklat setiap anggota
c.      masyarakat
 
meningkatkan terutama generasi produktif;
usaha ekonomi muda;
d.     menumbuhkan,
  memperkuat dan memelihara kesadaran dan tanggung
jawab sosial setiap anggota masyarakat terutama generasi muda untuk
e.     berperan
  secara aktif
menumbuhkan, dalam penyelenggaraan
memperkuat, dan memeliharakesejahteraan
kearifan lokal;sosial;
dan
f.      memelihara
  dan memperkuat semangat kebangsaan, Bhineka Tunggal Ika
dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bagian Kedua
Susunan Pengurus
Pasal 53
(1).   Susunan pengurus Karang Taruna terdiri dari:
a.     ketua;
 
b.     wakil
  ketua;
c.        
sekretaris;
d.     bendahara;
  dan
e.     seksi-seksi
  sesuai kebutuhan.
(2).   Jumlah pengurus Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan kebutuhan.

Bagian Ketiga
Persyaratan Pengurus
Pasal 54
Persyaratan menjadi Pengurus Karang Taruna adalah:
a.     Warga
  Negara Indonesia;
b.     bertaqwa
  kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia ...
c.        
setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945;
d.     memiliki
  pengalaman serta aktif dalam kegiatan Karang Taruna;
e.     memiliki
  pengetahuan dan keterampilan berorganisasi, kemauan dan
kemampuan, pengabdian di kesejahteraan sosial;
f.      berumur
  17 (tujuh belas) tahun sampai dengan 45 (empat puluh lima)
tahun; dan
g.      bertempat
  tinggal di Desa setempat.
Bagian Keempat
Mekanisme Pembentukan Pengurus
Pasal 55
(1).       
Calon  Pengurus Karang Taruna dapat diajukan masing-masing RT
dan/atau RW;
(2).   Pemilihan Pengurus Karang Taruna dilakukan secara demokratis dengan
mengutamakan musyawarah mufakat;
(3).   Pengurus Karang Taruna dipilih, ditetapkan dan disahkan dalam
musyawarah warga Karang Taruna di Desa dan dikukuhkan oleh Kepala
Desa setempat;
(4).   Masa bhakti pengurus Karang Taruna ditetapkan 3 (tiga) tahun dan dapat
dipilih kembali; dan
(5).   Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan penyelenggaraan
musyawarah Desa dalam rangka pemilihan Pengurus Karang Taruna
diatur dalam Peraturan Bupati.

Bagian Kelima
Pemberhentian
Pasal 56
(1).       
Pengurus
  Karang Taruna berhenti karena:
a.     meninggal
  dunia;
b.     atas
  permintaan sendiri; atau
c.      
diberhentikan.
 
(2).   Pengurus Karang Taruna diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, karena:
a.     tidak
  memenuhi lagi syarat-syarat menjadi Pengurus Karang Taruna
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54; dan/atau
b.     telah
  berakhir masa jabatannya.
Bagian Keenam
Pergantian Antar Waktu
Pasal 57
(1).         
Pengurus Karang Taruna yang berhenti sebelum habis masa jabatannya
digantikan oleh pengurus antar waktu;
(2).   Pengganti pengurus antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditunjuk berdasarkan hasil musyawarah mufakat Pengurus Karang
Taruna; dan

(3). Pergantian ...


(3).   Pergantian antar waktu Pengurus Karang Taruna ditetapkan oleh Kepala
Desa.

BAB XI
PEMBERDAYAAN LKD
Pasal 58
(1).         
Pemerintah Desa dan Pemerintah Desa wajib memberdayakan LKD; dan
(2).   Pemberdayaan LKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
meningkatkan kapasitas dan kinerja LKD dalam melakukan
meningkatkan kapasitas dan kinerja LKD dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat Desa, ikut serta merencanakan dan
melaksanakan pembangunan, serta meningkatkan pelayanan masyarakat
desa.
Pasal 59
Pemberdayaan LKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 terdiri dari:
a.     pengembangan
  sumber daya manusia;
b.     penguatan
  organisasi atau kelembagaan; dan
c.        
bantuan pembiayaan
Pasal 60
(1).       Pemerintah Desa dan Pemerintah Desa melaksanakan pengembangan
sumber daya manusia LKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf
a dengan menyelenggarakan kegiatan sosialisasi, pelatihan dan bimbingan
teknis kepada Pengurus LKD;
(2).   Pemerintah Desa melaksanakan penguatan organisasi atau kelembagaan
LKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf b dengan memfasilitasi
dan mendorong Pemerintah Desa untuk mengisi kepengurusan LKD dan
memfasilitasi peningkatan kemampuan dalam pengelolaan administrasi
lembaga serta merintis pembentukan jaringan kerja sama antar LKD di
lingkungan Desa;

