Cetakan 3, 2017
Penerbit:
Tentang
PANDUAN
PENULISAN KARYA ILMIAH
STAI YAPATA AL-JAWAMI BANDUNG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Mengesahkan Panduan Penulisan Karya Ilmiah STAI Yapata Al-Jawami,
sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan ini;
Kedua : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan atau diperlukan adanya penyempurnaan
terhadap keputusan ini, akan diadakan perbaikan/penyempurnaan seperlunya.
Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 24 Agustus 2016
STAI YAPATA AL-JAWAMI
Ketua,
iv
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullah wa Barakatuh
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT., karena atas rakhmat dan
karunia-Nya peyusunan Buku Panduan Penulisan Karya Ilmiah STAI Yapata Al-
Jawami telah terselesaikan dengan baik, sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan.
Disadari sepenuhnya bahwa kegiatan penulisan karya ilmiah merupakan
bagian penting dari Tridharma perguruan tinggi, karenanya diperlukan suatu buku
pedoman yang dapat dijadikan pegangan oleh para dosen dan mahasiswa di
lingkungan Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada seluruh pihak, yang telah bekerja keras dalam pembuatan Buku
Pedoman ini, semoga visi lembaga untuk menjadi suatu lembaga terkemuka yang
mampu mengembangkan serta melaksanakan kegiatan penulisan karya ilmiah
berlandaskan nilai-nilai universal Islam di lingkungan STAI Yapata Al-Jawami
khususnya, dan masyarakat umumnya, dapat segera terwujud. Amin.
Ttd.
v
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
DAFTAR ISI
vi
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
E. Multilevel List ............................................................................ 47
F. Tabel, Gambar, Grafik, dan Photo ............................................. 48
G. Rumus-rumus Statistik (Metematika) ........................................ 51
H. Penulisan Judul .......................................................................... 51
I. Penulisan Nama pada Skripsi ..................................................... 52
J. Pembaban ................................................................................... 53
K. Catatan Kaki (Footnote) ............................................................. 53
L. Penomoran Halaman .................................................................. 54
M. Penulisan Kalimat/Kata Asing/Serapan ..................................... 54
N. Penulisan Transliterasi Arab-Latin ............................................ 55
O. Abstrak ....................................................................................... 55
P. Bibliografi/Daftar Pustaka ......................................................... 56
Q. Halaman Judul/Cover ................................................................. 56
R. Riwayat Hidup ........................................................................... 56
S. Lembar Penyataan ...................................................................... 57
T. Lembar Persetujuan .................................................................... 57
U. Lembar Pengesahan ................................................................... 57
V. Penjilidan Skripsi dan CD Data Skripsi ..................................... 57
W. Lampiran .................................................................................... 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
DAFTAR LAMPIRAN
viii
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
1
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
sistem Turabian. Turabian adalah nama yang populer bagi sebuah format gaya
penulisan makalah penelitian (misalnya pengaturan dan tanda baca dalam catatan
kaki dan bibliografi. Judul lengkap buku ini adalah A Manual for Writers of Term
Papers, Theses, and Dissertations, tetapi biasanya disebut dengan nama keluarga
si penulisnya saja, Kate L. Turabian, yang mengembangkannya untuk
Universitas Chicago.
2
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
BAB II
PENULISAN TUGAS-TUGAS DALAM PERKULIAHAN: ESAI, ANOTASI
BIBLIOGRAFI, REVIU BUKU/BAB BUKU/ARTIKEL, ARTIKEL
ILMIAH BERBASIS PENELITIAN (JURNAL ILMIAH)
1
N. Fabb, & A. Durant, How to Write Essays and Dissertations: A Guide for English
Literature Students, edisi kedua (Harlow: Pearson, 2005), hlm. 2-6.
3
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
3. Ketiga, menulis adalah cara berpikir. Dalam hal ini menulis dipandang
sebagai alat. Seperti halnya berbagai bentuk diagram visual dan hasil
penghitungan angka, praktik berpikir dapat dilakukan dengan cara menulis.
Menulis membantu penulis dalam mengorganisasikan ide ke dalam urutan
atau sistematika tertentu yang tidak mudah dilakukan secara simultan dalam
pikirannya. Karena itulah pikiran memerlukan alat untuk dapat muncul dan
terefleksi. Pada dasarnya pembaca dapat melihat bagaimana cara berpikir
penulis melalui tulisan yang dibuatnya.
4. Keempat, menulis berbeda dengan berbicara. Saat berkomunikasi secara
lisan, pendengar dapat menginterupsi pembicara untuk memberikan
klarifikasi mengenai berbagai hal yang dibicarakan sehingga pemahaman
dapat berjalan lebih mudah. Berbeda dengan komunikasi tertulis, pembaca
tidak dapat melakukan klarifikasi seperti yang dilakukan saat orang
mendengarkan dan berbicara. Hal ini kemudian mengharuskan penulis untuk
menyediakan semaksimal mungkin hal-hal yang menguatkan pemahaman
pembacanya. Itu lah mengapa menulis sifatnya cenderung lebih formal dan
lebih terikat oleh banyak aturan.
B. Esai
1. Pengertian Esai
Secara sederhana, esai dapat dimaknai sebagai bentuk tulisan lepas,
yang lebih luas dari paragraf, yang diarahkan untuk mengembangkan ide
mengenai sebuah topik.2 Esai merupakan salah satu bentuk tulisan yang
sering kali ditugaskan kepada para mahasiswa. Esai dianggap memiliki
peranan penting dalam pendidikan di banyak negara untuk mendorong
pengembangan diri mahasiswa. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa
dengan menulis esai, mahasiswa mengungkapkan apa yang dipikirkan
beserta alasannya, dan mengikuti kerangka penyampaian pikiran yang selain
2
S. Anker, Real Essays with Readings: Writing Project for College, Work, and Everyday
Life (Boston: Bedford/St. Martin’s, 2009), hlm. 38.
4
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
memerlukan teknik, juga memerlukan kualitas personal, kemauan, serta
kualitas pemikiran. Dalam hal ini esai dianggap pula sebagai cara untuk
menguji atau melihat kualitas ide yang dituliskan oleh penulisnya.3
Esai memang sering dianggap sebagai bentuk tulisan yang mendorong
penulisnya untuk menguji ide yang mereka miliki mengenai suatu topik.
Dalam menulis esai, mahasiswa diharuskan membaca secara cermat,
melakukan analisis, melakukan perbandingan, menulis secara padat dan
jelas, dan memaparkan sesuatu secara seksama. Tanpa menulis esai
dikatakan bahwa mahasiswa tidak akan mampu “merajut” kembali potongan-
potongan pemahaman yang mereka dapatkan selama belajar ke dalam sebuah
bentuk yang utuh.4
Di antara berbagai alasan mengapa penulisan esai seringkali diberikan,
McClain dan Roth5 menyatakan bahwa esai dapat membuat mahasiswa
belajar tiga hal penting, yakni (1) bagaimana mengeksplorasi area kajian dan
menyampaikan penilaian mengenai sebuah isu, (2) bagaimana merangkai
argumen untuk mendukung penilaian tersebut berdasarkan pada nalar dan
bukti, dan (3) bagaimana menghasilkan esai yang menarik dan memiliki
struktur koheren.
3
Lihat M. Harvey, The Nuts and Bolts of College Writing (Indianapolis: Hackett
Publishing Company, 2003).
4
Lihat N. Warburton, The Basics of Essay Writing (New York: Routledge, 2006).
5
M. McClain dan J.D. Roth. Schaum’s Quick Guide to Writing Great Essays, (New York:
McGraw Hill, 1999), hlm. 1.
6
Lihat S. Anker, Real Essays.
7
Lihat A. Savage dan P. Mayer, Effective Academic Writing 2: The Short Essay
(NewYork: Oxford University Press, 2005). Lihat juga S. Anker, Real Essays. Lihat juga K.
T. McWhorter, Successful College Writing: Skills, Strategies, Learning Styles (Boston:
Bedford/St. Martin’s, 2012).
5
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Bagian pendahuluan sebuah esai berisikan identifikasi topik yang
akan diangkat, dengan memberikan latar belakang berupa penggambaran
situasi atau kondisi terkini terkait topik tersebut. Penggambaran latar
belakang ini beranjak dari penjelasan secara umum ke arah yang lebih sempit.
Pada titik ini juga dilakukan upaya menarik perhatian pembaca dengan
menekankan mengapa topik tersebut penting untuk diangkat sekaligus
memberikan gambaran mengenai apa yang akan dibahas terkait topik
tersebut dalam kalimat yang disebut thesis statement. Lazimnya, thesis
statement ini muncul di bagian akhir pendahuluan dari sebuah esai.
Bagian kedua, yakni bagian inti, berisikan bagian pengembangan ide
yang dimuat dalam thesis statement. Pada bagian inilah isi utama tulisan
dikupas dan dikembangkan sesuai dengan jenis esai yang ditulis. Perlu
diingat, pada bagian ini pengembangan ide dilakukan dengan cara
menyampaikan pikiran utama yang kemudian dikemas dan diperkuat melalui
satu atau lebih kalimat pendukung. Pikiran utama yang dimunculkan
tentunya sangat bergantung pada topik yang menjadi fokus penulisan. Pikiran
utama tersebut harus merupakan pemetaan logis dari topik yang hendak
dibahas sesuai tujuan jenis esainya.
Bagian ketiga dari sebuah esai adalah penarikan kesimpulan. Bagian
ini merupakan bagian tempat penulis melakukan penguatan terhadap topik
yang telah dinyatakan pada thesis statement dan telah dibahas pada bagian
inti esai. Ringkasan pembahasan pada umumnya menjadi penutup pada
bagian ini. Secara skematis, struktur esai dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
6
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
3. Jenis-jenis Esai
Pada dasarnya jenis esai yang mungkin ditulis oleh mahasiswa dapat
sangat beragam, sesuai dengan sudut pandang dan tujuan penulisannya.
Namun demikian pada pedoman ini hanya akan dijelaskan 3 jenis esai yang
sering kali menjadi tugas bagi mahasiswa di antara berbagai jenis esai yang
ada, yakni (1) esai eksposisi, yang memuat argumen atau pendapat penulis
tentang sesuatu, (2) esai diskusi, yang menampilkan cara membahas suatu
isu berdasarkan berbagai perspektif, minimal dua perspektif, misalnya
konvergen (persamaan) dan divergen (perbedaan), dan (3) esai eksplanasi,
yang menerangkan bagaimana sesuatu terjadi dan apa konsekuensi dari
kejadian tersebut. Masing-masing jenis esai tersebut lebih lanjut diuraikan
pada bagian di bawah ini.
a. Esai Eksposisi
Jenis esai pertama, yakni esai eksposisi, bertujuan untuk
mengemukakan pendapat penulis secara eksplisit tentang sebuah isu.
Dalam hal ini, pembaca diarahkan untuk meyakini pendapat yang
disampaikan terkait sebuah isu atau topik. Argumen penulis didukung
oleh data, fakta, dan referensi para ahli, atau pengalaman pribadi penulis.
7
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
8
Ada dua jenis esai eksposisi, yakni eksposisi analitis dan
eksposisi hortatori. Pada esai eksposisi analitis penulis berusaha
meyakinkan pembaca bahwa sebuah isu itu benar atau tidak, penting
atau tidak. Sementara itu, pada esai eksposisi hortatori penulis
berusaha meyakinkan pembaca untuk melakukan sesuatu seperti yang
disarankan olehnya.
Struktur esai eksposisi meliputi tiga bagian sebagai berikut:
1) kalimat pendahuluan (thesis statement) yang berisi pernyataan atau
pendapat atau pandangan penulis mengenai suatu isu atau topik
yang ditulis;
2) argumen yang memaparkan argumen penulis untuk mendukung
pernyataan atau pendapat atau keyakinan yang diungkapkan dalam
kalimat pendahuluan;
3) pernyataan penutup atau simpulan yang merupakan penekanan
kembali pendapat yang dinyatakan di pendahuluan (restatement of
thesis).
Jenis esai kedua, yaitu esai diskusi, ditulis untuk mengemukakan
pendapat atau argumen mengenai sebuah isu atau topik dari berbagai
perspektif, setidaknya dari dua perspektif, terutama perspektif yang
mendukung dan yang menentang, dengan diakhiri oleh rekomendasi
penulis.
Struktur esai diskusi terdiri atas empat bagian sebagai berikut:
1) bagian pendahuluan yang memuat penjelasan singkat mengenai isu
yang dibahas;
2) argumen yang mendukung, yang dapat memuat fakta, data, hasil
penelitian, atau referensi dari para ahli atau berbasis pengalaman
pribadi;
3) argumen yang menentang, yang secara serupa dapat didukung oleh
fakta, data atau hasil penelitian, referensi para ahli atau pengalaman
pribadi;
4) simpulan dan rekomendasi, yang terutama berisi pengungkapan
kembali inti argumen dan rekomendasi terhadap isu yang dibahas
8
Lihat J. Martin, Factual Writing, (Melbourne: Deakin Unversity Press, 1985). Lihat
juga B. Derewianka, Exploring How Texts Work (Rozelle: PETA, 1990). Lihat juga L. Gerot,
Making Sense of Text (Goald Coast Mail Centre: Gerd Stabnler, AEE Antipodean Educational
Enterprise, 1998).
8
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
beserta usulan kerangka dalam menyikapi atau mengatasi isu
tersebut.
Jenis esai ketiga, yakni esai eksplanasi, ditulis untuk menjelaskan
serangkaian tahapan dari sebuah fenomena, atau bagaimana sesuatu
beroperasi (sequence explanation-explaining how), atau
mengungkapkan alasan dan dampak terjadinya suatu fenomena
(consequential explanation-explaining why), atau gabungan dari kedua
jenis penjelasan itu.
b. Esai Eksplanasi
Esai Eksplanasi terdiri atas dua bagian utama sebagai berikut:
1) identifikasi fenomena, yang berisi identifikasi apa yang akan
diterangkan atau dijelaskan;
2) urutan kejadian (sequential explanation), yang merupakan uraian
yang menggambarkan tahapan kejadian yang relevan dengan
fenomena yang digambarkan atau alasan atau dampak dari suatu
fenomena (consequential explanation).
4. Contoh Esai
Contoh-contoh terkait jenis-jenis esai yang diuraikan di atas dapat
dilihat pada bagian lampiran.
C. Anotasi Bibliografi
1. Pengertian anotasi bibliografi
Dilihat dari kata-kata penyusunnya, anotasi bibliografi terdiri atas kata
“anotasi” dan “bibliografi”. “Anotasi” mengandung arti “ringkasan atau
evaluasi”, sementara “bibliografi” dapat diartikan sebagai “daftar sumber
bacaan yang digunakan untuk mengkaji sebuah topik”.9 Dalam kata lain,
anotasi bibliografi merupakan bentuk tulisan yang memaparkan kajian atau
ringkasan singkat dari beberapa buku atau artikel yang saling berkaitan. Di
samping itu, uraiannya menggambarkan pemahaman penulis terhadap buku
atau artikel yang dibahas.
9
Purdue University, (t.t.), Annotated Bibliographies, diakses tanggal 11 September 2017
dari https://owl.english.purdue.edu/owl/resource/614/1/.
9
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Format anotasi bibliografi pada dasarnya dapat bersifat deskriptif
maupun deskriptif-evaluatif.10 Struktur umum anotasi bibliografi pada
dasarnya mengikuti pola berikut:
Tabel 2.1.
