Anda di halaman 1dari 37

STUDI KASUS JALAN TEMBUS BEBENGAN TEMANGGUNG - PARAKAN

SKRIPSI

Muhammad Rohmatulloh
1722201069

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS ILMU EKSAKTA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR
2021
ANALISIS KERUSAKAN JALAN RAYA JALAN TEMBUS BEBENGAN
TEMANGGUNG - PARAKAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

SKRIPSI

Muhammad Rohmatulloh
1722201069

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS ILMU EKSAKTA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR
2021

i
ANALISIS KERUSAKAN JALAN RAYA JALAN TEMBUS BEBENGAN
TEMANGGUNG - PARAKAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

SKRIPSI
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana di Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Muhammad Rohmatulloh
1722201069

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS ILMU EKSAKTA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR
2021

ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS KERUSAKAN JALAN RAYA JALAN TEMBUS BEBENGAN


TEMANGGUNG - PARAKAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

SKRIPSI

Muhammad Rohmatulloh
1722201069

Disetujui oleh :

Pembimbing I
Tonny Hermawanto, S.T.M.T.
NIDN.0719057201

Pembimbing II
Tonny Hermawanto, S.T.M.T.
NIDN.0719057201

Mengetahui,

Ketua Program Studi


Rahayu Isnin Astuti, S.T.M.T.
NIDN.0719057201

Dekan Fakultas Ilmu Eksakta


Lestariningsih, S.Pt., M.P
NIDN.0713039005

iii
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS KERUSAKAN JALAN RAYA JALAN TEMBUS


BEBENGAN TEMANGGUNG - PARAKAN MENGGUNAKAN
METODE BINA MARGA

SKRIPSI

Oleh :

Muhammad Rohmatulloh
1722201069

Mengetahui, Menyetujui,
Dosen Pembimbing Dosen Penguji

Tonny Hermawanto, S.T.M.T. Tonny Hermawanto, S.T.M.T.


NIDN.0719057201 NIDN.0719057201

Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Ilmu Eksakta Ketua Program Studi Teknik Sipil

Lestariningsih, S.Pt., M.P Rahayu Isnin Astuti, S.T.M.T.


NIDN.0713039005 NIDN.0714077505

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta,ala yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad Sholallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis
Penulis bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu penulis selama menyusun laporan skripsi ini , yakni kepada:
1. Ibu Lestariningsih, S.Pt., M.P selaku dekan Fakultas Ilmu Eksakta (FIE)
2. Ibu Rahayu Isnin Astuti S.T, M.T. selaku kaprodi Teknik Sipil yang telah
memberikan bimbingan arahan selama penyusunan proposal.
3. Bapak Tonny Hermawanto, S.T, M.T. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan arahan selama penyusunan proposal.
4. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Blitar yang telah
memberikan pengetahuan dalam menunjang penyusunan dan selesainya
skripsi.
5. Kedua Orang Tua yang senantiasa selalu memberikan ridho dan do’a.
6. Semua saudara yang telah memberi banyak bantuan serta dukungan
7. Teman seperjuangan di RUKUS Muradi yang selalu ada dalam suka
maupun duka.
8. Teman – teman prodi Teknik Sipil angkatan 2017.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis
terira dengan senang hati. Semoga skripsi bermanfaat bagi penulis khususnya dan
para pembaca pada umumnya.
Temanggung, 20 Desember 2020

Penulis

v
ANALISIS KERUSAKAN JALAN RAYA JALAN TEMBUS BEBENGAN
TEMANGGUNG - PARAKAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA .

Muhammad Rohmatulloh
Dosen Pembimbing : Tonny Hermawanto, S.T.M.T.
Program Studi Teknik Sipil, Faklultas Ilmu Eksakta
Program Sarjana Universitas Nahdlatul Ulama Blitar.

ABSTRAK

Kata Kunci:

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR ISTILAH x
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
1.5 Batasan Istilah 3
BAB 2. 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Umum 4
2.2. Klasifikasi Jalan 5
2.2.1. Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan 5
2.2.2. Klasifikasi Menurut Fungsi dan Administarsi Pemerintahan 6
2.2.3. Klasifikasi Menurut Kelas Jalan 6
2.2.4. Klasifikasi Menurut Medan Jalan 7
2.3. Pemeliharaan Jalan 7
2.4. Sifat dan Kerusakan Perkerasan Lentur 9
2.5. Survei Penjajagan Kondisi Jalan 15
2.5.1. Ruang Lingkup dan Tujuan. 15
2.5.2. Formulir Untuk Survei 16
2.5.3. Ikhtisar Kondisi Jalan 16
2.5.4. Prosedur Survei 16
2.6. Kerusakan Jalan 16
2.7. Penilaian Urutan Prioritas 17
2.8. Dokumentasi 18
2.9. Tinjauan Pustaka 18
BAB 3. 20
METODE KEGIATAN 20
3.1 20
vii
3.2 20
3.3 20
3.4 20
3.5 20
3.6 20
3.6.1 20
3.6.2 20
3.6.3 20
3.6.4 20
3.6.5 20
3.7 20
BAB 4. 21
PENUTUP 21
4.1 Kesimpulan 21
4.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
DAFTAR LAMPIRAN 23

viii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1. Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal ...............................8


Tabel 2.2. Perbandingan Antar Gradasi ...........................................................15
Tabel 3.1. Kerangka Berpikir............................................................................16
Tabel 3.2. Temperatur Aspal untuk Pencampuran & Pemadatan.....................20
Tabel 3.3. Perbandingan ketebalan hasil Core Drill dengan ketebalan pelaksanaa...32

