Anda di halaman 1dari 52

PENDAHULUAN

Modul Praktik Peralatan Survey terdiri dari 7 materi yang terdiri dari 11 kali
pertemuan dan 1 kali responsi. Susunan pelaksanaan praktik diatur sebagai berikut:
1. Pengenalan Alat dan Pengaturan Theodolit (2x pertemuan)
2. Pembacaan Lingkaran dan Kesalahan Garis Bidik Theodolit (1x pertemuan)
3. Pembacaan Rambu Ukur (1x pertemuan)
4. Pengenalan Alat dan Memeriksa Kesalahan Waterpass (1x pertemuan)
5. Pengenalan Alat dan Operasi Dasar Total Station (3x pertemuan)
6. Pengenalan Alat dan Operasi Dasar Handheld GPS (1x pertemuan)
7. Pengenalan Alat dan Operasi Dasar Rover GNSS CORS (2x pertemuan)
8. Responsi (1x pertemuan)

Praktik Peralatan Survey wajib diikuti oleh taruna Prodi DI PPK di Semester
Gasal. Penyelenggaraan praktik diatur oleh Koordinator Instruktur yang langsung
diampu oleh dosen mata kuliah Ilmu Ukur Tanah. Waktu praktik secara periodik
terjadwal sekali seminggu selama 11 kali pertemuan. Namun demikian, bila kesiapan
alat dan bahan belum memadai, penyelenggaraannya dapat disesuaikan. Peralatan
praktik dipinjam dari Pelayanan Laboratorium Ukur Tanah yang mekanisme
pelaksanaannya berkoordinasi dengan Kepala Unit Penunjang Akademik
Laboratorium dan mengikuti peraturan yang berlaku. Peralatan yang perlu dipinjam
untuk setiap acara tercantum dalam Panduan Praktek ini. Penilaian hasil-hasil praktik
menjadi bagian penting dari akhir acara.

Setiap acara dipraktikkan secara hirarkhis karena acara yang lebih dahulu
merupakan dasar bagi acara berikutnya. Di bagian akhir akan dilakukan responsi yang
dijadwalkan oleh Instruktur Praktik. Nilai responsi dipadukan dengan nilai keaktifan
lapangan, dengan bobot tertentu, akan dipadukan dengan nilai ujian yang lain,
hasilnya menjadi nilai akhir.

---vTv---

1
Praktik Peralatan Survey

Acara 1: Pengenalan Alat dan Pengaturan Theodolit


Waktu: ………………………………………….
Tempat: …………………………………………

A. Kompetensi Dasar

Praktikan mampu mengenal bagian-bagian theodolit dan fungsinya, mampu


melakukan set up theodolit, dan membidik titik target (pointing).

B. Alat dan Bahan

1. Theodolit dan Statif (1)


2. Payung (1)
3. Paku payung (1)
4. Papan tulis lapangan (field-board) dan Alat tulis

C. Pengenalan Alat Ukur Sudut Theodolit

Fungsi utama theodolit adalah untuk mengukur sudut, baik sudut horisontal
maupun sudut vertikal. Di samping untuk mengukur sudut, dengan bantuan peralatan
tertentu dapat juga digunakan untuk mengukur jarak dan beda tinggi.

Umumnya theodolit mempunyai tipe sepasang sumbu (double axis) yang


terdiri atas dua lempengan, atas dan bawah, dan masing-masing berputar pada sumbu
I (Gb-1.1). Setiap lempengan dilengkapi dengan klem dan penggerak halus. Klem
bagian bawah mengunci putaran lempengan bawah, sementara klem bagian atas
mengunci kedua lempengan itu. Penggerak halus digunakan untuk penepatan bidikan
ke target (pointing).

Theodolit analog mempunyai bacaan terkecil (least count) yang dapat diamati
langsung sebesar 20”, 10”, 6”, 5”, 3”, 2” atau 1”. Pada model terdahulu digunakan
sistem pembacaan analog, baik secara langsung dengan melihat piringan, maupun
dengan mikrometer. Pada theodolit model terbaru (elektronik) digunakan pembacaan
digital. Theodolit elektronik mempunyai bacaan terkecil 20”, 10”, 5” atau 1”.
Tampilannya menggunakan layar LCD, dan dilengkapi kemampuan tombol fasilitas
‘menahan’ dan ‘set’ bacaan piringan horisontal sesuai yang diinginkan pengamat.
2
Umumnya, theodolit elektronik semakin mudah digunakan, hasil ukurannya
disajikan lebih cepat dan mampu mengubah putaran bacaan horisontal berlawanan
arah jarum jam, mampu mengeset nol dengan menekan tombol yang disediakan.
Beberapa dilengkapi fasilitas kompensasi elektronis untuk pengaturan kemiringan
sumbu I.

Dalam menjelaskan bagian-bagian theodolit, dipakai tipe theodolit analog


karena dapat diterangkan dengan lebih lengkap setiap bagiannya. Setiap bagian diberi
angka dalam kurung sebagai petunjuk (Gb-1.1).

Gb-1.1 Theodolit analog Wild T2 dan bagian-bagiannya

Keterangan Gb-1.1:
1. Teropong sentering optik (Optical plummet).
2. Tribrach.
3. Cermin pemantul cahaya untuk bacaan lingkaran horisontal.
4. Titik penumpu. Ketika alat diletakkan dalam boks, alat ditumpu oleh
titik ini.
3
5. Klem horisontal.
6. Skrup pemutar horisontal.
7. Vizier optik, dilengkapi titik untuk sentering di bawah atap.
8. Klem vertikal.
9. Cermin pemantul cahaya untuk bacaan lingkaran vertikal.
10. Lensa objektif.
11. Jepitan pengaman untuk pegangan-pembawa.
12. Pegangan-pembawa.
13. Skrup pengunci untuk pegangan-pembawa.
14. Pengungkit untuk pencahayaan. Jika digunakan cahaya elektrik, pengungkit
ini digerakkan ke arah lensa objektif sampai terhenti.
15. Kenop mikrometer.
16. Lengan-putar pemfokusan objek bidikan.
17. Cincin bayonet, eyepiece terkunci di dalamnya.
18. Eyepiece mikroskop bacaan.
19. Eyepiece teropong dengan lensa dioptrik (lensa okuler).
20. Kenop pemilihan horisontal atau vertikal.
21. Pendatar pelat, atau nivo tabung.
22. Skrup pemutar horisontal.
23. Penutup untuk kenop pemutar lingkaran.
24. Nivo kotak.
25. Kenop pengunci swivel.
26. Sekrup kaki-kaki.
27. Pelat dasar.
28. Pelat lentur.

4
(a) Bagian dasar alat (Tribrach)

Tribrach [2] lihat Gb-1.1 dan Gb-1.2, merupakan bagian dasar instrumen
yang bisa dilepaskan dengan bagian theodolit lainnya, terdiri atas: tiga skrup kaki
[26] atau sering dikenal sekrup ABC yang berguna untuk membuat sumbu I
(standing axis) vertikal, dan optical plummet [1] untuk sentering terhadap titik di
permukaan tanah. Pelat dasar [27] mempunyai baut yang cocok dengan jenis
statifnya. Pelat lentur [28] menekan kaki tiga pada pelat dasar. Selain itu terdapat
pula nivo kotak [24] yang digunakan untuk pendekatan leveling, dan bersama-sama
optical plummet [1] digunakan untuk centring tribrach jika instrumen tidak
dipasang. Instrumen-theodolit dapat dipasang/dilepaskan dengan tribrach dengan
kenop pengunci swivel [25] sehingga dapat ditukar peralatan lainnya secara tepat,
cara ini disebut sentering paksa (forced centring).

Gb-1.2 Tribrach (merk Wild)

(b) Bagian bawah

Bagian bawah terdiri atas roda-roda sentring (centring flange), sistem sumbu
satu, piringan horisontal, dan bagian-bagian penghubung. Skrup sumbu
dihubungkan dengan tribrach oleh centring flange. Lingkaran horisontal terdiri
atas dua piringan: bagian bawah dan bagian atas. Pada piringan bawah terdapat
skala utama, dan pada piringan atas terdapat verniers. Lingkaran dapat diputar
dengan kenop pemutar yang terlindungi [23] atau biasa disebut limbus. Cermin [3]
meneruskan sinar ke lingkaran horisontal ini. Jika digunakan penyinaran elektrik,
cermin ini harus digantikan, dan soket yang ada di sebelah kiri cermin harus
dihubungkan dengan boks baterai.

5
(c) Bagian atas (Alidade)

Alidade merupakan bagian atas instrumen yang dapat diputar mengelilingi


sumbu I. Teropong dan mikroskop bacaan dihubungkan tilting axis (sumbu II) di
antara dua penyangga. Nivo tabung (plate level) [21] digunakan untuk leveling up.
Bagian kiri penyangga terdapat cermin cahaya [9], di dalamnya terdapat lingkaran
vertikal dan indeks bacaan. Pada bagian kanan penyanggga terdapat kenop pemutar
mikrometer [15] dan kenop pemilih bacaan lingkaran [20]. Jika garis merah pada
kenop pemilih menunjukkan horisontal, lingkaran horisontal yang terlihat dan
dibaca dengan mikroskop pembacaan [18]. Jika garis merah pada kenop pemilih
menunjukkan vertikal, lingkaran vertikal yang terlihat. Putar eyepiece mikroskop
pembacaan [18] untuk memperjelas bacaan piringan. Klem horisontal dan
penggerak halusnya [5,22] dan klem vertikal dan penggerak halusnya [8,6]
digunakan untuk menepatkan bidikan teropong ke target. Bacaan putaran lingkaran
vertikal berkisar 0(zenith) sampai dengan 360 (kembali ke zenith).

