SKRIPSI
Oleh
Meyva Tristiana
1600009013
Dosen Pembimbing
ii
SKRIPSI
Ketua :
Penguji I :
Penguji II :
iii
SURAT PERNYATAAN
NIM : 1600009013
yang Terkandung dalam Tradisi Macanan studi kasus di Desa Adiraja, Kecamatan
Adipala, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah ” ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan sepanjang pengetahuan saya, tidak berisi materi yang ditulis orang lain
sebagai persyaratan penyelesaian studi di perguruan tinggi ini dan perguruan tinggi
lain kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti
Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, hal tersebut
Penulis
Meyva Tristiana
iv
MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain, dan hanya kepada Allah lah hendaknya kamu berharap”.
v
PERSEMBAHAN
skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, karya sederhana ini saya persembahkan
untuk:
1. Mama dan Bapak (Supriyatin dan Sutrisno) tersayang yang senantiasa memberi
do’a dan dukungannya kepada saya selama ini. terima kasih atas perjuangan dan
2. Kakak dan Tante Avie Tristanti dan Dalmini Agustin yang menjadi inspirasi dalam
hidup saya. Semua keluarga yang tidak bisa saya ucapkan satu persatu.
3. Kakek dan Nenek tercinta, terimakasih telah menghadirkan dua orang pahlawan
4. Sahabat-sahabat SMP dan SMA saya yang telah memberi kenangan terindah dalam
hidup.
5. Sahabat tersayang Tia Maryani, Dewi Comara, Frisca Septiani dan Desy Amita
yang selalu menjadi tempat berbagi suka dan duka, terimakasih atas dukungan dan
semangatnya.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke zaman yang terang.
pihak yang telah memberikan bantan, arahan, dan dorongan selama penulis
menyelesaikan skripsi ini. oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Muchlas, M.T., Rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, yang
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di lembaga ini;
2. Ibu Dr. Trikinasih Handayani, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
3. Bapak Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila
vii
4. Bapak Trisna Sukmayadi, M.Pd., Dosen Pembimbing yang telah memberikan
penyusunan skripsi;
5. Seluruh staff akademik, TU FKIP yang telah banyak membantu selama penulis di
meja kuliah;
Cilacap yang telah memberikan izin penelitian dan membantu penulis dalam
7. Bapak Saptoyo, Bapak Dany Rubika dan Bapak Surono selaku pengurus PRKJ
8. Kedua Orang tuaku (Supriyatin dan Sutrisno), terimakasih atas kasih sayang,
9. Kakak dan Tante Avie Tristanti dan Dalmini Agustin yang menjadi inspirasi
dalam hidup saya. Semua keluarga yang tidak bisa saya ucapkan satu persatu.
10. Semua teman-teman seperjuangan program studi PPKn angkatan 2016, terima
kasih atas kisah-kisah indah dan tak terlupakan yang telah kita lewati bersama
viii
Teriring do’a semoga Bantuan dan amal kebaikan yang diberikan kepada
penulis mendapatkan imbalan pahal dan ridho dari Allah SWT. Penulis menyadari
skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
Meyva Tristiana
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ iv
MOTTO ............................................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
ABSTRAK ...................................................................................................... xvi
x
C. Teori Interaksionisme Simbolik ................................................................. 33
D. Kerangka Pikir ........................................................................................... 34
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 2 Kegiatan Napak Tilas Pada Upacara Adat Tradisi Macanan ........... 61
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Meyva.2020. “Nilai-nilai Kearifan Lokal yang Terkandung dalam Tradisi
Macanan Studi Kasus di Desa Adiraja Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap
Provinsi Jawa Tengah”. Skripsi.Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan
ABSTRAK
Tradisi Macanan merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi ciri khas
desa Adiraja. Tradisi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang hingga saat ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah, makna, prosesi pelaksanaan upacara
adat dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Macanan. Hal yang melatar
belakangi diadakannya penelitian ini adalah ada kecenderungan masyarakat kurang
mencintai dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi dikarena
perkembangan jaman dan kemajuan teknologi.
Penelitian ini dilaksanakan di desa Adiraja, kecamatan Adipala, kabupaten
Cilacap. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Subjek penelitian
ini diambil dari para pengurus paguyuban resik kubur jerotengah (PRKJ) dan ketua
adat atau sesepuh. Teknik penelitian yang digunakan adalah wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Analisis data penelitian dilakukan melalui lima tahapan yaitu
reduksi data, klasifikasi data, penyajian data, penafsiran data dan menarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Tradisi macanan merupakan tradisi
yang sudah ada sejak ribuan ahun yang lalu yang dibawa oleh leluhurnya yaitu ki
Bonokeling dan ki Majacandra, makna yang terkandung dalam upacara adat Tradisi
Macanan ini adalah sebagai bentuk perwujudan masyarakat untuk meminta
keselamatan baik di dunia maupun akherat kepada Tuhan YME, selain itu juga
ungkapan rasa bersyukur atas apa yang telah mereka dapatkan dalam hidupnya. (2)
Tradisi Macanan ini dilaksanakan setiap bulan Sura, Maulud, Rawah, Syawal dan
Besar. Pelaksanaan upacara tradisi Macanan ada berbagai kegiatan dari kegiatan
bersih makam, berdo’a dan dilanjutkan selamatan pacitan dan selamatan tumpeng. (3)
Dalam tradisi Macanan ini mengandung beberapa unsur nilai yaitu nilai religius, nilai
kepedulian sosial, nilai kesopanan dan nilai keindahan.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
beraneka ragam dan unik yang harus tetap dilestarikan. Kearifan lokal memiliki
hubungan erat dengan budaya tradisional atau budaya lokal. Dalam kearifan lokal
masyarakat sehari-hari. Suyatno (2014) menyatakan bahwa pada umumnya nilai dan
etika moral yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan turun temurun, diwariskan
dari generasi ke generasi, melalui sastra lisan (antara lain dalam bentuk pepatah dan
peribahasa, folklore) dan manuskrip. Kearifan lokal yang diajarkan secara turun
temurun itu merupakan kebudayaan yang patut dijaga dan dilestarikan masing-masing
daerah. Setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan yang patut di jaga dan
.Namun seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan arus
globalisasi semakin maju mengharuskan bangsa Indonesia semakin waspada akan hal-
hal yang membawa dampak negatif seperti masuknya budaya asing yang dapat
Iryanti (2017) forum masyarakat peduli budaya Indonesia mencatat setidaknya ada 10
budaya Indonesia yang diklaim sebagai milik Malaysia dan pada saat yang bersamaan
1
2
dekadensi moral generasi muda semakin tidak terbendung sebagai akibat dari dampak
bahwa rasa bangga dan kepedulian melestarikan budaya kurang tertanam di generasi
muda indonesia saat ini. Minat mereka untuk mempelajarinya kurang mereka lebih
tertarik belajar kebudayaan asing. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya
informasi kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Padalah Indonesia memiliki tujuh
warisan budaya, tiga diantaranya warisan budaya dunia. Dari hal tersebut dapat dilihat
bahwa generasi muda bangsa Indonesia sudah mulai kurang peduli terhadap nilai-nilai
melihat kebudayaan maupun kearifan lokal. Dalam membendung arus globalisasi ini
sejatinya dimulai dari penguatan pandangan hidup, yang dalam hal ini dapat digali
kembali dari nilai-nilai kearifan lokal. .Pendidikan karakter atau pendidikan moral
sangat penting dalam membangun jati diri dan identitas bangsa. Pendidikan karakter
yang harus dikembangkan dalam keluarga dan masyarakat adalah nilai-nilai religius
untuk saling mengenal antar budaya satu dengan budaya lainnya dikenal sebagai
karakter tidak terlepas dari kearifan lokal yang di jadikan sebuah pegangan oleh
masyarakat. Kearifan lokal ada dengan proses yang sangat panjang dan memiliki nilai-
nilai leluhur yang ada didalamnya dengan adanya kebudayaan sebagai bukti
kemasyarakatan yang membentuk bangsa, baik yang berskala kecil ataupun besar,
jati diri bangsa tersebut. Jadi berdasarkan pendapat Sedyawati tersebut bahwa
lokal yang dimana nilai-nilai kearifan lokal tersebut diwariskan pada generasi
penerusnya.
Indonesia, pengenalan budaya dan penguatan nilai-nilai luhur perlu digali bagi
nilai-nilai kearifan lokal yang ada di daerah sendiri. Di kabupaten Cilacap masih
4
Adipala, kabupaten Cilacap yang sudah diwariskan sejak jaman dulu. Pelestarian
tradisi Macanan ini mempunyai paguyuban sendiri yaitu PRKJ (Paguyuban resik
kubur jero tengah) yang dimana masyarakat adiraja memiliki peran yang terlihat
membentuk dan melestarikan tradisi tersebut. Masyarakat adat desa Adiraja ini masih
Adiraja sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, tidak diketahui secara pasti tahunnya
tetapi diperkirakan sekitar tahun 1700an. Tradisi ini dibawa oleh Eyang Bonokeling,
Eyang Buyut Demang Somayuda, dan Eyang Maja Candra. Dimana tradisi ini
memiliki makna yang terkandung dalam ritual tradisi ini adalah sebagai bentuk
kepada Tuhan YME, selain itu juga ungkapan rasa bersyukur taas apa yang telah
mereka dapatkan dalam hidupnya. Meskipun tidak tahu kapan berdirinya namun
pada generasi penerusnya. Hal ini perlu diperhatikan karena pelestarian nilai-nilai
kearifan lokal pada generasi penerus ini sudah mulai mengkhawatirkan dan patut
prihatin karena mulai lunturnya nilai-nilai adat istiadat dan budaya di masyarakat.
beberapa nilai-nilai yang melekat dalam tradisi tersebut. Nilai religius, nilai
kepedulian sosial, nilai kesopanan dan nilai keindahan. Dari nilai-nilai tersebut harus
tetap dijaga dan lestarikan karena nilai tersebut merupakan warisan leluhur yang sudah
5
melekat pada tradisi Macanan, tetapi pada kenyataannya tidak sedikit generasi muda
yang kurang menjaga dan mencintai nilai-nilai kearifan lokal tersebut, salah satunya
dengan orang yang lebih tua tidak menggunakan unggah-ungguh bahasa krama alus
yang menjadi salah satu aturan yang tidak tertulis di desa Adiraja. Dari penjabaran
yang diatas, maka peneliti bermaksud melakukkan penelitian dengan judul “Nilai-nilai
B. Identifikasi Masalah
diatas, maka dapat dirumuskan identifikasi masalah yang ada sebagai berikut :
lokal
3. Terdapat generasi muda yang kurang memahami nilai-nilai yang terkandung dalam
tradisi Macanan.
C. Pembatasan Masalah
permasalahan yang dibahas yaitu berkaitan dengan masalah “Generasi muda yang
D. Rumusan Masalah
masalah penelitian ini adalah nilai-nilai kearifan lokal apa saja yang terkandung dalam
Tengah?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dengan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi civitas
mata kuliah Studi masyarakat Indonesia dan Hukum adat. Selain itu dapat menjadi
2. Manfaat Praksis
a. Bagi Peneliti, sebagai pemenuhan dalam rangka menyelesaikan tugas akhir dan
masyarakat sekitar Desa Adiraja bahwa tradisi Macanan tersebut tidak dapat
G. Definisi Operasional
1. Kearifan Lokal
pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang
berwujud aktivitas yang dilakukkan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai
masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka, dalam Bahasa asing sering disebut juga
2. Nilai
segala hal yang berhubungan dengan tingkah laku manusia mengenai baik dan buruk
yang diukur oleh agama, tradisi, etika, moral dan kebudayaan yang berlaku dalam
masyarakat.