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Peta Lokasi Proyek Pelebaran Jalan ........................17
Gambar 3.2 Pengukuran dan Pemberian Tanda ............................21
Gambar 3.3 Muatan galian kedalam dump truck...........................22
Gambar 3.4 Pemasangan Pasangan Batu ......................................22
Gambar 3.5 Pemadatan Tanah ......................................................23
Gambar 3.6 Penghamparan LPB ..................................................23
Gambar 3.7 Pemadatan LPB ........................................................23
Gambar 3.8 Penghamparan LPA .................................................24
Gambar 3.9 Mesin Penghampar (finisher) ....................................25
Gambar 3.10 Kompresor................................................................25
Gambar 3.11 Mesin penyemprot aspal (asphalt sprayer) .............25
Gambar 3.12 Mesin Pemadat Roda Karet.....................................23
Gambar 3.13 Mesin Pemadat Roda Besi ......................................25
Gambar 3.14 Dump Truck ............................................................26
Gambar 3.15 Safety Breafing .......................................................28
Gambar 3.16 Tenaga Kerja ...........................................................28
Gambar 3.17 Penyemprotan dengan Asphalt Emulsi ...................29
Gambar 3.18 Penghamparan AC-Base..........................................30
Gambar 3.19 Penghamparan AC-WC ..........................................30
Gambar 3.20 Pekerja Melakukan Perapian ...................................30
Gambar 3.21 Tampilan Hopper pada asphalt finisher...................31
Gambar 3.22 Penuangan Asphalt pada Hopper ............................31
Gambar 3.23 Tandem Roller melakukan pemadatan awal ...........31
Gambar 3.24 Pneumatic Tire Roller melakukan pemadatan ........32
Gambar 3.25 Pengambilan Sampel ..............................................32
Gambar 3.26 Pengukuran Sampel ................................................32

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 CV Mahasiswa
Lampiran 2 Daftar Hadir PKL
Lampiran 3 Log Book Harian
Lampiran 4 Nilai PKL
Lampiran 5 Gambar Rencana Jalan Kedu-Tegong
Lampiran 6 RAB Jalan Kedu-Tegong.
Lampiran 7 Shedulle.
Lampiran 8 Struktur Organisasi PT. SKNPP
Lampiran 9 Pengalaman Pekerjaan PT. SKNPP
Lampiran 10 Surat Selesai PKL
Lampiran 11 Lembar Asistensi
Lampiran 12 Berita Acara Ujian Praktek Kerja Lapangan

xi
DAFTAR ISTILAH

Campuran Beraspal Panas : Campuran yang terdiri atas kombinasi agregat yang
dicampur dengan aspal pada temperatur tertentu,
dihampar dan dipadatkan pada temperatur tertentu
pula.

Aspal Keras : Merupakan aspal hasil destilasi yang bersifat


viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila
mendapat cukup pemanasan dan sebaliknya.

Aspal Cair : Merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras


dengan bahan pelarut berbasis minyak.

Aspal Emulsi : Dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras.


Pada proses ini partikel-partikel aspal padat
dipisahkan dan didispersikan dalam air.

Agregat : Sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau


meneral lainnya berupa hasil alam atau buatan.

Produksi Agregat : Proses pemecahan batuan alam menjadi batu pecah


dengan ukuran butir tertentu dan kemudian
dipisahkan dalam beberapa kelompok ukuran butiran.
produksi agregat umumnya menggunakan alat
pemecah batu yang dikenal dengan nama stone
cusher.

Rasio Pengurangan : Perbandingan antara ukuran batuan yang masuk


dengan yang keluar dari alat pemecah batu, misalnya
4 : 1, artinya jika ukuran batuan yang masuk ke alat
pemecah batu adalah 48 mm maka hasil
pemecahannya adalah agregat berukuran 12 mm.

Pemasok (Feeder) Pada Unit Sistem pemasok batuan ke alat pemecah batu (stone
Produksi Agregat : crusher). Feeder mempunyai fungsi sebagai pengatur,
penerima dan pemisah bahan baku sebelum masuk ke
alat pemecah batu.

Formula Campuran Kerja Merupakan formula yang dipakai sebagai acuan


(Job Mix Formula, JMF) : untuk pembuatan campuran. formula tersebut harus
sesuai dan memenuhi persyaratan. proses
pembuatannya telah melalui beberapa tahapan yaitu
dari mulai rancangan formula kerja, kemudian uji
pencampuran di unit pencampur aspal, uji
penghamparan dan pemadatan di lapangan.

AMP : Unit Pencampur Aspal (Aspal Mixing Plant),


merupakan satu unit alat yang memproduksi
campuran beraspal panas.

xii
Bin Dingin (Cold Bins) : Tempat penampung agregat dingin sesuai kelompok
ukuran butirnya, biasanya berjumlah 4 atau lebih.

Pemasok (Feeder) pada AMP : Sistem pemasok agregat dari bin dingin (cold bins) ke
drum pengering (dryer).

Pengering (Dryer) : Drum pengering, alat pengering yang menggunakan


pembakaran untuk mengeringkan agregat.

Finisher : Alat penghampar campuran beraspal yang mekanis


dan bermesin sendiri.

Pemasok (Feeder) Pada Alat Pemasok, sistem pemasok campuran beraspal ke unit
Penghampar : screed, yang terdiri dari bak penampung (hopper),
sayap-sayap (hopper wings) , ban berjalan
(conveyor), pintu masukan pemasok ( hopper flow
gates) dan ulir pembagi (augers)

Pemadatan Awal Pemadatan pertama yang dilakukan setelah


(Breakdown Rolling) : penghamparan campuran beraspal panas. Jumlah
lintasan pada pemadatan awal berkisar 1 sampai 3
lintasan. Alat yang digunakan umumnya mesin gilas
roda baja statis.