(3).   Pemerintah Desa dapat memberikan bantuan pembiayaan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 59 huruf c bagi LKD yang dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
(4).   Pemerintah Desa memberikan bantuan pembiayaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 huruf c bagi LKD yang dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; dan
(5).   Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengembangan sumber
daya manusia dan pemberian bantuan pembiayaan bagi LKD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam Peraturan
Bupati.

BAB XII
PENDANAAN
Pasal 61
Sumber pendanaan LKD meliputi:
a.      swadaya masyarakat;
b.     Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
c.      bantuan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten;
dan/atau
d. bantuan ...
d.     bantuan lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB XIII
HUBUNGAN KERJA
Pasal 62
(1).       Hubungan kerja LKD dengan Pemerintahan Desa bersifat kemitraan,
konsultatif dan koordinatif;
(2).   Hubungan kerja LKD dengan lembaga kemasyarakatan lainnya di Desa
bersifat koordinatif dan konsultatif; dan
(3).   Hubungan kerja LKD dengan pihak ketiga di Desa bersifat kemitraan.
BAB XIV
PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 63
(1).       Pengurus LKD menyampaikan pertanggungjawaban kepada Kepala Desa
setiap tahun anggaran dan setiap berakhirnya masa jabatan; dan
(2).   Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pertanggungjawaban program/kegiatan dan anggaran.

BAB XV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 64
(1).       Pemerintah Desa dan Pemerintah Desa melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap LKD;
(2).   Pembinaan dan pengawasan LKD oleh Pemerintah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.      memberikan pedoman teknis dalam pengembangan LKD;
b.     memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan
partisipatif;
c.      memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan serta
pemberdayaan LKD; dan
d.     memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan LKD.
(3).   Pembinaan dan pengawasan LKD oleh Pemerintah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.      memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan serta
pemberdayaan LKD; dan
b.     memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan LKD.
(4).   Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh Perangkat Desa
yang menangani urusan pemberdayaan masyarakat Desa.

BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 65
(1).       LKD yang sudah ada sebelum berlakunya Peraturan Desa ini sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan Desa ini dinyatakan tetap berlaku
dan diberdayakan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Desa ini.
(2). Kepengurusan ...
(2).   Kepengurusan LKD yang sudah terbentuk sebelum berlakunya Peraturan
Desa ini tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa kepengurusan
selama tidak bertentangan dengan ketentuan Peraturan Desa ini.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 66
Pada saat Peraturan Desa ini mulai berlaku, Peraturan Desa sebelumnya yang
mengatur tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.

Pasal 67
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa.

Ditetapkan di Kedungpilang
pada tanggal 18 Agustus 2020.

KEPALA DESA,

RES HADI JATMOKO

Diundangkan di Desa Kedungpilang


pada tanggal …………………………… 2020

SEKRETARIS DESA KEDUNGPILANG

SUPRIYANTO

LEMBARAN DESA KEDUNGPILANG TAHUN 2020 NOMOR


KEPUTUSAN KEPALA DESA KEDUNGPILANG
NOMOR 86 / 15 TAHUN 2020
TENTANG
PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KEDUNGPILANG
KECAMATAN WONOSAMODRO
KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2020
KEPALA DESA KEDUNGPILANG
Menimbang : a. bahwa desa memiliki kewenangan di bidang
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat
istiadat desa;

b. bahwa dalam melaksanakan kewenangan desa di bidang


pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Lembaga
Kemasyarakatan Desa, diperlukan peraturan yang dapat
lebih memberdayakan Lembaga Kemasyarakatan Desa;

c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (3),


Pasal 17 ayat (3), Pasal 24 ayat (2), Pasal 26 ayat (3), Pasal
33 ayat (2), Pasal 35 ayat (2), ayat (3), Pasal 42 ayat (3),
Pasal 44 ayat (3), Pasal 48 ayat (4), dan Pasal 55 ayat (3)
Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 17 Tahun 2017
tentang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan Desa;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, b dan c, perlu membentuk Lembaga
Kemasyarakatan Desa Kedungpilang Kecamatan
Wonosamodro Kabupaten Boyolali Tahun 2020.