3. Tradisi
8
tradisi adalah kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan
dalam masyarakat.
4. Tradisi Macanan
salah satu kebudayaan yang menjadi ciri khas masyarakat desa Adiraja. Makna yang
terkandung dalam ritual tradisi ini adalah sebagai bentuk perwujudan masyarakat
KAJIAN TEORI
yang sampai saat ini masih dijaga kelestariannya dan dijadikan sebagai sumber nilai
yang menjadi pedoman hidup. setiap daerah mempunyai kearifan lokal yang berbeda-
beda. Nilai kearifan lokal juga dapat dijumpai dalam masyarakat adat yang tersebat di
berbagai wilayah Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dari beberapa penelitian
yang telah melakukkan penelitian dengan kajian nilai-nilai kearifan lokal dalam
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Sapri (2016) yaitu tentang Kearifan
Lokal adat Samulo Rua Buluttana Kecamatan Tinggimocong Kabupaten Gowa. Hasil
dari penelitian yang pertama, yaitu wujud adat Sampulo Ruo Buluttana dari hasil
wawancara penulis wujud adat Sampulo Ruo Buluttana adalah sebuah perlindungan
kepada semua masyarakat dan terdapat empat wujud kebudayaan lokal masyarakat
muslim buluttana yang sangat menonjol, yakni Budaya Attomplo, Palili, Pabbuntingan
dan Tu Kamateang. Kedua, nilai-nilai yang terkandung dalam Adat Sampulo Rua
Buluttana neliputi nilai kejujuran, kesabaran, dan kebaikan terintegrasi dengan nilai-
nilai spiritual sehingga masyarakat muslim Buluttana menjadikan Adat Sampulo Rua
Sampulo Rua dilihat dari acara ritual Apalili di Butta Toa Buluttana mengarah kepada
9
10
kemusyrikan, tetapi pada sisi lain sebagian besar masyarakat muslim Buluttana bahwa
Pada penelitian ini terdapat persamaan dengan penelitian yang akan penulis
teliti yaitu keduanya mengkaji nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam suatu
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati atau permasalahan yang sedang dihadapi. Perbedaan
dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu lokasi penelitian ini di kabupaten
Gowo dan penelitian yang akan penulisi teliti di desa Adiraja Kecamatan Adipala.
yang akan penulis teliti kontribusi dalam penelitian yang akan dilakukkan oleh peneliti
yaitu nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam adat Sampulo Rua dapat dijadikan
saran agar tetap terjaganya nilai-nilai kearifan lokal tersebut. Penelitian yang akan
dalam tradisi atau adat. Sama-sama menggunakan penelitian kualitatif yang dari semua
kearifan lokal dalam pandangan hidup masyarakat adat kampung Kuta, hasil dari
penelitian menunjukkan dua bagian utama yang pertama, jenis pandangan hidup
masyarakat adat kampung Kuta yaitu tentang manusia sebagai pribadi, hubungan
manusia dengan masyarakat, hubungan manusia dengan Tuhan dan Roh leluhur, dan
manusia dalam mengejar kepuasan lahiriah dan batiniah. Kedua, nilai yang tercermin
11
adalah ikhlas, taat, visioner, bertanggung jawab, pengabdian, setia, simpati, empati,
kasih saying, toleran, rela berkorban, mengabdi, iman, takwa, sederhana, rendah hati,
Pada penelitian ini terdapat persamaan dengan penelitian yang akan penulis
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Perbedaan dengan penelitian yang
akan penulis teliti yaitu lokasi penelitian ini di masyarakat adat kampung Kuta di desa
yang akan penulis teliti kontribusi dalam penelitian yang akan dilakukkan oleh peneliti
yaitu nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat adat kampung Kuta
dapat dijadikan saran agar tetap terjaganya nilai-nilai kearifan lokal tersebut.
nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi atau adat. Sama-sama menggunakan penelitian
kualitatif yang dari semua itu akan dijadikan referensi oleh peneliti.
Kearifan lokal dalam Tradisi Misalin di Kecamatan Ciragas Kabupaten Ciamis. Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa Tradisi Misilan memiliki nilai-nilai kearifan lokal,
diantaranya nilai religius pada hakikatnya , tradisi ini adalah memohon keselamatan
kepada Allah SWT, dengan bentuk ucapan rasa syukur dan berdoa kepada Tuhan
Yang Maha Esa agar dapat mecapai keselamatan hidup. Nilai seni pada tradisi misilan
12
estetis pada penonton. Nilai Ekonomi ini dipercaya dan dijadikan mata pencaharian
hidup bagi masyarakat sekitar agar mereka mendapatkan rezeki yang berlimpah.
Pada penelitian ini terdapat persamaan dengan penelitian yang akan penulis
yang terdapat di kampung adat.. Perbedaan dengan penelitian yang akan penulis teliti
yaitu lokasi penelitian ini desa Cimaragas kabupaten Ciamis dan penelitian yang akan
lainnya dalam metode penelitian ini menggunakan pendekatan historis yang terdiri
dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan penelitian yang akan
kasus.
yang akan penulis teliti kontribusi dalam penelitian yang akan dilakukkan oleh peneliti
yaitu nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat adat dapat dijadikan
saran agar tetap terjaganya nilai-nilai kearifan lokal tersebut. Penelitian yang akan
dalam tradisi atau adat. dari semua itu akan dijadikan referensi oleh peneliti.
kearifan lokal (Local Wisdom) Tradisi Memitu pada Masyarakat Cirebon. Hasil dari
nilai-nilai kesadaran religi walaupun tidak diajarkan dalam islam, namun didalamnya
13
ada muatan nilai-nilai yang diajarkan dalam islam, yaitu permohonan kepada Allah
SWT, dalam rangka keselamatan dan kebahagian melalui laku suci (proses penyucian
diri) dari berbagai kotoran dan noda dosa yang selama ini dilakukan. Nilai lainnya
Pada penelitian ini terdapat persamaan dengan penelitian yang akan penulis
Perbedaan dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu lokasi penelitian ini desa
Setupatok kecamatan Mundu kabupaten Cirebon dan penelitian yang akan penulisi
teliti di desa Adiraja Kecamatan Adipala, kabupaten Cilacap. Perbedaan lainnya dalam
yang akan dilakukkan oleh penulis dengan menggunakan pendekatan kualitatif metode
studi kasus. Hasil penelitian ini memberikan relevansi dan kontribusi terhadap
penelitian yang akan penulis teliti kontribusi dalam penelitian yang akan dilakukkan
oleh peneliti yaitu nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat adat dapat
dijadikan saran agar tetap terjaganya nilai-nilai kearifan lokal tersebut. Penelitian yang
lokal dalam tradisi atau adat. Metodologinya dapat digunakan sebagai referensi penulis
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam tradisi ini mengandung makna yang
sangat mendalam tentang jalinan kekerabatan antara anak batino dan anak bajantan
14
akan selalu terjaga melalui tradisi silaturahmi ini, meskipun harta pusaka keluarga
dikelola oleh anak batino secara bergiliran melalui tradisi silaturahmi ini anak bajantan
dapat juga menikmatinya dari ngatau bhauh anak batino kerumah anak bajantan
sebelum Ramadhan. Pada penelitian ini terdapat persamaan dengan penelitian yang
yang akan penulis teliti yaitu lokasi penelitian ini desa Cimaragas kabupaten Ciamis
dan penelitian yang akan penulisi teliti di desa Adiraja Kecamatan Adipala, kabupaten
Cilacap. Perbedaan lainnya yaitu pada tujuannya yaitu menyatukan masyarakat dan
Sedangkan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu mendeskripsikan
yang akan penulis teliti kontribusi dalam penelitian yang akan dilakukkan oleh peneliti
yaitu kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi silaturahmi menelang Ramadahan di
Hamparan Rawang dapat dijadikan saran agar membuka pikiran masyarakat untuk
melestarikan suatu tradisi yang menjadi kearifan lokal di daerah sendiri. dari semua itu
B. Kajian Teori
a. Pengertian Kebudayaan
bentuk jamak “buddhi” yang berarti “budi” atau akal. Dengan demikian kebudayaan
“Kebudayaan adalah sebagai hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat, karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau
kebudayaan jasmani (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk
menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan
untuk keperluan masyarakat (Soekanto, 2007:151)”.
mengacu pada kumpulan pengetahuan yang secara sosial diwariskan dari satu generasi
ke generasi selanjutnya yang kontras dengan makna sehari-hari yang merujuk pada
warisan sosial tertentu yang tradisi sopan santun dan kesenian. Budaya merupakan
sistem mengenai kosepsi-kosepsi yang diwriskan dalam bentuk simbolik dengan cara
dan sikapnya terhadap kehidupan sebagai alat untuk memahami aspek kehidupan
serta hasil karya manusia yang kemudian dijadikan tata cara dalam bermasyarakat.
16
1) Kepercayaan
Kepercayaan berkaitan dengan pandangan tentang bagaimana dunia ini
beroprasi.
2) Nilai
Nilai mengacu pada apa atau sesuatu yang oleh manusia dan
masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang paling berharga.
3) Norma dan Sanksi
Norma dan Sanksi adalah suatu aturan khusus, atau seperangkat aturan
tentang apa yang harus dan yang tidak harus dilakukkan, sanksi akan
berlaku jika apa yang tidak harus dilakukan tersebut dilanggar.
4) Teknologi
Sebagai hasil penerapan teknologi adalah cara kerja manusia, dengan
teknologi manusia secara intensif berhubungan dengan alat dan
membangun kebudayaan dunia sekunder yang berbeda dengan dunia
primer.
5) Simbol
Simbol adalah sesuatu yang dapat mengekspresikan atau memberikan
makna.
6) Bahasa
Menurut Lyons (Maran, 2000), Bahasa merupakan seperangkat simbol
dan tata aturan untuk menggunakan simbol-simbol dalam kombinasi-
kombinasi yang penuh arti.