Pemadatan Antara Pemadatan yang dilakukan setelah pemadatan awal


(Intermediate Rolling) : selesai. Jumlah lintasan pada pemadatan antara
berkisar 8 sampai 16 lintasan. Alat yang digunakan
umumnya alat pemadat roda pneumatik.

Pemadatan Akhir Pemadatan yang dilakukan setelah pemadatan antara


(Finish Rolling) : dan merupakan pemadatan terakhir. Jumlah lintasan
umumnya berkisar 1 sampai 3 lintasan dan alat yang
digunakan umumnya mesin gilas roda baja statis.

Lintasan (Passing) : Pergerakan alat pemadat dari satu titik ke tempat


tertentu dan kemudian kembali lagi ketitik awal
pergerakan, disebut 1 kali lintasan.

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jalan raya merupakan prasarana yang menunjang bagi kebutuhan hidup
masyarakat dan sangat penting dalam memperlancar kegiatan roda perekonomian,
baik antar satu kota dengan kota yang lainnya, antara kota dengan desa, antara desa
satu dengan yang lainnya. Kondisi jalan yang baik akan mempermudah mobilisasi
masyarakat dalam mengadakan hubungan roda perekonomian dan kegiatan sosial
lainnya. Ketika jalan mengalami kerusakan, maka akan berakibat terhambatnya
kegiatan perekonomian masyarakat dan kegiatan sosial. Bukan hanya itu,
kecelakaan atau traffic accident dapat terjadi. Kerusakan prasarana jalan yang
diakibatkan oleh volume lalu lintas yang terlalu tinggi, akan mengakibatkan
menurunnya kualitas jalan. Sebagai indikatornya, dapat kita ketahui dari keadaan
permukaan jalan, baik fungsional maupun strukturalnya yang mengalami
kerusakan. Overloading merupakan suatu kondisi dimana kendaraan membawa
muatan lebih dari batas muatan yang telah ditetapkan baik ketetapan dari kendaraan
maupun jalan (Silvia Sukrman, 2010). Penelitian tentang kondisi permukaan jalan
dan bagian jalan lainnya, sangat diperlukan dalam mengetahui keadaan permukaan
jalan yang mengalami kerusakan tersebut. Penelitian awal dapat kita lakukan secara
fisik yang berarti melihat dan menganalisis kerusakan tersebut berdasarkan jenis
kerusakan dan tingkat kerusakannya untuk digunakan sebagai dasar dalam
melaksanakan kegiatan perbaikan dan pemeliharaan. Tujuan dari penelitian ini
yaitu melakukan penelitian untuk mengetahui serta mengelompokkan jenis dan
tingkat kerusakan jalan dengan menggunakan metode Bina Marga.
Penelitain terhadap kondisi perkerasan jalan, merupakan aspek pokok dalam
hal menentukan kegiatan perbaikan dan perawatan jalan. Sebelum melakukan
penelitian tentang kondisi perkerasan jalan, terlebih dahulu perlu dilakukannya
ketentuan jenis kerusakan, penyebab kerusakan, serta tingkat kerusakan yang
terjadi. Perkerasan jalan Kabupaten atau Kota di Indonesia banyak mengalami
kerusakan yang disebabkan beban lalu lintas yang berulang ulang, seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan perekonomian di daerah-daerah, termasuk salah
satunya di wilayah Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.
Meningkatnya volume lalu lintas yang melewati ruas jalan di wilayah
Kabupaten Temanggung, baik jumlah maupun tonase di beberapa ruas jalan yang
sering dilewati oleh kendaraan angkutan berat, seperti truk pengangkut barang,
1
pengangkut material bahan bangunan, pengangkut kayu dan lain sebagainya.
Sehubung adanya hal tersebut diatas, maka diperlukan kajian mengenai tingkat
dan jenis kerusakan jalan yang ada di wilayah Kabupaten Temanggung Jawa
Tengah. Dari hasil penelitian akan diketahui tingkat kerusakan dan jenis kerusakan
yang tampak terjadi, serta urutan prioritas ruas jalan yang harus segera dilakukan
penanganan berdasarkan hasil nilai kondisi kerusakan pada tiap ruas jalan.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah yang akan diangkat
dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis kerusakan jalan apa yang dominan terjadi pada ruas jalan tembus
Bebengan Kabupaten Temanggung ?
2. Berapa nilai kondisi kerusakan terbesar dan terkecil pada ruas jalan
tembus Bebengan Kabupaten Temanggung ?
3. Ruas jalan mana yang memiliki nilai urutan prioritas perbaikan dan
penanganan yang tertinggi dan terendah di jalan tembus Bebengan
Kabupaten Temanggung ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kerusakan jalan yang dominan terjadi pada ruas
jalan tembus Bebengan Kabupaten Temanggung
2. Untuk mengetahui nilai kondisi kerusakan terbesar dan terkecil pada
ruas jalan tembus Bebengan Kabupaten Temanggung.
3. Untuk mengetahui nilai urutan prioritas perbaikan dan penanganan
yang tertinggi dan terendah di jalan tembus Bebengan Kabupaten
Temanggung
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat me
Marga Kabupaten Temanggung untuk keperluan perbaikan dan
pemeliharaan di ruas jalan raya tembus Bebengan Kabupaten
Temanggung

2
2. Sebagai b
khususnya bagi mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Fakultas Ilmu
Eksakta Universitas Nahdlatul Ulama Blitar.
1.5 Batasan Istilah
Agar penelitian lebih terarah dan sesuai dengan pembahasan, maka diperlukan
batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Penelitian dan analisis menggunakan metode Bina Marga
2. Penelitian bersifat fisik dan tidak menganalisis penyebab terjadinya
kerusakan jalan yang ada di jalan tembus Bebengan Kabupaten
Temanggung.
3. Ruas jalan yang diteliti hanya jalan tembus Bebengan Kabupaten
Temanggung – Parakan yang berlokasi di Kabupaten Temanggung Jawa
Tengah
4. Penelitian ini dilakukan pada lapisan perkerasan lentur yang dilapisi
ulang (Overlay).
5. Jenis kerusakan (Roughness) atau ketidakrataan dan (Skid resistanse)
atau kekesatan permukaan tidak diteliti.