Mengingat : 1.       Undang-Undang


  Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4916);

2.       Undang-Undang
  Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4967);

3.       Undang
  - Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009
tentang Kepemudaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 148);
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009
tentang Kepemudaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 148);
4. Undang - Undang ...
4.       Undang-Undang
  23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali,


terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5.       Undang-Undang
  Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);

6.       Peraturan
  Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
157,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5717);

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 Tahun


2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat
Desa atau Sebutan Lain;

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun


2017 tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2007


tentang Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Operasional
Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2007
tentang Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Operasional
Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu;

10. Peraturan ……

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1


Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (Berita
Negara Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2013);

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007


tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan;

12. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 77 /


Huk / 2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna;

13. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 17 Tahun 2017


tentang Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan Desa
(Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 17 Tahun
2017).

13. Peraturan Desa Kedungpilang Nomor 8 Tahun 2020 tentang


Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan Desa

MEMUTUSKAN
Menetapkan : Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa Kedungpilang
Kecamatan Wonosamodro Kabupaten Boyolali Tahun 2020 dengan
Susunan Organisasi Lembaga Kemasyarakatan Desa Kecamatan
Wonosamodro Kabupaten Boyolali Tahun 2020 sebagaimana tersebut
dalam Lampiran Keputusan ini.

KESATU : Maksud ditetapkannya Peraturan Daerah tersebut adalah memberikan


pedoman bagi Pemerintahan Desa dalam membentuk dan
memberdayakan LKD.

Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah adalah terciptanya tertib


pelaksanaan dalam rangka pembentukan dan pemberdayaan LKD.

1.   LKD
  dibentuk atas prakarsa Pemerintah Desa dan masyarakat Desa;

2.   Kepala
  Desa karena jabatannya memfasilitasi terbentuknya LKD;

3.   Pembentukan
  LKD ditetapkan dengan Peraturan Desa; dan
4.   Peraturan
  Desa sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya
mengatur :
nama;
a.        
b.     
maksud
  dan tujuan;
kedudukan,
c.         syarat keanggotaan dan susunan kepengurusan;

masa
d.        bhakti;
e.     
tugas,
  fungsi dan kewajiban;
sumber
f.          pendanaan kegiatan;
pemberhentian
g.         dan pergantian kepengurusan;
pertanggungjawaban;
h.        dan
pembinaan
i.           dan pengawasan.
Kedudukan …..
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
1.   LKD
  merupakan wadah partisipasi masyarakat Desa dan sebagai
mitra Pemerintahan Desa.
2.   LKD
  sebagaimana dimaksud bertugas:
melakukan
a.         pemberdayaan masyarakat Desa;
b.     
ikut  serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan;
dan
meningkatkan
c.         pelayanan masyarakat Desa.
3.   Dalam
  melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, LKD
mempunyai
menampung
a.         fungsi:
dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
b.     
menanamkan
  dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan
masyarakat;
c.      
meningkatkan
  kualitas dan mempercepat pelayanan Pemerintah
Desa kepada masyarakat Desa;
d.     
menyusun
  rencana, melaksanakan, mengendalikan,
melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan secara
partisipatif;
e.     
menumbuhkan,
  mengembangkan dan menggerakkan prakarsa,
partisipasi, swadaya, serta gotong royong masyarakat;

f.       
meningkatkan
  kesejahteraan keluarga; dan
meningkatkan
g.         kualitas sumber daya manusia.
Jenis LKD
1.   Jenis
  LKD sebagaimana dimaksud terdiri dari:
LPMD;
a.        
RT;
b.       
RW;
c.        
d.     
TP  PKK;
Karang
e.        Taruna; dan
f.       
Posyandu.
 