7) Kesenian
Melalui karya-karya seni, seperti seni sastra, music, tari, lukis dan
drama manusia mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaanya.
secara simbolik, yang dengan cara ini manusia dapat berkomunikasi, melestarikan, dan
bahwa salah satu bentuk wujud kebudayaan adalah untuk berkomunikasi kepada
Menurut Soekanto (2007) dalam wacana kebudayaan dan sosial, sulit untuk
mendefinisikan dan memberi batasan terhadap budaya lokal atau kearifan lokal,
mengingat hal ini akan terkait teks dan konteks, manun secara etimologi dan keilmuan
para pakar sudah merumuskan definisi terhadap local culture atau local wisdom
Jadi mengacu pada pada pengertian budaya, wujud budaya, unsur budaya
dan sifat hakikat budaya yang telah dijelaskan diatas, budaya lokal adalah nilai-nilai
lokasi hasil budidaya masyarakat suatu daerah yang terbentuk secara alami dan
a. Pengertian Nilai
Menurut Winarno (2007) Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, dan
berguna bagi manusia. Nilai adalah sesuatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap
suatu hal yang dapat menjadi dasar penentuan tingkah laku manusia. Sedangkan
Menurut Kaelan (2009) nilai dalam bahasa inggris adalah Value yang diartikan sebagai
harga, penghargaan atau taksiran, maksudnya adalah harga yang melekat pada sesuatu
atau penghargaan terhadap sesuatu. Rusdiana dan Zakiyah (2014) menyatakan bahwa
nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adat istiadat, etika, kepercayaan, dan
individu yang selanjutnya tercermin dalam cara bertindak dan bertingkah laku dalam
memberikan penilaian. nilai itu segala sesuatu yang yang berhubungan dengan tingkah
laku manusia mengenai baik dan buruknya yang dapat diukur oleh agama, tradisi,
Lorens (2002) dalam bukunya Kamus Filsafat menjelaskan tentan nilai yaitu
sebagai berikut :
1. Nilai dalam Bahasa Ingris value, Bahasa latin valere (berguna, mampu,
akan, berdaya, berlaku, kuat)
2. Nilai ditinjau dari segi harkat adalah kualitas suatu hal yang menjadikan
hal itu dapat disukai, diingin
19
Menurut Isna (2001) Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai
bukan benda konkrit bukan fakta tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut
tidak disenangi. Adapun pengertian nilai dari pendapat beberapa para ahli antara lain :
1. Menurut Milton Rekeach dan James Bank nilai adalah suatu tipe
kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup keprcayaan dalam mana
seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan memiliki dan
dipercayai. (Una Kartawisastra, 1980)
2. Menurut Lauis D. Kattsof mengartikan nilai sebagai berikut : pertama
nilai merupakan kualitas empiri yang tidak dapat didefinisikan, tetapi
kita dapat mengalami dan memahami cara langsung kualitas yang
terdadap dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak semata-mata
subjek, melainkan ada tolok ukur yang pasti terletak pada esensi objek
itu. Kedua, nilai sebagai objek dari suatu kepentingan, yakni suatu
objek yang berada dalam kenyataan maupun pikiran. Ketiga, nilai
sebagai hasil dari pemberian nilai, nilai itu diciptakan oleh situasi
kehidupan. (Syamsul Maarif, 2007)
3. Chabib Thoha (1996) nilai merupakan sifat yang melekat pada suatu
(sistem kepercayaan) yang telah terhubung dengan subjek yang
memberi arti (manusia yang meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang
bermanfaat dan berguja bagi manusia sebagai acuan tingkah laku.
merupakan sesuatu esensi yang telah melekat dalam diri manusia. Esensi tidak berarti
sebelum dibutuhkan oleh manusia, tetapi tidak berarti adanya esensi karena adanya
dengan peningkatan daya tangkap pemaknaan manusia itu sendiri. Jadi nilai adalah
sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sebagai subjek menyangkut segala sesuatu
baik atau buruk sebagai abstraks, pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman
Purwanto (Rusdiana dan Zakiyah, 2014) menyatakan bahwa nilai yang ada
yang dianutnya. Semua itu mempengaruhi sikap, pendapat, dan pandangan individu
yang selanjutnya tercermin dalam cara bertindak dan bertingkah laku dalam
memberikan penilaian.
dikemukakan bahwa :
Nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik
minat seseorang atau kelompok. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai
selalu menyangkut tindakan.
angka kepandaian, banyak sedikitnya isi, kadar, mutu, sifat-sifat (hal-hal) yang penting
dengan hakekatnya.” Nilai menunjukkan sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu
(objek), sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila ada sifat atau kualitas yang
melekat sesuatu (objek) itu. Dalam pandangan filsafat, sesuatu dikatakan mempunyai
nilai apabila sesuatu itu berguna, benar, indah baik, religius dan sebagainya. Nilai itu
bersifat ideal, sebagai sesuatu yang abstrak, nilai tidak dapat disentuh oleh panca
Nilai itu bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan
(motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata
hatidan pikiran sebagai sutau keyakinan dan kepercayaan yang bersumber pada
berbagai sistem nilai. Kaelan (Winarno, 2018) nilai adalah kemampuan yang
dipercayai ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Nilai adalah sifat atau
22
kualitas yang melekat pada objek, bukan objek itu sendiri. Sedangkan menurut
Daroeso (Winarno, 2018) nilai memiliki sifat sebagai suatu yang relaitas abstrak,
normatif dan sebagai motivator. Nilai tidak dapat diindera atau dilihat, sedangkan
yang dapat diamati adalah objek yang berniali tersebut. Sifat normative nilai berarti
nilai mengandung harapan, cita-cita dan keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal
(das sollen).
1) Nilai berkaitan dengan subjek. Kalua tidak ada subjek yang menilai,
maka tidak ada jnilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna nilai.
2) Nilai tampil dalam suatu konteks praktis, dimana subjek ingin membuat
sesuatu. Dalam pendekatan yang semata-mata teoretis, tidak aka nada
nilai.
3) Nilai-nilai menyangkut sifat-sifat yang “ditambah” oleh subjek pada
sifat-sifat yang dimiliki oleh objek nilai tidak dimiliki oleh objek pada
dirinya. Objek yang sama bagi berbagai subjek dapat menimbulkan
nilai yang berbeda-beda.
b. Macam-macam Nilai
c. Nilai-nilai Budaya
Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia. Nilai
adalah sesuatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal yang dapat menjadi
dasar penentuan tingkah laku manusia (Winarno, 2007). Oleh sebab itu, nilai dapat
dilihat sebagai prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku, keterkaitan
orang atau kelompok terhadap nilai menurut Winarno sangat kuat. Oleh sebab itu nilai
dapat dilihat sebagai pedoman bertindak dan sekaligus sebagai tujuan kehidupan
sebagai suatu yang menjadi milik bersama. Adapun nilai yang terdapat dalam budaya
Nilai yang terkandung dalam sebuah budaya bisa jadi sebuah reaksi dari suatu gejala
yang ada dilingkungan yang dirasa kuranf sesuai pada zamannya, sehingg muncul
suatu budaya tersebut. Seperti halnya tradisi Macanan yang mengandung nilai yang
ingin disampaikan apalagi tradisi Macanan sendiri memang lahir dari situasi dan
Menurut Fajarini (2014) Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu
pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan
kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijakan
lokal yang berarti tempat atau pada suatau tempat atau pada suatu tempat tumbuh,
terdapat, hidup sesutau yang mungkin berbeda dengan tempat lain atau terdapat
disuatu tempat yang bernilai yang mungkin berlaku setempat atau mungkin berlaku
universal. Kearifan lokal menurut UU. No 32 Tahun 2009 adalah nilai-nilai luhur yang
berlaku di dalam tata kehidupan masyarakat yang bertujan untuk melindungi sekaligus
kebudayaan tradisional suku-suku bangsa. Kearifan dalam arti luas tidak berarti
norma-norma dan nilai-nilai budaya, melainkan juga segala unsur gagasan, termasuk
pengertian tersebut maka yang termasuk dalam penjabaran kearifan lokal adalah
nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat antara lain melindungi
Menurut Santosa (2015) ada pula ciri-ciri dari kearifan lokal itu sendiri
yang meliputi:
Kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam sutau
daerah. Kearifan lokal memiliki kandungan nilai kehidupan yang tinggi dan layak
terus digali, dikembangkan, serta dilestarikan sebagai antitesis atau perubahan sosial
budaya dan modernisasi. Kearifan lokal produk budaya masa lalu yang runtut secara
terus-menerus dijadikan pegangan hidup, meskipun bernilai lokal tapi nilai yang
keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas
Njatrijani (2018). Kearifan lokal memiliki kandungan nilai kehidupan yang tinggi dan
layak terus digali, dikembangkan, serta dilestarikan sebagai antitesis atau perubahan
Kearifan lokal produk budaya masa lalu yang runtut secara terus-menerus
dijadikan pegangan hidup, meskipun bernilai lokal tapi nilai yang terkandung
budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal
Kearifan lokal memiliki tatanan nilai-nilai sosial yang tinggi yang harus
dikembangkan dan dilestarikan. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu
28
lokal tetapi nilai yang terkandung didalamnya sangat universal. Fungsi kearifan lokal
unsur-unsur budaya luar, sebagai filter dan pengendalian terhadap budaya luar.
Bali Menuju Unsur Tradisi”, antara lain memberikan informasi tentang berbagai
Berdasarkan penjelasan fungsi-fungsi tersebut tampak betapa luas ranah, mulai dari
Fungsi kearifan lokal menurut Jhon Haba (dalam Abdullah, 2008 7-8)
sebagai berikut:
5) Local wisdom akan mengubah pola pola piker dan hubungan timbal
balik individu dan kelompok, dengan melekatnya di atas kebudayaan
yang dimiliki.
6) Kearifan lokal dapat mendorong terbangunnya kebersamaan, apresiasi
sekaligus sebuah mekanisme bersama untuk menepis berbagai
kemungkinan yang meredusir, bahkan merusak, solidaritas komunal,
yang dipercayai berasal yang tumbuh diatas kesadaran bersama, dari
sebuah terintegrasi.
Kearifan lokal merupakan sebuah identitas yang dimiliki setiap daerah yang
dimana kearifan lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia berbeda-beda, dengan
digali terus kearifan lokal yang ada di wilayah Indonesia maka akan terus semakin
Seperti yang diungkapkan Rusdiana dan Zakiyah (2014) bahwa nilai yang
ada pada seseorang dipengaruhi oleh adat istiadat, etika, kepercayaan, dan agama yang
selanjutnya tercermin dalam cara bertindak dan bertingkah laku dalam memberikan
penilaian. oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai pedoman bertindak dan sekaligus
sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri. Dalam pandangan John Haba kearifan
lokal merupakan bagian konstruksi budaya, yang mengacu pada berbagai kekayaan
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat dikenal, dipercaya,
Menurut Huda (2015) pada prinsipnya nilai kearifan lokal adalah sistem
pengetahuan yang khas dari suatu masyarakat atau budaya tertentu yang dijadikan
kepada generasi selanjutnya untuk menjaga nilai yang menjadikan suatu komunitas
30
masyarakat baik seperti yang selama ini telah dijaga dan dipertahankan. Dalam
masyarakat Indonesia sendiri nilai-nilai kearifan lokal dapat ditemui dalam sebuah
nyanyian tradisional atau lagu daerah, petuah, pepatah, semboyan dan kitab-kita yang
pengetahuan lokal adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau budaya
tertentu yang telah berkembang sekian lama, sebagai hasil proses hubungan timbal
bahwa:
“kearifan lokal hanya terdapat pada suatu daerah tertentu dapat berupada
adat-istiadat, kesenian, dimana dalam adat istiadat dan kesenian tersebut
mengandung nilai-nilai baik yang selalu ingin dipertahankan. Kearifan lokal
juga dapat berupa semboyan hidup berupa pepatah-petatah-petitih yang
diwariskan atau disampaikan secara turun temurun sudah dari sejak lama,
kemudian nilai-nilai yang telah ada dipegang dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat atau sebagai pegangan hidup”.