3
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang merupakan urat nadi
kehidupan masyarakat yang memiliki peranan penting dalam usaha
pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kerangka tersebut,
jalan mempunyai peranan untuk sarana mewujudkan sasaran pembangunan
seperti pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan perwujudan
kegiatan sosial. Pembangunan jalan yang aman, nyaman, dan berdaya guna dalam
rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat atas angkutan barang dan jasa (orang),
benar-benar akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Dari aspek ekonomi, jalan sebagai modal sosial masyarakat yang
mempengaruhi katalisator di antara proses produksi, pasar, dan konsumen. Dari
aspek sosial budaya, keberadaan jalan membuka pandangan masyarakat yang
dapat menjadi sarana perubahan sosial, membangun toleransi, dan mencairkan
sekat budaya. Dari aspek lingkungan, keberadaan jalan diperlukan untuk
mendukung pembangunan dan pengembangan yang berkelanjutan. Dari aspek
politik, keberadaan jalan sebagai akses yang menghubungkan dan mengikat antar
daerah, sedangkan dari aspek pertahanan dan keamanan, keberadaan jalan
memberikan akses dan mobilitas dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan
keamanan ( UU Republik Indonesia No 38 Th 2004 Tentang Jalan ) .
Jalan raya merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang berperan
penting di dalam sektor perhubungan, terutama dalam rangka pendistribusian
barang dan jasa. Dengan begitu, perkembangan jalan sangat berkaitan erat dengan
perkembangan sumber daya manusia. Kontribusi jalan raya sangat diperlukan
dalam memfasilitasi besar kebutuhan pergerakan yang terjadi, baik dari sector
perekonomian, sosial kemasyarakatan, kebudayaan, dan pengembangan daerah.
Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu usaha untuk menjaga kualitas lapis layanan
jalan. Salah satu usaha tersebut yaitu melakukan analisis pada kerusakan jalan
serta melakukan kegiatan pemeliharan. Supaya jalan dapat menampung
kebutuhan pergerakan dengan tingkat pelayanan tertentu. Menurut Sukirman
(1999), menyatakan kinerja perkerasan merupakan kondisi perkerasan yang dapat
memberikan pelayanan kepada pemakai jalan selama kurun waktu perencanaan

4
tertentu. Kinerja pelaksanaan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu diantaranya sebagai
berikut :
a. Keamanan yang ditentukan oleh besarnya gesekan akibat adanya kontak
antara ban dan permukaan jalan.
b. Struktur pelayanan, yang berhubungan dengan kondisi fisik dari jalan yang
dipengaruhui oleh beban lalu lintas dan lingkungan.
c. Fungsi pelayanan, yang berhubungan dengan bagaimana perkerasan tersebut
memberikan pelayanan kepada pengguna jalan.
2.2. Klasifikasi Jalan
Klasifikasi jalan dikelompokkan menjadi beberapa hal diantaranya sebagai
berikut ini :

2.2.1. Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan


Berdasarkan Undang-Undang yang mengatur tentang jalan (2004), Jalan
umum menurut fungsinya terbagi atas sebagai berikut.:
1. Jalan Arteri
Jalan arter merupakan jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-
ciri perjalanan jarak jauh, yang memiliki kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara efektif dan efisien.
2. Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan yang melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, yang memiliki
kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan yang melayani angkutan setempat dengan
ciri-ciri perjalanan jarak dekat, yang memiliki kecepatan rata-rata
rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata
rendah.

5
2.2.2. Klasifikasi Menurut Fungsi dan Administarsi Pemerintahan
Berdasar atas fungsi dan administarsi pemerintahan, klasifikasi jalan
dibedakan sebagai berikut :
1. Jalan Nasional
Merupakan jalan arteri dan sebagai jalan kolektor yang menghubungkan
antara dua ibukota provinsi serta jalan tol.
2. Jalan Provinsi
Merupakan jalan kolektor yang menghubungkan ibukota provinsi
dengan ibukota kabupaten/kota, atau antara ibukota kabupaten/kota yang
satu dengan ibukota kabupaten/kota lainnya.
3. Jalan Kabupaten
Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk dalam jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan
pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam
sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan
strategis kabupaten.
4. Jalan Kota
Merupakan jalan raya yang menghubungkan antar pusat pelayanan di
dalam lingkup kota.
5. Jalan Desa
Merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antara
permukiman satu dengan pemukiman lainnya dalam suatu desa.

2.2.3. Klasifikasi Menurut Kelas Jalan


1. Klasifikasi menurut kelas jalan, berkaitan erat dengan kemampuan
jalan dalam menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan
sumbu terberat atau (MST) dengan satuan ton.
2. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya
dengan kasifikasi menurut fungsi jalan, di jelaskan dalam tabel
dibawah ini :

6
Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat (MTS) ton
I > 10
Arteri II 10
III A 8
Kolektor III A 8
III B
Tabel Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Dirjen Bina
Marga:1997)

