ETPROF - Gilang Permatasari - 2017110083 - Pembajakan Perangkat Lunak
ETPROF - Gilang Permatasari - 2017110083 - Pembajakan Perangkat Lunak
Tingkat pembajakan software di Indonesia ternyata sangat parah. Hasil survey BSA
(Business Sofware Alliance) 1997 menunjukkan tingkat pembajakan di Indonesia mencapai
93 persen. Itu artinya hanya 7 persen software berlisensi yang digunakan oleh pemakai
komputer. Sedang jumlah kerugian sebesar 193,2 juta dolar AS.
Demikian dikatakan General Manager Microsoft Indonesia, Richard Kartawijaya kepada
Bernas di sela-sela seminar Hak Cipta Atas Program Komputer dan Penggunaannya di
Indonesia di hotel Santika, Rabu (28/4). Seminar digelar kerjasama FH Universitas Atma Jaya
Yogya, PT Microsoft Indonesia dan Perhimpunan Masyarakat HAKI Indonesia.
Menurut Richard, Indonesia menempati peringkat ke-4 terparah dalam pembajakan
software dari 65 negara yang disurvei BSA (1997). AS misalnya, hanya 27 persen, Inggris
(32), Singapura(56), India(69), Malaysia(70), Cina(96), dan Vietnam(98).
Bentuk pembajakan menurutnya adalah pembajakan oleh end user seperti penggunaan
satu lisensi untuk banyak PC, pelanggaran kontrak lisensi serta pemuatan software bajakan
PC. Sedangkan oleh reseller dalam bentuk pemalsuan, pemuatan harddisk serta OEM
unbundling.
a. Pemerintah membentuk tim dengan misi penegakan UU HAKI yang dibekali dengan
pengetahuan dan peralatan memadai.
b. Para pelaku bisnis maupun konsumen diberikan sosialisasi & edukasi melalui iklan di
televisi, campaign atau webinar tentang UU HAKI kepada mahasiswa, pelajar, pelaku
bisnis hingga masyarakat luas.
c. Pemerintah menjalin kerjasama dengan produsen software agar memberikan harga
yang sesuai dengan income perkapita Indonesia.
d. Pemerintah membuat kebijakan untuk dapat menaikkan income perkapita
penduduknya, sehingga mereka mampu membeli software yang dibuat oleh
perusahaan pembuat software dengan harga yang mereka tentukan.
e. Pemerintah beserta badan terkait dengan IT melakukan promosi kepada masyarakat
untuk menggunakan produk open source dan melakukan pelatihan-pelatihan
penggunaan system open source.
f. Pemerintah menurunkan pajak terhadap software import, sehingga harga software bisa
terjangkau bagi masyarakat.