Bagian paling atas terdapat pegangan-pembawa [12] yang dapat diganti


dengan instrumen pelengkap lain, misalnya EDM. Penggantiannya dengan cara
mengendurkan skrup pengunci untuk pegangan-pembawa [13], pemasangan EDM
dengan menekan-lepaskan jepitan pengaman [11].

(d) Teropong (teleskop)

Teropong dapat diputar dalam dua arah, ke kanan dan ke kiri, ke atas dan
ke bawah. Eyepiece [19] dapat diputar untuk memperjelas benang stadia atau
benang silang (Gb-1.3). Terdapat skala dioptrik untuk penyesuaian mata pengamat.
Dengan memutar bayonet ring (skrup koreksi diafragma) [17], kedudukan garis
bidik di dalam teropong dapat diatur. Terdapat vizier (optical sight) [7] yang
digunakan untuk membidik target secara pendekatan. Benang stadia mempunyai
faktor pengali sebesar 100 kali, angka ini berfungsi pada penghitungan jarak secara
optis. Target bidikan teropong dapat difokuskan dengan ronsel pemfokusan objek
[16]. Untuk eyepiece standar, perbesaran teropong sebesar 30 kali. Secara umum,
perbesaran berkisar 15 - 30 kali.

6
Gb-1.3 Benang stadia

Kelengkapan lain dari instrumen adalah boks, ada yang terbuat dari metal atau
terbuat dari fiber. Perlu diketahui, beberapa istilah menunjukkan hal yang sama,
antara lain: 1) statif = tripod = kaki tiga; 2) boks = kontainer; 3) axis = sumbu; 4)
sumbu II = trunnion axis = transverse axis; 5) sumbu I = standing axis; 6) nivo
kotak = circular level; 7) nivo tabung = plate level.

D. Set Up Theodolit

Mengeset theodolit bergantung pada kebutuhannya, misalnya mengeset


untuk pekerjaan koreksi alat atau latihan mengukur, cukup dengan leveling up.
Tetapi jika theodolit akan digunakan untuk mengukur sudut dan jarak di lapangan
untuk keperluan pemetaan, perlu dilakukan centring pada titik tempat theodolit
berdiri.
Dengan demikian, definisi dari leveling up adalah prosedur membuat sumbu
I dalam kedudukan vertikal di sembarang titik, sedangkan centring adalah proses
membuat sumbu I benar-benar vertikal tepat melalui titik pengamat.

(a) Leveling up

Telah disampaikan bahwa leveling up adalah prosedur membuat sumbu I


benar-benar vertikal. Prosesnya menggunakan skrup ABC dan mengamati nivo.
Prosedur ini harus dilaksanakan dengan penuh kehati-hatian. Hendaknya
pengamat selalu mengecek kondisi leveling up ini, tidak hanya di awal
pengamatan tetapi juga selama rentang waktu pengamatan.

Penyimpangan sumbu I akan menyebabkan miringnya piringan horisontal


dari kedudukan horisontalnya, sehingga pengukuran sudut horisontal akan
salah. Penyimpangan sumbu I berakibat pula pada penyimpangan sumbu II,
7
yang berarti kedudukan piringan vertikal menyimpang dari arah vertikal,
sehingga pengukuran sudut vertikal akan salah pula. Penyimpangan ini tetap
ada meskipun kedudukan teropong diputarbalikkan dari kedudukan BIASA
menjadi LUAR BIASA. Dengan kata lain, kesalahan ini tidak dapat terkoreksi
dengan cara pengamatan BIASA dan LUAR BIASA. Dengan demikian,
MENGATUR SUMBU I BETUL-BETUL VERTIKAL MERUPAKAN
HAL YANG MUTLAK HARUS DILAKUKAN AGAR PENGUKURAN
BISA AKURAT.

C C

A B A B

(a) (b)

Gb-1.4 Proses leveling up

Tahapan leveling up sebagai berikut:


1. Buat kedudukan nivo tabung [21] sejajar dengan skrup AB (Gb-1.4a);
2. Tengahkan gelembung nivonya dengan cara memutar secara serentak sekrup
A dan B dengan arah berlawanan (ke arah dalam atau keluar);
3. Putar kedudukan nivo tabung 90(siku-siku) dengan perkiraan. Tengahkan
gelembung nivonya dengan hanya memutar sekrup C (Gb-1.4b);
4. Putar nivo pada sembarang posisi, jika gelembung nivo selalu di tangah-
tengah, leveling telah berhasil. Jika belum, ulangi tahap 1 - 4.

(b) Centring

Tingkat kehati-hatian dalam centring sangat dituntut. Centring haruslah


tepat pada ‘titik’ di bawah theodolit. Toleransi centring sebesar 0,5 mm.
Kecepatan centring bergantung pada keterampilan pengukurnya, kondisi
medan, dan cuaca.

8
Adapun tahapan centring optis sebagai berikut:
1. Pasang patok di tempat yang aman, beri tanda silang atau tanda titik di
bagian tengahnya. Atau bisa ditancapkan paku seng jika pada permukaan
yang keras.
2. Dirikan statif di atas titik, buka klem-klem ketiga kakinya, tarik kaki statif
sedemikian hingga panjangnya kurang lebih setinggi dada atas, lalu
kencangkan secukupnya klem-klem statif. Tengok titik di tanah dari lubang
kepala statif, titik harus di bawah lubang kepala statif itu.
3. Pasang theodolit di atas statif, skrupkan dengan tidak terlalu kencang antara
statif - theodolit.
4. Putar skrup-skrup ABC [26] sehingga ketiganya berkedudukan ‘normal’
atau di tengah-tengah.
5. Lihat ke dalam teropong centring, titik di bawah theodolit harus terlihat
jelas, demikian juga tanda centring-nya. Jika kurang jelas, putar skrup-
skrup penjelasnya.
6. Angkat 2 kaki statif sambil mata melihat ke dalam teropong centring [1],
tepatkan ‘indeks centring’ pada ‘titik di tanah’.
7. Tancapkan ketiga kaki statif dengan menginjak bagian bawah sehingga
statif berdiri kokoh.
8. Dengan mata melihat ke dalam teropong centring, himpitkan kembali
‘indeks centring’ dengan ‘titik di tanah’ dengan memutar skrup ABC.
9. Amati nivo kotaknya [24], tengahkan gelembungnya dengan
memanjangpendekkan 2 kaki statif. Oleh karena itu, perlu dipilih skrup
kaki statif mana yang dikendorkan untuk menaikkan atau menurunkan kaki
statif. Agar efektif pergeseran gelembung nivonya, pilihlah skrup yang
sejajar dengan pergerakan yang diinginkan gelembung nivo - tengah nivo.
10. Jika gelembung nivo kotak sudah tepat di tengah, amati nivo tabung dan
tengahkan gelembungnya dengan menggunakan sekrup ABC dengan
metode “penyikuan”, kemudian putar pada sembarang posisi. (Lihat cara
leveling up).
11. Amati indeks centring melalui optical plummet [1], apakah masih berhimpit
dengan titik di tanah? Jika ya, maka theodolit siap digunakan. Jika belum,
himpitkan lagi dengan cara membuka skrup statif-theodolit lalu GESER
theodolit dengan sangat hati-hati sambil mata mengamati titik melalui
9
optical plummet.
12. Amati nivo tabungnya, jika bergeser tengahkan dengan cara seperti pada
tahap 10.

E. Pointing (Pembidikan Titik Target)

Pointing adalah tindakan mengarahkan garis bidik teropong ke titik target.


Tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Setelah theodolit leveling/centring dan benang silang telah terfokus secara


benar (hitam-jelas), teropong diarahkan ke titik target. Pertama, kendorkan
klem horisontal dan klem vertikal.
2. Dengan memegangi teropong, arahkan teropong ke titik target dengan bantuan
visir hingga bidikan mendekati target.
3. Lihat ke dalam teropong, kemudian titik target difokuskan, kencangkan klem
horisontal dan klem vertikal. Perlu menjadi perhatian, jika dalam menfokuskan
titik target berakibat kaburnya benang silang, maka eyepiece teropong diputar
untuk memperjelas benang silang kembali. Proses memperjelas benang silang
dan titik target dalam bidikan teropong hingga keduanya jelas ini dinamakan
eliminasi paralaks.
4. Kemudian, setelah dilakukan eliminasi paralaks sehingga benang silang dan
titik target menjadi jelas, titik persilangan benang silang ditumpanghimpitkan
(bisect) dengan titik target dengan memutar skrup pengerak halus horisontal
dan skrup pengerak halus vertikal. Ketika benang silang mendekati titik target,
gerakan diperlambat, dan jika telah tepat tumpang-himpit, gerakan dihentikan.

Berkaitan dengan kunci/klem dan skrup, perlu ditekankan bahwa karena


theodolit terbuat dari piranti-piranti teliti yang sensitif, semua gerakan skrup-skrup
dan klem-klem harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Klem-klem jangan
dikencangkan terlalu kuat, hal ini tidak hanya praktek yang buruk tetapi juga akan
merusak instrumen.

F. Pendalaman Materi

1. Mengapa alat ukur harus dilindungi dari panas matahari maupun air (hujan)?
2. Mengapa dalam mendirikan alat ukur harus dilakukan di tempat yang aman?
3. Apa beda antara leveling up saja dan centring?

10
4. Mengapa sumbu I theodolit harus diatur betul-betul vertikal sebelum digunakan?
5. Mengapa paralaks pada pembidikan titik target harus dihilangkan?

G. Tugas

Buat laporan kegiatan praktikum ini, yang berisi: acara praktikum, waktu dan tempat
pelaksanaan, kompetensi dasar, alat dan bahan, dasar teori, gambarlah alat theodolit
yang Saudara gunakan dalam 2 arah yang berbeda dan tunjukkan bagian-bagian alat
tersebut beserta fungsinya, tahap-tahap kegiatan praktikum, dan jawaban pendalaman
materi.