Kearifan lokal merupakan identitas bangsa, kearifan lokal adalah filosofis dan
pandangan hidup yang mewujud dalam berbagai bidang keihidupan. Kearifan lokal
paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukkan sejak lama dan menjadin dari
kehdupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu
atau agama yang sama. Tradisi juga merupakan suatu pewarisan kebiasaan dari satu
31
generasi ke generasi selanjutnya yang dapat berupa upacara adat atau kegiatan-
Tradisi Macanan merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi ciri khas
masyarakat desa Adiraja. Tradisi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang
hingga sekarang. semakin pudarnya suatu tradisi karena perkembangan
jaman dan kemajuan teknologi, tradisi Macanan yang ada di Desa Adiraja
muncul sejak ribuan tahun lalu, tidak diketahui secara pasti tahunnya tetapi
diperkirakan sekitar tahun 1700an. Tradisi ini dibawa oleh Eyang
Bonokeling, Eyang Buyut Demang Somayuda, dan Eyang Majacandra.
Makna yang terkandung dalam ritual tradisi ini adalah sebagai bentuk
perwujudan masyarakat untuk meminta keselamatan baik dunia maupun
akherat kepada Tuhan YME, selain itu juga ungkapan rasa bersyukur atas
apa yang telah mereka dapatkan dalam hidupnya. Macanan ini dilaksanakan
pada hari jum’at kliwon di bulan Sura, Maulud, Sadran, Syawal dan Besar.
Ritual dalam pelaksanaan tradisi ini ada dua selamatan yaitu selamatan
Pacitan dan selamatan Salagan atau tumpeng.
Terdapat beberapa ritual dalam tradisi ini. Dimulai dari bersuci dilanjutkan
doa yang dibarengi dengan membakar dupa atau kemenyan yang telah disiapkan.
Kemudian bersih taman secara bergantian. Setelah itu, melakukan ritual “salam bekti”
yaitu saling meminta maaf antara anak putu macanan kepada para bedogol. Setelah
keseluruhan ritual selesai, anak putu macanan kembali ke lokasi kumpul di pasemuan
pendahulu Dany Rubika (2018) yang diteruskan secara turun temurun bahwa aada
seorang pengelana yang bernama Ki Bonokeling (awal mula tidak tidak diketahui asal
Ki Bonokeling merupakan seorang tokoh penyebar islam yang berasal dari pasir
luhur).
32
jawa, tepatnya di sebelah barat pegunungan yang berada di bantaran sungai dan
berhadapan dengan laut selatan, tempat itu dikenal dengan nama pegunungan selok.
dan tentang keyakinan terhadap Tuhan, karena merasa sepemahaman dan dapat saling
teksturnya berbatu namun tepat dipinggiran sungai. Ki Bonokeling di tempat itu pula
beliau gemar bersemedi (mendekatkan diri secara khusus kepada yang maha kuasa)
keyakinan kepada Tuhan secara lisan atau tanpa tulisan. Tempat tersebut sampai saat
ini dikenal dengan nama Kaendran. Nama kaendran berasal dari Bahasa jawa yaitu
kata “Nendra” yang artinya “Turu” atau tidur (turu atau tidur dalam pandangan ini
adalah bersemedi).
putunya/anak cucunya termasuk merawat dan melestarikan Kaendran hingga saat ini.
Dalam kegiatan ritual tertentu bertempat di Kendran namun untuk kegiatan selamatan
sebagai Depok/Padepokan Kaendran, karena memang di tempat itu awal mula adanya
simbolik adalah suatu faham yang menyatakan bahwa hakekat terjadinya interaksi
sosial antara individu dan antar individu dengan kelompok, kemudian antara
bentuk interaksi sosial itu dimulai dan berakhir dengan mempertimbangkan diri
simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran
manusia (Mind), mengenal diri (Self), dan hubungan ditengah interaksi sosial dan
(Society) dimana individu tersebut menetap. Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari
makna yang berbeda, sama halnya yang terdapat dalam tradisi Macanan. Pemaknaan
simbol dalam tradisi Macanan ini berupa upacara adat, pakaian adat, rumah atau
tempat pasamuan, dan sesajian dalam Tradisi sebagai bentuk interpretasi masyarakat
ritual adat yang dilakukan sebagai petunjuk atau ciri khas dalam tradisi. Jadi makna
simbolik dalam penelitian ini adalah nilai-nilai yang terkandung pada proses
D. Kerangka Pikir
pikir atau konsep dengan tujuan membuat arah penelitian menjadi jelas. Kearifan lokal
merupakan nilai-nilai luhur yang berlaku di dalam tata kehidupan masyarakat yang
Kearifan lokal berhubungan erat dengan adat istiadat atau tradisi. Dalam kearifan lokal
mempertahankan serta melaksanakan pandangan, aturan, nilai, dan norma yang ada.
masih melestarikan adat istiadat atau tradsi masyarakat pedesaan. Tradisi Macanan
merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Adiraja Kecamatan
Adipala Kabupaten Cilacap. Makna yang terkandung dalam ritual tradisi ini adalah
maupun akherat kepada Tuhan YME, selain itu juga ungkapan rasa bersyukur atas apa
yang telah mereka dapatkan dalam hidupnya. Tradisi yang dijalankan masyarakat Desa
Adiraja ini merupakan kearifan lokal karena tradisi ini merupakan tradisi yang sudah
dilakukan secara turun menurun Tradisi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang
hingga sekarang.
kegiatan dari kegiatan bersih makam atau ziarah dari kegiatan tersebut mengandung
makna yang terkandung dalam krgiatan tesebut yaitu sebagai pengingat bahwa setiap
yang hidup akan mati dan sebagai pengabdian diri kepada leluhurnya. Kegiatan
tesebut yaitu sebagai bentuk permohonan keselamatan dan ucapan rasa syukur kepada
Tuhan YME.
36
selanjutnya dan sebagai media penanaman nilai kepada masyarakat melalui petuah
yang ada didalamnya. Dengan kata lain budaya akan terus dipertahankan dan
yang sekarang pada era globalisasi menjadikan tantangan tersendiri bagi budaya lokal.
Dengan hal yang demikian dibutuhkan peran para pihak dalam hal ini pemerintah dan
juga masyarakat itu sendiri dalam mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai yang
terkandung dalam Tradisi Macanan sebagai budaya lokal. Maka kerangka berfikir dari
Kearifan Lokal
Tradisi Macanan
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
pendekatan penelitian kualitatif lebih memungkinkan untuk melihat realita yang terjadi
disebut juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak
kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif
(sugiyono, 2016)
yang lebih meningkatkan proses daripada hasil, membatasi seperangkat kriteria untuk
memberikan keabsahan dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak
yaitu peneliti dengan subjek yang diteliti. Dengan penelitian ini peneliti
mendeskripsikan tentang apa saja nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam
Tradisi Macanan.
37
38
B. Jenis Penelitian
jenis studi kasus. Jenis penelitian studi kasus yang digunakan pada penelitian ini
dimaksudkan untuk mendeskripsikan tentang apa saja nilai-nilai kearifan lokal yang
di desa Adiraja kecamatan Adipala kabupaten Cilacap yang tidak ada di daerah lain.
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Subjek Penelitian
keadaan atau orang tempat data di permasalahkan untuk pemilihan subjek penelitian.
Tahun)
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah permasalahan hal, perkara atau orang yang menjadi
pokok pembicaraan atau hal yang dijadikan sasaran untuk diteliti. Yang menjadi objek
dalam suatu penelitian. Arikunto (2005) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data
adalah cara yang digunakan olehpeneliti untuk mengumpulkan data pada saat
melakukan penelitian agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu
a. Wawancara
Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab,
sambal bertatap muka antar si penanya atau pewawancara dengan si penjawab
40
dimana para subjenya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula
apa maksud wawancara itu, hal ini agar sesuai dengan penelitian kualitatif yang
Saptoyo, Bapak Dani Rubika selaku ketua himpunan PRKJ dan Bapak Surono selaku
sesepuh adat yang dilaksanakan bersamaan pada waktu yang bersamaan yaitu pada
tanggal 18, 20 dan 25 Agustus 2020 . Proses wawancara ini dibutuhkan peneliti untuk
pengumpulan data yang sebenarnya guna menunjang hasil penelitian guna mengetahui
sejarah tradisi macanan dan mengetahui interalisasi nilai yang terdapat dalam tradisi
b. Observasi
dikaji, dalam hal ini peneliti terjun langsung dalam lingkungan masyarakat. Peneliti
melakukan metode observasi langsung mendatangi kantor balai desa Adiraja dan juga
mendatangi salah satu rumah warga pada tanggal 20 maret 2020. Pengamatan dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui apa saja nilai-nilai kearifan lokal yang
c. Dokumentasi
atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasarti,
penelitian agar dapat memberikan keterangan dengan jelas mengenai penelitian yang
diperlukan, mengolah dokumen, memotret atau mengambil foto dan video. Adapun
dokumentasi mengambil foto yang hasilnya berupa foto kegiatan upacara adat Tradisi
Macanan, foto kegiatan napak tilas, foto kegiatan resik kubur, foto pakaian adat
menggunakan instrument yang telah tersedia atau biasa disebut instrument baku
(standardized) dan dapat pula dengan instrument yang dibuat sendiri. Arikunto (2002)
instrument penelitian ini adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasil yang lebih baik, dalam arti
lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian
merupakan instrument utama penelitian adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2007)”.
Adiraja?
b. Bagaimana penanaman
tradisi Macanan terhadap
generasi penerusnya?
2. Pelaksanaan tradisi a. Bagaimana tahap proses
Macanan pelaksanaan tradisi
Macanan?
c. Bagaimana upaya
pemerintah desa Adiraja agar
tetap melestarikan tradisi
Macanan?
Analisis data merupakan bagian yang paling penting dalam metode ilmiah,
karena dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam
pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian
dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti
yang disarankan oleh data. Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan
adalah menggunakan teknik analisis kualitatif yaitu mengolah dan menganalisis data
43
penelitian yang telah terkumpul. Agar data yang terkumpul memiliki makna, analisis
1. Reduksi Data
lapangan. Proses pemilihan, penyusunan mengenai data pokok yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih
tajam tentang hasil pengamatan keadaan wawancara. Data yang telah dihasilkan
melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi merupakan data mentah yang masih
acak-acakan, peneliti melakukan pemilihan data yang relevan dan bermakna untuk
mengenai Nilai-nilai Kearifan lokal Tradisi Macanan di Desa Adiraja. Data tersebut
merupakan hasil dari narasumber yang menjawab pertanyaan yang sesuai deng
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Data tersebut akan diolah kelangkah
2. Klasifikasi Data
Data yang telah dipilih selanjutnya disusun secara sistematik ke dalam satu
unit dan diklasifikasikan sesuai dengan kategori yang ada sehingga dapat memberikan
3. Penyajian Data
atau menyajikan data kedalam tulisan yang sesuai dengan keadaan data sebenarnya.
44
Penyajian data dilakukkan dengan memaparkan data apa adanya, data wawancara yang
didapat dari narasumber, data yang didapat melalui teknik observasi dan teknik
4. Penafsiran Data
yang kemudian di luruskan dan di tafsirkan sesuai dengan tujuan dan maksud
penelitian agar saling berhubungan. Maka dari itu peneliti berusaha mencocokan
antara data yang diperoleh di lapangan melalui teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi dengan teori yang ada pada bab II. Dalam penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif makan untuk penafsiran data pada kualitatif dianalisis secara
deskriptif.
5. Menarik Kesimpulan
diatas, kemudian sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan dicapai maka ditarik
kesimpulan secaraa kritis menggunakan metode kualitatif yang berangkat dari hal-hal
semua narasumber.
hasilkan dari teknik wawancara kemudian dicocokkan dengan hasil observasi dan hasil
dokumentasi yang telah dilakukan. Jika hasil wawancara dengan hasil observasi dan
A. Hasil Penelitian
Jawa Tengah. Desa Adiraja hanya berjarak sekitar 3 km dari pusat kecamatan Adipala.