Struktur Anotasi Bibliografi
No Bagian Sifat
Detil sumber kutipan (penulisan referensi dengan
1
gaya selingkung tertentu)
Pernyataan singkat mengenai fokus utama atau
2 tujuan penulisan buku atau sumber bacaan Deskriptif
tertentu
Ringkasan teori, temuan penelitian atau argumen
3
dimuat di dalamnya
Pertimbangan terkait kelebihan atau kekurangan
yang dimiliki sumber bacaan tersebut dari segi
4
kredibilitas penulis, argumen yang disampaikan
dll. Evaluatif
Komentar evaluatif terkait bagaimana hasil kajian
5 dari sumber yang dibaca dapat sejalan dan
berguna bagi penelitian yang sedang dilakukan.
10
University of New England, (t.t.), Writing an Annotated Bibliohgraphy, diakses 11
September 2017 dari http://www.une.edu.au/__data/assets/pdf_file/0008/11132/WE_Writing-
an-annotated-bibliography.pdf.
10
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
1. Pengertian reviu buku/ bab buku/ artikel
Melakukan reviu terhadap buku/ bab buku/ artikel pada dasarnya
adalah upaya untuk membaca secara seksama kemudian melakukan evaluasi
terhadap buku/ bab buku/ artikel yang dibaca tersebut. Sedikit berbeda
dengan laporan buku / bab buku/ artikel yang lebih cenderung bersifat
deskriptif dalam artian lebih melihat apa yang dikatakan oleh penulis buku/
bab buku/artikel dan bagaimana mereka mengatakannya, reviu buku/ bab
buku/ artikel dibuat dengan tujuan untuk menilai dan memberikan
rekomendasi apakah buku/ bab buku/ artikel tersebut layak untuk dibaca atau
tidak.
11
G. Crasswell, Writing for Academic Success: A Postgraduate Guide, (London: Sage,
2005), hlm. 117.
11
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
12
Lihat J. Hartley, Academic Writing and Publishing: A Practical Handbook (Oxon:
Routledge, 2008). Lihat juga M. Cargill dan P. O’Connor, Writing Scientific Research
Articles: Strategy and Steps (West Sussex: Wiley-Blackwell, 2009). Lihat juga J. Blackwell
dan J. Martin, A Scientific Approach to Scientific Writing (New York: Springer, 2011).
12
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
ini menjadi APeMTeP (Abstrak, Pendahuluan, Metode Penelitian, Temuan,
dan Pembahasan). Bagian yang umumnya muncul setelah pembahasan
adalah simpulan, rekomendasi, atau implikasi hasil penelitian.
Untuk artikel yang menyajikan hasil penelurusan pustaka, sitematika
yang umumnya diikuti adalah setelah penulisan abstrak dan pendahuluan,
bagian metode penelitian, temuan dan pembahasan diganti dengan poin-poin
teori atau konsep yang dihasilkan dari penelusuran pustaka yang telah
dilakukan. Bagian ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa sub bagian antara
dua atau lebih sub bagian, menyesuaikan dengan kerumitan topik yang
dibahas dalam artikel yang ditulis. Untuk meringkas secara lebih skematis
struktur umum kedua jenis artikel tersebut, perhatikan secara seksama tabel
di bawah ini.
Tabel 2. 2.
Perbandingan Struktur Umum Artikel Ilmiah
Artikel Berbasis Penelitian Artikel Berbasis Kajian
Pustaka
1. Abstrak 1. Abstrak
2. Pendahuluan 2. Pendahuluan
3. Metode Penelitian 3. Konsep A
4. Temuan Penelitian 4. Konsep B
5. Pembahasan 5. Konsep C…. dst.
6. Simpulan, Rekomendasi, 6. Simpulan, Rekomendasi,
Implikasi Implikasi
Isi uraian dari setiap bagian yang terdapat dalam artikel yang
digambarkan di atas pada dasarnya serupa dengan uraian yang lazimnya
muncul dalam tulisan laporan penelitian namun dalam jumlah kata yang
lebih terbatas. Uraian mengenai unsur yang muncul pada bagian
pendahuluan, metode penelitian, temuan dan pembahasan penelitian ini pada
dasarnya serupa dengan uraian pada penulisan skripsi, tesis, dan disertasi.
Secara lebih jelas, uraiannya dapat dilihat pada pembahasan di Bab III
mengenai penulisan skripsi, tesis, dan disertasi.
13
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
alasan hak cipta, pada pedoman ini tidak melampirkan secara khusus contoh
artikel ilmiah. Silakan membaca contoh-contoh artikel ilmiah berbasis
penelitian pada jurnal-jurnal yang relevan dengan bidang keilmuan masing-
masing.
14
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
BAB III
PENULISAN TUGAS PENYELESAIAN STUDI: SKRIPSI, TESIS,
DISERTASI, DAN ANTOLOGI
15
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
1. Halaman Judul
Secara format, halaman judul pada dasarnya memuat beberapa
komponen, yakni (1) judul skripsi, (2) pernyataan penulisan sebagai bagian
dari persyaratan untuk mendapatkan gelar, (3) nama lengkap penulis beserta
Nomor Induk Mahasiswa (NIM), (4) logo STAI yang resmi, dan (5) identitas
prodi/jurusan, perguruan tinggi, beserta tahun penulisan.
Terkait komponen judul, berikut ini disampaikan setidaknya dua
catatan penting yang disimpulkan dari Hartley,13 Cargill dan O’Connor,14
serta Blackwell dan Martin15 mengenai perumusan judul pada tulisan ilmiah
berbasis penelitian seperti skripsi, tesis, dan disertasi. Pertama, judul yang
baik adalah judul yang dirumuskan secara menarik dan informatif,
mencerminkan secara akurat isi tulisan, dikemas secara singkat dan jelas,
serta memenuhi kaidah penggunaan bahasa yang baik dan benar. Terkait
jumlah kata, judul sebaiknya dirumuskan tidak lebih dari 14 kata. Kedua,
konstruksi judul disusun sesuai dengan sifat dan isi dari skripsi, tesis, atau
disertasi yang dibuat. Pada dasarnya penulis dapat memilih apakah judulnya
akan dikemas dalam bentuk (1) frasa nomina, (2) kalimat lengkap, (3)
kalimat tanya, atau (4) konstruksi judul utama dan subjudul. Namun
demikian penulisan judul pada kajian lintas bidang ilmu masih secara
dominan menggunakan frasa nomina. Penggunakan tiga konstruksi judul
lainnya dapat juga digunakan selama dikemas dan dirumuskan dengan
redaksi yang baik dan benar.
2. Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan dimaksudkan untuk memberikan legalitas bahwa
semua isi dari skripsi telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing dan
13
Lihat Hartley, Academic Writing.
14
Lihat Cargill dan O’Connor, Writing Scientific.
15
Lihat Blackwell dan Martin, Scientific Approach.
16
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
ketua jurusan/ program studi. Secara format, nama lengkap dan gelar, serta
kedudukan tim pembimbing disebutkan. Untuk skripsi dapat digunakan
istilah Tim Pembimbing dengan kedudukan sebagai Pembimbing I dan
Pembimbing II.
17
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
skripsi, tesis, atau disertasi. Ucapan terima kasih sebaiknya ditujukan kepada
orang-orang yang paling berperan dalam penyelesaian skripsi, tesis, atau
disertasi dan disampaikan secara singkat. Karena skripsi, tesis, dan disertasi
termasuk kategori tulisan akademik formal, penulis diharap tidak
memasukkan ucapan terima kasih yang berlebihan, membuat pernyataan dan
menyebutkan pihak-pihak yang tidak relevan.
5. Abstrak
Saat pembaca atau penguji melihat skripsi, tesis, atau disertasi, bagian
yang pertama kali mereka baca sesungguhnya adalah judul dan abstrak.
Abstrak menjadi bagian yang penting untuk dilihat di awal pembacaan karena
di sinilah informasi penting terkait tulisan yang dibuat dapat ditemukan.
Penulisan abstrak sesungguhnya dilakukan setelah seluruh tahapan penelitian
diselesaikan. Oleh karena itu abstrak kemudian menjadi ringkasan dari
keseluruhan isi penelitian.
Secara struktur, menurut Paltridge dan Starfield, 16 abstrak umumnya
terdiri atas bagian-bagian berikut ini:
a. informasi umum mengenai penelitian yang dilakukan
b. tujuan penelitian
c. alasan dilaksanakannya penelitian 4) metode penelitian yang digunakan
5) temuan penelitian.
Terkait format penulisannya, abstrak untuk skripsi, tesis, dan disertasi
di STAI Yapata Al-Jawami dibuat dalam satu paragraf dengan jumlah kata
antara 200 - 250 kata, diketik dengan satu spasi, dengan jenis huruf Times
New Roman ukuran 11. Bagian margin kiri dan kanan dibuat menjorok ke
dalam.
Penggunaan bahasa untuk penulisan abstrak di lingkungan STAI
dilakukan dengan mengacu pada ketentuan berikut ini.
a. Skripsi yang ditulis dalam bahasa Indonesia harus disertai abstrak
dalam dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Arab/bahasa
Inggris.
b. Skripsi yang ditulis dalam bahasa daerah, dalam hal ini bahasa Sunda,
harus disertai abstrak dalam tiga bahasa, yakni bahasa Sunda, bahasa
Indonesia, dan bahasa Arab/bahasa Inggris.
16
B. Paltridge dan S. Starfield, Thesis and Dissertation Writing in a Second Language:
A Handbook for Supervisors (London: Routledge, 2007), hlm. 156.
18
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
c. Skripsi yang ditulis dalam bahasa Arab/bahasa Inggris, harus disertai
abstrak dalam dua bahasa, yakni bahasa Arab/bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia.
d. Skripsi yang ditulis dalam bahasa asing selain bahasa Arab/bahasa
Inggris (misal: Jerman, Jepang, dan Perancis) harus disertai abstrak
dalam tiga bahasa, yakni bahasa asing yang digunakan dalam
penulisannya, bahasa Indonesia, dan bahasa Arab/bahasa Inggris.
6. Daftar Isi
Daftar isi merupakan penyajian kerangka isi tulisan menurut bab,
subbab, dan topiknya secara berurutan berdasarkan posisi halamannya.
Daftar isi berfungsi untuk mempermudah para pembaca mencari judul atau
subjudul dan bagian yang ingin dibacanya. Oleh karena itu, judul dan
subjudul yang ditulis dalam daftar isi harus langsung ditunjukkan nomor
halamannya. Karena sifatnya yang sangat teknis, mahasiswa yang menulis
skripsi, tesis, atau disertasi diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas yang
terdapat dalam Microsoft Office Word, misalnya, untuk membuat daftar isi
dari skripsi, tesis, atau disertasi yang mereka buat. Pembuatan daftar isi
dengan fasilitas ini akan memerlukan pengetahuaan penggunaan Microsoft
Office Word dengan teknik khusus, namun akan sangat membantu
keakuratan dan otomatisasi dokumen yang sedang dibuat.
7. Daftar Tabel
Daftar tabel menyajikan informasi mengenai tabel-tabel yang
digunakan dalam isi skripsi, tesis, atau disertasi beserta judul tabel dan posisi
halamannya secara berurutan. Nomor tabel pada daftar tabel ditulis dengan
dua angka Arab, dicantumkan secara berurutan yang masing-masing
menyatakan nomor urut bab dan nomor urut tabel di dalam skripsi, tesis, atau
disertasi.
Contoh :
Tabel 1.5., artinya tabel pada Bab I nomor 5.
Seperti halnya untuk pembuatan daftar isi, penulisan daftar tabel juga
sangat bersifat teknis. Para penulis skripsi diharapkan menguasai
keterampilan penggunaan fasilitas Microsoft Office Word secara mumpuni,
sehingga memudahkan mereka dalam melakukan format dokumen.
19
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
8. Daftar gambar
Daftar gambar sama seperti fungsi daftar-daftar lainnya, yaitu
menyajikan gambar secara berurutan, mulai dari gambar pertama sampai
dengan gambar terakhir yang tercantum dalam skripsi, tesis, dan disertasi.
Nomor gambar pada daftar gambar ditulis dengan dua angka Arab,
dicantumkan secara berurutan yang masing-masing menyatakan nomor urut
bab dan nomor urut gambar.
Contoh :
Gambar 2.3., artinya gambar pada Bab II nomor 3.
9. Daftar lampiran
Daftar lampiran menyajikan lampiran secara berurutan mulai dari
lampiran pertama sampai dengan lampiran terakhir. Berbeda dengan daftar
tabel dan daftar gambar, nomor lampiran didasarkan pada kemunculannya
dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Lampiran yang pertama kali disebut
dinomori Lampiran 1. dan seterusnya.
Contoh:
Lampiran 1. artinya lampiran nomor 1 dan muncul paling awal dalam
skripsi.
17
Lihat D. Evans, dkk. How to Write a Better Thesis (Dordrecht: Springer, 2014).
18
Lihat Paltridge dan Starfield, Thesis and Dissertation.
20
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
secara ringkas hasil penelusuran literatur terkait teori dan temuan dari
peneliti sebelumnya mengenai topik yang akan diteliti lebih lanjut.
c. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian sesungguhnya akan tercermin dari perumusan
permasalahan yang disampaikan sebelumnya. Namun demikian,
penulis diharapkan dapat mengidentifikasi dengan jelas tujuan umum
dan khusus dari penelitian yang dilaksanakan sehingga dapat terlihat
jelas cakupan yang akan diteliti. Tak jarang, tujuan inti penelitian justru
terletak tidak pada pertanyaan penelitian pertama namun pada
pertanyaan penelitian terakhir, misalnya. Hal ini dimungkinkan karena
pertanyaan-pertanyaan awal tersebut merupakan langkah-langkah awal
yang mengarahkan penelitian pada pencapaian tujuan sesungguhnya.
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, penulis
dapat pula menyampaikan hipotesis penelitiannya karena pada dasarnya
hipotesis penelitian adalah apa yang ingin diuji oleh peneliti. Dalam
kata lain, tujuan penelitian memang diarahkan untuk menguji hipotesis
tertentu. Secara posisi penulisannya, hipotesis penelitian dalam artian
penyampaian posisi peneliti dapat ditulis pada bagian ini atau dibuat
dalam subbagian yang berbeda setelah bagian ini. Secara lebih rinci
penulisan hipotesis penelitian disampaikan pada bab III yang
membahas metode penelitian.
21
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
d. Manfaat/Signifikansi Penelitian
Bagian ini memberikan gambaran mengenai nilai lebih atau kontribusi
yang dapat diberikan oleh hasil penelitian yang dilakukan. Manfaat/
signifikansi penelitian ini dapat dilihat dari salah satu atau beberapa
aspek yang meliputi: (1) manfaat /signifikansi dari segi teori
(mengatakan apa yang belum atau kurang diteliti dalam kajian pustaka
yang merupakan kontribusi penelitian), (2) manfaat/ signifikansi dari
segi kebijakan (membahas perkembangan kebijakan formal dalam
bidang yang dikaji dan memaparkan data yang menunjukkan betapa
seringnya masalah yang dikaji muncul dan betapa kritisnya masalah
atau dampak yang ditimbulkannya), (3) manfaat/ signifikansi dari segi
praktik (memberikan gambaran bahwa hasil penelitian dapat
memberikan alternatif sudut pandang atau solusi dalam memecahkan
masalah spesifik tertentu), dan (4) manfaat/ signifikansi dari segi isu
serta aksi sosial (penelitian mungkin bisa dikatakan sebagai alat untuk
memberikan pencerahan pengalaman hidup dengan memberikan
gambaran dan mendukung adanya aksi).19
19
Lihat C. Marshall dan G. B. Rossman, Designing Qualitative Research, edisi kedua
(Thousand Oaks: Sage, 2006), hlm. 34-38.
