Anda di halaman 1dari 6

III.

PEMBAHASAN

Gambar(?). Sketsa Kerangka Dasar dan Titik Detail

Diawal pemetaan, sangat diperlukan perencanaan yang matang dengan tujuan


agar dalam proses pemetaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien, selain itu juga agar
hasil yang didapatkan juga akurat dan maksimal. Kami telah merancang perencanaan
pemetaan, seperti yang terlihat pada gambar(?). Kami merenakan pemetaan disekitar
Gedung geomatika, DKV, hingga ke ITS Research Center.
Dalam perencanaan pemetaan yang telah dibuat, kami membuat kerangka dasar
pemetaan yang dimulai dari lapangan PWK sebagai Benchmark (BM) lalu diikuti dengan
penandaan beberapa titik menggunakan patok seperti yang terlihat pada gambar(?).
Dalam proses pembuatan kerangka dasar pemetaan, harus memerhatikan beberapa
hal, diantaranya kerangka dasar tidak boleh memotong bangunan/gedung, memungkinkan
untuk dilakukannya pengukuran dan pembacaan di wiliyah yang ditandai dengan patok
(jika sewatku pembacaan rambu ukur, terhalang oleh pohon/benda apapun, maka patok
harus digeser/ dipindahkan ke tempat yang lebih memungkinkan untuk dilakukannya
pembacaan), dan yang terakhir jarak satu patok dengan patok yang lain harus berada pada
jarak optimal yakni <200M agar pembacaan rambu ukur lebih optimal.
Setelah menentukan kerangka dasar yang diinginkan, maka selanjutnya ialah
menentukan objek-objek (kantin, gedung, lapangan,dll) yang nantinya akan ditentukan
pula titik detail dari setiap objek yang telah ditentukan. Dalam menentukan atau membuat
titik detail juga harus memerhatikan beberapa hal, diantaranya pengukuran titik detail
harus dimulai dari kerangka dasar terdekat, yang nantinya akan dilakukan pembacaan
kebelakang dan kemuka. Contoh, jika ingin membidik salah satu sudut bangunan
Geomatika (X) pada gambar(?), maka harus dibidik dari kerangka dasar terdekat yang
telah dibuat dibuat sebelumnya, hal yang harus diperhatikan selanjutnya ialah, apabila
terdapat sisi bangunan yang tidak bisa dijangkau atau jaraknya terlalu jauh dari kerangka
dasar, maka bisa dibuat titik bantu yang letaknya bisa dimana saja selama masih bisa
dijangkau oleh kerangka dasar, yang nantinya bertujuan agar memudahkan dalam
mencapai sisi bangunan yang tidak terjangkau sebelumnya, seperti contoh: pada
bangunan geofisika (Y), jarak kerangka dasar terlalu jauh untuk membidik ke dua sisi
bangunan, maka dibuatlah titik bantu yang dikontrol melalui kerangka dasar terdekat.
Dan hal terlakhir yang perlu diperhatikan, jika terdapat bangunan yang masih tidak
memungkinan untuk dibidik dengan bantuan satu titik bantu, maka bisa menambahkan
titik bantu lain yang nantinya titik bantu baru akan terkontrol oleh titik bantu sebelumnya
seperti pada salah satu contoh titik bantu yang ditunjukkan oleh panah “z” pada
gambar(?), dapat dilihat bahwa titik bantu tersebut sengaja dibuat agar dapat menjangkau
sisi-sisi bangunan yang sangat sulit dijangkau dengan memerhatikan control dari titik
bantu sebelumnya.
Dalam proses pengkuran, perlu perhatikan bahwa diawal pengukuran kerangka
dasar, kita sudah harus mengetahui 1 koordinat pasti dari BM yang sudah ditentukan, bisa
melalui GPS atau Google Map dan juga mengetahui Azimuth(α ¿¿ a 1)¿, yang
selanjutnya kita harus mengukur jarak dari BM ke A1, bisa dengan menggunakan roll
meter ataupun dengan pembacaan benang atas (BA) dan benang bawah (BB) seperti pada
rumus berikut.
d = (BA – BB ) x 100

Dimana :

d    =  jarak ( m )

BA = Benang atas

BB = Benang bawah

Setelah kita mengetahui koordinat awal ( x ¿ ¿ a , y a) ¿, Azimuth(α ¿¿ a 1)¿ dan mengukur


jarak (d ¿¿ a 1)¿, maka selanjutnya kita dapat menghitung koordinat a 1 ( x ¿ ¿ 1 , y 1 )¿
dengan menggunakan rumus :

Ini berlaku untuk semua titik yang ada pada kerangka dasar ataupun pada titik detail.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan ialah jika dalam pengukuran nantinya terdapat beda
tinggi, maka dilakukan dengan menggunakan Theodolite melalui pengukuran tachimetry.
Jika data-data yang dibutuhkan sudah terpenuhi seperti jarak datar (DD), jarak vertical
(DV), tinggi alat (TA), dan benang tengah (BT), maka bisa digunakan rumus :
Jika ingin mengetahui kontur di wilayah tersebut, sangat disayangankan bahwa objek
yang kami petekan belum cukup banyak untuk bisa dijadikan kontur, namun perlu
diingat, garis kontur adalah garis yang menghubungkan lokasi-lokasi berbeda yang
berada pada ketinggian yang sama. Jika dua lokasi dihubungkan oleh garis kontur yang
sama, maka dapat dipastikan kedua lokasi tersebut memiliki ketinggian yang sama. Maka
dari itu dibutuhkan cukup titik untuk mewakili daera-daerah yang memiliki ketinggian
yang sama. Dan ketinggian tersebut sangat erat kaitannya dengan beda tinggi yang telah
di bahas sebelumnya,
IV. PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada perencanaan pemetaan yang telah dibuat, tim kami memilih lokasi di
Wilayah Gedung Geomatika ITS dan sekitarnya dengan menentukan kerangka dasar
pemetaan, titik detail, dan kontur. Sangat disayangkan perencanaan pemetaan kontur
belum dapat dilakukan karena masih meninjau beberapa aspek, namun dengan
memerhatikan beberapa hal, seperti metode pengukuran, aspek-aspek penting dalam
menentukan kerangka dasar dan titik detail, dan juga perhitungan dalam perencenaan
pemetaaan wilayah Gedung Geomatika ITS dan sekitarnya, maka akhirnya
perencanaan pemetaan pun telah selesai dilakukan.

B. DAFTAR PUSTAKA

1. https://insanpelajar.com/garis-kontur/
2. https://grandlindo.wordpress.com/2009/09/22/pengukuran-jarak-dan-beda-tinggi-
secara-optis/
3. https://docplayer.info/60170367-Laporan-praktikum-pemetaan-digital.html
4. https://www.academia.edu/33091081/Tachymetri_KITA

Anda mungkin juga menyukai