Sepanjang batas timur desa Adiraja dilewati oleh aliran sungai Bengawan yang
mengalir dari utara keselatan hingga bermuara di pantai Selok, Samudra Hindia. Desa
Adiraja dibentuk pada tahun 1830 dengan luas wilayah 504,16 Ha. Berdasarkan
monografi yang terdapat di balai desa Adiraja, batas wilayah desa Adiraja sebagai
berikut:
Akses jalan menuju Desa Adiraja cukup mudah untuk dilalui oleh pengguna
kendaraan darat, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari letak geografis
desa Adiraja diatas ternyata mendukung terjadinya kegiatan ritual tradisi Macanan.
Karena masyarakatnya masih memiliki kepedulian terhadap alam dan budaya. Tradisi
masa lalu yang sangat kental dan masih dilaksanakan sampai dengan saat ini. Selain
ini lokasi Desa Adiraja dekat dengan gunung Selok yang dimana gunung tersebut
terdapat banyak tempat-tempat untuk ritual yang dari dulu digunakan oleh para
leluhur.
45
46
TNI/POLRI, pedagang, petani, buruh tani, buruh harian lepas, tukang, pensiunan,
nelayan, peternak, jasa, pengrajin, swasta. Jika di tulis dengan table maka dapat dilihat
sebagai berikut:
7. Tukang 2 orang
8. Pensiunan 24 orang
9. Nelayan 89 orang
10. Peternak 13 orang
11. Jasa 11 orang
12. Swasta 230 orang
13. Perangkat Desa 21 orang
banyaknya pekerjaan tidak membuat masyarakat Desa Adiraja lupa akan kearifan
lokal yang sudah menjadi bagian dari masyarakat Desa Adiraja. Kegiatan ritual tradisi
Macanan selalu dilaksanakan setiap tahunnya dan masyarakat selalu bisa hadir dalam
banyak jumlah kepala keluarga 2.013 KK. Dengan perincian dapat di lihat pada table
berikut ini :
Jawa dan bahasa Indonesia. Penduduk di Desa Adiraja beragama muslim dan nasrani
keagamaan di Desa Adiraja memiliki 2 masjid, 4 mushola dan 1 gereja. Akses jalan
yang mudah dan sepanjang batas timur desa Adiraja dilewati oleh aliran sungai
Bengawan yang bermuara di pantai Selok dan desa Adira berbatasan dengan gunung
Selok yang dimana gunung tersebut terdapat banyak tempat-tempat ritual yang
terjadinya tradisi Macanan hal ini dikarenakan posisi wilayah desa Adiraja berada
dekat aliran sungai dan pantai yang memungkinkan masyarakat melaksanakan upacara
adat
Dany (33 Tahun) dan Saptoyo (43 Tahun) mengatakan bahwa tradisi
Macanan ini sudah ada dan sudah melekat dalam diri masyarakat desa Adiraja. Orang-
orang yang menganut tradisi ini asal muasalnya sudah dari para leluhur masyarakat
desa Adiraja. Sejarah persisnya belum tahu tetapi ada hubungan yang erat antara
48
Bonokeling. Kegiatan ritual dan selamatan selalu berpedoman pada pitutur dan napak
tilas yang dilakukan oleh leluhur dulu. Masyarakat Adiraja khususnya penganut tradisi
Macanan ini tidak terlepas dari garis keturunannya jadi mereka ada karena siapa
karena orang tua mereka dan orang tua mereka ada karena orang tuanya lagi. Alur
Surono (59 Tahun) jadi tradisi Macanan ini dulunya diwariskan oleh ki
Majacandra leluhurnya desa Adiraja ki Bonokeling itu penyebar islam dipesisir pantai
pakuncen. Ki majacandra dan ki Bonokeling berhubungan sangat dekat, pada saat itu
yang kebetulan tempat tersebut sangat dekat dengan desa Adiraja. Pada saat ki
Bonokeling meneruskan untuk berkelana ,ki Majacandra lah yang menjadi juru kunci
anak putu macannya.pada ritual tradisi ini ada perlengkapannya semacam tumpeng
yang ditemani dengan berbagai macam lauk pauk dan sayuran bahkan sampai buah-
buahan. Dan harus menggunakan pakaian khusus terutama pada saat akan melakukan
napak tilas dan melakukan selamatan tersebut. Disini ada 13 tokoh adat yang
semuanya menggunakan nama sepuh dari turunan yang pertama ada Maja Suwangsa,
Seja Diwirya, Dana Semita, Wirya Wijaya, Maja Wijaya, Arja Pada, Arja Wikarta,
Candra Jaya dan Marta Pada, semuanya itu tokoh adat atau bedogol-bedogol yang ada
di tradisi Macanan.
49
Dany (33 Tahun) dalam kegiatan yang dilaksanakan di tradisi Macanan ini
terdapat lembaganya juga yang mengatur atau mengurusnya, lemabaga adatnya yang
bernaung dibawah pemerintahan desa yaitu LPPMD , walaupun tidak ada peraturan
yang tertulis yang mengatur sendiri tentang tradisi ini tetapi disini mempunyai
paguyuban tersendiri yaitu PRKJ yang merupakan himpunan resik kubur jero tengah.
Kenapa rsik kubur karena resik kubur merupakan salah satu bagian dari tradisi
Macanan tersebut, selain selamatan disini juga ada kegiatan resik kubur yang rutin
dilakukan oleh masyarakat desa Adiraja setiap hari minggu sore dan rabu sore. Hal ini
bukan berarti kita itu menyembah atau meminta sesuatu pada benda mati, tetapi
dengan kegiatan tersebut itu kita mengenalkan simbah atau leluhur-leluhur kami
Hasil observasi dari asal mula tradisi Macanan menjadi ada dan menjadi ciri
khas di desa Adiraja ini yaitu sebuah tradisi yang diwariskan secara turun temurun
sejak jaman dulu oleh leluhur masyarakat desa Adiraja yang dibawa oleh Ki
Bonokeling dan Ki Majacandra. Dengan cara menurunkan ilmu atau ajarannya kepada
anak cucunya yang kemudian melekat sampai saat ini dan tetap dilestariakan.
macanan ini, terdapat lebaga adatnya yang bernaung dibawah pemerintahan desa yaitu
LPPMD, walaupun belum ada peraturan tertulisnya sendiri yang mengatur tradisi
Saptoyo (43 Tahun) kegiatan resik kubur itu buat pengingat kita bahwa
setiap yang hidup pasti akan mati dan pengabdian kepada leluhur kami dengan
embersihkan makamnya dan mengirim do’a supaya leluhur kami di akhirat diberi
jalan yang lapang, lain dengan kita meminta sesuatu hal kepada leluhur kami. Selain
adanya kegiatan resik kubur juga selalu ada kegiatan selamatan dalam tradisi
Macanan ini. Waktu selamatan itu hanya pada bulan Sura, Mulud, Sadran, Sawal dan
Besar. Kegiatan selamatan ini dilakukan sesuai dengan tahapannya atau napak tilas
yang telah dilakukan oleh leluhur kami sejak dulu, dengan membawa berbagai jenis
makanan yang satu sama lain itu berbeda-beda makananya. Kegiatan selamatan ini
dilakukan di Pasamuan, yang dimana semua warga yang mengikuti ritual atau
selamatan ini harus memakai pakaian adat sesuai unggah ungguhnya dan perjalanan
untuk menuju pasamuan dilakukan jalan kaki. Selamatan ini hanya sebagai ungkapan
rasa syukur bukan untuk memberi sesajen atau yang lainnya. Pasamuan ini tempat
yang digunakan untuk berkumpul oleh orang banyak untuk kegiatan adat istiadat dan
musyawarah. Biasanya kegiatan tersebut dihadiri kurang lebih 5000 orang tetapi
dengan adanya wabah covid-19 ini maksimal hanya boleh ditempati oleh 20 orang
saja.
Kegiatan atau tahapan yang dilakukan untuk ritual tradisi macanan itu diawali dengan
kegiatan rutin resik kubur yaitu kegiatan membersihkan makam. Dalam kegiatan
membersihkan makam ini mengandung makna sebagai pengingat, bahwa setiap yang
hidup pasti akan mati dan pengabdian diri kepada leluhur dengan membersihkan
makan dan mengiri do’a. selanjutnya dilakukan kegiatan selamatan dalam kegiatan
51
selamatan ini membawa berbagai jenis makanan untuk acara selamatan, dari berbagai
jenis makanan tersebut saling berbagi satu dengan yang lainnya agar saling merasakan
semua. Kegiatan selamatan ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap
a. Nilai Religius
Dany (33 Tahun) pada tradisi ini kita warga masyarakat desa Adiraja
kepercayaan sendiri. Tradisi macanan ini bersumber pada Tuhan kita semua
bersumber pada Allah bukan pada benda mati yang kita sembah itu salah. Salah satu
bentuk nilai religius yang bisa diambil contohnya itu pada kegiatan resik kubur yang
akan mengingatkan kita akan hari esok dimana kita semua hidup didunia akan mati
akan kembali lagi pada sang pencipta. Dan mengingatkan kita agar semua orang
harus mempunyai bekal untuk hidup setelah di dunia itu sebagai bekal di akhirat.
Contoh lain pada acara selamatan itu kita semua mengucapkan rasa syukur atas
dilimpahkannya rezeki hingga semua kebutuhan sandang pangan kita semua telah
tercukupi.
kaendran maupun tempat pasemuan tempat tersebut merupakan tempat yang sedari
dulu leluhur kami gunakan sama halnya kita beribadah jika islam di masjid kristen di
gereja yang dimana tempat tersebut mempunyai makna sendiri dan tempat yang suci
untuk menghadap sang maha kuasa, bukan berarti kami itu menyembah benda mati
seperti batu nisan atau semacamnya itu. Kami mendatangi kuburan atu makam itu
52
guna untuk membersihkan makam dan niat utama kami itu untuk mendo’akan
leluhur kami supaya diberikan tempat yang lapang bukan berarti kita meminta do’a
kepada orang yang sudah mati itu salah. Jadi kami memberi pengertian sejak dini
kepada generasi anak putu atau anak cucu kami agar mereka mengerti dan selalu
Hasil Observasi dari nilai religius adalah nilai yang bersumber pada
kepercayaan diri sendiri. Pada tradisi Macanan ini nilai religiusnya bersumber pada
Tuhan, segala macam bentuk ritual dari membersihkan makam itu mereka meyakini
bahwa memakai media seperti itu akan lebih afdol. Dari kegiatan bersih makam itu
mengingatkan semua orang bahwa kita hidup didunia ini hanya sementara yang
nantinya kita semua akan kembali kepada sang pencipta. Dan mengingatkan agar
semua orang harus mempunyai bekal untuk hidup diakhirat. Pada kegiatan
membersihkan makam itu juga mempunyai makna sendiri guna memanjatkan do’a
kepada Tuhan do’a yang mereka panjatkan itu semoga leluhur mereka diberi jalan
Saptoyo (43) dan Surono (59 Tahun) mengatakan bahwa di Desa Adiraja ini
bersama. Kita disini jika ingin membangun seperti fasilitas desa misalnya membuat
jalan saluran air itu tidak meminta dana kepada pemerintah ,bukan karena tidak mau
tetapi kita membuat saluran air itu dengan dana warga desa semua. Supaya kerasa
kebersamaannya dan kita semua selalu ingat untuk menjaga apa yang telah kita
semua warga tanpa diperintah mereka jalan sendiri untuk membantu jadi rasa gotong
Surono (59 Tahun) adanya ritual seperti selamatan di tradisi Macanan ini
juga kita semua saling berbagi hasil istilahnya. Dari semua orang mau yang berada
ataupun tidak kita semua kumpul mejadi satu di pasamuan membawa berbagai jenis
dan macam sayuran, lauk pauk hingga buah-buahan. Kita semua saling memberi satu
sama lain agar semua orang disana saling merasakan. Pada saat ada ritual tradisi
Macanan yang biasanya diikuti hingga 5000 orang selalu ada yang membantu
secara sukarela tanpa harus diberi undangan atau surat perintah dari kami, biasanya
yang membantu mengamankan jalannya ritual ini dari banser sudah siap untuk
membantu.