22
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
a. konsep-konsep, teori-teori, dalil-dalil, hukum-hukum, model-model,
dan rumus-rumus utama serta turunannya dalam bidang yang dikaji;
b. penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, termasuk
prosedur, subjek, dan temuannya;
c. posisi teoretis peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.
Pada bagian ini, peneliti membandingkan, mengontraskan, dan
memosisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji melalui
pengaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Berdasarkan kajian tersebut,
peneliti menjelaskan posisi/ pendiriannya disertai dengan alasan-alasan yang
logis. Bagian ini dimaksudkan untuk menampilkan "mengapa dan
bagaimana" teori dan hasil penelitian para pakar terdahulu diterapkan oleh
peneliti dalam penelitiannya, misalnya dalam merumuskan asumsi-asumsi
penelitiannya.
Ada beberapa perbedaan mendasar yang perlu digarisbawahi terkait
bagaimana teori dikaji pada skripsi, tesis, dan disertasi. Paltridge dan
Starfield mengemukakan beberapa ciri yang membedakan tingkat dan sifat
kajian pustaka untuk penulisan skripsi, tesis dan disertasi yang disampaikan
di bawah ini.20
a. Pemaparan kajian pustaka dalam skripsi lebih bersifat deskriptif,
berfokus pada topik, dan lebih mengedepankan sumber rujukan yang
terkini.
b. Pemaparan kajian pustaka dalam tesis lebih bersifat analitis dan
sumatif, mencakup isu-isu metodologis, teknik penelitian dan juga
topik-topik yang berkaitan.
c. Pemaparan kajian pustaka dalam disertasi lebih mengedepankan
sintesis teori secara analitis, yang mencakup semua teori yang dikenal
mengenai topik tertentu, termasuk teori-teori yang dikaji dalam bahasa
yang berbeda. Dalam disertasi harus dilakukan upaya pengaitan/
penghubungan konsep baik di dalam maupun lintas teori. Evaluasi kritis
juga perlu dilakukan terhadap kajian-kajian yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya. Dalam hal ini kedalaman dan keluasan
pembahasan tradisi filosofis dan keterkaitan dengan topik yang
diangkat dalam penelitian perlu dilakukan.
Hal lain yang berkenaan pula dengan penulisan kajian pustaka,
khususnya untuk tesis, dan terutama disertasi adalah penulis hendaknya
20
Lihat Paltridge dan Starfield, Thesis and Dissertation.
23
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
memperhatikan persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Bryant 21 di
bawah ini.
a. Penulis sudah mengetahui teori yang berasal dari pemikiran yang
mutakhir dan teori yang mewakili aliran utama berkait dengan topik
yang ditelitinya.
b. Penulis sudah mampu mengkaji penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan bidang yang ditelitinya secara bertanggung jawab.
c. Penulis sudah mengetahui rujukan atau penelitian yang dikutip secara
berulang oleh para ahli atau akademisi lain yang berkaitan dengan
bidang yang ditelitinya.
d. Penulis sudah mengenal nama-nama ahli yang mengemukakan teori
yang berkaitan dengan topik penelitian yang dikajinya.
21
Lihat M. T. Bryant, The Portable Dissertation Advisor (Thousand Oaks: Corwin Press,
2004).
22
Lihat J. W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches, edisi ketiga (Thousand Oaks: Sage, 2009).
24
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
b. Partisipan. Peneliti pada bagian ini menjelaskan partisipan yang
terlibat dalam penelitian. Jumlah partisipan yang terlibat, karakteristik
yang spesifik dari partisipan, dan dasar pertimbangan pemilihannya
disampaikan untuk memberikan gambaran jelas kepada para pembaca.
c. Populasi dan Sampel. Pemilihan atau penentuan partisipan pada
dasarnya dilalui dengan cara penentuan sampel dari populasi. Dalam
hal ini peneliti harus memberikan paparan jelas tentang bagaimana
sampel ditentukan. Karena tidak semua penelitian melibatkan manusia,
untuk bidang ilmu tertentu, teknik sampling juga dapat dilakukan untuk
hewan, benda mati, atau zat tertentu.
d. Instrumen Penelitian. Pada bagian ini disampaikan secara rinci
mengenai instrumen/ alat pengumpul data yang dipergunakan dalam
penelitian. Instrumen penelitian ini dapat berupa angket, catatan
observasi, atau soal test. Penjelasan secara rinci terkait jenis instrumen,
sumber instrumen (apakah membuat sendiri atau menggunakan yang
telah ada), pengecekan validitas dan realibilitasnya, serta teknis
penggunaannya disampaikan pada bagian ini.
e. Prosedur Penelitian. Bagian ini memaparkan secara kronologis
langkah-langkah penelitian yang dilakukan terutama bagaimana desain
penelitian dioperasionalkan secara nyata. Terutama untuk jenis
penelitian eksperimental, skema atau alur penelitian yang dapat disertai
notasi dan unsur-unsurnya disampaikan secara rinci. Identifikasi jenis
variabel beserta perumusan hipotesis penelitian secara statistik (dengan
notasi) dituliskan secara eksplisit sehingga menguatkan kembali
pemahaman pembaca mengenai arah tujuan penelitian.
f. Analisis Data. Pada bagian ini secara khusus disampaikan jenis analisis
statistik beserta jenis software khusus yang digunakan (misal: SPSS).
Statistik deskriptif dan inferensial yang mungkin dibahas dan
dihasilkan nantinya disampaikan beserta langkahlangkah pemaknaan
hasil temuannya.
Sementara itu untuk penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif, kecenderungan alur pemaparan metode penelitian untuk skripsi,
tesis, dan disertasi, seperti diadaptasi dari Creswell23, relatif lebih cair dan
sederhana, dengan berisikan unsurunsur di bawah ini.
23
Lihat J. W. Creswell, Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research (Boston: Pearson, 2011).
25
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
a. Desain Penelitian. Bagian ini menjelaskan jenis desain penelitian yang
digunakan dengan menyebutkan, bila memungkinkan, label khusus
yang masuk kategori desain penelitian kualitatif, misalkan etnografi,
atau studi kasus.
b. Partisipan dan Tempat Penelitian. Bagian ini terutama dimunculkan
untuk jenis penelitian yang melibatkan subjek manusia sebagai sumber
pengumpulan datanya. Pertimbangan pemilihan partisipan dan tempat
penelitian yang terlibat perlu dipaparkan secara jelas.
c. Pengumpulan Data. Pada bagian ini dijelaskan secara rinci jenis data
yang diperlukan, instrumen apa yang digunakan, dan tahapan-tahapan
teknis pengumpulan datanya. Sangat dimungkinkan bahwa
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu
instrumen dalam rangka triangulasi untuk meningkatkan kualitas dan
realibilitas data.
d. Analisis Data. Pada bagian ini penulis diharapkan dapat menjelaskan
secara rinci dan jelas langkah-langkah yang ditempuh setelah data
berhasil dikumpulkan. Apabila ada kerangka analisis khusus
berdasarkan landasan teori tertentu, penulis harus mampu menjelaskan
bagaimana kerangka tersebut diterapkan dalam menganalisis data yang
diperoleh agar dapat menghasilkan temuan untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang diajukan. Secara umum dalam alur analisis data
kualitatif, peneliti berbicara banyak mengenai langkah-langkah
identifikasi, kategorisasi, kodifikasi, reduksi, pemetaan pola, dan
sistesis dari hasil pelaksanaan rangkaian tahapan tersebut.
e. Isu Etik. Bagian ini pada dasarnya bersifat opsional. Terutama bagi
penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek penelitiannya,
pertimbangan potensi dampak negatif secara fisik dan psikologis perlu
mendapat perhatian khusus. Penulis harus mampu menjelaskan dengan
baik bahwa penelitian yang dilakukan tidak menimbulkan dampak
negatif baik secara fisik maupun nonfisik dan menjelaskan prosedur
penanganan isu tersebut.
Penjelasan mengenai unsur-unsur yang umumnya muncul dalam bab
mengenai metode penelitian, baik yang menggunakan pendekatan kuantitatif
dan kualitatif di atas pada dasarnya masih mungkin mengalami variasi dan
penyesuaian sesuai dengan kekhasan bidang kajian yang diteliti. Apa yang
disampaikan merupakan panduan yang berisikan elemen-elemen penting
26
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
yang dapat menjadi payung bagi penulisan skripsi, tesis, dan disertasi di
lingkungan STAI.
Tabel 3. 1.
Pola Pemaparan Nontematik dan Tematik
Dengan adanya dua pola tersebut, apa pun pola yang dijadikan rujukan,
pastikan bahwa dalam memaparkan setiap temuan dan pembahasannya,
penulis/ peneliti mengingat betul rumusan permasalahan yang telah diajukan
di awal penelitian. Hal ini untuk memastikan bahwa temuan dan pembahasan
24
R. J. Sternberg, The Psychologist’s Companion: A Guide to Scientific Writing for
Students and Researchers, (Leichester: Cambridge University Press, 1988), hlm. 54.
25
Sternberg, The Psychologist’s Companion, hlm. 54.
27
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
yang disampaikan betul-betul menjawab pertanyaan penelitian yang
diajukan.
Pada bagian di bawah ini disampaikan secara umum kecenderungan
pola pemaparan temuan dan pembahasan untuk penelitian dengan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara terpisah.
Penyajian data dalam pemaparan temuan dan pembahasan, terutama
untuk penelitian kuantitatif, menurut American Psychological
Association,26 pada dasarnya memiliki beberapa tujuan, antara lain:
a. eksplorasi, yaitu penyajian data memang ditujukan untuk memahami
apa yang ada di dalam data tersebut;
b. komunikasi, dalam pengertian bahwa data tersebut telah dimaknai dan
akan disampaikan kepada para pembaca;
c. kalkulasi, dalam pengertian bahwa data tersebut dapat dipergunakan
untuk memperkirakan beberapa nilai statistik untuk pemaknaan lebih
lanjut;
d. penyimpanan, dalam pengertian bahwa data tersebut digunakan untuk
keperluan pembahasan dan analisis lanjutan;
e. dekorasi, dalam pengertian bahwa penyajian data memang ditujukan
untuk menarik perhatian pembaca dan membuatnya menarik secara
visual.
Pemaparan temuan penelitian kuantitatif seperti yang dijelaskan oleh
American Psychological Association27 biasanya didahului oleh penyampaian
hasil pengolahan data yang dapat berbentuk tabel atau grafik yang di
dalamnya berisikan angka statistik baik yang bersifat deskriptif maupun
inferensial mengenai variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian yang
dilakukan. Hal yang perlu diingat di sini adalah prinsip-prinsip penting
terkait bagaimana data disajikan agar memudahkan pembaca memahami
hasil penelitian yang telah dilakukan.
Setelah peneliti menyajikan temuan dalam bentuk yang sesuai dengan
tujuan yang jelas, baik itu grafik, tabel dll., apa yang perlu dilakukan adalah
menyertai tampilan tersebut dengan ringkasan penjelasan sehingga temuan
tersebut menjadi lebih bermakna. Penjelasan yang dibuat dilakukan sesuai
dengan kondisi data apa adanya, tidak mengurangi dan tidak
26
Lihat American Psychological Association, Publication Manual of the American
Psychological Association, edisi keenam (Washington: American Psychological Association,
2010).
27
Lihat American Psychological Association, Publication Manual.
28
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
melebihlebihkan. Apa yang disampaikan dapat berupa pembacaan terhadap
bentuk dan pola visual yang muncul, atau nilai statistik tertentu sesuai dengan
pola distribusi yang dapat dilihat. Dalam tahapan ini, peneliti harus mampu
menunjukan pola apa yang menarik, pola apa yang muncul di luar dugaan,
dan juga pola apa yang mungkin dianggap aneh atau rancu.
Di bagian pembahasan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah (1) melihat
kembali pertanyaan penelitian beserta hipotesis penelitian yang telah
dirumuskan, (2) melakukan pengaitan hasil temuan dengan kajian pustaka
relevan yang telah ditulis sebelumnya, dan (3) melakukan evaluasi terhadap
potensi kelemahan penelitian (seperti: bias, ancaman lain terhadap validitas
internal, dan keterbatasan lain yang dimiliki oleh penelitian).
Peneliti pada umumnya menyatakan apakah akan menolak atau
menerima hipotesis yang telah disampaikan untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Kemudian beranjak membahas kesamaan atau perbedaan temuan
penelitian dengan hasil temuan penelitian lain sebelumnya agar peneliti dapat
memberikan konfirmasi dan klarifikasi terhasil hasil temuannya. Segala
bentuk keterbatasan penelitian perlu disampaikan sebagai bentuk evaluasi
keseluruhan.
Beberapa contoh redaksi inti pembahasan temuan penelitian kuantitatif
dalam menjawab pertanyaan penelitian dapat dilihat di bawah ini.
a. Terdapat hubungan negatif yang kuat antara waktu menonton TV
dengan IP yang diperoleh oleh mahasiswa, r (35) =- ,87. p < ,05. (untuk
menyatakan korelasi)
b. Ada perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan
metode penilaian group project - based assessment (x = 87,5) dengan
kelas yang menggunakan individual report assessment (x = 60,3), t(42)
= 34,7, p< ,05. (untuk menyatakan hasil eksperimen)
Sementara itu, dalam pemaparan temuan dan pembahasan pada
penelitian kualitatif, peneliti menyampaikan hasil analisis data dan
mengevaluasi apakah temuan utama yang dihasilkan dari analisis data
tersebut menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan.28 Bagian temuan
dan pembahasan sebaiknya dimulai dengan ringkasan singkat mengenai
temuan penelitian, dengan mengatakan kembali tujuan penelitian.
28
L. J. Burton, An Interactive Approach to Writing Essays and Research Reports in
Psychology, (Milton: John Wiley and Sons Australia, Ltd., 2002), hlm. 71.
29
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Penelitian kualitatif biasanya lebih menggunakan metode deskriptif
untuk menggambarkan perilaku daripada menggunakan data yang bisa
dianalisis secara statistik.29
Dalam memahami data kualitatif, seperti dikatakan oleh Lincoln dan
Guba,30 peneliti harus melakukan analisis induktif, dan dalam analisis ini ada
dua kegiatan yang dilakukan. Pertama adalah pengelompokan (unitizing),
yaitu kegiatan memberikan kode yang mengidentifikasi unit informasi yang
terpisah dari teks. Kedua adalah kategorisasi (categorizing), yaitu menyusun
dan mengorganisasikan data berdasarkan persamaan makna.
Proses ini memerlukan revisi, modifikasi dan perubahan yang
berlangsung terus menerus sampai unit baru dapat ditempatkan dalam
kategori yang tepat dan pemasukan unit tambahan menjadi suatu kategori
dan tidak memberi informasi baru.
Dalam memaparkan data, menurut Rudestam dan Newton,31 peneliti
kualitatif sangat perlu menggambarkan konteks di mana suatu kejadian
terjadi. Selain itu, seperti disarankan oleh Silverman32, penelitian kualitatif
perlu memperlihatkan upaya untuk membahas setiap potongan data yang
telah berhasil dikumpulkan.