2.   Pemerintah
  Desa dan masyarakat dapat membentuk LKD Jenis LKD
selain sebagaimana dimaksud di atas sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Lembaga
a.         Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)
LPMD sebagaimana dimaksud berkedudukan di Desa sebagai
mitra Pemerintah Desa dalam aspek perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian pembangunan Desa.
LPMD sebagaimana dimaksud tersebut di atas bertugas
membantu Pemerintah Desa dalam hal:
1).    menyusun
  rencana pembangunan secara partisipatif;
2).    menggerakkan
  swadaya gotong royong masyarakat; dan
3).    melaksanakan
  dan mengendalikan pembangunan Desa.
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud LPMD
berfungsi membantu Pemerintah Desa dalam:
1).    penampungan
  dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam
pembangunan;
2).    penanaman
  dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan
masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3).    peningkatan
  kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah
kepada masyarakat;
4). Penyusunan …..
4).    penyusunan
  rencana, pelaksanaan, pelestarian dan
pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif;

5).    penumbuhkembangan
  dan penggerak prakarsa, partisipasi,
serta swadaya gotong royong masyarakat; dan
6).    penggali,
  pendayagunaan, dan pengembangan potensi
sumber daya alam serta keserasian lingkungan hidup.

Organisasi LPMD dengan Susunan Pengurus terdiri dari:


1).    ketua;
 
2).    wakil
  ketua;
3).    sekretaris;
 
4).    bendahara;
  dan
5).    seksi-seksi.
 
Seksi-seksi sebagaimana dimaksud tersebut di atas, dapat terdiri
dari:
1).    seksi
  pembangunan;
2).    seksi
  kesejahteraan rakyat;
3).    seksi
  ketenteraman dan ketertiban;
4).    seksi
  pemberdayaan masyarakat;
5).    seksi
  pemuda, olahraga, dan kesenian; dan
6).    seksi
  lainnya sesuai dengan kebutuhan.
b.     
Rukun
  Tetangga (RT)
RT berkedudukan di Desa sebagai mitra dalam rangka membina
kerukunan hidup bertetangga yang berdasarkan kegotong-
royongan dan kekeluargaan, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada RW.

RT dibentuk dengan ketentuan paling sedikit terdiri dari 20 (dua


puluh) kepala keluarga dan paling banyak terdiri dari 60 (enam
puluh) kepala keluarga.

Ketentuan jumlah kepala keluarga sebagaimana dimaksud dapat


dikecualikan berdasarkan pertimbangan Kepala Desa.

RT sebagaimana dimaksud dalam bertugas membantu


Pemerintah Desa dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan.
RT sebagaimana dimaksud dalam bertugas membantu
Pemerintah Desa dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan.
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, RT
mempunyai fungsi:
1).    pendataan
  kependudukan dan pelayanan administrasi
pemerintahan lainnya;
2).    pemeliharaan
  keamanan, ketertiban, dan kerukunan hidup
antar warga;
3).    pembuatan
  gagasan dalam pelaksanaan pembangunan
dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni
masyarakat; dan
4).    penggerak
  swadaya gotong-royong dan partisipasi
masyarakat di wilayahnya.
Organisasi RT …..

Organisasi RT terdiri dari unsur pengurus dan unsur anggota,


dengan Susunan Pengurus RT terdiri dari:
1).    ketua;
 
2).    sekretaris;
 
3).    bendahara;
  dan
4).    seksi-seksi
  sesuai dengan kebutuhan.
c.      
Rukun
  Warga (RW)
1).    Pengurus
  RT dipilih dari dan oleh anggota masyarakat
setempat dalam musyawarah mufakat.
2).    Pembentukan
  Pengurus RT difasilitasi oleh Pengurus RW
yang membawahi RT tersebut dan hasilnya dilaporkan
kepada Kepala Desa untuk ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa.
3).    Masa
  bhakti pengurus RT adalah 5 (lima) tahun terhitung
sejak tanggal pengangkatan/pelantikan dan dapat dipilih
kembali.

RW sebagaimana dimaksud mempunyai tugas membantu


Pemerintah Desa dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan.

Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud RW


melaksanakan fungsi:
1).    pendataan
  kependudukan dan pelayanan administrasi
pemerintahan lainnya;
2).    pemeliharaan
  keamanan, ketertiban, dan kerukunan hidup
antar warga;
3).    pembuatan
  gagasan dalam pelaksanaan pembangunan
dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni
masyarakat; dan
4).    penggerak
  swadaya gotong-royong dan partisipasi
masyarakat di wilayahnya.
Organisasi RW terdiri dari pengurus dari unsur perwakilan RT,
dengan Pengurus RW terdiri dari:
1).    ketua;
 
2).    sekretaris;
 
3).    bendahara;
  dan
4).    beberapa
  seksi sesuai kebutuhan.
d.     
Tim  Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
(TP PKK).
TP PKK berkedudukan di Desa dan merupakan mitra Pemerintah
Desa dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan
keluarga.