Hasil observasi dari nilai kepedulian sosial adalah diambil dari kebersamaan
dan gotong royong masyarakat desa Adiraja. Yang dimana masyarakatnya saling
membantu satu sama lain. Sehingga terciptanya lingkungan yang selalu hidup rukun
masyarakat desa Adiraja. Dapat diambil pula kegiatan gotong royong yang pada saat
ada acara atau hajat pribadi semua warganya ikut serta dalam acara tersebut tanpa ada
perintah dari orang yang punya hajat ataupun dari pimpinan desa. Pada saat acara
selamatan juga dapat diambil nilai kebersamaannya yaitu dari saling berbagi hasil
mata pencaharian. Berupa bahan pangan seperti makanan, lauk-pauk, sayur dan buah-
buahan tersebut mereka saling berbagi satu sama lain agar mereka saling merasakan
hasilnya.
54
c. Nilai Kesopanan
Dany (33 Tahun) mengatakan bahwa pada saat acara ritual dan selamatan
yang dilakukukan di tempat pasamuan itu ada unggah-ungguh yang namanya sebut
tidak mungkin akan di ingkari, misalkan pak dani kepada pak saptoyo ketika di tempat
pasamuan memanggil pak saptoyo dengan sebutan mas, lalu pak dani memanggil pak
surono dengan sebutan paman, tidak mungkin memanggil dengan panggilan “hah
heh”. Seperti halnya bahasa yang digunakan pada saat acara ritual dan selamatan
berbeda dengan bahasa yang dipakai sehari-hari pada saat bertemu diluar kegiatan.
Karena orang jawa etika jawa lah yang digunakan. Pada saat ritual dan selamatan
berbicara dengan orang yang lebih diatas kita menggunakan bahasa kromo alus tetapi
pada saat sudah diluar kgiatan sudah menggunakan bahasa pada umumnya. Unggah-
ungguh ini juga sudah ditanamkan kepada anak-anak kami sedari kecil. Jadi tidak
malu dengan bahasa yang digunakan bahasa jawa tetapi malah bangga bisa
harus ada tekanan karena sudah kebiasaan jika kepada orang yang lebih diatas mereka
harus menggunakan unggah-ungguh yang baik yang sesuai dengan etikanya orang
jawa.
Macanan ini adalah dimana mereka bisa menempatkan diri pada saat kegiatan ritual
maupun selamatan mereka menggunakan etika jawa yang dimana sudah menjadi
kewajiban semua orang apabila berbicara dengan orang yang lebih tua itu harus
menggunakan bahasa yang sopan. Begitu pun dengan generasi penerus mereka yang
sudah ditanamkannya unggah-ungguh berbahasa yang sopan, tanpa harus ada perintah
55
atau pengingat mereka selalu menerapkannya sendiri. Tidak hanya pada saat dalam
kegiatan ritual maupun selamatan, diluar kegiatan tersebut mereka para generasi
d. Nilai Keindahan
estetik dari tradisi Macanan ini, salah satunya dari pakaian adat yang digunakan pada
saat ritual dan selamatan tradisi Macanan ini. Pakaian adat yang dipakai laki-laki
menggunakan kain jarit ditapih, menggunakan blangkon untuk penutup kepalanya dan
baju beskap. Untuk perempuan sama bawahan dengan jarit setengah sampai bawah
lutut biasanya dan untuk bajunya pakai kemben atau kebaya. Biasanya pada saat ritual
yang jalan kaki menuju tempat pasamuan itu menggunakan tudung diatas kepalanya
untuk perempuan karena untuk menutup kepala dari terik matahari. Pada saat berjalan
kaki pun tidak menggunakan alas kaki. Tempat pasamuan yang menggunakan atap
dari welit, sampai sekarang tidak boleh untuk direnovasi atau diganti dengan genteng,
supaya lebih kokoh. Karena itu sudah menjadi warisan dari leluhur kami sejak dulu.
adat sebagai ciri khasnya. Pakaian adat yang digunakan untuk laki-laki menggunakan
kain jarik, blangkon dan beskap. Perempuannya sendiri menggunakan kain jarik dan
kemben atau kebaya atasan. Tidak tahu pasti makna dari pakaian adat tersebut tetapi
pakaian adat seperti itu sudah digunakan sejak jaman leluhur mereka dulu, jadi harus
tetap dilestarikan sampai saat ini. Lalu pada tempat pasemuan yang digunakan mereka
56
dalam setiap kegiatan ritual sampai saat ini atap yang digunakan pada tempat
pasamuan itu terbuat dari daun kelapa kering (welit). Hingga saat ini tidak ada yang
boleh diganti atau diperbaiki karena dari situ mengandung nilai estetik tersendiri, jika
diganti berarti warisan leluhur ada yang hilang, jadi sampai saat ini tetap dibiarkan apa
B. Pembahasan
Tradisi Macanan merupakan tradisi yang sudah menjadi ciri khas desa
Adiraja yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Diwariskan secara turun temurun
hingga sampai saat ini masih tetap dilestarikan. Tidak diketahui secara pasti
sejarahnya, tradisi tesebut dibawa oleh leluhurnya desa Adiraja bersama sahabatnya
yaitu ki Majacandra dan ki Bonokeling. Dengan cara menurunkan ilmu atau ajarannya
kepada anak cucunya yang kemudian melekat sampai saat ini tetap dilestarikan. Hal
ini di perjelas dengan yang diungkapkan oleh Dany (33 Tahun) dan Saptoyo (43
tradisi Macanan ini sudah ada dan sudah melekat dalam diri masyarakat
desa Adiraja. Orang-orang yang menganut tradisi ini asal muasalnya sudah
dari para leluhur masyarakat desa Adiraja. Sejarah persisnya belum tahu
tetapi ada hubungan yang erat antara leluhurnya yaitu ki Majacandra yang
mempunyai hubungan erat dengan ki Bonokeling.
dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukkan sejak
lama dan menjadin dari kehdupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu
negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. Tradisi juga merupakan suatu
57
pewarisan kebiasaan dari satu generasi ke generasi selanjutnya yang dapat berupa
upacara adat atau kegiatan-kegiatan lainnya. Kearifan lokal dalam sebuah adat istiadat
dan tradisi yang ada di Indonesia sangatlah banyak berbagai upacara adat yang
dilakukkan setiap daerah juga berbeda-beda. Tidak hanya dalam tradisi Macanan yang
melaksanakan upacara adat, salah satunya yaitu tradisi Misilan di kecamatan Ciragas
kabupaten Ciamis yang sampai saat ini masih tetap melaksanakan tradisi tersebut.
Adanya hubungan antara leluhurnya dan para generasi penerusnya yang mengharuskan
untuk tetap melestarikan tradisi tersebut. Dewi (2019) menjelaskan bahwa tradisi
diri.
Tradisi Misalin dan tradisi Macanan terdapat persamaan yaitu pada tradisi
tersebut mempunyai makna yang sama memanjatkan do’a, hal tersebut mempunyai
tujuan untuk memohon keselamatan kepada Allah SWT dengan bentuk ucapan rasa
syukur dan berdo’a kepada Tuhan YME agar dapat mencapai keselamatan hidup di
dunia maupun di akherat. Antara tradisi Misalin dan tradisi Macanan sama-sama
mempunyai hubungan yang kuat antara leluhurnya dan masyarakat sekitar. Menurut
berhubungan dengan manusia yang lain atau satu kelompok manusia dengan
dan bagaimana perilaku manusia terhadap alam yang lain. Yang dimana menjadi suatu
sistem memiliki pola dan norma yang sekaligus mengatur penggunaan sanksi dan
58
ancaman terhadap pelanggaran dan penyimpangan. Sebuah tradisi yang sudah melekat
dan diwariskan harus tetap dilaksanakan karena sudah menjadi sebuah kewajiban
generasi penerusnya untuk terus tetap melestarikan dan menjaga tradisi tersebut,
dimana sebuah tradisi merupakan bagian dari kearifan lokal bangsa Indonesia yang
Desa Adiraja, karena tradisi tersebut merupakan warisan leluhur yang sudah
tradisi Macanan ini sangat penting, selain sudah menjadi warisan leluhur tetapi juga
sudah menjadi warisan budaya yang sudah dikenal banyak orang sehingga harus
pelestarian tradisi Macanan. Dalam kegiatan yang dilaksanakan di tradisi Macanan ini
terdapat lembaganya juga yang mengatur. Aturan dalam tradisi Macanan ini tidak
tertulis tetapi ada paguyuban tersendiri yang menjadi wadah para masyarakat yang
jero tengah yang dimana semua pengurus dan anggotanya mempunyai tujuan yang
sama untuk terus melestarikan salah satu kebudayaan yang menjadi ciri khas di
bahwa Tradisi Macanan merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi ciri khas
masyarakat Desa Adiraja. Tradisi Macanan ynag ada di Desa Adiraja sudah ada sejak
ribuan tahun yang lalu, tidak diketahui secara pasti tahunnya. Tradisi ini dibawa oleh
hingga saat ini tetap dilestarikan. Makna yang terkandung dalam ritual tradisi
baik di dunia maupun akherat kepada Tuhan Yang Maha Esa, selain itu juga sebagai
ungkapan rasa bersyukur atas apa yang mereka dapatkan dalam hidupnya.
Tradisi Macanan merupakan tradisi yang sudah melekat dan menjadi ciri
khas masyarakat kabupaten Cilacap khususnya di Desa Adiraja, tradisi Macanan ini
sudah dikenal masyarakat luas yang menjadikan tradisi ini dikenal masyarakat luas
salah satunya yaitu proses pelaksanaan upacara adatnya yang sudah menarik perhatian.
Menurut Alvina (2016), upacara adat adalah salah satu tradisi masyarakat tradisional
yang masih dianggap memiliki nilai-nilai yang masih cukup relevan bagi kebutuhan
dengan arwah para leluhur juga merupakan perwujudan kemampuan manusia untuk
menyelamatakan diri secara aktif terhadap alam atau lingkungannya. Sama halnya
dalam masyarakat desa Adiraja yang masih tetap melaksanakan upacara adat Tradisi
Macanan hingga sampai sekarang. Dalam tradisi Macanan ini terdapat beberapa
tahapan dalam kegiatan upacara adat, yang diawali dengan kegiatan resik kubur atau
bersih makam hingga kegiatan selamatan. Hal ini diperjelas oleh Saptoyo (43 Tahun)
Kegiatan resik kubur itu buat pengingat kita bahwa setiap yang hidup pasti
akan mati dan pengabdian kepada leluhur kami dengan embersihkan
makamnya dan mengirim do’a supaya leluhur kami di akhirat diberi jalan
yang lapang, lain dengan kita meminta sesuatu hal kepada leluhur kami.
Selain adanya kegiatan resik kubur juga selalu ada kegiatan selamatan
dalam tradisi Macanan ini. Waktu selamatan itu hanya pada bulan Sura,
Mulud, Sadran, Sawal dan Besar.
60
macanan merupakan sebuah tradisi napak tilas ziarah makam leluhur yang dipercayai
sebagai tokoh leluhur atau pembabad tanah Cilacap, salah satunya Ki Bonokeling dan
Ki Majacandra. Penganut tradisi Macanan biasanya dikenal dengan sebutan Anak Putu
Macanan dengan jumlah anggota atau penganut tradisi yang banyak. Menurut para
bedogol atau pimpinan adatnya tradisi ini dilaksanakan tiga kali dalam satu
tahun.terdapat beberpa ritual dalam tradisi ini, resik kubur dan berdo’a yang dibareng
dengan membakar dupa atau kemenyan, setelah itu salam bekti yang dilakukan oleh
anak putu macanan kepada para bedogol, setelah itu kumpul di pasemuan dan
melakukan selamatan.
dilakukkannya kegiatan upacara adat yang meliputi kegiatan bersih makam atau ziarah
yang dilakukan rutin setiap hari minggu sore dan rabu sore. Kegiatan tersebut
mempunyai makna sebagai pengingat bahwa setiap yang hidup pasti akan mati serta
pengabidan diri kepada leluhur dengan membersihkan makamnya serta mengiri do’a.
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari kebudayaan. Ritual yang dilaksanakan
merupakan bentuk pelestarian warisan tradisi dan budaya nenek moyang atau leluhur
(Sutiyono, 2014). Ritual tradisi Macanan ini yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya
tidak hanya dalam lingkungan desa Adiraja tetapi sudah dikenal masyarakat luas.
Dengan banyaknya ragam budaya dan tradisi yang ada di berbagai wilayah Indonesia
karena seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, maka kewajiban utama
bagi generasi muda adalah menjaga dan melestarikan tradisi Macanan. Sehingga
dengan diberikannya edukasi kepada masyarakat Desa Adiraja terutama generasi muda
maka akan paham dan menjaga apa yang sudah melekat dalam kehidupan.
bahwa dalam ritual tradisi Macanan ini ada beberapa proses tahapan kegiatan yang
63
diawali dengan kegiatan resik kubur atau bersih makam kemudian dilanjut mengirim
do’a dan setelah itu kumpul di pasamuan untuk melanjutkan selamatan. Makna dari
baik di dunia maupun akherat kepada Tuhan Yang Maha Esa, selain itu juga sebagai
ungkapan rasa bersyukur atas apa yang mereka dapatkan dalam hidupnya. Tradisi
Macanan ini dilaksanakan di hari jumat kliwon pada bulan Sura, Maulud, Sadran,
Syawal dan Besar. Selamatan pacitan berupa makanan dan selamatan tumpeng.
a. Nilai Religius
Nilai religius merupakan bagian dari nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak.
Nilai ini bersumber pada kepercayaan diri sendiri atau bersumber pada agama dan
keyakinan manusia. Hal ini diperkuat oleh ungkapan Humaeni (2015) mengatakan
bahwa religi bukan semata-mata sebagai agama melainkan fenomena kultur, religi
sebagai fenomena budaya universal. Religi adalah bagian budaya yang bersifat khas.
Konsep religi ini mengandung berbagai unsur seperti keyakinan, ritual, upacara, sikap
dan pola tingkah laku, serta alam pikiran dan perasaan penganutnya. Tidak hanya nilai
religius yang terdapat dalam tradisi Macanan, dalam tradisi perkawinan mengandung
keselamatan dan berkah kepada Tuhan YME. Semua bentuk tradisi atau adat-istiadat
Tradisi Macanan ini bersumber pada Tuhan. Segala bentuk ritual yang
dilakukan pada saat tradisi Macanan itu hanya sebagai media. Masyarakat desa
64
Macanan sudah menjadi kewajiban semua masyarakat Adiraja yang sudah di wariskan
para leluhurnya tetapi dalam hal kepercayaan atau keyakinan mempunyai kebebasan
dalam menganutnya. Pada tradisi Macanan ini sumber keyakinannya dari Tuhan Hal
ini diperjelas dengan yang diungkapkan oleh Dany (33 Tahun) bahwa:
pada tradisi ini kita warga masyarakat desa Adiraja mempunyai keyakinan
masing-masing setiap orang berbeda-beda. Bersumber pada kepercayaan
sendiri. Tradisi macanan ini bersumber pada Tuhan kita semua bersumber
pada Allah bukan pada benda mati yang kita sembah itu salah. Salah satu
bentuk nilai religius yang bisa diambil contohnya itu pada kegiatan resik
kubur yang akan mengingatkan kita akan hari esok dimana kita semua hidup
didunia akan mati akan kembali lagi pada sang pencipta.
hakekatnya tradisi Macanan ini adalah memohon keselamatan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Selain itu juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas limpahan
berkah selama hidup di dunia. Tidak hanya dalam tradisi Macanan yang mengandung
nilai religius tetapi pada setiap tradisi diberbagai daerah pasti mengandung nilai
religius yang tidak lain juga bersumber kepada Tuhan YME. Salah satu tradisi
masyarakat Tegalrejo yaitu tradisi Sedekah Bumi tradisi tersebut dilaksanakan tidak
lain sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Hal ini diperkuat oleh Afifah (2015)
mengatakan bahwa sedekah laut merupakan budaya penghormatan kepada leluhur dan
tradisi syukuran yang dilakukkan oleh masyarakat desa Tegalrejo sebagai ungkapan
rasa syukur kepada Tuhan yang telah memelihara lahan pertanian serta memberi rezeki
Oleh karena itu setelah diberi rezeki masyarakat perlu memberikan sebagian
hasil yang diterima untuk disedekahkan kepada masyarakat. Sama halnya dengan
tradisi Macanan ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan begitu juga dalam
kegiatan selamatan tersebut memberikan sebagian hasil yang diterima yang dalam
bentuk sesajian makanan lauk pauk semua itu merupakan hasil dari lahan pertanian
masyarakat desa Adiraja. Tidak hanya sebagai ungkapan rasa syukur saja melainkan
juga sebagai bentuk permohonan keselamatan hidup. Kegiatan ritual tradisi Macanan
harus tetap dilestarikan dengan kegiatan membersihkan makam dam mengirim do’a
serta selamatan menunjukan bahwa dengan mengucap syukur dan mengirim do’a
bahwa dalam tradisi Macanan ini mengandung nilai religius yang tetap bersumber
pada Tuhan. Semua yang dimiliki di dunia ini tidak lain itu berasal dari sang pencipta
yang harus disyukuri dan dimanfaatkan dengan baik oleh setiap individu masyarakat
Desa Adiraja. Setiap orang tua selalu memberi penanaman kepada anak cucu atau
generasi muda cara bersyukur atas apa yang sudah dimiliki di dunia ini dan kebiasaan
mengirimkan do’a kepada para leluhur, sehingga generasi muda selalu menanamkan
dalam diri mereka atas kebiasaan yang sudah dilakukan secara turun-temurun. Maka
konsep dari nilai religius ini adalah mensyukuri dari hati apa yang telah menjadi
miliknya selama di dunia, dengan lisan dan perbuatan dengan selalu berdo’a dan
mengingat sang pencipta sehingga tidak selalu mengingat bahwa kehidupan di dunia
hanya sementara.
66
telah melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan merupakan hal yang penting
bahwa gotong royong dilakukan atas dasar bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri,
sedapat mungkin memelihara hubungan baik dengan sesamanya dan seseorang selalu
komunitas, terdorong oleh jiwa sama tinggi sama rendah. Gotong royong di pedesaan
dibagi menjadi beberapa bentuk yaitu dalam wujud kegiatan kematian, memperbaiki
atap rumah dan menggali sumur, dalam pesta perkawinan dan dalam hal mengerjakan
Dalam kegiatan ritual tradisi Macanan di desa Adiraja semua kegiatan selalu
dilaksanakan gotong royong jiwa kebersamaan sudah melekat sejak dulu dari nenek
moyangnya hingga sampai saat ini masih tetap terjaga. Begitu juga kondisi wilayahnya
yang masih di pedesaan sangat memungkinkan kegiatan gotong royong melekat dalam
jiwa masyarakatnya. Hal ini diperjelas dengan apa yang diungkapkan oleh Saptoyo
Di Desa Adiraja ini warganya sangat rukun segala macam kegiatan benar-
benar di musyawarahkan bersama. Kita disini jika ingin membangun seperti
fasilitas desa misalnya membuat jalan saluran air itu tidak meminta dana
kepada pemerintah ,bukan karena tidak mau tetapi kita membuat saluran air
itu dengan dana warga desa semua. Supaya kerasa kebersamaannya dan kita
semua selalu ingat untuk menjaga apa yang telah kita bangun bersama-
sama.contoh lainnya ada hajat pribadi seperti membangun rumah semua
67
warga tanpa diperintah mereka jalan sendiri untuk membantu jadi rasa
gotong royong dan kebersamaannya selalu ada.
merupakan nilai yang sudah dijunjung sejak lama, tetapi nilai ini tidak akan tampil jika
para pengembannya tidak melakukan apa-apa bagi realisasi gotong royong. Gotong
royong dan kebersamaan sebagai solidaritas sosial yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Dalam masyarakat tradisi Macanan ini semangat gotong royong dan
ataupun kaya dan msikin bukan menjadi penghalang masyarakat desa Adiraja untuk
terus menanamkan jiwa gotong royong dan kebersamaannya. Segala bentuk konflik
bersama.
kehidupan yang rukun dan selalu berdampingan. Yang dimana segala bentuk kegiatan
pada saat ada kepentingan bersama maupun kepentingan pribadi. Bagi masyarakat
Desa Adiraja gotong royong dikenal dengan istilah sambat yang berasal dari bahasa
jawa dalam bahasa Indonesia arti sambat adalah pertolongan. Hal ini diperkuat oleh
dalam nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi keselarasan hidup bermasyarakat pada
masa kini, nilai-nilai luhur dalam gotong royong dapat disosialisasikan kepada
generasi penerusnya khususnya generasi muda sebagai kelompok sosial yang akan
68
melanjutkan kehidupan masa yang akan dating guna membentuk budi pekerti bangsa
serta dalam menghadapi berbagai pergeseran nilai pada era budaya globalisasi.