Penulis skripsi, tesis, dan disertasi, baik dengan pendekatan kuantitatif
maupun kualitatif, seyogianya memperhatikan bahwa data tidak sama
pentingnya. Dengan demikian, data juga sebaiknya dipaparkan berdasarkan
tingkat signifikansinya dalam penelitian yang dilakukan. Penulis, seperti
disarankan oleh Crasswell33, perlu bertanya tentang beberapa hal yang
disampaikan di bawah ini.
a. Apa yang dianggap paling penting tentang temuan penelitian secara
umum dan mengapa?
b. Temuan mana yang tampaknya lebih penting dan kurang penting dan
mengapa?
c. Apakah ada temuan yang harus saya perhatikan secara khusus dan
mengapa?
d. Apakah ada sesuatu yang aneh atau tidak biasa dalam temuan penelitian
yang perlu disebutkan dan mengapa?
29
Burton, An Interactive Approach.
30
Lihat dalam K. E. Rudestam dan R. R. Newton, Surviving Your Dissertation (London:
Sage, 1992).
31
Rudestam dan Newton, Surviving Your Dissertation, hlm. 111.
32
Lihat D. Silverman, Doing Qualitative Research, edisi kedua, (London: Sage, 2005).
33
Crasswell, Writing for Academic Success, hlm. 199.
30
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
e. Apakah metodologi yang dipakai atau faktor lain telah memengaruhi
interpretasi saya tentang temuan penelitian dan apakah ini merupakan
sesuatu yang perlu dibahas? Misalnya, bias yang bisa muncul dalam
desain penelitian.34
Perlu diperhatikan bahwa dalam memaparkan temuan, penulis
hendaknya memaparkannya secara proporsional, dan membahasnya secara
analitis. Dengan memperhatikan kelima pertanyaan di atas, penulis skripsi,
tesis dan disertasi dapat menghindari pemaparan temuan penelitian yang
terlalu banyak.
Dalam membahas data, baik data kuantitatif maupun kualitatif, ada
beberapa tahap yang harus dilakukan:
a. menjelaskan bagaimana data bisa menjawab pertanyaan penelitian;
b. membuat pernyataan simpulan;
c. membahas atau mendiskusikan data dengan menghubungkannya
dengan teori dan implikasi hasil penelitian (kalau memungkinkan).35
Dalam hal pengorganisasiannya, struktur organisasi atau elemen yang
biasanya ada dalam pembahasan data dapat berupa:
a. latar belakang penelitian (informasi mengenai latar belakang
penelitian);
b. pernyataan hasil penelitian (statement of results);
c. hasil yang diharapkan dan tidak diharapkan (un)expected outcomes;
d. referensi terhadap penelitian sebelumnya;
e. penjelasan mengenai hasil penelitan yang tidak diharapkan, yakni
penjelasan yang dibuat untuk mengemukakan alasan atas munculnya
hasil atau data yang tidak diduga atau tidak diharapkan (kalau memang
ini benar) atau data yang berbeda dengan temuan penelitian
sebelumnya;
f. pemberian contoh, yaitu contoh untuk mendukung penjelasan yang
diberikan dalam tahap no. 5 di atas;
g. deduksi atau pernyataan, yaitu membuat pernyatan yang lebih umum
yang muncul dari hasil penelitian, misalnya menarik simpulan, dan
menyatakan hipotesis;
h. dukungan dari penelitian sebelumnya, yaitu mengutip penelitian
sebelumnya untuk mendukung pernyataan yang dibuat;
34
Lihat saran Crasswell, Writing for Academic Success, hlm. 199.
35
Lihat Sternberg, The Psychologist’s Companion, hlm. 53.
31
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
i. rekomendasi, yaitu membuat rekomendasi untuk penelitian yang akan
datang;
j. pembenaran penelitian yang akan datang, yakni memberikan
argumentasi mengapa penelitian yang akan datang direkomendasikan.36
Perlu diperhatikan bahwa kesalahan yang umum ditemukan dalam
menulis bab pembahasan adalah bahwa penulis gagal kembali kepada kajian
pustaka yang telah ditulis dalam Bab II dalam mengintegrasikan hasil
penelitian dengan penelitian empiris lain yang meneliti topik atau fenomena
yang sama.37 Pembahasan atau diskusi yang baik melekatkan masing-masing
temuan penelitan dengan konteks teori yang dipaparkan dalam kajian
pustaka. Dengan demikian, dalam bagian pembahasan, penulis perlu kembali
pada kajian pustaka untuk mahami lebih baik temuan penelitian dan mencari
bukti yang mengonfirmasi atau yang bertentangan dengan data atau hasil
penelitian yang ada. Dalam bagian pembahasan data, pernyataan seperti di
bawah ini, seharusnya sering muncul.
“(Tidak) seperti penelitian yang dilakukan oleh …, yang menggunakan ...,
penelitian ini menemukan bahwa ...”.
Dalam membahas data, penulis skripsi, tesis, atau disertasi sebaiknya
bertanya dalam hal apa atau sejauh mana temuan penelitiannya itu sesuai,
atau mendukung, atau menentang temuan penelitian lain. Apabila sesuai,
persisnya dalam hal apa, dan apabila tidak, mengapa dan aspek apa yang
mungkin diteliti lebih lanjut untuk memperbaiki pengetahuan yang ada
sekarang.
36
Paltridge dan Starfield, Thesis and Dissertation, hlm. 147.
37
Lihat Rudestam dan Newton, Surviving Your Dissertation, hlm. 111. Lihat juga E.
Emilia, Menulis Tesis dan Disertasi, (Bandung: Alpha Beta, 2008).
32
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
lagi angka-angka statistik hasil uji statistik. Implikasi dan rekomendasi yang
ditulis setelah simpulan dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan,
kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti
berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, dan
kepada pemecahan masalah di lapangan atau follow up dari hasil penelitian.
Dalam menawarkan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya,
sebaiknya saran atau rekomendasi dipusatkan pada dua atau tiga hal yang
paling utama yang ditemukan oleh penelitian. Akan lebih baik apabila
penulis menyarankan penelitian yang melangkah satu tahap lebih baik dari
penelitian yang telah dilakukan.
Dalam beberapa kasus bab terakhir dari skripsi, tesis, atau disertasi
dikemukakan keterbatasan penelitian, khususnya kelemahan yang berkaitan
dengan metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sampel yang
terlibat.
E. Penulisan Antologi
Sesuai dengan kebijakan pengelolaan karya ilmiah sivitas akademika
STAI, sebagai salah satu syarat kelulusan, mahasiswa yang menulis skripsi
diwajibkan menulis juga artikel berupa ringkasan skripsi, dengan ketentuan di
bawah ini.
1. Artikel merupakan ringkasan atau bentuk pendek skripsi dengan jumlah
kata: a) 3000-6000 kata.
33
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
2. Artikel ditulis dengan jarak satu spasi, huruf Times New Roman 12, dan
margin kiri dan atas masing-masing 3 cm serta margin bawah dan atas
masing-masing 2,5 cm.
3. Judul ditulis dengan huruf kapital jenis huruf Berlin Sans FB 16, diikuti
oleh nama penulis tanpa gelar dengan huruf Gill Sans MT14, di bawahnya
dituliskan afiliasi penulis yaitu Jurusan ...., Program Studi......., Sekolah
Tinggi Agama Islam, dan email penulis penanggung jawab dengan huruf
Gill Sans MT 12, dengan dicetak miring.
4. Tempatkan pembimbing sebagai penulis kedua, ketiga, dst..... Bubuhkan
catatan kaki di belakang nama pembimbing “Penulis Penanggung Jawab”
5. Di bawah afiliasi, tuliskan abstrak dengan huruf Times New Roman 11,
dengan inden kiri dan kanan masingmasing 1 cm.
6. Abstrak harus berisi uraian pentingnya topik yang dibahas, kesenjangan
yang ditemukan antara teori dan kenyataan atau antara harapan dan
kenyataan, penelitian yang dibahas, metode, hasil dan pembahasan, serta
kesimpulan dalam bahasa Indonesia dan Arab/Inggris.
7. Judul dan abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab/Inggris.
8. Pada setiap halaman ganjil berikan header atau sirahan berupa Nama
Jurnal, Volume, Nomor edisi, bulan dan tahun penerbitan serta halaman
artikel yang dimuat dengan rata kiri.
9. Pada setiap halaman genap, berikan sirahan berisi nama penulis dan judul
artikel dengan rata kanan. Bila tak mencukupi, judul tidak perlu ditulis
lengkap.
10. Di bawah abstrak tuliskan kata kunci tidak lebih dari lima kata.
11. Setelah kata kunci langsung uraikan mengenai latar belakang sekaligus
teori yang digunakan dalam penelitian tanpa diawali subjudul dengan
panjang bagian ini tak lebih dari 20% dari panjang seluruh tulisan.
12. Setelah uraian teori, beri subjudul METODE dengan Times New Roman 12
huruf kapital diikuti uraian mengenai desain penelitian, responden yang
terlibat, instrumen yang digunakan, serta prosedur analisis data dengan
panjang uraian tidak lebih dari 15% dari seluruh panjang tulisan.
13. Ikuti uraian mengenai metode dengan subjdul berupa HASIL DAN
PEMBAHASAN yang berisi uraian mengenai temuan dan pembahasan
hasil penelitian dengan panjang tidak lebih dari 60% panjang seluruh
tulisan.
34
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
14. Ikuti uraian mengenai pembahasan dengan KESIMPULAN yang berisi
ringkasan dan komentar atas temuan penelitian dengan panjang tidak lebih
dari 5% dari total panjang tulisan.
15. Setelah kesimpulan, masukan REFERENSI dengan menggunakan model
TURABIAN dengan rata kiri.
16. Transliterasi Arab-Latin berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama
RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 tahun 1987 dan
No. 0543 b/U/1987.
17. Kutipan blok diberi inden 0,75cm, lebar kolom 7,43 dan jarak antarkolom
0,6 cm.
18. Gunakan garis horizontal untuk tabel (lihat tabel Model APA). Berikan
nomor dan judul tabel di atasnya.
19. Setiap sumber yang dikutip dalam naskah harus tercantum dalam Referensi;
sebaliknya rujukan yang tercantum dalam Referensi harus muncul dalam
teks.
35
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
36
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
BAB IV
ISU ORISINALITAS DAN PLAGIARISME
38
W. Sutherland-Smith, Plagiarism, the Internet and Student Learning: Improving
Academic Inegrity, (New York: Routledge, 2008), hlm. 43.
39
R. Murray, How to Write a Thesis, (Maidenhead: Open University Press, 2002), hlm.
52-53.
40
Murray, How to Write, hlm. 53. Lihat juga E. M. Phillips dan D. S. Pugh, How to Get
a Ph.D.: A Handbook for Students and Supervisors, (Buckingham: Open University Press,
1994), hlm. 61-62.
37
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
10. penulis menambah pengetahuan dengan cara yang belum dilakukan
sebelumnya;
11. penulis menulis informasi baru untuk pertama kali; 12) penulis memberi
eksposisi terhadap gagasan orang lain; 13) penulis melanjutkan hasil
sebuah karya yang orisinal.
B. Pengertian Plagiarisme
Kata plagiarisme sesungguhnya berasal dari sebuah kata dari bahasa Latin
plagiarius, yang artinya seseorang yang menculik anak atau budak orang lain.
Istilah ini kemudian mulai mengemuka dan umum dipakai untuk
menggambarkan apa yang kadang-kadang disebut sebagai “pencurian karya
sastra” sekitar tahun 1600-an.41
Pemerintah Indonesia sendiri melalui Permendiknas No. 17 tahun 2010,
mendefinisikan plagiat sebagai:
perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip
sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui
sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan
memadai. (hlm. 2)
41
Lihat D. Weber-Wulff, False Feathers: A Perspective on Academic Plagiarism,
(Heidelberg: Springer(2014).
42
Lihat Sutherland-Smith, Plagiarism.
43
Lihat H. Williams (Penyunting), Plagiarism: Issues that Concern You, (Farmington
Hills: Gale, 2008).
38
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
44
Lihat Weber-Wulff, False Feathers.
39
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
7. Pawn sacrifice. Tindakan ini merupakan upaya mengaburkan berapa
banyak bagian dari teks yang memang digunakan walaupun penulis
menuliskan sumber kutipannya. Sering kali bagian teks dari sumber lain
yang dikutip dan diberi pengakuan hanya sebagian kecil saja, padahal
bagian yang diambil lebih dari itu.
8. Cut & slide. Pada dasarnya mirip dengan pawn sacrifice dengan sedikit
perbedaan. Plagiator biasanya mengambil satu porsi teks dari sumber lain.
Sebagian teks tersebut dikutip dan diberi pengakuan dengan cara yang
benar dengan kutipan langsung, sementara sebagian lain yang jelas-jelas
diambil langsung tanpa modifikasi dibiarkan begitu saja masuk dalam
tulisannya.
9. Self-plagiarism. Jenis tindakan ini adalah menggunakan ide dari tulisan-
tulisan sendiri yang telah dibuat sebelumnya namun menggunakannya
dalam tulisan baru tanpa kutipan dan pengakuan yang tepat. Walaupun
penulis merasa bahwa ide tersebut adalah miliknya dalam tulisan
sebelumnya dan dapat menggunakannya secara bebas sesuai keinginannya,
hal ini dianggap sebagai praktik akademik yang tidak baik.
10. Other dimensions. Jenis-jenis tindakan plagiat lainnya dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Plagiator dapat menjiplak dari satu sumber atau
lebih, atau menggabungkan dua atau lebih bentuk plagiat yang disebutkan
di atas dalam tulisan yang dia buat. Yang pasti, tindakan plagiat masih
memungkinkan untuk berkembang dengan modifikasi dimensi dari
tindakannya.
40
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
4. pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa;
5. pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa;
6. pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa; atau
7. pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program.
Sementara itu, sanksi bagi dosen/peneliti/ tenaga kependidikan yang
terbukti melakukan tindakan plagiat menurut Pasal 12 Ayat 2 dapat berupa:
1. teguran;
2. peringatan tertulis;
3. penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan;
4. penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional;
5. pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/ profesor/ahli
peneliti utama bagi yang memenuhi syarat;
6. pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/ peneliti/ tenaga
kependidikan;
7. pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen/ peneliti/
tenaga kependidikan; atau
8. pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan.
41
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
42
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
BAB V
PETUNJUK TEKNIS PENULISAN TUGAS AKHIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YAPATA AL-JAWAMI
43
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
44
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
2) Paragraf menjorok tidak berlaku pada:
Penjelasan point-point.
Kutipan langsung
Terjemah ayat/hadis
Ketiganya menggunakan system indentasi (lihat point b)
b. Indentasi Kutipan Langsung
1) Indentasi digunakan pada:
Kutipan Langsung
Terjamah Ayat/Hadis
Penjelasn Point-point
2) Indentasi menggunakan jarak dari batas kertas dan atau batas angka
point sebesar 1 cm (+ 3 huruf kapitas/4 huruf kecil)
Perhatikan ilustrasi berikut:
45
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Besar huruf pada isi tulisan adalah 12 pt model normal.
d) Kutipan
Besar huruf pada kutipan adalah 12 pt. Khusus kutipan bahasa Asing
(selain Arab) menggunakan model italic (miring)
e) Terjemah
Besar huruf pada terjemah adalah 12 pt model italic (miring), baik
kurang atau lebih dari 3 baris.