2.2.4. Klasifikasi Menurut Medan Jalan


Klasifikasi menurut medan jalan dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu sebagai
berikut :
1. Klasifikasi medan jalan berdasarkan kondisi, sebagian besar
kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.
2. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik,
dijelaskan dalam tabel dibawah ini :
No Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan
1 Datar D <3
2 Perbukitan B 3-25
3 Pegunungan G > 25
Tabel Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Dirjen Bina
Marga :1997)
3. Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus dengan
mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut rencana
trase jalan, tanpa mempertimbangkan perubahan-perubahan pada
bagian kecil dari segmen rencana jalan.
2.3. Pemeliharaan Jalan
Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No 26 Tahun 1985 Tentang jalan,
Pemeliharaan jalan ialah usaha penanganan jalan yang meliputi perawatan,
rehabilitasi, penunjang, dan peningkatan. Yang dikategorikan menjadi 3 jenis :
1. Pemeliharaan rutin
2. Pemeliharaan Berkala
3. Peningkatan

7
Untuk data – data yang berpengaruh dalam menentukan pemeliharaan
diantaranya :
1. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan merupakan survei awal yang digunakan untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan dalam menentukan langkah
selanjutnya yaitu survei kondisi jalan.
2. Survei Penjajagan Kondisi Jalan
Survei penjajagan kondisi jalan bertujuan untuk mendapatkan data – data
teknis dan data non teknis jalan perkotaan, hasil dari survei ini digunakan
sebagai salah satu data masukan dalam menentukan jenis penanganan
terhadap ruas jalan atau jembatan yang bersangkutan.
3. Survei Lalu Lintas
Survei lalu – lintas bertujuan untuk mendapatkan data lalu lintas yang
meliputi data volume lalu lintas, frekuensi kendaraan, komposisi
kendaraan, serta arah perjalanan.
4. Data Primer.
Data primer merupakan data yang didapat dengan cara melakukan survei
atau terjun langsung di lapangan.
5. Data Sekunder.
Data sekunder merupakan data yang didapat dari pengumpulan data yang
bersumber dari instansi – instansi terkait dan tidak perlu melakukan survai
lapangan.
6. Klasifikasi Fungsi Jalan.
Sesuai fungsinya, sistem jaringan jalan di dalam kota dapat dibedakan atas
sistim primer dan sistim sekunder. Masing – masing dikelompokan sesuai
peranannya sebagai jalan arteri, kolektor dan lokal. Secara menyeluruh,
dapat disebutkan bahwa sistem jaringan primer tata mengikuti ketentuan
peraturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional
yang menghubungkan antar kota. Sedangkan sistem jaringan sekunder,
disusun berdasarkan ketentuan peraturan tata ruang dan struktur kota yang
menghubungkan antar kawasan – kawasan yang memiliki fungsi primer
dan fungsi sekunder.

8
2.4. Sifat dan Kerusakan Perkerasan Lentur
Perkerasan jalan merupakan campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan dalam melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain
adalah batu pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja,
sedangkan bahan ikat yang dipakai adalah aspal dan semen.
Berikut ini merupakan hal yang perlu diperhatikan mengenai perkerasan lentur
jalan raya :
1. Konstruksi Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai
bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasan bersifat memikul dan
menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. Adapun lapisan
perkerasan lentur yang berada paling atas adalah lapisan permukaan
surface crouse yang berfungsi sebagai penahan beban roda secara
langsung, dengan stabilitas tinggi dan merupakan lapisan aus atau yang
menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
Aspal yang digunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi
sebagai :
- Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan
agregat dan antara aspal itu sendiri.
- Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan
poripori yang ada dari agregat itu sendiri.
Dengan demikian, aspal harus memiliki ketahanan terhadap cuaca,
mempunyai adhesi dan kohesi yang baik serta memberikan sifat elastis
yang baik, seperti :
- Daya tahan aspal merupakan kemampuan aspal dalam
smempertahankan sifat asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa
pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat dari campuran aspal, jadi
tergantung dari sifat agregat, campuran dengan aspal, faktor
pelaksanaan dan sebagainya.
- Adhesi merupakan kemampuan aspal dalam mengikat agregat
sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan aspal.
- Kohesi merupakan kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan

9
agregat tetap ditempatnya setelah terjadi pengikatan.
- Kepekaan terhadap temperatur hal ini dikarenakan aspal merupakan
material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras atau lebih
kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika
temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap
perubahan temperatur.
- Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan
agregat sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan
ke permukaan agregat yang telah disiapkan pada proses peleburan.
Pada waktu proses pelaksanaan, terjadi oksidasi yang menyebabkan
aspal menjadi getas (viskositas bertambah tinggi). Peristiwa
perapuhan terus berlangsung setelah masa pelaksanaan selesai. Jadi
selama masa pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan polimerisasi
yang besarnya dipengaruhi juga oleh ketebalan aspal yang
menyelimuti agregat. Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar
tingkat kerapuhan yang terjadi.
2. Jenis – Jenis Kerusakan Jalan
Di dalam Manual Pemeliharaan Jalan No. 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan
oleh Direktorat Jendral Bina Marga menjelaskan jenis-jenis kerusakan
perkerasan lentur dapat diklasifikasikan sebagai berikut ini :
- Retak (Cracking)
Menurut Silvia Sukirman (1999) Retak pada lapisan permukaan
dibedakan menjadi 9 hal, yaitu :
 Retak Halus (Hair Cracking) merupakan keretakan pada
permukaan aspal yang mempunyai celah kecil atau ≤ 3mm.
 Retak Kulit Buaya (Alligator Crack) merupakan retak yang
membentuk jaringan seperti polygon kecil-kecil menyerupai
kulit buaya.
 Retak Pinggir (Edge Crack) merupakan retak yang memanjang
sejajar dengan pinggir perkerasan, berdekatan bahu jalan dan
berjarak sekitar 0,3 – 0,6 m dari pinggir lapis perkerasan.
 Retak Sambungan Bahu dan Perkerasan (Edge Joint Crack)