--oOo--

Contoh theodolit analog yang lain: Sokkia TM20ES

11
Praktik Peralatan Survey

Acara 2: Pembacaan Lingkaran dan Kesalahan Garis Bidik Theodolit


Waktu: ………………………………………….
Tempat: …………………………………………

A. Kompetensi Dasar

Praktikan mampu membaca lingkaran horisontal dan lingkaran vertikal theodolit, dan
mengetahui kesalahan garis bidik untuk menilai layak tidaknya theodolit digunakan.

B. Alat dan Bahan

1. Theodolit dan Statif (1)


2. Payung (1)
3. Paku payung (1)
4. Kalkulator
5. Papan tulis lapangan (field-board), HVS kuarto, dan Alat tulis

C. Pembacaan Lingkaran/Piringan

Pada tempat yang teduh/redup, cermin pencahayaan [3 dan 9] dibuka dan


diarahkan ke cahaya sehingga mikroskop pembacaan terkena sinar. Pada malam hari
atau survei bawah tanah, dapat digunakan penyinaran elektrik.
Eyepiece mikroskop bacaan [18] diputar sehingga garis-garis pembacaan jelas
terlihat. Kenop pemilih [20] digunakan untuk memilih lingkaran yang akan dibaca.
Contoh pembacaan pada Wild T2 seperti di bawah ini:
Pada Gb-1.6 dibaca:
94o + 10’ + 2’44,3” = 94o12’44,3”
Angka satuan 4 terakhir pada 44”
diambil dengan estimasi pada bacaan
terkecil (1”) terdekat. Angka desimal 3
pada satuan detik, diperoleh dari estimasi
bacaan.
Gb-2.1 Model 360o Wild T2. Membaca sampai satuan terkecil
Kenampakan mikroskop bacaan setelah
garis pembaginya dihimpitkan. Bacaan: (least count), dilanjutkan dengan
94o12’44,3”
12
estimasi satu angka bacaan lagi pada theodolit analog, wajib dilakukan untuk
memperoleh hasil yang teliti sebagaimana spesifikasi alat tersebut. Hal ini tidak hanya
pada bacaan theodolit analog, tetapi juga pada rambu ukur. Lain halnya dengan alat
survei digital, seperti theodolit elektronik atau pun Total Station, pembacaan
dilakukan apa adanya seperti di layar tampilannya.

D. Kesalahan Garis Bidik Theodolit

a. Kesalahan kolimasi

Idealnya, garis bidik tegak lurus sumbu II, tetapi tidaklah selalu demikian
sehingga terdapat kesalahan kolimasi. Oleh pabrik kesalahan kolimasi ini dibuat
nol atau sekecil mungkin, tetapi karena kondisi sekitar seperti suhu, tekanan, dan
getaran, maka kemungkinan menjadi tidak lagi nol. Disyaratkan bahwa kesalahan
kolimasi ini seminimum mungkin, atau lebih kecil daripada dua kali ketelitian
bacaan horisontal theodolit yang bersangkutan.
Walau pun dengan cara pengamatan BIASA dan LUAR BIASA, dan
dihitung nilai rata-ratanya, kesalahan ini akan tereliminir, tetapi kesalahan
kolimasi ini harus dibuat seminimum mungkin. Pelaksanaan pengoreksian
kesalahan kolimasi itu sendiri berisiko merusak skrup-skrup diafragma, dan hanya
boleh dilakukan oleh tenaga bengkel terampil jika sangat diperlukan.
Tahapan untuk mengetahui besarnya kesalahan kolimasi sebagai berikut:
(Misal digunakan theodolit TM20ES yang mempunyai ketelitian 10”).
1. Set up theodolit pada sembarang tempat.
2. Bidik titik P dalam kedudukan BIASA, bacaan horisontalnya: H B=
228014’54”.
3. Teropong theodolit diputar balik menjadi kedudukan LUAR BIASA, dan
bidik kembali titik P, bacaan horisontal: HLB = 48014’38”.
4. Kesalahan kolimasi (K) berdasarkan pengamatan tersebut adalah:
K = (HB - HLB)/2 - 900 = 8”
5. Berikutnya masih menggunakan theodolit yang sama, titik Q dibidik dalam
kedudukan BIASA, bacaan horisontalnya: HB= 38042’8”.
6. Teropong theodolit diputar balik menjadi kedudukan LUAR BIASA dan
bidik kembali titik Q, bacaan horisontal: HLB = 218041’54”.
7. Kesalahan kolimasi berdasarkan pengamatan tersebut adalah:

13
K = (HB - HLB)/2 - 900 + 1800 = 14”
Rata-rata kesalahan kolimasi (K) = (8”+14”)/2 = 11”. Besaran ini masih lebih
kecil daripada dua kali ketelitian theodolit TM20ES, atau toleransinya sebesar 2
x 10” (20”), sehingga alat tidak perlu lagi dikoreksi, dan langsung bisa
digunakan.

b. Kesalahan indeks vertikal

Kesalahan indeks vertikal akan berakibat pada bacaan vertikal atau heling
pengamatan. Jika bacaan vertikal atau heling digunakan untuk menghitung jarak
atau beda tinggi, maka besaran tersebut akan salah. Untuk itu, kesalahan indeks
vertikal ini perlu diredusir sekecil mungkin.
Tahapan untuk mengetahui besarnya kesalahan indeks vertikal sebagai
berikut: (Misal digunakan theodolit TM20ES yang mempunyai ketelitian 10”).
1. Set up theodolit pada sembarang tempat.
2. Bidik titik P dalam kedudukan BIASA, bacaan vertikalnya: V B= 60025’30”.
3. Teropong theodolit diputar balik menjadi kedudukan LUAR BIASA, dan
bidik kembali titik P, bacaan horisontal: VLB = 299034’20”.
4. Kesalahan indeks vertikal (i) berdasarkan pengamatan tersebut adalah:
i = 1800 - (VB - VLB)/2 = 5”
5. Berikutnya masih menggunakan theodolit yang sama, titik Q dibidik dalam
kedudukan BIASA, bacaan vertikalnya: VB= 88042’8”.
6. Teropong theodolit diputar balik menjadi kedudukan LUAR BIASA dan
bidik kembali titik Q, bacaan vertikalnya: VLB = 271017’32”.
7. Kesalahan indeks vertikal (i) berdasarkan pengamatan tersebut adalah:
i = 1800 - (VB - VLB)/2 = 10”
Rata-rata kesalahan indeks vertikal (i) = (5”+10”)/2 = 7,5”. Besarnya
kesalahan ini masih bisa diterima dan tidak perlu dilakukan koreksi alat.

Catatan: untuk mencari besarnya kesalahan kolimasi dan kesalahan indeks vertikal
dapat dilakukan dengan pengamatan titik target yang sama, dan membaca lingkaran
horisontal dan lingkaran vertikal secara bergantian.

E. Pendalaman Materi

1. Apa yang dimaksud dengan ketelitian theodolit?


14
2. Apa beda cara membaca lingkaran pada theodolit analog dan theodolit digital?
3. Apa akibat dari kesalahan kolimasi?
4. Berapa toleransi kesalahan kolimasi?
5. Apa akibat dari kesalahan indeks vertikal?
6. Mengapa kesalahan garis bidik tidak mutlak untuk dihilangkan?

F. Tugas

Buat laporan kegiatan praktikum ini, yang berisi: acara praktikum, waktu dan tempat
pelaksanaan, kompetensi dasar, alat dan bahan, dasar teori, tahap-tahap kegiatan, hasil
kegiatan (hasil pembacaan piringan dan penghitungan kesalahan garis bidik), dan
jawaban pendalaman materi.

--oOo--

15
Formulir Praktikum
Pembacaan Lingkaran dan Penghitungan Kesalahan Garis Bidik

Alat : ……………………… No. Seri: …………………………………


Diukur oleh : ………………………
Lokasi : ………………………
Tgl pengukuran: ……………………

Pengamatan ke titik target P:


Bacaan horisontal Bacaan vertikal
B LB B LB
Sketsa bacaan piringan:

….………… ….………… ….………… ….…………

Penghitungan kesalahan kolimasi:

K = ……………………………………………………………………………………..

Penghitungan kesalahan indeks vertikal:

i = ………………………………………………………………………………………

16
Praktik Peralatan Survey

Acara 3: Pembacaan Rambu Ukur


Waktu: ………………………………………….
Tempat: …………………………………………

A. Kompetensi Dasar

Praktikan mampu mendirikan rambu ukur dengan benar, membaca rambu ukur
dengan tepat dan cepat melalui benang stadia yang ada pada theodolit, dan
mendeteksi kesalahan bacaan rambu ukur.