3. Jenis dan Besar Huruf Arabic
a) Jenis, Besar dan Tipe huruf (fonts)
Jenis huruf pada penulisan kalimat Arab (Ayat, hadis maupun tulisan
Arabic lainnya) menggunakan aturan sebagai berikut:
1) Arabic pada naskah latin
Kalimat Arabic yang merupakan bagian dari naskah menggunakan
font yang bawaan yang disesuaikan besarnya dengan huruf lain
(isi)
2) Tulisan Arabic Ayat dan Hadis
Ayat ditulis langsung
Ayat yang ditulis langsung menggunakan jenis font
“Traditional Arabic” ukuran 16 pt, tipe “normal”.
Ayat dari software Al-Quran in Ms-Word atau Software Hadis
Tulisan arab menggunakan font bawaan program dengan
ukuran font 16pt tipe normal.
Syakal
Pengutipan dan penulisan Ayat/Hadis dan kalimat-kalimat
Arabic harus dilengkapi dengan syakal (tanda baca)
3) Arabic pada footnote
Huruf Arabic pada footnote menggunakan jenis font “traditional
Arabic” dengan besar yang disesuaikan dengan besar font latin
pada footnote.
b) Spasi (jarak antar baris) Penulisan Arab
1) Spasi (jarak antar baris) pada ayat/hadis menggunakan spasi tunggal
(1 spasi)
2) Spasi kalimat Arabic yang terdapat pada naskah mengikuti spasi
naskah latin.
46
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
D. Justifikasi Penulisan
Justifikasi adalah penempatan posisi tulisan berdasarkan reratanya. Dalam
penulisan skripsi ketentuan justifikasi adalah sebagai berikut:
1. Judul Bab
Judul pada setiap Bab menggunakan justifikasi rata tengah (centre).
2. Sub Judul Bab dan Sub of Sub Judul
Sub judul Bab dan Sub of Sub Judul menggunakan justifikasi “rata kiri-
kanan” (justified)
3. Isi
Justifikasi pada isi, termasuk ayat dan naskah arabic menggunakan
justifikasi “rata kiri-kanan” (justified)
E. Multilevel List
Dalam penulisan multilevel list pada skripsi menggunakan sistem sebagai
berikut:
1. Level Pertama menggunakan Huruf Kapitas (Tebal) misl: A., B., C., …. dst.
2. Level Kedua menggunakan huruf Numerik (tebal) misl.: 1., 2., 3., … dst.
3. Level Ketiga menggunakan huruf kecil (normal) misl.: a., b., c., … dst.
4. Level Keempat menggunakan numeric berkurung (normal) misl.: 1), 2), 3),
…. dst.
5. Level Kelima menggunakan huruf kecil berkurung (normal) misl.: a), b), c),
… dst.
6. Level Keenam menggunakan angka berkurung ganda (normal) misl.: (1), (2),
(3), … dst.
7. Level Ketujuh menggunakan huruf kecil berkurung ganda (normal) misl: (a),
(b), (c), … dst.
8. Jika masih terdapat level kedepan dan seterusnya, dapat menggunakan bullet
(symbol).
Perhatikan ilustrasi berikut:
47
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
48
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
1) Nomor tabel disesuaikan dengan urutan bab dan urutan tabel yang
dibuat. Misl. Tabel 1.1. Jumlah Responden (tabel ke 1 pada bab 1),
Tabel 3.2. xxx (Tabel ke 2 dalam Bab 3), … dst.
2) Penulisan judul tabel menggunakan aturan:
a) Nomor tabel di letakkan paling atas dengan font “time new
roman”, ukuran 12 pt, type bold (tebal) dengan posisi rata tengah
(centre), spasi tunggal. Misl. Tabel 1.2., Tabel 3.4., … dst.
b) Judul Tabel ditelakkan dibawah Nomor Tabel dengan jenis huruf
“Time New Roman”, ukuran 12pt, dan posisi “rata tengah”
(centre), type bold (tebal).
3) Judul Tabel di ujung halaman
Judul tabel yang berada di ujung halaman harus dipindahkan pada
halaman berikutnya.
Perhatikan ilustrasi berikut:
Tabel 1.1.
Nilai Siswa pada Mata Pelajaran PAI
Nilai
No NIM Nama Rerata
SMT I SMT II
1 1213100034 Joko Sulaeman 90 80 85
2 1213100043 Mimin Mukmi 80 80 80
3 ….. ……… … …. ….
49
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
2) Jika pada ukuran tertentu gambar, grafik dan photo menjadi tidak
jelas, maka dapat menggunakan halaman khusus pada halaman
berikutnya atau pada halaman lampiran.
3) Khusus photo, dapat dimasukkan dalam isi skripsi jika mampu
menjelaskan/mendeskripsikan uraian yang sedang dibahas.
4) Jika penjelasan dengan photo membutuhkan photo yang lebih
banyak, maka salah satu dari photo dimasukkan ke dalam isi skripsi
sedangkan sisanya disimpan pada lembaran khusus pada lampiran.
c. Nomor dan Nama Gambar, Grafik dan Photo
1) Nomor Gambar, Grafik Dan Photo
Nomor gambar, grafik dan photo disesuaikan dengan urutan bab
dan urutan gambar, grafik dan photo yang dimasukkan. Misl.
Gambar 1.1.Kerangka Pikir Penelitian (gambar ke 1 pada Bab I),
Grafik 3.2. xxx (Grafik ke 2 dalam Bab III), Photo 4.4. xxxx (photo
ke-4 pada Bab IV)… dst.
2) Penulisan Judul Gambar, Grafik dan Photo
a) Nomor gambar, grafik dan photo diletakkan di bawah gambar,
grafik dan photo yang bersangkutan dengan jenis huruf “times
new roman”, ukuran 12pt, type bold (tebal) dengan spasi tunggal
(1 spasi), rata tengah. Misl. Gambar 3.1., Grafik 2.1., Photo 4.4.,
… dst.
b) Judul gambar, grafik, dan photo diletakkan di bawah nomor
gambar, grafik dan photo dengan jenis huruf “times new roman”,
ukuran 12pt, type bold (tebal), dengan spasi tunggal (1 spasi), rata
tengah (centre)
d. Judul Terpisah dari Gambar, Grafik dan Photo
Jika judul terpisah halaman dari gambar, grafik dan photo, maka
photo, gambar, dan photo yang bersangkutan harus
dipindahhalamankan.
50
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Gambar 3.2
Hirarki Kebutuhan Menurut Maslow
𝑛
𝑛
(𝑥 + 𝑎) = ∑ ( ) 𝑥 𝑘 𝑎𝑛−𝑘
𝑛
𝑘
𝑘=0
H. Penulisan Judul
1. Judul Utama (BAB)
a. Penulisan judul BAB menggunakan huruf “times new roman” ukuran 12
pt, type tebal (bold), posisi rata tengah (centre), dalam bentuk huruf
Kapital (huruf besar) di simpan di awal halaman paling atas.
51
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
b. Komposisi penulisan judul disesuaikan dengan kaidah penulisan dengan
jumlah baris yang tidak merubah pemaknaan judul.
c. Batas maksimal penulisan judul Bab adalah 20 kata.
d. Spasi pada judul utama (BAB) adalah 1.5 spasi.
2. Sub Judul
a. Penulisan subjudul menggunakan jenis huruf “times new roman”, ukuran
12 pt, type tebal (bold), posisi rata kiri-kanan (justify), dengan huruf
kapital pada Awal Kata.
b. Sub judul yang berada setelah judul Bab, dipisah oleh jeda spasi 3 (3
spasi).
c. Sub judul setelah uraian dipisah oleh jeda 1 spasi.
3. Sub of Sub Judul
a. Penulisan sub of sub judul menggunakan huruf “times new roman”
ukuran 12 pt, type normal, posisi rata kiri-kanan (justify) dengan huruf
kapital pada awal kata.
b. Sub of sub judul tidak dipisahkan oleh jeda spasi.
4. Sub Judul dan Sub of Sub Judul di Ujung Halaman
Jika Sub judul dan Sub of Sub Judul berada di ujung halaman
(menggantung), maka harus dimasukkan/dipindahkan ke halaman
berikutnya.
5. Penulisan Judul Utama, Sub Judul dan Sub of Sub Judul harus
memparhatikan Kaidah Penulisan yang berlaku (EYD)
52
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
J. Pembaban
Penentuan jumlah Bab dalam skripsi dapat mengikuti salah satu tiga aturan
berikut:
1. Model 4 (Empat) Bab
Model ini terdiri dari:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Landasan Teoretis atau Tinjauan Pustaka
Bab III : Landasan Empiris atau Hasil Penelitian
Bab IV : Penutup
2. Model 5 (Lima) Bab
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Landasan Teoretis atau Tinjauan Pustaka
Bab III : Metodologi Penelitian
Bab III : Landasan Empiris atau Hasil Penelitian
Bab V : Penutup
3. Model 6 (Enam) Bab atau Lebih
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Landasan Teoretis atau Tinjauan Pustaka
Bab III : Metodologi Penelitian
Bab IV : Landasan Empiris atau Hasil Penelitian
Bab V : Pembahasan dan Analisis
Bab VI : Penutup
53
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
L. Penomoran Halaman
1. Penomoran pada Halaman Isi Skripsi
a. Penomoran Halaman Judul Utama dan BAB
Penomoran pada Halaman Judul Utama (BAB) bagian isi skripsi di
letakkan di bawah halaman, jenis huruf “times new roman”, ukuran 12
pt, rata tengah (centre), type normal, jenis angka (1, 2, … dst).
b. Penomoran bukan judul utama
Penomoran pada halaman bukan Judul Utama (BAB) diletakkan di
Atas Kanan halaman, jenis huruf “times new roman”, ukuran 12 pt,
rata kanan (right), type normal, jenis angka (1, 2, … dst).
c. Penomoran menggunakan system bersambung
2. Penomoran pada Halaman Pendahuluan
a. Penomoran Halaman Judul Utama
Penomoran pada Halaman Judul Utama (BAB) bagian isi skripsi di
letakkan di bawah halaman, jenis huruf “times new roman”, ukuran 12
pt, rata tengah (centre), type normal, jenis romawi kecil (i, ii, iii, …
dst).
b. Penomoran bukan Judul Utama
Penomoran pada halaman bukan Judul Utama (BAB) diletakkan di
Atas Kanan halaman, jenis huruf jenis huruf “times new roman”,
ukuran 12 pt, rata kanan (right), type normal, jenis romawi kecil (ii,
iii, iv, … dst).
c. Penomoran menggunakan system bersambung
3. Halaman Tanpa Nomor
Ada beberapa halaman yang tidak perlu dibubuhkan nomor halaman,
tetapi tetap dihitung sebagai halaman, yaitu sebagai berikut:
a. Cover Dalam, Lembar Penyataan, Lembar Persetujuan, Lembar
Pengesahan, Moto dan Pesermbahan dan Riwayat Hidup
b. Daftar Pustaka
c. Lampiran-lampiran
54
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
2. Kata-kata serapan yang sudah menjadi kata baku menggunakan penulisan
normal.
3. Jika kata-kata asing telah memiliki terjemahan, maka terjemahannya harus
diikutkan yang disimpan dalam kurung. Misl. Metode Think-Pair-Share
(Berfikir, Berpasangan, Berbagi).
4. Uraian tentang kata-kata asing dan kata serapan, serta kata asing yang sudah
menjadi kata baku dapat dipelajari dalam buku-buku khusus.
O. Abstrak
1. Abstraks penelitian dibuat dalam spasi tunggal jenis huruf “times new
roman” dan dibuat dalam satu halaman saja.
2. Abstraks penelitian dibuatkan dalam dua bahasa: (a) Bahasa Indonesia dan
(b) Bahasa Arab atau Bahasa Inggris.
3. Abstraks Penelitian terdiri dari:
a. Judul
b. Identitas Penulis dan Judul Penelitian
c. Identitas STAI
d. Isi Abstrak yang terdiri dari paragraf-paragraf sebagai berikut:
1) Paragraf Pertama, berisi maksud dan tujuan penelitian.
2) Paragraf Kedua, berisi uraian singkat metode/jenis penelitian,
sampel, dan instrument pengumpulan dan analisis data.
3) Paragraf Ketiga, berisi teori dasar yang melandasi penelitian.
4) Paragraf Keempat, berisi uraian singkat tentang hasil penelitian. Jika
uraian tentang hasil penelitian terlalu panjang dimuat dalam satu
paragraph maka dapat dibuat menjadi dua paragraph atau lebih.
e. Jika dalam keadaan tertentu, dimana uraian abstrak membutuhkan lebih
dari satu halaman, maka besar huruf pada abstraks diperkecil sehingga
dapat memuat satu halaman.
f. Uraian abstrak yang menggunakan bahasa Inggris menggunakan tulisan
miring (italic).
55
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
P. Bibliografi/Daftar Pustaka
1. Daftar Pustaka dibuatkan dalam format “Model Turabian”
2. Daftar pustaka dibuat dalam spasi tunggal, dengan indent menjorok 1.5 cm
(baris kedua dan seterusnya).
3. Jarak antarpustaka adalah 1 spasi (+ 12pt up-bottom)
4. Ketentuan penulisan tentang daftar pustaka dapat dilihat pada lampiran
(Model Turabian)
Q. Halaman Judul/Cover
1. Halaman judul dibuat dalam dua model: (a) untuk cover dan (b) cover dalam
2. Isi dari judul/cover terdiri atas:
a. Judul Besar, dibuat dalam huruf Kapital (times new roman, 14pt, tebal,
rata tengah)
b. Anak Judul (jika ada), dibuat dalam huruf Kapita Awal Kata disimpan di
antara kurung (times new roman, 12 pt, tebal,. rata tengah)
c. Tulisan SKRIPSI (times new roman, 14 pt, tebal, rata tengah)
d. Deskripsi Skripsi (times new roman, 12 pt, normal, rata tengah)
e. Deskripsi Penyusun.
1) Diawali oleh kata: “Disusun Oleh:” (times new roman, 12pt, normal,
rata tengah)
2) Nama Penyusun dibuat dalam Kapital (times new roman, 12pt, bold,
rata tengah)
3) NIM/NIRM: diisi dengan nomor induk mahasiswa/nomor kopertais
(times new roman, 12 pt, bold, rata tengah)
4) Logo STAI ukuran 6 cm x 6 cm (rata tengah)
5) Tempat, ditulis “BANDUNG” (times new roman, 14pt, bold, rata
tengah)
6) Tahun, berisi tahun Masehi dan Tahun Hijriyah (times new roman,
14 pt, bold, rata tengah.
3. Warna Cover Luar (Hard Cover)
a. Tarbiyah: warna kertas orange dengan tulisan hitam
b. Syariah : warna kertas merah dengan tulisan hitam.
R. Riwayat Hidup
1. Riwayat hidup penulis dibuat dalam bentuk uraian (narasi) berisi:
a. Identitas pribadi penulis
b. Identitas pendidikan penulis mulai dari TK sampai tingkat akhir
56
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
c. Identitas keluarga penulis
d. Identitas kegiatan/pekerjaan penulis
e. Informasi lain
2. Riwayat hidup penulis harus dibubuhkan photo (formal) diletakkan di
sebelah kanan uraian riwayat hidup
3. Riwayat hidup dibuatkan dalam satu halaman.
S. Lembar Penyataan
1. Lembar penyataan diisi dengan pernyataan bahwa skripsi tersebut bukan
plagiat dan konsekuensi-konsekuensi.
2. Lembar pernyataan harus dibubuhi dengan materai 6000 dan ditandatangani
penulis.
T. Lembar Persetujuan
1. Lembar persetujuan dibuat sebagai bukti bahwa skripsi telah dibimbingkan
dan telah disetujui oleh para pembimbing untuk disidangmunaqasyahkan.
2. Lembar persetujuan harus ditandatangankan kepada Pembimbing I, II dan
Ketua Jurusan/program Studi.
3. Lembar persetujuan harus dibuat asli sebanyak 3 eksemplar
U. Lembar Pengesahan
1. Lembar pengesahan dibuat sebagai bukti bahwa skripsi telah disidangkan dan
dinyatakan lulus dalam majlis ujian skripsi.
2. Lembar pengesahan harus ditandatangankan kepada penguji I dan II sebelum
ditandatangankan kepada sekretaris dan ketua majlis.
3. Lembar pengesahan dibuat asli sebanyak 3 eksemplar dan diprint di atas
kertas jeruk warna putih.
4. Penandatanganan oleh Sekretaris dan Ketua Majlis dilakukan setelah skripsi
dijilid.
57
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
3. Jika penguji dan pembimbing meminta fisik skripsi, maka mahasiswa dapat
memperbanyak penjilidan sesuai dengan kebutuhan.
4. File data skripsi lengkap direkam ke dalam CD (compact disk) untuk
kemudian diserahkan ke jurusan dalam bentuk file asli atau yang sudah
diconvert kedalam bentuk file digital (PDF)
W. Lampiran
1. Lampiran skripsi adalah data pendukung skripsi yang disimpan secara khusus
pada bagian akhir skripsi.
2. Lampiran terdiri atas lembar-lembar/data:
a. SK Pembimbing Skripsi
b. Surat Keterangan telah Meneliti dari Instansi Terkait
c. Dokumen Angket, Interview, Test, Pedoman Observasi dll.
d. Hasil Angket, Test, Transkrip Wawancara, Hasil Observasi, dll.
e. Photo, gambar diagram.
f. Data-data lain yang terkait dengan penelitian
3. Daftar Judul lampiran dibuatkan dan disimpan pada bagian awal skripsi
(Daftar Lampiran).
4. Lampiran dibuat dengan tanpa halaman.
58
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
DAFTAR PUSTAKA
59
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Fabb, N. & Durant, A. (2005). How to write essays and dissertations: A guide for
English literature students. (edisi kedua). Harlow: Pearson.
Gaffar, M. F. (2012). Dinamika pendidikan nasional. Bandung: UPI Press.
Gerot, L. (1998). Making sense of text. Goald Coast Mail Centre: Gerd Stabnler,
AEE Antipodean Educational Enterprise.
Halliday, M. A K, (1985b). An introduction to functional grammar. London: Edward
Arnold.
Halliday, M. A. K. (1985a). Spoken and written language. Geelong: Deakin
University Press.
Halliday, M. A. K. (1985c). Language, context, and text: Aspects of language in a
social semiotic perspective. Melbourne: Deakin University Press.
Hartley, J. (2008). Academic writing and publishing: A practical handbook. Oxon:
Routledge.
Harvey, M. (2003). The nuts and bolts of college writing. Indianapolis: Hackett
Publishing Company.
Kartadinata, S. (2010). Isu-isu Pendidikan: Antara Harapan dan Kenyataan.
Bandung: UPI Press.
Marshall, C. & Rossman, G. B. (2006). Designing Qualitative Research. (edisi
kedua). Thousand Oaks: Sage.
Martin, J. (1985). Factual writing. Melbourne: Deakin Unversity Press.
McClain, M. & Roth, J.D. (1999). Schaum’s Quick Guide to Writing Great Essays.
New York: McGraw Hill.
McLeod, J. (2004). An Introduction to Counseling. New York: McGraw Hill.
McWhorter, K. T. (2012). Successful college writing: Skills, Strategies, Learning
Styles. Boston: Bedford/ St. Martin’s.
Moore, N. B. & Parker, R. (1995). Critical thinking. (edisi keempat). Montain View:
Mayfield Publishing Company.
Murray, R. (2002). How to write a thesis. Maidenhead: Open University Press.
Paltridge, B. & Starfield, S. (2007). Thesis and dissertation writing in a second
language: A handbook for supervisors. London: Routledge.
60
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Penaggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Phillips, E. M. & Pugh, D. S. (1994). How to get a Ph.D. : A handbook for students
and supervisors. Buckingham: Open University Press.
Purdue University. (t.t.). Annotated bibliographies. Diakses dari
https://owl.english.purdue.edu/owl/resource/614/1/.
Rudestam, K. E. & Newton, R. R. (1992). Surviving your dissertation. London: Sage.
Samani, M. & Hariyanto. (2011). Pendidikan karakter. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Savage, A. & Mayer, P. (2005). Effective academic writing 2: The short essay.
NewYork: Oxford University Press.
Silverman, D. (2005). Doing qualitative research. (edisi kedua). London: Sage.
Sternberg, R. J. (1988). The psychologist’s companion: A guide to scientific writing
for students and researchers. Leichester: Cambridge University Press.
Sutherland-Smith, W. (2008). Plagiarism, the internet and student learning:
Improving academic inegrity. New York: Routledge.
Tannen, D. (2007). Talking voices: repetition, dialogues, and imagery in
conversation discourse. (edisi kedua). Cambridge: Cambridge University
Press.
University of New England. (t.t.). Writing an annotated bibliohgraphy. Diakses dari:
http://www.une.edu.au/__data/assets/pdf_file/0008/11132/WE_Writing-
an-annotated-bibliography.pdf.
Warburton, N. (2006). The basics of essay writing. New York: Routledge.
Weber-Wulff, D. (2014). False feathers: A perspective on academic plagiarism.
Heidelberg: Springer.
Williams, H. (Penyunting). (2008). Plagiarism: Issues that concern you. Farmington
Hills: Gale.
61
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Lampiran-Lampiran
Lampiran 1. Contoh Esai Eksposisi Analitis
Hak pilih difabel dalam pemilu 2014 masih dimarjinalkan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Hal tersebut menyebabkan warga difabel merasa tidak
dihargai oleh pemerintah. Dapat dikatakan, diskriminasi terhadap kaum minoritas
di Indonesia masih merupakan masalah aktual (Danandjaja, 2003).
Poin pertama dimarjinalkannya difabel pada pemilu 2014, dapat dilihat pada
alat peraga (template braille) yang kurang saat pelaksanaan pemilu legislatif pada
9 April 2014. KPU Jawa Barat hanya menyediakan template untuk DPRD RI saja,
sedangkan DPR RI, DPRD tingkat provinsi, kabupaten, dan kota tidak disediakan.
Tak heran, kaum tunanetra sempat mengadakan gugatan kepada KPU, pada
Februari 2014 lalu, agar menyediakan template braille pada pemilu 2014.
Kedua, dengan kurangnya template braille tersebut, pemilu yang pada
hakikatnya berasaskan luber jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil) menjadi bias karena penyandang tunanetra harus didampingi oleh orang lain
pada saat memilih caleg DPR RI, DPRD tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
Koordinator Forum Tunanetra Menggugat, Suhendar, menuturkan alat peraga
sangat dibutuhkan bagi kemandirian memilih penyandang tunanetra.
Ketiga, pemerintah dinilai kurang mengimplementasikan Perda No. 10 tahun
2006 yang berisikan tentang upaya perlindungan dan kesejahteraan penyandang
cacat Jawa Barat. Selama ini hanya Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan saja yang
banyak melakukan program bagi kaum difabel. Padahal masih banyak aspek yang
harus diperhatikan selain bidang sosial dan pendidikan.
Poin terakhir mengenai urgensi hak berpolitik kaum difabel yang tak kalah
pentingnya ialah pendataan daftar pemilih tetap (DPT) yang kurang akurat. KPU
masih memberlakukan DPT yang belum diperbaharui, sedangkan pihak tunanetra
sudah memberikan data yang terbaru. Hal ini semakin menguatkan adanya
diskriminasi pada penyandang tunanetra.
Berdasarkan fakta yang telah dipaparkan di atas, jelas bahwa kaum difabel
Jawa Barat masih dipandang sebelah mata. Melihat banyaknya aspek berpolitik
warga tunanetra yang kurang diperhatikan oleh pemerintah, tak bisa disangkal
apabila mereka memutuskan untuk golput pada pemilu 2014.
Referensi:
62
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Danandjaja, J. (2003). Diskriminasi terhadap minoritas masih merupakan masalah
aktual di Indonesia sehingga perlu ditanggulangi segera. Diakses dari
http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Diskriminasi%
2520terhadap% 2520minoritas%2 520-
%2520james%2520danandjaja.pdf&cd=3&ved=0CCwQ
FjAC&usg=AFQjCNHtVQS1Hks5cOLAsbINpt9Bul0x NA
63
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Lampiran 2. Contoh Esai Eksposisi Hortatori
64
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Referensi:
Ajie, M. D. (2008). Hak cipta (copyright): konsep dasar dan fenomena yang
melatarbelakanginya. Diakses dari
http://www.upi.edu/Direktori/FIP/PRODI._PERPUSTA
KAAN_DAN_INFORMASI/MIYARSO_DWI_AJIE/
Makalah_a.n_Miyarso_Dwiajie/Makalah-
Intelectual_Property_Right_2008.pdf &cd=3&ved=0CC4
QFjAC&usg=AFQjCNE5LZ-Kko5-A8MmD1z0b3vVr8PgEw
65
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Lampiran 3. Contoh Esai Diskusi
66
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Referensi:
Kusmana, U. (2012). Apa pentingnya ujian nasional?. Diakses dari
http://m.kompasiana.com/post/read/454276/2/apapentingnya-ujian-
nasional.html
67
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Lampiran 4. Contoh Esai Eksplanasi
68
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Referensi:
Setiadi, dkk. (1999). Pengolahan limbah cair industri tekstil yang mengandung zat
warna AZO reaktif dengan proses gabungan anaerob dan
aerob. Diakses dari
http://ppprodtk.fti.itb.ac.id/tjandra/wpcontent/uploads/2010/04/Publikasi-
No20.pdf&cd=3&ved=0CDEQFjACusg=AFQjCNG4bk
gEWaFDIpiBGVgGdeytdEDxDg
69
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Lampiran 5. Anotasi Bibliografi
Contoh 1
Sivadas, E. & Johnson, M. S. (2005). Knowledge flows in marketing: An analysis
of journal article references and citations. Marketing theory articles, 5(4),
339-361. doi:
10.1177/1470593105058817.
Beranjak dari kekhawatiran para ahli terhadap kualitas karya ilmiah di bidang
pemasaran, Sivadas dan Johnson membuat sebuah artikel sepanjang 23 halaman
yang menyajikan hasil penelitian mengenai arus pergerakan ilmu pemasaran dalam
delapan jurnal terkait bidang pemasaran dan konsumen, antara lain Journal of
Marketing, Journal of Marketing Research, Journal of Consumer Research,
Marketing Science, Journal of Advertising, Journal of Advertising Research,
Journal of Retailing, dan Industrial Marketing Management. Pergerakan ilmu-ilmu
pemasaran dapat dilihat dengan menganalisis pola, jumlah, serta jenis kutipan dan
referensi dalam artikel-artikel tersebut. Secara spesifik, artikel ini mengkaji isu
‘cumulativeness’ dan transfer pengetahuan ilmu pemasaran dan ilmu non-
pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kutipan dan referensi, baik dari
ilmu pemasaran maupun ilmu non-pemasaran, memberi pengaruh secara signifikan
terhadap pergerakan ilmu pengetahuan dalam jurnal-jurnal tersebut.
Artikel ini ditulis dengan baik dan sistematis oleh kedua penulis. Terlebih
teori-teori yang mendukung pentingnya pembuatan artikel mengenai arus
pergerakan ilmu pemasaran dalam karya ilmiah dikemukakan dengan cukup detail.
Beberapa hipotesis pun dikembangkan oleh kedua penulis, sehingga arah penelitian
kuantitatif mereka semakin jelas dan terarah. Hasil penghitungan secara statistik
dipaparkan dalam tabel yang juga disertai dengan penjelasan yang memadai.
Contoh 2
Buku ini menyajikan penjelasan poin-poin penting terkait teori sastra secara
ringkas dan komprehensif. Culler mengawali buku ini dengan menjelaskan
pengertian teori dan penerapannya dalam ilmu sastra. Kemudian, sifat, fungsi dan
cakupan ilmu sastra dipaparkan dalam bab-bab berikutnya. Misalnya, hubungan
sastra dan budaya, retorika, naratif, bahasa performatif, dan identitas dalam sastra.
70
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Banyak tokoh-tokoh penting dalam bidang sastra yang diperkenalkan dalam buku
ini, berikut karya dan kontribusi yang diberikan tokoh tersebut. Oleh karena itu,
buku ini tidak hanya dipenuhi dengan teori semata, tetapi juga sejarah yang penting
untuk diketahui.
Sesuai dengan judulnya, buku ini berhasil memberi pengenalan singkat
mengenai teori-teori sastra tanpa menghilangkan hal-hal pokok yang wajib
diketahui oleh pembaca. Teknik penulisan dalam buku ini sangat komunikatif,
karena Culler menggunakan kata-kata yang tidak terlalu baku dan menganggap
pembaca sebagai ‘teman’. Pembahasannya pun dipaparkan secara bertahap
sehingga mudah dipahami, dimulai dari awal kemunculan teori, asal usul dalam
teori ilmu sastra, sampai berbagai gagasan penting dalam ilmu sastra. Hal menarik
lainnya adalah disertakannya beberapa ilustrasi kartun dan caption jenaka di setiap
babnya.
71
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Lampiran 6. Contoh Reviu Buku
72
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
kehidupan masyarakat (hlm. 206). Danesi menekankan bahwa semiotika hanya
berfokus pada kajian perilaku manusia berdasarkan tanda yang dibawa oleh media,
bukan mengkritik sistem sosial atau politik (hlm. 34).
Buku Understanding Media Semiotics karangan Marcel Danesi sangat
menyenangkan untuk dibaca, karena pemaparannya jelas dan tidak berbelit-belit.
Bahasa yang digunakan pun ringan dan mudah dimengerti, karena menggunakan
diksi bahasa Inggris yang familiar. Umumnya, Danesi memberi contoh-contoh
analisis semiotika dari berbagai media seperti film, acara TV, iklan, dan lain-lain,
yang sudah banyak dikenal. Hal ini dapat memudahkan para pembaca dalam
memahami penjelasan yang dipaparkan oleh Danesi, karena contoh media yang
dianalisis merupakan media yang sudah mereka ketahui sebelumnya. Di setiap
awal bab terdapat kutipan-kutipan inspiratif dari berbagai tokoh yang relevan
dengan bahasan dalam bab tersebut, sehingga buku ini semakin menarik untuk
dibaca. Buku ini juga semakin lengkap dengan disertakannya glosarium,
bibliografi, dan indeks di akhir buku.
Walaupun terkesan tanpa cela, buku ini masih memiliki kekurangan dari segi
teknik penulisan dan isi. Hal yang disayangkan dari segi teknik penulisan buku ini
adalah tidak semua subbab dicantumkan dalam daftar isi, sehingga dapat
menyulitkan pembaca dalam mencari halaman subbab yang diinginkan. Dari segi
isi, Danesi hanya mengambil contoh-contoh media beserta analisis semiotika dari
kebudayaan barat seperti Amerika dan Eropa. Ia menyebutkan negara-negara selain
dari kedua benua tersebut hanya pada saat memaparkan sejarah perkembangan
masing-masing media. Selain itu, Danesi hanya memberikan penjelasan berupa
narasi pada contoh media dan analisisnya, ia tidak menyertakan ilustrasi atau
gambar untuk memperjelas analisisnya, seperti pada contoh analisis iklan jam
tangan Airoldi (hlm. 25).
Jika dibandingkan dengan buku lain yang bertema serupa, Bourdieu,
Language, and the Media (2010) karya John F. Myles, buku ini masih terbilang
lebih lengkap karena jenis dan dampak media yang dijelaskan lebih banyak dan
mendalam. Akan tetapi, Myles tidak hanya memberikan penjelasan di dalam
bukunya, ia juga melakukan studi kasus yang berfokus pada media, komunikasi,
dan kebudayaan dengan menggunakan pendekatan sosiologi yang digunakan oleh
Bourdieu. Hal ini membuat pembahasan di dalam bukunya menjadi lebih up-to-
date, karena isinya lebih relevan dengan peran media yang berkorelasi dengan
komunikasi dan kebudayaan terhadap kondisi masyarakat saat ini. Ia juga
menyertakan beberapa gambar (misalnya potongan gambar atau tulisan dari surat
kabar) dari hasil penelitiannya, sehingga penelitiannya dapat lebih terpercaya.
73
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Namun, baik buku Understanding Media Semiotics maupun Bourdieu, Language,
and the Media, keduanya memiliki kesamaan tujuan yaitu menyelidiki dampak
media terhadap masyarakat.
Understanding Media Semiotics menawarkan panduan yang lengkap dan
mendalam untuk para pembaca dalam memahami dan menganalisis media
menggunakan teori semiotika. Di dalamnya juga terdapat beberapa contoh-contoh
analisis semiotika media yang semakin memudahkan pembaca dalam memahami
teori semiotika, khususnya dalam mengkaji media. Hal ini penting untuk diketahui
karena saat ini media menempati peran penting dalam tatanan kehidupan manusia,
sehingga manusia dituntut untuk menjadi lebih cerdas dan kritis dalam menyikapi
pesan yang disalurkan oleh media. Oleh karena itu, buku ini mampu membekali
para pembaca agar dapat lebih siap dalam menghadapi arus media yang semakin
banyak dan tidak terkendali.
Referensi:
Chandler, D. (2002). Semiotics: The Basics. London: Routledge.
Myles, J. F. (2010). Bourdieu, Language, and the Media.
London: Palgrave Macmillan.
74
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Lampiran 7. Contoh Reviu Artikel
Sagi, I. & Yechiam, E. (2008). Amusing titles in scientific journals and article
citation. Journal of information science, 34 (5) 2008, 680-687. doi:
10.1177/0165551507086261.
75
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
menebak-nebak sendiri metode apa yang digunakan peneliti dalam kajiannya.
Selain itu, tidak adanya penjelasan metode membuat penelitian ini kurang aplikatif
untuk direduplikasi.
76
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Lampiran 8. Manual Teknik Penulisan
Sistem Note dan Daftar Pustaka Model Turabian
No Pada Footnote Pada Daftar Pustaka
1a. Pengarang Tunggal
1. Malcolm Gladwell, Gladwell, Malcolm. The
The Tipping Point: How Tipping Point: How
Little Things Can Make a Little Things Can Make
Big Difference (Boston: a Big Difference.
Little, Brown, 2000), 64–65. Boston: Little, Brown,
2. Gladwell, Tipping 2000.
Point, 71.
b. Dua Orang Pengarang
atau Lebih
1. Peter Morey and Morey, Peter, and Amina
Amina Yaqin, Framing Yaqin. Framing
Muslims: Stereotyping and Muslims: Stereotyping
Representation after 9/11 and Representation after
(Cambridge, MA: Harvard 9/11. Cambridge, MA:
University Press, 2011), 52. Harvard University
2. Morey and Yaqin, Press, 2011.
Framing Muslims, 60–61.
c. Lebih dari Empat Orang
Pengarang
1. Jay M. Bernstein et al., Bernstein, Jay M., Claudia
Art and Aesthetics after Brodsky, Anthony J.
Adorno (Berkeley: Cascardi, Thierry de
University of California Duve, Aleš Erjavec,
Press, 2010), 276. Robert Kaufman, and
2. Bernstein et al., Art and Fred Rush. Art and
Aesthetics, 18. Aesthetics after Adorno.
Berkeley: University of
California Press, 2010.
d. Editor or translator
instead of author
1. Richmond Lattimore, Lattimore, Richmond, trans.
trans., The Iliad of Homer The Iliad of Homer.
77
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
(Chicago: University of Chicago: University of
Chicago Press, 1951), 91– Chicago Press, 1951.
92.
2. Lattimore, Iliad, 24.
Editor or translator in addition to author
1. Jane Austen, Austen, Jane. Persuasion:
Persuasion: An Annotated An Annotated Edition.
Edition, ed. Robert Morrison Edited by Robert
(Cambridge, MA: Belknap Morrison. Cambridge,
Press of Harvard University MA: Belknap Press of
Press, 2011), 311–12. Harvard University
2. Austen, Persuasion, Press, 2011.
315.
Chapter (bab) atau bagian dari sebuah buku
1. Ángeles Ramírez, Ramírez, Ángeles. “Muslim
“Muslim Women in the Women in the Spanish
Spanish Press: The Press: The Persistence of
Persistence of Subaltern Subaltern Images.” In
Images,” in Muslim Women Muslim Women in War
in War and Crisis: and Crisis:
Representation and Reality, Representation and
ed. Faegheh Shirazi (Austin: Reality, edited by
University of Texas Press, Faegheh Shirazi, 227–
2010), 231. 44. Austin: University of
2. Ramírez, “Muslim Texas Press, 2010.
Women,” 239–40.
e. Preface, foreword,
introduction, or similar
part of a book
1. William Cronon, Cronon, William. Foreword
foreword to The Republic of to The Republic of
Nature, by Mark Fiege Nature, by Mark Fiege,
(Seattle: University of ix–xii. Seattle:
Washington Press, 2012), ix. University of
2. Cronon, foreword, x– Washington Press, 2012.
xi.
78
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
No Pada Footnote Pada Daftar Pustaka
f. Book published
electronically
1. Isabel Wilkerson, The Wilkerson, Isabel. The
Warmth of Other Suns: The Warmth of Other Suns:
Epic Story of America’s The Epic Story of
Great Migration (New America’s Great
York: Vintage, 2010), 183– Migration. New York:
84, Kindle. Vintage, 2010. Kindle.
2. Philip B. Kurland and Kurland, Philip B., and
Ralph Lerner, eds., The Ralph Lerner, eds. The
Founders’ Constitution Founders’ Constitution.
(Chicago: University of Chicago: University of
Chicago Press, 1987), chap. Chicago Press, 1987.
10, doc. 19, accessed Accessed October 15,
October 15, 2011, 2011. http://press-
http://press- pubs.uchicago.edu/foun
pubs.uchicago.edu/founders/ ders/.
. Quinlan, Joseph P. The Last
3. Joseph P. Quinlan, The Economic Superpower:
Last Economic Superpower: The Retreat of
The Retreat of Globalization, the End
Globalization, the End of of American
American Dominance, and Dominance, and What
What We Can Do about It We Can Do about It.
(New York: McGraw-Hill, New York: McGraw-
2010), 211, accessed Hill, 2010. Accessed
December 8, 2012, ProQuest December 8, 2012.
Ebrary. ProQuest Ebrary.
4. Wilkerson, Warmth of
Other Suns, 401.
5. Kurland and Lerner,
Founders’ Constitution.
6. Quinlan, Last
Economic Superpower, 88.
2. Artikel pada Jurnal
79
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
No Pada Footnote Pada Daftar Pustaka
a. Article in a print journal
1. Alexandra Bogren, Bogren, Alexandra.
“Gender and Alcohol: The “Gender and Alcohol:
Swedish Press Debate,” The Swedish Press
Journal of Gender Studies Debate.” Journal of
20, no. 2 (June 2011): 156. Gender Studies 20, no. 2
2. Bogren, “Gender and (June 2011): 155–69.
Alcohol,” 157.
b. Article in an online
journal
1. Campbell Brown, Brown, Campbell.
“Consequentialize This,” “Consequentialize
Ethics 121, no. 4 (July This.” Ethics 121, no. 4
2011): 752, accessed (July 2011): 749–71.
December 1, 2012, Accessed December 1,
http://dx.doi.org/10.1086/66 2012.
0696. http://dx.doi.org/10.108
2. Anastacia Kurylo, 6/660696.
“Linsanity: The Kurylo, Anastacia.
Construction of (Asian) “Linsanity: The
Identity in an Online New Construction of (Asian)
York Knicks Basketball Identity in an Online
Forum,” China Media New York Knicks
Research 8, no. 4 (October Basketball Forum.”
2012): 16, accessed March 9, China Media Research
2013, Academic OneFile. 8, no. 4 (October 2012):
3. Brown, 15–28. Accessed March
“Consequentialize This,” 9, 2013. Academic
761. OneFile.
4. Kurylo, “Linsanity,”
18–19.
3. Artikel Majalah
80
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
No Pada Footnote Pada Daftar Pustaka
1. Jill Lepore, “Dickens in Lepore, Jill. “Dickens in
Eden,” New Yorker, August Eden.” New Yorker,
29, 2011, 52. August 29, 2011.
2. Lepore, “Dickens in
Eden,” 54–55.
4. Artikel Surat Kabar
1. Elisabeth Bumiller and Newspaper articles may be
Thom Shanker, “Pentagon cited in running text
Lifts Ban on Women in (“As Elisabeth Bumiller
Combat,” New York Times, and Thom Shanker
January 23, 2013, accessed noted in a New York
January 24, 2013, Times article on January
http://www.nytimes.com/20 23, 2013, . . .”) instead of
13/01/24/us/pentagon-says- in a note, and they are
it-is-lifting-ban-on-women- commonly omitted from
in-combat.html. a bibliography. The
2. Bumiller and Shanker, following examples
“Pentagon Lifts Ban.” show the more formal
versions of the citations.
Bumiller, Elisabeth, and
Thom Shanker.
“Pentagon Lifts Ban on
Women in Combat.”
New York Times,
January 23, 2013.
Accessed January 24,
2013.
http://www.nytimes.co
m/2013/01/24/us/pentag
on-says-it-is-lifting-ban-
on-women-in-
combat.html.
5 Book Review
81
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
No Pada Footnote Pada Daftar Pustaka
1. Joel Mokyr, review of Mokyr, Joel. Review of
Natural Experiments of Natural Experiments of
History, ed. Jared Diamond History, edited by Jared
and James A. Robinson, Diamond and James A.
American Historical Review Robinson. American
116, no. 3 (June 2011): 754, Historical Review 116,
accessed December 9, 2011, no. 3 (June 2011): 752–
http://dx.doi.org/10.1086/ah 55. Accessed December
r.116.3.752. 9, 2011.
2. Mokyr, review of http://dx.doi.org/10.108
Natural Experiments of 6/ahr.116.3.752.
History,752.
6 Thesis or dissertation
1. Dana S. Levin, “Let’s Levin, Dana S. “Let’s Talk
Talk about Sex . . . about Sex . . . Education:
Education: Exploring Youth Exploring Youth
Perspectives, Implicit Perspectives, Implicit
Messages, and Unexamined Messages, and
Implications of Sex Unexamined
Education in Schools” (PhD Implications of Sex
diss., University of Education in Schools.”
Michigan, 2010), 101–2. PhD diss., University of
2. Levin, “Let’s Talk Michigan, 2010.
about Sex,” 98.
7 Paper presented at a
meeting or conference
82
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
No Pada Footnote Pada Daftar Pustaka
1. Rachel Adelman, Adelman, Rachel. “ ‘Such
“ ‘Such Stuff as Dreams Are Stuff as Dreams Are
Made On’: God’s Footstool Made On’: God’s
in the Aramaic Targumim Footstool in the Aramaic
and Midrashic Tradition” Targumim and
(paper presented at the Midrashic Tradition.”
annual meeting for the Paper presented at the
Society of Biblical annual meeting for the
Literature, New Orleans, Society of Biblical
Louisiana, November 21– Literature, New Orleans,
24, 2009). Louisiana, November
2. Adelman, “Such Stuff 21–24, 2009.
as Dreams.”
8 Website
1. “Privacy Policy,” Google. “Privacy Policy.”
Google Policies & Google Policies &
Principles, last modified July Principles. Last
27, 2012, accessed January modified July 27, 2012.
3, 2013, Accessed January 3,
http://www.google.com/poli 2013.
cies/privacy/. http://www.google.com/
2. Google, “Privacy policies/privacy/.
Policy.”
9 Blog entry or comment
1. Gary Becker, “Is Becker, Gary. “Is
Capitalism in Crisis?,” The Capitalism in Crisis?”
Becker-Posner Blog, The Becker-Posner
February 12, 2012, accessed Blog, February 12, 2012.
February 16, 2012, Accessed February 16,
http://www.becker-posner- 2012.
blog.com/2012/02/is- http://www.becker-
capitalism-in-crisis- posner-
becker.html. blog.com/2012/02/is-
2. Becker, “Is Capitalism capitalism-in-crisis-
in Crisis?” becker.html.
83
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
No Pada Footnote Pada Daftar Pustaka
10 E-mail or text message
1. John Doe, e-mail -
message to author, July 21,
2012.
11 Comment posted on a
social networking service
1. Sarah Palin, Twitter -
post, August 25, 2011 (10:23
p.m.), accessed September 4,
2011,
http://twitter.com/sarahpalin
usa.
84
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Lampiran 9. Pedoman Transliterasi Arab-Latin
1. Bila dalam naskah karya ilmiah dijumpai nama dan istilah teknis (technical
term) yang berasal dari bahasa Arab harus ditulis dengan huruf Latin.
Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai
berikut:
LATIN
ARAB
Konsonan Keterangan
ا Tidak dilambangkan (harf mad)
ب b -
ت t -
ث ṡ s (dengan titik di atas)
ج j -
ح ḥ h (dengan titik di bawah)
خ kh Ka dan Ha
د d -
ذ ż z (dengan titik di atas)
ر r -
ز z -
س s -
ش sy Es dan Ye
ص ṣ s (dengan titik di bawah)
ض ḍ d (dengan titik di bawah)
ط ṭ t (dengan titik di bawah)
ظ ẓ z (dengan titik di bawah)
ع ‘ Koma terbalik di atas
غ g -
ف f -
ق q -
ك k -
ل l -
م m -
ن n -
و w -
ه h -
85
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
ء ʼ Apostrof
ي y -
2. Vocal rangkap dua diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dengan huruf, translitterasinya dalam tulisan Latin
dilambangkan dengan huruf sebagai berikut:
a. Vocal rangkap ( ْسو َ ) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya:
al-yawm.
b. Vocal rangkap ( ْسي َ ) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya:
al-bayt.
3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan
huruf, transliterasinya dalam bahasa Latin dilambangkan dengan huruf dan
tanda macron (coretan horizontal) di atasnya, misalnya ( ْ = الفَاْتِ َحةal-fātiḥah ),
( = العُلُومal-‘ulūm), dan ( ْ = قِيمةqīmah).
4. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama
dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( ٌّ = حَدḥaddun), ( ٌّسد َ =
saddun), ( = َطيِّبṭayyib).
5. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam,
transliterasinya dalam bahasa Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah
dari kata yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya ( = البَيتal-bayt),
( ْ= السْ َْمأءal-samā’).
6. Tā’marbūtah mati atau yang dibaca seperti ber-harakat sukūn, transliterasinya
dalam bahasa Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan tā’ marbūtah
yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya ( = ُرؤيَةُْال ِهاللru’yat al-
hilāl ).