10
merupakan retak yang ada pada sambungan bahu dengan
perkerasan.
 Retak Sambungan Jalan (Lane Joint Crack) merupakan retak
yang terjadi pada sampungan 2 lajur lalu lintas.
 Retak Sambungan Pelebaran Jalan (Widening Crack)
merupakan retak memanjang yang terjadi pada sambungan
antara perkerasan dengan perkerasan pelebaran.
 Retak Refleksi (Reflection Crack) merupakan retak memanjang,
melintang, diagonal atau membentuk kotak yang terjadi pada
lapis tambahan (Overlay).
 Retak Susut (Shrinkage Crack) merupakan retak yang saling
bersambungan membentuk kotak kotak dengan sudut panjang.
 Retak Selip (Slippage Crack) merupakan retak yang bebentuk
melengkung yang terjadi akibat kurang baiknya ikatan antara
lapis permukaan dengan lapis bawahnya.
- Distorsi (Distortion)
Distorsi merupakan perubahan bentuk lapis perkerasan akibat
lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang optimal pada lapis
pondasi, sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu
lintas. Sebelum dilakukan perbaikan ditentukan jenis dari distorsi
apa yang terjadi. Distorsi dapat dibedakan menjadi :
 Alur (Ruts) merupakan kerusakan pada lintasan roda sejajar
dengan as jalan. Alur dapat terjadi di tempat menggenangnya
air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan yang dapat
mengurangi tingkat kenyamanan yang akhirnya akan timbul
retak retak. Terjadinya alur disebabkan oleh lapis perkerasan
yang kurang padat dan pada akhirnya terjadi tambahan
pemadatan akibat pengulangan beban lalu lintas pada lintasan
roda kendaraan.
 Keriting (Corrugation) merupakan kerusakan yang timbul
akibat rendahnya stabilitas campuran yang berasal dari terlalu
tinginya kadar aspal, terlalu banyak menggunakan agregat

11
halus, agregat berbentuk bulat dan berpermukaan penetrasi yang
tinggi. Keriting juga dapat terjadi ketika akses lalu lintas dibuka
terlalu cepat sehingga lapis perkerasan belum sepenuhnya siap
untuk dilalui beban lalu lintas.
 Sungkur (Shoving) merupakan defomasi plastis yang terjadi
setempat, di tempat kendaraan sering berhenti, kelandaian
curam, dan tikungan tajam. Kerusakan seperti ini dapat terjadi
dengan atau tanpa retakan. Penyebabnya sama seperti kerusakan
keriting.
 Amblas (Grade depressions) bisa terjadi dengan retak atau
tanpa retak, amblas terdeteksi dengan adanya air yang
tergenang. Amblas terjadi akibat beban kendaraan yang tidak
sesuai dengan perencanan, pelaksanaan yang kurang baik, atau
penurunan bagian perkerasan akibat tanah dasar mengalami
settlement.
 Jembul (Upheaval) terjadi setempat, dengan atau anpa retak.
Hal ini terjadi akibat adanya pengembangan tanah dasar pada
tanah dasar ekspansif.
- Cacat Permukan (Disintegration)
Cacat permukaan merupakan kehilangan kehilangan material
perkerasan secara berangsur-angsur dari lapisan permukaan ke
bawah. Cacat permukaan antara lain :
 Lubang (Potholes) memiliki ukuran bervariasi dari kecil hingga
besar. Lubang dapat menampung dan meresapkan air kedalam
lapisan permukaan yang menyebabkan semakin parahnya
kerusakan jalan.
 Pelepasan Butir (Raveling) terjadi secara meluas dan
mempunyai efek serta disebabkan oleh hal yang sama dengan
lubang.
 Pengelupasan lapisan permukaan (Stripping) disebabkan oleh
kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan lapis dibawahnya,
atau terlalu tipisnya lapis permukan.

12
- Pengausan (Polished Aggregate)
Pengausan mengakibatkan permukaan menjadi licin, sehinga
membahayakan kendaraan. Pengausan terjadi dikarenakan agregat
berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan,
atau agregat yang dipergunakan berbentuk bulat dan licin, tidak
berbentuk cubical.
- Kegemukan (Bleeding or Flushing)
Pada temperature tinggi aspal menjadi lunak dan akan terjadi jejak
roda. Hal ini dapat disebabkan pemakaian kadar aspal yang terlalu
tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu banyak aspal pada
pekerjaan Prime Coat dan Tack Coat.
- Penurunan pada bekas bekas penanaman Utilitas (Utility Cut
Depression)
Penurunan yang terjadi pada sepanjang bekas penanaman utilitas,
hal ini terjadi disebabkan oleh pemadatan yang tidak memenuhi
syarat.
3. Sistem Penilaian Kondisi Perkerasan
Penilaian kondisi perkerasan merupakan hal yang penting dalam
pengelolaan sistem perkerasan, hasil penilaian tersebut dapat digunakan
untuk mengetahui perkerasan tersebut masih layak atau tidak, dan juga
untuk menentukan kapan dilakukan perbaikan pada lapis perkerasan.
Beberapa sistem penilaian kondisi perkerasan yang digunakan sebagai
berikut :
- Sistem Penilaian Menurut Bina Marga
Bina Marga telah memberikan petunjuk teknis yang tertera pada
buku Perencanaan dan Penyusunan Program Jalan Kabupaten
(SK.77/KPTS/Db/1990), Buku tersebut melingkupi prosedur
perencanaan umum, penyususnan program untuk pekerjaan berat
(rehabilitasi, peningkatan) dan pekerjaan ringan (terutama
pemeliharaan) pada jalan dan jembatan kabupaten, yang pada
umumnya diklasifikasikan fungsinya sebagai jalan “Lokal”.
- Sistem Penilaian Menurut AASHTO