B. Alat dan Bahan

1. Theodolit dan Statif (1)


2. Rambu Ukur (1)
3. Payung (1)
4. Papan tulis lapangan (field-board), HVS kuarto, dan Alat tulis

C. Dasar Teori

Rambu ukur adalah alat bantu dalam pengukuran jarak optis maupun beda
tinggi. Bentuk fisiknya berupa mistar dengan panjang (pada umumnya) tiga meter,
berskala di dua sisi kanan dan sisi kiri, bercat hitam-putih atau merah-putih. Rambu
terbuat dari bahan yang tahan terhadap kondisi cuaca, seperti: kayu jati atau
aluminium;
Mendirikan rambu dalam pengukuran harus benar-benar vertikal di atas titik
target pengukuran. Dalam pengukuran teliti, rambu ukur pada umumnya dilengkapi
dengan nivo kotak yang menempel pada bagian belakangnya, yang berguna untuk
mendeteksi posisi rambu sedemikian hingga benar-benar vertikal, serta dilengkapi
dengan statif penyangga berdirinya rambu.
Pembacaan rambu terdiri dari empat unit bacaan: meter, decimeter,
centimeter dan milimeter (dalam waterpass teliti unit bacaan sampai dengan micro
meter). Bacaan meter sampai dengan centimeter ditunjukkan pada skala rambu
sedangkan tingkat milimeternya didasarkan oleh perkiraan (estimasi) posisi benang
silang (ba, bt dan bb) pada rambu.
17
D. Langkah Kegiatan

1. Persiapkan peralatan yang dibutuhkan serta periksa kelengkapannya;


2. Set up theodolit di atas suatu titik (misal titik O);
3. Buat titik A dan B di permukaan tanah, dengan jarak masing-masing 15 dan 30
langkah dari titik O.
4. Bidikkan teropong pada kedudukan BIASA ke arah rambu yang berdiri tegak
di titik A, baca dan catat bacaan bt, ba, dan bb. Gambarkan skala bacaan rambu
ukur yang terlihat di teropong dan posisi benang-benang stadianya (bt, ba, dan
bb);
5. Putar balik teropong menjadi kedudukan LUAR BIASA, bidikkan
kembali ke titik A, baca dan catat bacaan rambu: bt, ba, dan bb. Gambarkan
skala bacaan rambu ukur yang terlihat di teropong dan posisi benang-benang
stadianya (bt, ba, dan bb);
6. Lakukan langkah 4 dan 5 pada titik B.

E. Pendalaman materi

1. Apa akibat yang ditimbulkan apabila dalam pengamatan rambu ukur,


berdirinya rambu tidak benar-benar tegak vertikal?
2. Hasil bacaan benang silang dapat dikontrol dengan penghitungan: ba + bb =
2 bt. Coba periksa hasil bacaan yang telah Saudara lakukan, apakah
kondisi tersebut terpenuhi?
3. Dengan memperhatikan posisi jarak antara rambu ukur ke alat theodolit,
apakah komentar Saudara terhadap selisih pembacaan ba dan bb (ba-bb)
pada tiap-tiap jarak pengamatan yang Saudara amati?

F. Tugas

Buat laporan kegiatan praktikum yang berisi: acara praktikum, waktu dan tempat
pelaksanaan, kompetensi dasar, alat dan bahan, dasar teori, tahap-tahap kegiatan dan
hasil kegiatan, dan jawaban pendalaman materi.
Catatan: gambarkan skema pengamatan/pembidikan rambu yang Saudara lakukan,
dan tuliskan angka bacaan rambunya!
--oOo--

18
Formulir Praktikum
Pembacaan Rambu Ukur

Alat : …………… No. Seri: …………… dan Rambu Ukur.


Diukur oleh : ………………………
Lokasi : ………………………
Tgl pengukuran: ……………………

Stasiun Target Pembacaan Rambu Ukur


B LB
O A ba = …………. ba = ………….
bt = …………. bt = ………….
bb = …………. bb = ………….
B ba = …………. ba = ………….
bt = …………. bt = ………….
bb = …………. bb = ………….
Gambar pembacaan rambu ukur di titik A, B dan C (cukup kedudukan Biasa saja):
(A) (B)

19
Praktik Peralatan Survey

Acara 4: Pengenalan Alat dan Memeriksa Kesalahan Waterpass


Waktu: ………………………………………….
Tempat: …………………………………………

A. Kompetensi Dasar
Praktikan mampu mengenal bagian-bagian waterpass, melakukan set up
waterpass,, mampu mengenali kesalahan garis bidik yang tidak sejajar dengan
garis arah nivo, dan mampu mengukur beda tinggi antara 2 titik.

B. Alat dan Bahan


1. Waterpass dan statif (1)
2. Rambu ukur (2)
3. Pita ukur (1)
4. Payung (1)
5. Alat tulis

C. Dasar Teori
1. Waterpassing (menyipat datar) merupakan metode penentuan beda tinggi titik-
titik di permukaan bumi;
2. Tinggi suatu titik/objek di permukaan bumi ditentukan dari suatu bidang
referensi, yaitu bidang horisontal yang dianggap ketinggiannya nol. Bidang
referensi tersebut dalam geodesi disebut geoid, yaitu bidang
equipotensial yang berimpit dengan permukaan air laut rata-rata (mean sea
level). Bidang ekuipotensial juga disebut bidang nivo, yang selalu tegak lurus
terhadap arah gaya berat di permukaan bumi. Dengan demikian, pengukuran
tinggi titik terukur sepanjang garis arah gaya berat dari permukaan geoid
hingga di titik itu.
3. Waterpass (penyipat datar) adalah alat ukur yang digunakan untuk menentukan
beda tinggi titik-titik di atas permukaan bumi. Bagian-bagian waterpass terdiri:
teropong yang dilengkapi dengan benang silang, piringan horisontal
(ketelitian bacaan rendah), dan nivo kotak/tabung. Untuk mematikan
gerakan pada sumbu I (gerakan horisontal), waterpass dilengkapi dengan klem
20
horisontal, dan untuk putaran yang halus dilengkapi sekrup penggerak halus.
4. Macam-macam waterpass: (1) tipe semua tetap (dumpy level); (2) tipe ungkit
(tilting level); (3) tipe otomatis (automatic level); dan (4) tipe digital (digital
level) yang menggunakan sinar/laser. Saat ini yang ada di pasaran tinggal tipe
otomatis dan tipe digital.
5. Prinsip penentuan beda tinggi antara 2 titik dengan menyipat datar adalah dengan
membuat garis bidik alat waterpass mendatar, sehingga jika bidikan diarahkan ke
kedua rambu ukur yang didirikan di 2 titik tersebut, maka akan dapat ditentukan
beda tingginya.

Gb-4.1. Kedudukan waterpass terhadap 2 titik yang akan ditentukan beda


tingginya
Jika garis bidik tidak mendatar atau tidak sejajar dengan garis arah nivo, maka
akan menghasilkan ukuran beda tinggi yang salah.
6. Cara untuk set up waterpass mengetahui sejajar atau tidaknya garis bidik terhadap
garis arah nivo dijelaskan dengan langkah kegiatan berikut ini.

D. Langkah kegiatan
1. Persiapkan waterpass beserta kelengkapannya. Catat merk, tipe dan nomor seri.
2. Pilih tempat yang aman untuk mendirikan waterpass (tanah tidak lembek,
terhindar dari gangguan lalu lintas, dsb)
3. Untuk memeriksa kesejajaran garis bidik terhadap garis arah nivo, buat tiga
penggal garis masing-masing 30 meter pada lintasan yang lurus. Tandai di
tanah keempat titik tersebut dengan paku payung, yaitu titik A, I, B dan II.
4. Dirikan statif dan pasang waterpass di titik I. Atur gelembung nivo waterpass
dengan sekrup ABC hingga seimbang di tengah-tengah. Set up waterpass ini
caranya sama dengan leveling theodolit.
5. Dirikan dengan tegak rambu ukur di titik A dan titik B.
6. Bidikkan teropong waterpass ke rambu A, baca benang tengah (misal = a).
21
Bidikkan teropong waterpass ke rambu B, baca benang tengah (misal = b).
7. Pindahkan waterpass di titik II, atur gelembung nivo waterpass dengan sekrup
ABC hingga seimbang di tengah-tengah.
8. Bidikkan teropong waterpass ke rambu A, baca benang tengah (misal = c).
Bidikkan teropong waterpass ke rambu B, baca benang tengah (misal = d).

Gb-4.2. Pemeriksaan garis bidik sejajar garis arah nivo

9. Jika garis bidik sudah sejajar dengan garis arah nivo, maka a-b sama dengan c-d.
Tetapi jika tidak sama, perlu dilakukan koreksi.
10. Untuk mengoreksi alat sehingga garis bidik sejajar dengan garis arah nivo,
terlebih dahulu dilakukan perhitungan sebagai berikut:
y = 3/2 a - 3/2 b - 1/2 c + 3/2 d …………………………. (4.1)
11. Selanjutnya, arahkan garis mendatar diafragma ke titik y dengan memutar
sekrup koreksi diafragma.
12. Sebagai tindak pengecekan, arahkan garis bidik ke rambu B, maka garis
mendatar diafragma harus ke arah angka x. Harga x didapatkan dari
perhitungan:
x = 1/2 a -1/2 b - 1/2 c + 3/2 d ……………………………… (4.2)

E. Pendalaman Materi
1. Pada saat penentuan beda tinggi, apakah perlu titik patok pada saat leveling
waterpass?
2. Mengapa perlu dilakukan pengecekan terhadap adanya kesalahan garis bidik
teropong tidak sejajar dengan garis arah nivo? Berikan alasan jawaban saudara.
3. Apabila waterpass tidak dapat dikoreksi dan tetap dipakai untuk kegiatan
pengukuran, bagaimana cara saudara mengatasinya ?
22
F. Tugas
Buat laporan kegiatan praktikum ini, yang berisi: acara praktikum, waktu dan
tempat pelaksanaan, alat, kompetensi dasar, dasar teori, tahap-tahap kegiatan dan
hasil kegiatan, jawaban pendalaman materi.

-oOo-

23
Praktik Peralatan Survey

Acara 5: Pengenalan Alat dan Operasi Dasar Total Station (TS)


Waktu: ………………………………………….
Tempat: …………………………………………

A. Kompetensi Dasar

Praktikan mampu menyebutkan bagian-bagian TS, tombol-tombol fungsi dan


operasi TS, dan menggunakan mode pengukuran TS untuk menentukan koordinat
(X,Y) detail.