Tugas TP PKK sebagaimana dimaksud membantu Pemerintah


Desamenyusun
1).     dalam: rencana kerja PKK Desa sesuai hasil rapat kerja
Daerah;
2).    melaksanakan
  kegiatan sesuai jadwal yang disepakati;
3).    menyuluh
  dan menggerakkan kelompok-kelompok PKK
dusun, RW, RT, dan dasa wisma agar dapat mewujudkan
kegiatan-kegiatan yang telah disusun dan disepakati;
4). menggali …..
4).    menggali,
  menggerakan dan mengembangkan potensi
masyarakat khususnya keluarga untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan;
5).    melaksanakan
  kegiatan penyuluhan kepada keluarga-
keluarga yang mencakup kegiatan bimbingan dan motivasi
dalam upaya mencapai keluarga sejahtera;
6).    mengadakan
  pembinaan dan bimbingan mengenai
pelaksanaan program kerja;
7).    berpartisipasi
  dalam pelaksanaan program instansi yang
berkaitan dengan kesejahteraan keluarga di Desa;
8).    membuat
  laporan hasil kegiatan kepada TP PKK Kecamatan
dengan tembusan kepada Ketua Dewan Penyantun TP PKK
setempat;
9).    melaksanakan
  tertib administrasi; dan
10).  mengadakan konsultasi dengan Ketua Dewan Penyantun TP
PKK setempat.
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, TP PKK
berfungsi membantu Pemerintah Desa dalam:
1).    penyuluh,
  motivator dan penggerak masyarakat agar mau
dan mampu melaksanakan program PKK; dan
2).    fasilitator,
  perencana, pelaksana, pengendali, pembina dan
pembimbing gerakan PKK.
Susunan Pengurus TP PKK, dengan susunan terdiri dari:
1).    ketua;
 
2).    wakil
  ketua;
3).    sekretaris;
 
4).    bendahara;
  dan
5).    kelompok
  kerja.
Ketua TP PKK dijabat oleh isteri Kepala Desa.
Dalam hal Kepala Desa tidak mempunyai isteri atau dijabat oleh
seorang perempuan, maka Kepala Desa menunjuk Ketua TP PKK
dari isteri salah satu perangkat Desa atau tokoh masyarakat.
Dalam hal Kepala Desa tidak mempunyai isteri atau dijabat oleh
seorang perempuan, maka Kepala Desa menunjuk Ketua TP PKK
dari isteri salah satu perangkat Desa atau tokoh masyarakat.

Kelompok kerja sebagaimana dimaksud, meliputi:


1).    kelompok
  kerja I meliputi bidang penghayatan pengamalan
pancasila dan bidang gotong royong;
2).    kelompok
  kerja II meliputi bidang pendidikan, keterampilan,
serta pengembangan kehidupan berkoperasi;

3).    kelompok
  kerja III meliputi bidang pangan, sandang,
perumahan dan tata laksana rumah tangga; dan
4).    kelompok
  kerja IV meliputi bidang kesehatan, pelestarian
lingkungan hidup dan perencanaan sehat.

e.     
Karang
  Taruna
Karang Taruna sebagaimana dimaksud mempunyai tugas
pokok secara bersama-sama dengan pemerintah serta
masyarakat lainnya menyelenggarakan pembinaan generasi
muda dan kesejahteraan sosial.
masyarakat ...
masyarakat lainnya menyelenggarakan pembinaan generasi
muda dan kesejahteraan sosial.
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, mempunyai
fungsi:
1).    mencegah
  timbulnya masalah kesejahteraan sosial,
khususnya generasi muda;
2).    menyelenggarakan
  kesejahteraan sosial meliputi rehabilitasi,
perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial
dan diklat setiap anggota masyarakat terutama generasi
muda;
3).    meningkatkan
  usaha ekonomi produktif;
4).    menumbuhkan,
  memperkuat dan memelihara kesadaran
dan tanggung jawab sosial setiap anggota masyarakat
terutama generasi muda untuk berperan secara aktif dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
5).    menumbuhkan,
  memperkuat, dan memelihara kearifan
lokal; dan
6).    memelihara
  dan memperkuat semangat kebangsaan,
Bhineka Tunggal Ika dan tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
a).     
Susunan pengurus Karang Taruna terdiri dari:
(1). Ketua;
 