13
Sistem penilaian AASHTO menggunakan indeks permukaan
(Serviceability Index). Indeks permukaan diperoleh dari
pengamatan kondisi jalan, meliputi kerusakan jalan seperti
retak,alur, lubang, lendutan pada lajur roda dan lain sebagainya,
yang terjadi selama umur jalan tersebut. Indeks permukaan
ditunjukkan dalam tabel dibawah ini :
Indeks Permukaan (IP) Fungsi Layanan
4-5 Sangat Baik
3-4 Baik
2-3 Cukup
1-2 Kurang
0-1 Sangat Kurang
Tabel Variasi Indeks Permukaan Dengan Fungsi Layanan.
Sumber : Perkerasan Lentur Jalan Raya (Silvia Sukirman : 1999)

- Metode RCI (Road Condition Index)


Road Condition Index (Indeks Kondisi Jalan) merupakan skala dari
tingkat kenyamanan atau kinerja dari jalan. Hal ini dapat diperoleh
sebagai hasil dari pengukuran dengan alat Roughometer atau secara
fisik. Skala kenyamanan dijelaskan pada tabel dibawah ini :
RCI Kondisi Permukaan Jalan Secara Visual
8-10 Sangat rata dan lentur
7-8 Sangat baik, umumnya rata
6-7 Baik
5-6 Cukup, sedikit sekali atau tidak ada lubang, tetapi permukaan
jalan tidak rata.
4-5 Jelek, kadang-kadang ada lubang permukaan jalan tidak rata.
Rusak, bergelombang, banyak lubang.
3-4 Rusak berat, banyak lubang, dan seluruh daerah perkerasan
2-3 hancur.
Tidak dapat dilalui kecuali dengan 4 WD Jeep.
≤2
Tabel Variasi RCI dengan Kondisi Jalan
Sumber: Perkerasan Lentur Jalan Raya (Silvia Sukirman : 1999)

14
- Sistem Penilaian Menurut Asphalt Institute
Sistem penilaian menurut Asphalt Insitute disebut Pavement
Condition Rating (PCR). Nilai PCR (0 – 100) diperoleh dengan
mengurangi nilai 100 dengan jumlah nilai kerusakannya. Nilai
pengurangan kerusakan ditentukan dari tingkat parahnya kerusakan
serta memungkinkan meluasnya dari setiap tipe kerusakan yang
diamati dalam setiap bagian. Nilai PCR yang lebih tinggi
menunjukkan bahwa kondisi perkerasan semakin bagus.
- Metode PCI (Pavement Condition Index)
Indeks Kondisi Perkerasan Indeks Kondisi Perkerasan atau PCI
(Pavement Condition Index) merupakan tingkatan dari kondisi
permukaan perkerasan dan ukuran yang ditinjau dari fungsi daya
guna yang mengacu pada kondisi dan kerusakan di permukaan
perkerasan yang terjadi. PCI merupakan indeks numerik yang
nilainya berkisar diantara 0 sampai 100. Nilai 0 menunjukkan
perkerasan dalam kondisi sangat rusak, dan nilai 100 menunjukkan
perkerasan masih sempurna. Dalam Metode PCI, tingkat keparahan
kerusakan perkerasan merupakan fungsi dari 3 faktor utama yaitu:
a). tipe kerusakan,
b). tingkat keparahan kerusakan, dan,
c). jumlah atau kerapatan kerusakan.
Penilaian kondisi kerusakan perkerasan dengan metode PCI ini
dikembangkan oleh U.S Army Corp of Engineer, dan penggunaan
PCI telah dipakai secara luas di Amerika untuk perkerasan bandara,
jalan, dan tempat parkir. Metode Bina Marga digunakan sebagai
penentuan nilai kondisi jalan. Penggunaan metode ini yaitu survei
penjajagan kondisi jalan yang dilakukan menyeluruh pada ruas
jalan.
2.5. Survei Penjajagan Kondisi Jalan
2.5.1. Ruang Lingkup dan Tujuan.
Survei penjajagan kondisi jalan dilakukan pada jalan kondisi baik/sedang,
hal ini bertujuan untuk menentukan ruas jalan serta titik pengenalannya,

15
memperbaharui peta, menentukan lokasi yang sesuai untuk perhitungan
lalu lintas dan faktor-faktor yang mempengaruhi, melakukan penyaringan
awal secara garis besar, dan mengetahui ruas-ruas yang dapat dilalui
kendaraan roda empat atau tidak.

2.5.2. Formulir Untuk Survei


Menurut Bina Marga (1990) Survei penjajagan kondisi jalan mengunakan
formulir S1 yang mempunyai tiga bagian utama, yaitu bagian kiri
digunakan untuk mencatat waktu, pal km dari hal hal yang perlu dicatat
disertai tipe, kondisi, dan lebar perkerasan jalan. Bagian tengah digunakan
untuk mencatat informasi geografis seperti simpang jalan dan kondisi jalan.
Bagian kanan digunakan untuk mencatat karakteristik bahu jalan dan
jembatan serta penilaian kerusakan permukaan jalan. Dan dibagian bawah
terdapat kotak isian untuk penilaian pemeliharaan secara umum.
2.5.3. Ikhtisar Kondisi Jalan
Bagian tengah formulir survei diperuntukkan untuk mencatat informasi
penting di sepanjang jalan dan catatan mengenai: lokasi pemukiman dan
ciri-ciri bangunan yang mudah dikenali,lokasi pasar, simpangan jalan,
belokan, tanjakan dan turunan, dan catatan karakteristik jalan yang meliputi
lebar perkerasan jalan, drainase, gorong-gorong dan jembatan.
2.5.4. Prosedur Survei
Dalam melakukan survei penjajagan kondisi jalan diperlukan tim dan alat
Odometer yang masih berfungsi dengan baik dan dapat mencatat interval
100 meter, dapat menggunakan Odometer Tangan (Hand Odometer) untuk
mengukur panjang ruas jalan, serta formulir untuk mencatat data survei.
2.6. Kerusakan Jalan
Tipe dan tingkat masing masing kerusakan jalan diamati secara fisik sepanjang
ruas jalan yang dilaksanakan secara sistematik. Kondisi jaringan jalan dinilai pada
tabel dibawah ini :