B. Alat dan Bahan

1. TS dan Asesorisnya (1)


2. Payung (1)
3. Paku payung (3)
4. Kalkulator
5. Papan tulis lapangan (field-board), HVS kuarto, dan Alat tulis

C. Dasar Teori

Total Station (TS) merupakan tipe theodolit yang menggabungkan pengukuran


jarak dan sudut/arah secara elektronik, melakukan komputasi secara real time, dan
mampu mendownloadkan data ke komputer untuk dilakukan pengolahan data lebih
lanjut. Pengukuran jarak dengan TS saat ini bisa tanpa reflektor.

C-1. Bagian-bagian Alat

Pada gambar berikut disajikan bagian-bagian TS merk Topcon seri GTS 230N.

24
Gb-5.1 Bagian-bagian Total Station
(tampak depan) Topcon GTS 230N

1. Handle locking screw


2. Point guide *)
3. Objective lens
4. Display unit
5. Circular level
6. Adjustment screw for circular level
7. Tribach fixing lever
8. Base
9. Levelling screw
10. Optical plummet
11. Instrument center mark

Gb-5.2 Bagian-bagian Total Station


(tampak belakang)
Topcon GTS 230N

1. Sighting collimator
2. Telescope focusing knob
3. Telescope grip
4. Telescope eyepiece
5. Vertical motion clamp
6. Vertical tangent screw
7. Plate level
8. Display unit (tipe dual display)
9. Serial signal connector
10. Power supply connector
11. horisontal motion clamp
12. horisontal tangent screw
13. Instrumen center mark
14. On-board battery
15. Battery locking lever

25
C-2. Tombol Fungsi/Operasi dan Mode Pengukuran

Dalam tampilan display unit terdapat beberapa fungsi tombol seperti pada gambar
berikut:

Gb-5.3 Display unit

GTS 230N memiliki layar tampilan LCD dot matrix ukuran 160x64 dot dengan lampu
latar. Layar ini mampu menampilkan 20 karakter setiap baris, di mana satu layar
memuat 4 baris. Secara umum, baris pertama sampai ketiga akan menampilkan data
hasil bidikan termasuk atribut setiap titik yang dibidik, sedangkan baris ke empat
menampilkan fungsi tertentu yang berubah sesuai mode pengukuran yang digunakan.

Tabel 5-1 Tombol dan Fungsinya


Tombol Fungsi Tombol Keterangan
Tombol bintang Digunakan untuk pengaturan:
a. Derajat kehitaman layar (contrast)
b. Lampu latar layar
c. Koreksi kemiringan (tilt)
d. Konstanta prisma
e. Koreksi atmosfer, temperatur, dan
tekanan udara.
f. Mengukur intensitas inframerah EDM
Mode koordinat Pengukuran menghasilkan koordinat
Mode jarak Pengukuran menghasilkan jarak
ANG Mode sudut Pengukuran menghasilkan sudut
POWER Power Menyalakan atau mematikan instrumen
MENU Menu Pemilihan mode pengukuran dan program
lain di instrumen
ESC Keluar/back Kembali ke menu sebelumnya
(escape)
ENT Konfirmasi Konfirmasi pengetikan atribut dan
perekaman
F1, F2, F3, F4 Fungsi (softkey) Fungsi sesuai tampilan layar
26
Adapun mode pengukuran yang umum terdapat pada TS terdiri dari 3 mode:

1. Mode pengukuran sudut

Dalam mode pengukuran sudut, ada 3 halaman fungsi menu:


a. Halaman 1:
- F1 : OSET (mengeset bacaan arah horisontal 0°00’00”)
- F2 : HOLD (mengunci bacaan horisontal)
- F3 : HSET (mengeset bacaan horisontal ke nilai bacaan tertentu)
- F4 : P1 ( akses ke halaman berikutnya (P2))
b. Halaman 2:
- F1 : TILT (menampilkan kemiringan sumbu instrumen (tilt))
- F2 : REP (mode pengulangan bacaan sudut)
- F3 : V% (mode pengukuran persen kemiringan)
- F4 : P2 (akses ke halaman berikutnya (P3))
c. Halaman 3:
- F1 : H-BZ (pengingat bunyi saat bacaan sudut horisontal kelipatan 90°)
- F2 : R/L (mengunci bacaan horisontal)
- F3 : CMPS (mengeset bacaan horisontal ke nilai bacaan tertentu)
- F4 : P3 ( akses ke halaman berikutnya (P1))

2. Mode pengukuran jarak

a. Halaman 1:
- F1 : MEAS (pengukuran jarak)
- F2 : MODE (pengaturan mode pengukuran jarak (fine/coarse/tracking))
- F3 : NP/P (mode pengukuran dengan prisma / non prisma)
- F4 : P1 (akses ke halaman berikutnya (P2))

27
b. Halaman 2:
- F1 : OFFSET (pengukuran offset)
- F2 : S.O (stake out jarak)
- F3 : S/A (pengukuran intensitas inframerah EDM)
- F4 : P2 (akses ke halaman berikutnya (P3))
c. Halaman 3:
- F2 : m/f/i (pemilihan satuan ukuran jarak)
- F4 : P3 (kembali ke halaman pertama)

3. Mode pengukuran koordinat

a. Halaman 1:
- F1: MEAS (mulai pengukuran koordinat)
- F2: MODE (pilihan kualitas pengukuran EDM (fine/coarse/tracking))
- F3: NP/P (mode pengukuran dengan prisma / non-prisma)
- F4: P1 (akses ke halaman berikutnya (P2))
b. Halaman 2:
- F1: R.HT (pengaturan tinggi target/prisma)
- F2: INSHT (pengaturan tinggi instrumen)
- F3: OCC (pengaturan nilai koordinat posisi instrumen)
- F4: P2 (akses ke halaman berikutnya (P3))
c. Halaman 3:
- F1: OFFSET (pengukuran offset)
- F2: m/f/i (pemilihan satuan ukuran (meter/feet/inch))
- F3: S/A (pengecekan inframerah EDM)
- F4: P3 (akses ke halaman berikutnya (P1))

D. Langkah Kegiatan
1) Buat 2 titik di atas tanah, tandai dengan paku payung. Beri nama, misal: titik A
sebagai titik berdiri alat, dan B sebagai RO.
2) Set up (centring) TS di atas titik A, caranya sebagaimana dilakukan pada alat
theodolit.
3) Hidupkan TS dengan menekan tombol POWER. Mode pengukuran default

28
adalah mode pengukuran jarak.
4) Arahkan teropong TS ke prisma yang berdiri di titik B (RO), dan atur bidikan
teropong sedemikian hingga referensi prisma target dan benang diafragma
terlihat jelas dan berimpit.
5) Atur TS sehingga masuk ke mode pengukuran sudut dengan menekan tombol
ANG.
6) Tekan tombol F1 (0SET) sehingga bacaan horisontal menjadi 0°00’00”

a) Menggunakan mode pengukuran arah dan jarak untuk penghitungan


koordinat detail

1) Untuk memasukkan koordinat posisi titik berdiri TS (titik A), tekan tombol
mode pengukuran koordinat.
2) Tekan F4 untuk mengakses halaman 2, kemudian tekan tombol F3 (OCC)
untuk memasukkan nilai koordinat tempat TS berdiri.
3) Arahkan teropong ke prisma dan himpitkan benang silang diafragma dengan
referensi pelat prisma.
4) Untuk menampilkan bacaan arah horisontal, tekan mode pengukuran sudut.
5) Untuk menampilkan jarak TS ke prisma tekan tombol mode pengukuran
jarak, kemudian tekan F1 (MEAS).

b) Menggunakan mode pengukuran koordinat untuk menentukan koordinat


detail

1) Arahkan teropong TS ke RO, caranya sama dengan pengaturan sebelumnya.


2) Jika sudah tepat, tekan mode pengukuran koordinat kembali.
3) Tekan F1 (MEAS) untuk mengukur koordinat tempat berdiri prisma.
4) Tampil di layar hasil pengukuran koordinat prisma yang menampilkan baris:
a. Baris 1: N (NORTH / Y)
b. Baris 2: E (EAST / X)
c. Baris 3: Z (elevasi)

c) Pengukuran detail dengan perekaman data

TS memiliki fasilitas untuk pengukuran dan perekaman data, stake out data
koordinat di lapangan, menu instan, dan lain-lain. Pada tombol menu terdapat
beberapa fungsi TS, antara lain:
a. DATA COLLECT : untuk perekaman data ukuran
b. LAYOUT : untuk stake out data koordinat di lapangan
29
c. MEMORY MGR : pengaturan memori data TS (melihat file, transfer
data, menghapus file data, atau mengapus semua data di TS)
d. PROGRAMS : untuk mengakses program di TS, contoh hitungan luas
e. GRID FACTOR : pengaturan grid
f. ILLUMINATION : pengaturan cahaya latar
g. PARAMETER : pengaturan paramater yang ada di TS
h. CONTRAST ADJ : pengaturan tingkat kehitaman layar

Sebelum melakukan pengukuran dan perekaman data, terlebih dahulu lakukan


pengaturan TS dan prisma, baik prisma referensi (RO) maupun prisma detail,
sehingga siap digunakan.
1) Nyalakan TS dengan menekan tombol POWER
2) Tekan tombol MENU
3) Tekan F1 (DATA COLLECT), isikan nama file pengukuran (FN / FileName):
F1 (INPUT) : untuk mengetik nama file
F2 (LIST) : untuk melihat atau memilih file yang akan digunakan
untuk menyimpan data ukuran
F4 (ENTER ) : untuk mengakes menu berikutnya.
4) Setelah dimasukkan nama file, tekan F4 (ENTER)
5) Di sini akan tampil fungsi pengaturan:
a. F1: OCC.PT#INPUT
Lakukan pengaturan tempat berdiri TS, yaitu dengan memasukkan nama
titik berdiri TS, kode titik, tinggi TS, dan koordinat TS. Jangan lupa tekan
REC jika sudah selesai memasukkan data tersebut.
b. F2: BACKSIGHT
- Arahkan teropong ke prisma referensi (RO)
- Tekan F2 (BACKSIGHT)
- Masukkan nama titik prisma referensi, kode titik, tinggi prisma, dan
orientasi arah ke prisma referensi (bisa berupa koordinat titik RO atau
asimut)
- Tekan tombol MEAS, akan ada pilihan mode pengukuran:
o VH : hanya mengukur dan merekam data sudut
o SD/HD : mengukur dan merekam data sudut, jarak, dan koordinat
o NEZ : hanya mengukur dan merekam data koordinat

30
Pilih tombol SD/HD untuk mengukur dan merekam data
mentah beserta data koordinatnya.
TS akan mengukur ke prisma referensi (RO) dan merekam datanya
di internal memori.
- Selanjutnya layar akan kembali ke tampilan sebelumnya.
c. FS/SS: FORESIGHT / SIDESHOT
- Arahkan teropong TS ke arah prisma berikutnya (FS/SS).
- Masukkan nama titik, kode titik, dan tinggi prisma.
- Tekan tombol F1 (MEAS) dan pilih F2 (SD) untuk mengukur dan
merekam dengan mode yang sama dengan pengukuran BACKSIGHT.
Atau untuk lebih cepat dapat langsung menekan tombol F4 (ALL)
atau tombol ENTER.

Pengukuran detail:
Pengukuran detail menggunakan tombol FS/SS pada DATA COLLECT,
- Masukkan nama titik, kode titik, tinggi prisma untuk pengukuran
detail. Gunakan kombinasi huruf dan angka pada nama titik untuk
mengklasifikasikan jenis obyek yang berbeda, misal:
P1 : untuk titik-titik poligon
JL1 : untuk titik-titik jalan, dll.
- Tekan F4 (ALL)

d) Menampilkan kembali data rekaman


(1) Menampilkan data yang tersimpan saat pengukuran
Untuk menampilkan data perekaman pada file saat pengukuran:
- dari menu FS/SS tekan F2 (SEARCH)
- tekan tombol F1 untuk menampilkan data pertama
- tekan tombol F2 untuk menampilkan data terakhir yang diukur
- tekan tombol F3 untuk mengetikkan titik tertentu yang akan
ditampilkan
(2) Menampilkan data yang tersimpan di memori internal TS
- tekan tombol MENU
- tekan F3 (MEMORY MGR)
- tekan F2 (SEARCH)

31
o F1 : untuk melihat data ukuran
o F2 : untuk melihat data koordinat
o F3 : untuk melihat PCODE
- Pilih nama file yang akan dilihat.

E. Pendalaman Materi
1. Apa yang dimaksud dengan Total Station?
2. Dengan TS, bagaimana cara setting bacaan horisontal 000’0” ke RO? Jelaskan
dengan menyebutkan bagian-bagian TS dan menu yang digunakan!
3. Bagaimana cara mendapatkan koordinat detail dari pengukuran menggunakan TS
yang didirikan di titik poligon? Jelaskan dengan menyebutkan bagian-bagian TS
dan menu-menu yang digunakan!

F. Tugas
Buat laporan kegiatan praktikum yang berisi: acara praktikum, waktu dan tempat
pelaksanaan, kompetensi dasar, alat dan bahan, dasar teori, tahap-tahap kegiatan dan
hasil kegiatan, dan jawaban pendalaman materi.

--oOo--

32
Praktik Peralatan Survey

Acara 6: Pengenalan Alat dan Operasi Dasar Handheld GPS Receiver


Waktu: ………………………………………….
Tempat: …………………………………………

A. Kompetensi Dasar

Praktikan mampu menyebutkan bagian-bagian Handheld GPS Receiver, tombol-


tombol fungsi dan operasinya, dan menggunakan alat tersebut untuk: 1) penentuan
posisi titik dalam sistem koordinat geodetik (B,L) dan sistem koordinat TM3 (X,Y);
dan 2) melacak keberadaan titik kontrol berdasar harga koordinatnya (X,Y).

B. Alat dan Bahan

1. Handheld GPS Receiver (1)


2. Titik Dasar Teknik (TDT) dan data koordinatnya
3. Pita ukur (1)
4. Papan tulis lapangan (field-board), HVS kuarto, dan Alat tulis

C. Dasar Teori

Konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi (pengikatan ke belakang)
dengan data jarak, yaitu dilaksanakan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa
satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Secara vektor, konsep ini
diperlihatkan sebagai berikut.

Gb-6.1 Konsep dasar penentuan posisi dengan GPS

33
Dalam hal ini, parameter yang akan ditentukan adalah vektor posisi geosentrik
pengamat (R). Karena vektor posisi geosentrik satelit GPS (r) telah diketahui, maka
yang perlu ditentukan adalah vektor posisi toposentris satelit terhadap pengamat (ρ).
R=r–ρ
Pada pengamatan dengan GPS, yang dapat diukur hanyalah jarak antara pengamat
dengan satelit, dan bukan vektornya. Oleh karena itu, persamaan di atas tidak dapat
diterapkan.
Untuk mengatasi hal ini, penentuan posisi pengamat dilaksanakan dengan cara
pengamatan terhadap beberapa satelit sekaligus secara simultan, tidak hanya
terhadap satu satelit.

Gb-6.2 Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS

Posisi yang diberikan GPS adalah posisi 3 dimensi dalam sistem koordinat kartesian
(X,Y,Z), yang dinyatakan dalam datum WGS-1984.
Berdasarkan sistem pengikatannya, secara garis besar metode penentuan posisi
dengan GPS dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
(1) absolute / point positioning; dan
(2) differential / relative positioning.
Pada acara 4 praktik ini disampaikan metode penentuan posisi absolut (point
positioning):
a. diperlukan satu receiver, yaitu tipe navigasi atau tipe genggam;
b. posisi dapat diperoleh secara instan (seketika);
c. minimal diperlukan pengamatan ke empat buah satelit;
d. tidak dimaksudkan untuk penentuan posisi yang teliti, dan

34
e. akurasi penentuan posisi metode absolut sekitar 15 meter.
Aplikasi utama adalah untuk keperluan navigasi atau keperluan-keperluan lain yang
memerlukan informasi posisi yang tidak terlalu teliti, seperti keperluan
reconnaissance survey dan ground truthing.

Sebagai contoh piranti receiver handheld GPS adalah GARMIN 78s berikut ini.

Keterangan:
1. Antena internal
2. Tombol
3. Tampilan layar
4. MicroSD (di belakang baterai)
5. Tempat baterai
6. Port mini-USB
7. Port serial
8. Konektor untuk antena eksternal

Gb-6.3 Handheld GPS

Tampilan tombol dan fungsinya:


Keterangan:
1. FIND/MOB
FIND sebagai tombol pencarian
MOB untuk menyimpan posisi
receiver

2.
Untuk menyalakan receiver
Tekan sekali untuk menampilkan cahaya layar dan intensitas cahaya
3. QUIT
Untuk kembali ke halaman sebelumnya
4. PAGE
Untuk mengakses halaman menu
5. MENU
Untuk mengakses pilihan menu dan menu utama dengan menekan
tombol MENU 2x
6. ENTER/MARK
35
Untuk memilih tampilan yang diinginkan, atau tekan gak lama untuk
merekam posisi receiver
7. D-pad
Tombol navigasi layar dan untuk menggeser kursor
8. +
Untuk melakukan perbesaran tampilan peta
9. –
Untuk memperkecil tampilan peta

D. Langkah Kegiatan

a) Penentuan Posisi Titik


1) Menghidupkan Receiver Handheld
- Tekan dan tahan tombol Power sampai receiver hidup.
- Tekan sekali tombol Power untuk mengatur tingkat pencahayaan layar.
- Tekan tombol Menu untuk akses halaman satelit.
- Tunggu sampai posisi menunjukkan 3D.
2) Pengaturan Sistem Koordinat
- Dari tombol Menu pilih Setup → Position Format, terdapat 3 sub menu
o Position Format: mengatur tampilan sistem koordinat yang
diinginkan. Misal koordinat dalam satuan: derajat menit detik.
o Map Datum: mengatur sistem koordinat yang ingin dipakai.
o Map Spheroid: menampilkan sistem koordinat yang digunakan
receiver. Secara default dipakai WGS 84.
a. Mode Fungsi dan Operasi
Menu utama di Garmin 78s bisa dilihat dari tombol Menu Utama dengan
menekan tombol Menu 2 x. Terdapat 5 sub menu :
- Menu

b) Melacak Keberadaan Titik (Tugu) Kontrol Pemetaan

1) Nyalakan receiver dari tombol Power


2) Tunggu sampai inisiasi sinyal satelit siap (30 – 60 detik)
3) Untuk mengatur sistem koordinat yang diinginkan pilih Main Menu,
pilih Setup → Position Format
4) Tekan tombol Enter untuk memasukkan nama titik yang akan dicari
beserta koordinatnya, form isian antara lain sebagai berikut:
o Point: nama titik
o Note
36
o Location
o Elevation
o Depth
Jika sudah selesai tekan Enter (Done)
5) Lakukan kembali langkah di atas untuk memasukkan kembali daftar
koordinat yang akan dicari.
Untuk merekam posisi receiver di lapangan:
Koordinat yang ditampilkan sudah dalam mode 3D
- Tekan tombol Enter kemudian ubah nama titik tanpa mengedit koordinat
yang ditampilkan.
- Tekan Done jika sudah selesai.

c) Melakukan pencarian titik di lapangan berdasarkan data yang sudah


disimpan

- Tekan tombol Power, tunggu sampai inisiasi sinyal satelit sudah selesai.
- Tekan tombol Find untuk memilih titik Waypoint yang akan dicari.
- Layar akan menampilkan segitiga dan garis ungu yang menunjukkan arah
titik yang dicari.
- Ikuti petunjuk yang ada di layar sampai titik posisi receiver berada di titik
yang dicari.

E. Pendalaman Materi

1. Apa kegunaan receiver GPS tipe genggam (handheld GPS receiver) dalam dunia
survei?
2. Mengapa tidak dapat digunakan untuk pengukuran yang menuntut ketelitian
tinggi?
4. Bagaimana cara memperoleh koordinat titik dengan menggunakan receiver GPS
tipe genggam? Jelaskan dengan menyebutkan tombol-tombol yang digunakan!
5. Bagaimana cara melacak titik/tugu yang mempunyai koordinat dengan
menggunakan receiver GPS tipe genggam? Jelaskan dengan menyebutkan
tombol-tombol yang digunakan!

F. Tugas
Buat laporan kegiatan praktikum yang berisi: acara praktikum, waktu dan tempat
pelaksanaan, kompetensi dasar, alat dan bahan, dasar teori, tahap-tahap kegiatan dan
37
hasil kegiatan, dan jawaban pendalaman materi.

--oOo--

38
Praktik Peralatan Survey

Acara 7: Pengenalan Alat dan Operasi Dasar Rover GNNS CORS


Waktu: ………………………………………….
Tempat: …………………………………………

A. Kompetensi Dasar

Praktikan mampu menyebutkan bagian-bagian Rover GNSS CORS, menu-menu


fungsi dan operasinya pada Controler, set up alat, dan menggunakan alat tersebut
untuk penentuan posisi titik di permukaan bumi dalam sistem koordinat geodetik
(B,L) dan sistem koordinat peta TM3 (X,Y).

B. Alat dan Bahan

1. Rover GNSS CORS beserta asesorisnya (1)


2. Pita ukur (1)
3. Papan tulis lapangan (field-board), HVS kuarto, dan Alat tulis

C. Dasar Teori

C-1. Metode Penentuan Posisi secara Relatif

Pada metode penentuan posisi diferensial (relative positioning):


a. diperlukan minimal dua receiver, yaitu tipe pemetaan atau tipe geodetik;
b. posisi dapat diperoleh secara instan (seketika) atau melalui post-processing;
c. dimaksudkan untuk penentuan posisi yang teliti;
d. akurasi penentuan posisi metode relatif sebesar beberapa mm hingga cm.
Aplikasi utama adalah untuk keperluan pekerjaan yang membutuhkan informasi
posisi teliti, seperti keperluan pengukuran titik-titik kontrol.

39
Gb-7.1 Penentuan posisi secara relatif (dalam moda statik atau kinematik)

Secara umum, metode-metode penentuan posisi GPS dapat didikotomikan


sebagai berikut:
a. Titik yang akan ditentukan posisinya dapat diam (static positioning), maupun
bergerak (kinematic positioning).
b. Posisi titik dapat ditentukan dengan pengamatan menggunakan satu receiver
GPS (absolute positioning), atau menggunakan 2 atau beberapa receiver yang
diikatkan terhadap titik referensi (differential positioning).
c. GPS dapat memberikan data posisi secara seketika/instan (real time), atau
setelah mengalami proses penghitungan secara lebih ekstensif (post processing)
yang biasanya

C-2. Metode Pengukuran dengan Menggunakan Metode RTK

Metode RTK (Real Time Kinematic) adalah sistem penentuan posisi real-time
secara differensial menggunakan data fase. Untuk merealisasikan tuntutan real time
nya, stasiun referensi harus mengirimkan data fase dan psedorange-nya ke pengguna
secara real-time menggunakan sistem komunikasi data tertentu. Stasiun referensi dan
pengguna harus dilengkapi dengan perangkat pemancar dan penerima data.
Ketelitian tipikal posisi yang diberikan oleh sistem RTK adalah sekitar 1-5 cm,
dengan asumsi bahwa ambiguitas fase dapat ditentukan secara benar. Dalam hal ini
untuk dapat menentukan ambiguitas secara cepat dan benar umumnya diperlukan
40
penggunaan data fase dan pseudorange dua frekuensi, geometri satelit yang relatif
baik, algoritma perhitungan yang relatif handal dan mekanisme eliminasi kesalahan
dan bias yang relatif baik dan tepat.
Sistem RTK dapat digunakan untuk penentuan posisi obyek-obyek yang diam
maupun bergerak, sehingga sistem RTK tidak hanya dapat merealisasikan survei
GNSS (Global Navigation Satellite System) secara real time, tetapi juga navigasi
berketelitan tinggi. Aplikasi-aplikasi yang dapat dilayani oleh sistem ini cukup
beragam, antara lain staking out, penentuan dan rekonstruksi batas persil tanah,
survei pertambangan, survei rekayasa dam utilitas, serta aplikasi-aplikasi lainnya
yang memerlukan informasi posisi horisontal secara cepat (real-time) dengan
ketelitian yang relatif tinggi.
Metode penentuan posisi secara RTKdibagi dalam dua bagian yaitu: 1) Single
RTK dan 2) Network RTK.

a) Single RTK
Single Base RTK yaitu penentuan posisi titik di mana besarnya koreksi yang
diberikan terhadap posisi absolutnya hanya ditentukan oleh Satu Stasiun Referensi.
Ketelitian dari hasil penentuan posisi dengan metode Single RTK ini tergantung dari
jarak antara Rover (titik yang ditentukan posisinya) dan Stasiun Referensi yang
memberikan besar koreksi terhadap posisi Rover. Pengamatan yang dilakukan pada
metode single base RTK adalah pengamatan secara diferensial dengan menggunakan
minimal dua receiver GNSS yang bekerja secara simultan dengan menggunakan data
phase. Koreksi data dikirimkan secara satu arah dari base station kepada rover
melalui transmisi radio.

Gb-7.2 Single Base RTK

Keterbatasan dari metode RTK ini adalah semakin panjang base line antara rover
dengan stasiun referensi, maka tingkat ketelitiannya akan semakin berkurang. Hal ini

41
disebabkan oleh adanya kesalahan distance dependent sebagai akibat dari
perlambatan sinyal satelit GNSS akibat pengaruh ionosfer atau semakin jauh jarak
antara rover dengan stasiun referensi sehingga proses pemecahan resolusi ambiguitas
(ambiguity resolution) antara base station dengan rover sukar untuk dilakukan.

b. Network RTK
Metode Network RTK (NRTK) merupakan sebuah metode penentuan posisi
secara relatif dari pengamatan GNSS. NRTK merupakan pengembangan dari metode
Single Base RTK yang mempunyai keterbatasan bahwa semakin panjang base line
antara rover dengan stasiun referensi, maka tingkat ketelitiannya akan semakin
berkurang.
Prinsip kerja NRTK secara umum adalah bahwa stasiun referensi ‐ stasiun
referensi merekam data dari satelit GNSS secara kontinyu yang kemudian disimpan
dan atau dikirim ke Server Network RTK melalui jaringan internet secara serempak.
Dengan cara kerja yang demikian, maka NRTK sering disebut juga GNSS CORS
(Continously Operating Reference System).

Gb-7.3 Network Real Time Kinematic (NRTK)

Data yang dikirimkan oleh stasiun‐stasiun referensi adalah data dalam format raw
data (data mentah) yang kemudian oleh Server Network RTK digunakan sebagai
bahan untuk melakukan koreksi data yang dapat digunakan oleh pengguna (rover).
Data dalam format raw tersebut dikirimkan secara kontinu dalam interval tertentu
kepada Server Network RTK melalui jaringan internet. Oleh Server, data tersebut
diolah dan disimpan dalam bentuk RINEX yang dapat digunakan untuk post

42
processing.
Rover berkomunikasi dengan Server Network RTK menggunakan jaringan
GSM/GPRS/CDMA, sehingga dapat memperoleh data koreksi hasil hitungan dengan
metode Area Correction Parameter (ACP/FKP) atau Master Auxiliary Concept
(MAC) atau Virtual Reference Station (VRS) atau metode‐metode lainnya, melalui
jaringan internet.
Pada saat ini, NRTK dianggap lebih memberikan banyak keuntungan dalam
dunia penentuan posisi menggunakan GNSS, dibandingkan dengan penggunaan
metode Single Base RTK. Hal ini dikarenakan pada Single Base RTK hanya terdapat
satu Master Referensi sehingga kendala jarak antara Rover dan stasiun referensi
(base station) menjadi masalah utama. Jarak akan mempengaruhi ketelitian posisi
yang dihasilkan. Semakin jauh jarak antara rover dan stasiun referensi (base station),
maka kualitas posisi pun akan menurun. Faktor jarak yang jauh ini, menjadi kendala
dalam pemecahan ambiguity resolution, begitu juga dengan jangkauan radio
komunikasi yang jauh sehingga memungkinkan terjadinya data loss dalam
penyampaian informasi data dari stasiun referensi (base station) ke rover.

C-3. Bagian-bagian Alat dan Konfigurasi Rover GNSS

Sebagai contoh, pada modul ini akan ditampilkan bagian-bagian receiver GNSS
merk South tipe Galaxy G1 seperti berikut:

Gb-7.4 Bagian-bagian receiver

43
Konfigurasi Rover seperti pada gambar berikut ini:

Konfigurasi receiver GNSS South tipe


Galaxy G1 untuk rover terdiri dari :
1. Receiver
2. Antena GSM/Radio
3. Pole
4. Bipod
5. Braket
6. Controller

Gb-7.5 Konfigurasi receiver

Secara detail, receiver dapat diterangkan terdiri dari:


Bagian depan:
- Cover atas
- Tombol Power
- Lampu indikator
Bagian belakang:
- Penutup baterai
- NCF lebel
Gb-7.6 Bagian operasi receiver - Bagian pengunci
Bagian bawah:
- Nomor seri alat - UHF/GPRS socket
- Sekrup lubang - Soket 5-pin ke Power
- Pager: menyiarkan suara - Soket 7-pin ke kabel data

44
Bagian panel indikator Galaxy G1 memiliki indikator untuk mode switching, dan
mode kerja, serta indikator mainframe untuk check diri.
Secara umum, indikator di Galaxy G1 terdapat 4 led, yaitu:
Indikator Status Keterangan
Power On Tegangan normal, baterai 7,4 V
Kedip Low battery
Satellite Kedip Jumlah satelit, siklus tiap 5 detik
Off Handheld terputus
Bluetooth Off Handheld terputus
On Handheld tersambung
Berkedip Mode statik, kedipan sesuai interval rekam
On Base/rover: menerima sinyal yang kuat
Signal/Data Berkedip Base/rover: menerima sinyal lemah
Off Base/rover: tidak menerima sinyal

D. Langkah Kegiatan

Dalam penentuan posisi/koordinat titik di permukaan bumi, perlu dilakukan


pengaturan dimulai dari konfigurasi rover dalam sistem CORS, dan pengaturan sistem
koordinat. Setelah itu baru dilaksanakan pengukuran posisi titik.

a. Konfigurasi Rover untuk CORS

Pengaturan GNSS receiver South Galaxy G1 untuk rover CORS adalah sebagai
berikut:
1) Lakukan pengaturan receiver pada pole sehingga siap dihidupkan.
2) Tekan tombol Power, tunggu beberapa saat sampai inisiasi selesai.
3) Buka EG Star di Android Controller:

45
4) Pilih: Setting → BT Manage → Search: pilih nomor alat yang dijadikan rover
→ Connect
5) Setelah Success akan ada notifikasi. Kemudian kembali ke menu utama.
6) Masuk ke menu Setting → Instrument Setting → Rover Setting → Data
Link → Internal GSM.
7) Atur settingan Internet Provider (IP) dari layanan CORS yang sudah ada,
termasuk username dan password yang digunakan. Pengaturan ini meliputi:
- Name:
- IP:
- Port:
- Username:
- Password:
8) Setelah semua isian benar kemudian tekan Connect. Tunggu sampai semua
checklist berwarna hijau. Tunggu sampai solusi penentuan posisinya Fixed.

9) Receiver telah terhubung dengan Base Station dari CORS, dan siap digunakan.

b. Pengaturan Sistem Koordinat

Dari langkah pengaturan rover di atas, selanjutnya masuk ke menu Project,


kemudian buat nama proyek baru. Lanjutkan mengatur sistem koordinat yang akan
digunakan:

46
1) Atur sistem koordinat melalui System Parameter, lakukan pengaturan sistem
koordinat.
2) Kemudian tekan OK.

c. Pengukuran Koordinat

1) Dari menu EG Star masuk ke Survey


2) Pilih Point Survey

3) Tekan tombol dan atur penamaan titik yang telah diukur tersebut, dan tekan
OK.

E. Pendalaman Materi

1. Jelaskan prinsip pengukuran dengan metode RTK CORS!


2. Apakah perbedaan penggunaan antara Handheld GPS Receiver dengan Rover
RTK CORS?
3. Mengapa metode RTK CORS dapat digunakan untuk mengukur batas-batas
bidang tanah?

F. Tugas

Buat laporan kegiatan praktikum yang berisi: acara praktikum, waktu dan tempat
pelaksanaan, kompetensi dasar, alat dan bahan, dasar teori, tahap-tahap kegiatan dan
hasil kegiatan, dan jawaban pendalaman materi.

--oOo--

47
PENUTUP

Profesi Surveyor tidak hanya dituntut keterampilan dalam pengukuran dan


pemetaan semata. Dalam setiap pekerjaan pengukuran di lapangan, acapkali seorang
Surveyor harus tetap bisa bekerja sekali pun dalam tekanan dan serba keterbatasan.
Waktu yang sempit harus dapat dikelola dengan baik agar target yang ditentukan tetap
dapat dipenuhi tanpa mengorbankan mutu hasil pekerjaan. Demikian juga kondisi medan
yang berat dan minim akses harus dapat diatasi dengan keteguhan hati.
Sikap disiplin, ulet, dan pantang menyerah harus menonjol dalam setiap diri
Surveyor jika pekerjaan mau diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Ciri lain dari
seorang Surveyor adalah kehati-hatian dalam bekerja, selalu cermat untuk memperoleh
hasil yang sebaik-baiknya. Taktis dan penuh inisiatif dalam bekerja, sehingga apa yang
dilakukan selalu mengefektifkan sumber daya yang ada, dan efisien.
Demikian juga dalam praktikum ini, Saudara dilatih untuk bertindak disiplin, serius,
taktis, dan penuh kecermatan. Kualitas data atau peta merupakan prioritas yang harus
dinomorsatukan dalam waktu yang tersedia untuk dilaporkan. Praktikum ini akan
dimulai pada minggu kedua semester gasal, dan akan berakhir pada minggu ke-12,
ditutup dengan ujian responsi pada minggu ke-13. Selamat bekerja, semoga berhasil!

---uUu---

48
MODUL PRAKTIKUM
PPK1206 / 2 SKS / ACARA 1-7

PRAKTIK
PERALATAN SURVEY

TANJUNG NUGROHO
SUNARTO

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG


/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

2020

49
Hak cipta © pada penulis dan dilindungi Undang-undang
Hak Penerbitan pada Penerbit Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional
Kode Pos 55293, www.stpn.ac.id Tlp.0274-587239
Indonesia
Dilarang mengutip sebagian ataupun seluruh buku ini dalam bentuk apapun,
tanpa ijin dari penulis dan penerbit
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, Oktober 2020
Penelaah Materi Tim STPN
Pengembangan Desain Instruksional STPN PRESS
Desain Cover -
Lay-Outer -
Copy-Editor -
Ilustrator

Tanjung Nugroho dan Sunarto,


Praktik Peralatan Survey; Acara: 1-7
PPK1206 /2 SKS / Tanjung Nugroho dan Sunarto,
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, 55293
ISBN:
Judul:
Praktik Peralatan Survey

50
PENGANTAR

Praktik Peralatan Survey ini merupakan praktikum pengiring dari praktikum


Ilmu Ukur Tanah, beberapa acara menjadi awal praktikum sebelum masuk pada
materi praktikum Ilmu Ukur Tanah. Sebagai awal, penting diperhatikan bagaimana
para praktikan berinteraksi dengan peralatan survey dalam hal keamanan, kebersihan,
pemeliharaan dan ketelitian. Peralatan survey, khususnya theodolit akan dapat bekerja
dengan optimal jika dirawat dengan baik. Theodolit tersusun dari bagian-bagian yang
halus dan sensitif. Cara-cara penggunaan yang kasar, tentu akan merusak instrumen
ini. Oleh sebab itu, praktikan hendaknya berhati-hati dalam pengunaannya.
Penekanan praktikum ini, tidaklah hanya pada aspek motorik tetapi ditekankan
juga pada aspek afektif atau karakter. Dalam melaksanakan praktikum dengan benar
maka secara tidak langsung, kemampuan afektif praktikan diasah. Dalam praktikum
akan terjadi proses bagaimana antar praktikan dalam kelompok saling bekerja sama,
saling bertukar pendapat, saling mengingatkan, disiplin, menjunjung kejujuran, dan
bekerja keras untuk menggapai target. Semua kemampuan afektif itu sangat
diperlukan bagi calon surveyor tanah profesional.
Modul ini dapat dijadikan pedoman penyelenggaraan praktikum, namun tanpa
bimbingan instruktur, harapan-harapan pemahaman materi praktikum sulit terpenuhi.
Oleh sebab itu, kiranya para instruktur dapat lebih mengarahkan para praktikan di
lapangan. Dan lagi, tentu bagi praktikan tidak perlu segan-segan selalu berkonsultasi
dengan para Instruktur, baik di lapangan maupun di studio. Tidak jarang
keterlambatan penyelenggaraan praktikum dan pembuatan laporan oleh praktikan
disebabkan penundaan atau keengganan berkonsultasi dengan para Instruktur. Tidak
jarang pula, materi yang dirasa sulit oleh praktikan akan dirasa lebih mudah jika telah
dikonsultasikan.
Akhirnya, selamat berpraktikum, semoga Saudara berhasil dalam menjalani
proses pembentukan Surveyor profesional ini, aamiin.

Yogyakarta, Oktober 2020

Penyusun

51
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………. i


PENGANTAR …………………………………………………………..……….. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iv
PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1
ACARA PRAKTIKUM ………………………………………………………….. 2
1. Pengenalan Alat dan Pengaturan Theodolit ………………………… 2
2. Pembacaan Lingkaran dan Kesalahan Garis Bidik Theodolit ………….. 12
3. Pembacaan Rambu Ukur ……………………………………………….. 16
4. Pengenalan Alat dan Memeriksa Kesalahan pada Waterpass …………… 20
5. Pengenalan Alat dan Operasi Dasar Total Station ………………………… 0
6. Pengenalan Alat dan Operasi Dasar Handheld GPS ……………………….. 0
7. Pengenalan Alat dan Operasi Dasar Rover GNSS CORS ……………….. 0
PENUTUP ……………………………………………………………………….. 0

52

Anda mungkin juga menyukai