(2). Wakil
  ketua;
(3). Sekretaris;
 
(4). Bendahara;
  dan
(5). Seksi-seksi
  sesuai kebutuhan.
b).     
Jumlah pengurus Karang Taruna sebagaimana dimaksud
disesuaikan kebutuhan.
Pos  Pelayanan Terpadu (POSYANDU)
f.       
Kedudukan Posyandu adalah sebagai wadah pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan dan sosial dasar lainnya yang
secara kelembagaan dibina oleh Pemerintah Desa.

Fungsi Posyandu adalah sebagai berikut:


1).    sebagai
  wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih
informasi dan keterampilan dari petugas kepada
masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka
mempercepat penurunan angka kematian ibu, angka
kematian bayi, dan angka kematian balita; dan
2).    sebagai
  wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan
dasar terutama berkaitan dengan penurunan angka
kematian ibu, angka kematian bayi, dan angka kematian
balita.

Struktur organisasi Posyandu ditetapkan dalam musyawarah


Desa.
Struktur organisasi sebagaimana dimaksud bersifat fleksibel dan
dapat dikembangkan sesuai kebutuhan, kondisi, permasalahan
dan kemampuan sumber daya.

Struktur ...
Struktur organisasi Posyandu paling sedikit terdiri dari:
1).    Ketua;
 
2).    Sekretaris;
 
3).    Bendahara;
  dan
4).    Kader
  Posyandu merangkap anggota.
Pengurus dan Kader Posyandu ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa.
KEDUA : PEMBERDAYAAN LKD
1.   Pemerintah
  Daerah dan Pemerintah Desa wajib memberdayakan LKD.

2.   Pemberdayaan
  LKD sebagaimana dimaksud bertujuan meningkatkan
kapasitas dan kinerja LKD dalam melakukan pemberdayaan
masyarakat Desa, ikut serta merencanakan dan melaksanakan
pembangunan, serta meningkatkan pelayanan masyarakat desa.

Pemberdayaan LKD sebagaimana dimaksud, terdiri dari:


1.   pengembangan
  sumber daya manusia;
2.   penguatan
  organisasi atau kelembagaan; dan
3.   bantuan
  pembiayaan.
Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa melaksanakan pengembangan
sumber daya manusia LKD sebagaimana dimaksud menyelenggarakan
kegiatan sosialisasi, pelatihan dan bimbingan teknis kepada Pengurus
LKD.

Pemerintah Daerah melaksanakan penguatan organisasi atau


kelembagaan LKD sebagaimana dimaksud memfasilitasi dan mendorong
Pemerintah Desa untuk mengisi kepengurusan LKD dan memfasilitasi
peningkatan kemampuan dalam pengelolaan administrasi lembaga serta
merintis pembentukan jaringan kerja sama antar LKD di lingkungan
Pemerintah Daerah melaksanakan penguatan organisasi atau
kelembagaan LKD sebagaimana dimaksud memfasilitasi dan mendorong
Pemerintah Desa untuk mengisi kepengurusan LKD dan memfasilitasi
peningkatan kemampuan dalam pengelolaan administrasi lembaga serta
merintis pembentukan jaringan kerja sama antar LKD di lingkungan
Daerah.

Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan pembiayaan


sebagaimana dimaksud bagi LKD adalah yang dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pemerintah Desa memberikan bantuan pembiayaan sebagaimana


dimaksud bagi LKD adalah yang dialokasikan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengembangan sumber


daya manusia dan pemberian bantuan pembiayaan bagi LKD diatur
dalam Peraturan Bupati.

KETIGA : Sumber pendanaan LKD meliputi:


1.   swadaya
  masyarakat;
2.   Anggaran
  Pendapatan dan Belanja Desa;
3.   bantuan
  pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten; dan/atau
4.   bantuan
  lain yang sah dan tidak mengikat.
KEEMPAT ...

KEEMPAT : 1.   Hubungan
  kerja LKD dengan Pemerintahan Desa bersifat kemitraan,
konsultatif dan koordinatif.
2.   Hubungan
  kerja LKD dengan lembaga kemasyarakatan lainnya di
Desa bersifat koordinatif dan konsultatif.
3.   Hubungan
  kerja LKD dengan pihak ketiga di Desa bersifat kemitraan.

KELIMA : 1.   Pengurus
  LKD menyampaikan pertanggungjawaban kepada Kepala
Desa setiap tahun anggaran dan setiap berakhirnya masa jabatan.

2.   Pertanggungjawaban
  sebagaimana dimaksud meliputi
pertanggungjawaban program/kegiatan dan anggaran.
KEENAM : 1.   Pemerintah
  Daerah dan Pemerintah Desa melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap LKD.
2.   Pembinaan
  dan pengawasan LKD oleh Pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud, meliputi:
a.        
memberikan pedoman teknis dalam pengembangan LKD;
b.       
memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan
partisipatif;
c.        
memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan
serta pemberdayaan LKD; dan
d.       
memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan LKD.

3.   Pembinaan
  dan pengawasan LKD oleh Pemerintah Desa
sebagaimana dimaksud, meliputi:
Pembinaan dan pengawasan LKD oleh Pemerintah Desa
sebagaimana dimaksud, meliputi:
a.        
memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan
serta pemberdayaan LKD; dan
b.       
memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan LKD.

KETUJUH : Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan, dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Kedungpilang
Pada tanggal : 15 September 2020.
KEPALA DESA KEDUNGPILANG

RES HADI JATMOKO

TEMBUSAN : Disampaikan Kepada Yth. :


1. Bupati Boyolali (sebagai laporan)
2. Assisten I SETDA Kab. Boyolali;
3. Kepala Dispermades Kab. Boyolali;
4. Camat Wonosamodro;
5. Pertinggal.
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA DESA KEDUNGPILANG WONOSAMODRO TENTANG LEMBAGA
KEMASYARAKATAN DESA KEDUNGPILANG KECAMATAN WONOSAMODRO
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2020

NOMOR : 86 / 15 TAHUN 2020


TANGGAL : 15 SEPTEMBER 2020
SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KEDUNGPILANG
KECAMATAN WONOSAMODRO
KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2020

POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU)

No. Nama Alamat Pekerjaan Jabatan Dalam Organisasi


1 SUMINI Kedungbulu, RT 005 RW 003 Petani Ketua
2 Dra. FIRKOH Kedungbulu, RT 005 RW 003 Wiraswasta Sekretaris
3 ENDAH WULANDARI Kedungpilang, RT 005 RW 001 Perangkat Desa Bendahara
4 FIKRIYAH         Kedung padas RT 003 RW 004 Pengurus Rumah tangga Kader Posyandu Merangkap Anggota
5 SITI SAROH Kedung padas RT 002 RW 004 Pengurus Rumah tangga Kader Posyandu Merangkap Anggota
6 ISTIKOMAH Kedung padas RT 006 RW 004 Petani Kader Posyandu Merangkap Anggota
7 JAMINGATUR ROHMAH Kedung padas RT 006 RW 004 Pengurus Rumah tangga Kader Posyandu Merangkap Anggota
8 WIWIK ASTUTI Kunciombo RT 001 RW 003 Pengurus Rumah tangga Kader Posyandu Merangkap Anggota
9 SUPARMI Kedungbulu, RT 005 RW 003 Petani Kader Posyandu Merangkap Anggota
10 SITI NURHIDAYANTI Kunciombo RT 001 RW 003 Pengurus Rumah tangga Kader Posyandu Merangkap Anggota
11 SITI KAYATI Kunciombo RT 003 RW 003 Pengurus Rumah tangga Kader Posyandu Merangkap Anggota
12 TURINAH Kedungpilang, RT 005 RW 001 Petani Kader Posyandu Merangkap Anggota
13 SITI WIJAYANTI Kedungpilang, RT 003 RW 001 Pengurus Rumah tangga Kader Posyandu Merangkap Anggota
14 SITI MUNAWAROH Kedungpilang, RT 001 RW 001 Pengurus Rumah tangga Kader Posyandu Merangkap Anggota
15 SUMIYATUN Gambir, RT 003 RW 002 Petani Kader Posyandu Merangkap Anggota

KEPALA DESA KEDUNGPILANG


RES HADI JATMOKO

Anda mungkin juga menyukai