Jadi dalam tradisi Macanan terdapat nilai kepedulian sosial yang berupa
bentuk gotong royong antar warga masyarakat desa Adiraja karena dengan terus
dengan sesama, tidak hanya dilakukan pada saat kepentingan pribadi tetapi juga
kepentingan bersama.
bahwa Manusia selalu membutuhkan orang lain, karena manusia makhluk sosial yang
tidak dapat hidup sendiri. Dalam melakukan segala hal selalu membutuhkan bantuan
orang lain. Begitu juga dalam masyarakat Desa Adiraja yang dimana selalu hidup
rukun dan kekeluargaanya sangat erat . Kegiatan gotong royong yang selalu
dilaksanakan pada saat ada kepentingan bersama maupun kepentingan pribadi. Gotong
royong menjadi nilai kebersamaan yang sudah menjadi ruh atau ciri khas masyarakat
Desa Bentuk nilai kepedulian sosial dalam tradisi Macanan ini adalah gotong royong
dan kebersamaan yang dimana segala sesuatu selalu dilakukan bersama-sama tanpa
c. Nilai Kesopanan
baik, dan setiap orang tua juga mempunyai tanggung jawab untuk memberi contoh
globalisasi membawa pengaruh positif dan pengaruh negatif, sehingga orang tua harus
menyiapkan cara agar bisa mengantisipasi hal-hal negatif dari globalisasi. Supaya anak
69
selalu mengingat apa yang sudah menjadi kewajibannya. Tidak hanya pada saat di
lingkungan masyarakat saja tetapi juga pada saat kegiatan ritual suatu acara adat yang
dimana itu merupakan sebuah acara yang sakral. Hal ini diperjelas oleh sekertaris
pada saat acara ritual dan selamatan yang dilakukukan di tempat pasamuan
itu ada unggah-ungguh yang namanya sebut tidak mungkin akan di ingkari,
misalkan pak dani kepada pak saptoyo ketika di tempat pasamuan
memanggil pak saptoyo dengan sebutan mas, lalu pak dani memanggil pak
surono dengan sebutan paman, tidak mungkin memanggil dengan panggilan
“hah heh”. Seperti halnya bahasa yang digunakan pada saat acara ritual dan
selamatan berbeda dengan bahasa yang dipakai sehari-hari pada saat
bertemu diluar kegiatan. Karena orang jawa etika jawa lah yang digunakan.
Sopan santun sangat penting menjadi budaya wajib yang harus dimiliki
teradinya perselisihan antar warga masyarakat. Tugas penting bagi orang tua untuk
dari globalisasi, adanya kemajuan teknologi yang pesat semakin mudah masuknya
budaya asing. Hal ini diperkuat dengan ungkapan Ariska (2018) mengungkapkan
bahwa melihat generasi saat ini sangat memprihatinkan memiliki kepribadian yang
tidak mencerminkan akhlak yang baik, kesopanan terhadap orang yang lebih tua sudah
mulai diabaikan. Hal tersebut seperti yang terjadi di desa Adiraja yang dimana tidak
semua generasi muda mncerminkan nilai sopan santun. Peran utama dalam keluarga
yaitu menanamkan nilai moral terutam sopan santun pada anak, adanya penanaman
sejak dini dalam keluarga dapat memungkinkan tercerminnya akhlak yang baik pada
anak.
70
peranan yang sangat penting dalam mewujudkan warga negara yang berkepribadian
tinggi dan berakhlak mulia, sehingga meciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi. Peranan pendidikan tersebut kapan saja sangat dibutuhkan, lebih-
lebih mengingat salah satu permasalahan bangsa yang sangat mengkhawatirkan saat
ini adalah moral dan akhlak. Perlunya penanaman nilai-nilai moral baik dilingkungan
dianggap lebih modern, maka dari itu perlu ditanamkan nilai kesopanan atau pada
orang jawa sering di sebut dengan unggah-unggah. Agar anak-anak selalu hormat pada
orang yang lebih tua, selalu berbicara atau bertutur kata yang baik sesuai dengan
unggah-ungguh karena sebagai orang jawa harus menerapkan etika jawa. Jadi dalam
ritual tradisi Macanan ini nilai kesopanan sangat di junjung tinggi karena dengan
dengan sesama, tidak hanya pada saat ritual tradisi Macanan saja tetapi dalam kegiatan
dan di lingkungan masyarakat juga harus menerapkan nilai sopan santun. Hal ini
diperjelas oleh Thomas Lickona (Ariska, 2018) mengungkapkan bahwa ada 2 nilai
yang menjadi nilai moral yang paling dasar yaitu sikap hormat dan tanggung jawab.
Kedua nilai inilah yang membentuk inti dari moralitas public universal. Sikap hormat
artinya menjunjung penghormatan terhadap seseorang atau sesuatu. Sopan santun juga
berasal dari sikap hormat, apabila seseorang mampu menunjukan sikap sopan santun
dalam kesehariannya berarti mimiliki sikap hormat yang baik terhadap orang lain.
71
baik, misalnya saat berbicara, orang yang lebih tua jika berbicara dengan anak-
anaknya selalu menggunakan bahasa yang sopan. Pada Tradisi Macanan juga sama
nilai kesopanan yang sangat dijunjung itu bahasa atau unggah-ungguh yang baik.
d. Nilai Keindahan
Didalam kebudayaan dan tradisi apapun itu pasti memiliki nilai keindahan
merupakan sifat dari sesuatu yang memberi kita rasa senang jika melihatnya. Dalam
dipandang, cantic, bagus benar atau elok. Menurut Haryono (Suharson, 2020)
mengatakan bahwa ragam hias memiliki fungsi menghias suatu objek, sehingga
yang lebih bermakna disertai harapan-harapan tertentu. Begitu juga dengan tradisi
Macanan yang dimana terdapat nilai keindahan dalam ritual-ritual tradisi tersebut. Hal
ini dijelaskan oleh ketua PRKJ, Saptoyo (43 Tahun) mengatakan bahwa:
Sebenarnya banyak sesuatu yang estetik dari tradisi Macanan ini, salah
satunya dari pakaian adat yang digunakan pada saat ritual dan selamatan
tradisi Macanan ini. Pakaian adat yang dipakai laki-laki menggunakan kain
72
keindahan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia, salah satu
bentuk perwujudan keindahan adalah dalam karya seni. Seni dan keindahan tidak
Keindahan tertinggi tercermin pada alam. Tidak hanya dalam tradisi Macanan saja
semua yang berwujud seperti karya kesenian pasti memiliki suatu keindahan
tersendiri. Keindahan merupakan sesuatu yang abstrak tidak dapat dinikmati karena
tidak jelas. Tetapi keindahan itu bisa terlihat jelas ketika telah dihubungkan dengan
sesuatu yang berwujud atau bisa juga suatu karya. Dengan kata lain keindahan itu
dapat terlihat jelas ketika sudah ada bentuknya. Semua orang dapat menikmati
keindahan tersebut jika sudah ada wujud atau bentuknya. Seperti halnya nilai
keindahan yang terdapat pada ritual tradisi Macanan yang dimana sudah di jelaskan
diatas bahwa nilai keindahan pada tradisi Macanan ini berupa bentuk pakaian adat dan
tempat pasamuan yang digunakan dalam pelaksanaan ritual tradisi Macanan. Segala
sesuatu yang memiliki keindahan itu memikat atau menarik perhatian orang yang
melihat ataupun yang mendengar. Kegiatan ritual tradisi Macanan ini yang
dilaksanakan tiga kali dalam satu tahun sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakt luas.
Karena masyarakat luas sudah mengenal dan dapat menikmati sendiri kegiatan atau
didalamnya. Pertama keindahan pada pakaian adat yang digunakan pada saat kegiatan
ritual tradisi Macanan ritual tradisi Macanan mereka diharuskan menggunakan pakaian
75
adat sebagai ciri khasnya. Kedua keindahan pada tempat pasamuan walaupun
bangunannya terlihat sangat sederhana yang hanya menggunakan atap yang terbuat
dari daun kelapa kering atau sering disebut welit oleh masyarakat desa Adiraja.
BAB V
A. Kesimpulan
dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa nilai-nilai Kearifan Lokal yang
1. Tradisi Macanan merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi ciri khas
Majacandra yang menurunkan kepada generasi penerusnya hingga saat ini tetap
dilestarikan. Makna yang terkandung dalam ritual tradisi Macanan adalah sebagai
akherat kepada Tuhan YME, selain itu juga sebagai ungkapan rasa bersyukur atas
2. Upacara Tradisi Macanan dilaksanakan setiap bulan sura, mulud, sadran, syawal,
dan besar. Adapun serangkaian kegiatan upacara adat Tradisi Macanan yang
diawali kegiatan resik kubur, dilanjut kegiatan napak tilas dan yang terakhir
adalah selamatan.
3. Tradisi Macanan ini mengandung beberapa unsur nilai yang meliputi nilai religius
yang tetap bersumber pada Tuhan. Maka konsep dari nilai religius ini adalah
mensyukuri dari hati apa yang telah menjadi miliknya selama di dunia, dengan
lisan dan perbuatan dengan selalu berdo’a dan mengingat sang pencipta sehingga
tidak selalu mengingat bahwa kehidupan di dunia hanya sementara. Kedua, nilai
76
77
kesopanan yang dimana nilai dari nilai ini yang sangat dijujung adalah bahasa
atau unggah-ungguh yang baik. Ketiga, kepedulian sosial dalam tradisi Macanan
ini adalah gotong royong dan kebersamaan yang dimana segala sesuatu selalu
unsur yang ada didalamnya. Keindahan pada pakaian adat, dan tempat pasamauan.
B. Saran
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi komponen yang terkait, antara lain
sebagai berikut:
dalam hal nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung didalamnya, sehingga perlu digali
2. Masyarakat
nilai kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi Macanan, sehingga dapat terus
78
79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. SK Pembimbing Skripsi
Nama Nara Sumber : 1. Dany Rubika Pujo Hartono nama sepuh Candra Widigda
Apa saja nilai-nilai a. Tradisi “Bagaimana asal Jadi tradisi macanan ini sudah ada
kearifan lokal yang macanan mulanya tradisi sudah melekat dalam diri mereka
terkandung dalam Macanan menjadi orang-orang yang menganut tradisi
tradisi macanan di ada dan menjadi macanan ini asal muasalnya sudah
desa Adiraja, ciri khas di desa dari para luluhur masyarakat desa
kec.Adipala, kab. Adiraja?”. Adiraja yaitu Ki Majacandra dan
Cilacap, Jawa Ki Bonokeling yang merupakan
Tengah? nenek moyang atau leluhurnya
yang mentranfer atau menurunkan
ngelmunya kepada anak putunya.
Sejarah persisnya belum tahu tetapi
87
-Arja Pada
-Arja Wikarta
-Candra Jaya
-Marta Pada
-Candra Wireja
-Wana Wijaya
-Candra Semita
c.Nilai-nilai “Apa saja nilai- 1. Nilai Religus , nilai religius ini
nilai yang bersumber pada kepercayaan
Kearifan
terkandung dalam sendiri setiap orang. Pada tradisi
Lokal tradisi
tradisi Macanan?”. macanan ini nilai religusnya itu lah
Macanan bersumber pada Tuhan, jadi dari
mereka melakukan ritual ritual
tersebut seperti resik kubur pada
resik kubur itu bakar kemenyan dan
sebagainya itu hanya media saja
mereka meyakini bahwa memakai
media seperti itu akan lebih afdol
dari kegiatan resik kubur itu kita
melihat supaya kita mengingat
akan hari esok bahwa hidup
didunia kita akan mati, jadi
mengingatkan agar semua orang
harus mempunyai bekal untuk
hidup setelah di duniayaitu sebagai
bekal hidup di akherat. Mereka
memanjatkan doa kepada Tuhan
do’a yang mereka panjatkan itu
semoga leluhur mereka di kasih
jalan yang terang , bukan
pemohonan kepada leluhur.
92