7. Tanda apostrof (‘) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang
terletak di tengah atau di akhir kata, misalnya (ُْ = ُرؤيَةru’yah ), ( = فُقَ َهاء
fuqahā’).
86
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Lampiran 10. Contoh Cover Tugas Kuliah
JUDUL
Makalah/Essai/Reviu Buku/dll.
87
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Lampiran 11. Contoh Cover Skripsi
88
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Lampiran 12. Contoh Lembar Persetujuan
89
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Lampiran 13. Contoh Lembar Pengesahan
90
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Lampiran 14. Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan
I. Pemakaian Huruf
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut.
Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,
dan u.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-
huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
91
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf
Di Awal Di Di Akhir
Konsonan
Tengah
g guna tiga balig
h hari saham tuah
j jalan manja mikraj
k kami paksa sesak
- rakyat* bapak*
l lekas alas kesal
m maka kami diam
n nama anak daun
p pasang apa siap
q** Quran Furqan -
r raib bara putar
s sampai asli lemas
t tali mata rapat
v varia lava -
w wanita bawa -
x** xenon - -
y yakin payung -
z zeni lazim juz
* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.
** Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan
oi.
F. Pemenggalan Kata *)
1 Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
*
Lihat Pedoman Pemenggalan Kata
92
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
a Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak
dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-b-oi
b Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak ba-rang su-lit
la-wan de-ngan ke-nyang
mu-ta-khir
c Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.
Misalnya:
man-di som-bong swas-ta
cap-lok Ap-ril bang-sa
makh-luk
d Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan
di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men ul-tra
in-fra bang-krut
ben-trok ikh-las
2 Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan
bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat
dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an me-rasa-kan
mem-bantu pergi-lah
Catatan:
a Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b Akhiran –i tidak dipenggal. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal
E, Ayat 1.)
c Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
Misalnya
te-lun-juk
si-nam-bung
ge-li-gi
3 Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur
itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
Misalnya:
93
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi, fo-to-gra-fi
intro-speksi, in-tro-spek-si
kilo-gram, ki-lo-gram
kilo-meter, ki-lo-me-ter
pasca-panen, pas-ca-pa-nen
Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.
3 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama, Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah Alkitab Islam
Yang Quran Kristen
Mahakuasa Weda
Yang Maha
Pengasih
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar
kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hama-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang
Engkau beri rahmat.
4 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
94
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
5 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husen Sastranegera
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Irian Jaya
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
7 Huruf kapital dipakasi sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan
8 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya
bulan Agustus hari Natal
bulan Maulid Perang Candu
hari Galungan tahun Hijriah
95
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
hari Jumat tarikh Masehi
hari Lebaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
10 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen
resmi.
Misalnya:
Menjadi sebuah republik
Beberapa badan hukum
Kerja sama antara pemerintah dan rakyat
Menurut undang-undang yang berlaku
96
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
11 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
12 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan,
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi
awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-asas Hukum Perdata”.
13 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Misalnya:
Dr. doktor
M.A. master of arts
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara
14 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan
dan pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Adik bertanya,”Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima.
“Silakan duduk, Dik!” kata Ucok.
Besok Paman akan datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
97
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
B Huruf Miring
1 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusastraan
buku Negarakertagama karangan Prapanca
surat kabar Suara Karya
2 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
3 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’.
Tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kudeta.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi
satu garis di bawahnya.
B Kata Turunan
1 Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar
dikelola
penetapan
menengok
mempermainkan
2 Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya (Lihat juga keterangan tentang tanda
hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
98
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Misalnya:
bertepuk garis
tangan bawahi
menganak sebar
sungai luaskan
3 Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung,
Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
mengggarisbawahi menyebarluaskan
dilipatgandakan penghancurleburan
4 Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati mahasiswa
aerodinamika mancanegara
antarkota multilateral
anumerta narapidana
audiogram nonkolaborasi
awahama Pancasila
bikarbonat panteisme
biokimia paripurna
caturtunggal poligami
dasawarsa pramuniaga
dekameter prasangka
demoralisasi purnawirawan
dwiwarna reinkarnasi
ekawarna saptakrida
ekstrakurikuler semiprofesional
elektroteknik subseksi
infrastruktur swadaya
inkonvensional telepon
introspeksi transmigrasi
kolonialisme tritunggal
kosponsor ultramodern
Catatan:
a Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara
kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-indonesia pan-afrikanisme
b Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan
kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
C Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkat dengan menggunakan tanda hubung.
99
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Misalnya:
anak-anak gerak-gerik
biri-biri huru-hara
buku-buku lauk- pauk
bumiputra-bumiputra mondar-mandir
centang-perenang porak-poranda
hati-hati ramah-tamah
hulubalang-hulubalang sayur-mayur
kuda-kuda tukar-menukar
kupu-kupu tunggang-langgang
kura-kura terus-menerus
laba-laba berjalan-jalan
mata-mata menulis-nulis
sia-sia dibesar-besarkan
undang-undang
D Gabungan Kata
1 Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar mata pelajaran
orang tua simpang empat
kambing hitam meja tulis
persegi panjang kereta api cepat luar biasa
model linear rumah sakit umum
100
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
darmasiswa sediakala
darmawisata segitiga
dukacita sekalipun
halalbihalal silaturahmi
hulubalang sukacita
kacamata sukarela
kasatmata sukaria
kepada syahbandar
keratabasa titimangsa
kilometer wasalam
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.
101
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
H Partikel
1 Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaan dapat dijadikan pegangan.
Walaupun miskin, ia selalu gembira.
3 Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain ini Rp2.000,00 per helai.
102
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Kol. Kolonel
b Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara
SMTP sekolah menengah tingkat pertama
PT perseroan terbatas
KTP kartu tanda pengenal
c Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
hlm. halaman
sda. sama dengan atas
yth. yang terhormat
Tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
d Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
Cu kuprum
TNT trinitrotoluena
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp rupiah
2 Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai
kata.
a Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Lembaga Administrasi Negara
LAN Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
PASI Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
IKIP Surat izin mengemudi
SIM
b Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis denganjuruf awal huruf kapital.
Misalnya:
103
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Akabri Akademi Angkatan
Bersenjata Republik
Bappenas Indonesia
Badan Perencanaan
Iwapi Pembangunan Nasional
Ikatan Wanita Pengusaha
Kowani Indonesia
Sespa Kongres Wanita Indonesia
Sekolah Staf Pimpinan
Administrasi
c Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan umum
radar radio detecting and
rapim ranging
rudal rapat pimpinan
tilang peluru kendali
bukti pelanggaran
Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat
berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim
pada kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian
kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
2 Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, bobot, luas, dan isi, (ii) satuan
waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
5 kilogram pukul 15.00
4 meter persegi tahun 1928
10 liter 17 Agustus 1945
Rp5.000,00 50 dolar Amerika
US$3.50* 10 paun Inggris
$5.10 100 yen
Y100 10 persen
2.000 rupiah 27 orang
104
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
3 Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169
4 Angka dingunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
6 Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh
Bab II
Bab ke-2
Bab kedua
Abab XX
Abad ke-20
Abad kedua puluh
Tingkat V
Tingkat ke-5
Tingkat kelima
7 Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
Tahun ’50-an atau Tahun lima puluhan
105
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Uang 5000-an atau Uang lima ribuan
Uang lima 1000-an atau Uang lima seribuan
8 Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempuh untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100
helicak, 100 bemo.
9 Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
250 orang tamu diundang Pak Darmo.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10 Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11 Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di
dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12 Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan
puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
106
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi
atas dua golongan besar.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi a
paal pal
baal bal
octaaf oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob
aerrodinamics aerodinamika
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
haematite hematit
ai tetap ai
trailer trailer
caisson kaison
au tetap au
audiogram audiogram
autotroph autotrof
tautomer tautomer
hydraulic hidraulik
caustic kaustik
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik
coup kup
classification klasifikasi
crystal kristal
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central sentral
cent sen
cybernetics sibernetika
circulation sirkulasi
cylinder silinder
coelom selom
107
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation akomodasi
acculturation akulturasi
acclimatization aklimatisasi
accumulation akumulasi
acclamation aklamasi
cc di muka e dan i menjadi ks
accent aksen
accessory aksesori
vaccine vaksin
108
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
factor faktor
fossil fosil
gh menjadi g
sorghum sorgum
gue menjadi ge
igue ige
gigue gige
i pada awal suku kata di muka vokal, tetap i
iambus iambus
ion ion
iota iota
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
politiek politik
tiem tim
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
variety varietas
patient pasien
efficient efisien
kh (Arab) tetap kh
khusus khusus
akhir akhir
ng tetap ng
contingent kontingen
congres kongres
linguistics linguistik
oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen estrogen
oenology enology
foetus fetus
oo (Belanda) menjadi o
komfoor kompor
provoost provos
oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun
proof pruf
pool pul
oo (vokal ganda) tetap oo
zoology zoologi
coordination koordinasi
ou menjadi u jika lafalnya u
gouverneur gubernur
coupon kupon
contour kontur
ph menjadi f
phase fase
physiology fisiologi
spectograph spektograf
ps tetap ps
pseudo pseudo
psychiatry psikiatri
109
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
psychosomatic psikosomatik
pt tetap pt
pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi
ptyalin ptialin
q menjadi k
aquarium akuarium
frequency frekuensi
equator ekuator
rh menjadi r
rhapsody rapsodi
rhombus rombus
rhythm ritme
rhetoric retorika
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium skandium
scotopia skotopia
scutella skutela
sclerosis sklerosis
scriptie skripsi
sc di muka e, i, dan y menjadi s
scenography senografi
scintillation sintilasi
scyphistoma sifistoma
sch di muka vokal menjadi sk
schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticism skolastisisme
t di muka i menjadi s jika lafalnya s
ratio rasio
action aksi
patient pasien
th menjadi t
theocracy teokrasi
orthography ortografi
thiopental tiopental
thrombosis trombosis
methode metode
u tetap u
unit unit
nucleolus nukleolus
structure struktur
institute institut
ua tetap ua
dualisme dualisme
aquarium akuarium
ue tetap ue
suede sued
110
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
duet duet
ui tetap ui
equinox equinoks
conduite konduite
uo tetap uo
fluoresein fluoresein
quorum kuorum
quota kuota
uu menjadi u
prematuur prematur
vacuum vakum
v tetap v
vitamin vitamin
television televisi
cavalry kavaleri
x pada awal kata tetap x
xanthate xantat
xenon xenon
xylophone xilofon
x pada posisi lain menjadi ks
executive eksekutif
taxi taksi
exudation eksudasi
latex lateks
xc di muka e dan i menjadi ks
exception eksepsi
excess ekses
excision eksisi
excitation eksitasi
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation ekskavasi
excommunication ekskomunikasi
excursive ekskursif
exclusive eksklusif
y tetap y jika lafalnya y
yakitori yakitori
yangonin yangonin
yen yen
yuan yuan
y menjadi i jika lafalnya i
yttrium itrium
dynamo dinamo
propyl propil
psychology psikologi
z tetap z
zenith zenit
zirconium zirkonium
zodiac zodiak
zygote zigot
111
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Konsonan ganda mejadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat
membingungkan.
Misalnya:
gabbro gabro
accu aki
effect efek
commission komisi
ferrum ferum
solfeggio solfegio
tetapi:
mass massa
Catatan:
1 Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah.
Misalnya:
kabar sirsak
iklan perlu
bengkel hadir
2 Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian
abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan
menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipertahankan dalam
penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini
didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa
Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti
standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata
standar, efek, dan implemen.
112
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
-ary, -air (Belanda) menjadi -er
complementary, complementair komplementer
primary, primair primer
secondary, secundair sekunder
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
action, actie aksi
publication, publicatie publikasi
-eel (Belanda) yang tidak ada padannya dalam bahasa Inggris menjadi -il
materieel materiil
moreel moril
principieel prinsipiil
-ein tetap ein
casein kasein
protein protein
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (nomina) menjadi –ik, -ika
logic, logika
logica fonetik
phonetics, fisika
phonetiek dialektika
physics, teknik
physica
dialectics,
dialektic
technique,
techniek
-ic (nominaI) menjadi -ik
electronic elektronik
statistic statistik
-ic, -ical, -isch (adjektiva) menjadi -is
electronic, electronis
elektronisch ekonomis
economical, praktis
economisch logis
practical,
practisch
logical,
logisch
-ile, -iel menjadi -il
percentile, persentil
percentiel mobil
mobile,
mobiel
113
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
egoist egois
114
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
V. Pemakaian Tanda Baca
A Tanda Titik (.)
1 Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Hari ini tanggal 6 April 1973.
Marilah kita mengheningkan cipta.
Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.
2 Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
a III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal Agraria
1. …
b 1. Patokan Umum
Isi Karangan
Ilustrasi
Gambar Tangan
Tabel
Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau
ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau
huruf.
3 Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4 Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Misalnya:
1.32.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5 Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Pustaka.
115
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
6b Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
7 Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kebudayaan (Bab I UUD’45)
Salah Asuhan
8 Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama
dan alamat pengirim surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
1 April 1991
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif 43
Palembang
2a Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3a Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
116
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Dia tahu bahwa soal itu penting.
4 Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, dan akan tetapi.
Misalnya:
… Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
… Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5 Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata
yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
6 Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)
Misalnya:
Kata Ibu,”Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata Ibu,”karena kamu lulus.”
7 Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat
dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Surabaya, 10 Mei 1960
Kuala Lumpur, Malaysia
8 Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia, jilid 1 dan
2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
10 Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11 Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
117
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
12,5 m
Rp12,50
12 Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, bab V, Pasal F.)
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan
paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda
koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
14 Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru.
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
2 Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik
menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran
“Pilihan Pendengar”.
118
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
1b Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusan ekonomi umum dan jurusan ekonomi perusahaan.
2 Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan ayng memerlukan pemerian.
Misalnya:
3 Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa
kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan
masuk)
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!”
(duduk di kursi besar)
4 Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan
ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv)
nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegero, Sutomo. 1968. Tjukupkah Saudara Membina Bahasa Persatuan
Kita? Djakarta: Eresco.
119
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Atau
Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan …
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak …
Bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah i-
tu telah disampaikan …
Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-
u beranjak …
2 Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran
dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini merupakan alat pertahan-
an yang canggih.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
4 Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5 Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkap-an, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
dua puluh lima-ribuan (20 5000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-lima-ribuan (1 25000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
6 Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, dan (iv)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
120
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Misalnya:
se-Indonesia
se-Jawa Barat
hadiah ke-2
tahun 50-an
mem-PHK-kan
hari-H
sinar-X
Menteri-Sekretaris Negara
7 Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Misalnya:
di-smash
pen-tackle-an
F Tanda Pisah
1 Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar
bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu–saya yakin akan tercapai–diperjuangkan oleh bangsa
itu sendiri.
2 Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–
telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3 Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
Misalnya:
1910–1945
Tanggal 5–10 April 1970
Jakarta–Bandung
Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa
spasi sebelum dan sesudahnya.
2 Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
121
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah
titik; tiga buah unuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir
kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
2 Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1683. (?)
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
2 Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam
pasaran dalam negeri.
3 Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4 Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
122
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
2 Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35–38] tidak
dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.
2 Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Misalnya:
Bacalah ”Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di
SMA” diterbitkan dalam Tempo.
Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
3 Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara ”coba dan ralat” saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
4 Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
5 Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung
kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
Bang Komar sering disebut “pahlawan”, ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris.
123
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung
2 Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan
asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J).
Misalnya:
feed-back ‘balikan’
2 Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp150,00/lembar
124
Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Yapata Al-Jawami Bandung