16
Kriteria Uraian
Jalan kondisi baik Permukaan perkerasan, bahu jalan dan saluran samping
dalam kondisi baik (tingkat kerusakan ≤ 6%)
Jalan kondisi sedang Permukaan perkerasan, bahu jalan dan saluran samping
dalam kondisi sedang (tingkat kerusakan 6-1%)
Jalan kondisi rusak Permukaan perkerasan, bahu jalan dan saluran samping
dalam kondisi rusak (tingkat kerusakan 10-20%)
Jalan kondisi rusak Permukaan perkerasan, bahu jalan dan saluran samping
berat dalam kondisi baik (tingkat kerusakan > 20%)
Tabel Kondisi Jaringan Jalan
Sumber : RKPD Kabupaten Temanggung 2017
2.7. Penilaian Urutan Prioritas
Urutan prioritas dihitung berdasarkan nilai kelas Lintas Harian Rata – rata
(LHR) serta kondisi jalan yang didapat dari penilaian kondisi permukaan jalan,
kemiringan bahu jalan, serta nilai kerusakan jalan, yang kemudian dimasukan
kedalam rumus berikut ini :

Urutan Prioritas = 17 – (Kelas LHR + Nilai Kondisi Jalan)

Kelas LHR = Kelas Lintas Harian Rata – rata untuk


pekerjaan perbaikan seperti pada tabel dibawah
ini :
Kelas Lalu lintas LHR (SMP/Jam)
0 < 20
1 20-50
2 50-200
3 200-500
4 500-2000
5 2000-5000
6 5000-20.000
7 20.000-50.000
8 > 50.000
Tabel Kelas Lintas Untuk Pekerjaan Pemeliharaan
Sumber : Djoko Asmoro, 1990 dalam skripsi Daniar Siswo H, (2015)

17
Nilai Kondisi Jalan = Nilai yang diberikan terhadap kondisi jalan
seperti pada Tabel nilai kondisi jalan yang
didapat dari hasil survai dan perhitungan.
Untuk mencari kelas LHR di butuhkan faktor Satuan Mobil Penumpang (SMP)
yaitu untuk mendapatkan volume lalu lintas dalam satuan SMP/Jam dengan cara
yaitu volume kendaraan/jam di kalikan faktor SMP. faktor SMP sendiri tiap jenis
kendaraan berbeda – beda seperti ditunjukan pada Tabel 9 seperti berikut ini :
Tipe Jalan : Arus Lalu emp
Jalan Tak lintas Total MC
Terbagi dua arah HV Lebar Jalur Lalu lintas WC (m)
≤6 >6
(Kend/jam)
Dua Lajur tak 0 1,3 0,5 0,4
terbagi (2/2 UD) ≥ 1800 1,2 0,35 0,25
Empat Lajur tak 0 1,3 0,4
terbagi (4/2 UD) ≥ 3700 1,2 0,25

Tabel Emp Jalan Perkotaan Tak Terbagi


Sumber : Manual Kapasias Jalan Indonesia
2.8. Dokumentasi
Dokumentasi dalam hal ini yaitu pengambilan gambar yang bertujuan untuk
membantu menaksir jenis pemeliharaan yang diperlukan dan sesuai dengan
kondisi kerusakan, serta membantu pada saat pengolahan data dan sebagai bukti
bahwa survei telah dilakukan. Pengambilan foto di fokuskan pada permukaan
perkerasan yang mengalami kerusakan, lokasi survei, dan jalannya kegiatan
survei penjajagan kondisi jalan.
2.9. Tinjauan Pustaka
1. Daniar Siswo Hidayano (2015)
Penelitian dari Daniar Siswo Hidayanto yang berjudul “Evaluasi Tingkat
Kerusakan Jalan Dengan Metode Bina Marga” yang membahas mengenai
tingkat kerusakan jalan di Kabupaten Kebumen.
2. Hary Christady Hardiyatmo (2007)
Hary Christady Hardiyatmo dalam buku yang berjudul “Pemeliharaan
Jalan Raya” membahas mengenai pemeliharaan untuk perkerasan jalan,

18
drainase, dan longsoran. Dalam bab perkerasan jalan berisi jenis-jenis
kerusakan jalan, faktor penyebab kerusakan jalan, perkerasan lentur dan
kaku, bagian-bagian struktur jalan raya, survai penilaian kondisi
perkerasan, serta pemeliharaan perkerasan.
3. Silvia Sukirman (1999)
Silvia Sukirman dalam buku yang berjudul “Perkerasan Lentur Jalan Raya”
membahas mengenai konstruksi jalan raya khususnya mengenai perkerasan
lentur, jenis dan fungsi lapisan perkerasan, material konstruksi perkerasan,
perencanan tebal perkerasan, kerusakan-kerusakan, serta pemeliharaan
permukaan jalan.

19
BAB 3.
METODE KEGIATAN

3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.6.1
3.6.2
3.6.3
3.6.4
3.6.5

3.7

20
BAB 4.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
a.

21
DAFTAR PUSTAKA

Tenriajeng, A.T. 2002. Rekayasa Jalan Raya-2. Jakarta : Gunadarma.

Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Bandung : Grafika


Yuana Marga.

Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta : Granit.

Asiyanto. 2010. Formwork For Concrete. Jakarta : Universitas Indonesia


(UI-Press).

Hamirhan Saodang.2005. Geometrik Jalan Raya. Bandung : Nova.

Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan.


Bandung : Nova.

22
DAFTAR LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai